Anda di halaman 1dari 11

MEMBANGUN KEPUASAN PELANGGAN MELALUI PELAYANAN PRIMA

(Studi Kasus Di Spbu 44.581.05 Wirosari – Grobogan)

Henky Irawan
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro

ABSTRAKSI
Penelitian ini ditujukan untuk menguji pelayanan dan fasilitas terhadap pelayanan prima dan pengaruhnya
terhadap kepuasan pelanggan. Penggunaan variabel-variabel tersebut dengan alasan survey yang dilakukan pertamina,
SOP Pertamina Way dan penelitian terdahulu, yaitu : SOP Pertamina Way, Assauri (1987), Day dan Wensley (1988),
Ferdinand (2002), serta survey pertamina yang menemukan pengaruh langsung pelayanan dan fasilitas terhadap
pelayanan prima dan pengaruhnya terhadap kepuasan pelanggan SPBU Jalan Raya Wirosari Km.1.
Sampel penelitian ini adalah pembeli SPBU Jalan Raya Wirosari Km1, sejumlah 114 responden. Structural
Equation Modeling (SEM) yang dijalankan dengan perangkat lunak AMOS, digunakan untuk menganalisis data. Hasil
analisis menunjukkan bahwa pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pelayanan prima, sedangkan fasilitas
tidak memberikan pengaruh terhadap pelayanan prima. Pelayanan prima sendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepuasan pelanggan.
Temuan tersebut mengindikasikan bahwa untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, perlu memperhatikan faktor-
faktor pelayanan dan pelayanan prima. Karena faktor-faktor tersebut terbukti mempengaruhi tingi rendahnya kepuasan
pelanggan. Implikasi teoritis dan saran-saran bagi penelitian mendatang juga diuraikan pada akhir dalam penelitian ini.

Kata kunci : pelayanan, fasilitas, pelayanan prima dan kepuasan pelanggan

PENDAHULUAN yang mulai beroperasi di Indonesia. Stasiun Pengisian


Bahan Bakar Umum (selanjutnya ditulis SPBU)
Latar Belakang Masalah PERTAMINA yang merupakan salah satu ujung
tombak dalam pelayanan kepada konsumen dituntut
PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan
pula untuk meningkatkan kinerjanya. Hal ini
gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National disebabkan telah masuknya SPBU dari perusahaan
Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember pesaing di tanah air.
1957 dengan nama PT PERMINA. Pada tahun 1961
perusahaan ini berganti nama menjadi PN PERMINA
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh
dan setelah merger dengan PN PERTAMIN di tahun
PT.PERTAMINA (Persero) pada 10 SPBU di Jakarta
1968 namanya berubah menjadi PN PERTAMINA.
dengan jumlah sample 645 diperoleh hasil bahwa 60 %
Dengan bergulirnya Undang Undang No. 8 Tahun 1971
responden memilih SPBU karena jaminan takaran dan
sebutan perusahaan menjadi PERTAMINA. Sebutan ini
mutu, 49 % pelayanan dan 37 % kebersihan toilet yang
tetap dipakai setelah PERTAMINA berubah status
terjaga.
hukumnya menjadi PT PERTAMINA (Persero) pada
tanggal 17 September 2003 berdasarkan Undang-
Dari hasil survey ini kemudian
Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 pada
PT.PERTAMINA (Persero) memberlakukan
tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas
standarisasi terhadap SPBU-nya. Baik yang langsung
Bumi.
dikelola sendiri maupun yang dimiliki oleh mitra
kerjanya. SPBU sebagai sumber daya perusahaan harus
Seiring telah diimplementasikannya Undang –
dikelola dengan upaya-upaya yang sistematis untuk
Undang Minyak dan Gas Bumi No. 22 Tahun 2001
menghasilkan superior value bagi pelanggan
serta konsekuensi ratifikasi dari Asean Free Trade Area
(Ferdinand, A.T, 2000, p.4-5). Salah satu bagian yang
(AFTA), PT. PERTAMINA (Persero) berubah menjadi
berhubungan dengan penciptaan superior value bagi
suatu badan usaha yang bertujuan pada mengusahakan
pelanggan adalah kualitas produk (Menon, Jaworski dan
keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan, perseroan
Kohli, 1997, p.187). Baik itu produk dalam bentuk
secara efektif dan efisien serta memberikan kontribusi
kualitas takaran dan mutu BBM, dari segi jasa
dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk
pelayanan maupun fasilitas pendukungnya.
kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat.(www.pertamina.com) Pada kisaran tahun 2007 PT.Pertamina (Persero)
mulai menerapkan Program Pertamina Way, dimana
Berangkat dari perubahan tugas, kewajiban dan program ini menitik beratkan kepada 5 hal :
status di atas PT. PERTAMINA (Persero) yang semula
menjadi pemain tunggal dalam pengelolaan usaha  Staf yang terlatih dan bermotivasi
industri migas harus menyesuaikan diri dan berhadapan  Jaminan Kualitas dan Kuantitas
dengan perusahaan – perusahaan perminyakan asing  Perlatan dan fasilitas yang terawat dengan baik
 Format fisik yang konsisten membangun pelayanan prima hingga tercapai kepuasan
 Penawaran produk dan pelayanan tambahan pelanggan.

