Anda di halaman 1dari 22

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Keperawatan merupakan ilmu yang memberikan pelayanan kepada
sistem baik manusia sebagai suatu individu, kelompok atau komunitas dengan
secara holistik baik bio, psiko, sosial dan spiritual baik dalam kondisi sehat
maupun sakit. Secara biologis karena manusia membutuhkan oksigen, cairan,
nutrisi, eliminasi dan lain, sedangkan secara psikologis, manusia tidak luput dari
suatu permasalahan, sehingga dibutuhkan mekanisme koping yang kontrukstif
untuk menghadapinya. Sedangkan secara sosial manusia membutuhkan
dukungan sosial baik dari kelompok masyarakat atau keluarga, sehingga
interaksi sosial dan interdependensi tetap terjaga (Parker & Smith ,2010)
Model teori keperawatan menurut Roy, yang dikenal Model Adaptasi Roy
merupakan model yang sesuai diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dimana
elemen Model adaptasi Roy terdiri dari person atau orang yang menerima
asuhan keperawatan secara holistik, tujuan keperawatan, konsep sehat, konsep
lingkungan dan arah kegiatan perawatan yang jelas (Roy, C, 2009). Setiap
manusia pasti mengalami adaptasi pada setiap tahap kehidupan. Seseorang
selalu berinteraksi dengan stimulasi internal dan eksternal, sehingga manusia
harus aktif dan reaktif terhadap stimulasi baik sebagai fokal, kontekstual dan
residual (Roy, 2009). Adaptasi merupakan respon positif terhadap pengalaman
dan dipermudah dengan mekanisme regulator dan kognator. Model adaptasi roy
dalam keperawatan banyak menyangkut berbagai aspek yatiu person,
fisiologikal, konsep diri, peran fungsi dan interdependensi, sehingga dapat
berkualitas baik (Rich, Fional., 2011)
Pasien yang datang ke instalasi gawat darurat atau emergensi
mengalami hal-hal yang mengancam kehidupannya, memerlukan perawatan
kritis dengan berbagai masalah dan keadaan penyakitnya, lingkungan yang
asing, perpisahan dengan keluarga dan penggunaan alat–alat dapat
menyebabkan stress yang berat (Black JM, Hawk, 2006)). Pada departemen
emergensi, dibutuhkan suatu adaptasi yang tepat, dengan mengenal Pada
perilakudan stimuli yang terjadi pada pasien, sehingga bias ditentukan masalah
yang terjadi dan segera dilakukan tindakan keperawatan. Untuk itu teori Roy
sebagai teori model adaptasi dapat dipelajari untuk kasus emergensi. RAM
2

berfokus pada rangsangan lingkungan dan respon bio-psiko-sosial terhadap


stimulus, dan menekankan interaksi antara orang dan lingkungan yang saling
menyesuaikan dengan rangsangan. RAM adalah salah satu model yang benar -
benar dikembangkan pada masa ini dan banyak digunakan dari semua model
keperawatan konseptual. Perawatbertindak untukmempromosikan tingkat
adaptasi pasienselama sehat dan sakitmenggunakan proses keperawatan
(Bakan, G dan Asiye, 2008)
Di IGD RS. Dr. Saiful Anwar Malang, data daritanggal 17 – 20 Desember
2012 didapatkan jumlah pasien 442 pasien dengan jumlah kasus terbanyak
adalah kasus non trauma sebanyak 66,1%,diikuti kasus trauma 18,8%, obstetric
10,6% dananak 4,5%. Dari kasus non trauma yang terbanyak adalah chest pain
28 orang, AMS 11 orang. Sedangkan untuk 47 obstetric terbanyak adalah kasus
inpartu dengan komplikasi yaitu 32 orang. Dari data tersebut, RS Dr. saiful Anwar
Malang sebagai rumah sakit tipe A dan RS pendidikan, akan menerima berbagai
macam kasus dengan proses adaptasi yang berbeda dari pasien ataupun
keluarganya.
Pada wanita hamil akan terjadi perubahan secara anatomi dan fisiologi
pada sistem tubuhnya untuk mendukung pertuimbuhan fetus dan menyiapkan
kelahiran bayi dengan aman. Selain itu pengalaman emosional secara komplek
pada ibu hamil dengan mengenalkan anggota keluarga baru dan peran menjadi
seorang ibu. (Hogan, 2007).sehingga wanita hamil akan mengalami adaptasi
terhadap perubahan yang terjadi selama hamil untuk mempertahankan
kesehatan.
Untuk itulah perawat berkewajiban membantu penderita dan keluarga
melewati masa kritis dengan mengembangkan kemampuan adaptasi terhadap
stressor. Menurut Roy (2009) dalam menghadapi berbagai stressor/stimulus
tersebut memerlukan mekanisme koping melalui proses regulator dan kognator.
Peran perawat emergensi adalah membantu meningkatkan kemampuan
adaptasi terhadap kondisi yang abnormal sehingga tidak memperburuk kondisi
pasien. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dapat menggunakan konsep keperawatan adaptasi
Roy.
3

