A. Standar Kompetensi
Kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik SMA/SMK setelah mengikuti program
pembelajaran TBTQ terdiri dari 3 (tiga) aspek yaitu : aspek membaca, menulis, dan aspek
menghafal (tahfidz), dengan uraian sebagai berikut:
Dalam Kompetensi Dasar (KD) tersebut ada tiga kemampuan yang harus dikuasai peserta
didik, yaitu kemampuan membaca, menjelaskan arti dan menampilkan perilaku. Dalam
program bimbingan pembelajaran TBTQ ini yang menjadi prioritas adalah kemampuan
membaca dan menulis ayat-ayat Al-Qur’an.
Sementara dua kompetensi lainnya yakni kemampuan menjelaskan arti, dan menampilkan
perilaku diperoleh melalui proses pembelajaran tatap muka di kelas atau kegiatan
intrakurikuler. Kompetensi membaca Al-Qur’an dapat diperoleh melalui pembelajaran,
yang secara gradual dapat dimulai dari:
Pengenalan huruf-huruf hijaiyah, meliputi huruf tunggal dan huruf sambung di awal, di
tengah dan di akhir dalam rangkaian kalimat (kata) dan jumlah (kalimat).
Untuk penguasaan huruf hijaiyah sebaiknya diiringi dengan pelajaran menulis agar
peserta didik dapat mengidentifikasi masing-masing huruf dan penempatannya dengan
benar.
Penguasaan makharijul huruf, yaitu bagaimana cara mengucapkan atau mengeluarkan
bunyi huruf hijaiyah dengan benar saat dibaca.
Penguasaan ilmu tajwid, yaitu kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar
sesuai dengan kaidah-kaidah membaca Al-Qur’an sebagaimana dicontohkan oleh
Rasulullah Muhammad SAW.
b. Aspek MenulisKompetensi menulis merupakan salah satu aspek yang juga harus
dimiliki oleh peserta didik di SMA/SMK. Kompetensi menulis yang dimaksud, minimal
peserta didik SMA/SMK mampu menulis dengan cara menyalin ayat Al-Quran dengan baik
dan benar sesuai kaidah penulisan huruf Arab atau kaligrafi dengan standar Khat Naskhi.
Seorang peserta didik, dapat dikatakan telah mencapai kompetensi menulis Al-Quran
apabila ia telah dapat menulis ayat-ayat Al-Quran dengan baik dan benar dengan tulisan
standar Khat Naskhi.
Disarankan kepada guru PAI atau pembimbing TBTQ untuk mengembangkan jenis-jenis
Khat Riq’ah, Tsulus, Diwani, dan Farisi. Untuk lebih jelasnya, ada beberapa macam tulisan
kaligrafi yang biasa di gunakan untuk menulis Arab (Alqur’an):
1) Naskh
Digunakan untuk menulis mushaf Alqur’an, buku pelajaran, kutipan ayat-ayat atau Hadits
yang terdapat dalam buku-buku, surat kabar, majalah dan Iain-Iain karena keindahan dan
kejelasan hurup-hurupnya terutama karena penerapan harakat yang sering menyertainya.
2) Riq’ah
Tulisan (khat) ini sebagai tulisan yang biasa digunakan keseharian, baik di sekolah atau
pun dalam berbagai kebutuhan, misalnya urusan bisnis dan rumah tangga. Tulisan bergaya
Riq.ah ini juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan surat menyurat karena kecepatan
goresan dan kaidah-kaidahnya yang simpel.
3) Tsulus
Digunakan dalam berbagai macam medium kaligrafi dan sampul buku, juga banyak
digunakan untuk mendekorasi interior masjid.
4) Diwani
Biasanya diwani ini digunakan untuk urusan-urusan advertising atau iklan spanduk dan
brosur-brosur perdagangan, tema pameran dan label dagang atau pesan-pesan mainan dan
teater.
5) Farisi
Dalam penggunaannya dan penyebarannya sama dengan Sulus. Jenis tulisan ini paling
banyak digunakan di Negara Iran, Afganistan, Pakistan dan India.