(Materi trining Pertamina Way,2007) Rumusan Masalah


Diharapkan setelah melaksanakan program
Pertamina Way, seluruh SPBU Pertamina akan mampu Berdasarkan uraian diatas, masih adanya keluhan
bertahan dan bersaing dengan SPBU asing. Sehingga pelanggan ketika telah diterapkannya Program
menimbulkan kepuasan terhadap pelanggan SPBU nya, Pertamina Way di SPBU Wirosari kemudian muncul
dimana kepuasan itu sendiri adalah perasaan senang masalah yaitu Bagaimana membangun kepuasan
atau kecewa seseorang yang timbul karena pelanggan melalui pelayanan prima.
membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk / Rumusan masalah yang telah diuraikan diatas kemudian
hasil (dalam hal ini pelayanan dan fasilitas serta mendorong timbulnya Pertanyaan Penelitian sebagai
pelayanan prima) terhadap ekspetasi mereka, Kotler berikut :
(2009:139). 1. Apakah kepuasan pelanggan dipengaruhi
Sebagai salah satu SPBU mitra Pertamina, langsung oleh pelayanan prima?
SPBU Wirosari telah melaksanakan program Pertamina 2. Apakah kepuasan pelanggan yang dicapai
Way dan telah mendapatkan sertifikasi PastiPas pada melalui pelayanan prima dipengaruhi oleh
bulan Maret 2009 dan pihak manajemennya telah fasilitas?
melakukan renovasi untuk menambah fasilitas yang ada 3. Apakah kepuasan pelanggan yang dicapai
di SPBU. Akan tetapi setelah tersertifikasi, ternyata melalui pelayanan prima dipengaruhi oleh
masih terdapat beberapa keluhan terhadap pelayanan pelayanan?
dan fasilitas di SPBU. Sebagaimana data berikut :
Tujuan Penelitian
Keluhan Pelanggan terhadap Pelayanan dan Penelitian ini bertujuan untuk :
Fasilitas 1. Menganalisis dan menguji pengaruh pelayanan
SPBU Wirosari periode Bulan April – Juni 2009 prima dengan kepuasan pelanggan.
No Jenis Keluhan 2. Menganalisis dan menguji fasilitas dengan
1 Pelayanan  Operator pelayanan prima terhadap kepuasan pelanggan.
kurang 3. Menganalisis dan menguji pengaruh pelayanan
menerapkan 3S dengan pelayanan prima terhadap kepuasan
 Operator pelanggan.
memberikan
pelayanan Kegunaan Penelitian
dengan ketus
2 Fasilitas  Keterjaminan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kesucian manfaat :
tempat wudlu
karena akses 1. Manfaat Teoritis
jalannya sama Bagi Akademisi, dapat digunakan sebagai
dengan menuju masukan pengembangan ilmu manajemen
kamar mandi. strategi khususnya berkaitan dengan strategi
 Toilet kurang pelayanan prima. Selain itu penelitian ini juga
bersih dapat digunakan sebagai bahan masukan atau
disebabkan memberikan konstribusi terhadap
oleh saluran pengembangan literatur dan mendorong untuk
pembuangan dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
WC yang strategi meningkatkan kinerja.
kurang lancar. 2. Manfaat Praktis
 Konsumen Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
yang masuk / bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak
keluar area manajemen pengelola SPBU dalam
SPBU yang menerapkan Program Pertamina Way. Selain
tidak mengikuti itu juga bisa dijadikan bahan pertimbangan
marka (tidak dalam mengambil keputusan dalam
diarahkan) menentukan langkah dalam rangka
penambahan fasilitas yang paling dibutuhkan
Sumber : Manajemen SPBU Wirosari,
oleh pelanggan.
2009, diolah.
Keikut sertaan dalam program Pertamina Way
ini, merupakan salah satu strategi yang dilaksanakan
oleh pihak manajemen SPBU Wirosari sebagai strategi
TELAAH PUSTAKA kepuasan konsumen maka dapat disimpulkan bahwa “
cumulative customer satisfaction is an overall
Kepuasan Pelanggan evaluation based on the total services, facilty and
Terdapat beberapa definisi mengenai kepuasan consumtion experience with a good aftersales service”
pelanggan (customer satisfaction). Kotler, (2009), (Fornell : 1992) dan Johnson and Fornell (1991). Jadi
secara umum mendenisikan kepuasan adalah perasaan bagaimanapun pelayanan pada saat terjadi transaksi jasa
senang atau kecewa seseorang yang timbul karena atau barang serta fasilitas dan pelayanan purna jual
membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk sangat berpengaruh terhadap kepuasan konsumen,
(atau hasil) terhadap ekspektasi mereka. Oliver (2007) bahkan akan selalu menjadi ingatan atau mempengaruhi
mendifinisikan kepuasan sebagai tanggapan pelanggan, pengalaman terhadap produk atau jasa tersebut.
yaitu penilaian atas fitur-fitur suatu produk atau jasa, Semakain baik pelayanan dan fasilitas yang diberikan
bahkan produk atau jasa itu sendiri, yang memberikan maka image yang tertanam didialam ingatan konsumen
tingkat kesenangan dalam mengkonsumsi yang juga tetap baik.
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan.
Kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan atas Pelayanan Prima
produk dan layanan SPBU akan berpengaruh kepada Didalam perkembangan persaingan di dunia
pola perilaku selanjutnya. Hal ini dapat ditunjukkan usaha, setiap perusahaan baik produk maupun jasa
pelanggan sebelumnya, pada saat mulai memperhatikan suatu konsep keunggulan
mengkonsumsi/membeli atau setelah terjadi proses kompetitif. Competitive Advantadge tersebut harus
pembelian/mengkonsumsi produk/layanan. Apabila dimunculkan oleh setiap perusahaan agar mereka dapat
pelanggan merasa puas, maka dia akan menunjukkan bersaing dan bertahan yang pada akhirnya dapat
besarnya kemungkinan untuk kembali membeli produk memperoleh laba yang signifikan dengan usahanya.
yang sama, dan cenderung akan memberikan Pada perusahaan jasa, keunggulan kompetitif
referensinya terhadap produk kepada orang lain. seringkali diupayakan dalam bentuk pelayanan yang
Pelanggan yang tidak puas (dissatisfied) dapat terbaik. Seperti sebuah hasil penelitan dimana
melakukan tindakan pengembalian produk, bahkan diungkapkan bahwa pelayanan spesial merupakan
