87 Jenis Jenis Kalimat Dan Contohnya
87 Jenis Jenis Kalimat Dan Contohnya
87 Jenis Jenis Kalimat Dan Contohnya
Manusia memiliki kodrat sebagai makhluk sosial, sehingga komunikasi dengan sesama
manusia pasti tidak terhindarkan setiap harinya. Salah satu media komunikasi antar
perorangan adalah bahasa. Dengan bahasa, manusia mampu menyampaikan pesan, gagasan,
kehendak, informasi ke manusia lainnya. Bahasa memiliki berbagai satuan yang
menyusunnya. Satuan bahasa terkecil dalam bahasa yang memiliki makna secara utuh adalah
kalimat, namun beberapa sumber juga menyebutkan jika bagian terkecil dari bahasa adalah
kata atau fasa (kumpulan kata) karena kata dan frasa juga memiliki makna meski tidak utuh.
Artikel kali ini akan dibahas mulai dari pengertian kalimat, seluk beluk kalimat, jenis
jenis kalimat dan contohnya.
Pengertian Kalimat
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, kalimat merupakan satuan terkecil bahasa yang
mengungkapkan pikiran secara utuh secara kebahasaan, definisi tersebut diambil dari Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Untuk memaknainya secara tepat, ketika mengucapkan suatu
kalimat digunakan suara yang naik – turun, lemah – lembut, disela dengan jeda, serta
intonasi di akhir kalimat. Sedang untuk memaknai kalimat tertulis, digunakan tanda baca
yang mewakili cara pengucapan atau intonasi.
Para ahli juga mengemukakan pendapatnya tentang definisi dari kalimat, salah satunya
Kridalaksana. Kridalaksana mengungkapkan jika kalimat merupakan satuan bahasa yang
secara relatif berdiri sendiri, mempunya pola intinasi final, serta secara actual dan potensial
terdiri dari klausa. Selanjutnya, Hal senada juga dikemukakan oleh kokt Cook,
Cook mendefinisikan sebagai suatu satuan bahasa yang secara relative dapat berdiri sendiri –
sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan terdir dari klausa. Sumber lain menyebutkan
jika kalimat merupakan gabungan dari dua kata atau lebih yang menghasilkan sebuah
pengertian dan pola intonasi akhir.
Kalimat memiliki unsur unsur yang membangunnya, secara luas kita mengenal konstituen
dasar pembentuk kalimat yang meliputi kata; frasa; dan klausa. Kata merupakan satuan
terkecil dalam kalimat secara gramatikal. Kata dapat berdiri sendiri, maupun bergabung
dengan kata – kata lain membangun struktur kalimat. Kridalakana mengungkapkan jika kata
terjadi dari morfem tunggal, seperti makan, jalan, Tuhan, pergi, kembali, buah, dan lain
sebagainya.
Pembentuk kalimat lain adalah frasa. Frasa sering didefinisikan sebagai kumpulan dua kata
atau lebih yang tidak berciri klausa, atau tidak memiliki ciri predikat di dalamnya. Seperti
halnya dengan kata, frasa juga dapat berdiri sendiri dengan kondisi sebagai jawaban dari
sebuah pertanyaan. Misal
Konstituen dasar pembentuk kalimat yang selanjutnya adalah klausa. Menurut Cook, klausa
merupakan kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat. Selain itu, Dola
mendefinisikan klausa sebagai satuan gramatikal yang disusun oleh kata atau frasa yang
sedikitnya minimal satu predikat. Pengertian lain menjelaskan jika kalimat merupakan
kumpulan kata yang memiliki sekurang – kurangnya memiliki satu subjek dan predikat.
Contoh pembentukan kalimat :
Ayam (kata)
Sebelumnya beberapa kali disebutkan istilah ‘subjek’ dan ‘predikat’. Subjek dan predikat
merupakan beberapa unsur dari suatu kalimat, bila menilik lebih dalam unsur – unsur lain
penyusun kalimat yang lain adalah objek dan keterangan. Agar lebih memahami apa sajakan
unsur – unsur yang terdapat dalam suatu kalimat, berikut penjelasannya,
1. Subjek
Subjek merupakan bagian yang menunjukkan pelaku atau masalah dari suatu kalimat. Subjek
pada umumnya berupa kata benda maupun frasa yang merujuk pada benda. Selain itu subjek
dapat merupakan kata atau nama yang merujuk pada seseorang maupun kelompok, misal
‘aku’, ‘dia’, ‘mereka’, ‘Diana’, dan lain – lain. Selain itu, subjek akan menjawab pertanyaan
tentang : ‘apa’ dan ‘siapa’.
