Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN PRAKTIKUM

UTILITAS GEDUNG

Disusun Oleh :

Witri Kuswanto

10/303246/NT/14171

PROGRAM DIPLOMA TEKNIK SIPIL

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2011

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIKUM UTILITAS GEDUNG


Disusun oleh :

Witri Kuswanto

10/303246/NT/14171

Diperiksa :

Asisten Asisten Asisten

Cahyo Ardi Indra Adi, A.Md Singgih Subianto

Disetujui :

Dosen

Ir.Ir.Sindu
SinduNuranto,
Nuranto,MT.
MT.

196206131989031002
196206131989031002

Dosen Dosen

Dr. Eng. M. Sulaiman, ST.,MT Ir. Suryo Darmo, MT

197109061998031002

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Utilitas Gedung ini dengan baik. Laporan ini kami susun
pada mata kuliah Utilitas Gedung pada semester tiga ini.

Kelompok 10 A’10 mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir.Heru Budi Utomo. M.T. sebagai Ketua Program Diploma Teknik Sipil
2. Bapak Ir.Sindu Nuranto,M.T. sebagai dosen pembimbing mata kuliah Utilitas Gedung
3. Bapak Dr.Eng.M.Sulaiman,S.T.,M.T. sebagai dosen pembimbing mata kuliah Utilitas Gedung
4. Bapak Ir.Suryo Darmo,M.T. sebagai dosen pembimbing mata kuliah Utilitas Gedung
5. Saudara Singgih Subianto sebagai asisten dosen yang membimbing dalam mata kuliah Utilitas
Gedung
6. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu pembuatan Laporan Utilitas Gedung
7. Laporan Utilitas Gedung ini kami buat sebagai salah satu tugas utama Mata Kuliah Utilitas
Gedung.

Akhir kata semoga Laporan Utilitas Gedung ini banyak memberi manfaat dan menambah
wawasan kita semua. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, kesempurnaan hanya ada pada-Nya, maka
apabila ada kesalahan dalam Laporan ini, kami kelompok 2A’10 mohon maaf sebesar-besarnya. Untuk
itu kami juga memohon saran

dan kritik yang membangun untuk memperbaiki dan melengkapi Laporan ini.

Yogyakarta, Desember 2011

Penyusun,

Witri Kuswanto

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... iii
LEMBAR ASISTENSI........................................................................................................ iv
DAFTAR ISI......................................................................................................................... v
BAB I Pendahuluan
A. Air Bersih
B. Air Kotor
C. Sistem Splingkler (Hydran)
D. Instalasi AC

BAB II Dasar Perecanaan


A. Dasar Perencanaan Air Bersih
1. Perinsip Dasar Sistem Penyediaan Air Bersih
2. Faktor-faktor penyediaan air bersih
3. Sistem Penyediaan Air Bersih
4. Kapasitas dan Alat penyediaan Air bersih
B. Dasar Perencanaan Air kotor
1. Prinsip Pembuangan Air Kotor
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembuangan Air Kotor
3. Sistem pembuangan Air Kotor
4. Alat Pembuangan Air Kotor
C. Sistem Springkler (Pemadam Kebakaran Otomatis)
1. Sistem Penempatan Splingkler
2. Sistem Penyediaan Air Splingkler
D. Instalasi AC

BAB III Perecanaan dan Perhitungan


A. Air Bersih
1. Desain Rencana
2. Perhitugan Kebutuhan Air Bersih
B. Air Kotor
1. Desain Rencana
2. Perhitungan Air Kotor
C. Sistem Springkler (Pemadam Kebakaran Otomatis)
1. Desain Rerncana
2. Perhitungan Sistem Splingker
D. Instalasi AC

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


BAB IV Rencana Anggaran Biaya
I. Air Bersih
II. Air Kotor
III. Air Bekas
IV. Springkler
V. AC

