Anda di halaman 1dari 21

Pembelajaran Tuntas Baca Tulis Alquran (TBTQ) di Sekolah Menengah Kejuruan

A. Standar Kompetensi

Kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik SMA/SMK setelah mengikuti program
pembelajaran TBTQ terdiri dari 3 (tiga) aspek yaitu : aspek membaca, menulis, dan aspek
menghafal (tahfidz), dengan uraian sebagai berikut:

a. Aspek MembacaKompetensi bimbingan TBTQ untuk peserta didik tingkat SMA/SMK


meliputi kemampuan mengusai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Mendiknas Rl No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam SMA/SMK pada aspek kemampuan membaca Al-Qur’an.
Standar kompetensi yang dikembangkan melalui TBTQ tidak hanya mampu membaca ayat-
ayat yang ada. pada SK,KD PAI, tetapi juga diharapkan dapat membaca ayat-ayat yang ada
dalam Al-Qur’an di luar SK.KD tersebut.

Dalam Kompetensi Dasar (KD) tersebut ada tiga kemampuan yang harus dikuasai peserta
didik, yaitu kemampuan membaca, menjelaskan arti dan menampilkan perilaku. Dalam
program bimbingan pembelajaran TBTQ ini yang menjadi prioritas adalah kemampuan
membaca dan menulis ayat-ayat Al-Qur’an.

Sementara dua kompetensi lainnya yakni kemampuan menjelaskan arti, dan menampilkan
perilaku diperoleh melalui proses pembelajaran tatap muka di kelas atau kegiatan
intrakurikuler. Kompetensi membaca Al-Qur’an dapat diperoleh melalui pembelajaran,
yang secara gradual dapat dimulai dari:

Pengenalan huruf-huruf hijaiyah, meliputi huruf tunggal dan huruf sambung di awal, di
tengah dan di akhir dalam rangkaian kalimat (kata) dan jumlah (kalimat).
Untuk penguasaan huruf hijaiyah sebaiknya diiringi dengan pelajaran menulis agar
peserta didik dapat mengidentifikasi masing-masing huruf dan penempatannya dengan
benar.
Penguasaan makharijul huruf, yaitu bagaimana cara mengucapkan atau mengeluarkan
bunyi huruf hijaiyah dengan benar saat dibaca.
Penguasaan ilmu tajwid, yaitu kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar
sesuai dengan kaidah-kaidah membaca Al-Qur’an sebagaimana dicontohkan oleh
Rasulullah Muhammad SAW.

b. Aspek MenulisKompetensi menulis merupakan salah satu aspek yang juga harus
dimiliki oleh peserta didik di SMA/SMK. Kompetensi menulis yang dimaksud, minimal
peserta didik SMA/SMK mampu menulis dengan cara menyalin ayat Al-Quran dengan baik
dan benar sesuai kaidah penulisan huruf Arab atau kaligrafi dengan standar Khat Naskhi.
Seorang peserta didik, dapat dikatakan telah mencapai kompetensi menulis Al-Quran
apabila ia telah dapat menulis ayat-ayat Al-Quran dengan baik dan benar dengan tulisan
standar Khat Naskhi.
Disarankan kepada guru PAI atau pembimbing TBTQ untuk mengembangkan jenis-jenis
Khat Riq’ah, Tsulus, Diwani, dan Farisi. Untuk lebih jelasnya, ada beberapa macam tulisan
kaligrafi yang biasa di gunakan untuk menulis Arab (Alqur’an):

1) Naskh

Digunakan untuk menulis mushaf Alqur’an, buku pelajaran, kutipan ayat-ayat atau Hadits
yang terdapat dalam buku-buku, surat kabar, majalah dan Iain-Iain karena keindahan dan
kejelasan hurup-hurupnya terutama karena penerapan harakat yang sering menyertainya.

2) Riq’ah

Tulisan (khat) ini sebagai tulisan yang biasa digunakan keseharian, baik di sekolah atau
pun dalam berbagai kebutuhan, misalnya urusan bisnis dan rumah tangga. Tulisan bergaya
Riq.ah ini juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan surat menyurat karena kecepatan
goresan dan kaidah-kaidahnya yang simpel.

3) Tsulus

Digunakan dalam berbagai macam medium kaligrafi dan sampul buku, juga banyak
digunakan untuk mendekorasi interior masjid.

4) Diwani

Biasanya diwani ini digunakan untuk urusan-urusan advertising atau iklan spanduk dan
brosur-brosur perdagangan, tema pameran dan label dagang atau pesan-pesan mainan dan
teater.

5) Farisi

Dalam penggunaannya dan penyebarannya sama dengan Sulus. Jenis tulisan ini paling
banyak digunakan di Negara Iran, Afganistan, Pakistan dan India.

Berikut ini contoh jenis-jenis khat tersebut:

Naskhi
Riq’ah
Tsulus
Kufi
Diwani
Farisi

Sarana dan alat yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran menulis Al-Qur’an adalah:

Alat tulis
Alat tulis berupa pensil/spidol white board atau kapur tulis berwarna dan buku streemin
digunakan untuk menulis dan menjelaskan tatacara menulis huruf dan kalimat.

