Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KIMIA ANALITIK 1B

MULTIKOMPONEN

Di susun oleh:

Sekar Nurani Saptaningtyas (652016010)

Stelly Revina Prabowo (652016016)

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018
LAPORAN RESMI KIMIA ANALITIK 1B
Nama : Sekar Nurani Saptaningtyas (652016010)

Stelly Revina Prabowo (652016016)

Tanggal prak. : 16 Maret 2018

Acara (Judul) : Multikomponen

Tujuan
1. Menentukan ƛ maks pada masing-masing sampel
2. Menentukan nilai Ɛ
3. Menentukan konsentrasi sampel uji
4. Menganalisa spektrum dari berbagai senyawa campuran
5. Menentukan serapan maksimum cuplikan standar dan konsentrasi larutan sampel
6. Menentukan kerterkaitan antara absorbansi dan panjang gelombang.

Dasar teori
Spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk
perbedaan absorbsi antara sampel dan blankoataupun pembanding. Spektrofotometer
digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi daripanjang gelombang (Khopkar, 2003).
Spektrofotometri dapat dibayangkan sebagai suatu perpanjangan dari penilikan visual
dimana studi yang lebih terinci mengenai pengabsorpsian energicahaya oleh spesies kimia
memungkinkan kecermatanyang lebih besar dalampencirian dan pengukuran kuantitatif
(Underwood, 2001).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan spektrofotometri
UV-Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna yang akan dianalisis dengan
spektrofotometri visibel karena senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi
senyawa yang berwarna. Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus diperhatikan (Rohman,
2007)
1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada daerah
tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa lain atau
direaksikan dengan pereaksi tertentu. Pereaksi yang digunakan harus memenuhi
beberapa persyaratan yaitu, reaksinya selektif dan sensitif, reaksinya cepat, kuantitatif,
dan reprodusibel, hasil reaksi stabil dalam jangka waktu yang lama, dan waktu
operasional. Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan
warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu
operasional ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan
absorbansi larutan.
2. Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang
yang mempunyai absorbansi maksimal. Ada beberapa alasan mengapa harus
menggunakan panjang gelombang maksimal, yaitu yang pertama, pada panjang
gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang
maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang
paling besar. Kedua disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi
datar dan pada kondisi tersebut hukum lambert-beer akan terpenuhi. Dan yang ketiga jika
dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang
panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang maksimal.

Panjang gelombang didefinisikan jarak dari satu puncak gelombang ke puncak


berikutnya (dari palung ke palung), dan biasanya dinyatakan dalam nanometer (nm, 10-9 m)
agar diperoleh bilangan terukur yang masuk akal. Simbol untuk panjang gelombang adalaha,
yang berasal dari huruf Yunani "lambda". Energi yang terkandung dalam masing-masing
kuantum energi dari seberkas radiasi pada panjang lombang tertentu berbanding terbalik
dengan panjang gelombang. Ini berarti gelombang radio dengan panjang gelombang beberapa
ratus meter memiliki energi yang rendah, sementara sinar gamma dan sinar-X adalah bentuk
radiasi dengan panjang gelombang pendek dan berenergi tinggi (Cairns, 2008).
Panjang gelombang dengan serapan (A) terbesar disebut 𝜆maks (dibaca "lambda
maks"), dan merupakan karakteristik 𝜆maks kromofor. 𝜆maks suatu senyawa terkadang
digunakan dalam British Pharmacopoeia untuk mengindentifikasi obat obatan dan senyawa-
senyawa yang belum dikenal. Panjang gelombang pada saat terjadi akan berupa suatu tetapan
untuk tiap senyawa, tapi seperti kebanyakan "tetapan" di dalam ilmu sains, 𝜆maks dapat
mengalami perubahan. Hal ini tidak sepenuhnya berita buruk, karena banyak informasi yang
berguna mengenai suatu senyawa dapat diperoleh hanya dengan mengamati geseran yang
terjadi pada 𝜆maks, contohnya, ketika suatu senyawa mengalami ionisasi (Cairns, 2008).
Geseran 𝜆maks menuju panjang gelombang yang lebih panjang dikenal sebagai geseran
batokromik atau geseran merah karena merah adalah warna bagian ujung pada panjang
gelombang yang panjang, spektrum tampak. Geseran batokromik biasanya terjadi karena
kerja auksokrom. Auksokrom adalah gugus fungsi yang menempel pada kromofor yang tidak
menyerap energi cahayanya sendiri, tetapi memengaruhi panjang gelombang cahaya yang
diserap kromofor (Cairns, 2008).
Spektrofotometri serap adalah pengukuran serapan radiasi elektromagnetik panjang
gelombang tertentu yang smpit, mendekati monokromatik yang diserap zat. Pengukuran

