Anda di halaman 1dari 23

FILOSOFI RISET DALAM BIDANG AKUNTANSI

A. Pergeseran Arah Riset


Pendekatan klasikal lebih menitikberatkan pada pemikiran normatif yang

mengalami kejayaan pada tahun 1960an. Pada tahun 1970an, terjadi pergeseran

pendekatan dalam riset akuntansi. Alasan yang mendasari pergeseran ini adalah

pendekatan normatif yang telah berjaya selama satu dekade ini tidak dapat

menghasilkan teori akuntansi yang siap digunakan dalam praktek sehari-hari. Pada

kenyataannya, desain sistem akuntansi yang dihasilkan dari riset normatif tidak

dipakai dalam praktek. Sebagai konsekuensinya, muncul anjuran untuk memahami

berfungsinya sistem akuntansi secara deskriptif dalam praktek nyata. Harapannya

adalah desain sistem akuntansi yang lebih berarti akan muncul dari pemahaman atas

praktek langsung. Alasan kedua yang mendasari usaha pemahaman akuntansi secara

empiris dan mendalam adalah “gerakan” dari masyarakat peneliti akuntansi yang

menitikberatkan pada pendekatan ekonomi dan perilaku. Perkembangan ekonomi

keuangan, terutama munculnya hipotesis pasar yang efisien dan teori kagenan

(agency teory), telah menciptakan suasana baru bagi riset empiris manajemen dan

akuntansi.
Pendekatan normatif maupun positif masih mendominasi riset akuntansi

hingga saat ini. Walaupun pendekatan utama masih mendominasi riset manajemen

dan akuntansi hingga saat ini, usaha-usaha baru untuk menggoyang pendekatan

tersebut telah muncul. Pendekatan ini pada dasarnya tidak mempercayai dasar filosofi

yang digunakan oleh pengikut pendekatan utama.

B. Filosofi Paradigma Metodologi Riset


Pengetahuan dibangun berdasarkan asumsi-asumsi filosofis tertentu. Asumsi-

asumsi tersebut adalah ontologi, epistemologi, hakikat manusia, dan metodologi.

Ontologi berhubungan dengan hakikat atau sifat dari realitas atau objek yang akan
1
diinvestigasi. Epistemologi berhubungan dengan sifat ilmu pengetahuan, bentuk ilmu

pengetahuan tersebut, serta cara mendapatkan dan menyebarkannya. Epistemologi ini

memberikan perhatian pada cara menyerap dan mengomunikasikan ilmu

pengetahuan. Pendekatan subjektivisme memberikan penekanan bahwa pengetahuan

bersifat sangat subjektif dan spiritual atau transendental yang didasarkan pada

pengalaman dan pandangan manusia. Hal ini sangat berbeda dengan pendekatan

objektivisme yang berpandangan bahwa pengetahuan itu berada dalam bentuk yang

tidak berwujud. Asumsi mengenai sifat manusia merujuk pada hubungan antara

manusia dengan lingkungannya.

C. Paradigma Fungsionalis
Paradigma fungsionalis ini sering disebut fungsionalis struktural atau

kontijensi rasional. Paradigma ini sangat umum, bahkan sangat dominan digunakan

dalam riset akuntansi dibandingkan dengan paradigma lain sehingga sering disebut

paradigma utama. Secara ontologi, paradigma utama ini sangat dipengaruhi oleh

realitas fisik yang menganggap bahwa realitas objektif berada secara bebas dan

terpisah diluar diri manusia. Realitas diukur, dianalisis, dan digambarkan secara

objektif. Konsekuensinya adalah jarak antara objek dan subjek. Dalam kaitannya

dengan akuntansi manajemen dan sistem pengendalian, fungsionalis mengasumsikan

suatu sistem sosial dalam organisasi yang meliputi fenomena empiris dan konkret

yang keberadaannya bebas dari manajer dan karyawan yang bekerja didalamnya.
Ilmu pengetahuan akuntansi dapat dibangun dengan rasio dunia empiris. Berdasarkan

keyakinan tersebut, peneliti akuntansi utama sangat yakin bahwa satu-satunya metode

yang dapat digunakan untuk membangun ilmu pengetahuan akuntansi adalah metode

ilmiah. Suatu penjelasan dikatakan ilmiah apabila memenuhi tiga komponen berikut:
1. Memasukkan satu atau lebih prinsip-prinsip atau hukum umum.
2. Mengandung prakondisi yang biasanya diwujudkan dalam bentuk pernyataan-

pernyataan hasil observasi.


3. Memiliki satu pernyataan yang menggambarkan sesuatu yang dijelaskan.
2
Pengujian empiris dalam filsafat dinyatakan dengan dua cara.

1. Dalam aliran positivis ada teori dan seperangkat pernyataan hasil observasi

independen yang digunakan untuk membenarkan atau memverifrikasi kebenaran

teori.
2. Dalam pandangan popperian, karena pernyataan hasil observasi merupakan teori

yang dependen dan dapat dipalsukan, maka teori-teori ilmiah tidak dapat

dibuktikan kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk ditolak.

D. Paradigma Interpretif
Paradigma ini juga disebut interaksionis subjektif. Pendekatan alternatif ini

berasal dari filsuf jerman yang menitikberatkan pada peranan bahasa, interpretasi, dan

pemahaman dalam ilmu sosial. Sementara itu, menurut barel dan morgan paradigma

ini menggunakan cara panjang para nominalis yang melihat realitas sosial sebagai

sesuatu yang hanya merupakan label, nama atau konsep yang digunakan untuk

membangun realitas. Berkaitan dengan sistem pengendalian dan akuntansi

manajemen, terdapat dua perbedaan antara paradigma fungsionalis dengan interpretif.

Perbedaan pertama adalah paradigma interpretif tidak hanya memusatkan perhatian

pada cara membuat perusahaan berjalan dengan baik, tetapi juga cara menghasilkan

pemahaman yang luas dan mendalam mengenai cara manajer dan karyawan dalam

organisasi memahami akuntansi, berfikir tentang akuntansi, serta berinteraksi dan

menggunakan akuntansi. Perbedaan kedua adalah para interaksionis tidak percaya

pada keberadaan realtas organisasi yang tunggal dan konkret, melainkan pada situasi

yang ditafsirkan organisasi dengan caranya masing-masing.


Paradigma interpretif memasukkan aliran etnometodologi dan interaksionisme

simbolis fenomenologis yang didasarkan pada aliran sosioogis, hermenetis dan

fenomenologis. Tujuan pendekatan interpretif ini adalah menganalisis realitas sosial

3
dan cara realitas sosial terbentuk. Berikut dua aliran riset dengan pendekatan

interpretif ini:
1. Tradisional yang menekankan pada penggunaan studi kasus, wawancara lapangan

dan analisis historis.


