Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PEMERIKSAAN MATA

1. Inspeksi
Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien, perhatikan :
 Posisi kedua mata (simetris atau tidak)
A. Pemeriksaan posisi bola mata dengan pemberian cahaya pada mata
Posisi bola mata normal adalah orto ( di tengah- tengah simetris kanan dan
kiri ), hal ini terlihat dari pemberian cahaya dan melihat refleksnya pada
kornea. Bila tidak simetris ada kemungkinan juling ( Strabismus ).

Terdapat beberapa jenis strabismus atau mata juling :

Esotropia : mata melenceng ke arah dalam

Exotropia : mata melenceng ke arah luar

Hypertropia : mata melenceng ke arah atas

Hypotropia : mata melenceng ke arah bawah.

B. Posisi bola mata dengan Cover-Uncover Test / Tes Tutup-Buka Mata


Cover-Uncover Test / Tes Tutup-Buka Mata adalah untuk mengidentifikasi
adanya Heterophoria. Heterophoria berhubungan dengan kelainan posisi bola
mata, dimana terdapat penyimpangan posisi bolamata yang disebabkan adanya
gangguan keseimbangan otot-otot bolamata yang sifatnya tersembunyi atau
latent. Ini berarti mata itu cenderung untuk menyimpang atau juling, namun tidak
nyata terlihat. Pada phoria, otot-otot ekstrinsik atau otot luar bola mata berusaha
lebih tegang atau kuat untuk menjaga posisi kedua mata tetap sejajar. Sehingga
rangsangan untuk berfusi atau menyatu inilah menjadi faktor utama yang
membuat otot -otot tersebut berusaha extra atau lebih, yang pada akhirnya
menjadi beban bagi otot-otot tersebut, wal hasil akan timbul rasa kurang nyaman
atau Asthenopia.
Dasar pemeriksaan Cover-Uncover Test / Tes Tutup-Buka Mata :
 Pada orang yang Heterophoria maka apabila fusi kedua mata diganggu (menutup
salah satu matanya dengan penutup/occluder, atau dipasangkan suatu filter),
maka deviasi atau peyimpangan laten atau tersembunyi akan terlihat.
 Pemeriksa memberi perhatian kepada mata yang berada dibelakang penutup.
 Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari luar (temporal) kearah
dalam (nasal) pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat
kelainan EXOPHORIA.
 Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari dalam (nasal) luar
kearah (temporal)pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat
kelainan ESOPHORIA.
 Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari atas (superior) kearah
bawah (inferior) pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat
kelainan HYPERPHORIA.
 Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari bawah (inferior) kearah
atas (superior) pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat
kelainan HYPORPHORIA.
Alat/sarana yang dipakai:
 Titik/lampu untuk fiksasi
 Jarak pemeriksaan :
o Jauh : 20 feet (6 Meter)
o Dekat : 14 Inch (35 Cm)
 Penutup/Occluder

Prosedur/Tehnik Pemeriksaan :
1. Minta pasien untuk selalu melihat dan memperhatikan titik fiksasi, jika objek
jauh kurang jelas, maka gunakan kacamata koreksinya.
2. Pemeriksa menempatkan dirinya di depan pasien sedemikian rupa, sehingga
apabila terjadi gerakan dari mata yang barusa saja ditutup dapat di lihat
dengan jelas atau di deteksi dengan jelas.
3. Perhatian dan konsentrasi pemeriksa selalu pada mata yang ditutup.
4. Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari luar (temporal) kearah
dalam (nasal) pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat
kelainan EXOPHORIA.Exophoria dinyatakan dengan inisial = X (gambar D)
5. Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari dalam (nasal) luar
kearah (temporal)pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat
kelainan ESOPHORIA.Esophoria dinyatakan dengan inisial = E (gambar C)
6. Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari atas (superior) kearah
bawah (inferior)) pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat
kelainan HYPERPHORIA.Hyperphoria dinyatakan dengan inisial = X (gambar
E)
7. Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari bawah (inferior)
kearah atas (superior) pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat
kelainan HYPOPHORIA.Hypophoria dinyatakan dengan inisial = X (gambar F)

 Gerakan bola mata


bola mata dapat bergerak karena adanya 6 otot penggerak bola mata (otot ekstra
okuler), yaitu:
 m. rektus superior,
 m. rektus lateral,
 m. rektus inferior,
 m. rektus medial,
 m. oblikus superior, dan
 m. oblikus inferior.

Otot ekstra okuler masing-masing memainkan peran dalam menentukan


kedudukan bola mata karena adanya 3 (tiga) sumbu rotasi (yaitu sumbu vertikal,
transversal, dan sagital), dan keseimbangan posisi tarikan keenam otot tersebut.