serapan dapat dilakukan pada daerah ultraviolet ( 190 – 380 nm) atau pada daerah cahaya

tampak ( 380 – 780 nm). Daya serap atau serapan jenis zat pada batas-batas kadar tertentu
adalah tetap, tidak tergantung dari intensitas radiasi, panjang jalan sinar dan kadar larutan,
sehingga spektrofotometri serap dapat digunakan untuk penetapan kadar. Alat
spektrofotometer pada dasarnya terdiri atas sumber sinar monokromator, tempat sel untuk zat
yang diperiksa, detector, penguat arus, dan alat ukur atau pencatat. Spektrofotometer dapat
bekerja secara otomatik ataupun tidak, dapat mempunyai system sinar tunggal atau ganda
(Anonim, 1979).
Bagian molekul yang mengabsorbsi dalam daerah ultraviolet dan daerah sinar tampak
dinyatakan sebagai kromofor. Dalam satu molekul dapat dikandung beberapa kromofor. Jika
kromofor dipisahkan satu sama lain paling sedikit oleh dua atom karbon jenuh, maka tidak
ada kemungkinan adanya konjugasi antara gugus kromofor (Hermann dan Gottfried, 1998).
- Aspek Kualitatif
Data spektra UV secara tersendiri tidak dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif obat
atau metabolitnya. Akan tetapi digabung dengan cara lain seperti Spektrostopi
Inframerah, resonansi magnet inti, dan spektrostopi massa, dapat digunakan untuk
maksud identifikasi/analisis kualitatif senyawa tersebut.
- Aspek Kuantitatif
Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan sampel)
dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya.Analisis 2 campuran secara
bersama-sama,bila diinginkan pengukuran 2 buah senyawa secara bersama-sama secara
spektrofotometri, maka dapat dilakukan pada 2 panjang gelombang yang mana masing-
masing komponen tidak saling mengganggu atau gangguan dari komponen yang lain
paling kecil. Dua buah kromofor yang berbeda akan mempunyai kekuatan absorbsi
cahaya yang berbeda pula pada satu daerah panjang gelombang. Pengukuran dilakukan
pada masing-masing larutan pada dua panjang gelombang, sehingga diperoleh dua
persamaan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi pada dua panjang gelombang,
akibatnya konsentrasi masing-masing komponen dapat dihitung (Gandjar, 2007).
Syarat larutan yang dapat digunakan untuk analisis campuran dua komponenadalah
komponen-komponen dalam larutan tidak boleh saling bereaksi, penyerapankomponen-
komponen tersebut tiak sama, komponen harus menyerap pada panjanggelombang tertentu.
Cara kerja spektrofotometri secara singkat adalah sebagai berikut. Tempatkan larutan
pembanding, misalnya blangko dalam sel pertama sedangkan larutan yang akan dianalisis
pada sel kedua. Kemudian pilih fotosel yang cocok 200 nm-650 nm (650 nm-1100 nm) agar
daerah λ yang diperlukan dapat terliputi. Dengan ruang fotosel dalam keadaan tertutup “nol”
galvanometer dengan menggunakan tombol dark-current. Pilih yang diinginkan, bukan
fotosel dan lewatkan berkas cahaya pada blangko dan “nol” galvanometer didapat dengan
memutar tombol sensitivitas (Rohman, 2007).
Metode analisa kuantitatif didasarkan pada absorpsi radiasi oleh suatu
unsur yang mengabsorpsi dan melibatkan pengukuran intensitas cahaya atau
kekuatan radiasi. Faktor yang mempengaruhi kekuatan radiasi dari cahaya yang dipancarkan
melalui media absorpsi. Anggap ketebalan sel absorpsi b dan
konsentrasi c. Suatu berkas cahaya dari radiasi monokromatik (yaitu panjang gelombang
yang tunggal) dari kekuatan radian I0 dalam larutan, dan suatu berkas cahaya yang muncul
dari kekuatan radiasi I dipancarkan oleh larutan.
Hukum ini disebut Hukum Lambert-Beer, dan berlaku untuk unsure yang
menyerap cahaya dengan menghubungkan kosentrasi dari jenis absorbing pada
perbandingan kekuatan radian berkas cahaya yang masuk dan yang keluar, “
Ketika radiasi monokromatik lewat melalui suatu medium yang transparan yang
berisi suatu unsure absorbing, tingkat penurunan kekuatan radian dengan
konsentrasi jenis unsure absorbing adalah sebanding dengan kekuatan radian dari suatu
radiasi”. Hukum Lambert dan Hukum Lambert-Beer biasaya dikombinasikan dalam suatu
hubungan tunggal sebagai dasar untuk semua penentuan kuantitatif.