Naskhi
Riq’ah
Tsulus
Kufi
Diwani
Farisi
Sarana dan alat yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran menulis Al-Qur’an adalah:
Alat tulis
Alat tulis berupa pensil/spidol white board atau kapur tulis berwarna dan buku streemin
digunakan untuk menulis dan menjelaskan tatacara menulis huruf dan kalimat.
Buku contoh atau CD ini berfungsi sebagai contoh huruf/tulisan dan tata cara menulis khat
atau jenis kaligrafi lainnya
Tulisan kaligraf
Tulisan kaligrafi ini berfungsi untuk menguraikan huruf-huruf dalam kata, dan kata-kata
dalam kalimat serta menjelaskan bentuk umum jenis khat.
c. Menghapal Setelah para peserta didik pandai membaca dan menulis Al-Qur’an, maka
sebaiknya para peserta didik juga diajari dan dibimbing untuk bisa menghafal surat-surat
atau ayat-ayat pilihan dalam Al-Qur’an. Setidaknya surat/ayat-ayat pilihan dan surat-surat
pendek yang terdapat dalam Juz’amma. Ini penting sekali, mengingat ada harapan besar di
kemudian hari peserta didik SMA/SMK ini mampu menjadi imam shalat fardlu baik untuk
lingkungan teman sebayanya di sekolah, maupun imam shalat di masyarakat.
Seorang peserta didik, dapat dikatakan telah mencapai kompetensi menghafal Al-Quran
apabila ia telah dapat menghafal Surat-surat pendek Juz 30 (Juz ‘amma). Jadi kompetensi
utama menghafal ini adalah agar peserta didik SMA/SMK mampu menghafal juz 30 (juz
‘amma).
Metode menghafal Al-Quran seperti dalam buku “Cara Mudah Membaca Al-Quran” yang
ditulis oleh Syeikh Abdul Muhsin Al-Qasim, Imam dan Khatib di Masjid Nabawi,
menyebutkan: Al-Quran yang memiliki keistimewaan berupa kuatnya hafalan dan proses
penghafalan, tidak bisa dihafalkan dengan baik tanpa proses muraja’ah/pengulangan.
Demikian seterusnya sampai selesai, ikutilah cara ini dalam menghafal Al-Quran, dan
janganlah menghafal lebih dari seperdelapan juz dalam setiap hari agar tidak terlalu berat
untuk menjaganya. Ada beberapa tahapan bagi seseorang yang ingin menghapal Al-Qur’an:
2) Senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar dimudahkan dalam menghafal Alqur’an.
4) Setiap kali shalat fardlu atau shalat-shalat sunnah, diusahakan ayat-ayat atau surat-
surat yang sudah dihafal itu dibaca.
5) Sering membacanya berulang-ulang (muraja,ah) agar supaya tidak cepat lupa, dan
menjadikannya hafalan tersebut sebagai wiridan harian.
Tabel 1
No
Nama Surat
Artinya
Diturunkan
Jumlah Ayat
Keterangan
Makkah 9 SKL SD
Kelas
Semester
Target Hafalan
Jumlah Surat
X 1 Surat Annas s.d. Al- ‘ashr 12
X 2 At-Takatsur s.d. Al-‘alaq 7
XI 1 At-Tin s.d. Asy-Syamsi 5
XI 2 Al-Balad s.d. At-Thariq 5
XII 1 At-Buruj s.d. Al-Infithar 4
XII 2 At-Takwir s.d. Annaba 4
Jumlah Surat Seluruhnya 37
2. Target KompetensiTarget minimal yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa SD, SMP,
dan SMA/SMK yang mengikuti kegiatan bimbingan TBTQ di sekolah adalah sebagai
berikut:
Jenjang pendidikan
Kompetensi Umum
Membaca
Menulis
Mengapal
SD
SMP
SMA/SMK
Mampu membaca Al-Qur’an dengan benar, fasih, memahami tajwid;
Khatam Juz 1 s.d.Juz 30.
ü Menyalin Juz 30 dan mengenal Khat Al-Qur’an Q.S Annas s.d An-Naba (37surat)
Target ini diharapkan dapat dicapai selama peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah.