BAB V PENUTUP
LAMPIRAN

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


BAB I

PENDAHULUAN
A. AIR BERSIH
1. Latar Belakang
Akses terhadap air bersih dan sanitasi merupakan salah satu fondasi inti dari
masyarakat yang sehat, sejahtera dan damai. Hampir 50 persen rumah tangga di
wilayah perkotaan dan pedesaan di Indonesia kekurangan layanan-layanan dasar
seperti ini. Sistem air bersih dan sanitasi yang baik akan menghasilkan manfaat
ekonomi, melindungi lingkungan hidup, dan vital bagi kesehatan manusia.
Masyarakat tidak selalu menyadari pentingnya kebersihan. Praktik-praktik kebersihan
yang ada seringkali tidak kondusif bagi kesehatan yang baik, dan kakus tidak
dipelihara atau digunakan dengan baik.
Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :
Kualitas air harus memenuhi 3 syarat :
1. Syarat fisik
Tidak berwarna, tidak berbau.
2. Syarat kimia
Tidak mengandung zat kimia yang merugikan manusia (racun) dan tidak
mengurangi efektivitas distribusi pipa-pipa.
3. Syarat bakteriologis
Tidak mengandung bakteri maupun organik lain yang dapat menyebabkan
penyakit : Tipus, Kolera, Disentri, Cacingan dan sebagainya.

Pengaruh pemanasan global saat ini juga mendorong untuk mengatasi berbagai
permasalahan vital diantaranya kebutuhan akan pasokan air bersih yang berkualitas
dan berkuantitas baik, ditengah cuaca yang tidak menentu dan mulai berkurangnya
sumber air dari alam, sehingga diperlukan suatau perencanaan yang sistematis untuk
menjangkau semua pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat.

Kontinuitas dalam sistem penyediaan air bersih mutlak diperlukan,


perencanaaan yang valid sangat mempengaruhi terjaminnya hajat hidup orang banyak
oleh kebutuhan air. Disinilah peran teknik sipil sebagai perencana sekaligus pelaksana
yang mengetahui secara pasti bagaimana seharusnya sistem instalasi yang baik,
kontinyu, mampu menghasilkan suatu sirkulasi pemenuhan kebutuhan air bersih yang
memadai, serta terjaminnya kualitas air yang dihasilkan. Berdasarkan perencanaan
yang berdasarkan suatu empiris, diharapkan utilitas sebuah bangunan, khusunya
sistem penyediaan air bersih, dapat menjadi faktor penting kebutuhan masyarakat
yang dapat direalisasikan tanpa memiliki damapak negatif yang berpengaruh pada
masyarakat, lingkungan, ataupun bangunan itu sendiri.

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


2. Maksud Dan Tujuan
Tujuan disusunnya laporan ini adalah membuat perencanaan sistem plambing
penyediaan air bersih didalam sebuah bangunan gedung yang meliputi hal-hal berikut:

a. Mengetahui spesifikasi jenis air bersih dan air minum, standar penggunaan dan
penyesuaian terhadap pemenuhan kebutuhan penghuni bangunan
b. Merancang secara rinci sistem plambing air bersih yang terdiri dari:
a. sistem perpipaan air bersih
b. perhitungan kebutuhan sistem penyediaan sistem air bersih
c. Gambar detail jalur sistem plambing air bersih

3. Ruang Lingkup
Perencanaan Tugas ini dilakukan sebagai syarat lulus mata kuliah Utilitas
Gedung yang bisa diterapkan di lapangan dimana tugas tersebut meliputi :
a. Perencanaan system plambing unit air bersih secara keseluruhan dalam sebuah
bangunan gedung
b. Unit pekerjaan instalasi plambing yang direncanakan sesuai dengan aplikasi dan
terapan dalam lingkungan sekitar dan kehidupan masyarakat umum
c. Perencanaan sistem plambing dilakukan terhadap gedung dengan ketinggian 6
lantai.
d. Sistem perencanaan air bersih ini merupakan salah satu bagian dari perencanaan
utilitas lain seperti pembuangan air kotor, pemadam kebakaran, dan instalasi AC
yang berkaitan satu sama lain.
e. Hal utama dalam perencanaan system plambing air bersih yang akan dikerjakan
pada praktikum utilitas gedung ini diantaranya :
1. Perhitungan kebutuhan air bersih
2. Rancangan system perpipaan
3. Penentuan kebutuhan alat plambing
4. Perhitungan kebutuhan alat-alat plambing