1.2 Rumusan masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana aplikasi model
Adaptasi Roy dalam keperawatankritis di departemenemergensi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum :
Mengetahui aplikasi model adaptasi roy dalam keperawatankritis di
departemenemergensi
1.3.2 Tujuan khusus :
1.3.2.1 Mengetahui konsep model Adaptasi Roy
1.3.2.2 Mengaplikasikan model adaptasi Roy dengan antenatal (kehamilan)
dengan kasus epigastric pain padaibuhamil trimester 3 di departemen
emergensi
1.3.2.3 Mengaplikasikan model adaptasi Roy dengan kasus AMS (Altered
Mental Status) causaHydrocepahalusdi departemen emergensi
1.3.2.4 Mengaplikasikan model adaptasi Roy dengan kasuschest pain di
departemen emergensi
4

BAB 2
KONSEP DASAR MODEL ADAPTASI ROY DAN PROSES KEPERAWATAN
MENURUT SISTER CALISTA ROY

2.1 AsumsiFilosofis, Sains, dan Kultural


Parker dan Smith (2010) menuliskan, selamabertahun – tahun Roy
telahmempelajaribanyakteori dan asumsi – asumsi yang
kelakakanmenjadikerangkapenyusundalammodelteoriadaptasi Roy.
Beberapateori yang mendasariperkembangan Roy
adaptationmodeldiantaranyateoriGeneral systemvonBertalanffy's (1968) dan
teoriadaptation-leveldariHelsons (1964).
Roy adaptation model dicetuskan pertama kali oleh Sister Calista Roy.
Sister Calista Roy yang lahir di Los Angeles pada tanggal 14 Oktober 1939.
Pada awalnya, model ini ditujukan sebagai model konseptual keperawatan untuk
individu. Seiring perkembangan zaman, teori ini meluas sehingga tidak hanya
dipakai untuk individu saja, namun juga untuk kelompok. Oleh karena itu, Roy
(dikutip oleh Dixon) menggali kembali dan menyusun ulang konsep dasar dari
teori Roy adaptation model. Pada tahun 1997, Roy (dikutip oleh Dixon)
memberikan persepsi yang baru tentang hubungan antara manusia, lingkungan,
dan spiritual.
Adaptasi, merupakan fokus utama perhatian Roy. Menurut Roy (dikutip
oleh Dixon) adaptasi adalah ‘‘the process and outcome whereby thinking and
feeling persons, as individuals or in groups, use conscious awareness and choice
to create human and environmental integration’’
Berikut ini merupakan asumsi – asumsi yang digunakan oleh Roy untuk
membangun teorinya:
2.1.1 Asumsi filosofis
Asumsi – asumsi filosofis yang menjadi kerangka kerja Roy adaptation
model diantaranya:
a. Manusia akan diuntungkan jika mampu membina hubungan dengan alam
dan Tuhannya.
b. Tuhan telah menciptakan makhluk secara beragam dan telah mempunyai
takdir terhadap penciptaanNYA.
c. Manusia bisa untuk melakukan perubahan – perubahan pada alam semesta.
d. Manusia mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kesadaran,
5

pencerahan, dan iman.