Ini disebut Hukum Lambert-Beer. Hukum ini hanya berlaku untuk radiasi
monokromatik. Karena jumlah kekuatan radian I0 dan I merupakan sebuah perbandingan, ada
beberapa unit yang mungkin digunakan. Jika ketebalan, yang disebut panjang sampel dalam
bentuk centimeter dan konsentrasi, c dalam gram unsur absorbing per satu liter larutan,
kemudian konstanta a disebut absorptivitas (kadang disebut koefisien peluruhan). Biasanya, c
ditetapkan dalam konsentrasi molar, dengan b dalam sentimeter. Dalam hal ini Hukum
Lambert-Beer ditulis sebagai: Dimana disebut absorptivitas molar (atau disebut koefisien
peluruhan). Absorbtivitas molar memiliki satuan L.mol-1.cm-1. Konsentrasi dari suatu
larutan dapat ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu
dengan menggunakan Hukum Lambert-Beer. Jumlah log (I0/I) didefinisikan sebagai
absorbansi dan diberi simbol A, sehingga Hukum Lambert-Beer umumnya ditulis sebagai :

Spektrofotometer modern dikalibrasi secara langsung dalam satuan


absorbansi. (Dalam beberapa buku lama log I0/I) disebut densitas optik dan I
digunakan sebagai ganti simbol P). Perbandingan I/I0 disebut transmitans (T)
dan beberapa instrument disajikan dalam % transmitans, (I/I0)x100. Sehingga
hubungan absorbansi dan transmitans dapat ditulis sebagai :
𝐴 = − log 𝑇
Dengan menggunakan beberapa instrumen, hasil pengukuran tercatat
sebagai 56 transmitansi dan absorban di dihitung dengan menggunakan rumus
tersebut. Dari pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa konsentrasi dari suatu
unsur berwarna harus sebanding dengan intensitas warna larutan. Ini adalah
dasar pengukuran yang menggunakan pembanding visual di mana intensitas
warna dari suatu larutan yang konsentrasinya tidak diketahui dibandingkan dengan intensitas
warna dari sejumlah larutan yang diketahui konsentrasinya.
Alat, Bahan dan Metode
Alat:

⁻ labu ukur
⁻ tabung reaksi
⁻ rak tabung reaksi
⁻ pipet ukur
⁻ pipet tetes
⁻ spektrofotometer
Bahan :
⁻ kuvet
⁻ tissue ⁻ cibanon yellow 26 N 0,05 %
⁻ Pilius ⁻ solophenil green BL 0,05 %
⁻ spatula ⁻ Aquades
⁻ Vortex
⁻ Neraca analitik
⁻ Gelas beaker
Metode :

A. Pembuatan larutan induk dan pengenceran


1. Dibuat larutan induk 100 mL Cibanon Yellow 26 N 0,05 % dan 100 mL Salophenil
Green BL 0,05 %
2. Masing-masing dari larutan diencerkan 5 kali dalam labu ukur 100 mL ( disebut
larutan standar)
B. Scanning
1. Dilakukan scanning dari kedua larutan standar yaitu 5 mL cibanon yellow
ditambah 5 mL aquades dan 5 mL salophenil green ditambah 5 mL aquades untuk
menentukan panjang gelombang maksimum.
2. Diperoleh 2 panjang gelombang maksimun yang akan di pakai sebagai patokan
langkah berikutnya.
C. Pembuatan kurva standar
1. Diambil 10 tabung reaksi
2. Ditambahkan larutan induk dengan komposisi
Cibanon Yellow atau Salophenil Aquades (mL)
Green (mL)
1 9
2 8
3 7
4 6
5 5
6 4
7 3
8 2
9 1
10 0
3. Digunakan spektrofotometer dibuat kurva standar dari cibanon yellow dan
salophenil green dengan digunakan panjang gelombang maksimum dari hasil
scanning tadi.
4. Diperoleh 4 kurva standar (2 kurva standar cibanon yellow dan 2 kurva standar
salophenil green) .
D. Scanning Campuran
1. Digunakan larutan cibanon yellow dan salophenil green pada komposisi 9 mL
sampel ditambah 1 mL aquades
2. Disiapkan 3 buah tabung reaksi
3. Pada tabung pertama ditambahkan 2 ml cibanon yellow dan 2 ml salophenil green,
pada tabung kedua ditambahkan 3 ml cibanon yellow dan 2 ml salophenil green
dan pada tabung ketiga ditambahkan 2 ml cibanon yellow dan 3 ml salophenil
green.
4. Dilakukan scanning pada masing-masing campuran .