Khusus untuk peserta didik SMA/SMK, selain mampu membaca dan menulis Al-Qur’an,
mereka juga diharapkan dapat menamatkan bacaan Al-Qur’an (khatam) miminal sekali
selama mengikuti pendidikan di SMA/SMK.
2) Tahsin Al-Qur’an. Agar mereka semakin baik bacaannya dan mengenal jenis-jenis
qiro’ah;
a. Metode Baghdadiyah.Metode ini berasal dari Bagdad, mulai berkembang pada masa
pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah. Metode ini juga telah berabad-abad berkembang
secara merata di tanah air Indonesia. Metode ini dikenal dengan methode “Eja”. Secara
penyajian materi-materinya diurutkan dari mulai yang lebih mudatr ke yang sukar, dari
yang kongkrit kepada yang abstraki; dan dari yang umum sifatnya kepada materi yang
terinci (khusus).
b. Metode IqroMetode IQRO disusun olen UstadzAs’ad Humam dari Kota Gede
Yogyakarta, terdiri dari (enam) Jilid. Metode ini sangat populer dikalangan masyarakat,
terutama di kalangan anak-anak usia dim, seperti siswa Taman Kanak-kanak dan Sekolah
Dasar (SD). Tetapi metode ini bisa juga digunakan oleh berbagai Kaiangan, tua dan muda
termasuk peserta didik SMAdan SMK.
2) Petunjuk mengajar jilid 1 berlaku pula untuk jilid 2, demikian pula seterusnya
samapai jilid 6.
v Bacaan langsung.
v CBSA
v Privat
v Modul
v Asistensi
v Praktis
v Variatif
v Komunikatif
v Fleksibel
1) TK AI-Qur’an
2) TP AI-Qur’an
c. Metode Qiro’ati
Metode Qiroati adalah metode praktis belajar membaca Al-Qur,an yang terdiri dari 6
(enam) jilid, diterbitkan pertamakali tanggal 1 Juli 1986, bertepatan dengan berdirinya TK
Al-Qur’an yang pertama di Indonesia. Metode Qiroati disusun oleh H. Dachlan Safim
Zarkasyi. Metode Qiroati ini pada dasarnya diperuntukkan >agi peserta didik TK. Al-
Qur,an, tapi dapat pula digunakan untuk para remaja atau peserta didik SMA/SMK, bahkan
untuk orang tua sekalipun yang belum bisa nembaca Al-Qur’an. Karena di dalamnya
menguraikan materi pelajaran yang esensial, mulai dari pengenalan huruf hijaiyah sampai
huruf sambung.
2) Setiap jilid dilengkapi petunjuk pengajarannya dengan sangat rinci, sehingga guru
atau pembimbing TBTQ tidak kesulitan mengajamya. Sudah diperkenalkan ayat-ayat Al-
Qur’an walaupun hanya potongan-potongan ayat.
3) Setiap kelasnya ditentukan 20 orang dengan seorang guru tanpa harus ada guru
bantu.
4) Khusus yang belajar pada jilid 1, jumlah muridnya ditentukan yaitu 15 orang dengan
seorang guru tanpa guru bantu.
5) Mengajar jilid 1 dan jilid 2 materinya diberikan secara perorangan. Mengajar jilid 3
dan jilid 4 materinya diberikan secara klasikal. Dilengkapi dengan pelajaran ilmu tajwid.
d. Metode Al-Barqy
Methode Al-Barqy pertama dikembangkan oleh dosen fakultas Adab IAIN Sunan Ampel
Surabaya yaitu Muhadzir Sulthan pada tahun 1965. Hasil penelitian Deprtemen Agama Rl
pada saat itu menjelaskan bahwa methode ini dapat di implementasikan bagi anak-anak
hingga orang dewasa dengan mudah, singkat dan cepat. Metode Al-Barqy dapat dinilai
sebagai metode membaca Al-Qur’an yang paling awal. Metode ini di temukan oleh dosen
fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya yaitu Muhadzir Sulthan pada tahun 1965.