2. Metode foucauldian, yang menganut teori sosial dari michael foucault sebagai

pengganti konsep tradisional historis yang disebut “ahistorical” atau

“antiquarian”. Tahap aliran ini akan dibahas lebih lanjut pada bagian

posmodernisme.

E. Paradigma Strukturalisme Radikal


Aliran alternatif lainnya adalah strukturalis yang mempunyai kesamaan

dengan fungsionalis, yang mengasumsikan bahwa sistem sosial mempunyai

keberadaan ontologis yang konkret dan nyata. Pendekatan ini berfokus pada konflik

mendasar sebagai dasar dari produk hubungan kelas dan struktur pengendalian, serta

memperlakukan dunia sosial sebagai objek eksternal dan memiliki hubungan terpisah

dari manusia tertentu. Riset-riset yang diklasifikasikan dalam paradigma

strukturalisme radikal adalah riset yang didasarkan pada teori marxisme tradisional.

F. Paradigma Humanis Radikal


Riset-riset akan diklasifikasikan dalam paradigma humanis radikal jika

didasarkan pada teori kritis dari frankfurt dan habermas. Pendekatan kritis habermas

melihat objek studi sebagai suatu interaksi sosial yang disebut “dunia kehidupan”,

yang berarti interaksi berdasarkan pada kepentingan kebutuhan yang melekat dalam

diri manusia dan membantu untuk pencapaian yang saling memahami. Interaksi sosial

dalam dunia kehidupan dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut:
1. Interaksi yang mengikuti kebutuhan sosial alami, misalnya kebutuhan akan sistem

informasi manajemen.
2. Interaksi yang dipengaruhi oleh mekanisme sistem, misalnya pemilihan sistem

yang akan dipakai atau konsultan yang diminta untuk merancang sistem bukan

4
merupakan interaksi sosial yang alami karena sudah mempertimbangkan berbagai

kepentingan.

Humanis radikal memiliki visi praktik akuntansi manajemen dan sistem

pengendalian yang berorientasi pada orang, yang mengutamakan idealisme

humanistik dan nilai-nilai dibandingkan dengan tujuan organisasi. Argumentasi

teoretis dalam paradigma humanis radikal dikemukakan laughlin 1987, yang

menyajikan suatu diskusi dari aplikasi teori kritis habermas dalam riset akuntansi.

Teori tersebut akan sangat berguna dalam meneliti “saling berkaitan” antara teknologi

akuntansi dengan asal mula sosialnya.

G. Paradigma Posmodernisme
Posmodernisme menyajikan suatu wacana sosial yang sedang muncul yang

meletakkan dirinya diluar paradigma modern. Foucault terkenal dengan metode

arkeologis dan genealogis. Tujuan metode arkeologis ini adalah menetapkan

serangkaian diskusi, yaitu sistem wacana, serta menentukan suatu rangkaian dari awal

sampai akhir bagi pemikiran foucult. Wacana global dan universal yang dibentuk oleh

paradigma modern merupakan bentuk logosentrisme yang memiliki kuasa yang dapat

menciptakan kegagalan dalam kehidupan manusia, serta menyebabkan timbulnya

rasisme, diskriminasi, pengangguran, dan stagnasi. Berikut ciri utama logosentrisme:


1. Pola pikir oposisi biner yang hierarkis, seperti esensi-eksistensi, bahasa lisan-

tulisan, konsep metafora, jiwa-badan, makna-bentuk.


2. Aspek keilmuan. Ilmu-ilmu positif produk modernisme banyak menekankan pada

aspek nilai(etika).
3. Aspek praktis, yaitu bentuk standart dan prakti akuntansi yang mengklaim bahwa

praktik gerakan yang disebut harmonisasi akuntansi.

H. Paradigma Akuntansi Kritis

5
Paradigma akuntansi kritis akan dipandang melalui refleksi dari ilmu sosial

kritis. Paradigma ini dikemukakan pertama kali oleh mattessich(1964) melalui sebuah

derivatif filosofi fungsionalis dalam sistem ekonomi kapitalis.


Teori mattesich mencerminkan sistem sosioekonomi yang ada sehingga menjadi

sarana untuk mengulangi kesadaran yang salah dalam menyatakan bahwa tidak ada

perspektif lain selain yang didominasi oleh kapitalis. Krisis, pendidikan, dan tindakan

transformatif bukanlah bagian dari perspektif fungsionalis. Fakta menunjukkan bahwa

ketiganya masih terhambat oleh teori aksiomatis dari akuntansi. Dengan mengetahui

landasan fungsionalis dan asumsi filosofi yang mengikutinya, suatu teori dapat

ditempatkan berkaitan dengan potensi emansipasi atau kurangnya potensi tersebut.


1. Peluang riset akuntansi keprilakuan pada lingkungan akuntansi
2. Audit
Suatu tinjauan atas artikel riset akuntansi keperilakuan selama 1990-1991

menunjukkan penekanan pada kekuatan dalam pembuatan keputasan yang

merupakan karakteristik dari sebagian besar riset akuntansi keperilakuan.

Penjelasan dari bagian ini berorientasi pada pembuatan keputusan dalam audit,

dan telah memfokuskan riset terakhir pada penilaian dan pembuatan keputusan

auditor, seperti perbedaan penggunaan laporan audit dan meningkatnya

perkembangan yang berorientasi kognitif. Perkembangan dari riset terakhir dan

riset mendatang merupakan fokus terhadap:


a. Karakterik pengetahuan yang dihubungkan dengan pengalaman ( yang

meliputi bagaimana pengetahuan ini diperoleh).


b. Pengujian atas bagaimana pengetahuan berinteraksi dengan variabel

organisasional atau lingkungan.


c. Pengujain pengaruh kinerja terhadap pengetahuan yang berbeda.

Pengetahuan berperan penting dalam orientasi kognitif dalam riset akuntansi

keperilakuan. Ada dua alasan untuk hal ini yaitu:

6
a. Pengalaman merupakan ekspektasi yang berhubungan dengan keahlian

kinerja.
b. Manipulasi sebagai suatu variabel independen telah menjadi efektif dalam

mengidentifikasikan domain karakteristik dari pengetahuan spesifik.