Buku contoh atau CD

Buku contoh atau CD ini berfungsi sebagai contoh huruf/tulisan dan tata cara menulis khat
atau jenis kaligrafi lainnya

Tulisan kaligraf

Tulisan kaligrafi ini berfungsi untuk menguraikan huruf-huruf dalam kata, dan kata-kata
dalam kalimat serta menjelaskan bentuk umum jenis khat.

c. Menghapal Setelah para peserta didik pandai membaca dan menulis Al-Qur’an, maka
sebaiknya para peserta didik juga diajari dan dibimbing untuk bisa menghafal surat-surat
atau ayat-ayat pilihan dalam Al-Qur’an. Setidaknya surat/ayat-ayat pilihan dan surat-surat
pendek yang terdapat dalam Juz’amma. Ini penting sekali, mengingat ada harapan besar di
kemudian hari peserta didik SMA/SMK ini mampu menjadi imam shalat fardlu baik untuk
lingkungan teman sebayanya di sekolah, maupun imam shalat di masyarakat.

Seorang peserta didik, dapat dikatakan telah mencapai kompetensi menghafal Al-Quran
apabila ia telah dapat menghafal Surat-surat pendek Juz 30 (Juz ‘amma). Jadi kompetensi
utama menghafal ini adalah agar peserta didik SMA/SMK mampu menghafal juz 30 (juz
‘amma).

Metode menghafal Al-Quran seperti dalam buku “Cara Mudah Membaca Al-Quran” yang
ditulis oleh Syeikh Abdul Muhsin Al-Qasim, Imam dan Khatib di Masjid Nabawi,
menyebutkan: Al-Quran yang memiliki keistimewaan berupa kuatnya hafalan dan proses
penghafalan, tidak bisa dihafalkan dengan baik tanpa proses muraja’ah/pengulangan.

Demikian seterusnya sampai selesai, ikutilah cara ini dalam menghafal Al-Quran, dan
janganlah menghafal lebih dari seperdelapan juz dalam setiap hari agar tidak terlalu berat
untuk menjaganya. Ada beberapa tahapan bagi seseorang yang ingin menghapal Al-Qur’an:

1) Niat ikhlash karena Allah SWT semata.

2) Senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar dimudahkan dalam menghafal Alqur’an.

3) Berakhlakul karimah. Bagi seseorang yang menghafal Al-Qur’an hendaknya menghiasi


diri dengan akhlakul karimah, agar Allah SWT senantiasa membimbingNya dan memberi
kemudahan-kemudahan.

4) Setiap kali shalat fardlu atau shalat-shalat sunnah, diusahakan ayat-ayat atau surat-
surat yang sudah dihafal itu dibaca.
5) Sering membacanya berulang-ulang (muraja,ah) agar supaya tidak cepat lupa, dan
menjadikannya hafalan tersebut sebagai wiridan harian.

6) Diusahakan memperbanyak mendengar sebelum menghafal, dari seorang imam


shalat magrib, isya, dan subuh.

7) Sering mengulang-ulang bacaan surat-surat pendek, sehingga apabila kita memulai


menghafalnya, maka sudah akrab dengan ayat-ayat tersebut.

8) Sesekali membacanya dihadapan seseorang yang bacaan dan hafalan Alqur’annya


lebih baik untuk menyimak bacaan kita.

9) Bila menghafal surat-surat pendek diusahakan membacanya sesuai dengan urutan


surat-surat dalam Alqur’an, misalnya menghafalnya dimulai dari surat Al Lail, surat Ad
Duha, Surat AI Insyirah, sampai terus ke surat An Naas.

