Pengertian Mutu
Perspektif Perspektif
Produsen Konsumen
Kesesuaian
Penggunaan
yang menerapkan menejemen mutu terpadu akan memiliki karakteristik visi dan
misi yang jelas, hambatan antar hubungan departemen atau organisasi
perusahaan yang rendah, adanya pelatihan, hubungan pemasok dan konsumen
yang baik, dan realisasi mutu tidak hanya pada mutu produk tetapi juga seluruh
organisasi termasuk juga aspek keuangan, tenaga kerja dan fungsi non
manufaktur perusahaan lainnya (Zhang, 1999).
Mutu
Mutu Keamanan Mutu
Total
Produk Produk
UREP-GAP (Euro
Retailer Produce-Good
Agricultural Practices); BRC (British
Retail Consortium); SQF
Sistem (Safe Quality Food)
Jaminan Mutu
GMP HACCP ISO Mutu, Kesehatan TQM
dan Keamanan saat
Kerja dan Sistem
Lingkungan
Suatu produk atau jasa yang diterima pelanggan diperoleh melalui suatu
proses kerja atau proses bisnis. Kinerja proses kerja atau proses bisnis tersebut
mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk dan jasa yang
diperolehnya (Gasperz, 2003). Agar selalu mampu memenuhi kepuasan
pelanggan terhadap produk dan jasa, perbaikan kinerja proses kerja dan proses
11
bisnis perlu dilakukan setiap saat. Tenner dan De Torro (1992) mengemukakan
suatu model perbaikan proses yang terdiri dari enam langkah berikut.
a) Identifikasi masalah
Menetapkan sistem mana yang terlibat, agar usaha-usaha perbaikan dapat
terfokus pada proses bukan output.
b) Identifikasi proses
Identifikasi aktifitas yang mengkonversi input menjadi output melalui langkah
yang terorganisasi.
c) Mengukur performansi
Mengukur bagaimana baik atau jeleknya suatu sistem sedang berjalan atau
beroperasi.
d) Memahami mengapa suatu masalah dalam kontek proses terjadi
Memahami masalah diperlukan agar langkah-langkah perbaikan efektif dan
efisien.
e) Mengembangkan dan menguji ide-ide
Mengembangkan ide-ide perbaikan proses yang ditujukan kepada akar
penyebab masalah utama. Agar ide-ide yang dipilih untuk perbaikan bersifat
efektif, maka ide tersebut perlu diuji terlebih dahulu.
f) Implementasi solusi dan evaluasi.
Perencanaan dan implementasi perbaikan yang diidentifikasi dan diuji pada
langkah sebelumnya. Hasil implementasi perbaikan diukur dan dievaluasi
efekifitasnya sebagai umpan balik dalam perbaikan proses selanjutnya.
Pakan Gelatin
Pakan Pakan
Ternak
2. Virus
Berdasarkan Kilgen dan Cole dalam Huss (1994), jenis virus yang yang
menjadi penyebab penyakit yang berhubungan dengan konsumsi produk
pangan laut, yaitu Hepatitis - tipe A (HAV), Norwalk virus, Snow Mountain
Agent, Calicivirus, Astrovirus, Non-A dan Non-B. Tedapatnya virus pada
produk pangan laut merupakan hasil dari kontaminasi dari orang yang
menangani produk pangan tersebut atau melalui air yang terpolusi.
3. Biotoksin
Biotoksin pada ikan merupakan racun yang secara alami terdapat di alam.
Jenis biotoksin yang terdapat pada ikan dan dapat menyebabkan sakit pada
manusia yang mengkonsumsinya adalah tetrodotoxin, ciguatera, paralytic
shellfish poisoning (PSP), diarrhetic shellfish poisoning (DSP), neurotoxic
shellfish poisoning (NSP), dan amnesic shellfish poisoning (ASP).
Tetrodotoxin diduga dihasilkan dari bakteri yang bersimbiosis. Ciguatera,
PSP, DSP, NSP, serta ASP dihasilkan dari alga atau plankton laut beracun
yang dimakan oleh ikan.
5. Parasit
Walaupun dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh parasit yang terdapat
pada ikan jarang dikeluhkan, namun terdapat lebih dari 50 spesies parasit
cacing yang terdapat pada ikan menjadi penyebab penyakit pada manusia.
Parasit pada ikan seperti nematoda, cestoda, dan trematoda berkaitan
dengan siklus hidup dan rantai makanan.
6. Cemaran kimia
Cemaran kimia yang berpotensi sebagai racun dikelompokkan dalam
senyawa kimia anorganik (terdiri dari aresenik, kadmium, timbal, merkuri,
selenium, dan sulfit), senyawa organik (terdiri dari bifenil, dioksin, insektisida),
dan senyawa yang digunakan berkaitan dengan budidaya ikan seperti
antibiotik dan hormon.
17
Agroindustri Ikan di
Negara Lain
Produk ikan segar, beku, kaleng Produk ikan segar, beku, kaleng
Breading Breading
Steak/Fillet/Portion Steak/Fillet/Portion
Cooking/Packaging Cooking/Packaging
penanganan ikan segar yang baik dan benar, yaitu ikan harus selalu berada
dalam rantai dingin (0-50C), pekerja bekerja dengan cermat, cepat, tepat waktu
dan higienis (Mangunsong, 2000).
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem yang
digunakan untuk mengidentifikasi bahaya dan menetapkan tindakan
pengendaliannya yang memfokuskan pada pencegahan daripada mengandalkan
sebagian besar pengujian mutu produk akhir. HACCP dapat diterapkan pada
seluruh rantai pangan dari produk primer sampai pada konsumsi akhir dan
penerapannya harus dipedomani dengan bukti secara ilmiah terhadap resiko
kesehatan manusia. Penerapan sistem HACCP dilakukan berdasarkan 12
langkah terurut. Dari 12 langkah tersebut terdapat tujuh prinsip dasar HACCP.
Berikut ini merupakan 12 langkah penerapan sistem HACCP berdasarkan SNI
01-4852-1998 tentang Sistem Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis
(HACCP) serta Pedoman Penerapannya (BSN, 1998).
2. Deskripsi produk
Deskripsi yang lengkap mengenai produk atau kelompok produk diperlukan
sebagai gambaran bagi tim HACCP dan sangat diperlukan dalam membantu
menetapkan tujuan keamanan pangan dan analisis bahaya.
Beberapa penelitian yang menjadi referensi untuk penelitian ini terdiri dari
penelitian yang berkaitan dengan transportasi dan distribusi komoditas ikan
(Fujiyanti, 2003; Malik, 2006), penanganan hasil perikanan tangkap dan analisis
penerapan program HACCP di pangkalan pendaratan ikan (Menai, 2008),
kerangka manajemen mutu rantai pasokan produk perikanan laut (Loc, 2006),
serta kebijakan untuk perbaikan mutu komoditas atau produk perikanan
(Mangunsong, 2008).