Awalnya, al-Barqy iperuntukan bagi siswa SD Islam At-Tarbiyah, Surabaya. Siswa yang
belajar metode ini lebih cepat mampu membaca Al-Qur’an. Muhajir lantas dibukukan
metodenya pada tahun 1978, dengan judul Cara Cepat mempelajari Bacaan Al-Quran Al-
Barqy.
3) Tidak berjilid-jilid
e. Metode Tilawati
Metode tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim yang terdiri Drs. H. Hasan Sadzili dan
Drs. H. Ali Muaffa dll. Karakteristik dan keunggugulan metode ini antara lain:
Metode Iqro Dewasa dan Terpadu ini disusun oleh Drs. Tasrifin Karim dari Kalimantan
Selatan. Iqro terpadu merupakan penyempurnaan dari Iqro Dewasa. Kelebihan Iqro
Terpadu dibandingkan dengan Iqro Dewasa antara lain bahwa Iqro Dewasa dengan pola 20
kali pertemuan sedangkan Iqro Terpadu hanya 10 kali pertemuan dan dilengkapi dengan
latihan membaca dan menulis. Kedua metode ini diperuntukkan bagi orang dewasa.
Metode ini merupakan sistem pembinaan Islam berkelanjutan yang diawali dengan belajar
baca Al-Qur’an. Panduan baca Al-Qur’an metode Dirosa disusun tahun 2006 yang
dikembangkan oleh Wahdah Islamiyah Gowa. Panduan ini khusus bagi orang dewasa
dengan sistem klasikal 20 kali pertemuan.
Buku panduan ini lahir dari sebuah proses yang panjang, dari sebuah perjalanan
pengajaran Al-Qur’an di kalangan ibu-ibu yang dialami sendiri oleh Pencetus dan Penulis
buku ini. Telah terjadi proses pencarian format yang terbaik pada pengajaran Al-Qur’an di
kalangan ibu-ibu selama kurang lebih 15 tahun dengan berganti-ganti metode. Dan
akhirnya ditemukanlah satu format yang sementara dianggap paling ideal, paling baik dan
efektif, yaitu memadukan pembelajaran baca Al-Qur’an dengan pengenalan dasar-dasar
keislaman. Buku panduan belajar baca AI-Qur’an-nya disusun tahun 2006.
Sedangkan buku-buku penunjangnya juga yang dipakai pada santri TK-TP Al-Qur’an.
Panduan Dirosa sudah mulai berkembang di daerah-daerah, baik Sulawesi, Kalimantan
maupun beberapa daerah kepulauan Maluku, yang dibawa oleh para da’i .
Metode Al-Jabari merupakan bimbingan praktis membaca dan menulis Al-Quran. Pelajaran
pertama dalam metode ini adalah tanda fatah dengan lafal A, sebagaimana arti dari kata
Jabardari bahasa Parsi yang berarti fatah. Hal ini diulang terus sehingga dalam 2-3 kali
pertemuan sudah hapal. Selanjutnya akan disusun olahan kata-kata dan secara otomotis
olahan kata tersebut dapat dimengerti.
Metode ini dikembangkan oleh tiga orang pakar dibidangnya, yaitu diantaranya adalah ahli
Al-Quran, Kaligrafer Eksibisi ASEAN, serta Qori Internasional, dimana ketiganya
merupakan warga asli Karawang Jawa Barat. Metode ini dikembangkan sesuai dengan
kaidah-kaidah yang harus diperhatikan dalam membaca dan menulis Al-Quran dan
merupakan bimbingan praktis membaca dan menulis Al-Quran.
Arti Jabar lainnya ialah singkatan dari Jawa Barat, yang berarti metode tersebut diterbitkan
di Jawa Barat. Metode ini bukan metode mambaca huruf Arab, tapi membaca dan menulis
Al-Quran sehingga selesai pelajaran ini dapat dilanjutkan dengan membaca Al-Quran.
2. Metode Menulisa.
a. Metode Uktub
Metode uktub adalah metode yang digunakan untuk mendampingi metode pembelajaran
Iqra’. Penyebutan metode uktub sebenarnya bukan merupakan istilah baku, namun lebih
populer di kalangan para penggunanya. Pengarangnya sendiri menggunakan istilah yang
diambil dari Al-Qur’an yang merupakan rangkaian dari perintah “Iqra” yakni “Allama bil
qalam”. Metode ini memiliki karakteristik kemampuan peserta didik dalam menyalin atau
menirukan tulisan berupa huruf, lafadz ataupun ayat.