Tabel 1

Nama-nama Surat dalam Juz Amma

No

Nama Surat

Artinya

Diturunkan

Jumlah Ayat

Keterangan

An-Naas Manusia Makkah 6 SKL SD

Al-Falaq Waktu Subuh Makkah 5 SKL SD

Al-lkhlas Mem, ke Esaan Allah Makkah 4 SKL SD

Al-Lahab Gejolak Api Makkah 5 SKL SD


An-Nasr Pertolongan Makkah 3 SKL SD

Al-Kafirun Orang-orang Kafir Makkah 6 SKL SD

Al-Kautsar Nikmat yang banyak Makkah 3 SKL SD

Al-Maun Barang- barang yang berguna Makkah 7 SKL SD

Al-Quraisy Suku Quraisy Makkah 4 SKL SD

Al-Fil Gajah Makkah 5 SKL SD

Al- Humazah Pengumpat

Makkah 9 SKL SD

Al-Asr Masa Makkah 3 SKL SD

At-Takasur Bermegah-megahan Makkah 8 SKL SD

Al-Qaari’ah Hari Kiamat Makkah 11 SKL SD

Al-Adiyat Berlari Kencang Makkah 11 SKL SD

Al-Zalzalah Kegoncangan Makkah 8 SKL SD

Al-Bayyinah Bukti Makkah 8 SKL SD

Al-Qadr Kemuliaan Makkah 5 SKL SD

Al-Alaq Segumpal Darah Makkah 19 SKL SD

At-Tin Buah Tin Makkah 8 SKL SMP

Al-lnsyrah Lapang Makkah 8 SKL SMP

Ad-Duha Waktu Matahari Naik Makkah 11 SMA/ SMK

Al-Lail Malam Makkah 11 SMA/ SMK

Asy-Syams Matahari Makkah 15 SMA/ SMK

Al-Balad Negeri Makkah 20 SMA/ SMK


Al-Fajr Fajar Makkah 30 SMA/ SMK

Al-Gasyiyah Peristiwa yang dahsyat Makkah 26 SMA/ SMK

AI-Afa Yang Paling Tinggi Makkah 19 SMA/ SMK

At-Tariq Yang Datang di Malam Hari Makkah 17 SMA/ SMK

AI-Bufuz Gugusan Bintang Makkah 22 SMA/ SMK

Al-lnsyiqaq Terbelah Makkah 25 SMA/ SMK

Al-Mutaffifin Orang yang curang Makkah 36 SMA/ SMK

Al-lnfitar Terbelah Makkah 19 SMA/ SMK

At-Takwir Menggulung Makkah 29 SMA/ SMK

Abasa Bermuka Masam Makkah 42 SMA/ SMK

An-Naziat Yang Mencabut Makkah 46 SMA/ SMK

An-Naba Berita Besar Makkah 40 SMA/ SMK

Selama mengikuti pendidikan di SMA/SMK peserta didik diharapkan mampu menghafal


seluruh surat-surat juz 30. Untuk menguasai hafalan seluruh surat-surat pada juz ‘amma
tersebut dapat digunakan tahapan berikut ini :

Kelas

Semester

Target Hafalan

Jumlah Surat
X 1 Surat Annas s.d. Al- ‘ashr 12
X 2 At-Takatsur s.d. Al-‘alaq 7
XI 1 At-Tin s.d. Asy-Syamsi 5
XI 2 Al-Balad s.d. At-Thariq 5
XII 1 At-Buruj s.d. Al-Infithar 4
XII 2 At-Takwir s.d. Annaba 4
Jumlah Surat Seluruhnya 37
2. Target KompetensiTarget minimal yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa SD, SMP,
dan SMA/SMK yang mengikuti kegiatan bimbingan TBTQ di sekolah adalah sebagai
berikut:

Jenjang pendidikan

Kompetensi Umum

Membaca

Menulis

Mengapal
SD

Mampu membaca Al-Qur’an dengan benar;


Khatam Juz 30.

ü Menyalin surat-surat piIihan Juz-30.

ü Q.S.Annas s.d AI-‘Alaq (19 surat)

SMP

Mampu membaca Al-Qur’an dengan benar dan memahami ilmu tajwid;


Khatam Juz 1 s.d Juz 15

ü Menyalin surat-surat dalam Juz 30

Q.S Annas s.d Al-Balad (25 surat)

SMA/SMK
Mampu membaca Al-Qur’an dengan benar, fasih, memahami tajwid;
Khatam Juz 1 s.d.Juz 30.

ü Menyalin Juz 30 dan mengenal Khat Al-Qur’an Q.S Annas s.d An-Naba (37surat)

Target ini diharapkan dapat dicapai selama peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah.
Khusus untuk peserta didik SMA/SMK, selain mampu membaca dan menulis Al-Qur’an,
mereka juga diharapkan dapat menamatkan bacaan Al-Qur’an (khatam) miminal sekali
selama mengikuti pendidikan di SMA/SMK.

3. PengembanganPeserta didik SMA/SMK yang telah mencapai target minimal


kompetensi TBTQ dapat diberikan bimbingan melalui pengayaan yang lebih luas dalam
bidang Al-Qur’an. Sebagai contoh bagi peserta didik yang telah mampu membaca Al-Qur’an
dengan benar

dapat diberikan pengayaan berupa :

1) Khatamul Qur’an’; membaca Al-Qur’an sampai tamat yang dilakukan secara


periodik;

2) Tahsin Al-Qur’an. Agar mereka semakin baik bacaannya dan mengenal jenis-jenis
qiro’ah;

3) Bimbingan menulis indah (Khat Al-Qur’an);

4) Bimbingan Tahfid Al-Qur’an yang lebih dari Juz ‘Amma;

5) Kajian Tafsir Al-Qur’an.

Hal bergantung kepada kondisi atau kekhususaan satuan pendidikan.

