ID Faktor Risiko Underweight Balita Umur 7 59 Bulan
ID Faktor Risiko Underweight Balita Umur 7 59 Bulan
Abstract
The research problem was whether the factors associated with underweight nutritional sta-
tus in children under five. Research purpose to determine the factors associated with under-
weight nutritional status in toddler. Survey method in infants aged 7-59 months in the re-
gion of Leuwimunding health center amounts 200 samples, using cluster random sampling.
Data collected by interview and direct weight measurement using bathroom scales. Data
analysis by chi square. The results showed the nutritional status of toddler were classified as
underweight as 31.40 %, which was experiencing chronic diarrhea 14.90% and pneumonia
8.80%. Unfavorable practice of toddler feeding as 43.80%, unfavorable treatment practices
of toddler as 25.30%, and unfavorable health practices of toddler as unfavorable as 41.80%
. The rate of energy consumption is not good for toddler as much as 60.30%, and the rate
of protein consumption wass less good in 54.60% of toddler. The conclusions, factors associ-
ated with underweight nutritional status in infants aged 7-9 months were toddler feeding,
level of energy consumption, and protein toddlers.
116
Fitri Kurnia Rahim / KEMAS 9 (2) (2014) 115-121
munding kelompok anak yang mengalami gizi bermakna antara pola asuh gizi dengan status
buruk banyak terjadi pada anak balita yang be- gizi anak. Salah satu aspek kunci dalam pola
rumur 12- 48 bulan. Adapun secara nasional, asuh gizi adalah praktek penyusun dan pem-
berdasarkan laporan riskesdas 2010 kelompok berian MP-Asi. Praktek penyusunan tersebut
umur yang mengalami gizi buruk banyak terja- dapat meliputi pemberian makanan prelaktal,
di pada umur balita 12 – 47 bulan. kolostrum, menyusui secara secara eksklusif
Dalam buku penilaian status gizi buruk dan praktek penyapihan.
(2002) “konsep terjadinya keadaan gizi mem- Berdasarkan laporan tahunan tahun
punyai dimensi yang sangat kompleks”. Adapun 2010 Dinas Kesehatan Kabupaten Majaleng-
menurut BAPPENAS dalam materi Rencana ka, prevelansi kejadian ISPA (pneumonia) di
Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015 be- wilayah Puskesmas Leuwimunding adalah 8,08
berapa faktor yang menyebabkan gizi buruk % dan prevalensi kejadian diare adalah 21,52
atau kurang telah dijelaskan dan diperkenalkan %. Prevalensi kejadian ISPA (pneumonia) di
oleh UNICEF dan telah disesuaikan dengan wilayah puskesmas Leuwiminding mengalami
kondisi Indonesia, penyebabnya terdiri dari peningkatan dari tahun sebelumnya tahun
beberapa tahap yaitu penyebab langsung, tidak 2009 yaitu 4,18 %. Adapun kejadian prevalensi
langsung, akar masalah, dan pokok masalah. diare tahun sebelumnya periode Juni-Desem-
Penyebab langsung yaitu konsumsi makanan ber 2009 yaitu sebesar 8,32 %. Kejadian penyakit
anak dan penyakit infeksi yang mungkin di- infeksi tersebut pun dapat menjadi faktor resiko
derita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya terjadinya kejadian gizi buruk pada balita. Se-
disebabkan makanan yang kurang tetapi juga lain itu, prevalensi rumah tangga yang sudah
karena penyakit infeksi. Anak yang mendapat berperilaku hidup bersih dan sehat di wilayah
makanan yang baik tetapi karena sering sakit puskesmas Leuwimunding adalah 21,11 %.
diare atau demam dapat menderita kurang Angka prevalensi ini masih cukup rendah ka-
gizi. Adapun penyebab tidak langsung yaitu ke- rena masih jauh dari nilai 100 %. Sedangkan
tahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan jumlah populasi balita di wilayah Puskesmas
anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan Leuwimunding paling banyak se-Kabupaten
lingkungan. Faktor-faktor tersebut sangat terkait Majalengka yaitu sebanyak 4.076 balita (Dinkes
dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan Majalengka, 2010).
keterampilan keluarga. Pola pengasuhan anak
dapat berpengaruh terhadap konsumsi maka- Metode
nan anak dan penyakit infeksi yang mungkin
diderita anak balita. Desain penelitian yang digunakan dalam
Dalam penelitian ini terdapat beberapa penelitian ini adalah cross sectional. Populasi
faktor yang diteliti yaitu faktor langsung berupa pada penelitian ini balita umur 7-59 bulan di
penyakit infeksi dan tingkat konsumsi energi wilayah Puskesmas Leuwimunding yaitu se-
dan protein serta pola asuh anak. Adapun pola banyak 4076 balita. Perhitungan besar sampel
pengasuhan anak dapat dikategorikan menjadi penelitian menggunakan uji hipotesis beda 2
tiga aspek yaitu praktik mengasuh anak ba- proporsi. Sampel Teknik sampling mengguna-
lita dilihat dari pemberian makan pada anak kan cluster random sampling, teknik tersebut di-
(PMA), praktik mengasuh anak balita dilihat lakukan dengan mendaftar banyaknya kelompok
dari praktik kebersihan anak (PKA), dan Pra- atau gugusan yang ada dalam populasi, kemudian
ktik mengasuh anak balita dilihat dari praktik mengambil sampel berdasarkan gugus-gugus
pengobatan anak (PPA) (Sri D A, 2008). posyandu tersebut. Puskesmas Leuwimunding
Asupan dan keadaan gizi balita dipenga- memiliki wilayah kerja sebanyak 84 posyandu.