Contoh :
Saipah yang melakukan aksi pencurian tadi pagi, tidak lain mantan satpam di rumah itu
sendiri.
2. Predikat
Predikat merupakaan bagian dasri suatu kalimat yang menyatakan suatu tindakan atau
keadaan dari subjek yang dapat berupa kata maupun frasa. Predikat digunakan untuk
menjawab pertanyaan: mengapa dan bagaimana.
Contoh :
Ayah sakit
(menjawab, “Ayah mengapa tidak masuk kerja?” atau “Bagaimana keadaan ayahmu?”)
3. Objek
Dalam kalimat, objek merupakan bagian yang melengkapi predikat, biasanya berupa nomina,
frasa, maupun klausa. Suatu objek dapat berubah kedudukannya menjadi suatu subjek, jika
kalimat tersebut dirubah dari kalimat aktif menjadi kalimat pasif.
Contoh :
(Franky : objek; bola : subjek. “Bola” berdiri sebagai subjek karena jika kata “Franky”
dihilangkan, maka “Bola ditendang” masih dapat berdiri sebagai kalimat dan memenuhi
syarat adanya subjek dan predikat)
4. Keterangan
Keterangan merupakan bagian kalimat yang menemberikan penjelasan lebih tentang subjek
dan predikat dalam suatu kalimat, dalam menambahkan unsur keterangan maka akan disertai
konjungsi atau kata hubung. Keterangan dapat berupa keterangan alat, waktu, tujuan, cara,
penyertan, penyebab, saling, dan sebagainya.
Contoh :
5. Pelengkap
Pelengkap memberi penjelasan lebih jauh dari makna suatu kalimat. Berbeda dengan
keterangan, unsur pelengkap tidak memerlukan kata hubung sebelumnya.
Kalimat memiliki beberapa jenis yang membedakannya satu sama lain. Pembagian jenis–
jenis kalimat didasarkan pada 1) pengucapan; 2) jumlah frasa atau struktur gramatikal; 3) isi
atau fungsi; 4) unsur kalimat; 5) pola subjek – predikat; 6) gaya penyajian; dan 7) subjeknya.
Untuk memperjelas, berikut ini ulasannya.
Kalimat langsung merupakan kalimat hasil kutipan dari ucapan seseorang tanpa melalui
perantara dan tanpa merubah sedikitpun apa yang ia utarakan. Kalimat ini ditandai dengan
penggunaan tanda petik untuk membedakan kalimat kutipan dengan kalimat penjelas.
Contoh :
Andriana berkata, “Aku mungkin tidak akan pulang malam ini. Besok aku beri kabar lagi.”
“Andai waktu itu ibumu ini tidak lari, Nak,” Ibu mulai bercerita, “tidak mungkin kamu bisa
sampai sebesar ini. Karena kalo ibu tidak lari, kita pasti ikut hangus bersama desa kita.”
Kalimat tidak langsung merupakan kalimat yang menceritakan kembali isi atau pokok ucapan
yang pernah disampaikan seseorang tanpa perlu mengutip keseluruhan kalimatnya.
Contoh :
Aku pernah mendengar Aisya bercerita bahwa sebenarnya ia tidak terlalu senang dengan
kabar perjodohan yang diatur oleh orang tuanya.
Tadi Bu Neti berpesan jika hari beliau tidak dapat masuk kelas karena suatu urusan. Namun,
beliau memberikan tugas untuk mengerjakan LKS halaman 75.
Burhani mengancam tidak masuk sekolah bila ia masih merasa mendapat bully-an dari teman
sekelasnya.
Kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa, yang terbentuk dari
satu pola. Berikut ini pola – pola dalam kalimat tunggal beserta contohnya
Kalimat tunggal berdasarkan jenis predikat yang digunakan, dibagi menjadi dua yakni
kalimat nomina dan kalimat verbal
Kalimat Nomina
Kalimat nomina merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata benda (kata bilangan atau
kata sifat) sebagi predikat
Contoh :
Kalimat Verbal
Kalimat verbal merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai predikat.
Contoh :
Kalimat majemuk setara merupakan kalimat yang terdiri dari dua kalimat tunggal, di mana
kedudukan masing masing kalimat tersebut setara. Kalimat majemuk setara dibagi lagi
menjadi beberapa jenis, seperti berikut
Contoh :
Saya bertanggung jawab atas kedatangan peserta hingga ke penginapan dan Andi akan
mengambil tanggung jawab tentang segala keperluan peserta sesampainya di sana.
