Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

PRAKTIKUM INSTRUMENTASI NUKLIR


“Sistem Koinsidensi”

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari cara kerja rangkaian koinsidensi
2. Menghitung waktu pisah (resolving time) 
3. Mempelajari cara kerja rangkaian TPHC
4. Mempelajari Koinsidensi gamma – gamma

II. ALAT YANG DIGUNAKAN


1. 2 Unit Amplifier
2. 2 Unit TSCA/TAC
3. 2 Unit detektor NaI(Tl)
4. 2 Unit Preamplifier
5. 1 unit Pulser
6. 1 unit Universal Coincidence
7. 1 unit Time to Pulse Height Converter (TPHC)
8. 1 unit pengatur Waktu (Timer)
9. Counter
10. CRO

III. TEORI
Pencacahan koinsidensi waktu merupakan salah satu metoda yang biasa
digunakan untuk mengidentifikasi material radioaktif atau mempelajari skema
peluruhannya. Dengan teknik koinsidensi dapat dilakukan pengukuran aktivitas mutlak
atau mencacah dua atau lebih radiasi yang terjadi dalam selang waktu yang sangat
singkat, misal beta dan gamma dari isotop Co-60.
Peluruhan radioaktif mempunyai cara-cara yang khas sebagai contoh
( ,  ), (  ,  ) atau ( ,  ) Dengan mempelajari koinsidensi masing-masing akan dapat
diketahui cara peluruhan radioaktivitas tersebut, sehingga skema peluruhan yang
merupakan ciri khas suatu inti radioaktif dapat dipelajari.

γ
β-
γ

Gambar 1. Skema Peluruhan Co-60


Bila dicacah peristiwa koinsidensi pada tingkat tenaga A (lihat Gambar 1), maka
peristiwa koinsidensi yang terjadi adalah antara (  ,  ) dengan tenaga E 1  1,173MeV
, sedang pada tingkat tenaga B, peristiwa koinsidensi yang terjadi adalah ( ,  ) dengan
tenaga E 1  1,173MeV E 2  1,332 MeV . Apabila tidak ada cacah koinsidensi yang
tercatat, maka tidak terjadi koinsidensi dan skema peluruhan tidak seperti yang
digambarkan pada skema peluruhan (Gambar 1)

Sebelum peralatan digunakan untuk mempelajari koinsidensi suatu sumber


radioaktif, terlebih dahulu digunakan pulser sebagai pengganti sumber. Apabila
koinsidensi secara elektronik telah terjadi selama selang waktu yang telah ditentukan 2
s (adalah lebar pulsa masukan), maka koinsidensi yang terjadi selama selang waktu
tersebut berasal dari sumber itu sendiri. Pada praktikum ini akan dipelajari koinsidensi
elektronik dengan menggunakan rangkaian koinsidensi. Cacah koinsidensi dicatat
dengan pencacah (counter), sedang waktu dicatat dengan pengala (timer).

Sistem koinsidensi selain dapat untuk mengetahui adanya pulsa yang


koinsiden, juga dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan waktu
kedatangan/kebersamaan pulsa. Dengan menggunakan modul TPHC (Time to Pulse
Height Converter) atau TAC (Time to Amplitude Converter) dapat diketahui selisih
waktu kedatangan pulsa. Selisih waktu yang ada akan di ubah menjadi tinggi pulsa.

Selain itu sistem koinsidensi juga dapat digunakan dalam banyak hal, contohnya
adalah dalam pengamatan terjadinya peristiwa anihilasi pada sumber radiasi Na-22.
Sebagaimana diketahui bahwa Na-22 peluruhannya terjadi seperti pada Gambar 2. Dari
skema peluruhan tampak bahwa Na-22 hanya melepaskan 1 (satu) energi foton gamma
dengan energi sebesar 1,274 MeV. Akan tetapi apabila dilakukan pengamatan
terhadap spektrum energinya akan diperoleh seperti padam Gambar 3. yang
menunjukkan adanya 2 foton gamma dengan energi 0,511 MeV dan 1,274 MeV. Hal
tersebut dapat terjadi dikarenakan beta positif (positron) yang dipancarkan akan segera
bergabung dengan elektron bebas terjadi peristiwa anihilasi dan akan menghasilkan 2
foton gamma yang saling bertolak belakang dengan energi masing-masing sebesar
0,511 MeV.

