Anda di halaman 1dari 34

Materi-materi yang dibutuhkan dalam pengembangan buku teks dengan

mengintegrasikan bencana tsunami adalah sebagai berikut;

a. Materi Usaha dan Energi

Berdasarkan KD 3.9 menganalisis konsep usaha, konsep energi, hubungan usaha dan

perubahan energi, dan hukum kekekalan energi mekanik untuk menyelesaikan permasalahan

gerak dalam kejadian sehari-hari diharapkan peserta didik setelah mempelajari materi ini

pada kompetensi sikap dapat menyadari kebesaran Tuhan Yang Maha Esa memberikan

kemampuan kepada manusia untuk melakukan usaha, menciptakan benda dengan energi

kinetik dan energi potensial, dan memberikan kemampuan untuk mengubah energi menjadi

teknologi terbarukan. Selain itu, kompetensi yang diharapkan dari peserta didik adalah sikap

siaga terhadap bencana tsunami. Selanjutnya, dari kompetensi keterampilan diharapkan

peserta didik dapat memecahkan persoalan terkait penerapan hukum kekekalan energi

mekanik pada bencana tsunami.

Sedangkan kompetensi yang diharapkan dari kompetensi pengetahuan adalah peserta

didik dapat menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa

ingintahunya. Pengetahuan itu dapat dijabarkan sebagai berikut;

1) Usaha

Sejumlah orang yang sedang mendorong sebuah mobil (Gambar 6). Orang tersebut

masing-masing memberikan gaya 𝐹⃗ melalui suatu dorongan kepada mobil sehingga mobil

bergerak (berpindah) sejauh 𝑠⃗. Adanya gaya yang bekerja pada mobil menyebabkan mobil

tersebut berpindah. Hal ini menunjukkan adanya usaha W yang telah dilakukan oleh orang itu

terhadap mobil.
Gambar 6. Sejumlah Orang yang Sedang Mendorong Mobil
Sumber : Sri Handayani (2009: 56)

Selanjutnya, sebuah balok ditarik dengan gaya 𝐹⃗ sehingga balok mengalami

perpindahan sejauh 𝑠⃗. Benda tersebut dikatakan menerima usaha W karena selama gaya 𝐹⃗

bekerja pada benda tersebut menyebabkan benda berpindah sejauh 𝑠⃗, serta gaya 𝐹⃗ dan

perpindahan berada pada satu garis (Gambar 7).

Gambar 7. Sebuah Balok Mengalami Perpindahan s Akibat Adanya Gaya F


Sumber : Sri Handayani (2009: 56)
Pada Gambar 8, seorang anak yang sedang mendorong tembok. Anak tersebut

mengerjakan sejumlah gaya 𝐹⃗ kepada tembok, namun tembok tersebut tetap di tempatnya

(tidak bergerak atau berpindah). Adanya gaya 𝐹⃗ yang diberikan oleh anak tersebut kepada

tembok tetapi tembok tidak berpindah menunjukkan bahwa anak tersebut tidak melakukan

usaha W terhadap tembok.


Gambar 8. Seorang Anak yang Sedang Mendorong Tembok
Sumber : (Setya, 2009: 103)

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ada dua syarat terjadinya usaha,

yaitu: a) adanya gaya 𝐹⃗ yang bekerja pada suatu benda, b) adanya perpindahan 𝑠⃗⃗⃗yang

dialami oleh benda tersebut. Dengan demikian usaha didefenisikan sebagai sejumlah gaya

yang bekerja pada suatu benda sehingga menyebabkan benda berpindah sejauh garis lurus

dan searah dengan arah gaya.

Menurut Giancolli (2014: 173) usaha (work) yang dilakukan pada sebuah benda oleh

suatu gaya konstan (tetap dalam hal magnitudonya maupun arahnya) didefenisikan sebagai

hasil kali magnitudo perpindahan dan komponen gaya yang sejajar dengan arah

perpindahan itu. Sehingga usaha yang diterima benda tersebut adalah

𝑊 = ⃗𝐹⃗. 𝑠⃗⃗ (1)

Dimana W adalah usaha, F adalah gaya, dan s adalah perpindahan.

Berikut ini disajikan sebuah ilustrasi benda yang ditarik dengan gaya F yang

membentuk sudut 𝜃 terhadap arah perpindahan. Karena F membentuk sudut 𝜃 maka perlu

dilakukan penguraian dalam bentuk Fx dan Fy, uraian gaya yang digunakan adalah gaya yang

searah dengan perpindahan. Untuk Gambar 9. digunakan Fx = F cos 𝜃.

Gambar 9. Sebuah Balok Mengalami Perpindahan s Akibat adanya Gaya Fx


Sumber : (Setya, 2009: 101)
Usaha yang dilakukan benda tersebut adalah

𝑊 = ⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐹𝑥 . 𝑠⃗⃗ (2)

𝑊 = ⃗𝐹⃗ 𝑐𝑜𝑠 Ɵ. 𝑠⃗⃗ (2a)

dimana 𝜃 adalah sudut yang dibentuk oleh gaya dan perpindahan.

Berdasarkan beberapa ilustrasi di atas dapat disimpulkan bahwa benda dikatakan

menerima usaha ketika pada benda tersebut diberi gaya, dan benda tersebut mengalami

perpindahan, serta gaya dan perpindahan berada pada garis yang sama (sejajar). Hal ini

sejalan dengan pendapat beberapa ahli yang menjabarkan mengenai konsep usaha. Menurut

Vulley (2007: 90) ‘’usaha terjadi jika suatu objek dipindahkan melalui beberapa pergantian

jarak ketika suatu gaya bekerja pada benda tersebut, jika gaya dan perpindahan digandakan

maka usaha juga digandakan. Menurut Bueche (2000) ‘’the work done by a force is defined

the product of that force times the parallel distance over which it acts, usaha yang terjadi

digambarkan dengan perkalian gaya dengan perpindahan benda dimana gaya itu bekerja’’.

2) Energi

a) Pengertian Energi

Seorang atlet yang sedang berlari terjadi perubahan energi dari energi kimia tubuh atlet

tersebut menjadi energi kinetik. Sebuah energi dapat berubah bentuk menjadi bentuk lainnya,

tetapi energy tersebut tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan. Menurut Renenson (2000: 65)

‘’energy is a quantity that depends on the choice of the system of reference, it can be

specified only with respect to the reference system’’, energi adalah sebuah kuantitas yang

bergantung pada sistem. Hal senada juga disampaikan oleh Bueche (2000: 69) ‘’energy is

measure of the change imparted to a system, It is given to an object whwn does work on the

object, the amount of energy transferred to the object equals the work done’’, energi yang

dimiliki oleh sebuah benda ketika pada sebuah benda bekerja gaya. Energi tidak memiliki

massa, tidak dapat diamati, dan tidak dapat diukur secara langsung. Energi dapat
menyebabkan perubahan pada benda atau lingkungan. Perubahan energi yang dimaksud

dapat terjadi dengan berbagai cara.

b) Bentuk- Bentuk Energi

(1) Energi Kinetik

Misalkan ada sebuah benda bermassa m bergerak dengan kecepatan v tertentu. Maka

benda tersebut memiliki energi yang besarnya dapat dihitung dengan:


1
𝐸𝑘 = 𝑚𝒗2 (3)
2

dimana 𝐸𝑘 adalah energi kinetik (Joule), m = massa (kg), dan v adalah kecepatan (m/s).