2. Kalimat majemuk setara pertentangan, biasanya ditandai dengan kata hubung (konjungsi)
“tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”, dan sebagainya.
Contoh :
Kelas kami akan mengadakan study tour ke Palembang, namun dia memilih untuk tidak ikut.
3. Kalimat majemuk setara pemilihan, biasanya ditandai dengan kata hubung “atau”.
Contoh :
Riana masih bingung menentukan antara ikut menemani ibunya kuliah di Jerman atau tetap
tinggal di sini bersama ayahnya.
4. Kalimat majemuk setara penguatan, biasanya ditandain dengan kata hubung “bahkan”.
Contoh :
Dia memang pemuda yang cerdas, bahkan di usianya yang ke-17 ia sudah mendapatkan gelar
sarjana pertamanya.
Kalimat majemuk bertingkat merupakan kalimat yang menggabungkan dua kalimat tunggal
atau lebih di mana satu sama lain memiliki kedudukan yang berbeda, yakni sebagai induk
kalimat dan anak kalimat. Kalimat majemuk bertingkat dapat dibagi menjadi 10 jenis
berdasarkan penggunaan kata hubung atau konjungsinya, yakni,
Anak itu sudah lama hidup sendiri semenjak orang tuanya meninggal ketika dia masih bayi.
2. Sebab: “karena”, “oleh karena itu”, “sebab”, “oleh sebab itu”, dsb.
Contoh :
Tia memuntus pergi dari rumah karena ia tidak kuat lagi melihat kelakuan ayahnya.
Contoh :
Kebakaran hutan itu meluas hingga asap kabut yang ditimbulkan berdampak hingga
Singapura dan Malaysia.
Contoh :
Ani bersedia menerima lamaran Ali, apabila kedua orang tuanya merestui hubungan mereka.
Contoh :
Meskipun diiming – imingi uang ganti rugi yang besar, warga Kampung Barang tetap
menolak dipindahkan.
Contoh :
Seandainya Risko menunggu lebih lama lagi, ia pasti akan berjumpa dengan Dewi di kafe itu.
Contoh:
Triana menutuskan pindah ke apartemen ini agar lebih dekat dengan kantornya.
Contoh :
Budak itu jatuh cinta pada putri kerajaan bagaikan punguk yang merindukan bulan.
Contoh:
Contoh :
Patria sedang memasak dan Toni menonton TV di ruang keluarga, ketika aku tiba di rumah
mereka.
(kata hubung “dan” menyatakan kaimat majemuk setara, kata hubung “ketika” menyatakan
kalimat majemuk bertingkat.)
Merupakan kalimat yang bertujuan untuk menyampaian suatu informasi. Kalimat ini dalam
penulisannya di akhiri dengan tanda baca titik (.).Dalam pembacaannya, pada akhir kalimat
biasanya memiliki intonasi yang menurun.
Contoh :
Kalimat perintah merupakan kalimat yang bertujuan untuk memberikan perintah kepada
seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam penulisannya, kalimat perintah akan diakhiri
dengan tanda baca seru (!). Serta dalam pembacaannya, pada akhir kalimat biasanya
digunakan intonasi yang meninggi.
Contoh :
Kalimat seruan digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Sama seperti kalimat perintah,
dalam pelafalannya pada akhir kalimat biasanya ditandai dengan intonasi yang tinggi. Dalam
penulisannya, kalimat seruan juga diakhiri dengan tanda seru (!).
Contoh :
Kalimat pengandaian bertujuan untuk menggambarkan keinginan atau tujuan dari penulis
atau pembicara yang belum atau tidak terwujud. Kalimat pengandaian dalam penulisannya
diakhiri dengan tanda baca titik (.).
Contoh:
Andai saja aku bisa mengulang waktu kembali.
Seandainya aku menjadi dokter nantinya, aku hanya akan pergi ke daerah terpencil dan
memberikan pengobatan bagi yang membutuhkan di sana.
Kalimat lengkap merupakan kalimat yang sekurang – kurangnya terdiri atas sebuah subjek
dan sebuah predikat. Kalimat majas dapat dikategorikan sebagai kalimat lengkap
Contoh:
S P K
S P O
Kalimat tidak lengkap merupakan kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan bentuk tidak
sempurna kadang hanya memiliki sebuah subjek saja, sebuah predikat, atau bahkan hanya
terdiri atas objek dan keterangan. Kalimat ini biasanya digunakan untuk kalimat semboyan,
salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan, dan kekaguman.