Riset ini juga diterapkan pada subbidang akuntansi yang lain. Pertimbangan yang

teliti merupakan persyaratan dalam melakukan investigasi terhadap pengaruh

pengaruh pengalaman. Riset audit menyarankan suatu hubungan yang komplek

antara pengalaman dan kinerja yang belum dipahami dengan baik. Sementara itu,

riset yang dikembangkan dalam audit seperti hubungan kemampuan dan peran

latar belakang merupakan aspek dari hubungan antara pengalaman dan kinerja

yang hanya memperoleh sedikit perhatian dan penerimaan dalam literatur audit.

3. Akuntansi keuangan
Beberapa publikasi menunjukkan bahwa riset akuntansi keperilakuan dalam

bidang akuntansi keuangan jumlahnyaterbatas sehingga sulit diidentifikasikan.

Beberapa bukti menunjukkan bahwa terbatasnya pemrosen informasi yang tidak

mendorong lebih banyak dilakukannya riset akuntansi keperilakuan merupakan

pertanyaan menarik.
Karena pemakai informasi keuangan membuat keputusan secara individual dan

dalam kelompok-kelompok kecil, riset akuntansi keperilakuan dapat membuat

suatu kontribusi penting pada bidang ini. Selain itu berikut beberapa alasan riset

akuntansi keperilakuan dalam bidang keuangan mungkin memberikan kontribusi

yang lebih besar dimasa mendatang.


a. Riset pasar modal saat ini adalah kosisten dengan beberapa komponen dengan

pasar modal dengan ekspektasi.


b. Alasan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang keuangan berpotensi

memberikan kontribusi yang lebih besar berhubungan dengan keuntungan dari

riset akuntansi keperilakuan dalam bidang audit.

7
4. Akuntansi manajemen
Pada awalnya, analisis ini menunjukkan riset akuntansi keperilakuan dalam

bidang akuntansi manajemen merupakan pertimbangan yang lebih luas

dibandingkan dengan riset yang sama dalam akuntansi keuangan, dan memungkin

pencerminan tradisi yang lama berbeda dari riset akuntansi keperilakuan dalam

bidang audit. Variabel organisasional dan lingkungan berpengaruh penting

terhadap perilaku organisasional dan perilaku individu dalam organisasi.


Riset akuntansi keperilakuan dalm bidang akuntansi manajemen hanya merupakan

subbidang akuntansi yang telah memperluas pengujian dari pengaruh fungsi

akuntansi terhadap perilaku. Riset ini menguji fungsi akuntansi, seperti anggaran

dan standar memengaruhi motivasi, umpan balik, dan kinerja.


5. Sistem Informasi Akuntansi
Keterbatasan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang sistem informasi

akuntansi adalah kesulitan membuat generalisasi meskipun berdasarkan pada studi

sistem informasi akuntansi yang lebih awal sekalipun. Jelas desain sistem

memengaruhi penggunaan informasi. Informasi akan mendorong penggunaan

keunggulan teknologi saat ini, seperti pencitraan data, jaringan, dan akses data

dinamis melalui sistem pengoperasian menyarankan pertimbangan atas peluang

riset akuntansi keperilakuan dalam bidang sistem akuntansi. Riset ini akan lebih

berhasil jika difokuskan pada domain spesifik dari variabel-variabel yang unik

dalam sistem akuntansi dan konteks keputusan akuntansi, seperti standar profesi

dan analisis pengecualian.

6. Perpajakan
Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang perpajakan telah memfokuskan diri

pada kepatuhan dengan melakukan pengujian variabel psikologi dan lingkungan.

8
Variabel-variabel yang sering diuji dengan hasil campuran menyarankan bahwa

perilaku kepatuhan pajak adalah hasil yang kompleks. Alma (1991) menyebutkan

pengujian teori alternatif dari perilaku kepatuhan pajak menghasilkan kegagalan

atas ekspektasi teori utilitas untuk menjelaskan keputusan kepatuhan secara

lengkap. Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang perpajakan saat ini telah

membentuk bermacam-macam perilaku pengetahuan dari riset akuntansi

keperilakuan dalam bidang audit.


7. Pertumbuhan Riset Perilaku
Indikasi penting dari pertumbuhan minat dalam pendekatan perilaku terhadap

akuntansi merupakan pengaruh dari paradigma perilaku riset. Terdapat beberapa

kombinasi dari tiga faktor utama berikut:


a. Para peneliti yang menggunakan paradigma perilaku menghasilkan lebih

banyak artikel yang diterbitkan oleh kedua jurnal diatas.


b. Beberapa artikel yang ditulis oleh para peneliti yang sementara dilakukan

dalam bidang ini, belum ada calonnya.


c. Minat pembaca pada bidang ini telah bmeningkat.

I. Perkembangan Terakhir
Wawasan dalam riset akuntansi keperilakuan saat ini bisa diperoleh dengan

dua cara berikut:


1. Survei publikasi utama dari riset akuntansi keperilakuan.
2. Klasifikasi topik artikel yang dipublikasikan dan pemetaan publikasi terhadap

model perilaku individu.


J. Teori Keperilakuan Tentang Perusahaan
Teori organisai modern berkaitan dengan perilaku peusahaan sebagai suatu

kesatuan terhadap pemahaman kegiatan perusahaan dan alasan anggotanya. Tanpa

memperdulikan besar kecilnya, dapat dipastikan bahwa biasanya dipandang sebagai

milik dari pemegang saham yang perhatiannya lebih terfokus pada dimensi-dimensi

keuangan yang berputar disekitar harga saham dan berada diluar lingkup keputusan.

Pandangan yang dihimpun secara lengkap dari tujuan suatu perusahaan

memungkinkan para akuntan untuk menyiapkan laporan keuangan yang

9
mencerminkan hasil operasional tahunan perusahaan untuk didistribusikan ke

pemegang saham dan publik melalui laporan keuangan.


Untuk menguraikan cara perusahaan mengadopsi seperangkat tujuan serta cara

perusahaan mengawali penyesuian dan pencapaian memerlukan suatu pemahaman

yang mendasar atas keputusan dan proses penyelesaian msalah dengan pasti agar

lebih spesifik, teori modern perusahaan terkait dengan arah tujuan perilaku yang

dipastikan berkaitan dengan tujuan, motivasi, dan karakteristikmenyelesaikan masalah

anggota-anggotanya. Tujuan organisasi akan dipandang sebagai berikut:


1. Hasil pengaruh dari permulaan proses antar peserta organisasi.
2. Penentu batas pengambilan keputusan perusahaan dan penyelesaian masalah

aktivitas.
3. Peranan didalam sistem pengawasan internal adalah untuk motivasi peserta,

dimana derajat tingkat kepuasan kerja anggotanya akan diuraikan dalam kaitannya

dengan tujuan pribadi mereka yang saling tumpang tindih dengan tujuan

organisasi, dan sampai sejauh mana karyawan memandang perusahaan sebagai hal

yang membantu penerimaan tujuan pribadi mereka.