Pada arah pandang (direction of gaze) tertentu, otot agonis berkontraksi dan
menggulir mata kearah tersebut, sedangkan otot antagonisnya mengendor. Gerak
horizontal pada sumbu vertikal meliputi gerak adduksi dan abduksi. Gerak vertikal
pada sumbu transversal meliputi gerak elevasi dan depresi, sedangkan gerak pada
sumbu sagital menyebabkan siklorotasi bola mata berupa insikloduksi dan
eksikloduksi.
Gerak bola mata berfungsi untuk menempatkan stimuli visual dari lapang
pandangan perifer (retina perifer) ke titik pusat yang mempunyai tajam
penglihatan paling baik (fovea), dan juga mempertahankan fiksasi fovea pada
obyek yang bergerak. Fungsi ini bersama dengan fungsi mempertahankan
bayangan obyek di fovea serta stabilisasi bayangan di fovea selama gerakan kepala
adalah merupakan fungsi dasar gerakan mata pada manusia. Gerak bola mata
dikendalikan lewat pengaturan supranuklear yang berpusat di korteks frontalis,
korteks oksipitoparietalis, jalur dari kedua korteks tadi ke batang otak, formatio
retikularis paramedian pontis (FRPP) di batang otak, dan fasikulus longitudinalis
medialis (FLM) di batang otak. FLM menghubungkan nukleus ketiga saraf
penggerak bola mata (N III, IV dan VI) baik antara nuklei homolateral maupun
kontra lateral, sehingga gerakan bola mata dapat terkoordinasi dengan baik dan
maksud gerak bola mata seperti tersebut diatas dapat terlaksana

cara melakukan pemeriksaan gerak bola mata :

gerak bola diperiksa satu persatu / monokuler (duksi) dimulai mata kanan lebih
dahulu. Setelah masing-masing bola mata selesai diperiksa, dilakukan pemeriksaan
gerak dua mata / binokuler secara bersama-sama (versi). Pemeriksaan dilakukan
dengan cara penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa. Penderita diminta
mengikuti obyek pemeriksaan (penlight / ujung jari pemeriksa) ke beberapa arah
tanpa menggerakkan kepala.

Arah gerak obyek pada pemeriksaan adalah 9 posisi primer yaitu : atas, kanan
atas, kanan, kanan bawah, bawah, kiri bawah, kiri, kiri atas, dan pandangan
lurus ke depan. Pada pemeriksaan dua mata bersama sama, perhatikan arah
kedua mata ketika melihat jauh dan melihat dekat, normal pada saat melihat jauh
kedua mata mempunyai posisi lurus sejajar, sedang saat melihat dekat akan terjadi
konvergensi (kedua mata saling mendekat).

 Ukuran bola mata


apakah normal/ mikroftalmus/ Eksoftalmus atau ada penekanan bolamata
oleh tumor. Bola mata yang menonjol diukur penonjolannya dengan alat
Hertel.

Eksoftalmus

 Perhatikan alis mata : apakah bagian tertentu menipis/rontok


 Perhatikan kelopak mata ( palpebra ), apakah dapat menutup dan
membuka dengan sempurna, perhatikan mulai dari silia, margo dan fisura
palpebra, apakah ada ptosis, lagoftalmos, blefaritis, adanya keropeng atau
skuama. Silia yang tumbuh ke dalam disebut trikiasis atau entropion
palpebra yang dapat merusak kornea karena tergeseknya kornea oleh bulu
mata. Fisura palpebra normal lebarnya 28-30 mm. Fisura palpebra
dapat mengecil pada keadaan edema palpebra, blefaritis, ptosis dan
pseudoptosis. Sedangkan fisura palpebra melebar terdapat pada hipertiroid
dan tumor bola mata. Xantelasma adalah penimbunan deposit bewarna
kekuningan pada kelopak biasanya bagian nasal atas atau bawah. Jangan
lupa perhatikan kelenjar mata apakah ada kelainan berupa hordeolum,
kalazion, dakriosistitis, dakriostenosis dan canaliculitis.
Inspeksi kelopak mata dengan eversi kelopak atas, pemeriksaan untuk
menilai konyungtiva tarsalis
Caranya:
› Cuci tangan hingga bersih
› Pasien duduk didepan slit lamp
› Sebaiknya mata kanan pasien diperiksa dengan tangan kanan pemeriksa.
› Ibu jari memegang margo, telunjuk memegang kelopak bagian atas dan
meraba tarsus, lalu balikkan
› Setelah pemeriksaan selesai kembalikan posisi kelopak mata. Biasakan
memeriksa kedua mata.