Contoh:
Hei, Diana!
Terima kasih.
Selamat sore!
Tidak.
Kalimat versi merupakan kalimat yang sesuai dengan susunan pola kalimat dasar pada
Bahasa Indonesia (S – P) atau (S – P – O – K) atau (S – P – K ) dan lain sebagainya.
Contoh:
S P K
S P O K
Kalimat inversi merupakan kalimat yang memiki ciri khas adanya predikat yang mendahului
kata subjek. Kaliman versi biasanya digunakan untuk menyampaikan penekanan atau
ketegasan makna. Kata pertama yang muncul merupakan kaa yang menjadi penentu makna
kalimat sekaligus menjadi kata yang menimbulkan kesan terhadap pembaca maupun
pendengarnya.
Contoh:
P S K
Kalimat ini merupakan kalimat yang ditulis maupun diucapkan menggunakan dengan gaya
penyajian melepas. Gaya penulisan melepas ditandai dengan kalimat majemuk di awali
dengan induk kalimat atau kalimat utama serta diikuti oleh anak kalimatnya.
Contoh :
Putri tidak akan tertinggal kereta jika di jalan tadi tidak terjadi kecelekaan yang menyebabkan
kemacetan panjang.
(“Putri tidak akan tertinggal kereta” merupakan kalimat induk, “kereta jika di jalan tadi
tidak terjadi kecelekaan yang menyebabkan kemacetan panjang” merupakan anak kalimat.)
Kalimat ini terbentuk ketika suatu kalimat majemuk disajikan dengan cara menempatkan
anak kalimat di depan kalimat induknya. Kalimat ini biasanya ditandai dengan penggunaan
tanda baca koma (,).
Contoh :
Jika dia dibawa ke rumah sakit lebih cepat, mungkin nyawanya masih bisa tertolong
(“Jika dia dibawa ke rumah sakit lebih cepat” merupakan anak kalimat, “mungkin
nyawanya masih bisa tertolong” merupakan kalimat utama)
Kalimat yang berimbang biasanya tersusun dalam bentuk kalimat majemuk setara atau
kalimat majemuk campuran. Gaya penyajian berimbang bertujuan untuk menunjukan
kesejajaran bentuk dan informasinya.
Contoh :
Harga daging sapi menjelang Idul Adha melonjak, pedagang dan konsumen mengeluhkan
tingginya kenaikan.
Kalimat aktif merupakan kalimat di mana unsur subjek di dalamnya melakukan suatu
tindakan (pekerjaan). Kalimat jenis ini akan menggunakan predikat dengan awalan “me-” dan
“ber-” serta predikat yang berupa kata kerja yang tidak dapat diberikan awalan “me-”, seperti
mandi, pergi, tidur, dan lain sebagainya.
Contoh :
Kalimat aktif ini dapat disisipi unsur objek di dalamnya. Kalimat aktif ini biasanya memiliki
predikat yang berawalan “me-” dan dapat dirubah ke dalam bentuk pasif.
Contoh :
Kalimat aktif ini tidak memungkinkan diikuti oleh objek di dalamnya. Kalimat aktif ini
biasanya menggunakan predikat yang berawalan “ber-” dan tidak dapat di rumah menjadi
kalimat pasif.
Contoh :
Kalimat ini merupakan kalimat aktif yang tidak dapat dirubah menjadi bentuk pasif karena
kalimat ini diikuti oleh unsur pelengkap bukan objek.
Contoh :
S P Pel
S P Pel
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan atau tindakan. Kalimat pasif
biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan “di-” dan “ter-” serta diikuti kata
depan “oleh”. Kalimat pasif dibedakan kembali menjadi dua bentuk, yakni,
Kalimat pasif ini merupakan kalimat hasil dari transformasi kalimat aktif transitif. Kalimat
pasif ini memiliki predikat yang memilki imbuhan “di-”, “ter-”, “ke-an”.
Contoh:
Bola ditendang Adnan.
Kalimat pasif ini memiliki objek pelaku yang berdekatan dengan objek penderita tanpa
adanya sisipan kata lain. Predikat pada kalimat ini menggunakan akhiran “-kan” dan tanpa
disertai awalan “di-”. Selain itu, predikatnya juga dapat berupa kata dasar dari kata kerja.
Contoh :
Sekian penjelasan jenis jenis kalimat beserta contohya. Semoga artikel ini bermanfaat.