B. Metode TBTQ di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)


1. Metode MembacaSaat ini banyak buku-buku “metode praktis” tentang cara cepat,
mudah dan praktis belajar membaca dan menulis Al-Qur’an yang sudah di kenal di
masyarakat. Mulai dari metode yang sangat cepat, cepat, dan yang konvensional. Tetapi itu
semua tergantung kepada siapa yang mengunakannya. Sebab, pada prinsipnya tidak ada
suatu metode pembelajaran yang terbaik, dan sebaliknya yang terburuk. Baik buruknya
suatu metode, atau cocok tidaknya suatu metode sangat bergantung kepada orang yang
menggunakannya, situasi, kondisi, dan potensi serta karakter para peserta didik yang
belajar. Oleh karena itu, para guru PAI atau pembimbing TBTQ di sekolah perlu bijak dalam
memilih dan menentukan metode yang tepat.
Ada beberapa metode praktis membaca Al-Qur’an yang bisa dijadikan acuan oleh guru PAI
atau pembimbing dalam menyelenggarakan Tuntas Baca Tulis Al-Qur’an (TBTQ) di
sekolahnya. Metode-metode tersebut relative sudah dikenal dikalangan masyarakat luas,
yaitu sebaqai berikut:

a. Metode Baghdadiyah.Metode ini berasal dari Bagdad, mulai berkembang pada masa
pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah. Metode ini juga telah berabad-abad berkembang
secara merata di tanah air Indonesia. Metode ini dikenal dengan methode “Eja”. Secara
penyajian materi-materinya diurutkan dari mulai yang lebih mudatr ke yang sukar, dari
yang kongkrit kepada yang abstraki; dan dari yang umum sifatnya kepada materi yang
terinci (khusus).

Beberapa kelebihan dari metode ini antara lain :

1) Bahan dan materi pelajarannya disusun secara sistematis.

2) Tema sentral terfokus pada penampilan 30 huruf secara utuh.

3) Pola bunyi dan susunan huruf {wazan) disusun secara rapi.

4) Methode mengeja yang dikembangkan mempunyai daya tarik tersendiri.

5) llmu tajwid terintegrasi daiam setiap bacaan.

6) Penampilan surat-surat pendek didahulukan.

b. Metode IqroMetode IQRO disusun olen UstadzAs’ad Humam dari Kota Gede
Yogyakarta, terdiri dari (enam) Jilid. Metode ini sangat populer dikalangan masyarakat,
terutama di kalangan anak-anak usia dim, seperti siswa Taman Kanak-kanak dan Sekolah
Dasar (SD). Tetapi metode ini bisa juga digunakan oleh berbagai Kaiangan, tua dan muda
termasuk peserta didik SMAdan SMK.

Beberapa kelebihan dari metode IQRO ini antara lain:

1) Setiap jilid oleh penulisnya disertai petunjuk cara mengajarkannya

2) Petunjuk mengajar jilid 1 berlaku pula untuk jilid 2, demikian pula seterusnya
samapai jilid 6.

3) Materi jilid 1 “bacaan langsung,” tidak diurai atau dieja.

4) Setelah mengenal huruf hijaiyah, langsung diperkenalkan dengan huruf sambung.

5) Sudah dikondisikan mengenal ayat-ayat Al-Qur’an walaupun hanya potongan-


potongan ayat.
6) Dilengkapi dengan pelajaran ilmu tajwid.

Ada 10 sifat dar metode IQRO, yaitu :

v Bacaan langsung.

v CBSA

v Privat

v Modul

v Asistensi

v Praktis

v Disusun secara lengkap dan sempurna

v Variatif

v Komunikatif

v Fleksibel

Bentuk-bentuk pengajaran dengan metode IQR antara lain :

1) TK AI-Qur’an

2) TP AI-Qur’an

3) Digunakan pada pengajian anak-anak di masjid dai musholla

4) Menjadi materi dalam kursus baca tulis Al-Qur’an

5) Menjadi program ekstrakurikuler di sekolah

6) Digunakan di majelis-majelis ta’lim.

c. Metode Qiro’ati

Metode Qiroati adalah metode praktis belajar membaca Al-Qur,an yang terdiri dari 6
(enam) jilid, diterbitkan pertamakali tanggal 1 Juli 1986, bertepatan dengan berdirinya TK
Al-Qur’an yang pertama di Indonesia. Metode Qiroati disusun oleh H. Dachlan Safim
Zarkasyi. Metode Qiroati ini pada dasarnya diperuntukkan >agi peserta didik TK. Al-
Qur,an, tapi dapat pula digunakan untuk para remaja atau peserta didik SMA/SMK, bahkan
untuk orang tua sekalipun yang belum bisa nembaca Al-Qur’an. Karena di dalamnya
menguraikan materi pelajaran yang esensial, mulai dari pengenalan huruf hijaiyah sampai
huruf sambung.

Beberapa keistimewaan dari metode ini, antara lain :

1) Metode ini sudah lama dikenal di masyarakat sehingga sudah teruji


keterlaksanaannya.

2) Setiap jilid dilengkapi petunjuk pengajarannya dengan sangat rinci, sehingga guru
atau pembimbing TBTQ tidak kesulitan mengajamya. Sudah diperkenalkan ayat-ayat Al-
Qur’an walaupun hanya potongan-potongan ayat.

3) Setiap kelasnya ditentukan 20 orang dengan seorang guru tanpa harus ada guru
bantu.

4) Khusus yang belajar pada jilid 1, jumlah muridnya ditentukan yaitu 15 orang dengan
seorang guru tanpa guru bantu.