Metode ini diterapkan untuk melatih keterampilan peserta didik menulis seeara Germat
sesuai dengan naskah yang ia salin, baik dari jenis huruf, bentuk huruf ataupun ketepatan
tulisan. Selain itu- dengan menyalinpeserta didik diharapkan dapat membaca secara
berulang-ulang ayat/kalimat yang ia sajin sehingga dapat mendukung terhadap aspek
hafalannya.
b. Metode Lemka
Metode ini ditemukan oleh Sirojuddin AR, dosen Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, pada tahun 1986. istilah Lemka diambilkan dari nama organisasi yang dibinanya
yaitu; Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an.
Peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan mudah karena dalam metode ini
dijelaskan langkah-langkah menggoreskan pena secara terperinci disertai dengan contoh
yang jelas.
c. Metode Imla’
Metode ini di masyarakat lebih dikenal dengan sebutan dikte, yaitu menulis huruf atau
kalimat Al-Qur’an sesuai dengan apa yang dilafalkan oleh pendidik/pembimbing. Metode
ini bermanfaat untuk melatih keterampilan peserta didik menuliskan bacaan-bacaan yang
dilafalkan oleh pendidik/orang lain.
Karakteristik metode ini menuntut konsentrasi peserta didik dalam mendengarkan dan
memahami setiap bacaan ayat Al-Qur’an yang dilafalkan oleh pendidik dalam proses
pembelajaran sehingga ketepatan tulisan sesuai dengan yang diucapkan oleh pendidik.
Demikian halnya pendidik pun dituntut untuk melafalkan secara tegas dan jelas makharijul
huruf ayat Al-Qur’an sehingga tidak menimbulkan kesalahan dalam menulis.
Keterampilan menulis melalui metode imla ini dapat pula digunakan dalam latitian
diantara sesama peserta didik, sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang lebih
aktif.
1. Seleksi Peserta
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan tes awal baca tulis Al-Qur’an
adalah:
1) Dilakukan secara individual oleh guru PAI berhadapan langsung dengan peserta didik.
2) Peserta didik membaca dengan suara yang cukup lantang, yang memungkinkan guru
penguji dapat mendengar secara jelas kalimat atau ayat yang dibaca.
3) Guru memberikan nilai secara obyektif, untuk melakukan pengelompokkan pada
kelas rombongan pembelajaran TBTQ.
4) Peserta didik membaca ayat-ayat Al-Qur’an ditunjukkan oleh guru secara acak dari
Juz 30, atau ayat-ayat Al-Qur’an tertentu pada Juz-1 s.d Juz-15.
5) Peserta didik diminta menyampaikan beberapa hafalan dari Juz-30 pada Juz Amma.
Ayat yang dibaca pada tes awal ini bisa membaca sembarang ayat dari surat-surat Juz 30
Juz Amma atau ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Atau dapat juga mengggunakan instrument
tertentu, seperti contoh di bawah ini.
Keterangan:
Nama sekolah :
Kelas :
No
Nama
Nilai
Kelompok
Keterangan
2. Pengelompokan
Peserta didik SMA/SMK yang telah mengikuti tes awal membaca Al-Qur’an ditempatkan
pada kelompok belajar tertentu berdasarkan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki.
Untuk menempatkan peserta didik pada kelompok membaca Al-Qur’an dapat digunakan
skala penempatan sebagai berikut:
No
Kelompok
Skala Nilai
Indikator Kemampuan
A 81 – 100 Mampu membaca dengan benar sesuai dengan ilmu tajwid dan
lagu qira’ah.