K. Wawasan Untuk Masa Depan

Masalah utama dimasa mendatang adalah pendanaan untuk riset ini akan

berkurang jumlahnya. Saat ini, kantor akuntan publik yang termasuk dalam “The Big

6” di AS kurang mendukung riset akademik dibandingkan dimasa lalu. Banyak

universitas yang pada umumnya memiliki pengalaman pencatatan anggaran akan

menunjukkan penurunan sumber yang memberikan dukungan terhadap riset. Karena

riset keperilakuan saat ini cenderung menjadi lebih mahal dibandingkan dengan usaha

akuntan, maka akan terasa lebih sulit melakukan pekerjaan tersebut. Terbatasnya

sumber dana ini perlu mendapat perhatian khusus dari para subyek profesional yang

mampu. Disamping itu, sikap dan pandangan dari beberapa pengusaha yang

mempunyai anggapan kurang positif terhadap kegiatan riset ini juga berpengaruh

10
karena mereka tidak selalu memiliki pengetahuan yang cukup untuk memahami

bahwa kegiatan para praktisi merupakan bagian dari kemampuan aplikasi hasil riset.

METODE RISET AKUNTANSI KEPRILAKUAN

A. Pengertian Riset
Riset adalah suatu usaha yang sistematis untuk mengatur dan menyelidiki
masalah-masalah serta menjawab pertanyaan yang muncul dan terkait dengan fakta,
fenomena atau gejala dari masalah tersebut.
Riset dimulai dengan suatu pertanyaan karena menghendaki suatu deskripsi
yang jelas terhadap permasalahan yang akan dipecahkan. Hal ini sering disebut suatu
rencana untuk menjawab pertanyaan. Riset aplilkasi berkaitan dengan penyelesaian
masalah-masalah yang spesifik. Riset yang murni ataupun mendasar adalah riset yang
berkenaan dengan perbaikan terhadap pemahaman mengenai hal-hal khusus atau
istimewa. Riset menggunakan metode khusus sehingga tidak bias dan mempunyai
kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.

B. Istilah Riset Akuntansi Keprilakuan


Berikut berbagai definisi yang menjelasakan istilah “riset”
“riset merupakan penyelidikan yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis tentang
fenomena-fenomena alami dengan dipandu oleh teori dan hipotesis-hipotesis
mengenai hubungan yang dianggap terdapat diantara fenomena-fenomena itu.”
Menurut Buckley, riset adalah suatu penyelidikan yang sistematis untuk
meningkatkan sejumlah pengetahuan. Jika berbagai pernyataan tersebut dirangkum
kedalam istilah “riset akuntansi keprilakuan”, maka riset akuntansi keprilakuan
11
adalah suatu metode studi yang dilakukan seseorang berkaitan dengan aspek
keprilakuan melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap masalah
yang berhubungan dengan aspek keprilakuan tersebut sehingga diperoleh pemecahan
yang tepat terhadap masalah itu.

C. Motivasi dan Tujuan Riset


Motivasi merupakan sesuatu yang timbul dari dalam diri seseorang untuk
mencapai tujuan yang dia inginkan. Motivasi seseorang melakukan riset bisa jadi
merupakan keinginan yang timbul dari dalam diri pribadi untuk memecahkan
berbagai masalah maupun persoalan yang ada.
Tujuan umum seseorang dalam melakukan riset yaitu untuk mengetahui
jawaban dari masalah atau persoalan tersebut. Motivasi dan tujuan riset secara umum
pada dasarnya sama, yaitu 2 sisi yang saling berkaitan.
Jika dilihat dari sisi akuntansi keprilakuan menekankan pada hubungan
akuntansi dengan perilaku manusia maupun desain, konstruksi dan penggunaan suatu
sistem informasi akuntansi secara efisien serta dimensi sosial dan budaya manusia
dalam suatu organisasi. Secara spesifik terdapat 5 tujuan dari suatu riset, yaitu:
a. Menggambarkan fenomena,
b. Menemukan hubungan,
c. Menjelaskan fenomena.
d. Memprediksi kejadia-kejadian dimasa mendatang,
e. Melihat pengaruh satu atau lebih faktor terhadap satu atau lebih kejadian.

D. Manfaat dan Pentingnya Riset


Manfaat adalah kontribusi hasil yang diperoleh dari mengerjakan sesuatu.
Manfaat riset mengungkapkan harapan tentang apa saja hasil/kontribusi/sumbangan
yang dapat diperoleh dari riset tersebut dan yang mungkin dapat menjadi
pertimbangan bagi pihak-pihak terkait.
Dalam riset akuntansi keperilakuan, terdapat beberapa pernyataan tentang
manfaat dan pentingnya riset, yaitu :
 Memberikan gambaran terkini (state of the art) terhadap minat khusus dalam
bidang baru yang ingin diperkenalkan.
 Membantu mengidentifikasikan kesenjangan (gap) riset
 Untuk meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan riset
melalui subbidang akuntansi, seperti akuntansi keuangan, audit, akuntansi
manajemen, sistem informasi akuntansi, pasar modal maupun perpajakan.

E. Memahami Replikasi
Replikasi adalah pengulangan suatu studi atau riset yang dilakukan secara
sengaja. Hal ini dilakukan dengan menggunakan prosedur-prosedur yang sama
12
dengan riset terdahulu, tetapi menggunakan subjek yang berbeda. Replikasi
merupakan suatu usaha untuk meriset ulang riset-riset terdahulu. Yang dimaksudkan
untuk menetapkan validitas atau memunculkan pertanyaan-pertanyaan tentang
kesimpulan riset terdahulu. Terdapat beberapa alasan logis untuk melakukan replikasi,
yaitu :