5) Mengajar jilid 1 dan jilid 2 materinya diberikan secara perorangan. Mengajar jilid 3
dan jilid 4 materinya diberikan secara klasikal. Dilengkapi dengan pelajaran ilmu tajwid.

d. Metode Al-Barqy

Methode Al-Barqy pertama dikembangkan oleh dosen fakultas Adab IAIN Sunan Ampel
Surabaya yaitu Muhadzir Sulthan pada tahun 1965. Hasil penelitian Deprtemen Agama Rl
pada saat itu menjelaskan bahwa methode ini dapat di implementasikan bagi anak-anak
hingga orang dewasa dengan mudah, singkat dan cepat. Metode Al-Barqy dapat dinilai
sebagai metode membaca Al-Qur’an yang paling awal. Metode ini di temukan oleh dosen
fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya yaitu Muhadzir Sulthan pada tahun 1965.
Awalnya, al-Barqy iperuntukan bagi siswa SD Islam At-Tarbiyah, Surabaya. Siswa yang
belajar metode ini lebih cepat mampu membaca Al-Qur’an. Muhajir lantas dibukukan
metodenya pada tahun 1978, dengan judul Cara Cepat mempelajari Bacaan Al-Quran Al-
Barqy.

Kelebihan metode ini sebagai berikut:

1) Guru dapat mengajar Al-Quran lebih praktis dan cepat

2) Mengurangi kejenuhan siswa, karena pembelajarannya lebih singkat

3) Tidak berjilid-jilid

e. Metode Tilawati
Metode tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim yang terdiri Drs. H. Hasan Sadzili dan
Drs. H. Ali Muaffa dll. Karakteristik dan keunggugulan metode ini antara lain:

Menyeimbangkan pendekatan pembelajaran secara klasikal dan individual


Metode ini disusun secara praktis sehingga mudah dipelajari
Menekankan pada kemampuan peserta didik untuk dapat membaca Al-Qur’an secara
tartil
Menggunakan variasi lagu-lagu tilawah dalam membaca Al-Qur’an sehngga tidak
membosankan.
Metode ini menggunakan sistem sima’an (menyimak) sehingga peserta didik mampu
membenarkan dan mengoreksi bacaan Al-Qur’an peserta didik yang

f. Metode Iqro Dewasa Dan Terpadu

Metode Iqro Dewasa dan Terpadu ini disusun oleh Drs. Tasrifin Karim dari Kalimantan
Selatan. Iqro terpadu merupakan penyempurnaan dari Iqro Dewasa. Kelebihan Iqro
Terpadu dibandingkan dengan Iqro Dewasa antara lain bahwa Iqro Dewasa dengan pola 20
kali pertemuan sedangkan Iqro Terpadu hanya 10 kali pertemuan dan dilengkapi dengan
latihan membaca dan menulis. Kedua metode ini diperuntukkan bagi orang dewasa.

g. Metode Dirosa (Dirasah Orang Dewasa)

Metode ini merupakan sistem pembinaan Islam berkelanjutan yang diawali dengan belajar
baca Al-Qur’an. Panduan baca Al-Qur’an metode Dirosa disusun tahun 2006 yang
dikembangkan oleh Wahdah Islamiyah Gowa. Panduan ini khusus bagi orang dewasa
dengan sistem klasikal 20 kali pertemuan.

Buku panduan ini lahir dari sebuah proses yang panjang, dari sebuah perjalanan
pengajaran Al-Qur’an di kalangan ibu-ibu yang dialami sendiri oleh Pencetus dan Penulis
buku ini. Telah terjadi proses pencarian format yang terbaik pada pengajaran Al-Qur’an di
kalangan ibu-ibu selama kurang lebih 15 tahun dengan berganti-ganti metode. Dan
akhirnya ditemukanlah satu format yang sementara dianggap paling ideal, paling baik dan
efektif, yaitu memadukan pembelajaran baca Al-Qur’an dengan pengenalan dasar-dasar
keislaman. Buku panduan belajar baca AI-Qur’an-nya disusun tahun 2006.

Sedangkan buku-buku penunjangnya juga yang dipakai pada santri TK-TP Al-Qur’an.
Panduan Dirosa sudah mulai berkembang di daerah-daerah, baik Sulawesi, Kalimantan
maupun beberapa daerah kepulauan Maluku, yang dibawa oleh para da’i .

Secara garis besar metode pengajarannya adalah Baca-Tunjuk-Simak-Ulang, yaitu pembina


membacakan, peserta menunjuk tulisan, mendengarkan dengan seksama kemudian
mengulangi bacaan tadi. Teknik ini dilakukan bukan hanya bagi bacaan pembina, tetapi
juga bacaan dari sesama peserta. Semakin banyak mendengardan mengulang, semakin
besarkemungkinan untuk bisa baca Al-Qur’an lebih cepat.
h. Metode Al-Jabari

Metode Al-Jabari merupakan bimbingan praktis membaca dan menulis Al-Quran. Pelajaran
pertama dalam metode ini adalah tanda fatah dengan lafal A, sebagaimana arti dari kata
Jabardari bahasa Parsi yang berarti fatah. Hal ini diulang terus sehingga dalam 2-3 kali
pertemuan sudah hapal. Selanjutnya akan disusun olahan kata-kata dan secara otomotis
olahan kata tersebut dapat dimengerti.