Xantelasma, Blefaritis, Hordeolum, Kalazion, Dakriosistitis


 Perhatikan konjungtiva palpebra. (membuka mata, menarik palpebra
inferior, menekan canthus medialis.) Perhatikan :
1. Adakah ikterus
2. Bagaimanakah warna ikterus , kuning kejinggaan atau kehijauan
3. Apakah pucat (anemia)
4. Apakah kebiruan (sianosis)
5. Adakah pigmentasi lain
6. Adakah petechie bercak perdarahan atau/white centered spot.
 Inspeksi kornea, iris, lensa dan pupil, nilai kejernihannya, refleks
terhadap cahaya, ada atau tidaknya benda asing.

II. Pemeriksaan visus


Dengan Snellen Chart, sudah dilaksanakan

IV. Fundus refleks :


1. Mata penderita ditetesi dulu dengan midriatikum dan dibiarkan
selama 5 menit didalam kamar gelap.
2. Pemeriksa dan penderita didalam kamar gelap di samping meja dan
lampu pijar pada jarak kurang lebih 50 cm.
3. Sinar yang datang dari lampu dipantulan oleh cermin datar atau
cekung, masuk ke pupil penderita.
4. Pemeriksa menilai kejernihan : cornea, COA, lensa dan corpus
vitreum (media -refrakta ).
Apabila media refrakta jernih, maka dari jauh saja pemeriksa dapat
melihat refleksi fundus yang berwarna merah jingga cemerlang.

V. Pemeriksaan funduscopi :
Tujuan :
Tes untuk melihat dan menilai kelainan dan keadaan pada fundus okuli

Dasar :
Cahaya yang dimasukkan kedalam fundus akan memberikan refleks fundus.
Gambaran fundus mata akan terlihat bila fundus diberi sinar.

Alat : 1. Oftalmoskop
2. Obat melebarkan pupil
- tropicamide 0.5%-1% (mydriacyl)
- fenilefrin hidroklorida 2.5% (kerja lebih cepat)

Perhatian :
Sebaiknya sebelum melebarkan pupil diukur tekanan bola mata terlebih
dahulu.
Sebaiknya melakukan pemeriksaan dengan pupil dilebarkan, kecuali bila :
- Bilik mata yang dangkal
- Trauma kepala
- Implan fiksasi pada iris
- Pasien pulang mengendarai kendaraan sendiri
- Pasien glaukoma sudut sempit

Tehnik
Oftalmoskopi direk
 Mata kanan pasien dengan mata kanan pemeriksa, mata kiri pasien dengan
mata kiri pemeriksa kecuali bila pasien dalam keadaan tidur dapat
dilakukan dari atas.
 Mula-mula diputar roda lensa oftalmoskop sehingga menunjukkan angka
+12 D
 Oftalmoskop diletakkan 10 cm dari mata pasien. Pada saat ini fokus terletak
pada kornea atau pada lensa mata.
 Bila ada kekeruhan pada kornea atau lensa mata akan terlihat bayangan
yang hitam pada dasar yang jingga.( oftalmoskop jarak jauh)
 Selanjutnya oftalmoskop lebih didekatkan pada mata pasien dan roda lensa
oftalmoskop diputar, sehingga roda lensa menunjukkan angka mendekati
nol.
 Sinar difokuskan pada papil saraf optik.
 Diperhatikan warna, tepi, dan pembuluh darah yang keluar dari papil saraf
optik.
 Mata pasien diminta melihat sumber cahaya oftalmoskop yang dipegang
pemeriksa, dan pemeriksa dapat melihat keadaan makula lutea pasien
 Dilakukan pemeriksaan pada seluruh bagian retina.
Oftalmoskopi indirek
 Pemeriksa menggunakan kedua mata
 Alat diletakkan tepat didepan kedua mata dengan bantuan pengikat di
sekeliling kepala
 Pada celah oftalmoskop dipasang lensa konveks +4D yang menghasilkan
bayangan jernih bila akomodasi diistirahatkan
 Jarak dengan penderita kurang lebih 40cm
 Pemeriksaan juga membutuhkan suatu lensa tambahan , disebut lensa
objektif yang berkekuatan S +13 D, ditempatkan 7-10 cm didepan mata
penderita
 Bila belum memproleh bayangan yang baik, lensa objektif ini digeser
mendekat dan menjauh.