Berdasarkan Persamaan 3 terlihat energi kinetik sebanding dengan kuadrat kecepatan sebuah

benda. Hal ini sejalan dengan keterangan beberapa ahli mengenai energi kinetik. Menurut

Renenson (2000: 66) ‘’kinetic energy, energy of motion, the energy of motion supplied to the

body by the work done during acceleration’’, energi kinetik merupakan energi yang dimiliki

benda karena geraknya, energi gerak benda didapat dari usaha selama adanya percepatan.

Selanjutnya Myers (2006: 69) ‘’kinetic energy is the energy of motion, anything that moves

possesses kinetic energy, translational kinetic energy is equal to one half times the product of

mass anda the magnitude of velocity squared’’, energi kinetik merupakan energi gerak,

semua benda yang bergerak memiliki energi kinetik, energi kinetik dirumuskan menjadi

setengah dari perkalian massa dengan kuadrat kecepatan’’. Berdasarkan beberapa pengertian

di atas dapat disimpulkan bahwa energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh benda

bergerak yang besarnya setara dengan separuh dari nilai perkalian massa dengan kuadrat

kecepatan. Agar benda dipercepat beraturan sampai bergerak dengan laju v maka pada benda

tersebut harus diberikan gaya total yang konstan dan searah dengan arah gerak benda sejauh

⃗⃗⃗ =
s. Untuk itu dilakukan usaha atau kerja pada benda tersebut sebesar W = F⃗⃗⃗. s⃗⃗ , dengan 𝐹

𝑚𝑎
Gambar 10. Akibat Ditarik Gaya F Balok Mengalami Perubahan Kecepatan
Sumber : (Setya, 2009: 115)

𝑊 = 𝛥𝐸𝑘 (4)

1 1
𝑊 = 2 𝑚𝑣2 2 − 2 𝑚𝑣1 2 (4a)

Persamaan 4 menjelaskan hubungan usaha dengan energi kinetik. Dari persamaan tersebut

dapat dilihat usaha yang diterima benda tersebut digunakan untuk mengubah kecepatan

benda.

(2)Energi Potensial

Misalkan ada sebuah benda bermassa m yang diam berada pada kettinggian h dari suatu

acuan, maka benda tersebut memiliki energi potensial yang besarnya:

Ep = m g h (5)

dimana m adalah massa (kg), g adalah percepatan gravitasi (m/s2), h adalah ketinggian (m).

Berdasarkan Persamaan 5 terlihat bahwa energi potensial suatu benda bergantung pada

kedudukannya. Menurut Renenson (2000: 67) ‘’the energy that depends only on the position

of the body, but not on its velocity is reffered to as potential energy’’, energi potensial

merupakan energy yang dimiliki benda karena posisi atau kedudukannya. Menurut Myers

(2006) ‘’ potential energy can be considered stored energy that result from the position or

configuration of the system’’, energi potensial merupakan energi yang didapatkan dari

kedudukan atau konfigurasi sitem. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat

didimpulkan bahwa energi potensial adalah energi yang dimiliki oleh benda karena

kedudukan atau posisi akibat interaksi dengan percepatan gravitasi.


Sama halnya dengan energi kinetik, energi potensial juga memiliki hubungan dengan

usaha. Berikut ini disajikan ilustrasi sebuah benda yang awalnya berada posisi h1 pindah ke

posisi h2, maka hubungan antara perubahan posisi dengan usaha yang disajikan Persamaan 6.

Gambar 11. Hubungan Usaha dengan Energi Potensial


Sumber : (Setya: 2009, 111)

𝑊 = ∆𝐸𝑝 = m g (ℎ₂ − ℎ₁) (6)

dimana Ep adalah energi potensial, ℎ₂ adalah kedudukan akhir, ℎ₁ adalah kedudukan awal

dan m adalah massa (kg).

(3) Energi Mekanik

Energi di alam ini tidak dapat dimusnahkan dan tidak dapat diciptakan, tetapi dapat

berubah bentuk dari suatu bentuk energi ke bentuk lainnya. Contoh energi gerak bisa diubah

menjadi energi listrik atau sebaliknya energi listrik dapat diubah menjadi energi gerak. Energi

mekanik merupakan penjumlahan antara energi kinetik dengan energi potensial, jika ada dua

kedaan A dan B maka:

EMA = EMB (7)

EkA + EpA = EkB + EpB (7a)


Gambar 12. Hukum Kekekalan Energi
Sumber : (Setya: 2009: 118)

Misalkan di titik A benda dilepaskan ke bawah tanpa kecepatan awal, berarti pada titik

tersebut Ek = 0, Ep = maksimum. Sampai di titik B (tanah), Ep = 0,

Ek = maksimum. Jadi, ketika benda bergerak ke bawah energi potensial semakin kecil dan

energi kinetik semakin besar dan jumlah keduanya tetap.

Pada Gambar 13 menampilkan gelombang tsunami yang mencapai daratan. Ketika

gelombang tsunami terbentuk, energi dari gelombang tsunami akan diteruskan sebagai energi

kinetik dan energi potensial.


1 1
𝐸 = 𝐸𝑝 + 𝐸𝑘 = 2 𝑘𝑦 2 + 2 𝑚𝑣 2 (8)

Ketika kecepatan gelombang tsunami tinggi, maka energi kinetik dari gelombang tsunami

menjadi besar. Ketika gelombang tsunami mencapai daratan, kecepatan gelombangnya akan

menurun sehingga energi kinetiknya juga mengecil. Jadi ketika mencapai daratan ada energi

kinetik yang hilang.

Gambar 13. Gelombang Tsunami


Sumber: http://kompasiana.com
Dari hukum kekekalan energi:

𝐸𝑚1 = 𝐸𝑚2

dapat diketahui bahwa energi kinetik yang hilang akan berubah menjadi energi potensial.

Sehingga ketika mencapai daratan energi potensial akan meningkat dengan meningkatnya

ketinggian gelombang. Hantaman gelombang tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer

dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena tsunami bisa diakibatkan

karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.

Materi usaha dan energi di atas dapat dikelompokkan seperti terangkum pada Tabel 1.

Tabel 1. Materi Usaha dan Energi

Fakta  Seorang petani sedang melakukan usaha


ketika membajak tanah di sawah.
 Buah kelapa yang mula-mula diam di atas
pohon kemudian jatuh.
 Bila ditarik pegas cendrung kembali ke posisi
seimbangnya.
 Buah apel cendrung jatuh dari pohonnya.
 Energi yang dibawa oleh gelombang tsunami
dapat merusak daerah yang dilaluinya.
Konsep  Usaha diartikan sebagai gaya yang bekerja
pada suatu benda sehingga benda tersebut
mengalami perpindahan.
 Energi didefinisikan sebagai kemampuan
untuk melakukan usaha.
 Energi kinetik adalah energi yang dimiliki
benda karena geraknya (atau kecepatannya).
 Energi potensial adalah energi yang dimiliki
oleh benda karena kedudukannya,
 Energi mekanik adalah penjumlahan energi
potensial dengan energi kinetik.
 Daya didefenisikan sebagai laju usaha
dilakukan atau persatuan waktu.
Prinsip 1. Usaha 𝑊 = ⃗𝐹⃗. 𝑠⃗⃗
⃗⃗⃗⃗⃗⃗ 𝑐𝑜𝑠 Ɵ. 𝑠⃗⃗
𝑊 = 𝐹𝑥
dimana W = usaha, ⃗𝐹⃗ = gaya, 𝑠⃗⃗ perpindahan, Ɵ =
sudut yang dibentuk oleh gaya dan perpindahan
1
2. Energi kinetik, 𝐸𝑘 = 𝑚𝒗2
2