2.1.2 Asumsi sains
Mc Kenna (2005) menyebutkan Roy membangun asumsi sains untuk
Roy Adaptation mode dengan berdasarkan kepada General system theory dan
teori level adaptasi.
Parker dan Smith (2010) menyebutkan beberapa asumsi yang
digunakanoleh Roy untuk membangun model teori adaptasinya, diantaranya:
1. Manusia dan alam mempunyai hubungan yang terintegrasi dan mempunyai
pola tertentu dalam hubungannya.
2. Hubungan yang terbentuk meliputi penerimaan, perlindungan, dan saling
menguatkan ketergantungan.
3. Adaptasi akan menghasilkan kesatuan antara manusia dengan lingkungan.

2.2 Asumsi kultural


Parker dan Smith (2010) juga menyebutkan beberapa asumsi kultural
yang dibangun Roy dalam teori adaptasinya, diantaranya:
1. Pengalaman berinteraksi dengan kultur yang kuat akan mempengaruhi
elemen dalam Roy adaptation model
2. Ekspresi kultural dalam Roy adaptation model bisa saja tidak sama dengan
apa yang akan ditemui di praktik.

2.2 Konsep Dasar Teori Adaptasi Roy


. Teori Adaptasi Suster Calista Roy memandang klien sebagai suatu
sistem adaptasi. Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (2009) sebagai
penerima asuhan keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat
yang dipandang sebagai “Holistic adaptif system”dalam segala aspek yang
merupakan satu kesatuan
Sistem adalah suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya
sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari
setiap bagian-bagiannya. System terdiri dari proses input, autput, kontrol dan
umpan balik ( Roy, 2009 ), dengan penjelasan sebagai berikut:
2.2.1 Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan
informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan
6

respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan
stimulus residual.
a. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,
efeknya segera, misalnya infeksi
b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat
diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul
secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus
fokal seperti anemia, isolasi sosial
c. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan
situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap,
sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi
proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang
ada yang toleransi tetapi ada yang tidak

2.2.2 Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy (2009) adalah bentuk mekanisme
koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan
kognator yang merupakan subsistem.
2.2.2.1 Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan output.
Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah
kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural dan brain
sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator
sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator
subsistem.
2.2.2.2. Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku
output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk
kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak
dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses
informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat
dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement
(penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah
dan pengambilan keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan
7

penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari


keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.
2.2.3 Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau
secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar .
Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy (2009) mengkategorikan
output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif.
Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara
keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan
yang berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan
keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung
tujuan ini.
Roy (2009) telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk
menjelaskan proses kontrol seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa
mekanisme koping diwariskan atau diturunkan secara genetik (misal sel darah
putih) sebagai sistem pertahanan terhadap bakteri yang menyerang tubuh.
Mekanisme yang lain yang dapat dipelajari seperti penggunaan antiseptik untuk
membersihkan luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu Keperawatan yang unik
yaitu mekanisme kontrol yang disebut Regulator dan Kognator dan mekanisme
tersebut merupakan bagian sub sistem adaptasi.

Gambar 2.2 SistemAdaptasiMenurut Roy

M
ekanisme
FFun
un g
gsii
s
S
tt
im ulus Meka
n is
m e R
Re
es
p
spoon
n
S imu lus k
opin g F
Fii
s
sii
o
o ll
o
o g
gii
ss
Tingk at koping A
Ad
da
ap
ptiff
ti
T in
g k a
t R
egulatt
o r K
Koonns
seeppd
d irii
ir
Adaptt
a sii Regula or da
d
ann
Ad ap as Ko
gn att
or Fu
Fun
nggs
sip
ip e
er a
rann
Kogn ao r T
d
Tk
d E
kEf
e
fekktt
ii
ff
Intt
Ine
erd
rde
ep e
pen
n dde
enn

U
m p
anb
alik

(S
iste
rCa
lis
taR
oy,1
991
)

Dalam memelihara integritas seseorang, regulator dan kognator


subsistem diperkirakan sering bekerja sama. Tingkat adaptasi seseorang
sebagai sistem adaptasi dipengaruhi oleh perkembangan individu itu sendiri, dan
penggunaan mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping yang maksimal
8

mengembangkan tingkat adaptasi seseorang dan meningkatkan rentang stimulus


agar dapat berespon secara positif. Untuk subsistem kognator, Roy tidak
membatasi konsep proses kontrol, sehingga sangat terbuka untuk melakukan
riset tentang proses kontrol dari subsitem kognator sebagai pengembangan dari
konsep adaptasi Roy. Selanjutnya Roy mengembangkan proses internal
seseorang sebagai sistem adaptasi dengan menetapkan sistem efektor, yaitu 4
mode adaptasi meliputi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
a. Mode Fungsi Fisiologis
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
(2009) mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi
untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi
fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan
proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu
ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas
2) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti
jaringan yang injuri.
3) Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan
ginjal.
4) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan
istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam
memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh.
5) Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses
imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini
penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.
6) The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan
bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi
nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.
7) Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi
sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit.
8) Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan
bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka
9

mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan


tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur
aktivitas organ-organ tubuh .
9) Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai
dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi
tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon
stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme.

