I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari cara kerja rangkaian koinsidensi
2. Menghitung waktu pisah (resolving time)
3. Mempelajari cara kerja rangkaian TPHC
4. Mempelajari Koinsidensi gamma – gamma
III. TEORI
Pencacahan koinsidensi waktu merupakan salah satu metoda yang biasa
digunakan untuk mengidentifikasi material radioaktif atau mempelajari skema
peluruhannya. Dengan teknik koinsidensi dapat dilakukan pengukuran aktivitas mutlak
atau mencacah dua atau lebih radiasi yang terjadi dalam selang waktu yang sangat
singkat, misal beta dan gamma dari isotop Co-60.
Peluruhan radioaktif mempunyai cara-cara yang khas sebagai contoh
( , ), ( , ) atau ( , ) Dengan mempelajari koinsidensi masing-masing akan dapat
diketahui cara peluruhan radioaktivitas tersebut, sehingga skema peluruhan yang
merupakan ciri khas suatu inti radioaktif dapat dipelajari.
γ
β-
γ
Selain itu sistem koinsidensi juga dapat digunakan dalam banyak hal, contohnya
adalah dalam pengamatan terjadinya peristiwa anihilasi pada sumber radiasi Na-22.
Sebagaimana diketahui bahwa Na-22 peluruhannya terjadi seperti pada Gambar 2. Dari
skema peluruhan tampak bahwa Na-22 hanya melepaskan 1 (satu) energi foton gamma
dengan energi sebesar 1,274 MeV. Akan tetapi apabila dilakukan pengamatan
terhadap spektrum energinya akan diperoleh seperti padam Gambar 3. yang
menunjukkan adanya 2 foton gamma dengan energi 0,511 MeV dan 1,274 MeV. Hal
tersebut dapat terjadi dikarenakan beta positif (positron) yang dipancarkan akan segera
bergabung dengan elektron bebas terjadi peristiwa anihilasi dan akan menghasilkan 2
foton gamma yang saling bertolak belakang dengan energi masing-masing sebesar
0,511 MeV.
β+ 90 %
EC 10 %
1,274 MeV
β+ 0.05%
Ne-22
d. Pengukuran spektrum energi 0,511MeV pada peristiwa anihilasi dengan Linier gate
a) Lakukan setup alat percobaan seperti skema pada Gambar 8. dibawah ini
b) Atur amplifier dengan negatif input dari PULSER (480) dan unipolar output, gain
diatur sedemikian rupa sehingga untuk puncak yang sesuai dengan tenaga 1,274
MeV dari sumber Na-22 tinggi pulsa output masing-masing kira-kira 6 volt.
c) Hubungkan output negatif TSCA_1 dan TSCA_2 ke universal coinsidence pada
masukan A atau C dan atur resolving time dari 418A tersebut 2 s serta posisikan
saklar pada 2 coinsidence.
Gambar 8. Skema Koinsidensi dengan “Linier Gate”
d) Lakukan pengaturan delay pada TSCA dan lihat pada osiloskop sehingga output
pulsa negatif hingga terjadi koinsiden dimana kondisi output TSCA_1 dan TSCA_2
pulsa negatif sampai berimpit.
e) Apabila pengaturan waktu koinsidensi sudah benar, pada output Linier Gate akan
berupa pulsa unipolar yang amplitudonya sebanding dengan amplitudo pulser atau
sumber Na-22.
f) Output Linier Gate dapat dimasukkan langsung ke MCA akan didapat spektrum
seperti Gambar 2, hanya puncak yang sesuai dengan tenaga 1,274 MeV tidak
tampak.
V. DATA DAN PEMBAHASAN
1. Penentuan Resolving Time (τ)
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui cacah waktu pisah dimana
sebelumnya ditentukan pulsa dalam keaadaan berimpit terlebih dahulu agar
didapatkan nilai cacah pada waktu delay tertentu. Pencacahan dilakukan 3 kali
dengan delay time diatur sedemikian rupa antara 5 – 9.4 dengan waktu cacah 20s.