dimana 𝐸𝑘 adalah energi kinetik (Joule), m =


massa (kg), dan v adalah kecepatan (m/s).
3. Hubungan Usaha dengan Energi Kinetik
𝑊 = 𝛥𝐸𝑘
1 1
𝑊 = 2 𝑚𝑣2 2 − 2 𝑚𝑣1 2

dimana 𝑣1 2 = kuadrat kecepatan mula-mula, 𝑣2 2


adalah kuadrat kecepatan akhir.
4. Energi Potensial, Ep = m g h
dimana Ep adalah energi potensial, m adalah
massa (kg), g adalah percepatan gravitasi (m/s2),
h adalah ketinggian (m).
5. Hubungan usaha dengan energi potensial
𝑊 = ∆𝐸𝑝 = m g (ℎ₂ − ℎ₁)
dimana ℎ₂ adalah kedudukan akhir, ℎ₁ adalah
kedudukan awal
6. Hukum kekekalan energi mekanik : energi
mekanika bersifat kekal. Energi mekanik
merupakan penjumlahan energi kinetik dan
energi potensial, jika ada dua keadaan A dan
B, maka:
EMA = EMB
EkA + EpA = EkB + EpB
7. Energi dari gelombang tsunami
1 1
𝐸 = 𝐸𝑝 + 𝐸𝑘 = 2 𝑘𝑦 2 + 2 𝑚𝑣 2

8. Daya , P = W/t dimana W adalah usaha


(Joule), t adalah waktu (sekon)
Prosedur  Mengenali masalah
 Mendefenisikan dan representasi masalah
 Mengembangkan solusi strategi pemecahan
masalah
 Mengorganisir pengetahuan tentang masalah
 Mengalokasikan sumber daya mental untuk
memecahkan masalah
 Memantau perkembangan ketercapaian tujuan
 Evaluasi solusi pemecahan masalah
Metakognitif Menggunakan model pembelajaran complex
problem solving untuk memecahkan masalah
penerapan hukum kekekalan energi mekanik.

b. Materi Impuls dan Momentum

Berdasarkan KD 3.10 menerapkan konsep momentum dan impuls, serta hukum

kekekalan momentum dalam kehidupan sehari-hari diharapkan peserta didik setelah

mempelajari materi ini pada kompetensi sikap dapat bertambah keimanannya dengan

menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran

Tuhan yang menciptakannya serta mempunyai sikap siaga bencana tsunami yang telah

menjadi ketetapan-Nya, selanjutnya pada kompetensi keterampilan, peserta didik diharapkan

terampil dalam membuat alat sederhana atau merancang percobaan dengan menerapkan

konsep momentum dan impuls serta hukum kekekalan momentum.

Sedangkan untuk kompetensi pengetahuan, peserta didik diharapkan mengetahui dan

menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya.

Pengetahuan itu dapat dijabarkan sebagai berikut;


1) Konsep Impuls dan Momentum

a) Konsep Impuls

Impuls didefenisikan sebagai hasil kali antara gaya yang bekerja F (vektor) dengan

selang waktu singkat (∆𝑡)(skalar). Menurut Giancolli (2014: 220) konsep impuls sangat

berguna, terutama bila kita berhadapan dengan gaya-gaya yang bekerja dalam waktu yang

amat singkat. Untuk membuat suatu benda yang diam menjadi bergerak diperlukan sebuah

gaya yang bekerja pada benda tersebut selama interval waktu tertentu. Gaya yang diperlukan

untuk membuat sebuah benda tersebut bergerak dalam interval waktu tertentu disebut impuls.

Impuls merupakan besaran vektor yang arahnya searah dengan gaya yang diberikan pada

benda. Secara matematis dituliskan:

𝑰⃗ = ⃗𝑭⃗∆𝑡 (9)

dimana → adalah gaya impulsif rata-rata (N), ∆𝑡 adalah selang waktu singkat (s) dan 𝑰⃗
𝑭

adalah impuls (Ns).

b) Konsep Momentum

Momentum dimiliki oleh benda yang bergerak. Momentum adalah kecenderungan

benda yang bergerak untuk melanjutkan gerakannya pada kelajuan yang konstan. Semakin

besar kecepatan suatu benda bergerak, maka semakin besar momentum benda tersebut untuk

dihentikan. Momentum merupakan besaran vektor yang searah dengan kecepatan benda.

Momentum dapat dirumuskan sebagai hasil perkalian massa dengan kecepatan. Secara

matematis dituliskan:

⃗⃗ = 𝑚𝒗
𝒑 ⃗⃗ (10)
dimana: 𝑝⃗ adalah momentum (kgm/s) , m adalah massa benda (kg) dan 𝑣⃗ adalah kecepatan

benda (m/s).

Menurut Persamaan 10, sebuah mobil yang bergerak cepat memiliki momentum yang

lebih besar daripada sebuah mobil lain yang bermassa sama namun bergerak lambat.
Giancolli (2014: 213) menyatakan bahwa ‘’Semakin besar momentum yang dimiliki sebuah

benda , semakin sulit untuk menghentikan geraknya, dan semakin besar dampak yang

ditimbulkannya bila benda itu berhenti akibat bertumbukan dengan benda lain’’. Sebuah truk

yang melaju cepat dapat menimbulkan kerusakan yang lebih besar daripada sebuah sepeda

motor yang bergerak lambat.

c) Hubungan Impuls dengan Momentum

Misalnya sebuah mobil A sedang bergerak dengan kecepatan tetap v0. Tiba-tiba ia ditabrak

oleh mobil B sehingga kecepatannya menjadi v. Anggap gaya rata-rata yang diterima oleh mobil

A adalah sebesar 𝐹̅ . Menurut hukum Newton II jika benda menerima gaya maka benda akan

dipercepat. Percepatan rata-rata yang dihasilkan oleh gaya 𝐹̅ ini adalah:

𝐹̅
𝑎̅ = (11)
𝑚

Sebelumnya kita telah mempelajari bahwa percepatan rata-rata adalah perubahan kecepatan

persatuan waktu:
𝑣−𝑣𝑜
𝑎̅ = (11a)
𝑡

t adalah waktu untuk merubah kecepatan dari 𝑣𝑜 ke 𝑣 atau dalam hal ini sama dengan lama

gaya bekerja.

Dari kedua persamaan di atas kita peroleh:

𝐹̅ 𝑣−𝑣𝑜
= (11b)
𝑚 𝑡

𝐹̅ 𝑡 = 𝑚𝑣 − 𝑚𝑣𝑜 (11c)

𝐼 = 𝑚(𝑣 − 𝑣𝑜) (12)

𝐼 = ∆𝑝 (12a)

dimana: I adalah Impuls (N), m adalah massa benda (kg), 𝑣 = kecepatan akhir benda (m/s),

𝑣𝑜 adalah kecepatan awal benda (m/s), dan ∆𝑝 adalah perubahan momentum (Ns).
Tsunami terjadi akibat adanya perpatahan lempeng atau pergeseran lempeng bumi

sehingga yang pada awalnya permukaan laut relatif tenang, dengan adanya pergeseran

lempeng tersebut maka permukaan laut menjadi naik akibat terdapat gangguan. Gangguan

yang diakibatkan oleh perpatahan lempeng bumi berupa energi. Adapun energi yang

dihasilkan tersebut berbentuk impuls. Impuls adalah gaya yang terjadi secara tiba-tiba dalam

kurun waktu tertentu. Perpatahan lempeng atau pergeseran lempeng bumi terjadi dalam kurun

waktu tertentu. Perpatahan atau pergeseran lempeng bumi tersebut menghasilkan gaya yang

sangat besar, sehingga gangguan tersebut menghasilkan impuls.