mengajukan komplain kepada perusahaan. Tingkat faktor kompetitif dan strategi pendukung harus
kepuasan yang dirasakan pelanggan mempunyai dilaksanakan bagi perusahaan jasa yang menyediakan
konsekuensi berupa komplain atau loyalitas pelanggan. hubungan dari penjualan (James L., Wahlers, 1994).
Dengan terciptanya kepuasan pelanggan yang optimal Schoeder (1994) menyatakan bahwa pelayanan
maka akan mendorong terciptanya loyalitas di benak prima merupakan pelayanan bermutu tinggi yang
pelanggan yang merasa puas tersebut. diberikan pada konsumen, berdasarkan standar kualitas
Kepuasan atau ketidakpuasan menurut Day tertentu untuk memenuhi bahkan melebihi kebutuhan
(dalam Tse dan Wilton, 1998) menyatakan bahwa dan harapan konsumen, sehingga tercapai kepuasan dan
kepuasan atau ketidak puasan pelanggan adalah respon akan menyebabkan kepercayaan konsumen kepada
pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian atau penyedia jasa. Dari uraian tersebut tampak bahwa
diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan pelayanan prima ditekankan pada pemenuhan
sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja kebutuhan sehingga melebihi harapan konsumen.
aktual produk yang dirasakan setelah pemakaian. Selain itu, Madsen (1993) juga menyatakan
Menurut Engel (1990), kepuasan pelanggan bahwa dalam penyampaian pelayanan tidak sekedar
merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif yang kualitas pelayanan yang sesuai dengan standar, namun
dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil lebih ditekankan pada pelayanan prima, yatiu pelayanan
(outcome) yang sama atau melampaui harapan yang dapat membuat konsumen merasa diperlakukan
pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila istimewa yang hanya bisa dicapai dengan memberikan
hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelayanan melebihi harapan konsumen.
pelanggan. Menurut Abdullah (2001), pelayanan prima
Dari dua definisi diatas dapat disimpulkan merupakan totalitas pelayanan yang diberikan suatu
bahwa pelanggan merasa puas apabila harapan tentang perusahaan, dilakukan secara sadar, terpadu (harus
apa yang akan diterimanya bila megkonsumsi dilakukan oleh seluruh pegawai) dan konsisten mutu
barang/jasa sesuai dengan kenyataan yang diteimanya. pelayanan setiap unit harus setinggi-tingginya dengan
Dalam teori kepuasan marginal diterangkan maksud untuk memuaskan kebutuhan konsumen.
bahwa konsumen akan meneruskan pembeliannya Selain itu, Clark (1998) juga menyatakan
terhadap suatu produk untuk jangka panjang yang lama bahwa dalam menciptakan pelayanan prima tidak hanya
karena telah mendapatkan kepuasan dari produk yang dibutuhkan adanya kemampuan untuk memahami
sama yang telah ia konsumsi. Jadi apabila konsumen kebutuhan konsumen, namun lebih dari pada itu, pihak
merasakan adanya kepuasan dalam megkonsummsi perusahaan hendaknya memahami apa yang dibutuhkan
suatu produk, maka konsumen relatif akan lebih loyal konsumen dimasa yang akan datang. Sementara itu
pada produk tersebut. Edwards (1991) menyatakan bahwa untuk dapat
Seabagi perbandingan, seperti yang menciptakan suatu pelayanan yang unggul di
dikemukakan oleh Fornell didalan penelitiannya tentang perusahaan dapat dibangun dari tiga dimensi, yaitu
adanya kecepatan, ketepatan dan jaminan keamaanan. Pelayanan
Kecepatan layanan sangat penting karena konsumen
Pelayanan merupakan totalitas bentuk dari
selalu ingin dilayani dengan cepat, sehingga konsumen
karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan
tidak perlu menunggu terlalu lama dalam melakukan
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan-
transaksi. Ketepatan layanan merupakan hal yang
kebutuhan pelanggan, baik yang nampak jelas maupun
penting pula karena konsumen mengharapkan
yang tersembunyi (Kotler, 2000).
kebenaran atas transaksi yang dilakukan sehingga tidak
Menurut Hayzer dan Render (2004) pelayanan
ada kesalahan dari pihak perusahaan dalam melayani.
jasa dapat diukur dengan melihat seberapa jauh
Jaminan keamanan yang diberikan pihak penyedia jasa
efektifitas pelayanan jasa dapat mempertipis
layanan kepada konsumen juga diharapkan, supaya
kesenjangan antara harapan dengan pelayanan jasa yang
konsumen merasa aman dalam menempatkan dananya
diberikan. Parasuraman et al.(1998), menyatakan bahwa
di perusahaan tersebut.
kualitas pelayanan adalah merupakan fungsi harapan
Pendapat diatas juga didukung oleh Biere
pelangan pada pra-pembelian, pada proses penyediaan
(1997) menyatakan bahwa selain adanya kecepatan
kualitas yang diterima dan pada kualitas output yang
dalam pelayanan transaksi keungan konsumen
diterima. Pelayanan didefinisikan sebagai suatu konsep
menginginkan pricasi dan keaman terhadap dirinya.
yang secara tepat mewakili inti kinerja suatu jasa, yaitu
Prinsell (1998), juga menyatakan bahwa pelayanan
perbandingan terhadap kehandalan (excellence) dalam
prima dicapai melalui pemenuhan harapan konsumen
service counter yang dilakukan oleh pelanggan.
yang meliputi ketepatan, kecepatan dan keamanan
Dalam penelitian lebih lanjut, Parasuraman,
dalam pelayanannya.
Zeithaml dan Berry (1990), mengidentifikasikan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
dimensi pelayanan yaitu : kehandalan (reliability), daya
suatu keunggulan dalam pelayanan yang diberikan
tanggap (responsiveness), jaminan (assurance),
perusahaan dapat ditunjukkan dengan adanya kecepatan
empati(emphaty), dan keterwujudan/bukti
pelayananm ketepatan pelayanan dan jaminan
fisik(tangible).
keamanan.
Parasuraman dalam penelitian Johnson dan
Elvyn G. Massasya (dalam Mulja R, 2001)
Sirikit (2002) menunjukkan bahwa pelayanan yang
lewat berbagai survey pelayanan yang secara periodik
berkulitas merupakan suatu strategi yang profitabel
dilaksanakan, secara mendasar menegaskan bahwa