Hasil dan Pembahasan


HASIL
 Panjang Gelombang 370 nm

Konsentrasi
ABS Cibanon Yellow ABS Solophenil Green
(M)
0,00025 0,098 0,052
0,00050 0,104 0,114
0,00075 0,144 0,138
0,00100 0,182 0,187
0,00125 0,250 0,242
0,00150 0,307 0,311
0,00175 0,300 0,340
0,00200 0,380 0,364
0,00225 0,420 0,439
0,00250 0,466 0,475

 Panjang gelombang 615 nm

Konsentrasi ABS Solophenil


ABS Cibanon Yellow
(M) Green
0,00025 0,059 0,025
0,00050 0,116 0,025
0,00075 0,150 0,047
0,00100 0,199 0,047
0,00125 0,255 0,083
0,00150 0,311 0,109
0,00175 0,350 0,103
0,00200 0,386 0,138
0,00225 0,450 0,150
0,00250 0,497 0,174

 Nilai absorbansi campuran cibanon yellow dan solophenil green :

Absorbansi
Panjang gelombang
1:1 1:2 2:1
370 nm 0,454 0,464 0,450
615 nm 0,287 0,269 0,318

Perhitungan

Solophenil Green : Cibanon yellow = 1:1

Absorbansi ℷ 370 nm = 0,454

Absorbansi ℷ 615 nm = 0,287

370 nm 615 nm
Solophenyl Green (x) 192,72 72,5
Cibanon yellow (y) 173,36 193,19

𝐴370 𝑛𝑚 = 𝜀𝑥370𝑛𝑚 × 𝑏 × 𝐶𝑥 + 𝜀𝑦370 𝑛𝑚 × 𝑏 × 𝐶𝑦

0,454 = 192,72 × 1 × 𝐶𝑥 + 173,36 × 1 × 𝐶𝑦

0,454 = 192,72 𝐶𝑥 + 173,36 𝐶𝑦 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (1)

𝐴615 𝑛𝑚 = 𝜀𝑥615 𝑛𝑚 × 𝑏 × 𝐶𝑥 + 𝜀𝑦615 𝑛𝑚 × 𝑏 × 𝐶𝑦

0,287 = 72,5 × 1 × 𝐶𝑥 + 193,19 × 1 × 𝐶𝑦


0,287 = 72,5 𝐶𝑥 + 193,19 𝐶𝑦 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . (2)

0,454 = 192,72 𝐶𝑥 + 173,36 𝐶𝑦 (× 72,5)

0,287 = 72,5 𝐶𝑥 + 193,19 𝐶𝑦 (× 192,72)

32,915 = 13972,2 𝐶𝑥 + 12568,6 𝐶𝑦

55,311 = 13972,2 𝐶𝑥 + 37231,6 𝐶𝑦

−22,39564 = −24663 𝐶𝑦

𝐶𝑦 = 0,00091 𝑚𝑜𝑙⁄𝐿

0,287 = 72,5 𝐶𝑥 + 193,19 𝐶𝑦

0,287 = 72,5𝐶𝑥 + 193,19 𝐶𝑦

72,5 Cx = 0,1758

𝐶𝑥 = 0,00242 𝑚𝑜𝑙⁄𝐿

𝑆𝑜𝑙𝑜𝑝ℎ𝑒𝑛𝑦𝑙 𝐺𝑟𝑒𝑒𝑛 ∶ 𝐶𝑖𝑏𝑎𝑛𝑜𝑛 𝑌𝑒𝑙𝑙𝑜𝑤 = 0,00242: 0,00091

Solophenil Green : Cibanon yellow = 1:2

Absorbansi ℷ 370 nm = 0,464

Absorbansi ℷ 615 nm = 0,269

370 nm 615 nm
Solophenyl Green (x) 192,72 72,5
Cibanon yellow (y) 173,36 193,19
𝐴370 𝑛𝑚 = 𝜀𝑥370 𝑛𝑚 × 𝑏 × 𝐶𝑥 + 𝜀𝑦370 𝑛𝑚 × 𝑏 × 𝐶𝑦

0,464 = 192,72 × 1 × 𝐶𝑥 + 173,36 × 1 × 𝐶𝑦

0,464 = 192,72 𝐶𝑥 + 173,36 𝐶𝑦 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … , , , , , , , , (1)

𝐴615 𝑛𝑚 = 𝜀𝑥615 𝑛𝑚 × 𝑏 × 𝐶𝑥 + 𝜀𝑦615 𝑛𝑚 × 𝑏 × 𝐶𝑦

0,269 = 72,5 × 1 × 𝐶𝑥 + 193,19 × 1 × 𝐶𝑦


0,269 = 72,5 𝐶𝑥 + 193,19𝐶𝑦 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (2)