 Menguji Temuan Umum Riset


Riset yang dilaporkan biasanya menghasilkan temuan dan bukti yang baru,
atau temuan yang berbeda dengan riset sebelumnya atau bertentangan dengan
teori-teori yang berterima umum. Banyaknya riset replikasi sangat bermanfaat
karena temuan riset tersebut dapat membantu mengonfirmasi bukti-bukti baru
dari riset.
 Menguji Validitas Temuan Riset dengan Populasi Berbeda
Masalah utama riset keperilakuan adalah kecilnya jumlah sampel yang
direpresentasikan dalam populasi. Tanpa replikasi, peneliti tidak mampu
menentukan derajat tingkat temuan yang muncul dari populasi riset yang
berbeda. Oleh karena itu, replikasi memberikan suatu alat yang sangat bernilai
kepada peneliti untuk menentukan derajat tingkat temuan riset yang dapat
digeneralisasi dengan populasi yang berbeda.
 Menguji Kecenderungan atau Perubahan Waktu
Riset ulang merupakan alat yang bermanfaat untuk menguji temuan-temuan
terdahulu dan mengidentifikasi kecenderungannya. Yaitu untuk menguji
temuan riset yang dianggap valid duapuluh tahun yang lalu kemungkinan tidak
lagi valid saat ini.
 Menguji Temuan-temuan Penting Menggunakan Metodologi yang
Berbeda
Replikasi sangat bermanfaat pada repetisi riset dengan metodologi yang
berbeda. Kesimpulannya adalah replikasi memberikan banyak dasar untuk
menilai validitas dari temuan-temuan riset meskipun hanya satu riset yang
tersedia.
F. Mengenali Masalah
Riset umum meliputi dua tahap, yaitu penemuan masalah dan pemecahan
masalah. Penemuan masalah dalam riset meliputi identifikasi bidang masalah,
penentuan atau pemilihan pokok masalah dan perumusan atau formulasi masalah.
Penetuan masalah merupakan tahap riset yang paling sulit dan krusial karena masalah
riset mempengaruhi strategi yang diterapkan dalam pemecahan masalah. Oleh karena
itu, kita harus mengetahui hal yang menjadi masalahnya.

13
Untuk memastikan baik-tidaknya masalah yang dipilih dan diajukan untuk
diteleti, peneliti sebaiknya menguji masalah terlebih dahulu dengan mengajukan
pertanyaan penjajakan. Berikut pertanyaannya
1) Apakah masalah tersebut dapat dijawab secara efektif melalui proses riset ?
Selanjutnya, apakah dapat dikumpulkan data relevan yang diperlukan untuk
menjawab masalah riset tersebut?
2) Apakah nilai temuan dari masalah tersebut cukup berarti? Apakah terkandung
hal yang penting dalam masalah tersebut? Apakah pemecahan jawaban atau
penemuannya memberikan sesuatu yang baru pada khasanah teori atau praktik
dibidang akuntansi keperilakuan? Kalau tidak, bukankah ada masalah lain
yang lebih bernilai dan menanti untuk diteliti?
3) Apakah masalah tersebut merupakan masalah baru? Apakah masalah tersebut
belum pernah diteliti sebelumnya? Supaya tidak terjadi pengulangan yang
tidak perlu, studi-studi lain yang pernah dilakukan perlu diketahui terlebih
dahulu.
4) Apakah masalah tersebut memungkinkan untuk diteliti? Dalam hal ini,
termasuk kesesuaian masalah itu sendiri dengan latar belakang sipeneliti.
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, sedikit banyak akan berguna
sebagai bahan pertimbangan. Masalah dikatakan baik, apabila pertanyaan diatas
dijawab dengan “ya”
Kebanyakan suatu masalah terdiri dari dua variabel atau lebih. Peneliti juga
perlu memperhatikan beberapa kriteria umum dalam menentukan permasalahan yang
baik dan pernyataan masalah yang baik. Pertama, masalah itu harus mengungkapkan
suatu hubungan antara dua variabel atau lebih. Kedua, masalahnya harus dinyatakan
secara jelas dan tidak ambigu dalam bentuk pertanyaan. Ketiga, masalah dan
pernyataan masalah harus dirumuskan dengan cara tertentu yang menyiratkan adanya
pengujian empiris.

G. Jenis Masalah
Berbagai jenis masalah dalam riset yang selanjutnya membutuhkan
penyelesaian, yaitu :
1. Masalah-masalah yang ada pada saat ini diberbagai subbidang akuntansi
keperilakuan yang memerlukan penyelesaian.
2. Area-area tertentu dalam subbidang akuntansi keperilakuan yang memerlukan
pembenahan atau perbaikan
3. Persoalan-persoalan teoritis yang memerlukan riset untuk menjalankan (atau
memprediksi) fenomena
4. Pertanyaan riset yang memerlukan jawaban empiris
14
H. Menyatakan Dasar Permasalahan
Dasar permasalahan dimulai dari usaha untuk mengembangkan pertanyaan-
pertanyaan keperilakuan dengan memerinci pertanyaan dasar kedalam pertanyaan-
pertanyaan yang lebih khusus. Pertanyaan-pertanyaan yang diperinci tersebut
dikatakan sebagai hasil dari proses pada hierarki pertanyaan riset akuntansi
keperilakuan.
Proses pada hierarki dimulai dari cara mengidentifikasi permasalahan
akuntansi keperilakuan, mengembangkan pertanyaan, membuat pertanyaan riset,
melakukan penyelidikan terhadap pertanyaan, mengukur pertanyaan serta membuat
keputusan. Usaha untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan keperilakuan
dilakukan dengan memerinci pertanyaan dasar kedalam pertanyaan-pertanyaan yang
lebih khusus.
Tugas peneliti selanjutnya adalah memahami cara membuat pertanyaan riset.
Terdapat tiga tahapan dalam merumuskan pertanyaan riset, yaitu :
1. Dimulai dari cara menemukan permasalahan akuntansi keperilakuan.
Pada tahap ini, peneliti mengidentifikasi gejala-gejala yang berkaitan dengan
masalah-masalah maupun kesempatan.
2. Menemukan pertanyaan akuntansi keperilakuan.
Pada bagian ini, peneliti mengumpulkan informasi penyelidikan. Peneliti
menjelaskan permasalahan atau melakukan perbaikan terhadap gejala yang
membentuk pertanyaan yang biasanya dimulai dengan “bagaimana organisasi
dapat..?” dan lain-lain.
3. Menemukan pertanyaan riset.
Pada bagian ini, beberapa pertanyaan riset dirimuskan. Setiap pertanyaan
merupakan alternatif tindakan. Pada umumnya, tindakan yang digunakan
berkaitan dengan penggunaan sumber daya yang paling sedikit.

I. Sumber Penemuan Masalah


Secara umum, sumber penemuan masalah dalam riset akuntansi keperilakuan
dikelompokkan kedalam dua faktor. Faktor pertama dihasilkan dari pengalaman
pribadi si peneliti atau disebut pendekatan empiris (empirical approach).
Faktor kedua didapat dari tinjauan terhadap literatur riset. Pendekatan ini
disebut pendekatan teoretis (teoritical approach). Berdasarkan literatur, riset dapat
ditelusuri lagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Literatur yang telah dipublikasikan, meliputi
a. Jurnal, merupakan salah satu tempat yang menjadi media
publikasi tulisan-tulisan ilmiah dan hasil-hasil riset. Hasil-hasil

15
tulisan ilmiah maupun hasil-hasil riset dapat dijadikan rujukan awal
untuk memperkuat masalah riset yang dirumuskan.
b. Buku, merupakan gudang ilmu yang dapat dijadikan sebagai
sumber informasi bagi peneliti dalam menemukan masalah riset.
Buku dijadikan acuan/panduan bagi kalangan akademik dalam
menjalankan proses pendidikan.