karena hasilnya dapat mendatangkan pelanggan baru,
pelayanan yang diberikan oleh seluruh unit baik front
aktifitas perusahaan dapat lebih berkembang dengan
maupun back office secara integrated / terpadu sehingga
pelanggan yang tetap eksis, mengurangi dampak akan
harapan nasabah dapat dipuaskan. Hal itu dilakukan
hilangnya pelanggan dan mengurangi kesalahan dalam
dengan mengacu pada :
pelayanan. Sehingga penawaran akan kualitas
 Accurate : setiap pelayanan harus akurat dan
pelayanan yang superior dapat membantu perusahaan
tepat serta konsisten didalam penerapannya.
menjadi lebih profitabel dan sangat membantu dalam
 Fast : pelayanan yang dilakukan harus cepat menjaga pelayanan prima dalam memberikan pelayanan
sesuai dengan standart waktu untuk setiap kepada pelanggan. Perusahaan yang mampu
transaksi. memberikan kualitas pelayanan yang lebih baik dari
 Informative : setiap pegawai harus mampu pesaingnya akan mampu memenangkan persaingan
memberikan informasi atas setiap pertanyaan sehingga mempunyai pertumbuhan pangsa pasar yang
nasabah secara baik, konsisten dan mudah lebih tinggi (Nurmianto dkk, 2002).
dipahami. Setiap pegawai harus mampu Pada program Pertamina Way, Pertamina telah
dipercayai dan memahami apa yang diinginkan menerapkan standarisasi proses pelayanan pada saat
nasabah. melayani konsumen antara lain 3S (Senyum, Salam,
 Simple : setiap pelayanan harus sederhada dan Sapa), memandu Pelanggan ke lokasi pengisian,
mudah dimengerti oelkh setiap orang baik slip menunjukkan Angka Nol, ucapan Terima Kasih.
transaksi maupun langka kerjanya.
 Direct : setiap transaksi harus sedapat munfkin
front end (selsai pada satu meja), sehingga Fasilitas
nasabah tidak perlu mondar-mandir. Hal ini Disamping pelayanan prima, dalam berbagai
harus didukung oleh keterampiulan dan perusahaan jasa, fasilitas adalah satu keunggulan
pengetahuan yang dibutuhkan. kompetitif yang juga ditonjolkan. Karena fasilitas erat
 Reasonable price : biaya transaksi dan hubungannya dengan pelayanan yang maksimal. Pada
pengelolaan rekening adalah harga yang wajar berbagai hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
dan kompetitif. dukungan fasilitas sangat mempengaruhi suatu proses
 Convenience (menyenangkan) : pelayanan pelayanan prima. Semakin baik fasilitas pendukungnya,
harus menyenangkan dengan selalu tersenyum, semakin baik pula pelayanan yang diberikan. Perbedaan
ramah dan siap melayani setiap permintaan yang terjadi dalam pelayanan dimungkinkan karena
transaksi nasabah. fasilitas yang digunakan dalam proses pelayanan, juga
 Courtesy (sopan) : setiap melayani harus selalu dimungkinkan karena perbedaan tingkat kemampuan
sopan dan menghormati setiap nasabah. pegawai yang berbeda-beda.
Fasilitas adalah segala sesuatu yang mekanisme
mendukung suatu pelayanan baik produk maupun strategi yang
sumber daya manusia (Kottler P, 1994). Dari definisi bertahan lama
diatas dapat diambil kesimpulan intisari, bahwa fasilitas untuk
merupakan bagian yang penting dalam suatu mendapatkan
perusahaan, terutama perusahaan yang memberikan pelayanan prima.
pelayanan langsung kepada konsumen. 3 Woodside Pengaruh Kualitas layanan
Fasilitas merupakan bagian penting dalam et al kepuasan berpengaruh
pelayanan, karena ada tiga dimensi persepsi kualitas (1989) konsumen terhadap
pelayanan, yaitu : material, fasilitas, karyawan (Sasser dalam kepuasan
et all, 1978). Persepsi pelayanan pada dasarnya terdiri meningka konsumen dan
dari kualitas fisik (fasislitas), citra dan reputasi(kualitas tkan kepuasan
perusahaan), interaksi antara pembeli dengan penjual intensi konsumen
(Lehtinen, 1982). Oleh karena itu harapan pelanggan pembelia berpengaruh
SPBU akan berpengaruh pada persepsi mereka atas n melalui terhadap intensi
pelayanan dalam hal ini pelayanan prima yang kualitas pembelian
diberikannya. Kinerja pelayanan dapat ditentukan oleh layanan
faktor internal distributor, faktor manajemen, fasilitas, prima
SDM, berpotensi terjadinya ketidak berhasilan dalam 4 Parasuram Peran 5 Reliability yang
pencapaian pelayanan (Zaithaml, Parasuraman, Barry, an, dimensi paling penting
1990) Zeithaml SERVQUAL dalam
Menurut Assauri S (1987), didalam suatu dan Berry dalam menentukan
perusahaan, fasilitas akan berpengaruh kepada efisiensi (1994) meningkatkan kepuasan
dari perusahaan tersebut, pembentukan laba dan kepuasan konsumen.
kelangsungan hidup perusahaan. Dengan adanya konsumen Kemudian diikuti
fasilitas, beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu : dimensi
a. Memperlancar frekuensi pekerjaan agar efisien responsiveness,
dan efektif assurance,
b. Memungkinkan ruang gerak yang lebih leluasa empathy, dan
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tangibles
c. Memberikan kenyamanan dan keamanan bagi 5 Elvyn G. Pengaruh Pelayanan prima
yang berkepentingan Massasya pelayanan dan ketersediaan
d. Menimbulkan perasaan puas pada orang-orang (1990) prima dan fasilitas
yang berkepentingan sehingga dapat ketersediaan berpengaruh
mengurangi sifat-sifat emosional mereka fasilitas postif terhadap
Dalam program Pertamina Way, fasilitas dan terhadap kepuasan
peralatan yang terawat dengan baik merupakan salah kepuasan pelanggan
satu faktor yang digunakan untuk menilai. Adapun yang konsumen.
dinilai antara lain : Kebersihan lingkungan Dispenser Sumber : dari Berbagai Jurnal
(Pompa), Kebersihan Area Dispenser, tempat parkir
yang tersedia untuk istirahat, mushola yang bersih dan Kerangka Pemikiran Teoritis
terawat, toilet yang bersih serta akses keluar masuk Berdasar uraian pada telaah pustaka maka
kendaraan ke lokasi SPBU. kerangka pemikiran teroritis dari peneltian ini dapat
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu digambarkan sebagai berikut :