0,454 = 192,72 𝐶𝑥 + 173,36 𝐶𝑦 (𝑥72,5)

0,269 = 72,5 𝐶𝑥 + 193,19 𝐶𝑦 (𝑥 192,72)

32,915 = 13972,2 𝐶𝑥 + 12568, 6 𝐶𝑦

51,8417 = 13972,2 𝐶𝑥 + 37231,6 𝐶𝑦

− 18,9267 = −24663 𝐶𝑦

𝐶𝑦 = 0,00077 𝑚𝑜𝑙⁄𝐿

0,269 = 72,5 𝐶𝑥 + 193,19 𝐶𝑦

0,269 = 72,5 𝐶𝑥 + 0,149

72,5 𝐶𝑥 = 0,12

𝐶𝑥 = 0,00166 𝑚𝑜𝑙⁄𝐿

𝑆𝑜𝑙𝑜𝑝ℎ𝑒𝑛𝑦𝑙 𝐺𝑟𝑒𝑒𝑛 ∶ 𝐶𝑖𝑏𝑎𝑛𝑜𝑛 𝑌𝑒𝑙𝑙𝑜𝑤 = 0,00166: 0,00077

Solophenil Green : Cibanon yellow = 2:1

Absorbansi ℷ 370 nm = 0,450

Absorbansi ℷ 615 nm = 0,318

370 nm 615 nm
Solophenyl Green (x) 192,72 72,5
Cibanon yellow (y) 173,36 193,19

𝐴370 𝑛𝑚 = 𝜀𝑥370𝑛𝑚 × 𝑏 × 𝐶𝑥 + 𝜀𝑦370𝑛𝑚 × 𝑏 × 𝐶𝑦

0,450 = 192,72 × 1 × 𝐶𝑥 + 173,36 × 1 × 𝐶𝑦

0,450 = 192,72 𝐶𝑥 + 173,36 𝐶𝑦 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … , , , , , , , , (1)


𝐴615 𝑛𝑚 = 𝜀𝑥615 𝑛𝑚 × 𝑏 × 𝐶𝑥 + 𝜀𝑦615 𝑛𝑚 × 𝑏 × 𝐶𝑦

0,318 = 72,5 × 1 × 𝐶𝑥 + 193,19 × 1 × 𝐶𝑦

0,318 = 72,5 𝐶𝑥 + 193,19 𝐶𝑦 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (2)

0,450 = 192,72 𝐶𝑥 + 173,36 𝐶𝑦 (𝑥 72,5)

0,318 = 72,5 𝐶𝑥 + 193,19 𝐶𝑦 (𝑥 192,72)

32,625 = 13972,2 𝐶𝑥 + 12568,6 𝐶𝑦

61,285 = 13972,2 𝐶𝑥 + 37231,6 𝐶𝑦

− 28,66 = −24663 𝐶𝑦

𝐶𝑦 = 0,00116 𝑚𝑜𝑙⁄𝐿

0,318 = 72,5 𝐶𝑥 + 193,19 𝐶𝑦

0,318 = 72,5 𝐶𝑥 + 0,2241

72,5 𝐶𝑥 = 0,0939

𝐶𝑥 = 0,0013 𝑚𝑜𝑙⁄𝐿

𝑆𝑜𝑙𝑜𝑝ℎ𝑒𝑛𝑦𝑙 𝐺𝑟𝑒𝑒𝑛 ∶ 𝐶𝑖𝑏𝑎𝑛𝑜𝑛 𝑌𝑒𝑙𝑙𝑜𝑤 = 0,0013: 0,00116

Pembahasan
Pada praktikum ini yaitu praktikum multikomponen terhadap pewarna cibanon yellow
dan solophenil green. Percobaan pertama yang dilakukan adalah scanning untuk menentukan
panjang gelombang maksimum pada pewarna Cibanon Yellow dan Solophenil Green. Kedua
sampel ini diukur absorbansinya pada panjang gelombang 350-800 nm dengan menggunakan
spektrofotometri UV-Vis. Panjang geolmbang maksimun dapat dilihat dari puncak tertinggi
dalam grafik, pada grafik yang tinggi juga memiliki nilai absorbansi tinggi. Penentuan
panjang gelombang maksimum ini bertujuan untuk menentukan kepekaan penyerapan
terhadap pewarna cibanon yellow dan solophenil green. Selain itu disekitar panjang
gelombang maksimum, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum
lambert-beer akan terpenuhi. Dan jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang
disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan
panjang gelombang maksimal.

Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan panjang gelombang maksimum


cibanon yellow pada panjang gelombang 370 nm dan solophenil green pada panjang
gelombang 615 nm. Dari panjang gelombang maksimum yang didapat melalui scanning
dapat dibuat kurva baku dengan konsentrasi larutan yang berbeda-beda, dalam praktikum ini
konsentrasi yang digunakan kecil hal ini dikarenakan apabila menggunakan konsentrasi yang
terlalu tinggi maka satu molekul terlarut dapat mempengaruhi molekul terlarut lainnya
sebagai akibat dari kedekatan masing-masing molekul pada larutan dengan konsentrasi yang
tinggi.

Kurva standar ini dibuat dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Cibanon Yellow ƛ =370 nm Cibanon Yellow ƛ=615 nm


y = 181.57x + 0.017 y = 193.19x + 0.0117
0.6 R² = 0.9956 0.6
R² = 0.9979
Absorbansi
absorbansi

0.4 0.4

0.2 0.2

0 0
0 0.001 0.002 0.003 0 0.001 0.002 0.003
Konsentrasi Konsentrasi

Solophenil Green ƛ=370 nm Solophenil Green ƛ=615 nm


y = 192.72x - 0.0009 y = 72.5x - 0.0076
0.6 0.2 R² = 0.9942
R² = 0.9989
Absorbansi
Absorbansi

0.15
0.4
0.1
0.2
0.05
0 0
0 0.001 0.002 0.003 0 0.001 0.002 0.003
Konsentrasi Konsentrasi

Dari kurva baku diatas, dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin
tinggi pula absorbansinya hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi memiliki jarak antar
partikel semakin dekat serta partikel yang sangat banyak, sehingga nilai Absorptivitas molar
suatu zat semakin besar. Semakin tinggi nilai absorptivitas molar mengakibatkan banyak
cahaya yang diabsorbsi olehnya, atau nilai serapan (A) akan semakin besar. Setelah dilakukan
perhitungan juga didapatkan epsilon atau dapat dikatakan sebagai koefisien ekstingsi sebesar
:

370 nm 615 nm
Solophenyl Green (x) 192,72 72,5
Cibanon yellow (y) 173,36 193,19

Pada masing-masing panjang gelombang memiliki koefisien ekstingsi berbeda karena


absorbtivitas molar yang dilambangkan dengan Ɛ, ekuivalen dengan berapa banyak cahaya
yang diserap oleh sampel cibanon yellow maupun solophenil green pada panjang gelombang
masing-masing. Sehingga konsentrasi pewarna antara cibanon yellow dan solophenil green
dapat diketahui dengan persamaan hukum Lambert-Beer,seperti berikut dimana:

𝐴 = 𝜀𝑥 × 𝑏 × 𝐶𝑥 + 𝜀𝑦 × 𝑏 × 𝐶𝑦

Kemudian dilanjutkan dengan scanning multi komponen dengan mencampurkan


antara pewarna cibanon yellow dan solophenil green dengan perbandingan 1:1, 1:2, dan 2:1.
Setelah dilakukan scanning, maka akan didapatkan nilai absorbansi pada kedua panjang
gelombang maksimum yang akan digunakan dalam menghitung konsentrasi. Adanya
pergeseran 𝜆maks atau biasanya disebut pergeseran batokromik biasanya terjadi karena kerja
auksokrom dimana gugus fungsi yang menempel pada kromofor yang tidak menyerap energi
cahayanya sendiri, tetapi memengaruhi panjang gelombang cahaya yang diserap kromofor
(Cairns, 2008).

Jawab pertanyaan
1. Mengapa perlu dilakukan scanning pada masing-masing larutan pewarna induk?

Scanning dilakukan untuk mengetahui panjang gelombang maksimum masing-


masing pewarna, ditunjukkan dengan puncak tertinggi dalam grafik yang muncul.
Dimana pada puncak tertinggi juga diperoleh absorbansi tertingi. Harus ditentukannya
panjang gelombang maksimal ini karena pada panjang gelombang maksimal
mempunyai kepekaan deteksi yang maksimal juga karena pada panjang gelombang
maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang
paling besar. Selain itu disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva
absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum lambert-beer akan terpenuhi. Dan
jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan
ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang
maksimal.

2. Apa tujuan scanning pada larutan campuran pewarna dengan perbandingan


tertentu?

Pada panjang gelombang maksimum mempunyai kepekaan maksimal karena


terdapat perubahan absorbansi paling besar. Oleh karena itu maksud dari tujuan
scanning pada larutan campuran warna dengan perbandingan tertentu ialah dapat
membandingkan nilai absorbansi dan puncak tertinggi yang di hasilkan saat
pengukuran. Pada umumnya pada pengujian dengan perbandingan tertentu ini
menghasilkan 2 puncak yang berbeda dimana puncak tersebut menunjukkan 2 jenis
nilai absorbansi maksimum.