ruhi oleh pola pengasuhan keluarga, karena ba- Pengambilan sampel secara gugus adalah dengan
lita masih tergantung dalam mendapatkan ma- mengambil 3 dari 84 posyandu tersebut dan
kanan. Penelitian mengenai adanya hubungan akan dipilih secara random. Kemudian anak
antara pola asuh dengan status gizi juga dilaku- balita yang berdomisili di tiga posyandu yang
kan oleh Dadang Rosmana tahun 2003, dimana terkena sampel tersebut adalah anak balita
dalam penelitiannya terdapat hubungan yang yang akan diteliti. Anak balita yang menja-
117
Fitri Kurnia Rahim / KEMAS 9 (2) (2014) 115-121
118
Fitri Kurnia Rahim / KEMAS 9 (2) (2014) 115-121
119
Fitri Kurnia Rahim / KEMAS 9 (2) (2014) 115-121
(PPA), dan praktik kebersihan anak (PKA) terhadap kebutuhan tubuh. Kalau susunan hi-
setelah dilakukan pendampingan gizi beberapa dangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari
bulan. Perbaikan praktik pengasuhan anak ter- segi kuantitas maupun kualitasnya, maka tubuh
utama pada akhir pendampingan gizi berkaitan akan mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang
erat dengan peningkatan pengetahuan ibu yang sebaik-baiknya, disebut konsumsi adekuat. Se-
memegang peranan yang dominan dalam pengasu- baliknya konsumsi yang kurang baik kualitas
han anak. Artinya, pesan-pesan gizi dan keseha- dan kuantitasnya akan memberikan kondisi ke-
tan yang berkaitan dengan pengasuhan anak sehatan gizi kurang atau kondisi defisit. Status
dapat dilaksanakan oleh ibu sebagai pengasuh gizi atau tingkat konsumsi pangan merupakan
anak. Temuan ini sejalan dengan hasil peneli- bagian terpenting dari status kesehatan seseorang.
tian Mulyati dalam Sri D.A. (2007) bahwa pen- Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi
didikan gizi pada ibu dapat mengubah pengeta- kesehatan seseorang, tetapi status kesehatan
huan gizi dan sikap ibu, yang akhirnya dapat juga mempengaruhi status gizi. Maka, tingkat
merubah perilaku makan ke arah yang lebih konsumsi makanan sangat berpengaruh ter-
baik dan dapat meningkatkan status gizi. hadap status gizi balita. Pola pemberian makan
Adapun hubungan tingkat konsumsi pada anak yang berhubungan dengan status
energi dan protein dengan status gizi sejalan gizi. Oleh karena itu dapat mempengaruhi ting-
dengan penelitian sebelumnya yaitu terdapat kat konsumsi energi dan protein pada balita,
hubungan antara tingkat asupan energi dan sehingga berimplikasi pada status gizi under-
protein dengan kejadian KEP bermakna seca- weight pada balita jika tingkat konsumsinya
ra statistik. Hubungan keduanya memiliki nilai kurang.
OR 6.73. Begitu juga dengan asupan protein,
memiliki nilai OR 3.49. Variabel asupan ener- Penutup
gi dan protein memiliki pengaruh yang besar
terhadap status gizi balita. Asupan energi yang Terdapat 31,40 % anak balita umur 7-59
kurang mempunyai risiko 2,9 kali lebih besar bulan di wilayah Puskesmas Leuwimunding ter-
untuk mengalami status gizi kurang dibanding- golong underweight. Pola asuh pemberian ma-
kan dengan anak yang asupan energinya cukup, kan anak (PMA) dan tingkat konsumsi energi dan
sedangkan anak dengan asupan protein yang protein berhubungan dengan underweight pada
kurang mempunyai risiko 3,1 kali lebih besar balita umur 7-59 bulan di wilayah Puskesmas
untuk mengalami status gizi kurang dibandingkan Leuwimunding. Tingkat konsumsi energi dan
dengan anak yang asupan proteinnya cukup. protein merupakan faktor langsung yang mem-
Tingkat konsumsi energi dan protein pengaruhi status gizi balita, sehingga dapat di-
merupakan faktor langsung yang mempengaruhi katakan keadaan kesehatan gizi tergantung dari
status gizi balita. Defisiensi energi dan pro- tingkat konsumsi zat gizi yang dikonsumsi se-
tein secara progresif menyebabkan kerusakan hari-hari. Sedangkan diare kronik, pneumonia,
mukosa, menurunnya resisten terhadap kolo- pola asuh praktik pengobatan anak (PPA) dan
nisasi dan invasi kuman patogen. Menurunnya praktik kebersihan anak (PKA) tidak terbukti
imunitas dan kerusakan mukosa memegang berhubungan dengan underweight pada balita
peranan utama dalam mekanisme pertahanan umur 7-59 bulan.
tubuh, sehingga pada akhirnya akan mem-
pengaruhi insiden penyakit. Keadaan kese- Ucapan Terimakasih
hatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi
zat gizi yang terdapat pada makanan sehari-ha- Ucapan terimakasih disampaikan kepa-
ri. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas da Pimpinan Puskesmas Leuwimunding, Kabu-
hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan paten Majalengka Jawa Barat atas terlaksananya
adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh penelitian ini. Terimakasih juga diucapkan ke-
di dalam suatu susunan hidangan dan perban- pada kader posyandu dan ibu balita yang ber-
dingan yang satu terhadap yang lain. Kualitas sedia membantu dan menjadi responden dalam
menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi penelitian ini.
120
Fitri Kurnia Rahim / KEMAS 9 (2) (2014) 115-121
121