N Peneliti / Topik Keismpulan PELAYANAN


o Tahun Penelitian penelitian H2
1 Nurmianto Implementasi Rekomendasi
, kualitas strategi reformasi PELAYANAN H1 KEPUASAN
(2002) pelayanan pada bisnis yang PRIMA PELANGGAN

layanan mengarah pada


pelanggan prioritas FASILITAS H3
peningkatan/perb
aikan kualitas
pelayanan Sumber : dikembangkan untuk penelitian ini.
2 Fisher Strategi Penerapan
(1991) diferensiasi strategi Perumusan Hipotesis
bagi pelayanan diferensiasi Hipotesis penelitian merupakan dugaan awal /
pelayanan kesimpulan sementara hubungan pengaruh antara
merupakan variabel independen terhadap variabel dependen
sebelum dilakukan penelitian dan harus dibuktikan X14 : Kemampuan memenuhi harapan
melalui penelitian. Dimana dugaan tersebut diperkuat pelanggan
melalui teori / jurnal yang mendasari dan hasil dari Sumber : Edwards (1991)
penelitian terdahulu. Dari kerangka pemikiran teoritis
diatas, maka hipotesis yang dapat diajukan dalam Kepuasan Pelanggan
penelitian ini adalah sebagai berikut : Variabel kepuasan pelanggan dibentuk oleh
H1 : Pelayanan akan berpengaruh sinifikan dan tiga indikator meliputi kepuasan terhadap semuanya,
positif terhadap Pelayanan Prima. kepuasan terhadao jaminan layanan dana kepuasan
H2 : Fasilitas akan berpengaruh signifikan dan terhadao jaminan kualitas. Indikator- indikator tersebut
positif terhadap Pelayanan Prima. adalah sebagai berikut :
H3 : Pelayanan Prima akan berpengaruh X15 : Kepuasan Terhadap Semuanya
sinifikan dan positif terhadap Kepuasan X16 : Kepuasan Terhadap Jaminan Layanan
Pelanggan. X17 : Kepuasan Terhadap Jaminan Kualitas
Sumber : Survey Pertamina,
Dimensi Variabel
METODE PENELITIAN
Proses indikator atau dimensi pada masing-
Pada bab ini, metodologi penilitian akan
masing variabel pada bagian ini merupakan upaya
diuraikan garis – garis besar kegiatannya. Diawali dari
pembentukan indikator dari sebuah variabel yang telah
penentuan obyek penelitian dan sumber data hingga
dipaparkan sebelumnya. Pembentukan indikator
teknis analisis yang akan digunakan.
variabel perlu dilakukan guna membantu teknis
pengukuran dan memberi kemudahan pengamatan
Jenis dan Sumber Data
dalam pengumpulan data di lapangan.
Pelayanan Jenis data dan sumber data yang akan
Varibel Pelayanan dibentuk oleh enam digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
indikator, yaitu senyum, memandu pelanggan, salam, dan data sekunder. Data primer merupakan informasi
sapa, menunjukkan angka nol dan ucapan terimakasih. yang diperoleh secara langsung dari pihak yang
Dimana indikator-indikator tersebut adalah sebagai bersangkutan dan berhubungan langsung dengan
berikut : permasalahan yang diteliti. Data primer yang diperlukan
X1 : Senyum dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan dengan
X2 : Memandu Pelanggan pelayanan, fasilitas, pelayanan prima dan kepuasan
X3 : Salam pelanggan. Sedangkan sumber data untuk penelitian ini
X4 : Sapa adalah pelanggan di SPBU 44.581.05 yang diambil
X5 : Menunjukkan Angka Nol secara acak diambil dalam waktu 2 minggu pada
X6 : Ucapan Terima Kasih tanggal 6 sampai dengan 19 Juli 2009.
Sumber : SOP Pertamina Way Data sekunder adalah informasi yang ada dan
dimiliki oleh pihak lain, peneliti hanya bersifat sebagai
Fasilitas pengguna data. Data sekunder dalam penelitian ini
Variabel fasilitas dibentuk oleh lima indikator berupa informasi data peraturan perusahaan yang ada di
meliputi kebersihan area dispenser, tempat parkir, SPBU 44.581.05.
mushola, toilet dan akses keluar masuk kendaraan.
Indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut :
X7 : Kebersihan Area Dispenser
X8 : Tempat Parkir Populasi dan Sample
X9 : Mushola
X10 : Toilet Populasi
X11 : Akses Keluar Masuk Kendaraan
Sumber : SOP Pertamina Way, Assauri (1987) Populasi adalah kelompok atau kumpulan
individu-individu atau obyek penelitian yang memiliki
Pelayanan Prima standart tertentu dari ciri-ciri yang telah ditetapkan
Variabel pelayanan prima menunjukkan sebelumnya. Berdasarkan kualitas dan ciri tersebut,
kemampuan megembangkan teknologi layanan, populasi dapat dipahami sebagai kelompok individu
keunggulan dalam pelayanan dan kemampuan atau obyek pengamatan yang minimal memiliki satu
memenuhi harapan pelanggan sebagai indikatornya. persamaan karakteristik (Cooper dan Emery, 1998).
Indikator-indikator yang dikembangkan untuk Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah
menjelaskan variabel pelayanan prima adalah sebagai seluruh pelanggan SPBU 44.581.05 dengan jumlah 145
berikut : responden, sedangkan data yang digunakan adalah 114
X12 : Kemampuan mengembangkan teknologi orang dikarenakan adanya kesalahan saat pengisian
layanan data.
X13 : Keunggulan dalam pelayanan
Sampel bootstrapping masih layak untuk digunakan.
Bootstrapping dapat dilakukan dengan program AMOS.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang
memiliki karakteristik relatif sama dan bisa dianggap
Analisa Data
mewakili populasi, dengan tingkat kesalahan
maksimum yang masih dapat ditoleransi (Masri Tahapan analisis berjenjang digambarkan
Singarimbun dan Sofian Effendi, 1995). Pada penelitian dalam path diagram untuk meganalisis logika
ini yang digunakan untuk sampel adalah pelanggan keterkaitan dan urutan kejadian (event) diantara
pada SPBU yang diambil secara acak. variabel-variabel penelitian. Tujuan lain dari path
analysis adalah untuk menentukan variabel mana yang
paling berperan sebagai antecedent dan mana yang
Definisi Operasional Variabel Penelitian berperan sebagai consequent serta untuk menentukan
efek langsung dan tidak langsung dari variabel
Variabel independen (konstruk eksogen) dalam
penelitian. Tujuan utama dari penelitian kausalitas
penelitian ini adalah pelayanan, fasilitas dan pelayanan
adalah untuk menentukan mengidentifikasi hubungan
prima sedangkan variabel dependennya adalah
sebab akibat dari suatu relationship berjenjang.
kepuasan pelanggan. Berdasarkan hubungan tersebut akan diperoleh suatu
keterkaitan teori dalam doamin penelitian orientasi
Metode Pengumpulan Data kewirastastaan. Analisis yang digunakan adalah analisis
Untuk data primer, metode pengumpulan yang multigroup sequential equation model.
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Pengujian goodness of fit dilakukan sebelum
kuosioner secara personal. Kuosioner dibagikan kepada pengujian hipotesis penelitian. Hal ini dilakukan dengan
masing-masing pelanggan SPBU. melihat beberapa indeks goodness of fit, seperti
Kuosioner digunakan dalam penelitian ini absolute goodness of fit, incrimental goodness of fit dan
berisi dua bagian utama. Bagian yang pertama adalah parsimony goodness of fit. Absolute goodness of fit
profil sosial responden, berisi data responden yang merupakan indeks kelayakan yang paling berperan
berhubungan dengan identitas responden dan keadaan dalam model kausalitas berjenjang. Dalam pengujian
sosial seperti : usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, kelayakan absolute statistic ini, dilihat besarnya Chi
dan jenis kendaraan. Sedangkan pada bagian kedua Square ( 2) untuk menentukan kesamaan distribusi
berisi pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan variabel- matrik variance-covariance populasi atau yang
variabel yang akan diteliti. Pertanyaan-pertanyaan diharapkan. Disamping itu, karena penelitian ini
dalam kuosioner dibuat dengan menggunakan skala menggunakan jumlah kasus penelitian yang termasuk
Likert 1-5 untuk mendapatkan data yang bersifat dalam kategori sedang, maka uji kelayakan absolute 2
interval dan diberi skor. tersebut perlu diikuti dengan indeks pengujian yang
lain, seperti incrimental fit index dan parsimanius fit
Pengujian Normalitas index.
Metode survey dilakukan untuk memperoleh
Pengujian normalitas penting untuk menguji data persepsi, perilaku dan sikap responden yang
distribusi normal, karena distribusi normal membuat mewakili konsumen. Dalam penelitian ini yang menjadi
garis diagonal yang lurus, variabel bebas dan variabel responden adalah konsumen di SPBU 44.581.05
tak bebas terpisah dari distribusi normal. Wirosari Grobogan.
Pengujian normalitas dapat dilakukan melalui
program SPSS for Windows dengan melihat normal
probability plot yang membandingkan distribusi ANALISIS DATA
komulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan
membentuk suatu garis lurus diagonal, dan ploting data Gambaran Umum Objek Penelitian
akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika
distribusi data adalah normal, maka garis yang Pada penelitian ini pelanggan SPBU 44.581.05
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti sebagai respondennya. Konsumen terdiri dari seluruh
garis diagonalnya. pengguna jenis kendaraan, mulai dari sepeda motor,
Cara lain untuk menguji normalitasnya adalah mobil pribadi hingga kendaraan angkutan umum. Dari
dengan melihat hasil output normalitas menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada 145 responden, yang
program AMOS. Data dikategorikan tidak normal mengisi dan mengembalikan kuesioner serta layak
apabila swekness atau kurtosis diatas 8 (Rex B. Kline, untuk diolah dalam penelitian ini sebanyak 114
2004). responden.
Penyimpangan terhadap asumsi normalitas
dapat dilakukan dengan menggunakan bootstrapping Pengujian Model Peneltian Dengan Path Analysis
untuk melakukan resampling. Jika hasil estimasi
Data yang diolah dalam pengujian hipotesis
parameternya konsisten dengan hasil estimasi tanpa
sebanyak 114 data pelanggan. Pengukuran variabel
bootstrapping, maka model penelitian tanpa dilakukan dengan menggunakan multiple indikator yang
diperlakukan sebagai single indikator. Model ini banyak Pelayanan 0,978 Ya
dipakai oleh peneliti-peneliti, antara lain Frone dan Prima
Russel (1992), Bacharac et. Al (1991), Farkas dan Kepuasan 0,925 Ya
Tetrick (1989) dalam Sugiarto (2008). Pengujian Pelanggan
hipotesis dilakukan dengan paht analysis. Berikut
adalah model empiris yang akan diuji dalam penelitian Sumber : Hasil Analisis (2009)
ini :
Diagram Alur Penelitian Hasil Analisis Path Diagram