Metode ini dikembangkan oleh tiga orang pakar dibidangnya, yaitu diantaranya adalah ahli
Al-Quran, Kaligrafer Eksibisi ASEAN, serta Qori Internasional, dimana ketiganya
merupakan warga asli Karawang Jawa Barat. Metode ini dikembangkan sesuai dengan
kaidah-kaidah yang harus diperhatikan dalam membaca dan menulis Al-Quran dan
merupakan bimbingan praktis membaca dan menulis Al-Quran.

Arti Jabar lainnya ialah singkatan dari Jawa Barat, yang berarti metode tersebut diterbitkan
di Jawa Barat. Metode ini bukan metode mambaca huruf Arab, tapi membaca dan menulis
Al-Quran sehingga selesai pelajaran ini dapat dilanjutkan dengan membaca Al-Quran.

2. Metode Menulisa.

a. Metode Uktub

Metode uktub adalah metode yang digunakan untuk mendampingi metode pembelajaran
Iqra’. Penyebutan metode uktub sebenarnya bukan merupakan istilah baku, namun lebih
populer di kalangan para penggunanya. Pengarangnya sendiri menggunakan istilah yang
diambil dari Al-Qur’an yang merupakan rangkaian dari perintah “Iqra” yakni “Allama bil
qalam”. Metode ini memiliki karakteristik kemampuan peserta didik dalam menyalin atau
menirukan tulisan berupa huruf, lafadz ataupun ayat.

Metode ini diterapkan untuk melatih keterampilan peserta didik menulis seeara Germat
sesuai dengan naskah yang ia salin, baik dari jenis huruf, bentuk huruf ataupun ketepatan
tulisan. Selain itu- dengan menyalinpeserta didik diharapkan dapat membaca secara
berulang-ulang ayat/kalimat yang ia sajin sehingga dapat mendukung terhadap aspek
hafalannya.

b. Metode Lemka

Metode ini ditemukan oleh Sirojuddin AR, dosen Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, pada tahun 1986. istilah Lemka diambilkan dari nama organisasi yang dibinanya
yaitu; Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an.

Metode ini disusun berdasarkan karakteristik kesamaan huruf-huruf Hijaiyah dengan


mengikuti rumus baku yang ditemukan oleh Ibnu Muqlah, seorang khattat yang
termasyhur pada jamankekhalifahan Abbasiyyah.
Menurut Ibnu Muqlah, tulisan huruf-huruf Al-Qur’an akan tampak indah dan serasi dalam
komposisi huruf yang tepat dan harmonis, jika menggunakan standar “Alif, titik belah
ketupat dan lingkaran.

Secara sederhana, gambar rumus-rumus tersebut adalah sebagai berikut:

Peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan mudah karena dalam metode ini
dijelaskan langkah-langkah menggoreskan pena secara terperinci disertai dengan contoh
yang jelas.

c. Metode Imla’

Metode ini di masyarakat lebih dikenal dengan sebutan dikte, yaitu menulis huruf atau
kalimat Al-Qur’an sesuai dengan apa yang dilafalkan oleh pendidik/pembimbing. Metode
ini bermanfaat untuk melatih keterampilan peserta didik menuliskan bacaan-bacaan yang
dilafalkan oleh pendidik/orang lain.

Karakteristik metode ini menuntut konsentrasi peserta didik dalam mendengarkan dan
memahami setiap bacaan ayat Al-Qur’an yang dilafalkan oleh pendidik dalam proses
pembelajaran sehingga ketepatan tulisan sesuai dengan yang diucapkan oleh pendidik.
Demikian halnya pendidik pun dituntut untuk melafalkan secara tegas dan jelas makharijul
huruf ayat Al-Qur’an sehingga tidak menimbulkan kesalahan dalam menulis.

Keterampilan menulis melalui metode imla ini dapat pula digunakan dalam latitian
diantara sesama peserta didik, sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang lebih
aktif.

C. Pola Penyelenggaraan TBTQ SMK

1. Seleksi Peserta

Peserta didik muslim SMA/SMK kelas IX yang baru diterima,


perludiketahuitingkatkemampuan membaca, menulis, dan hafalanAI-Qu’an-nya. Untuk
mengetahui tingkat kemampuan tersebut harus dilakukan melalui tes, yang disebut dengan
tes penempatan (placement test). Setelah diketahui, guru PAI atau pembimbing melakukan
tindak lanjut berupa bimbingan pelaksanaan TBTQ yang disesuaikan dengan kemampuan
hasil tes masing-masing.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan tes awal baca tulis Al-Qur’an
adalah:

1) Dilakukan secara individual oleh guru PAI berhadapan langsung dengan peserta didik.

2) Peserta didik membaca dengan suara yang cukup lantang, yang memungkinkan guru
penguji dapat mendengar secara jelas kalimat atau ayat yang dibaca.
3) Guru memberikan nilai secara obyektif, untuk melakukan pengelompokkan pada
kelas rombongan pembelajaran TBTQ.