A. Air Kotor
1. Latar Belakang
Siklus merupakan hal yang mutlak dalam suatau alur. Di dalam utilitas
sebuah gedung, juga terjadi suatu siklus yang berhubungan dengan system
pemenuhan kebutuhan manusia yang berupa air. Manusia membutuhkan air dalam
kehidupan mereka sehari – hari, untuk memasak, mencuci, mandi, dan lain
sebagainya. Selama proses pemakaian dan pemenuhan kebutuhan air tersebut,
tidak semua air yang tersedia habis dipakai, karena ada sebagian air yang
digunakan jumlahnya tetap, hanya kualitasnya saja berkurang, bahkan mungkin
sudah tidak dapat digunakan lagi, misalnya air bekas mencuci piring, mandi, dan
sebagainya.
Air yang sudah digunakan dan berkurang kualitasnya, tidak mungkin dapat
dikonsumsi kembali kecuali telah didaur ulang atau diolah kembali, sehingga
menjadi bersih. Lalu, kemana kita mengalirkan air buangan yang sudah tidak

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


terpakai? Apakah smuanya dibuang, atau ada yang amsih dapat digunakan
kembali?
Pembuangan air kotor juga memiliki suatu system, suatu perencanaan,
tidak asal mengumpulkan semua jenis air buangan menjadi 1, karena air-air
tersebut juga memiliki klasifikasi tersendiri, yang juga dapat berpengaruh terhadap
lingkungan sekitarnya, manusia dan makhluk hidup lain, serta system utilitas
bangunan itu sendirir.
Maka, mempelajari system pembuangan air kotor merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan dari system plambing yang lain, karena system ini
merupakan bagian dari suatu siklus suatu alir jaringan perpipaan dalam penyediaan
pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

2. Maksud Dan Tujuan


Maksud dan tujuan dibuatnya perencanaan system air kotor adalah:

a. Secara system utilitas dalam sebuah gedung, pemisahan saluran antara air bersih
dan air kotor mutlak dilakukan karena factor kesehatan mnusia.
b. Perencanaan instalasi yang sistematik sangat diperlukan, sehingga jika suatu saat
terjadi kebocoran atau hal lain, perbaikan dapat dilakukan dengan mudah.
c. Dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap lingkungan sekitar bangunan
gedung, karena sistem pembuangan direncanakan dengan baik, sehingga hal-hal
yang yang tidak baik disebabkan oleh bau, tanki septik yang mencemari tanah,
tidak terjadi.

3. Ruang Lingkup
Perencanaan tugas praktikum ini akan dilakukan dengan batasan yang diambil
adalah :

a. Sistem plumbing yang direncanakan merupakan sistem instalasi air kotor secara
keseluruhan dan juga meliputi sarana pompa dan peralatan lainnya.
b. Perencanaan sistem plumbing dilakukan terhadap bangunan gedung 6 lantai
c. Pemisahan jenis air kotor ditentukan berdasarkan jenis bangunan yang menjadi
dasar perencanaan system plambing, yaitu apartemen.
d. Perhitungan dan perencanaan kebutuhan perlengkapan instalasi air kotor
disesuaikan dengan standar dimana praktikum dilakukan.
e. Hal lain yang merupakan aplikasi dan terapan perencanaan system plambing air
kotor ini disesuaikan dengan lingkungan sekitar bangunan pada khususnya dan
masyarakat umum pada umumnya.