PELAYANAN z1 z2
H2
Setelah seluruh variabel dinyatakan lolos uji
1 1 reliabilitas, maka dilakukan pengujian dengan path
PELAYANAN H1 KEPUASAN diagram. Dalam perhitungan analisis dengan path
PRIMA PELANGGAN
Sumber : Dikembangkan dari telaah pustaka untuk diagram, untuk bobot masing-masing variabel
penelitian ini digunakan metode rata-rata tertimbang. Skor indikator
FASILITAS H3
dari tiap-tiap dimensi dan variabel dijumlahkan
kemudian dibagi dengan jumlah indikator dari dimensi /
Penilaian Normalitas Data variabel tersebut. Berikut adalah hasil lengkap
pengujian path diagram :
Secara univariat, variabel-variabel dalam Hasil Lengkap Pengujian
penelitian ini cukup memenuhi indeks normalitas jika Chi-
dipandang dari besarnya skewness maupun jika Probabilitas=,08
Square=5,006
GFI=,97
2
dipandang dari kurtosis. Beberapa pengarang SEM AGFI=,89
9
mengemukakan indeks skewness yang lebih besar dari 3 TLI=,97
4
menunjukkan kemencengan yang ekstrim. Secara ,20 ,06 RMSEA=,11
3
pelayanan z CFI=,99
5
multivariat, normalitas memang sukar untuk diteliti. 1 1
,07

z
Pedoman kasar dalam menilai normalitas adalah jika ,99 1
2 1

indeks kurtosis lebih besar dari 8, maka data yang


pel prima ,77
kepuasan
dipakai dalam penelitian menghadapi masalah ,11

normalitas yang serius (Rex B Kline, 2004 dalam -,07

Sugiarto, 2008).
,16

fasilitas
Hasil Analisa
kurtos Berdasarkan gambar 4.2. dapat dilihat bahwa
Variable min max skew c.r. c.r.
is
besarnya indeks kelayakan statistik (absolute goodness
3,00 5,00 - -
fasilitas
0 0 1,178 5,133
,844 1,840 of fit index) yang terdiri dari Chi Squere, Probability,
2,50 4,66 - - GFI, AGFI, TLI, RMSEA dan CFI berada dalam rentan
pelayanan -,399 -1,192
0 7 1,741 2,598 nilai yang disyaratkan dalam analisis SEM. Untuk lebih
pel prima
2,75 4,00
-,197 -,859 -1,912
- jelasnya hasil pengujian kelayakan model dapat dilihat
0 0 4,166 dalam tabel berikut ini :
2,66 4,33 - -
kepuasan -,604 -1,451
7 3 2,632 3,162
Multivaria
Hasil Pengujian Kelayakan Model
8,664 6,676
te Goodness of fit index Cut off value Hasil Analisis Evaluasi Model
Sumber : Hasil Analasis (2009) Chi Square < 46,2 5,006 Baik
Significancy Probability > 0,05 0,082 Baik
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, terlihat besarnya RMSEA < 0,08 0,115 Marjinal
indeks kurtosis dan skewness lebih kecil atau mendekati GFI > 0,90 0,979 Baik
angka yang disarankan peneliti sebagai patokan (indeks AGFI > 0,90 0,894 Marjinal
TLI > 0,95 0,973 Baik
kurtosis ≤ 8) (Rex B Kline, 2004 dalam Sugiarto,2008).
CFI > 0,95 0,991 Baik
Sumber : Hasil analisa (2009)
Pengujian Reliabilitas Berdasarkan kriteria kelayakan model yang
terdiri dari tujuh alat uji yaitu Chi-Square, Probability,
Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel RMSEA, GFI, AGFI, CFI dan Tucker-Lewis Indeks
jika memberikan nilai Cornbach Alpha > 0,6 (Nunnally, menunujukkan bahwa dari tujuh alat uji, lima
1967 dalam Ghozali,2006). Berikut adalah hasil menunjukkan pada posisi baik dan dua ada pada posisi
pengujian reliabilitas dari penelitian ini : marjinal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
model penelitian ini sudah cukup layak untuk menguji
Hasil Pengujian Reliabilitas Penelitian hipotesis.
VARIABEL CRONBACH RELIABEL/TIDAK
ALPHA
Fasilitas 0,933 Ya
Pelayanan 0,957 Ya
Pengujian Hipotesis index) yang terdiri dari Chi-Square, Probability, GFI,
AGFI, TLI, RMSEA dan CFI berada dalam rentang
Setelah uji kelayakan model maka langkah
nilai yang disyaratkan dalam analisis SEM.
berikutnya adalah melakukan uji hipotesis dan hasil
ujinya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Kesimpulan Atas pengujian Setiap Hipotesis
Hasil Uji Hipotesis
Estimate S.E. C.R. P Label Kesimpulan Hipotesis 1
keunggulan <--- pelayanan ,986 ,067 14,736 *** par_2
pel prima <--- fasilitas -,067 ,075 -,898 ,369 par_3 Hipotesis 1 : “Pelayanan Prima akan berpengaruh
kepuasan <--- pel prima ,773 ,051 15,298 *** par_4 signifikan dan positif terhadap Kepuasan
Pelanggan”.
Pengujian Hipotesis 1 Hasil pengujian terhadap hipotesis 1 seperti yang telah
Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh dilakukan pada Bab IV menunjukkan bahwa pelayanan
pelayanan prima terhadap kepuasan pelanggan prima sebagai variabel bebas memiliki pengaruh positif
menunjukkan nilai CR sebesar 15,298 dengan probalitas yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan sebagai
kurang dari 0,001. Nilai tersebut memenuhi persyaratan variabel terikat. Kesimpulan ini didasarkan atas hasil
penerimaan hipotesis 1 yaitu nilai CR lebih besar dari analisis yang menunjukkan nilai diatas 1,96 untuk CR
1,96 dan probabilitasnya lebih kecil dari 0,05. Dengan dan dibawah 0,05 untuk P.
demikian dapat disimpulkan bahwa pelayanan prima Kesimpulan Hipotesis 2
berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Hal ini Hipotesis 2 : “Pelayanan akan berpengaruh
berarti bahwa hipotesis 1 diterima. signifikan dan positif terhadap Pelayanan Prima”.
Hasil pengujian terhadap hipotesis 2 seperti yang telah
Pengujian Hipotesis 2 dilakukan pada Bab IV menunjukkan bahwa pelayanan
Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh sebagai variabel bebas memiliki pengaruh positif yang
pelayanan terhadap pelayanan prima menunjukkan nilai signifikan terhadap pelayanan prima sebagai variabel
CR sebesar 14,736 dengan probalitas kurang dari 0,001. terikat. Kesimpulan ini didasarkan atas hasil analisis
Nilai tersebut memenuhi persyaratan penerimaan yang menunjukkan nilai diatas 1,96 untuk CR dan
hipotesis 2 yaitu nilai CR lebih besar dari 1,96 dan dibawah 0,05 untuk P. Hal ini juga menguatkan
probabilitasnya lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian penelitian oleh Nurmianto (2002) dan Fisher (1991)
dapat disimpulkan bahwa pelayanan berpengaruh
terhadap pelayanan prima. Hal ini berarti bahwa Kesimpulan Hipotesis 3
hipotesis 2 diterima. Hipotesis 3 : “Fasilitas akan berpengaruh negatif
Pengujian Hipotesis 3 terhadap Pelayanan Prima”.

Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh Hasil pengujian terhadap hipotesis 3 seperti
fasilitas terhadap pelayanan prima menunjukkan nilai yang telah dilakukan pada Bab IV menunjukkan bahwa
CR sebesar -0,898 dengan probalitas kurang dari 0,369. fasilitas sebagai variabel bebas memiliki pengaruh
Nilai tersebut tidak memenuhi persyaratan penerimaan negatif / kurang berpegaruh terhadap pelayanan prima
hipotesis 3 yaitu nilai CR kurang dari 1,96 dan sebagai variabel terikat. Kesimpulan ini didasarkan atas
probabilitasnya lebih besar dari 0,05. Dengan demikian hasil analisis yang menunjukkan nilai dibawah 1,96
dapat disimpulkan bahwa fasilitas tidak berpengaruh untuk CR dan diatas 0,05 untuk P. Hal ini disebabkan
terhadap pelayanan prima. Hal ini berarti bahwa karena pelanggan tidak pernah memperhatikan masalah
hipotesis 3 ditolak. penyediaan fasilitas yang ada di spbu karena mereka
lebih mementingkan kepada proses pengisian yang
KESIMPULAN cepat dan takaran.Hal ini terbukti dari tempat yang
disediakan untuk menyampaikan keluhan pelanggan
Kesimpulan Atas Masalah Penelitian tidak pernah isi.

Penelitian ini telah menunjukkan bahwa Selama ini yang sering berkunjung ke spbu
pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan sepeda motor dan mobil kecil (bukan kendaraan besar.
pelanggan melalui pelayanan prima. Sedangkan fasilitas Misal : truk,bus,dll). Sehingga sarana fasilitas tempat
kurang berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan parkir tidak mendapatkan perhatian dari responden.
melalui pelayana prima. Hasil tersebut telah menjawab
agenda penelitian yang akan dicapai. Hal ini sesuai Kesimpulan atas Masalah Penelitian
dengan apa yang telah dilakukan oleh manajemen Membangun Pelayanan melalui Pelayanan Prima
SPBU Wirosari dalam rangka membangunn kepuasan guna meningkatkan Kepuasan Pelanggan
pelanggan dengan meningkatkan pelayanan dan fasilitas
melalui pelayanan prima.

Analisis Good of Fit Index


Berdasarkan tabel berikut dapat dilihat bahwa besarnya
indeks kelayakan statistic (absolute goodness of fit
Kesimpulan 1 bahwa Pelayanan
berpengaruh postitif
z1 z2 terhadap pelayanan prima
1 1 2 Pelayanan prima Hal ini menguatkan
berpengaruh positif penelitian yang telah
Pelayanan Pelayanan Kepuasan terhadap kepuasan dilakukan oleh Elvyn G.
Prima Pelanggan pelanggan Massasya (1990), bahwa
Pelayanan Prima
Pelaksanaan prosedur pelayanan yang sesuai dengan berpengaruh positif
Program Pertamina Way pada SPBU terbukti telah terhadap kepuasan
meningkatkan pelayanan prima. Dimana pelanggan pelanggan.
merasa lebih puas terhadap SPBU dengan pelayanan 3 Fasilitas Hal ini lebih dikarenakan
yang baik. berpengaruh negatif responden belum begitu
terhadap pelayanan merasakan manfaat dari
Membangun Fasilitas melalui Pelayanan Prima prima beberapa faslitas SPBU
guna meningkatkan Kepuasan Pelanggan yang ditanyakan dalam
penelitian ini dikarenakan
Kesimpulan 2 kebanyakan dari
responden adalah pembeli
dengan kendaraan sepeda
z1 z2
motor dan mobil pribadi.
1 1 Sehingga fasilitas parkir
yang tersedia belum begitu
Fasilitas Pelayanan Kepuasan dirasakan manfaatnya.
Prima Pelanggan