b. Mode Konsep Diri


Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan
spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep
diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental
dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy (2009) terdiri dari dua
komponen yaitu the physical self dan the personal self.
1) The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan
pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah
operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas
2) The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral-
etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan
atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.

c. Mode Fungsi Peran


Mode fungsi peran mengenal pola –pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer,
sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan
dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya (Rich, Fiona., 2011).

d. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan
oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/
kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan
dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan
10

oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya.


Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu
memberi dan menerima.

Gambar 2.4 Mode Interaksi ke Empat Mode Menurut Roy

(From Roy C ,2009, &Rich F, 2011)

2.3 Paradigma Keperawatan Menurut Roy


Empat Elemen utama dari teori Roy adalah : 1) Manusia sebagai
penerima asuhan keperawatan 2) Konsep lingkungan 3) Konsep sehat dan 4)
Keperawatan. Dimana antara keempat elemen tersebut saling mempengaruhi
satu sama lain karena merupakan suatu sistem. (Parker ME dan Marlaine, 2010)
2.3.1 Manusia
Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena
manusialah yang menjadi penerima asuhan keperawatan, baik itu individu,
11

keluarga, kelompok maupun masyarakat, yang dipandang sebagai “Holistic


Adaptif System”. Dimana “Holistic Adaptif System “ ini merupakan perpaduan
antara konsep sistem dan konsep adaptasi.

2.3.2. Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan
elemen dari lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy adalah
“ Semua kondisi, keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu dan kelompok “(Parker &
Smith, 2010) . Dalam hal ini Roy (2009) menekankan agar lingkungan dapat
didesign untuk meningkatkan kemampuan adaptasi individu atau meminimalkan
resiko yang akan terjadi pada individu terhadap adanya perubahan.
Keberhasilan individu dan kelompok untuk beradaptasi dibagi lagi oleh
Roy menjadi tiga level adaptasi;
a. Integrated level
Individu atau kelompok berada pada level ini jika adaptasi yang dilakukan
berhasil dengan baik dan sesuai dengan kebutuhannya.
b. Compensatory level
Level ini dicapai ketika stimulus memacu proses internal (subsistem
regulator dan cognator, atau subsistem stabilizer dan inovator) untuk mencapai
adaptasi.
c. Compromised level
Individu dan kelompok berada di level ini jika tidak mampu beradaptasi
secara adekuat.

2.3.3. Sehat
Roy berpandangan bahwa individu dan kelompok merupakan sistem
yang adaptif sehingga dapat berinteraksi dan mempengaruhi lingkungan. Sehat
dilihat sebagai refleksi keselarasan antara individu dengan lingkungan.
Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a process of being and
becoming an integrated and whole person” (Parker ME & Marlaine, 2010).
Asuhan keperawatan berdasarkan model Roy bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan individu dengan cara meningkatkan respon adaptifnya.
2.3.4. Keperawatan
12

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan menurut


Roy adalah meningkatkan respon adaptif individu dan menurunkan respon
inefektif individu, dalam kondisi sakit maupun sehat. Selain meningkatkan
kesehatan di semua proses kehidupan, keperawatan juga bertujuan untuk
mengantarkan individu meninggal dengan damai.Untuk mencapai tujuan
tersebut, perawat harus dapat mengatur stimulus fokal, kontekstual dan residual
yang ada pada individu, dengan lebih menitikberatkan pada stimulus fokal, yang
merupakan stimulus tertinggi.