C. Sistem Springkler ( Hydrant )


1. Latar Belakang
Dalam perencanaan pembangunan sebuah gedung, terutama yang
peruntukannya adalah masyarakat umum, sangat diperlukan perencanaan pencegahan
apabila terjadi suatu bencana seperti gempa, angin topan, atau kebakaran. Pencegahan

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


dilakukan berdasarkan perhitungan dan bagaimana cara maksimal yang dilakukan agar
tidak jatuh korban jiwa, minimal penghuni bangunan tersebut dapat mengevakuasi diri
sebelum bangunan tersebut runtuh. Misalnya gempa, penghuni harus sesegera
mungkin keluar dari dalam bangunan, sehingga pintu darurat menjadi factor penting
yang harus dapat ditemukan jika hempa sewaktu-waktu terjadi. Pada bencana
kebakaran, biasanya sumber kebakaran terdapat pada satu titik utama, yang kemudian
menyebar ke daerah lain dari bangunan. Dalam hal ini, penyelamatan dapat segera
mungkin dilakukan, karena api menyebar biasanya memerlukan waktu. Minimal,
penghuni bangunan yang tidak berada dekat dengan sumber kebakaran dapat
menyelamatkan diri keluar dari gedung, sebelum api menyebar. Selain itu, tidakan
pencegahan penyebaran api merembet ke bagian lain bangunan adalah dengan
mematikan sumber api secepat mungkin. Alat penyelamatan yang dapat digunakan
dalam hal ini adalah springkler / hydrant. Apabila memungkinkan, atau kebakaran
yang terjadi tidak terlalu besar dan membahayakan, penghuni dapt mencoba
memadamkan kebakaran terjadi secara manual menggunakan hydrant, atau secara
otomatis apabila springkler mendeteksi adanya sumber asap di satu titik.
Kebakaran juga tudak dapat diprediksi akan terjadi di titik mana pada sebuah
gedung, sehingga perencanaan system springkler juga harus sistematis dan otomatis,
yang saling menjangkau satu sama lain, agar tidak terjadi korban jiwa dan tidak terlalu
menghabiskan banyak bagian gedung yang terbakar.

2. Maksud Dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari system bahaya kebakaran ini adalah:

a. sebagai penanganan pertama dari kecelakaan kebakaran agar api tidak menyebar
atau untuk mengatasi agar kobaran api tidak membesar.
b. Dapat menyesuaikan antara jenis bangunan dengan sistem penanggulangan
kebakaran yang dipakai, jumlah penghuni dan jumlah hydrant/springkler yang
direncanakan.
c. Menyesuaikan berdasarkan keterkaitan antara springkler/hydrant dengan sistem
penyediaan air bersih yang dibahas pada subbab sebelumnya, yang berhubungan
dengan jumlah dan aliran air bersih untuk suplai pemadaman kebakaran dalam
bangunan gedung.

3. Ruang Lingkup
a. mencakup persyaratan minimal terhadap instalasi pemadam kebakaran sistem
springkler otomatis dengan instalasi pipa basah dengan sasaran penyediaan
instalasi pemadam kebakaran pada bangunan gedung bertingkat, bangunan industri
dan bangunan-bangunan lainnya sesuai dengan klasifikasi sifat hunian.

b. Sarana pemadam kebakaran sistem springkler dimaksudkan untuk melindungi jiwa


dan harta benda dari bahaya kebakaran.
c. Penggunaan dan penyediaan sarana pemadam kebakaran yang sesuai standar,
bertujuan untuk menjamin agar dapat bekerja secara efektif dan effisien.

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


d. Perhitungan dan penyediaan perlengkapan system springkler merupakan
penyesuaian terhadap standar lingkungan instalasi pemadaman kebakaran dibuat.