β+ 90 %

EC 10 %

1,274 MeV

β+ 0.05%

Ne-22

Gambar 2. Skema peluruhan Na-22


Gambar 3. Spektrum energi dari Na-22

IV. LANGKAH PERCOBAAN


A. Percobaan Penentuan Resolving Time :
1. Susunlah rangkaian seperti pada gambar 4..
2. Hidupkan pulser (output pulser dihubungkan ke “Test Pulse” preamplifier).
3. Atur penguat utama masing - masing, sehingga tinggi pulsa kedua luarannya kurang
lebih 5 Volt.
4. Masukkan output penguat ke masing-masing TSCA.
5. Atur delay time TSCA, sampai terlihat kedua pulsa mulai berimpit/koinsiden. Catat
delay time saat mulai terjadi koinsiden output dari kedua TSCA (terlihat pada CRO)
dan catat jumlah koinsiden yang terjadi.
6. Ubah delay time TSCA, sampai output dari kedua TSCA menjadi terpisah lagi.
7. Buat grafik antara cacah vs delay time seperti gambar 5.
8. Dari grafik tersebut tentukan besarnya resolving time 

Gambar 4. Rangkaian Koinsiden Elektronis


Gambar 5. Kurva Cacah Vs delay time

B. Percobaan dengan Rangkaian TPHC/TAC :

1. Susunlah rangkaian seperti pada gambar 6.


2. Hidupkan pulser (output pulser dimasukkan ke “Test Pulse” preamplifier).
3. Atur penguat utama sehingga kedua outputnya kurang lebih 5 Volt.
4. Masukkan masing-masing output penguat ke TSCA.
5. Atur delay time TSCA, catat waktu tunda saat kedua output dari kedua TSCA tepat
sama (terlihat pada CRO). Tinggi pulsa output TPHC saat itu adalah 0 (nol) volt.
6. Ubah delay time TSCA, tinggi output TPHC akan tergantung pada besarnya selisih
delay time. Catat tinggi pulsa sebagai fungsi delay time
7. Buat grafik antara tinggi pulsa output TPHC sebagai fungsi delay time

Gambar 6. Rangkaian TPHC


C. Percobaan Gamma – Gamma Koinsiden:
1. Susunlah rangkaian seperti pada gambar 7.
2. Seperti pada percobaan A, buat kedua rangkaian dalam keadaan koinsiden. .
3. Apabila sudah koinsiden, pulser dimatikan dan suplai tegangan tinggi ke kedua detektor
NaI(Tl) dinyalakan sesuai dengan ketentuan (tegangan operasional detektor).
4. Letakkan sumber pada tempatnya (diantara kedua detektor yang sudah diberi celah
menggunakan Pb.)
5. Atur jendela masing-masing TSCA sehingga output dari TSCA hanya berasal dari
energi 0,511 MeV saja.
6. Catat jumlah cacah pada saat kedua detektor terletak dalam satu garis (00), kemudian
geserlah salah satu detektor dengan sudut tertentu dan catatlah jumlah cacah untuk
setiap pergeseran sudut (ke arah positif dan negatif).
7. Buatlah grafik cacah vs sudut. (seperti gambar 8)

Gambar 7. Rangkaian Koinsidensi gamma – gamma

d. Pengukuran spektrum energi 0,511MeV pada peristiwa anihilasi dengan Linier gate
a) Lakukan setup alat percobaan seperti skema pada Gambar 8. dibawah ini
b) Atur amplifier dengan negatif input dari PULSER (480) dan unipolar output, gain
diatur sedemikian rupa sehingga untuk puncak yang sesuai dengan tenaga 1,274
MeV dari sumber Na-22 tinggi pulsa output masing-masing kira-kira 6 volt.
c) Hubungkan output negatif TSCA_1 dan TSCA_2 ke universal coinsidence pada
masukan A atau C dan atur resolving time dari 418A tersebut 2 s serta posisikan
saklar pada 2 coinsidence.
Gambar 8. Skema Koinsidensi dengan “Linier Gate”

d) Lakukan pengaturan delay pada TSCA dan lihat pada osiloskop sehingga output
pulsa negatif hingga terjadi koinsiden dimana kondisi output TSCA_1 dan TSCA_2
pulsa negatif sampai berimpit.
e) Apabila pengaturan waktu koinsidensi sudah benar, pada output Linier Gate akan
berupa pulsa unipolar yang amplitudonya sebanding dengan amplitudo pulser atau
sumber Na-22.
f) Output Linier Gate dapat dimasukkan langsung ke MCA akan didapat spektrum
seperti Gambar 2, hanya puncak yang sesuai dengan tenaga 1,274 MeV tidak
tampak.
V. DATA DAN PEMBAHASAN
1. Penentuan Resolving Time (τ)
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui cacah waktu pisah dimana
sebelumnya ditentukan pulsa dalam keaadaan berimpit terlebih dahulu agar
didapatkan nilai cacah pada waktu delay tertentu. Pencacahan dilakukan 3 kali
dengan delay time diatur sedemikian rupa antara 5 – 9.4 dengan waktu cacah 20s.