Delay
No Cacah 1 Cacah 2 Cacah 3
(posisi)
1 9.4 0 0 0
18 6.2 0 0 0
19 6 0 0 0
20 5 0 0 0
Dari data yang didapatkan diatas,dapat dibuat suatu grafik yang menggambarkan
hubungan antara delay time dengan cacah sebagai berikut :
1200
1000
800
CACAH
600
400
200
0
4 5 6 7 8 9 10
DELAY TIME (
Dari grafik diatas,dapat dilihat bahawa terjadi lonjakan dan juga penurunan
cacah. Lonjakan dan penurunan inilah yang akan digunakan sebagai acuan untuk
menentukan nilai resolving time. Dari teori yang ada diatas,nilai resolving time sendiri
itu adalah nilai pada setengah dari titik setelah lonjakan sampai titik dimana sebelum
terjadi penurunan. Jika dilihat pada grafik, nilai cacah relative konstan pada saat delay
time antara 6,4 – 9,3 . oleh karena itu dapat dihitung nilai resolving time nya sebesar :
9,3−6,4 2.9
Resolving time = = = 1,45
2 2
Dari perhitungan tersebut didapatkan nilai resolving time sebesar 1,45 uS.
2. Gamma – Gamma Koinsiden (Peristiwa Anihilasi)
Praktikum ini menggunakan dua detector NaI(Tl),yang salah satu detektornya
diubah-ubah sudut pengukurannya antara -45 sampai dengan 45. Sumber yang
digunakan adalah Na-22. Dengan mengubah ubah sudut pengukuran didapatkan
hasil seperti berikut:
1 - 45 81 79 88
- 40
2 70 70 62
- 35
3 67 63 66
- 30
4 62 71 64
- 25
5 82 98 80
- 20
6 229 258 239
- 15
7 607 587 603
- 10
8 847 848 817
-5
9 998 1056 1048
11 05 1060 1028
12 10 1024 996
13 15 722 806
14 20 391 368
15 25 160 139
16 30 77 82
17 35 77 82
18 40 89 86
19 45 82 79
Dari data yang didapatkan diatas, dapat dibuat suatu grafik yang
menggambarkan hubungan antara perubahan sudut pengukuran terhadat
banyaknya nilai cacah. Grafik dapat digambarkan sebagai berikut :
Sudut Vs Cacah
1200
1000
800
Cacah
600
400
200
0
-50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50
Sudut
Cacah
Dari grafik diatas, dapat diamati bahwa titik titik cacah membentuk garis yang simetris
antara sudut negative dan positif. Hal ini menandakan nilai cacah pada sudut negative dan
positif hampir sama atau tidak berbeda jauh. Hubungan antara sudut dan nilai cacahannya dapat
disimpulkan bahwa semakin besar sudut, semakin sedikit nilai cacahnya. Nilai cacah akan
maksimal apabila kedua detector lurus satu garis,dan itu terjadi pada sudut 0º.
Energi yang bertolak belakang ini telah disebutkan dalam teori yang menyatakan bahwa
adanya 2 foton gamma,yang diakibatkan oleh positron yang dipancarkan akan bergabung
dengan electron bebas terjadi anhilasi dan akan menghasilkan 2 foton gamma yang saling
bertolak belakang. Hal ioni telah sesuai dengan hasil praktikum yang didapatkan.
VI. KESIMPULAN
1. Pada percobaan resolving time,nilai cacah relative konstan pada rentang delay
time antara 6.4 sampai 9,3
2. Dengan delay time antara 5 µS – 9.4 µS dan waktu cacah diatur selama 20 detik
didapatkan nilai resolving time sebesar 1.45 µS
3. Pada gamma-gamma koinsiden, nilai cacah tertinggi pada saat sudut 0º,dimana
dua detector dan sumber dalam satu garis lurus.
1. Glenn F. Knoll, 1979, Radiation Detection and Meaurement, Jhon Willey & Son,
Inc, Canada.
2. Nicholas Tsoulfanidis., 1983, Measurement and Detection of Radiation,
Hemisphere Publisher Corporation, University of Missouri-Rolla, New York USA
3. ........, 1984, Experiment in Nuclear Science AN 34 Laboratory Manual, Third
Edition. EG&G ORTEC