Dengan adanya gangguan impuls, maka terjadi perubahan momentum. Perubahan

momentum dapat dilihat ketika air laut mengalir dengan tenang, dengan massa dan kecepatan

tertentu. Namun ketika terjadi patahan atau pergeseran lempeng, maka kecepatan air akan

berubah menjadi lebih cepat. Hal itulah yang menyebabkan tsunami begitu dahsyat.

Sesuai dengan Persamaan 12, semakin lamanya waktu terjadinya patahan lempengan

maka nilai impuls akan semakin besar, akibatnya dengan semakin besarnya impuls, maka

nilai kecepatan kedua (𝑣2 ) akan semakin besar, akibatnya gelombang tsunami akan semakin

dahsyat.

2) Hukum Kekekalan Momentum

Suatu tumbukan selalu melibatkan sedikitnya dua benda. Misalnya pada permainan

pukul bola pada Gambar 14.

Gambar 14. Permainan Pukul Bola


Sesaat sebelum tumbukan, bola kuning bergerak mendekati pemukul di tangan anak

kecil dengan momentum 𝑚𝐴 𝑣𝐴 dan pemukul anak dalam keadaan diam dengan momentum

𝑚𝐵 𝑣𝐵 . Sehingga momentum sistem sebelum tumbukan adalah:

p = 𝑚𝐴 𝑣𝐴 + 𝑚𝐵 𝑣𝐵 (13)

Momentum sistem partikel sesudah tumbukan adalah

p’ = 𝑚𝐴 𝑣𝐴′ + 𝑚𝐵 𝑣𝐵′ (14)

p = p’ dikenal sebagai hukum konservasi momentum yang berbunyi ‘’ Dalam peristiwa

tumbukan, momentum benda sebelum tumbukan akan sama dengan momentum bola setelah

tumbukan asalkan tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem’’. Formulasi hukum

konservasi momentum dinyatakan

psebelum = psesudah

𝑝𝐴 + 𝑝𝐵 = 𝑝𝐴′ + 𝑝𝐵′ (15)

𝑚𝐴 𝑣𝐴 + 𝑚𝐵 𝑣𝐵 = 𝑚𝐴 𝑣𝐴′ + 𝑚𝐵 𝑣𝐵′ (15a)

dimana : 𝑚𝐴 adalah massa benda A (kg), 𝑚𝐵 adalah massa benda B (kg), 𝑣𝐴 adalah

kecepatan benda A sebelum tumbukan (m/s), 𝑣𝐵 adalah kecepatan benda B sebelum

tumbukan (m/s), 𝑣𝐴′ adalah kecepatan benda A sesudah tumbukan (m/s), dan 𝑣𝐵′ adalah

kecepatan benda B sesudah tumbukan (m/s).

3) Tumbukan dan Jenisnya

Setiap dua benda yang bertumbukan akan memiliki tingkat kelentingan atau elastisitas.

Tingkat elastisitas ini dinyatakan dengan koefisien restitusi (e). Koefisien restitusi

didefinisikan sebagai nilai negatif dari perbandingan kecepatan relatif sesudah tumbukan

∆𝑣 ′
dengan kecepatan relatif sebelumnya. Rasio − ∆𝑣 disebut koefisien restitusi.

a) Tumbukan Lenting Sempurna

Perhatikan dua benda bermassa 𝑚1 dan 𝑚2 yang sedang bergerak saling mendekat

dengan kecepatan 𝑣1 dan 𝑣2 sepanjang suatu garis lurus, seperti ditunjukkan pada Gambar
14a. keduanya bertumbukan lenting sempurna dan kecepatan masing-masing sesudah

tumbukan adalah 𝑣 ′1 dan 𝑣 ′ 2 (Gambar 14b). Perhatikan, kecepatan dapat positif atau negatif

bergantung pada apakah benda-benda bergerak ke kanan atau ke kiri. Hukum kekekalan

momentum memberikan

⃗⃗𝟏 + 𝑚2 𝒗
𝑚1 𝒗 ⃗⃗𝟐 = 𝑚1 𝒗
⃗⃗𝟏 ′ + 𝑚2 𝒗
⃗⃗𝟐 ′ (*)

Untuk tumbukan lenting sempurna berlaku hukum kekekalan energi kinetik, yaitu energi

kinetik sistem sesaat sebelum dan sesudah tumbukan sama besar, yang ditunjukkan oleh

persamaan

𝐸𝐾1 + 𝐸𝐾2 = 𝐸𝐾1 ′ + 𝐸𝐾2 ′


1 1 1 1
⃗⃗
𝑚 𝒗 ⃗⃗𝟐 = 𝑚1 (𝒗
+ 2 𝑚2 𝒗 ⃗⃗𝟏 ′) + 𝑚2 (𝒗
⃗⃗𝟐 ′) (**)
2 1 𝟏 2 2

Gambar 14. Tumbukan Lenting Sempurna Antara Dua Bola Keras


Sumber : (Sri Handayani, 2009: 78)

Dari persamaan (*) dan (**) diperoleh bahwa nilai

∆𝑣 ′ = −∆𝑣 ′

⃗⃗𝟐 ′ − 𝒗
𝒗 ⃗⃗𝟏 ′ = −(𝒗
⃗⃗𝟐 − 𝒗
⃗⃗𝟏 ) (16)

⃗⃗𝟐 − 𝒗
∆𝑣 = 𝒗 ⃗⃗𝟏 adalah kecepatan relatif benda 2 dilihat oleh benda 1 sesaat sebelum

tumbukan, sedangkan ∆𝑣 ′ = 𝒗
⃗⃗𝟐 ′ − 𝒗
⃗⃗𝟏 ′ adalah kecepatan relatif benda 2 dilihat oleh benda 1

sesaat sesudah tumbukan. Jadi, Persamaan 16 dapat dinyatakan sebagai berikut,

‘’Untuk tumbukan lenting sempurna, kecepatan relatif sesaat sesudah tumbukan


sama dengan minus kecepatan relatif sesat sebelum tumbukan’’.
b) Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali

Seperti yang telah kita nyatakan sebelumnya bahwa pada jenis tumbukan tidak lenting

sama sekali, sesaat sesudah tumbukan kedua benda bersatu dan bergerak bersama dengan

kecepatan yang sama. Contoh dari tumbukan tidak lenting sama sekali adalah segumpal tanah

liat yang masih lembek kita lemparkan dalam arah mendatar menuju ke sebuah bola biliar

yang diam di atas lantai licin (Gambar 16).

Gambar 16. Contoh Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali


Sumber: (Sri Handayani, 2009: 79)

Sesaat sesudah tumbukan, tanah liat menempel pada bola biliar dan keduanya kemudian

bergerak bersama dengan kecepatan sama. Karena pada tumbukan tak lenting sama sekali

kedua benda bersatu sesudah tumbukan, maka berlaku hubungan kecepatan sesudah

tumbukan sebagai berikut;

⃗⃗𝟐 ′ = 𝒗
𝒗 ⃗⃗𝟏 ′ = 𝒗
⃗⃗⃗⃗ (17)

Jika kita menggabungkan Persamaan (*) dan Persamaan 17 diperoleh rumus tumbukan tak

lenting sama sekali yaitu,

⃗⃗𝟏 + 𝑚2 𝒗
𝑚1 𝒗 ⃗⃗′
⃗⃗𝟐 = (𝑚1 + 𝑚2 )𝒗 (18)

c) Tumbukan Lenting Sebagian

Sebagian besar tumbukan yang berada diantara tumbukan lenting sempurna dan

tumbukan tidak lenting sama sekali, disebut tumbukan lenting sebagian. Contoh tumbukan
sebagian yaitu bola tennis atau bola kasti yang dilepas dari ketinggian ℎ1 di atas lantai akan

terpental setinggi ℎ2 , dimana ℎ2 selalu lebih kecil dari ℎ1 . Gambar 17 memperlihatkan

ilustrasi tumbukan lenting sebagian.