D. Instalasi AC ( Air Conditioner )


1. Latar belakang
Penyejuk udara pendingin udara dalam ruangan untuk kenyamanan termal. Dalam arti
yang lebih luas, istilah ini dapat merujuk pada segala bentuk pendinginan, pemanasan,
ventilasi, atau disinfeksi yang mengubah kondisi udara. AC adalah suatu alat, sistem , atau
mesin yang dirancang untuk menstabilkan suhu udara dan kelembaban di suatu daerah (yang
digunakan untuk pendinginan maupun pemanasan tergantung pada sifat udara pada waktu
tertentu), biasanya menggunakan siklus refrigerasi tapi kadang-kadang menggunakan
penguapan, biasanya untuk kenyamanan pendingin di gedung-gedung dan kendaraan
bermotor.
Proses aplikasi bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang sesuai untuk proses
yang sedang dilakukan, terlepas dari panas internal dan beban kelembaban dan kondisi cuaca
eksternal. Meskipun sering di kisaran kenyamanan, itu adalah kebutuhan proses yang
menentukan kondisi, bukan preferensi manusia. Kenyamanan aplikasi bertujuan untuk
menyediakan lingkungan dalam ruangan bangunan yang masih relatif konstan pada kisaran
disukai oleh manusia meskipun perubahan kondisi cuaca eksternal atau dalam beban panas
internal.

2. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari pelaksanaan praktikum perencanaa instalasi AC
diantaranya adalah :
a. Sistem instalasi AC penting sebagai salah satu pelengkap sistem utilitas sebuah
gedung yang disesuaikan dengan fungsi dan kapasitas kebutuhan manusia yang
ada didalamnya.
b. Instalasi AC berkaitan erat dengan system elektrikal sebagai sumber energinya,
serta mekanikal yang berhubungan dengan air buangan / penampungan hasil
pengolahan energi tata udara.
c. Mengetahui pertimbangan pemilihan penggunaan AC sebagai efisiensi dan fungsi
AC itu sendiri terhadap bangunan dan penghuni di dalamnya.
d. Tata letak komponen utama maupun instalasi AC juga direncanakan agar dapat
memenuhi nilai estetika visual terhadap kesesuaian fungsi bangunan dengan
arsitekturalnya.
e. Mengetahui alat plambing AC dan perlengkapannya secara detail dan keseluruhan.

3. Ruang Lingkup
a. Meliputi perencanaan keseluruhan, karena berkaitan dengan system pembuangan
air kotor hasil olah tata udara
b. Perencanaan instalasi AC disesuaikan dengan jenis bangunan, yakni gedung
apartemen 6 lantai, serta jumlah penghuni maksimal didalamnya.
c. Perhitungan kebutuhan dan penyediaan alat-alat system AC disesuaikan dengan
standar yang ada disekitar dimana bangunan dibuat atau laporan praktikum ini
disusun.

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


d. Mengetahui lingkup keseluruhan penyediaan system tata udara ( air conditioning )
berdasarkan terapan di lingkungan masyarakat sekitar bangunan.

E. Metodologi Perancangan
Metodologi penyusunan laporan praktikum utilitas gedung ini meliputi :
1. Pengumpulan data
a. Studi literatur tentang sistem plambing, termasuk didalamnya instalasi air
bersih, pembuangan air kotor, sistem penanggulangan kebakaran dan
instalasi pengolaha tata udara ( AC )
b. Gambar denah gedung bangunan 3 lantai
c. Gambar Blue Print gedung dan denahkawasan.
2. Pengolahan data berdasarkan gambar denah bangunan gedung, meliputi :
a. Perhitungan kebutuhan penyediaan air (bersih dan kotor)
b. Penentuan kebutuhan alat-alat plambing secara spesifik dan lengkap
c. Rancangan sistem perpipaan
d. Rancangan detail sistem plambing
e. Perhitungan kebutuhan alat-alat plambing dan anggaran yang
direncanakan
3. Penyusunan laporan akhir

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


BAB II

DASAR-DASAR PERENCANAAN

A. Dasar Perencanaan air bersih


1. Prinsip Dasar Sistem Penyediaan Air Bersih
Fungsi sistem peralatan plambing adalah menyediakan air bersih ke tempat-
tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang culup dan membuang air kotor dari
tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya. Selain itu,
peralatan plambing ditujukan juga dalam pencegahan kebakaran, penyaluran gas,
dan penyaluran air hujan dalam suatu bangunan.
Dalam perencanaan sistem plambing air bersih, terdapat hal penting yang harus
diperhatikan, yaitu kualitas air yang akan didistribusikan, sistem penyediaan air
yang akan digunakan, pencegahan pencemaran air dalam sistem, laju aliran dalam
pipa, kecepatan aliran dan tekanan air, serta permasalahan yang mungkin timbul
jika dilakukan penggabungan antara cadangan air untuk air bersih dan pencegahan
kebakaran.