3. Bagaimana hubungan antara absorbansi, panjang gelombang, dan koefisien


ekstingsi?
Untuk setiap panjang gelombang cahaya yang masuk melewati spectrometer,
intensitas cahaya yang melewati sel referensi diukur. Yang biasanya disebut I0
(intensitas), intensitas cahaya yang melewati sampel juga diukut untuk panjang
gelombangnya yang biasanya disebut I. Apabalila I < I0 maka sampel akan menyerap
sebagian cahaya. Rumus matematis yang berkaitan antara absorbansi da intensitas
cahaya tersebut sering disebut Hukum Lambert –Beer, hubungan antara A (absorbansi)
dan dua intensitas meliputi:
Pada sebagian besar diagram yang sering dijumpai nilai absorbansi berkisar 0 – 1
dan lebih. Nilai absorbansi 0 pada beberapa panjanggelombang tertentu menunjukkan
tidak ada cahaya dari panjang gelombang tersebut yang telah diserap. Penyerapan 1
terjadi bila 90% cahaya pada panjang gelombang tersebut telah diserap - yang berarti
bahwa intensitasnya adalah 10% dari apa yang seharusnya terjadi.

Pada persamaan Hukum Lambert-Beer ditunjukkan juga rumus matematis berikut:


Dimana Ԑ disebut absorptivitas molar (atau disebut koefisien peluruhan).
Absorbtivitas molar memiliki satuan L.mol-1.cm-1. Konsentrasi dari suatu larutan
dapat ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan
menggunakan Hukum Lambert-Beer. Jumlah log (I0/I) didefinisikan sebagai absorbansi
dan diberi simbol A. Spektrofotometer modern dikalibrasi secara langsung dalam
satuan absorbansi. (Dalam beberapa buku lama log I0/I) disebut densitas optik dan I
digunakan sebagai ganti simbol P). Perbandingan I/I0 disebut transmitans (T) dan
beberapa instrument disajikan dalam % transmitans, (I/I0)x100.

4. Mengapa dari larutan induk masih perlu diencerkan?


Larutan induk perlu dilakukan pengenceran karena apabila konsentrasi terlalu
pekat satu molekul terlarut dapat memengaruhi molekul terlarut lain sebagai akibat dari
kedekatan masing-masing molekul pada larutan dengan konsentrasi yang pekat
tersebut. Ketika satu molekul dekat dengan molekul yang lain maka nilai absorptivitas
molar dari satu molekul itu akan berubah atau berpengaruh. Sehingga nilai absorbansi
yang dihasilkan pun ikut berpengaruh, sehingga secara kuantitatif nilai yang ditunjukan
tidak mencerminkan jumlah molekul yang diukur didalam larutan uji. Oleh karena itu
apabila sampel dalam keadaan konsentrasi tinggi harus diencerkan terlebih dahulu
sebelum diukur secara spektrofotometri

5. Sebutkan beberapa jenis spektrofotometer dan ciri khas masing-masing!


 Spektrofotometer Vis (Visible)
Pada spektrofotometer ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah
cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang
dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 –
750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia, maka sinar
tersebut termasuk kedalam sinar tampak (visible).
 Spektofotometri UV (Ultra Violet)
Berbeda dengan spektrofotometri Visible, spektrofotometri UV berdasarkan
interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380
nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut
juga heavy hidrogen yang merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat
berlimpah di laut dan di daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan
satu neutron, sementara hydrogen hanya memiliki satu proton dan tidak 7 memiliki
neutron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani, deuteros, yang berarti
“dua”, mengacu pada intinya yang menjadi dua partikel. Karena sinar UV tidak
dapat dideteksi oleh mata manusia maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini
merupakan senyawa yang tidak memiliki warna bening dan transparan.

 Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible
yang menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan
sumber cahaya Visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah
menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu
photodiode yang dilengkapi dengan monokromator. Spektrum absorpsi dalam
daerah-daerah ultraviolet dan sinar tampak terdiri dari satu atau beberapa pita
absorpsi. Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling
popular digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk
sampel berwarna juga untuk sampel tak berwarna seperti senyawa organik yang
berdasarkan transisi atau dan karena itu memerlukan kromofor di dalam
molekulnya. Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum kira – kira 200-700 nm.
Spektrokopi ultraviolet-visible atau spektrofotometri ultraviolet-visible (UV-Vis
atau UV/Vis) melibatkan spektroskopi dari foton dalam daerah UV-terlihat. Ini
berarti menggunakan cahaya dalam terlihat dan berdekatan (dekat ultraviolet (UV)
dan dekat dengan inframerah (NIR) kisaran. Penyerapan dalam rentang yang
terlihat secara langsung mempengaruhi warna bahan kimia yang terlibat. Di
wilayah ini dari 8 spektrum elektromagnetik, molekul mengalami transisi
elektronik. Teknik ini melengkapi fluoresensi spektroskopi, di fluoresensi
berkaitan dengan transisi dari ground state ke eksited state. Semua molekul dapat
mengabsorpsi radiasi daerah UV-Vis karena mengandung elektron, baik sekutu
maupun menyendiri, yang dapat dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya yang ditangkap oleh
matamanusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang dilihat dalam kehidupan
sehari-hari disebut warna komplementer. Misalnya suatu zat akan berwarna orange
bila menyerap warna biru dari spektrum sinar tampak dan suatu zat akan berwarna
hitam bila menyerap semua warna yang terdapat pada spektrum sinar tampak.
Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut :

Tabel 1. Spektrum Cahaya Tampak dan Warna-Warna Komplementer


Panjang
Warna Warna Komplementer
Gelombang (mm)
400-435 Violet Kuning-Hijau
435-480 Biru Kuning
480-490 Hijau-Biru Orange
490-500 Biru-Hijau Merah
500-560 Hijau Ungu
560-580 Kuning-Hijau Violet
580-595 Kuning Biru
595-610 Orange Hijau-Biru
610-750 Merah Biru-Hijau
(Sumber: Underwood, A.L dan R.A. Day, 1980)

 Spektrofotometri IR (Infra Red)


Spektrofometri ini berdasarkan kepada penyerapan panjang gelombang Inframerah.
Cahaya inframerah, terbagi menjadi inframerah dekat, pertengahan dan jauh.
Inframerah pada spektrofotometri adalah inframerah jauh dan pertengahanya yang
mempunyai panjang gelombang 2,5 - 1000 mikrometer. Hasil analisa biasanya
berupa signal kromatogram hubungan intensitas IR terhadap panjang gelombang.
Untuk identifikasi, signal sampel akan dibandingkan dengan signal standard. Pada
spektro Infra Red (IR) meskipun bisa digunakan untuk analisa kuantitatif, namun
biasanya lebih kepada analisa kualitatif. Umumnya spektro IR digunakan untuk
mengidentifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa organik.
Setiap serapan pada panjang gelombang menggambarkan adanya suatu gugus
fungsi spesifik
 Nuclear Magnetic Resonance (NMR)
Berdasarkan interaksi antara materi dengan gaya elektromagnetik. Spektrum NMR dapat
dihasilkan dengan dua metode, yaitu pertama  dengan cara memperoleh spektrum optis
dimana absorpsi diukur pada saat frekuensi elektromagnetik divariasikan. Kedua 
menggunakan oskilator frekuensi radio yang konstan dan memvariasikan medan magnet
secara kontinyu. NMR dapat digunakan untuk analisa kualitatif, khususnya karakterisasi
senyawa organik. Salam analisinya NMR memiliki kelebihan, yaitu tidak diperlukan zat
murni.

Kesimpulan
1. ƛ maks untuk cibanon yellow adalah 410 nm dan untuk solophenil green adalah 610
nm.

2.
Panjang gelombang 410 nm 610 nm
Solophenyl Green 17,75509 9,381071
Cibanon yellow 6,939364 2,740615

3.
 Konsentrasi solophenil green : cibanon yellow (1:1) adalah solophenil green 0,0024
molL-1 dan cibanon yellow 0,00091 molL-1
 Konsentrasi solophenil green : cibanon yellow (1:2) adalah solophenil green 0,00166
molL-1 dan cibanon yellow 0,00077molL-1
 Konsentrasi solophenil green : cibanon yellow (2:1) adalah solophenil green 0,0013
molL-1 dan cibanon yellow 0,00116 molL-1

Daftar pustaka
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta

Cairns, Donald., 2008. Intisari Kimia Farmasi. EGC : Jakarta.

Dachriyanus, Dr, 2004, Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi,Andalas


University Press, Padang, Hal 1-2 dan 8-9
Day, R. A,. A. L. Underwood., 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Penerbit
Erlangga : Jakarta.

Gandjar, Ibnu Gholib dan Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisi. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta. 249
Khopkar, S.M., 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press : Jakarta.

Rohman, Abdul., 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar : Yogyakarta

Roth, Hermann. J. dan Blaschke, Gottfried. 1988. Analisi Farm asi.UGM. Yogyakarta.
368-369
Underwood, Day R.A. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.

LAMPIRAN
Hasil spektofotometer

Anda mungkin juga menyukai