Implikasi Manajerial
Pada penelitian ini, SPBU dengan fasilitas Hasil penelitian di atas, kemudian dapat
yang sesuai standar Program Pertamina Way ternyata dikembangkan menjadi sebuah strategi yang dapat
tidak mempengaruhi pelayanan prima. Sehingga tingkat meningkatkan kepuasan pelanggan pada SPBU
kepuasan pelanggan tidak dapat dicapai melalui 44.581.05 di Grobogan. Pihak manajemen hendaknya
fasilitas. Hal ini terbukti dari tempat yang disediakan memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
untuk menyampaikan keluhan pelanggan tidak pernah kepuasan pelanggan seperti pelayanan dan pelayanan
isi, artinya mereka tidak pernah memperhatikan prima.
masalah penyediaan fasilitas yang ada di spbu karena Secara ringkas implikasi manajerial yang dapat
mereka lebih mementingkan kepada proses pengisian diterapkan oleh SPBU 44.581.05 di Grobogan dalam
yang cepat dan takaran. upayanya untuk dapat meningkatkan kepuasan
pelanggan sebagai berikut :
Selama ini yang sering berkunjung ke spbu Skenario satu, dimana pelayanan berpengaruh positif
sepeda motor dan mobil kecil (bukan kendaraan besar. terhadap pelayanan prima hingga terwujudnya kepuasan
Misal : truk,bus,dll). Sehingga sarana fasilitas tempat pelanggan maka manajemen SPBU perlu lebih menjaga
parkir tidak mendapatkan perhatian dari responden. dan meningkatkan konsistensi dalam hal penerapan
SOP Pelayanan yang ada pada program Pertamina Way.
Skenario dua, dimana fasilitas ternyata kurang
Implikasi Teoritis berpengaruh terhadap pelayana prima guna terwujudnya
kepuasan pelanggan hal ini disebabkan dari responden
Berdasarkan model penelitian teoritis dalam yang sekaligus merupakan konsumen SPBU Wirosari
penelitian ini dan telah di uji kesesuaian model-nya kebanyakan sepeda motor dan mobil pribadi. Sehingga
melalui alat analisis Struktural Equation Model , maka fasilitas yang ada kurang dirasakan maskimal oleh
hasil penelitian ini dapat memperkuat konsep teoritis konsumen. Maka manajemen SPBU perlu mencermati
tentang pengaruh pelayanan terhadap pelayana prima kedepan terhadap fasilitas yang perlu ditambahkan
dan kepuasan pelanggan . Sedangkan fasilitas ternyata harus lebih sesuai dengan keinginan konsumen.
belum tentu mempengaruhi pelayanan prima dan
kepuasan pelanggan.
Implikasi Teoritis Keterbatasan Penelitian dan Agenda Penelitian
No Temuan Implikasi Teoritis dan Mendatang
Temuan Penelitian
1 Pelayanan Hal ini memperkuat Keterbatasan Penelitian
berpengaruh positif penelitian yang pernah Keterbatasan yang ditemukan dalam penelitian ini
terhadap pelayanan dilakukan oleh Nurmianto meliputi :
prima (2002) dan Fisher (1991),
1. Adanya dua dari tujuh alat uji kriteria Advantage”. Management Decision Vol. 40
kelayakan model pada posisi marjinal yang No.7. pp. 693-701.
menjadi salah satu keterbatasan dalam model Kotler,P dan Keller,KL (2009), Manajemen
penelitian kali ini. Pemasaran Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
2. Kesadaran responden akan pentingnya Madsen, Gregory E., 1993, Service Excellence : A Step
menjawab kuesioner masih kurang, hal ini beyond quality, Bank Marketing, Vol : 25, Iss
ditunjukkan masih terdapatnya pertanyaan- : 10, Oct.
pertanyaan dalam kuesioner yang kosong atau Menon, Ajay, Bernard J. Jaworski, and Ajay K.
tidak dijawab. Kohli, 1997, “Product Quality: Impact of
3. Penelitian ini dilakukan di SPBU 44.581.05 di Interdepartmental Interactions”, Journal of
Grobogan yang telah melaksanakan Program the Academy of Marketing Science 25 (3) :
Pertamina Way dan bersertifikasi Pasti Pas! 187 – 200
Dengan demikian hasil penelitian ini tak dapat Novel, 2006, Analisis Pengaruh Kualitas Layanan
digunakan untuk seluruh SPBU. Terhadap Kepuasan Pembeli Dan Loyalitas
Pembeli Dalam Meningkatkan Minat
Agenda Penelitian Mendatang
Membeli Ulang, Program Magister
Untuk mengatasi keterbatasan dalam penelitian ini Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
maka pada penelitian mendatang agar : Diponegoro (tidak dipublikasikan).
1. Peneliti menjelaskan terlebih dahulu mengenai latar Nurmianto, Eko. Hari Supriyanto dan Kris Yuliarto.
belakang diadakannya penelitian tersebut serta 2000. “Organisasional Design For Changing
menguraikan pentingnya / manfaat hasil survei bagi Business Environmental : Implementasi
SPBU. Servqual pada Kualitas Layanan Pelanggan”.
2. Peneliti perlu memperluas jumlah populasi Jurnal Bisnis Strategi Vol. 5/Tahun III. pp.
penelitian dan menambah variabel lain yang 12-22.
bersifat lebih operasional. Prinsell, 1998, Service Excellence Awards Winner
Consumers Service Category Pizza Hut (UK),
DAFTAR REFERENSI Management Today.
Sasser, W. Earl, Jr., R. Paul Olsen, and D. Daryl
Abdullah, 2001, Service Excellence : Pelatihan Wyckoff (1978), Management of Service
Dasar-dasar Perbankan, Bank DKI, Jakarta. Operations: Text and Cases. Boston: Allyn &
Assauri, Sofya (1987), Manajemen Pemasaran (Edisi Bacon
Ketiga). Liberty, Yogyakarta. Schoeder, P., 1994, Improving Quality dan
Biere, Ann, 1997, The Command Denominator of Performance : Concept, Programes and
Commitment, Bank Marketing, Vol : 25, Iss Techniques, Mosby-year book. Inc. Misoury.
:5 , May. Sugiarto PH. J (2008), Peran Orientasi
Clark, M., 1998, Service Excellence Company of The Kewiraswastaan Dalam Mengatasi Konflik
Year Winner Financial Services Category First Fungsional Untuk Mendciptakan Strategi
Direct, Management Today. Yang Berorientasi Pada Kinerja Bisnis
Day, George. S and Robin, Wensley, 1988, “Assesing UKM, Disertasi Program Doktor Ilmu
Advantage : A Framework for Diagnosing Ekonomi Universitas Diponegoro (tidak
Competitive Superiority”, Journal of dipublikasikan)
Marketing, Vol. 52, April. Suhari, 2007, Pengaruh Penerapan Pertamina Way
Edwards, Sandra L., 1991, Winning With Service, Terhadap Kualitas Pelayanan Dalam
Mortgage Banking, Vol : 52, Iss : 2, Rangka Meningkatkan Loyalitas, Thesis
November. Program Magister Manajemen Fakultas
Ferdinand, Augusty, 200, Manajemen Pemasaran : Ekonomi Universitas Diponegoro (tidak
sebuah Pendekatan Stratejik, Program dipublikasikan).
Magister Manajemen Universitas Diponegoro, Tse, David K. And Eilton, Peter C., 1998, Models of
Semarang Customer Service Formation : An Extension,
Fisher, Robert J. 1991. “Durable Differentiation Journal of Marketing Research, Vol. 25,
Strategies For Services”. The Journal of May.
Services Marketing Vol. 5 No.1. pp. 19-28. Woodside, Arch G., Lisa L. Frey, and Robert
Hayzer, J and Render, B, 2004, Operation Timothy (1989), “Linking Service Quality,
th Customer Satisfaction, and behavioral
Management, 7 edition, Prentice Hall
Intention,” Journal of Health Care
International, Inc, New Jersey.
Marketing, 9 (December), 5-17.
Johnson, William C dan Anuchit Sirikit. 2002.
“Servive Quality in the Thai
Telecommunication Industry : A Tool for
Achieving a Suistainable Competitive

Anda mungkin juga menyukai