Direk Indirek

Sifat bayangan Tegak Terbalik

Pembesaran 15x 4-5x

Lapang pandang Kecil Lebih besar

Hal-hal khusus Refleks macula dan General view


detail retina lebih jelas

Non stereoskopik
Stereoskopik, penting
Tidak berfungsi pada pada ablatio retina
kekeruhan media Masih dapet
memperlihatkan
gambaran fudus
meskipun media keruh

Nilai
Dapat dilihat keadaan normal dan patologik pada fundus mata
kelainan yang dapat dilihat

1. Pada papil saraf optik

 Papiledema
 Hilangnya pulsasi vena saraf optik
 Ekskavasi papil saraf optik pada glaukoma
 Atrofi saraf optic
 Normal:
 Warna : merah kekuningan dengan bagian temporal lebih
terang dari bagian nasal
 Bentuk : bulat
 Batas papil : tegas
 Cup disc (C/D) ratio 0,3 – 0,5

2. Pada retina

 Perdarahan subhialoid
 Perdarahan intra retina, lidah api, dots, blots
 Edema retina
 Edema macula
 Ablasio
 Sikatrik

3. Pembuluh darah retina

 Perbandingan atau rasio arteri vena (normal=2:3)


 Perdarahan dari arteri atau vena
 Adanya mikroaneurisma dari vena
 Normal : Warna pembuluh darah arteri tampak merah terang
dan vena merah tua, tidak ada selubung pembuluh darah.
Perbandingan caliber pembuluh arteri/vena (A/V) adalah 2:3

4. Makula :
 Eksudat atau sikatrik di sekitar macula
 Reflex fovea menurun atau negative (Normal: refleks fovea
positif)
Oftalmoskop
Check list pemeriksaan fisik mata
No Aspek yang dinilai Skor
0 1 2
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien
0 : tidak melakukan
1 : melakukan 1 item
2 : melakukan 2 item
2. Menjelaskan kepada pasien mengenai pemeriksaan yang akan
dilakukan, tujuan pemeriksaan dan meminta persetujuan
0 : tidak menjelaskan
1 : Menjelaskan salah satu atau menggunakan bahasa yang sulit
(bahasa medis)
2 : menjelaskan seluruh item dan menggunankan bahasa yang
mudah dimengerti pasien
3. Menyiapkan dan menyebutkan alat yang digunakan untuk
pemeriksaan ( penlight/ senter )
0 : tidak melakukan
1 : melakukan
4. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan (critical
step)
0 : tidak melakukan
1 : melakukan
5. Mempersilahkan pasien duduk dengan posisi saling
berhadapan dengan pemeriksa dan lutut antara pasien dan
pemeriksa saling bertemu
0 : tidak melakukan
1 : melakukan

Pemeriksaan fisik mata


6. Inspeksi alis dan kelopak mata luar, ada kelainan atau tidak
( kalau ada kelainan sebutkan apa kelainannya ) , apakah
simetris kanan dan kiri
0 : tidak melakukan
1 : melakukan tidak sempurna
2 : melakukan secara sempurna
7. Meminta pasien menutup kedua mata, apakah pasien dapat
menutup mata dengan sempurna atau tidak.
0 : tidak melakukan
1 : melakukan tidak sempurna
2 : melakukan secara sempurna
8. Meminta pasien membuka matanya dan perhatikan ukuran
bola mata apakah normal atau tidak.
0 : tidak melakukan
1 : melakukan tidak sempurna
2 : melakukan secara sempurna
9. Melakukan pemeriksaan konjungtiva palpebra inferior dengan
menekan kelopak mata bagian bawah, mata pasien diminta
melihat ke atas dan nilai apakah normal atau ada kelainan.
0 : tidak melakukan
1 : melakukan tidak sempurna
2 : melakukan secara sempurna
10. Melakukan pemeriksaan dengan eversi kelopak mata atas,
kemudian pasien diminta melihat ke bawah dan nilai apakah
ada kelainan atau tidak
0 : tidak melakukan
1 : melakukan tidak sempurna
2 : melakukan secara sempurna
11. Inspeksi sklera dan konjungtiva bulbi, apakah ada kelainan atau
tidak
0 : tidak melakukan
1 : melakukan tidak sempurna
2 : melakukan secara sempurna
12. Inspeksi kornea , iris, lensa dan pupil, apakah jernih atau tidak,
ada benda asing atau tidak, pupil mengecil atau melebar,
apakah ukurannya sama antara mata kanan dan kiri
0 : tidak melakukan
1 : melakukan tidak sempurna
2 : melakukan secara sempurna
13. Menentukan posisi bola mata dengan memberikan cahaya pada
kedua mata pasien dengan pen light lalu perhatikan refleks
cahaya pada kornea dan posisi kornea apakah normal atau
tidak
0 : tidak melakukan
1 : melakukan tidak sempurna
2 : melakukan dengan sempurna
14. Melakukan Cover uncover test, mata fokus pada satu tititk atau
sumber cahaya dan mata yang di periksa di tutup selama 5-10
detik kemudian penutup di buka dan lihat arah gerak bolamata
apakah normal atau tidak
0 : tidak melakukan
1 : melakukan tidak sempurna
2 : melakukan secara sempurna
15. Mencuci tangan setelah melakukan pemeriksaan
0 : tidak melakukan
1 : melakukan

