Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR
I. Konsep Medis
1. Definisi
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan
jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu
lengkap atau tidak lengkap. (Nurarif. 2013).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya. (Brunner and Suddarth, 2016).
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena
stress pada tulang yang berlebihan. (Rasjad. 2008).
Fraktur Tibia adalah fraktur yang terjadi pada bagian tibia sebelah kanan
maupun kiri akibat pukulan benda keras atau jatuh yang bertumpu pada kaki.
Fraktur ini sering terjadi pada anak- anak dan wanita lanjut usia dengan tulang
osteoporosis dan tulang lemah yang tak mampu menahan energi akibat jatuh
atau benturan benda keras (Handerson, 2011).
Menurut Mansjoer (2015), fraktur tibia (bumper fracture/fraktur
tibia plateau) adalah fraktur yang terjadi akibat trauma langsung dari arah
samping lutut dengan kaki yang masih terfiksasi ke tanah.

2. Etiologi
Fraktur disebabkan oleh:
a. Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang. Hal tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang
terjadi biasanya bersifat komuniti dan jaringan lunak ikut mengalami
kerusakan.
b. Trauma tidak langsung
Apabila trauma dihantarkan kedaerah yang lebih jauh dari daerah fraktur,
trauma tersebut disebut trauma tidak langsung. Misalnya jatuh dengan
tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan
ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.
Fraktur juga dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya
meremuk, gerakan puntir mendadak, dan kontraksi otot ekstrim. (Brunner &
Suddart, 2016).
Penyebab paling umum fraktur tibia biasanya disebabkan oleh:
a. Pukulan/benturan langsung.
b. Jatuh dengan kaki dalam posisi fleksi.
c. Gerakan memutar mendadak.
d. Kelemahan/kerapuhan struktur tulang akibat gangguan atau penyakit
primer seperti osteoporosis.
Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi fraktur adalah:
a. Riwayat penyakit keluarga seperti diabetes, osteoporosis, osteoartritis.
b. Nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium dan protein.
c. Usia lanjut lebih dari 50 tahun. Karena pada lansia pembentukan substansi
dasar tulang rawan berkurang.

3. Tanda dan Gejala


a. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
dimobilisasikan.
b. Krepitus yaitu saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya
derik tulang.
c. Deformitas (terlihat maupun teraba).
d. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
e. Tak mampu menggerakkan kaki karena adanya perubahan bentuk/posisi
berlebihan bila dibandingkan dengan keadaan normal ( Handerson.2011).
4. Patofisiologi
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan
metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang
terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan
pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi
perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan
poliferasi menjadi odem lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur
terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan
gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi
revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan
mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka
atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan
rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi
neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar. Pada
umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan
imobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah
dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh (Henderson, 2011).

5. Klasifikasi fraktur, antara lain:


a. Fraktur komplet: Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergeseran dari posisi normal.
b. Fraktur tidak komplet: Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian
dari garis tengah tulang.
c. Fraktur tertutup: Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi
fragmen frakturnya tidak menembus jaringan kulit.
d. Fraktur terbuka: Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur
(Fragmen frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa
menimbulkan infeksi pada tempat fraktur (terkontaminasi oleh benda
asing).
1) Grade I dengan luka bersih kurang dari l cm panjangnya.
2) Grade II luka lebih besar, luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang
ekstensif.
3) Grade III yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan
jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling kuat ( Mansjoer, arif.
2015).

6. Komplikasi
Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :
a. Komplikasi Dini
1) Nekrosis kulit.
2) Osteomielitis.
3) Kompartement sindrom.
4) Emboli lemak.
5) Tetanus.
b. Komplikasi Lanjut
1) Kelakuan sendi
2) Penyembuhan fraktur yang abnormal:
a) Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah
sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk
sudut atau miring.
b) Delayed union, adalah proses penyembuhan yang berjalan terus
tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
c) Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
3) Osteomielitis kronis.
4) Osteoporosis pasca trauma.
5) Ruptur tendon (Mansjoer, arif. 2015).

7. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang fraktur menurut Nurarif 2013:
a. Pemeriksaan Rongent
Menentukan luas atau lokasi fraktur.
b. CT Scan tulang, tomogram MRI
Untuk melihat dengan jelas daerah yang mengalami kerusakan.
c. Arteriogram (bila terjadi kerusakan vasculer)
d. Hitung darah kapiler lengkap
1) HT mungkin meningkat (hema konsentrasi) meningkat atau menurun.
2) Kreatinin meningkat, trauma obat, keratin pada ginjal meningkat.
3) Kadar Ca kalsium, Hb.

8. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan
pengembalian fungsi dan ketentuan normal dengan rehabilitasi.
a. Reduksi fraktur (seting tulang) berarti mengembalikan fregmen tulang pada
kesejajaran dan rotasi anatomis.
b. Imobilisasi fraktur: setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus
diimobilasisi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar
sampai terjadi penyatuan.
c. Rehabilitasi: proses mengembalikan ke fungsi dan struktur semula dengan
cara melakukan ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuan klien (Rasjad. 2008).

II. Konsep Keperawatan


a. Pengkajian Fokus
1) Anamnesa
a) Data Biografi
b) Riwayat kesehatan masa lalu
c) Riwayat kesehatan keluarga
2) Pemeriksaan Fisik
a) Aktivitas / istirahat
Keterbatasan/kehilangan fungsi yang efektif (perkembangan
sekunder dari jaringan yang bengkak / nyeri).
b) Sirkulasi
- Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri /
ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah).
- Takikardia (respon stress , hipovolemik).
- Penurunan nadi pada distal yang cidera , pengisian kapiler
lambat.
- Pembengkakan jaringan atau hematoma pada sisi yang cidera.
c) Neurosensori
- Hilang gerakan / sensasi, spasme otot.
- Kebas / kesemutan (parestesia).
- Nyeri / kenyamanan.
- Nyeri mungkin sangat berat, edema, hematoma dan spasme
otot merupakan penyebab nyeri di rasakan.
d) Keamanan
Laserasi kulit, avulsi jaringan, pendarahan, perubahan warna
Pembengkakan local.

e) Pengetahuan
Kurangnya pemajanan informasi tentang penyakit, prognosis dan
pengobatan serta perawatannya.
Pre Operasi
1) Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
- Kegiatan yang beresiko cidera.
- Riwayat penyakit yang menyebabkan jatuh.
- Kebiasaan beraktivitas tanpa pengamanan.
2) Pola nutrisi metabolik
- Adanya gangguan pola nafsu makan karena nyeri.
- Observasi terjadinya perdarahan pada luka dan perubahan warna
kulit di sekitar luka, edema.
3) Pola eliminasi
- Konstipasi karena imobilisasi.
4) Pola aktivitas dan latihan
- Kesemutan, baal.
- Ada riwayat jatuh atau terbentur ketika sedang beraktivitas.
- Tidak kuat menahan beban berat.
- Keterbatasan mobilisasi.
- Berkurangnya atau tidak terabanya denyut nadi pada daerah distal
injury, lambatnya kapiler refill tim.
5) Pola tidur dan istirahat
- Tidak bisa tidur karena kesakitan.
- Sering terbangun karena kesakitan.
6) Pola persepsi kognitif
- Nyeri pada daerah fraktur.
- Kesemutan dan baal pada bagian distal fraktur.
- Paresis, penurunan atau kehilangan sensasi.
7) Pola persepsi dan konsep diri
- Rasa khawatir akan dirinya karena tidak dapat beraktivitas seperti
keadaan sebelumnya.
8) Pola peran dan hubungan dengan sesama
- Merasa tidak ditolong.
- Kecemasan akan tidak melakukan peran seperti biasanya.
Post Operasi
1) Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
- Kegiatan yang beresiko cidera.
- Pengetahuan pasien tentang perawatan luka di rumah.
2) Pola nutrisi metabolik
- Adanya gangguan pola nafsu makan karena nyeri.
3) Pola eliminasi
- Konstipasi karena imobilisasi.
4) Pola aktivitas dan latihan
- Keterbatasan beraktivitas.
- Hilangnya gerakan atau sensasi spasme otot.
- Baal atau kesemutan.
- Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera.
- Perdarahan, perubahan warna.
5) Pola tidur dan istirahat
- Tidak bisa tidur karena kesakitan luka operasi.
- Sering terbangun karena kesakitan.
6) Pola persepsi kognitif
- Keluhan lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri.
- Nyeri pada luka operasi.
- Tidak adanya nyeri akibat kerusakan saraf.
- Pembengkakan, perdarahan, perubahan warna.
7) Pola persepsi dan konsep diri
- Rasa khawatir akan dirinya karena tidak dapat beraktivitas seperti
keadaan sebelumnya.
8) Pola peran dan hubungan dengan sesama
- Merasa tidak tertolong.
- Kecemasan akan tidak melakukan peran seperti biasanya
(Muttaqin 2011).
b. Analisa data dan Diagnosa keperawatan
1) Analisa data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan
pengembangan daya fikir berdasarkan ilmiah,pengetahuan yang sama
dengan masalah yang di dapat pada pasien (Brunner & Suddarth 2016).
2) Diangnosa keperawatan
a) Ketidakefektifan perfusi jaringan.
b) Nyeri akut.
c) Hambatan mobilisasi fisik.
d) Intoleransi aktivitas.
e) Kerusakan integritas jaringan.
f) Resiko tinggi infeksi (Nanda Internatioal 2015-2017).
3) Intervensi keperawatan ( Nanda International 2015-2017).