2.4 Proses Keperawatan Menurut Teori Adaptasi Roy


Menurut Roy, C (2009) proses keperawatanModel Adaptasi Roy (RAM).
Merupakanpendekatanpemecahanmasalahuntukmenemukan data,
mengidentifikasikapasitasdankebutuhan system adapatasimanusia,
menyeleksidanmengimplementasaikankeperawatandanmengevaluasihasilperaw
atan yang diberikan. Elemen dari proses keperawatan meliputi pengkajian tingkat
pertama dan kedua, diagnosa keperawatan, penentuan tujuan, intervensi dan
evaluasi.Fokus dari model ini adalah adaptasi dan tujuan pengkajian adalah
mengidentifikasi tingkah laku yang aktual dan potensial apakah memperlihatkan
maladaptif dan mengidentifikasi stimulus atau penyebab perilaku maladaptif.
Empat mode adaptasi dapat digunakan sebagai dasar kerangka kerja
untuk pedoman pengkajian. Mode ini juga meliputi psikologis, konsep diri, fungsi
peran dan model interdependensi.Roy merekomendasikan pengkajian dibagi
menjadi dua bagian, yaitu pengkajian tahap dan pengkajian tahap II.
Berikut ini merupakan proses keperawatan menurut teori adaptasi Roy :
2.4.1 Tahap I: Pengkajian Perilaku
Tahap proses keperawatan inibertujuan mendapatkan data
tentangperilakuseseorangpadasystemadaptifpadamasing-masing mode
adaptifataumengumpulkan data dan memutuskan klien adaptif atau maladaptif.
Termasuk dalam model ini adalah kebutuhan dasar manusia apakah dapat
dipengaruhi oleh kekurangan atau kelebihan. misalnya terlalu sedikit oksigen ,
terlalu tinggi gula darah atau terlalu banyak ketergantungan. Perawat
menggunakan wawancara, observasi dan pengukuran untuk mengkaji perilaku
klien sekarang pada setiap mode. Berdasarkan pengkajian ini perawat
menganalisis apakah perilaku ini adaptif, maladaptif atau potensial maladaptif.
13

2.4.2 Tahap II: Pengkajian Stimuli / Faktor-Faktor Yang Berpengaruh


Tahapkedua proses keperawatanadalahmengidentifikasistimulasi internal
daneksternal yang mempengaruhiperilakuadaptif. Stimulasidapatdiklasifikasikan :
2.4.2.1 Identifikasi Stimuli Focal
Stimuli focal merupakan perubahan perilaku yang dapat diobservasi.
Perawat dapat melakukan pengkajian dengan menggunakan pengkajian perilaku
yaitu: keterampilan melakukan observasi, melakukan pengukuran dan interview,
danharussegeramengkonfrontasikandenganseseorang.
2.4.2.2 Identifikasi Stimul Kontekstual
Stimuli kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab terjadinya
perilaku atau presipitasi oleh stimulus focalatausemua stimuli yang ada yang
mempengaruhisituasi. Sebagai contoh anak yang di rawat dirumah sakit
mempunyai peran perilaku yang inefektif yaitu tidak belajar. Focal stimulus yang
dapat diidentifikasi adalah adanya fakta bahwa anak kehilangan skedul sekolah.
Stimulus kontekstual yang dapat diidentifikasi adalah secara internal faktor anak
menderita sakit dan faktor eksternalnya adalah anak terisolasi. Stimulasi
kontekstual dapat diidentifikasi oleh perawat melalui observasi, pengukuran,
interview dan validasi.Menurut Roy (2009) faktor kontekstual yang
mempengaruhi mode adaptif adalah genetic, sex, tahap perkembangan, obat,
alkohol, tembakau, konsep diri, peran fungsi, interdependensi, pola interaksi
sosial, koping mekanisme, stress emosi dan fisik religi, dan lingkungan fisik.

2.4.2.3 Identifikasi Stimul Residual


Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu.
stimuli yangmemberikanefektidakjelas. Roy (2009) menjelaskan bahwa beberapa
faktor dari pengalaman lalu relevan dalam menjelaskan bagaimana keadaan saat
ini. Sikap, budaya, karakter adalah faktor residual yang sulit diukur dan
memberikan efek pada situasi sekarang.