Gambar 17. Ilustrasi Tumbukan Lenting Sebagian


Sumber: (Setya, 2009: 143)
Berdasarkan Gambar 17. kecepatan bola sesaat sebelum tumbukan adalah v1 dan sesaat

setelah tumbukan v'1 . Berdasarkan persamaan gerak jatuh bebas, besar kecepatan bola

memenuhi persamaan 𝑣 = √2𝑔ℎ. Untuk kecepatan lantai sebelum dan sesudah tumbukan

sama dengan nol (v₂ = v'₂ = 0). Jika arah benda ke bawah diberi harga negatif, maka akan

diperoleh persamaan sebagai berikut;

𝑣1 = −√2𝑔ℎ1 dan 𝑣1′ = +√2𝑔ℎ2

∆𝑣 ′ (0−√2𝑔ℎ2 ) √2𝑔ℎ2 √ℎ2


𝑒=− =− = = (19)
∆𝑣 0−(−√2𝑔ℎ1) √2𝑔ℎ1 √ℎ1

Koefisien restitusi (e) untuk tumbukan lenting sempurna adalah

∆𝑣 ′
𝑒=− =1
∆𝑣

untuk tumbukan tak lenting sama sekali,

∆𝑣 ′ −(𝒗
⃗⃗𝟐 ′ − ⃗𝒗⃗𝟏 ′)
𝑒=− = ⃗⃗𝟐 ′ = 𝒗
= 0, 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑏 𝒗 ⃗⃗𝟏 ′
∆𝑣 ⃗⃗𝟐 − 𝒗
𝒗 ⃗⃗𝟏
1 1
dan untuk tumbukan lenting sebagian 0 < 𝑒 < 1, misalnya 𝑒 = 2 , 𝑒 = 3, dll.

Materi impuls dan momentum di atas dapat seperti terangkum pada Tabel 2.
Tabel 2. Impuls dan Momentum

Fakta  Bola yang ditendang oleh pemain sepak bola


 Sepeda motor yang berkecepatan tinggi akan
sulit untuk dihentikan
 Mobil yang berkecepatan tinggi akan lebih
parah kerusakannya jika bertabrakan
 Kelereng yang saling bertumbukan
 Seorang pemain golf yang memukul bolanya
sehingga bola terpental jauh
 Bola biliard melanting ketika menumbuk bola
yg lain
 Peluru pistol bersarang kedalam tubuh
pencopet
Konsep  Momentum adalah kecenderungan benda yang
bergerak untuk melanjutkan gerakannya pada
kelajuan yang konstan.
 Impuls adalah gaya yang diperlukan untuk
membuat sebuah benda tersebut bergerak
dalam interval waktu tertentu.
 Tsunami terjadi karena adanya perpatahan atau
pergeseran lempeng bumi menyebabkan
permukaan laut menjadi naik akibat gangguan
yang berbentuk impuls sehingga terjadi
perubahan momentum.
 Koefisien restitusi didefinisikan sebagai nilai
negatif dari perbandingan kecepatan relatif
sesudah tumbukan dengan kecepatan relatif
sebelumnya
Prinsip 1. Impuls : 𝑰⃗ = ⃗𝑭⃗∆𝑡

dimana → adalah gaya impulsif rata-rata (N), ∆𝑡


𝑭

adalah selang waktu singkat (s) dan 𝑰⃗ adalah


impuls (Ns).
⃗⃗ = 𝑚𝒗
2. Momentum: 𝒑 ⃗⃗
dimana: 𝑝⃗ adalah momentum (kgm/s) , m
adalah massa benda (kg) dan 𝑣⃗ adalah kecepatan
benda (m/s).
3. Hubungan Impuls dan Momentum :
𝐼 = 𝑚(𝑣 − 𝑣𝑜)
𝐼 = ∆𝑝
dimana: I adalah Impuls (N), m adalah massa
benda (kg), 𝑣 = kecepatan akhir benda (m/s), 𝑣𝑜
adalah kecepatan awal benda (m/s), dan ∆𝑝
adalah perubahan momentum (Ns).
4. Hukum Konservasi Momentum :
‘’Dalam peristiwa tumbukan, momentum
benda sebelum tumbukan akan sama dengan
momentum bola setelah tumbukan asalkan tidak
ada gaya luar yang bekerja pada sistem’’.
Formulasi hukum konservasi momentum
dinyatakan
psebelum = psesudah
𝑝𝐴 + 𝑝𝐵 = 𝑝𝐴′ + 𝑝𝐵′
𝑚𝐴 𝑣𝐴 + 𝑚𝐵 𝑣𝐵 = 𝑚𝐴 𝑣𝐴′ + 𝑚𝐵 𝑣𝐵′
dimana : 𝑚𝐴 adalah massa benda A (kg), 𝑚𝐵
adalah massa benda B (kg), 𝑣𝐴 adalah kecepatan
benda A sebelum tumbukan (m/s), 𝑣𝐵 adalah
kecepatan benda B sebelum tumbukan (m/s), 𝑣𝐴′
adalah kecepatan benda A sesudah tumbukan
(m/s), dan 𝑣𝐵′ adalah kecepatan benda B sesudah
tumbukan (m/s).
5. Tumbukan Lenting Sempurna : ‘’Untuk
tumbukan lenting sempurna, kecepatan
relatif sesaat sesudah tumbukan sama
dengan minus kecepatan relatif sesat
sebelum tumbukan’’.
𝐸𝐾1 + 𝐸𝐾2 = 𝐸𝐾1 ′ + 𝐸𝐾2 ′
1 1 1 1
⃗⃗
𝑚 𝒗 ⃗⃗𝟐 = 𝑚1 (𝒗
+ 𝑚2 𝒗 ⃗⃗𝟏 ′) + 𝑚2 (𝒗
⃗⃗𝟐 ′)
2 1 𝟏 2 2 2

6. Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali:


⃗⃗𝟏 + 𝑚2 𝒗
𝑚1 𝒗 ⃗⃗′
⃗⃗𝟐 = (𝑚1 + 𝑚2 )𝒗

7. Tumbukan Lenting Sebagian:

𝑣1 = −√2𝑔ℎ1 dan 𝑣1′ = +√2𝑔ℎ2

8. Koefisien restitusi masing-masing tumbukan:


Koefisien restitusi (e) untuk tumbukan lenting
sempurna adalah
∆𝑣 ′
𝑒=− =1
∆𝑣
untuk tumbukan tak lenting sama sekali,
∆𝑣 ′ −(𝒗
⃗⃗𝟐 ′ − 𝒗
⃗⃗𝟏 ′)
𝑒=− = ⃗⃗𝟐 ′
= 0, 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑏 𝒗
∆𝑣 ⃗⃗𝟐 − 𝒗
𝒗 ⃗⃗𝟏
⃗⃗𝟏 ′
=𝒗
dan untuk tumbukan lenting sebagian 0 < 𝑒 < 1,
1 1
misalnya 𝑒 = 2 , 𝑒 = 3 , 𝑑𝑙𝑙.