4) Peserta didik membaca ayat-ayat Al-Qur’an ditunjukkan oleh guru secara acak dari
Juz 30, atau ayat-ayat Al-Qur’an tertentu pada Juz-1 s.d Juz-15.

5) Peserta didik diminta menyampaikan beberapa hafalan dari Juz-30 pada Juz Amma.

Ayat yang dibaca pada tes awal ini bisa membaca sembarang ayat dari surat-surat Juz 30
Juz Amma atau ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Atau dapat juga mengggunakan instrument
tertentu, seperti contoh di bawah ini.

Contoh Instrumen Tes Awal

Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Tidak lulus nomor 1= tidak bias membaca Al-Quran (D)


Lulus nomor 1, belum lulus no.2=kurang lancer (C)
Lulus nomor 2, belum lulus no 3= lancer (B)
Lulus no 3=fasih (A)

Contoh : Format Penilaian membaca Al-Quran

Nama sekolah :

Kelas :

No

Nama

Nilai

Kelompok

Keterangan
2. Pengelompokan

Peserta didik SMA/SMK yang telah mengikuti tes awal membaca Al-Qur’an ditempatkan
pada kelompok belajar tertentu berdasarkan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki.
Untuk menempatkan peserta didik pada kelompok membaca Al-Qur’an dapat digunakan
skala penempatan sebagai berikut:

No

Kelompok

Skala Nilai

Indikator Kemampuan

A 81 – 100 Mampu membaca dengan benar sesuai dengan ilmu tajwid dan
lagu qira’ah.

B 61 – 80 Mampu membaca dengan benar sesuai ilmu tajwid tanpa lagu


qira’ah

C 41 – 60 Masih ditemukan kesalahan dalam ilmu tajwid

D 21 – 40 Dapat membaca Alqur’an tanpa tajwid, dan sudah mengenal


Huruf hihjaiyyah

Fokus bimbingan TBTQ SMA/SMK ditujukan kepada peserta didik yang belum mampu
membaca Al-Qur’an. Yaitu mereka yang menurut hasil tes penempatanberada di kelompok
D, C dan B. Mereka yang di kelompok B, C, dan D diberikan layanan bimbingan TBTQ sesuai
dengan kemampuannya. Misalnya peserta didik yang memiliki nilai 41-60 berarti masih
banyak salah dalam membacanya. la ditempatkan pada kelompok C dan mendapat
bimbingan bersama temannya yang memiliki kemampuan yang sama.

Sementara bagi peserta didik SMA/SMK yang berada pada kelompok A dapat diberikan
bimbingan dan pengayaan seperti halnya :

1) Tahsin AI-Qur’an.

2) Bimbingan menulis indah (KhatAI-Qur’an).

3) Bimbingan tambahan Tahfid Juz ‘Amma atau surat- surat pilihan dalam Al-Qur’an.
4) Kajian tentang arti dan kandungan ayat-ayat Al- Qur’an

3. Pola Bimbingan

Pola bimbingan pembelajaran TBTQ bagi siswa SMA/SMK dapat dilakukan secara fleksibel
melalui3 (tiga) pola, yaitu pola Diniyyah di Sekolah, pola Kerjasama, dan pola Mandiri.

a. Pola Dinniyah di Sekolah

Pola Diniyyah di Sekolah, adalah penyelenggaraan bimbingan pembelajaran TBTQ yang


dilaksanakan di sekolah dengan menggunakan fasilitas ruang kelas atau mushalla sekolah,
dilakukan di luar jam pembelajaran tatap muka terstruktur. Tenaga pembimbingnya adalah
guru PAI sekolah yang bersangkutan, atau guru PAI dari sekolah lain,/ atau tenaga lainnya
yang berkompeten, seperti guru kelas, guru pengajian, pengurus BKPMRI yang ada di
lingkungan masyarakat terdekat.

Penanggungjawab pola Diniyyah di Sekolah adalah kepala sekolah, dan penanggungjawab


teknis operasionalnya adalah guru PAI dibantu oleh guru kelas yang beragama Islam di
sekolah yang bersangkutan.

Pengelompokan peserta TBTQ

Peserta didik TBTQ dikelompokan berdasarkan tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an


sesuai hasil tes awal. Jumlahnya setiap 1 (satu) rombongan belajar diharapkan tidak lebih
dari 24 orang, dan pengelompokannya tidak harus sama satu tingkat, tetapi bisa dicampur
untuk tingkat kelas yang berbeda.

