BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum :
Mengetahui aplikasi model adaptasi roy dalam keperawatankritis di
departemenemergensi
1.3.2 Tujuan khusus :
1.3.2.1 Mengetahui konsep model Adaptasi Roy
1.3.2.2 Mengaplikasikan model adaptasi Roy dengan antenatal (kehamilan)
dengan kasus epigastric pain padaibuhamil trimester 3 di departemen
emergensi
1.3.2.3 Mengaplikasikan model adaptasi Roy dengan kasus AMS (Altered
Mental Status) causaHydrocepahalusdi departemen emergensi
1.3.2.4 Mengaplikasikan model adaptasi Roy dengan kasuschest pain di
departemen emergensi
4
BAB 2
KONSEP DASAR MODEL ADAPTASI ROY DAN PROSES KEPERAWATAN
MENURUT SISTER CALISTA ROY
respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan
stimulus residual.
a. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,
efeknya segera, misalnya infeksi
b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat
diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul
secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus
fokal seperti anemia, isolasi sosial
c. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan
situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap,
sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi
proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang
ada yang toleransi tetapi ada yang tidak
2.2.2 Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy (2009) adalah bentuk mekanisme
koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan
kognator yang merupakan subsistem.
2.2.2.1 Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan output.
Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah
kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural dan brain
sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator
sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator
subsistem.
2.2.2.2. Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku
output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk
kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak
dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses
informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat
dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement
(penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah
dan pengambilan keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan
7
M
ekanisme
FFun
un g
gsii
s
S
tt
im ulus Meka
n is
m e R
Re
es
p
spoon
n
S imu lus k
opin g F
Fii
s
sii
o
o ll
o
o g
gii
ss
Tingk at koping A
Ad
da
ap
ptiff
ti
T in
g k a
t R
egulatt
o r K
Koonns
seeppd
d irii
ir
Adaptt
a sii Regula or da
d
ann
Ad ap as Ko
gn att
or Fu
Fun
nggs
sip
ip e
er a
rann
Kogn ao r T
d
Tk
d E
kEf
e
fekktt
ii
ff
Intt
Ine
erd
rde
ep e
pen
n dde
enn
U
m p
anb
alik
(S
iste
rCa
lis
taR
oy,1
991
)
d. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan
oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/
kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan
dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan
10
2.3.2. Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan
elemen dari lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy adalah
“ Semua kondisi, keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu dan kelompok “(Parker &
Smith, 2010) . Dalam hal ini Roy (2009) menekankan agar lingkungan dapat
didesign untuk meningkatkan kemampuan adaptasi individu atau meminimalkan
resiko yang akan terjadi pada individu terhadap adanya perubahan.
Keberhasilan individu dan kelompok untuk beradaptasi dibagi lagi oleh
Roy menjadi tiga level adaptasi;
a. Integrated level
Individu atau kelompok berada pada level ini jika adaptasi yang dilakukan
berhasil dengan baik dan sesuai dengan kebutuhannya.
b. Compensatory level
Level ini dicapai ketika stimulus memacu proses internal (subsistem
regulator dan cognator, atau subsistem stabilizer dan inovator) untuk mencapai
adaptasi.
c. Compromised level
Individu dan kelompok berada di level ini jika tidak mampu beradaptasi
secara adekuat.
2.3.3. Sehat
Roy berpandangan bahwa individu dan kelompok merupakan sistem
yang adaptif sehingga dapat berinteraksi dan mempengaruhi lingkungan. Sehat
dilihat sebagai refleksi keselarasan antara individu dengan lingkungan.
Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a process of being and
becoming an integrated and whole person” (Parker ME & Marlaine, 2010).
Asuhan keperawatan berdasarkan model Roy bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan individu dengan cara meningkatkan respon adaptifnya.
2.3.4. Keperawatan
12
7. Cairan dan D e h i d r a s i
elektrolit Udem
Retensi cairan intra sel
Hyper/Hypo Kalsemia, kalemia, Natrium
Ketidakseimbngan asam-basa
Ketidakefektifan regulasi system Bufer pda perub. pH.