2.4.3. Diagnosa Keperawatan


Tahapketigadari proses keperawatanmenurut Roy
merupakanformulasipernyataandariinterpretasi data tentang status
adaptasiseseorang, termasukperilakudan stimuli yang relevan.
14

Diagnosakeperawatanmenurutteoriadaptasi Roy didefinisikansebagai suatu hasil


dari proses pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang mampunya
adaptasi. Diagnosa keperawatan dirumuskan dengan mengobservasi tingkah
laku klien terhadap pengaruh lingkungan.Menurut Roy (2009) ada 3
metodedalam membuat diagnosa keperawatan :
2.4.3.2 Model Adaptif
Menggunakan 4 (empat) model adaptif, yaitu fisiologis, konsep diri, fungsi
peran dan interdependen:
Tabel 2.1. Tipologi masalah adaptasi menurut Roy, 2009
TIPOLOGI
MASALAH
ADAPTASI
PHYSIOLOGICAL
MODE
1. Oksigenasi Hipoksia/shock
Kerusakan ventilasi
Ketidakadequat pertukaran gas
Perubahan perfusi jaringan
Ketidakmampuan dlm proses kompensasi pada perubahan
kebutuhan oksigen
2. Nutrisi Nutrisi kurang / lebih dari kebutuhan tubuh
Anoreksia
Nausea / Vomiting
Ketidak efektifan strategi koping thd penurunan ingestik
3. Eliminasi Diare
Inkontinensia
Konstipasi
Retensi urine
Ketidakefektifan strategi koping thp penurunan fungsi
eliminasi.
4. Aktifitas dan Ketidak adequate aktifitas & istirahat
istirahat Keterbatasan mobilitas & Koordinasi
Intoleransi aktifitas
Immobilisasi
Sleep deprivation
Resiko gangguan pola tidur
Kelelahan (Fatigue)
5. Proteksi Gatal-gatal
Infeksi
Ketidak efektifan koping thd perubahan status imun
Kulit Kering
6. Sense Resiko injuri
Kehilangan kemampuan self-care
Resiko distorsi komunikasi
Stigma
Sensori monoton / distorsi
Nyeri akut
Gangg. Persepsi
Koping tak efektif thd perubahan sensori
15

7. Cairan dan D e h i d r a s i
elektrolit Udem
Retensi cairan intra sel
Hyper/Hypo Kalsemia, kalemia, Natrium
Ketidakseimbngan asam-basa
Ketidakefektifan regulasi system Bufer pda perub. pH.

8.Fungsi neurologi Penurunan tingkat kesadaran


Pengurangan fungsi memori (daya ingat)
Konpensasi tak efektif pd penurunan fgs. kognitif
Resiko terjadi kerusakan otak sekunder

9.Fungsi endokrin Ketidakefektifan regulasi/pengaturan hormon yg direfleksikan


dlm fatigue, iritabilitas dan intoleransi pd panas
Ktdk efektifan perkembangan reproduksi
Ktdk stabilan system hormon
Ktdk stabilan siklus internal stress.

B.SELF KONSEP
MODE
1. Physical Self Gangguan body image
Disfungsi seksual
Kehilangan
Rape Trauma syndrome
2. Personal self Ansietas
Ketidak berdayaan
Perasaan bersalah
Harga diri rendah
C.ROLE FUNCTION Transisi Peran
MODE Konflik Peran
Gangguan / Kehilangan Peran
D.INTERDEPENDE Kesepian
NSI MODE Cemas karena perpisahan

a. Mengobservasi respon klien yang paling menonjol pada satu mode adaptif,
misalnya ; mode fisisiologis sub kebutuhan cairan
Contoh kasus untuk diare intake : 1200 ml, out put : 3500 ml, keluhan haus
(+), turgor tidak elastis, kelopak mata tampak cekung. Dari respon pasien
tersbut dapat disimpulkan bahwa diagosa keperawatan pasien menurut Roy
adalah defisit volume cairan
b. Menyimpulkan respon klien dari satu atau lebih dari mode adaptif yang
terkait dengan stimulus yang sama. Misalnya mode yang terganggu adalah :
mode fisiologis, konsep diri dan interdependensi
Contoh kasus ; klien mengeluh tidak mau makan, makan hanya habis ¼
porsi, BB turun 2 Kg dari normal. Dari data tersebut klien mengalami
16

gangguan kebutuhan nutrisi : nutrisi kurang dari kebutuhan (mode fisiologis).