Prosedur  Mengenali masalah


 Mendefenisikan dan representasi masalah
 Mengembangkan solusi strategi pemecahan
masalah
 Mengorganisir pengetahuan tentang masalah
 Mengalokasikan sumber daya mental untuk
memecahkan masalah
 Memantau perkembangan ketercapaian tujuan
 Evaluasi solusi pemecahan masalah
Metakognitif Menggunakan model pembelajaran complex
problem solving untuk memecahkan masalah
penerapan hukum konvervasi momentum.
c. Materi Fluida Dinamis

Berdasarkan KD 3.4 menerapkan prinsip fluida dinamik dalam teknologi diharapkan

peserta didik setelah mempelajari materi ini pada kompetensi sikap dapat menyadari

kebesaran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemampuan kepada manusia untuk

menciptakan fluida dinamik atau bergerak sehingga memudahkan manusia dan memberikan

kemampuan kepada manusia untuk menciptakan teknologi terbarukan serta sikap siaga

bencana tsunami yang telah menjadi ketetapan-Nya.

Selanjutnya pada kompetensi keterampilan, peserta didik diharapkan terampil dalam

membuat alat sederhana atau merancang percobaan dengan menerapkan prinsip fluida

dinamik dalam teknologi. Sedangkan kompetensi yang diharapkan dari kompetensi

pengetahuan adalah peserta didik dapat mengetahui dan menerapkan pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya. Pengetahuan itu dapat dijabarkan

sebagai berikut;

Tsunami menyebabkan sebagian air laut bergerak. Pergerakan tsunami bukan sekadar

gerakan air, tetapi dipengaruhi pula oleh pergerakan gempa di dasar bumi, yang bergerak

sangat cepet dengan jarak antar gelombang yang cukup jauh. Air laut hanya mengikuti pola

gelombang gempa yang terjadi yaitu gerakan naik dan turun, maju dan mundur, yaitu

gerakan mendorong dan kembali ke posisi semula. Saat di lautan lepas, sangat sulit

membedakan antara gelombang tsunami atau gelombang biasa, karena gelombangnya sangat

panjang bisa mencapai 100 km, dengan ketinggian hanya 1 meter.

Fluida dinamis adalah fluida yang mengalir. Suatu fluida dikatakan mengalir apabila

fluida tersebut bergerak terus menerus terhadap sekitarnya. Partikel-partikel dalam fluida

pada saat mengalir memiliki lintasan tertentu. Lintasan yang ditempuh oleh suatu partikel

dalam fluida yang mengalir dinamakan garis alir. Garis alir pada fluida mengalir ada dua

jenis , aliran laminar dan aliran turbulen. Aliran fluida yang mengikuti suatu garis lurus atau
melengkung yang jelas ujung dan pangkalnya serta tidak ada garis arus yang bersilangan

disebut aliran laminar. Sedangkan aliran fluida yang ditandai dengan adanya aliran berputar

dan arah gerak partikelnya berbeda, bahkan berlawanan dengan arah gerak keseluruhan fluida

disebut aliran turbulen.

1) Persamaan Kontinuitas

Pada saat akan menyemprotkan air dengan menggunakan selang, kita melihat fenomena

fisika yang aneh tapi nyata. Ketika lubang selang dipencet, maka air yang keluar akan

menempuh lintasan yang cukup jauh. Sebaliknya ketika selang dikembalikan seperti semula

maka jarak pancaran air akan berkurang. Fenomena fisika tersebut dapat dijelaskan dengan

mempelajari bahasan tentang persamaan kontinuitas. Persamaan kontinuitas menghubungkan

kecepatan fluida di suatu tempat dengan tempat lain. Perhatikan Gambar 18.

Gambar 18. Debit Fluida yang Masuk sama dengan yang Keluar
Sumber: (Setya, 2009: 216)

Misalkan terdapat suatu tabung alir seperti tampak pada Gambar 18. Air masuk dari

ujung kiri dengan kecepatan 𝑣1 dan keluar di ujung kanan dengan kecepatan 𝑣2 . Jika

kecepatan fluida konstan, maka dalam interval waktu ∆𝑡 fluida telah menempuh jarak ∆𝑠1 =

𝑣1 ∆𝑡 . Jika luas penampang tabung kiri 𝐴1 , maka massa pada daerah yang diarsir ∆𝑚1 =

𝜌1 𝐴1 ∆𝑠1 = 𝜌1 𝐴1 𝑣1 ∆𝑡, Demikian juga untuk fluida yang terletak di ujung kanan tabung,

massanya pada daerah yang diarsir adalah ∆𝑚2 = 𝜌2 𝐴2 ∆𝑠2 = 𝜌2 𝐴2 𝑣2 ∆𝑡, Karena alirannya

lunak (steady) dan massa konstan, maka massa yang masuk penampang 𝐴1 harus sama

dengan massa yang masuk penampang 𝐴2 . Oleh karena itu, persamannya menjadi ∆𝑚1 =
∆𝑚2 Persamaan ini dikenal dengan nama persamaan kontinuitas. Karena fluida

inkonpresibel (massa jenisnya tidak berubah), maka persamaan menjadi seperti berikut.

𝐴1 𝑉1 = 𝐴2 𝑉2 (20)

Menurut persamaan kontinuitas, perkalian luas penampang dan kecepatan fluida pada setiap

titik sepanjang suatu tabung alir adalah konstan. Persamaan di atas menunjukkan bahwa

kecepatan fluida berkurang ketika melewati pipa lebar dan bertambah ketika melewati pipa

sempit. Perkalian antara luas penampang dan volume fluida (A𝑣) dinamakan laju aliran atau

fluks volume (dimensinya volume/waktu). Banyak orang menyebut ini dengan debit (Q =

jumlah fluida yang mengalir lewat suatu penampang tiap detik). Jika V merupakan volume

fluida yang mengalir dalam waktu t, maka secara matematis dapat dinyatakan sebagai

berikut.

𝑄 = 𝐴 𝑣 = 𝑉/𝑡 (21)
dimana: A adalah luas penampang (m2), 𝑣 adalah kecepatan aliran fluida (m/s), V adalah

volume fluida yang mengalir (m3), t adalah waktu (s) dan Q adalah debit aliran fluida (m3/s).

2) Persamaan Bernoulli

Dari konsep fluida statis diperoleh bahwa tekanan fluida sama pada setiap titik yang

memiliki ketinggian yang sama. Kemudian dari konsep fluida dinamis diperoleh bahwa

banyaknya fluida yang mengalir melalui pipa kecil maupun besar adalah sama. Selanjutnya

dari kedua konsep diatas, diperoleh bahwa aliran fluida pada pipa kecil kecepatannya lebih

besar dibanding aliran fluida pada pipa besar. Tekanan fluida paling besar terletak pada

bagian yang kecepatan alirannya paling kecil, dan tekanan paling kecil terletak pada bagian

yang kelajuannya paling besar. Pernyataan ini dikenal dengan Asas Bernoulli. Asas Bernoulli

ini dapat dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk persamaan yang disebut Persamaan

Bernoulli.
Tinjau ilustrasi pada Gambar 19, maka berdasarkan konsep: usaha–energi mekanik

yang melibatkan besaran tekanan p (usaha), besaran kecepatan aliran fluida v (mewakili

energi kinetik), dan besaran ketinggian h (mewakili energi potensial),

Gambar 19. Aliran Fluida dalam Pipa


Sumber : (Sri Handayani: 2009: 120)

Bernoulli menurunkan persamaan matematis, yang dikenal dengan Persamaan Bernoulli,

sebagai berikut:
1 1
𝑝1 + 2 𝜌𝑣12 + 𝜌1 𝑔ℎ1 = 𝑝2 + 2 𝜌𝑣22 + 𝜌2 𝑔ℎ2 (22)

atau,
1
𝑝 + 2 𝜌𝑣 2 + 𝜌𝑔ℎ = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (23)

dimana : 𝑝1 dan 𝑝2 adalah tekanan di titik 1 dan 2, 𝑣1 dan 𝑣2 adalah kecepatan di titik 1 dan

2, ℎ1 dan ℎ2 adalah ketinggian tempat 1 dan 2.