Delay
No Cacah 1 Cacah 2 Cacah 3
(posisi)

1 9.4 0 0 0

2 9.3 989 984 987

3 9.2 988 990 991

4 9.1 992 994 995

5 9 997 999 999

6 8.8 1001 1001 999

7 8.6 999 1000 1000

8 8.4 999 999 1000

9 8.2 999 1000 1000

10 8 1001 1000 1001

11 7.8 1000 1000 1000

12 7.5 1000 1000 1000

13 7.2 1001 1000 1000

14 7 999 999 999

15 6.8 1000 1000 999

16 6.5 1001 1001 1001

17 6.4 622 932 958

18 6.2 0 0 0

19 6 0 0 0

20 5 0 0 0
Dari data yang didapatkan diatas,dapat dibuat suatu grafik yang menggambarkan
hubungan antara delay time dengan cacah sebagai berikut :

DELAY TIME VS CACAH


Cacah

1200

1000

800
CACAH

600

400

200

0
4 5 6 7 8 9 10
DELAY TIME (

Dari grafik diatas,dapat dilihat bahawa terjadi lonjakan dan juga penurunan
cacah. Lonjakan dan penurunan inilah yang akan digunakan sebagai acuan untuk
menentukan nilai resolving time. Dari teori yang ada diatas,nilai resolving time sendiri
itu adalah nilai pada setengah dari titik setelah lonjakan sampai titik dimana sebelum
terjadi penurunan. Jika dilihat pada grafik, nilai cacah relative konstan pada saat delay
time antara 6,4 – 9,3 . oleh karena itu dapat dihitung nilai resolving time nya sebesar :
9,3−6,4 2.9
Resolving time = = = 1,45
2 2

Dari perhitungan tersebut didapatkan nilai resolving time sebesar 1,45 uS.
2. Gamma – Gamma Koinsiden (Peristiwa Anihilasi)
Praktikum ini menggunakan dua detector NaI(Tl),yang salah satu detektornya
diubah-ubah sudut pengukurannya antara -45 sampai dengan 45. Sumber yang
digunakan adalah Na-22. Dengan mengubah ubah sudut pengukuran didapatkan
hasil seperti berikut:

No Sudut Cacah Cacah Cacah

1 - 45 81 79 88
- 40
2 70 70 62
- 35
3 67 63 66
- 30
4 62 71 64
- 25
5 82 98 80
- 20
6 229 258 239
- 15
7 607 587 603
- 10
8 847 848 817
-5
9 998 1056 1048

10 0 1088 1053 1020

11 05 1060 1028

12 10 1024 996

13 15 722 806

14 20 391 368

15 25 160 139

16 30 77 82

17 35 77 82

18 40 89 86

19 45 82 79
Dari data yang didapatkan diatas, dapat dibuat suatu grafik yang
menggambarkan hubungan antara perubahan sudut pengukuran terhadat
banyaknya nilai cacah. Grafik dapat digambarkan sebagai berikut :

Sudut Vs Cacah
1200

1000

800
Cacah

600

400

200

0
-50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50
Sudut

Cacah

Dari grafik diatas, dapat diamati bahwa titik titik cacah membentuk garis yang simetris
antara sudut negative dan positif. Hal ini menandakan nilai cacah pada sudut negative dan
positif hampir sama atau tidak berbeda jauh. Hubungan antara sudut dan nilai cacahannya dapat
disimpulkan bahwa semakin besar sudut, semakin sedikit nilai cacahnya. Nilai cacah akan
maksimal apabila kedua detector lurus satu garis,dan itu terjadi pada sudut 0º.
Energi yang bertolak belakang ini telah disebutkan dalam teori yang menyatakan bahwa
adanya 2 foton gamma,yang diakibatkan oleh positron yang dipancarkan akan bergabung
dengan electron bebas terjadi anhilasi dan akan menghasilkan 2 foton gamma yang saling
bertolak belakang. Hal ioni telah sesuai dengan hasil praktikum yang didapatkan.
VI. KESIMPULAN
1. Pada percobaan resolving time,nilai cacah relative konstan pada rentang delay
time antara 6.4 sampai 9,3
2. Dengan delay time antara 5 µS – 9.4 µS dan waktu cacah diatur selama 20 detik
didapatkan nilai resolving time sebesar 1.45 µS
3. Pada gamma-gamma koinsiden, nilai cacah tertinggi pada saat sudut 0º,dimana
dua detector dan sumber dalam satu garis lurus.

VII. DAFTAR PUSTAKA

1. Glenn F. Knoll, 1979, Radiation Detection and Meaurement, Jhon Willey & Son,
Inc, Canada.
2. Nicholas Tsoulfanidis., 1983, Measurement and Detection of Radiation,
Hemisphere Publisher Corporation, University of Missouri-Rolla, New York USA
3. ........, 1984, Experiment in Nuclear Science AN 34 Laboratory Manual, Third
Edition. EG&G ORTEC

Yogyakarta, 3 April 2018


Dosen Praktikum, Praktikan,

Ir. SURAKHMAN AFTON ILMAN HUDA

Anda mungkin juga menyukai