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1. Ketidakefektifan Perfusi NOC : NIC :
4.4.00204. jaringan Definisi : Penurunan  Status sirkulasi Manajemen sensasi perifer
pemberian oksigen dalam Kriteria Hasil :  Monitor adanya daerah
kegagalan memberi makan  mendemonstrasikan status tertentu yang hanya
jaringan pada tingkat kapiler. sirkulasi yang ditandai peka terhadap
Batasan karakteristik : dengan : panas/dingin/tajam/tum
Renal Tekanan systole pul.
 Perubahan tekanan dandiastole dalam rentang  Monitor adanya
darah di luar batas yang diharapkan. paretese.
parameter. Tidak ada  Instruksikan keluarga
 Hematuria. ortostatikhipertensi. untuk mengobservasi
 Oliguri/anuria. Tidak ada tanda tanda kulit jika ada lsi atau
 Elevasi/penurunan peningkatan tekanan laserasi.
BUN/rasio kreatinin. intrakranial (tidak lebih  Gunakan sarun tangan
Gastro Intestinal dari 15 mmHg). untuk proteksi.
 Secara usus hipoaktif  Mendemonstrasikan  Batasi gerakan pada
atau tidak ada. kemampuan kognitif yang kepala, leher dan
 Nausea. ditandai dengan: punggung.
 Distensi abdomen. berkomunikasi dengan  Monitor kemampuan
 Nyeri abdomen atau jelas dan sesuai dengan BAB.
tidak terasa lunak kemampuan.  Kolaborasi pemberian
(tenderness).  Menunjukkan perhatian, analgetik.
Peripheral konsentrasi dan orientasi.  Monitor adanya
 Memproses informasi tromboplebitis.
 Edema
membuat keputusan  Diskusikan menganai
 Tanda Homan positif
dengan benar. penyebab perubahan
 Perubahan
 Menunjukkan fungsi sensasi.
karakteristik kulit
sensori motori cranial yang
(rambut, kuku,
utuh : tingkat kesadaran
air/kelembaban).
mambaik, tidak ada
 Denyut nadi lemah
gerakan gerakan
atau tidak ada.
involunter.
 Diskolorisasi kulit.
 Perubahan suhu kulit.
 Perubahan sensasi.
 Kebiru-biruan.
 Perubahan tekanan
darah di ekstremitas.
 Bruit.
 Terlambat sembuh.
 Pulsasi arterial
berkurang.
 Warna kulit pucat pada
elevasi, warna tidak
kembali pada
penurunan kaki.
Cerebral
 Abnormalitas bicara.
 Kelemahan ekstremitas
atau paralis.
 Perubahan status
mental.
 Perubahan pada respon
motorik.
 Perubahan reaksi pupil.
 Kesulitan untuk
menelan.
 Perubahan kebiasaan.
Kardiopulmonar
 Perubahan frekuensi
respirasi di luar batas
parameter.
 Penggunaan otot
pernafasan tambahan.
 Balikkan kapiler > 3
detik (Capillary refill).
 Abnormal gas darah
arteri.
 Perasaan ”Impending
Doom” (Takdir
terancam).
 Bronkospasme.
 Dyspnea.
 Aritmia.
 Hidung kemerahan.
 Retraksi dada.
 Nyeri dada.
Faktor-faktor yang
berhubungan :
 Hipovolemia.
 Hipervolemia.
 Aliran arteri terputus.
 Exchange problems.
 Aliran vena terputus.
 Hipoventilasi.
 Reduksi mekanik pada
vena dan atau aliran
darah arteri.
 Kerusakan transport
oksigen melalui
alveolar dan atau
membran kapiler.
 Tidak sebanding antara
ventilasi dengan aliran
darah.
 Keracunan enzim.
 Perubahan
afinitas/ikatan O2
dengan Hb.
 Penurunan konsentrasi
Hb dalam darah.