16. Menyebutkan kesimpulan pemeriksaan dan mencatat dalam


rekam medik
0 : tidak mampu menyimpulkan
1 : menyimpulkan pemeriksaan tidak sempurna
2 : mampu menyimpulkan dengan sempurna
17. Komunikasi dan perilaku profesional
1. Mampu untuk melibatkan pasien dalam membuat
keputusan klinik, pemeriksaan klinik.
2. Melakukan setiap tindakan dengan berhati-hati dan teliti.
3. Memperhatikan kenyamanan pasien.

0 : Memenuhi 1 kriteria / tidak memenuhi criteria


1 : Memenuhi 2 kriteria
2 : Memenuhi seluruh kriteria

Penilai,

Total Skor = _____ x 100% = %


28
(..............................................)
Check list pemeriksaan Funduskopi
No Aspek yang dinilai Skor
0 1 2
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien
0 : tidak melakukan
1 : melakukan 1 item
2 : melakukan 2 item
2. Menjelaskan kepada pasien mengenai pemeriksaan yang akan
dilakukan dan tujuan pemeriksaan
0 : tidak menjelaskan
1 : menjelaskan 1 item
2 : menjelaskan 2 item
3. Menyiapkan dan menyebutkan alat yang digunakan untuk
pemeriksaan ( oftalmoskop )
0 : tidak melakukan
1 : melakukan
4. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan (critical
step)
0 : tidak melakukan
1 : melakukan

5. Mempersilahkan pasien duduk dengan posisi saling


berhadapan dengan pemeriksa dan kedua kaki antara pasien
dan pemeriksa saling menyamping
0 : tidak melakukan
1 : melakukan

Pemeriksaan Funduskopi
6. Sebelum melakukan pemeriksaan sesuaikan fokus alat
oftalmoskop dengan visus pemeriksa , kemudian hidupkan
lampunya dan pilihlah cahaya yang terbesar.
0 : tidak melakukan
1 : melakukan tidak sempurna
2 : melakukan secara sempurna
7. Memeriksa mata kanan pasien dengan mata kanan pemeriksa
dan pemeriksa memegang oftalmoskop dengan tangan
kanannya dan begitu juga degan mata sebaliknya
0 : tidak melakukan
1 : melakukan tidak sempurna
2 : melakukan secara sempurna
8. Meminta pasien membuka matanya dan melihat fokus ke
belakang bahu pemeriksa, cahaya lampu oftalmoskop di
arahkan kemata pasien dengan jarak 15 cm kemudian nilai
refleks fundus apakah normal atau tidak
0 : tidak melakukan
1 : melakukan tidak sempurna
2 : melakukan secara sempurna
9. Menggerakkan pelan-pelan oftalmoskop mendekati mata
pasien dan tangan pemeriksa sambil mencari diskus N. Otikus
di bagian nasal, kemudian pembuluh darah ke arah temporal,
setelah itu meminta pasien melihat kearah oftalmoskop dan
nilai makula retina , tentukah apakah ada kelainan atau tidak
0 : tidak melakukan
1 : melakukan tidak sempurna
2 : melakukan secara sempurna
10. Pemeriksaan funduskopi telah selesai dan pemeriksa mencuci
tangan
0 : tidak melakukan
1 : melakukan

11. Menyebutkan kesimpulan pemeriksaan dan mencatat dalam


rekam medik
0 : tidak mampu menyimpulkan
1 : menyimpulkan pemeriksaan tidak sempurna
2 : mampu menyimpulkan dengan sempurna
12. Komunikasi dan perilaku profesional
1. Mampu untuk melibatkan pasien dalam membuat
keputusan klinik, pemeriksaan klinik.
2. Melakukan setiap tindakan dengan berhati-hati dan teliti.
3. Memperhatikan kenyamanan pasien.

0 : Memenuhi 1 kriteria / tidak memenuhi criteria


1 : Memenuhi 2 kriteria
2 : Memenuhi seluruh kriteria

Penilai,

Total Skor = _____ x 100% = %


20
(..............................................)

Anda mungkin juga menyukai