B.SELF KONSEP
MODE
1. Physical Self Gangguan body image
Disfungsi seksual
Kehilangan
Rape Trauma syndrome
2. Personal self Ansietas
Ketidak berdayaan
Perasaan bersalah
Harga diri rendah
C.ROLE FUNCTION Transisi Peran
MODE Konflik Peran
Gangguan / Kehilangan Peran
D.INTERDEPENDE Kesepian
NSI MODE Cemas karena perpisahan
a. Mengobservasi respon klien yang paling menonjol pada satu mode adaptif,
misalnya ; mode fisisiologis sub kebutuhan cairan
Contoh kasus untuk diare intake : 1200 ml, out put : 3500 ml, keluhan haus
(+), turgor tidak elastis, kelopak mata tampak cekung. Dari respon pasien
tersbut dapat disimpulkan bahwa diagosa keperawatan pasien menurut Roy
adalah defisit volume cairan
b. Menyimpulkan respon klien dari satu atau lebih dari mode adaptif yang
terkait dengan stimulus yang sama. Misalnya mode yang terganggu adalah :
mode fisiologis, konsep diri dan interdependensi
Contoh kasus ; klien mengeluh tidak mau makan, makan hanya habis ¼
porsi, BB turun 2 Kg dari normal. Dari data tersebut klien mengalami
16
2.4.5 Intervensi
Tahapkelima proses keperawatanmenentukanbagaimana yang terbaik
yang dilakukanuntukpasienuntukmencapaitujuan. Intervensi keperawatan
dilakukan dengan tujuan mengubah atau memanipulasi stimulus fokal,
kontekstual dan residual, juga difokuskan pada koping individu atau zona
adaptasi, sehingga seluruh rangsang sesuai dengan kemampuan individu untuk
beradaptasi. Tindakan keperawatan berusaha membantu stimulus menuju
perilaku adaptif. Hal ini menekankan kembali pentingnya mengidentifikasi
penyebab selama pengkajian tahap II.
2.4.6 Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi keperawatan
sehubungan dengan perilakupasiensestelahintervensidibandingkandengantujuan
yang dicapai. Perawat harus mengkaji tingkah laku pasien setelah
diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika tingkah laku pasien
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
17
Airways :
Suara nafas :Bronchial/tracheal
Oksigenasi bronkhovesikuler vesikuler
Suara nafas tambahan : ronchi Wheezing
Krakhlesstidor
18
snoring gurgling
Kesimpulan :
paten obstruksi parsial obstruksi total
muntah/aspirasi
Breathing/Pernafasan :
RR : ……./menit
: Bradipneu tachipneu normal
Kedalaman : dalam sedangdangkal
Ritme/irama : regular irregular
Pola / tipe : Biot kusmaul ceyne stokes
Ekspansi dada : adaretraksisimetris
Gerakan otot Bantu nafas :
retraksi intercostalis, subcostalis
suprasternalis, supraclavicula,
sternocleidomatoidius
gerakan cuping hidung
gerakan dada dan perut
Tanda cyanosis : ada tdk ada
Blood gas analisis : pH, PO2, PCO2, HCO3, BE
Asidosis metabolic alkalosis metabolic
Asidosis respiratorik alkalosis respiratorik
CIRCULATION
Nadi : ada tidak
Kualitas : regular irregular kuat lemah
CRT : < 2 dtk > 2 dtk
Kulit : normal lembab jaundice
kering/hangat panas
dingin pucat mottled sianosis
Membrane mukosa : kering lembab
Perkiraan kehilangan cairan :…………. ……ml
Output urin : …………ml ………….ml ………..ml
1jam I 1jam II 1jam III
Diet : …………….
BB saatini : ……kg BB sebelumsakit : …….kg
Masalahpencernaan :
AnoreksiaMualMuntah
Nutrisi Kesulitanmenelanmasalahgusidangigi
Distensi abdomen : takada tenderness tenderness
Peristaltikusus : …x/menit.
Perkusi : tympani dullness lokasi : ………………….
Mukosabibir normal. Tidakadakesulitanmenelan
Eliminasi bowel
Incontinetia alvi
Konstipasi / obstipasi
Frekwensi defekasi
Eliminasi Usus : bising usus, distensi, skibala, diare
Melena
Eliminasi urine
Retensioinkontinensia urine
Polyurioliguriaanuria
19
Body sensation :
Nyeri :
itching :
Fisikdiri Body image :
(physical Perasaantentangperubahanfisik :
self) …………………………………………………………….
Aspekfisik yang paling disukaidantidakdisukai :
…………………………………………………………….
20
Perandalamkeluarga : ……………….
Sekunder Pekerjaan : …………………………….
Perandalammasyarakat / social :
Tersier
…………………………………………………………………..
Perandalampengobatan :
…………………………………………………………………..
Peransakit Perasaanpasiensaatsakit :
…………………………………………………………………..
Mode interdependensi
Hubungand
engan
orang lain
Hubungand
engansyste
mpendukun
g/keluarga
Focal stimuli
Contextual
stimuli
Residual
stimuli
21