2. Nyeri akut NOC : NIC :


12,1,00132 Definisi :  Tingkat nyeri Managemen nyeri
Sensori yang tidak Kriteria Hasil :  Lakukan pengkajian
menyenangkan dan  Mampu mengontrol nyeri nyeri secara
pengalaman emosional yang (tahu penyebab nyeri, komprehensif termasuk
muncul secara aktual atau mampu menggunakan lokasi, karakteristik,
potensial kerusakan jaringan tehnik nonfarmakologi durasi, frekuensi,
atau menggambarkan adanya untuk mengurangi nyeri, kualitas dan faktor
kerusakan (Asosiasi Studi mencari bantuan). presipitasi.
Nyeri Internasional): serangan  Melaporkan bahwa nyeri  Observasi reaksi
mendadak atau pelan berkurang dengan nonverbal dari
intensitasnya dari ringan menggunakan manajemen ketidaknyamanan.
sampai berat yang dapat nyeri.  Gunakan teknik
diantisipasi dengan akhir yang  Mampu mengenali nyeri komunikasi terapeutik
dapat diprediksi dan dengan (skala, intensitas, frekuensi untuk mengetahui
durasi kurang dari 6 bulan. dan tanda nyeri). pengalaman nyeri
Batasan karakteristik :  Menyatakan rasa nyaman pasien.
 Laporan secara verbal setelah nyeri berkurang.  Kaji kultur yang
atau non verbal.  Tanda vital dalam rentang mempengaruhi respon
 Fakta dari observasi. normal. nyeri.
 Posisi antalgic untuk  Evaluasi pengalaman
menghindari nyeri. nyeri masa lampau.
 Gerakan melindungi.  Evaluasi bersama
 Tingkah laku berhati- pasien dan tim
hati. kesehatan lain tentang
 Muka topeng. ketidakefektifan
 Gangguan tidur (mata kontrol nyeri masa
sayu, tampak capek, lampau.
sulit atau gerakan  Bantu pasien dan
kacau, menyeringai). keluarga untuk mencari
 Terfokus pada diri dan menemukan
sendiri. dukungan.
 Fokus menyempit  Kontrol lingkungan
(penurunan persepsi yang dapat
waktu, kerusakan mempengaruhi nyeri
proses berpikir, seperti suhu ruangan,
penurunan interaksi pencahayaan dan
dengan orang dan kebisingan.
lingkungan).  Kurangi faktor
 Tingkah laku distraksi, presipitasi nyeri.
contoh : jalan-jalan,  Pilih dan lakukan
menemui orang lain penanganan nyeri
dan/atau aktivitas, (farmakologi, non
aktivitas berulang- farmakologi dan inter
ulang). personal).
 Respon autonom  Kaji tipe dan sumber
(seperti diaphoresis, nyeri untuk
perubahan tekanan menentukan intervensi.
darah, perubahan  Ajarkan tentang teknik
nafas, nadi dan dilatasi non farmakologi.
pupil).  Berikan analgetik
 Perubahan autonomic untuk mengurangi
dalam tonus otot nyeri.
(mungkin dalam  Evaluasi keefektifan
rentang dari lemah ke kontrol nyeri
kaku).  Tingkatkan istirahat.
 Tingkah laku ekspresif  Kolaborasikan dengan
(contoh : gelisah, dokter jika ada keluhan
merintih, menangis, dan tindakan nyeri
waspada, iritabel, nafas tidak berhasil.
panjang/berkeluh  Monitor penerimaan
kesah). pasien tentang
Faktor yang berhubungan: manajemen nyeri.
Agen injuri (biologi, kimia,
Analgesic Administration
fisik,psikologis).