2. Literatur yang belum terpublikasi, yaitu berupa karya ilmiah, seperti


a. Skripsi, termasuk salah satu literatur yang belum terpublikasi dan
merupakan hasil riset mahasiswa Strata-1 (S-1).
b. Tesis, merupakan laporan hasil bagi mahasiswa yang menempuh
jenjang pendidikan Strata 2 (S-2). Teori yang diungkapkan lebih
kompleks dari skripsi dan tidak lebih dalam dari disertasi.
c. Disertasi, laporan hasil dari hasil riset yang dilakukan para
mahasiswa program doktor. Kedalaman teori dan kemapanan
pengungkapan masalah tentunya jauh lebih baik dibandingkan hasil
laporan riset mahasiswa S-1 dan S-2.
d. Makalah-makalah seminar, makalah-makalah yang dijadikan
bahan dalam seminar merupakan hasil kompilasi dari berbagai
referensi. Makalah tersebut memiliki berbagai teori maupun hasil
riset yang disampaikan, yang dapat digunakan penulis sebagai
referensi tambahan buat isi makalah penelitiannya.
J. Kesalahan Umum dalam Penemuan Masalah
Terdapat berbagai kesalahan yang dilakukan si Periset dalam menemukan
masalah. Berikut kesalahan umum yang dilakukan, yaitu :
1. Periset mengumpulkan data tanpa rencana atau tujuan riset yang ada
2. Periset memperoleh sejumlah data dan berusaha merumuskan masalah riset sesuai
dengan data yang tersedia
3. Periset merumuskan masalah riset dalam bentuk yang terlalu umum dan ambigu
sehingga menyulitkan interpretasi hasil dan pembuatan kesimpulan riset.
4. Periset menemukan masalah tanpa terlebih dahulu menelaah hasil-hasil riset
sebelumnya dengan topik sejenis sehingga masalah riset tidak didukung oleh
kerangka teoritis yang baik.
5. Periset memilih masalah riset yang hasilnya kurang memberikan kontribusi
terhadap pengembangan teori atau pemecahan masalah praktis.
K. Memahami Teori
Pemahaman umum tentang teori menyatakan bahwa satu teori menerangkan
atau menjelaskan mengapa gejalan spesifik atau proses tertentu terjadi. Misalnya
mengapa ditemukan satu bentuk organisasi bukan bentuk yang lain, mengapa manusia
16
bertindak seadanya. Dengan demikian teori memberi jawaban atas pertanyaan tentang
“mengapa” atau “bagaimana” hak tersebut bisa terjadi.
Perbedaan teori dengan hipotesis dilihat dari tingkatan yang kompleks dan
abstrak. Pada umumnya teori cenderung lebih kompleks dan abstrak dan melibatkan
berbagai variabel. Dan hipotesis cenderung lebih sederhana, variabel proposisinya
terbatas dan melibatkan contoh yang konkret.
Para peneliti harus mengetahui nilai-nilai dari teori. Teori memberikan
manfaat dalam beberapa hal, yaitu :
 Teori membatasi cakupan fakta yang harus dipelajari
 Teori menghendaki riset yang memungkinkan hasil yang lebih besar
 Teori menyarankan suatu sistem bagi peneliti untuk menggunakan data dalam
rangka mengklasifikasikannya dengan cara-cara yang berarti
 Teori merangkum pengetahuan tentang suatu objek dan menyatakan
keseragaman yang berada diluar pengamatan
 Teori dapat digunakan untuk memprediksi fakta-fakta lebih lanjut yang harus
ditemukan.
Untuk pertanyaan dalam penelitian dibutuhkan penggunaan konsep, konstruksi
dan definisi.
 Konsep
Suatu konsep mengungkapkan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari
hal-hal khusus. Konsep mempunyai karakteristik yang berhubungan dengan kejadian-
kejadian, objek, kondisi, situasi dan perilaku.
 Konstruksi
Suatu konstruksi adalah konsep, tetapi dengan pengertian tambahan.
Konstruksi diciptakan untuk digunakan dengan kesenjangan dan kesadaran penuh
untuk maksud ilmah yang lebih khusus. Konstruksi dalam riset tidak hanya diartikan
lebih abstrak, tetapi juga menyangkut tentang persepsi orang.
Konstruksi sengaja digunakan secara sistematis untuk riset ilmiah melalui dua
cara, yaitu :
1) Mengoperasionalisasikan konstruksi kedalam konsep-konsep yang dapat
diamati dan diukur menjadi variabel riset
2) Menghubungkan konstruksi yang satu dengan konstruksi yang lain menjadi
konstruksi teori.

L. Variabel Riset
Variabel merupakan suatu sifat yang dapat memiliki macam nilai. Variabel
diekspresikan dalam bentuk simbol/lambang (umunya digunakan simbol x dan y)
yang padanya dilekatkan bilangan atau nilai. Apabila konstruksi yang kita kaji adalah
gender, maka nilai yang dilekatkan pada x adalah 1 dan 0, dimana nilai 1 untuk salah

17
satu jenis kelamin, sementara nilai 0 adalah untuk jenis kelamin lainnya. Nilai
variabel tergantung pada konstruksi yang mewakilinya.
Variabel Independen dan Variabel Dependen
Variabel independen (independent variables) disebut juga variabel bebas yang
merupakan jenis variabel yang dipandang sebagai penyebab munculnya variabel
dependen yang diduga sebagai akibatnya. Disisi lain, variabel independen merupakan
anteseden, sedangkan variabel dependen adalah konsekuensi.
Variabel Moderasi
Dalam setiap hubungan, setidaknya terdapat satu variabel independen dan satu
variabel dependen. Variabel tersebut biasanya diungkapkan dengan berbagai cara
yang menyebabkan variabel dependen terjadi. Dalam riset, hubungan sederhana
membutuhkan faktor syarat untuk memperbaiki penyebab dari variabel-variabel lain.
Satu jenis variabel sering digunakan terhadap variabel penjelas. Dalam hal ini,
variabel tersebut dikatakan sebagai variabel moderasi (moderating variabel).
Variabel moderasi adalah variabel independen kedua yang dipercaya mempunyai
kontribusi yang signifikan atau mempunyai pengaruh ketidakpastian terhadap keaslian
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
Variabel Intervensi
Variabel intervensi (intervening variable) merupakan suatu mekanisme
konseptual dimana variabel independen dan variabel moderasi mempengaruhi
variabel dependen. Variabel intervensi didefinisikan sebagai faktor yang secara
teoritis mempengaruhi fenomena yang diobservasi, tetapi tidak bisa dilihat, diukur
atau manipulasi. Variabel tersebut berperan sebagai mediasi dalam hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen.