Persamaan ini menyatakan bahwa jumlah total antara besaran‐besaran dalam persamaan

mempunyai nilai yang sama sepanjang tabung alir.

Materi fluida dinamis di atas dapat dikelompokkan seperti terangkum pada Tabel 3.

Tabel 3. Fluida Dinamis

Fakta  Aliran air pada selang


 Pesawat dapat terbang
 Tsunami menyebabkan sebagian air laut
bergerak
Konsep  Fluida dinamis adalah fluida yang mengalir ,
bergerak terus menerus terhadap sekitarnya.
 Aliran laminar adalah aliran fluida yang
mengikuti suatu garis lurus atau melengkung
yang jelas ujung dan pangkalanya serta tidak
ada garis arus yang bersilangan.
 Aliran turbulen adalah aliran berputar dan arah
gerak partikelnya berbeda, bahkan berlawanan
dengan arah gerak keseluruhan fluida.
Prinsip 1. Persamaan Kontinuitas: 𝐴1 𝑉1 = 𝐴2 𝑉2
perkalian luas penampang dan kecepatan
fluida pada setiap titik sepanjang suatu
tabung alir adalah konstan.
2. Debit aliran fluida: 𝑄 = 𝐴 𝑣 = 𝑉/𝑡
dimana: A adalah luas penampang (m2), 𝑣
adalah kecepatan aliran fluida (m/s), V adalah
volume fluida yang mengalir (m3), t adalah
waktu (s) dan Q adalah debit aliran fluida
(m3/s).
1
3. Persamaan Bernoulli: 𝑝1 + 2 𝜌𝑣12 + 𝜌1 𝑔ℎ1 =
1
𝑝2 + 2 𝜌𝑣22 + 𝜌2 𝑔ℎ2
1
𝑝 + 2 𝜌𝑣 2 + 𝜌𝑔ℎ = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛

dimana : 𝑝1 dan 𝑝2 adalah tekanan di titik 1 dan


2, 𝑣1 dan 𝑣2 adalah kecepatan di titik 1 dan 2, ℎ1
dan ℎ2 adalah ketinggian tempat 1 dan 2.
Prosedur  Mengenali masalah
 Mendefenisikan dan representasi masalah
 Mengembangkan solusi strategi pemecahan
masalah
 Mengorganisir pengetahuan tentang masalah
 Mengalokasikan sumber daya mental untuk
memecahkan masalah
 Memantau perkembangan ketercapaian tujuan
 Evaluasi solusi pemecahan masalah
Metakognitif Menggunakan model pembelajaran complex
problem solving untuk memecahkan masalah
penerapan persamaan Bernoulli.

d. Materi Gelombang

Berdasarkan KD 3.8 menganalisis gejala dan cici-ciri gelombang secara umum dan KD

3.9 menganalisis besaran-besaran fisis gelombang berjalan dan gelombang tegak pada

berbagai kasus nyata diharapkan peserta didik setelah mempelajari materi ini pada

kompetensi sikap dapat bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan

dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya, serta

sikap siaga bencana tsunami yang telah menjadi ketetapan-Nya.

Selanjutnya pada kompetensi keterampilan, peserta didik diharapkan dapat

memecahkan persoalan dengan menganalisis besaran-besaran fisis gelombang terkait bencana

tsunami . Sedangkan kompetensi yang diharapkan dari kompetensi pengetahuan adalah

peserta didik dapat menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan

rasa ingintahunya. Pengetahuan itu dapat dijabarkan sebagai berikut;

1) Gejala Gelombang

a) Defenisi gelombang

Konsep gelombang banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Gelombang bunyi,

gelombang cahaya, gelombang radio, dan gelombang air merupakan beberapa contoh bentuk

gelombang. Ketika melihat fenomena gelombang laut, ternyata air gelombang tidak bergerak

maju, melainkan melingkar. Air hanya bergerak naik-turun begitu gelombang melintas. Tepi

pantai menahan dasar gelombang, sehingga puncak gelombang bergerak lebih cepat untuk

memecah di tepi pantai.

Saripudin (2009: 2) menyatakan bahwa gelombang bergerak melintasi jarak yang jauh,

tetapi medium (cair, padat, atau gas) hanya bisa bergerak terbatas. Dengan demikian,
walaupun gelombang bukan merupakan materi, pola gelombang dapat merambat pada materi.

Selanjutnya berdasarkan pendapat Budiyanto (2009: 2) juga mengungkapkan bahwa sebuah

gelombang terdiri dari osilasi yang bergerak tanpa membawa materi bersamanya. Gelombang

membawa energi dari satu tempat ke tempat lain. Pada kasus gelombang laut, energi

diberikan ke gelombang air, misalnya oleh angin di laut lepas. Kemudian energi dibawa oleh

gelombang ke pantai.

b) Jenis-jenis gelombang

Giancolli (2014: 382) membagi gelombang berdasarkan sifat kemiripannya yang

dimilikinya. Pertama, berdasarkan arah rambat dan arah getarnya, gelombang dapat

dibedakan menjadi gelombang transversal dan gelombang longitudinal. Gelombang

transversal adalah gelombang yang arah rambatnya tegak lurus dengan arah getarnya.

Contohnya gelombang air, tali dan cahaya. Sedangkan gelombang longitudinal adalah

gelombang yang arah rambat dan arah getarnya sejajar. Contohnya gelombang pegas dan

bunyi. Perbedaan kedua gelombang dapat kita lihat pada Gambar 20.

a. Gelombang Transversal b. Gelombang Longitudinal

Gambar 20. Gelombang Berdasarkan Arah Rambat dan Arah Getar


Sumber : (Giancolli: 386)

Selain itu, gelombang juga dapat dibedakan berdasarkan mediumnya, yaitu gelombang

mekanik yaitu gelombang yang membutuhkan medium dalam merambat seperti, gelombang

tali dan bunyi lalu gelombang elektromagnetik yang tidak membutuhkan medium di dalam

perambatannya, contohnya adalah gelombang cahaya, gelombang radio, dan sinar-X.


Sedangkan berdasarkan amplitudonya, gelombang dapat dibedakan menjadi yaitu gelombang

berjalan dan gelombang berdiri (stasioner). Gelombang berjalan adalah gelombang yang

bergerak dengan amplitudo tetap. Gelombang berdiri (stasioner) adalah gelombang yang

bergerak dengan amplitudo berubah (tidak sama) terhadap posisi.