 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat.
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi.
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu.
 Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri.
 Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal.
 Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur.
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali.
 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat.
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping).

3. Hambatan mobilitas fisik NOC : NIC :


4.2.00085. Definisi : Keterbatasan dalam  Tingkat mobilitas Terapi : ambulation
kebebasan untuk pergerakan Kriteria Hasil :  Monitoring vital sign
fisik tertentu pada bagian  Klien meningkat dalam sebelm/sesudah latihan
tubuh atau satu atau lebih aktivitas fisik. dan lihat respon pasien
ekstremitas.  Mengerti tujuan dari saat latihan.
Batasan karakteristik : peningkatan mobilitas.  Konsultasikan dengan
 Postur tubuh yang  Memverbalisasikan terapi fisik tentang
tidak stabil selama perasaan dalam rencana ambulasi
melakukan kegiatan meningkatkan kekuatan sesuai dengan
rutin harian. dan kemampuan berpindah. kebutuhan.
 Keterbatasan  Memperagakan  Bantu klien untuk
kemampuan untuk penggunaan alat Bantu menggunakan tongkat
melakukan untuk mobilisasi (walker). saat berjalan dan cegah
keterampilan motorik terhadap cedera.
kasar.  Ajarkan pasien atau
 Keterbatasan tenaga kesehatan lain
kemampuan untuk tentang teknik
melakukan ambulasi.
keterampilan motorik  Kaji kemampuan
halus. pasien dalam
 Tidak ada koordinasi mobilisasi.
atau pergerakan yang  Latih pasien dalam
tersentak-sentak. pemenuhan kebutuhan
 Keterbatasan ROM. ADLs secara mandiri
 Kesulitan berbalik sesuai kemampuan.
(belok).  Dampingi dan Bantu
 Perubahan gaya pasien saat mobilisasi
berjalan (Misal : dan bantu penuhi
penurunan kecepatan kebutuhan ADLs ps.
berjalan, kesulitan  Berikan alat Bantu jika
memulai jalan, langkah klien memerlukan.
sempit, kaki diseret,  Ajarkan pasien
goyangan yang bagaimana merubah
berlebihan pada posisi posisi dan berikan
lateral). bantuan jika
 Penurunan waktu diperlukan.
reaksi.
 Bergerak
menyebabkan nafas
menjadi pendek.
 Usaha yang kuat untuk
perubahan gerak
(peningkatan perhatian
untuk aktivitas lain,
mengontrol perilaku,
fokus dalam anggapan
ketidakmampuan
aktivitas).
 Pergerakan yang
lambat.
 Bergerak
menyebabkan tremor.
Faktor yang berhubungan :
 Pengobatan.
 Terapi pembatasan
gerak.
 Kurang pengetahuan
tentang kegunaan
pergerakan fisik.
 Indeks massa tubuh
diatas 75 tahun
percentil sesuai dengan
usia.
 Kerusakan persepsi
sensori.
 Tidak nyaman, nyeri.
 Kerusakan
muskuloskeletal dan
neuromuskuler.
 Intoleransi
aktivitas/penurunan
kekuatan dan stamina.
 Depresi mood atau
cemas.
 Kerusakan kognitif.
 Penurunan kekuatan
otot, kontrol dan atau
masa.
 Keengganan untuk
memulai gerak.
 Gaya hidup yang
menetap, tidak
digunakan,
deconditioning.
 Malnutrisi selektif atau
umum.

4. Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


4.4.00092. Definisi : Ketidakcukupan  Konservasi energi Manajemen energi
energi secara fisiologis Kriteria Hasil :  Observasi adanya
maupun psikologis untuk  Berpartisipasi dalam pembatasan klien
meneruskan atau aktivitas fisik tanpa disertai dalam melakukan
menyelesaikan aktifitas yang peningkatan tekanan darah, aktivitas.
diminta atau aktifitas sehari nadi dan RR  Dorong anak
hari.  Mampu melakukan untuk.mengungkapkan
Batasan karakteristik : aktivitas sehari hari perasaan terhadap
 melaporkan secara (ADLs) secara mandiri keterbatasan.
verbal adanya  Kaji adanya factor
kelelahan atau yang menyebabkan
kelemahan. kelelahan.
 Respon abnormal dari  Monitor nutrisi dan
tekanan darah atau sumber energi
nadi terhadap aktifitas. tangadekuat.
 Perubahan EKG yang  Monitor pasien akan
menunjukkan aritmia adanya kelelahan fisik
atau iskemia. dan emosi secara
 Adanya dyspneu atau berlebihan.
ketidaknyamanan saat  Monitor respon
beraktivitas. kardivaskuler terhadap
aktivitas.
 Monitor pola tidur dan
Faktor factor yang lamanya tidur/istirahat
berhubungan : pasien.
 Tirah Baring atau
imobilisasi.
 Kelemahan Activity Therapy
menyeluruh.  Kolaborasikan dengan

 Ketidakseimbangan Tenaga Rehabilitasi.

antara suplei oksigen  Medik

dengan kebutuhan. dalammerencanakan

 Gaya hidup yang progran terapi yang

dipertahankan. tepat.
 Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan.
 Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yangsesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social.
 Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan.
 Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek.
 Bantu untu
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai.
 Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang.
 Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas.
 Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas.
 Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan.
 Monitor respon fisik,
emoi, social dan
spiritual.

5. Kerusakan intergritas NOC : NIC :


11,1,00046. jaringan.  Integritas jaringan Manajemen jaringan
Definisi : Perubahan pada Kriteria Hasil :  Anjurkan pasien untuk
epidermis dan dermis. menggunakan pakaian
 Integritas kulit yang baik
Batasan karakteristik : yang longgar.
bisa dipertahankan
 Gangguan pada bagian  Hindari kerutan padaa
(sensasi, elastisitas,
tubuh. tempat tidur.
temperatur, hidrasi,
 Kerusakan lapisa kulit  Jaga kebersihan kulit
pigmentasi).
(dermis). agar tetap bersih dan
 Tidak ada luka/lesi pada
 Gangguan. permukaan kering.
kulit.
kulit (epidermis).  Mobilisasi pasien
 Perfusi jaringan baik.
Faktor yang berhubungan: (ubah posisi pasien)
 Menunjukkan.pemahaman
Eksternal : setiap dua jam sekali.
dalam proses perbaikan kulit
 Hipertermia atau  Monitor kulit akan
dan mencegah terjadinya
hipotermia. adanya kemerahan.
sedera berulang.
 Substansi kimia.  Oleskan lotion atau
 Mampu melindungi kulit
 Kelembaban udara. minyak/baby oil pada
dan mempertahankan
 Faktor mekanik derah yang tertekan.
kelembaban kulit dan
(misalnya : alat yang  Monitor aktivitas dan
perawatan alami.
dapat menimbulkan mobilisasi pasien.
luka, tekanan,  Monitor status nutrisi
restraint). pasien.
 Immobilitas fisik.  Memandikan pasien
 Radiasi. dengan sabun dan air
 Usia yang ekstri. hangat.
 Kelembaban kulit.