M. Penggunaan Proposisi dan Hipotesis


Proposisi didefinisikan sebagai suatu pernyataan tentang konsep-konsep yang
dapat dipertimbangkan. Proposisi dapat menjadi sebuah kebenaran atau juga suatu
kebohongan apabila mengacu pada fenomena yang diobservasi, dimana proposisi di
formulasikan untuk diuji secara empiris sebagai hipotesis.
Hipotesis didefinisikan sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan
yang dipertanyakan. Hipotesis juga merupakan pertanyaan dugaan tentang hubungan
antara dua atau lebih variabel. Hipotesis yang dimaksud harus menjadi landasan logis
dan pemberi arah pada proses pengumpulan data dan proses riset itu sendiri serta
mampu menjelaskan arah yang mau diuji dari suatu masalah secara terperinci.
 Kriteria Hipotesis
Ketika merumuskan sebuah hipotesis, peneliti harus
mempertimbangkan beberapa kriteria sebagai berikut
18
1. Hipotesis harus berupa pernyataan yang mengarah pada tujuan riset
2. Hipotesis harus berupa pernyataan yang dirimuskan dengan maksud untuk dapat
diuji secara empiris
3. Hipotesis harus berupa pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teori-teori
yang lebih kuat dibandingkan dengan hipotesis saingan.
 Jenis Hipotesis
Pada dasarnya, hipotesis dirumuskan untuk menggambarkan hubungan
antara dua variabel, yaitu variabel independen dan dependen. Rumusan
hipotesis tersebut dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk, yaitu pernyataan
jika maka atau proposisi, hipotesis nol, dan hipotesis alternatif.

N. Pemilihan Data atau Sampel Riset


Langkah pertama yang harus dilakukan peneliti adalah mengetahui jumlah
besaran populasi keseluruhan riset. Dari jumlah populasi tersebut, peneliti akan dapat
menarik besarnya sample representatif yang harus dipenuhi oleh peneliti untuk
mampu melakukan generalisasi terhadap kesimpulan akhir riset. Tanpa mengetahui
besaran populasi, peneliti akan sulit menentukan besarnya sample representatif untuk
riset tersebut.
o Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas sekelompok orang,
kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi juga
merupakan keseluruhan kumpulan elemen yang berkaitan dengan harapan peneliti
dalam mengambil beberapa kesimpulan.
Contoh, seorang peneliti ingin menguji komitmen organisasional dan
kepuasan kerja yang menjadi predikator keinginan karyawan untuk pindah. Karena
objek riset adalah kantor akuntan publik, maka populasi yang diambil adalah para
auditor yang bekerja dikantor tersebut.
o Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah maupun karakteristik yang dimiliki
oleh populasi dan dipilih secara hati-hati dari populasi tersebut. Ketika peneliti
melakukan penarikan sampel, peneliti temtu tertarik dalam mengestimasi satu atau
lebih nilai-nilai populasi atau menguji satu atau lebih hipotesis statistik.
o Mengapa Menggunakan Sampel
Terdapat beberapa alasan untuk melakukan pengambilan sampel, yaitu :
 Biaya yang murah

19
Manfaat ekonomi yang diperoleh dari pengambilan sampel dibandingkan dengan
sensus yang berkaitan dengan masalah uang/biaya. Biaya yang dilakukan untuk
melakukan sensus lebih besar dibandingkan dengan pengambilan sampel.
 Akurasi hasil yang lebih baik
Deming mengatakan kualitas studi jauh lebih baik jika menggunakan sampel
dibandingkan dengan sensuss.
 Kecepatan pengumpulan data
Kecepatan waktu pengambilan sampel ditentukan berdasarkan ketersediaan informasi
yang dibutuhkan oleh peneliti.

 Ketersediaan elemen-elemen populasi


Beberapa situasi mengharuskan dilakukannya pengambilan sampel. Pengambilan
sampel merupakan satu-satunya cara yang memungkinkan jika populasi tidak terbatas
(banyak).

O. Sumber dan Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis dan terstandardisasi
untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun metode pengumpulan data riset
yang dibahas dibagi menjadi data sekunder dan data primer.
o Jenis Data
Jenis data merupakan pengelompokkan data yang didasarkan pada sifat data
tersebut. Pada kebanyakan riset akuntansi keperilakuan, jenis data dikelompokkan
menjadi data subjek, fisik dan dokumenter.
o Data Subjek
Jenis data subjek merupakan jenis data riset yang berupa opini, sikap,
pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi
subjek riset. Data subjek merupakan data riset yang dilaporkan sendiri oleh responden
secara individual atau kelompok dari sumbernya. Kemudian diklasifikasikan
berdasarkan bentuk tanggapan (respons) yang diberikan, baik secara lisan (verbal),
tertulis, maupun melalui ekspresi.
o Data Fisik
Data fisik merupakan jenis data riset yang berupa objek atau benda-benda
fisik. Data fisik merupakan benda berwujud yang menjadi bukti suatu keberadaan atau
kejadian pada masa lalu.
o Data Dokumenter
Data dokumenter merupakan jenis data riset yang antara lain berupa faktur,
penjualan, surat-surat, notulen hasil rapat, memo atau dalam bentuk laporan program.
Data dokumenter memuat apa dan kapan suatu kejadian atau suatu transaksi terjadi,
serta siapa yang terlibat dalam suatu kejadian.
o Sumber data
20
Bila dilihat dari sumbernya, data dalam riset akuntansi keperilakuan dapat
dikumpulkan dengan menggunakan dua sumber data yaitu data primer dan data
sekunder.

o Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli atau pihak pertama. Pada saat pengumpulan data primer, tentu terdapat
hubungan atau kontak langsung antara si peneliti dengan responden. Data ini
dikumpulkan secara khusus oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan riset.
o Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data riset yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media pentara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan,
atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip, baik yang dipublikasikan
maupun yang tidak dipublikasikan.
P. Validitas dan Keandalan
Terdapat dua hal penting yang berhubungan dengan perencanaan riset
perilaku. Hal pertama diukur berkaitan dengan hal-hal yang salah (validitas) dan hal
kedua diukur berkaitan dengan hal-hal tidak representatif (keandalan). Dua hal
tersebut dinilai dengan menggunakan validitas dan keandalan.
Validitas mengacu pada lingkup yang diukur pada kenyataanya. Peneliti ingin
melakukan pengukuran dan apa yang di ukur seharusnya berkaitan dengan masalah
risetnya. Keandalan berkaitan dengan apakah suatu teknik khusus yang jika
digunakan di lapangan dan waktu yang berbeda akan menghasilkan sesuatu yang
sama.
o Validitas
Ada beberapa jenis validitas, yaitu :
1) Validitas isi (content validity) mengacu pada cara peneliti menggambarkan dimensi-
dimensi dan konsep atau masalah-masalah yang ingin diukur, khususnya yang
berkaitan dengan tingkat ukuran yang diberikan untuk menutupi rentang setiap
terhadap arti maupun suatu konsep.
Ada dua jenis kriteria yang berhubungan dengan validitas, yaitu validitas prediktif
(predictive validity) dan validitas konkuren (concurrent validity).
Validitas prediktif adalah validitas yang berkaitan dengan keakuratan suatu pengujian
atau pengukuran dalam memprediksi perilaku.
Validitas konkruen adalah validitas yang berkaitan dengan hubungan antara alat ukur
dan kriteria sekarang atau masa lalu.

2) Validitas konstruksi (construct validity) adalah validitas yang berdasarkan pada suatu
pertimbangan tentang kesesuaian hasil pengukuran tersebut dengan teori.
21
o Keandalan
Suatu instrumen alat ukur yang andal akan menghasilkan alat ukur yang stabil di
setiap waktu. Aspek lain dari keandalan adalah akurasi dari instrumen pengukuran.

Q. Metode Pengumpulan Data


o Survei
Metode pengumpulan data dengan mengamati perilaku. Data dikumpulkan dengan
mengirimkan surat elektronik (e-mail), menelepon, atau memberikan serangkaian
pertanyaan.
o Observasi
Merupakan proses pencatatan pola perilaku manusia, sesuatu hal, atau kejadian
yang sistematis tanpa ada pertanyaan maupun komunikasi dengan individu-individu yang
diteliti. Kelebihan metode observasi dibandingkan dengan metode survei adalah data
yang dikumpulkan umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat dan lebih bebas dari bias pihak
responden.
o Memilih Responden
Langkah pertama dalam memilih responden adalah menentukan populasi. Setelah
menentukan populasi, peneliti menentukan suatu sensus atau suatu sampel. Sensus adalah
kegiatan untuk mencari seluruh informasi yang dikumpulkan dari setiap elemen dalam
populasi. Sampel merupakan kumpulan informasi dan bagian dari populasi.
Suatu sensus akan tepat ketika:
1. Populasinya kecil dan biaya pengumpulan data tidak melebihi biaya pengambilan
sampel secara signifikan
2. Penting untuk mengetahui setiap unsur dalam populasi
3. Resiko dalam perbaikan secara keseluruhan sangat besar
o Sampling Probabilitas dan Non-Probabilitas
Dalam sampling probabilitas, setiap elemen dalam populasi probabilitasnya yang
dipilh telah diketahui. Dengan sampling probabilitas, sampling error (kesalahan
pengambilan sampel) dapat ditaksir secara matematis karena probabilitas yang dipilih
diketahui. Ada beberapa jenis sampling probabilitas yaitu acak, sistematis, terstratifikasi,
kelompok dan sebagainya. Sampling non-probabilitas adalah ketika probabilitas yang
dipilih tidak diketahui.
R. Instrumen Riset
Pengembangan kuesioner atau pencarian instrumen merupakan langkah lain yang
penting dalam proses riset. Kuesioner harus sesuai dengan responden dan didesain secara
menarik sehingga responden tertarik untuk menjawab kuesioner tersebut, yang pada
hakikatnya bertujuan meningkatkan tingkat respons, validitas dan keandalan data.

S. Menjamin Kerjasama Responden

22
Ada beberapa teknik yang dapat menghasilkan tingkat kerja sama atau tingkat
respons yang tinggi antara peneliti dengan responden, yaitu :
 Sebelum wawancara dengan responden, peneliti seharusnya mengirimkan surat yang
menjelaskan tujuan umum dari wawancara tersebut dan responden dapat
menghubungi para peneliti melalui telepon untuk membuat suatu janji wawancara.
 Sebelum melakukan wawancara melalui telepon, peneliti perlu mengirimkan surat
kepada responden yang memperkenalkan tim riset, menjelaskan dasar dari riset
tersebut, dan meminta kerjasama saat menelpon.
 Pada hari wawancara, para peneliti harus datang tepat waktu dan mengucapkan
terimakasih atas kerjasama responden.
 Memberikan kuesioner yang bersifat jelas, tidak panjang lebar dan menggunakan
kata-kata yang tidak membingungkan serta mudah dipahami oleh responden.

T. Menjamin Validitas dan Keandalan Jawaban


Para peneliti harus menentukan dasar dari keinginan informasi dan memilih suatu
format pertanyaan yang akan menyediakan informasi dengan sedikit pembatasan terhadap
responden. Pertanyaan-pertanyaan dapat bersifat terbuka (open ended) atau sudah
ditentukan kemungkinan-kemungkinan jawabannya(closed ended). Suatu pertanyaan
open ended diminta untuk suatu jawaban yang bebas. Pertanyaan close ended
menawarkan bermacam-macam pilihan jawaban kepada responden. Responden diminta
untuk memilih satu atau lebih pilihan jawaban.

U. Analisis Data dan Persiapan Laporan


Analisis data dilakukan setelah peneliti mengumpulkan semua data yang
diperlukan dalam riset. Pemanfaatan berbagai alat analisis sangat bergantung pada jenis
riset dan data yang diperoleh. Ketersediaan alat-alat analisis memberikan gambaran
bahwa satu alat analisis dengan alat analisis lainnya dapat dengan saling bergantian
dimanfaatkan dan terkadang hanya ada satu alat analisis yang dapat digunakan.
Tahap akhir dalam suatu riset adalan penyusunan laporan riset. Secara umum,
laporan riset berisi tentang hal-hal yang terkait dengan kegiatan peneliti sejak tahap
persiapan riset hingga interpretasi dan penyimpulan hasil analisis. Bentuk baku dalam
suatu laporan riset belum ada. Bentuk atau format laporan riset sangatlah dipengaruhi
oleh keinginan si peneliti, hal-hal yang perlu dilaporkan, serta permintaan dari para
sponsor riset.

23

Anda mungkin juga menyukai