Karena klien kekurangan nutrisi mengakibatkan posturnya tampak kurus, hal
ini membuat klien mengalami gangguan Body Image ( Mode Konsep diri ),
kondisi ini juga mengakibatkan klien tidak dapat memenuhi kebutuhannya
sehari-hari ( Mode Interdependensi )

2.4.4 Penentuan Tujuan


Tahapkeempat proses perawatan yang
termasukmenentukanpernyataanjelashasilperilakuuntukrencanaperawatan. Roy
(2009 menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi keperawatan
adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan
mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan
jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang akan
dicapai meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekeuasaan. Tujuan jangka
pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan
manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual dan residual.

2.4.5 Intervensi
Tahapkelima proses keperawatanmenentukanbagaimana yang terbaik
yang dilakukanuntukpasienuntukmencapaitujuan. Intervensi keperawatan
dilakukan dengan tujuan mengubah atau memanipulasi stimulus fokal,
kontekstual dan residual, juga difokuskan pada koping individu atau zona
adaptasi, sehingga seluruh rangsang sesuai dengan kemampuan individu untuk
beradaptasi. Tindakan keperawatan berusaha membantu stimulus menuju
perilaku adaptif. Hal ini menekankan kembali pentingnya mengidentifikasi
penyebab selama pengkajian tahap II.

2.4.6 Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi keperawatan
sehubungan dengan perilakupasiensestelahintervensidibandingkandengantujuan
yang dicapai. Perawat harus mengkaji tingkah laku pasien setelah
diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika tingkah laku pasien
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
17

2.5. Format PengkajianKeperawatanmenurutTeori Model Adaptasi Roy


Menurut Rich, F (2012), Yin, Linda et al (2011) dan Joan Cho (2009)
menjelaskanbahwa format pengkajianuntukRoy’s Adaptation Model of
Nursingadalahsebagaiberikut:

2.5.1 Data Demografi


Nama : Tn./Ny./Nn./Sdr./An. ………………..
Umur : ................ tahun ……..bulan
JenisKelamin : Laki-laki / perempuan
NomorIdentitas : …………………………………………
Pendidikanterakhir : …………………………………………
Pekerjaan : …………………………………………
Status perkawinan : …………………………………………
Agama : …………………………………………
Informan : …………………………………………
TanggalPengkajian : …………………………………………

2.5.2 Data RiwayatKesehatan


KeluhanUtama :
……………………………………………………………………………..……………….
RiwayatPenyakitsekarang :
………………………………………………………………………………………………
Riwayatpenyakitmasalalu
Hipertensi DM PenyakitHati
Alergi lain-lain :……………………………………………….
Riwayatpenyakitkeluarga:
…………………………………………………………………………………….

2.5.3 PengkajianTahap I : PengkajianPerilaku


Mode fisiologi

Airways :
Suara nafas :Bronchial/tracheal
Oksigenasi bronkhovesikuler vesikuler
Suara nafas tambahan : ronchi Wheezing
Krakhlesstidor
18

snoring gurgling
Kesimpulan :
 paten obstruksi parsial  obstruksi total
 muntah/aspirasi
Breathing/Pernafasan :
RR : ……./menit
: Bradipneu tachipneu normal
Kedalaman : dalam sedangdangkal
Ritme/irama : regular irregular
Pola / tipe : Biot kusmaul ceyne stokes
Ekspansi dada : adaretraksisimetris
Gerakan otot Bantu nafas :
retraksi intercostalis, subcostalis
suprasternalis, supraclavicula,
sternocleidomatoidius
gerakan cuping hidung
gerakan dada dan perut
Tanda cyanosis : ada tdk ada
Blood gas analisis : pH, PO2, PCO2, HCO3, BE
Asidosis metabolic alkalosis metabolic
Asidosis respiratorik alkalosis respiratorik