 Obat-obatan.

Internal :

 Perubahan status
metabolic.
 Tulang menonjol.
 Defisit imunologi
 Faktor yang
berhubungan dengan
perkembangan.
 Perubahan sensasi
 Perubahan status
nutrisi (obesitas,
kekurusan).
 Perubahan status
cairan.
 Perubahan pigmentasi.
 Perubahan sirkulasi.
 Perubahan turgor
(elastisitas kulit).

6. Resiko infeksi NOC : NIC :


11,1,00004. Definisi : Peningkatan resiko  Status imun. Kontrol infeksi
masuknya organisme patogen. Kriteria Hasil :  Bersihkan lingkungan
Faktor-faktor resiko :  Klien bebas dari tanda dan setelah dipakai pasien
 Prosedur Infasif. gejala infeksi. lain.
 Ketidakcukupan  Mendeskripsikan. proses  Pertahankan teknik
pengetahuan untuk penularan penyakit, factor isolasi.
menghindari paparan yang mempengaruhi  Batasi pengunjung bila
patogen. penularan serta perlu.
 Trauma. penatalaksanaannya.  Instruksikan pada
 Kerusakan jaringan  Menunjukkan kemampuan pengunjung untuk
dan peningkatan untuk mencegah timbulnya mencuci tangan saat
paparan lingkungan infeksi. berkunjung dan setelah
 Ruptur membran  Jumlah leukosit dalam berkunjung
amnion. batas normal. meninggalkan pasien.
 Agen farmasi  Menunjukkan perilaku  Gunakan sabun
(imunosupresan) hidup sehat. antimikrobia untuk
 Malnutrisi. cuci tangan.
 Peningkatan paparan  Cuci tangan setiap
lingkungan patogen sebelum dan sesudah
 Imonusupresi. tindakan kperawtan.
 Ketidakadekuatan  Gunakan baju, sarung
imum buatan. tangan sebagai alat
 Tidak adekuat pelindung.
pertahanan sekunder  Pertahankan
(penurunan Hb, lingkungan aseptik
Leukopenia, selama pemasangan
penekanan respon alat.
inflamasi).  Ganti letak IV perifer
 Tidak adekuat dan line central dan
pertahanan tubuh dressing sesuai dengan
primer (kulit tidak petunjuk umum.
utuh, trauma jaringan,  Gunakan kateter
penurunan kerja silia, intermiten untuk
cairan tubuh statis, menurunkan infeksi
perubahan sekresi pH, kandung kencing.
perubahan peristaltik).  Tingktkan intake
 Penyakit kronik. nutrisi.
 Berikan terapi
antibiotik bila perlu.

Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi).
 Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal.
 Monitor hitung
granulosit, WBC.
 Monitor kerentanan
terhadap infeksi.
 Batasi pengunjung.
 Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular.
 Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko.
 Pertahankan teknik
isolasi k/p.
 Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema.
 Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase.
 Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah.
 Dorong masukkan
nutrisi yang cukup.
 Dorong masukan
cairan.
 Dorong istirahat.
 Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep.
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi.
 Ajarkan cara
menghindari infeksi.
 Laporkan kecurigaan
infeksi.
 Laporkan kultur
positif.

4) Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2016. Keperawatan Medikal Bedah Volume 3 Edisi 8. Jakarta:
EGC
Handerson, M. A. 2011. Ilmu Bedah Untuk Perawat. Yogyakarta: Yayasan Enssential
Medika
Mansjoer, Areif. 2015. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: FKUI.
Muttaqin. A. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Egc. Jakarta
NANDA International. 2015-2017. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing
Rasjad, Chairuddin. 2008. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi,cetakan ke-V. Jakarta:
Yarsif Watampone

Anda mungkin juga menyukai