Fokus bimbingan TBTQ SMA/SMK ditujukan kepada peserta didik yang belum mampu
membaca Al-Qur’an. Yaitu mereka yang menurut hasil tes penempatanberada di kelompok
D, C dan B. Mereka yang di kelompok B, C, dan D diberikan layanan bimbingan TBTQ sesuai
dengan kemampuannya. Misalnya peserta didik yang memiliki nilai 41-60 berarti masih
banyak salah dalam membacanya. la ditempatkan pada kelompok C dan mendapat
bimbingan bersama temannya yang memiliki kemampuan yang sama.
Sementara bagi peserta didik SMA/SMK yang berada pada kelompok A dapat diberikan
bimbingan dan pengayaan seperti halnya :
1) Tahsin AI-Qur’an.
3) Bimbingan tambahan Tahfid Juz ‘Amma atau surat- surat pilihan dalam Al-Qur’an.
4) Kajian tentang arti dan kandungan ayat-ayat Al- Qur’an
3. Pola Bimbingan
Pola bimbingan pembelajaran TBTQ bagi siswa SMA/SMK dapat dilakukan secara fleksibel
melalui3 (tiga) pola, yaitu pola Diniyyah di Sekolah, pola Kerjasama, dan pola Mandiri.
Guru Pembimbing
Guru pembimbing TBTQ di SMA/SMK tidak harus guru PAI pada sekolah yang
bersangkutan, tetapi bisa juga dilakukan oleh orang lain yang berkompeten di bidang baca
tulis Al-Qur’an. Karena itu pembimbing TBTQ blsa melibatkan, antara lain :
a) Gruru PAI.
c) Alumni sekolah.
e) Pengurus BKPRMI.
Waktu dan Tempat
b) Panduan belajar Al-Qur’an, sesuai metode yang digunakan, seperti buku Iqra.
c) MushafAl-Qur’an.
d) AlatTulis.
Contoh format untuk instrument ini dapat dilihat pada lampiran buku panduan TBTQ ini.
b. Pola Mandiri
Bimbingan TBTQ pola mandiri adalah pembelajaran baca tulis Al-Qur’an yang dilakukan
secara rutin oleh peserta didik di rumahnya, di Madrasah, Pesantren atau pengajian
lembaga lain yang ada di lingkungan masyarakat. Penanaggungjawab pola ini adalah orang
tua/wali siswa. Untuk memastikan peserta didik yang mengikuti pola ini sudah memenuhi
target kompetensi yang ditetapkan, maka peserta didik yang bersangkutan harus
mengikuti ujian sertifikasi TBTQ di sekolahnya. Untuk menjamin bahwa pola ini terlaksana
dengan baik diperlukan komunikasi intensif antara guru PAI dengan orang tua melalui
kartu kendali seperti format berikut ini.
No
Hari, Tanggal
Materi BTQ
Halaman
Tandatangan Orangtua/Ustad
c. Pola Kerjasama
Bimbingan TBTQ pola kerjasama, dilakukan dalam bentuk kerjasama antara Sekolah
dengan suatu lembaga pengajian seperti Madrasah Diniyyah, Majelis Ta’lim, atau BKPRMI.
Pola ini dapat dilaksanakan dengan rambu-rambu sebagi berikut:
a) Dibuat perjanjian kerjasama tertulis yang disepakati oleh kedua belah pihak antara
pihak sekolah dengan lembaga pihak ke-ll.
b) Tempat pelaksanaan dapat dilaksanakan sekolah, atau di tempat pihak ke-ll yang
diajak kerjasama.
c) Tenaga pembimbing TBTQ dapat melibatkan guru PAI sekolah dan ustadz dari pihak
ke-ll.
Untuk menjamin terselenggaranya kegiatan bimbingan TBTQ siswa SMA/SMK melalui pola
kerjasama ada baiknya dipantau melalui kartu kendali TBTQ seperti contoh di bawah ini:
No
Hari, Tanggal
Materi BTQ
Halaman
Tandatangan Orangtua/Ustad
Pembiayaan
Biaya pelaksanaan bimbingan Tuntas Baca Tulis Al-Qur’an (TBTQ) dapat bersumber dari:
2) Bantuan Pemerintah
Komponen yang dapat dibiayai dalam penyelenggaraan bimbingan TBTQ antara lain dapat
berupa :
3) Honorarium/transport pembimbing
4) Penilaian