Gelombang tsunami adalah gelombang air yang memiliki ciri khusus. Gelombang

tsunami memiliki beberapa karakteristik antara lain;

1) Panjang Gelombang

Panjang gelombang adalah jarak antara dua titik gelombang (antara puncak gelombang

dan lembah gelombang). Gelombang laut normal mempunyai panjang gelombang sekitar 100

m. Tsunami mempunyai panjang gelombang terpanjang yaitu sampai 500 km. Gambaran

panjang gelombang tsunami dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21. Gambaran Panjang Gelombang Tsunami


Sumber: Nelson (2012: 2)

2) Amplitudo Gelombang

Amplitudo gelombang menyatakan tinggi gelombang diukur dari permukaan laut,

biasanya besarnya sebanding dengan ½ tinggi gelombang. Tinggi dan amplitudo

gelombang tsunami tergantung kepada kedalaman laut. Amplitudo gelombang tsunami

biasanya berkisar 5 meter.

3) Periode Gelombang
Periode adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk melakukan satu gelombang penuh

melalui titik keseimbangan. Periode gelombang tsunami berkisar antara 10-60 menit.

4) Kecepatan Gelombang

Kecepatan gelombang laut secara normal sekitar 90 km/jam. Gelombang ombak yang

terjadi dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami

adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami

dapat merambat dengan kecepatan 500 sampai dengan 1000 km per jam, kecepatan yang

setara dengan kecepatan pesawat terbang, sedangkan ketinggian gelombang di laut dalam

hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang

berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun

hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai

puluhan meter.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gelombang tsunami sangat dipengaruhi

oleh kedalaman laut (h) dan percepatan gravitasi (g). Cepat rambat gelombang tsunami (v)

dapat dihitung dengan Persamaan 24.

𝑣 = √𝑔ℎ (24)

Semua gelombang akan merambat dari sumber ke tujuannya. Gelombang inilah yang

dinamakan gelombang berjalan. Gelombang berjalan memiliki sifat pada setiap titik yang

dilalui akan memiliki amplitudo yang sama. Gelombang berjalan dari sumber O ke titik P

yang berjarak x diperlihatkan pada Gambar 22.

Gambar 22. Gelombang Berjalan


Sumber : (Giancolli: 399)
Besarnya simpangan sumber gelombang yang amplitudonya A, periodenya T dan cepat

rambat getarannya v selama t detik dinyatakan oleh Persamaan 25.

2𝜋𝑡
𝑦𝑝 = 𝐴 cos 𝜔𝑡 = 𝐴 cos (25)
𝑇

Persamaan simpangan gelombang berjalan yang amplitudonya A, periodenya T, pada

titik berjarak x dan cepat rambat getarannya v selama t detik dinyatakan oleh Persamaan 24.

𝑡 𝑥
𝑦 = 𝐴 sin 2𝜋 (𝑇 + 𝜆) (26)

Pada gelombang berdiri (stasioner) terdapat titik-titik yang bergetar dengan amplitudo

maksimum. Titik ini dinamakan perut gelombang. Sedangkan titik-titik yang bergetar dengan

amplitudo minimum disebut simpul gelombang. Gelombang stasioner dapat dihasilkan oleh

seutas tali, baik dengan ujung terikat (Gambar 23) maupun ujung bebas (Gambar 24).

Gambar 23. Gelombang Stasioner Ujung Terikat


Sumber : (Sri Handayani: 2009: 9)

Persamaan gelombang stasioner dengan ujung terikat dinyatakan oleh Persamaan 25.

𝑦 = 2 𝐴 sin(𝑘𝑥) cos(𝜔𝑡) (27)

Gambar 24. Gelombang Stasioner Ujung Bebas


Sumber : (Sri Handayani: 2009: 10)

Persamaan gelombang stasioner dengan ujung bebas dinyatakan oleh Persamaan 28.

𝑦 = 2 𝐴 cos(𝑘𝑥) sin(𝜔𝑡) (28)

Suatu gelombang memiliki beberapa sifat yaitu dapat dipantulkan (refleksi), dibiaskan

(refraksi), dipadukan (interferensi) dapat dilenturkan (difraksi) dan dapat dipolarisasikan

(diserap arah getarnya).

Materi gelombang di atas dapat dikelompokkan seperti terangkum pada Tabel 4.

Tabel 4. Gelombang

Fakta  Gelombang bisa terbentuk ketika


melemparkan batu ke dalam air.
 Gelombang bisa terbentuk ketika tali
digetarkan.
 Air laut beriak membentuk gelombang
 Gelombang tsunami merusak daerah yang
dilaluinya
Konsep  Gelombang adalah getaran yang merambat
yang dalam perambatannya membawa energi.
 Panjang gelombang (𝜆) adalah jarak yang
ditempuh getaran dalam satu periode.
 Periode gelombang adalah waktu yang
diperlukan untuk menempuh satu panjang
gelombang.
 Frekuensi gelombang adalah jumlah
gelombang yang melewati suatu titik setiap
detik.
 Cepat rambat gelombang (v) adalah jarak yang
ditempuh gelombang dalam satuan waktu.
 Gelombang tsunami diakibatkan oleh
perubahan struktur bumi dikedalaman laut.
Prinsip 1. Gelombang berdasarkan arah rambat dan
arah getarnya, yaitu gelombang transversal
dan gelombang longitudinal. Gelombang
transversal adalah gelombang yang arah
rambatnya tegak lurus dengan arah getarnya.
Sedangkan gelombang longitudinal adalah
gelombang yang arah rambat dan arah
getarnya sejajar.
2. Gelombang juga dapat dibedakan
berdasarkan mediumnya, yaitu gelombang
mekanik yaitu gelombang yang
membutuhkan medium dalam merambat,
gelombang elektromagnetik tidak
membutuhkan medium di dalam
perambatannya.
3. Gelombang berdasarkan amplitudonya,
gelombang dapat dibedakan menjadi yaitu
gelombang berjalan dan gelombang berdiri
(stasioner). Gelombang berjalan adalah
gelombang yang bergerak dengan amplitudo
tetap. Gelombang berdiri (stasioner) adalah
gelombang yang bergerak dengan amplitudo
berubah (tidak sama) terhadap posisi.
4. Sifat-sifat gelombang antara lain; dapat
dipantulkan (refleksi), dapat dibiaskan
(refraksi), dapat dipadukan (interferensi),
dapat dilenturkan (defraksi), dan dapat
dipolarisasikan (diserap arah getarnya).
5. Persamaan simpangan gelombang berjalan
yang amplitudonya A, periodenya T, pada
titik berjarak x dan cepat rambat getarannya
v selama t detik dinyatakan oleh Persamaan
𝑡 𝑥
𝑦 = 𝐴 sin 2𝜋 (𝑇 + 𝜆)
6. Persamaan gelombang stasioner dengan
ujung terikat dinyatakan oleh Persamaan.
𝑦 = 2 𝐴 sin(𝑘𝑥) cos(𝜔𝑡)
7. Persamaan gelombang stasioner dengan
ujung bebas dinyatakan oleh Persamaan.
𝑦 = 2 𝐴 cos(𝑘𝑥) sin(𝜔𝑡)
8. Cepat rambat gelombang tsunami dapat
dihitung dengan persamaan
𝑣 = √𝑔ℎ
Prosedur  Mengenali masalah
 Mendefenisikan dan representasi masalah
 Mengembangkan solusi strategi pemecahan
masalah
 Mengorganisir pengetahuan tentang masalah
 Mengalokasikan sumber daya mental untuk
memecahkan masalah
 Memantau perkembangan ketercapaian tujuan
 Evaluasi solusi pemecahan masalah
Metakognitif Menggunakan model pembelajaran complex
problem solving untuk memecahkan masalah
energi gelombang.

Anda mungkin juga menyukai