Guru Pembimbing

Guru pembimbing TBTQ di SMA/SMK tidak harus guru PAI pada sekolah yang
bersangkutan, tetapi bisa juga dilakukan oleh orang lain yang berkompeten di bidang baca
tulis Al-Qur’an. Karena itu pembimbing TBTQ blsa melibatkan, antara lain :

a) Gruru PAI.

b) Guru mata pelajaran umum.

c) Alumni sekolah.

d) Ustad di lingkungan masayarakat sekitar.

e) Pengurus BKPRMI.
Waktu dan Tempat

Waktu untuk penyelenggaraan bimbingan pembelajaran TBTQ di SMA/SMK dilaksanakan


dalam waktu yang disediakan secara khusus di luar jam tatap muka intrakurikuler.
Pengaturan hari dan durasi waktu untuk setiap kali pertemuan dapat disesuaikan dengan
situasi, kondisi, dan potensi sekolah masing-masing. Untuk 1 (satu) kelompok atau
rombongan belajar dapat dilakukan 2 x pertemuan dalam satu minggu, dan setiap kali
pertemuan bisa 60 menit atau 90 menit. Kegiatan ini dilakukan secara rutin sampai peserta
didik memiliki kompetensi sesuai target /ang ditetapkan. Dengan demikian maka peserta
jidik tersebut sudah tuntas membaca, menulis, dan nenghafal Al-Qur’an.

Sarana dan Instrumen

Untuk pelaksanaan bimbingan TBTQ di SMA/SMK diperlukan sarana dan media


pembelajaran sebagai berikut :

a) Ruang/kelas untuk kegiatan belajar

b) Panduan belajar Al-Qur’an, sesuai metode yang digunakan, seperti buku Iqra.

c) MushafAl-Qur’an.

d) AlatTulis.

e) Lekar / alas mushaf

f) Peralatan lain yang dianggap perlu.

Selain sarana diperlukan pula instrumen pendukung, seperti:

a) Daftar hadir peserta.

b) Daftar hadir guru/pembimbing.

c) Daftar nilai kemajuan hasil belajar.

Contoh format untuk instrument ini dapat dilihat pada lampiran buku panduan TBTQ ini.

b. Pola Mandiri

Bimbingan TBTQ pola mandiri adalah pembelajaran baca tulis Al-Qur’an yang dilakukan
secara rutin oleh peserta didik di rumahnya, di Madrasah, Pesantren atau pengajian
lembaga lain yang ada di lingkungan masyarakat. Penanaggungjawab pola ini adalah orang
tua/wali siswa. Untuk memastikan peserta didik yang mengikuti pola ini sudah memenuhi
target kompetensi yang ditetapkan, maka peserta didik yang bersangkutan harus
mengikuti ujian sertifikasi TBTQ di sekolahnya. Untuk menjamin bahwa pola ini terlaksana
dengan baik diperlukan komunikasi intensif antara guru PAI dengan orang tua melalui
kartu kendali seperti format berikut ini.

Kartu kendali TBTQ Mandiri

Nama : Kelas : Alamat:

No

Hari, Tanggal

Materi BTQ

Halaman

Tandatangan Orangtua/Ustad

c. Pola Kerjasama

Bimbingan TBTQ pola kerjasama, dilakukan dalam bentuk kerjasama antara Sekolah
dengan suatu lembaga pengajian seperti Madrasah Diniyyah, Majelis Ta’lim, atau BKPRMI.
Pola ini dapat dilaksanakan dengan rambu-rambu sebagi berikut:

a) Dibuat perjanjian kerjasama tertulis yang disepakati oleh kedua belah pihak antara
pihak sekolah dengan lembaga pihak ke-ll.

b) Tempat pelaksanaan dapat dilaksanakan sekolah, atau di tempat pihak ke-ll yang
diajak kerjasama.

c) Tenaga pembimbing TBTQ dapat melibatkan guru PAI sekolah dan ustadz dari pihak
ke-ll.

d) Penanggungjawab pola inia dalah kepala sekolah, dan teknis opersionalnya


tanggungjawab guru PAI dan pihak ke-ll.

e) Biaya penyelenggaraaw ditanggung oleh pihak sekolah sesuai kesepakatan bersama.


f) Sertifikat TBTQ ditandataMgan oleh kedua belah pihak yang melakukan kerjasama.

Untuk menjamin terselenggaranya kegiatan bimbingan TBTQ siswa SMA/SMK melalui pola
kerjasama ada baiknya dipantau melalui kartu kendali TBTQ seperti contoh di bawah ini:

Kartu Kendali TBTQ

Nama: Tempat Bimbingan : Alamat:

No

Hari, Tanggal

Materi BTQ

Halaman

Tandatangan Orangtua/Ustad

Pembiayaan

Biaya pelaksanaan bimbingan Tuntas Baca Tulis Al-Qur’an (TBTQ) dapat bersumber dari:

1) RAPBS (RencanaAnggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah). APBN/APBD

2) Bantuan Pemerintah

3) luran Komite Sekolah

4) Bantuan Masyarakat peduli pendidikan

5) Sumber lain yang halal dan tidak mengikat.


6) Kh’usus untuk TBTQ pola mandiri, biaya sepenuhnya ditanggung oleh orang tua siswa
yang bersangkutan.

Komponen yang dapat dibiayai dalam penyelenggaraan bimbingan TBTQ antara lain dapat
berupa :

1) Pengadaan instrumen BTQ

2) Pengadaan Buku Panduan/Metode Iqro

3) Honorarium/transport pembimbing

4) Penilaian

5) Pengadaan sertifikat TBTQ;

6) Pembiayaan lain yang diperfukan.

Anda mungkin juga menyukai