CIRCULATION
Nadi :  ada  tidak
Kualitas :  regular  irregular  kuat  lemah
CRT : < 2 dtk > 2 dtk
Kulit :  normal  lembab  jaundice
 kering/hangat  panas
 dingin  pucat  mottled  sianosis
Membrane mukosa :  kering  lembab
Perkiraan kehilangan cairan :…………. ……ml
Output urin : …………ml ………….ml ………..ml
1jam I 1jam II 1jam III
Diet : …………….
BB saatini : ……kg BB sebelumsakit : …….kg
Masalahpencernaan :
AnoreksiaMualMuntah
Nutrisi Kesulitanmenelanmasalahgusidangigi
Distensi abdomen : takada tenderness tenderness
Peristaltikusus : …x/menit.
Perkusi : tympani dullness lokasi : ………………….
Mukosabibir normal. Tidakadakesulitanmenelan
Eliminasi bowel
Incontinetia alvi
Konstipasi / obstipasi
Frekwensi defekasi
Eliminasi Usus : bising usus, distensi, skibala, diare
Melena
Eliminasi urine
Retensioinkontinensia urine
Polyurioliguriaanuria
19

Warnaurine : pekat encer


Bj urine : (N : 1010 –1020)
Polaaktifitas :
Aktiftidakaktif
ROM (range of motion)
Tonus otot
Atrophi / hyperthropi
Aktifitasdan Kontraktur
istirahat Muscle pain, Skin disorder
Polaistirahattidur : …… jam/hari
Masalahtidur : ………………………….
Tingkat toleransiaktifitas partial totalmandiri
Posturtubuhdangayahidup : ……………..
Tekanandarah : ….../….. mmHg
Irama :teratur irregular lemahkuat
Denyutjantung : ….. x/menit
Proteksi /
Suhu : …. C.
regulasi Tanda-tandainfeksi (jikaluka) :
Rubor dolor kalor tumor
Fungsiolesa pus
Visual : terganggu normal
Audio : terganggu normal
Sensori /
Perabaan : terganggu normal
sense Bicara : terganggu normal

Jumlahcairan : Intake : …… cc/hari


Output : ……. Cc/hari
Cairandanel
Masalahcairan:dehidrasi overload
ektrolit Oedema
Serum elektrolit :………………………………..
Tingkat kesadaran : GCS : ………………………
Nyeridanketidaknyamanan :
Papil edemaNyeri kepala
Fungsineur Rangsangan meningen :kernig’s signbabinski sign,
ologi brudzinsky sign

Pupil  PERL medriasismiosis


Bicara :  normal  cadel  afasia
Guladarah : ….. mg/dl
Fungsiendo
Pigmentasikulit : ada / tidakada
krin
Mode Konsepdiri

Body sensation :
Nyeri :
itching :
Fisikdiri Body image :
(physical Perasaantentangperubahanfisik :
self) …………………………………………………………….
Aspekfisik yang paling disukaidantidakdisukai :
…………………………………………………………….
20

Persepsi social danbudayatentangperubahanfisik :


……………………………………………………………
Self consistency :
Perasaanterhadapdirisendiri :
……………………………………………………………
Personal Self ideal / ideal diri :
Harapandankeinginanpasienterhadapdirinya :
self ………………………………………………………………….
Moral – ethical-spiritual self
Kepercayaan, nilaidanstandar :
…………………………………………………………………………
…………………………………………..
Mode fungsiperan
TTL :Umur : …….. tahun ……… bulan
Primer Jeniskelamin : laki-lakiperempuan

Perandalamkeluarga : ……………….
Sekunder Pekerjaan : …………………………….

Perandalammasyarakat / social :
Tersier
…………………………………………………………………..
Perandalampengobatan :
…………………………………………………………………..
Peransakit Perasaanpasiensaatsakit :
…………………………………………………………………..
Mode interdependensi
Hubungand
engan
orang lain

Hubungand
engansyste
mpendukun
g/keluarga

2.5.3 PengkajianTahap II : PengkajianStimuli

Focal stimuli

Contextual
stimuli

Residual
stimuli
21

2.5.4 FormatRencanaKeperawatan / Nursing Care Plan


MenurutRich, F (2012) menjelaskan model
rencanakeperawatansebagaiberikut :

Nursing care planuntukRoy,s Model (Rich F, 2012)


NEED / GOAL / REGULATOR / NURSING INTERVENSION
KEBUTUHAN TUJUAN COGNATORS

SedangkanmenurutAlligood (2005)menjelaskan model


rencanakeperawatansebagaiberikut :

Nursing care planuntukRoy,s Model (Alligood, 2005)


PENGKAJIAN PENGKAJIAN DIAGNOSE TUJUAN INTERVENSI EVALUASI
PERILAKU STIMULI KEPERAWATAN
22

Anda mungkin juga menyukai