2. Faktor – faktor Penyediaan Air Bersih


a. Sumber Air Minum
Ketentuan mengenai sumber air minum adalah sebagai berikut:
1. Bangunan yang dilengkapi dengan sistem plambing harus mendapat air minum
yang cukup dari saluran air minum kota. Bila penyambungan tersebut tidak dapat
dilakukan karena tidak tersedianya saluran air minum kota atau karena sebab lain,
maka harus disediakan sumber air lain seperti dari sungai, air tanah dangkal atau
dalam dan sebagainya, yang memenuhi persyaratan air minum.
2. Tiap persil berhak mendapat sambungan dari saluran air minum kota

b. Kualitas Air
Ketentuan kualitas air Menurut SNI 03-6481-2000 adalah sebagai berikut :

1. Hanya air yang memenuhi persyaratan air minum sesuai SNI No. 01-0220-1987
tentang air minum yang boleh dialirkan ke alat plambing dan perlengkapan
plambing yang dipergunakan untuk minum, masak, pengolahan makanan,
pengalengan atau pembungkusan, pencucian alat makan dan minum, alat dapur
atau untuk keperluan rumah tangga sejenis lainnya.
2. Air bersih yang tidak memenuhi persyaratan air minum hanya dibatasi untuk
kloset, peturasan dan alat plambing serta perlengkapan lainnya yang tidak
memerlukan air yang memenuhi persyaratan air minum. Semua kran dan alat
yang dialiri air yang tidak memenuhi persyaratan air minum harus diberi tanda
dengan jelas bahwa air tersebut membahayakan kesehatan.
3. Jet Washer atau perangkat pembersih lainnya atau pancuran yang dipasang pada
kloset dan peturasan untuk membersihkan bagian badan harus dialiri dengan air
yang memenuhi persyaratan air minum.

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


4. Semua Kran untuk wudhu harus dialiri dengan air yang memenuhi persyaratan air
minum

Air minum dengan kualitas yang baik adalah air dengan kualitas yang
telah memenuhi standar kualitas air yang berlaku. Beberapa standar kualitas air
minum yang berlaku di Indonesia antara lain:
a. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKESPER/VII/2002 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum.
b. Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. Kep-
02/Men KLH/I/1998 tentang Baku Mutu Perairan Darat, Laut dan Udara.

3. Sistem Penyediaan Air Bersih


a. Sumber Air Bersih
Kebutuhan air untuk aktivitas sehari-hari penghuni hotel Tropicana dipenuhi
dari Deep Well dan PDAM. Dimana, air baku tersebut diolah terlebih dahulu di
dalam gedung atau dalam instalasi pengolahan agar dicapai standar kualitas yang
berlaku.

b. Sistem Penyediaan Air Bersih


Sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan, dapat dikelompokkan
sebagai berikut :

a. Sistem Sambungan Langsung


Pada sistem ini, pipa distribusi dalam gedung disambung langsung
dengan pipa utama penyediaan air bersih. Sistem ini dapat diterapkan
untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan rendah, karena pada
umumnya pada perumahan dan gedung kecil tekanan dalam pipa utama
terbatas dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama. Ukuran pipa
cabang biasanya diatur dan ditetapkan oleh Perusahaan Air Minum.

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Gambar Sistem Sambungan Langsung

Sumber : Sofyan-Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan sistem Plambing, 1984

b. Sistem Tangki Atap


Pada sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah.
(dipasang pada lantai terendah bangunan atau dibawah muka tanah),
kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas
atap atau di atas lantai tertinggi bangunan. Dari tangki ini, air
didistribusikan ke seluruh bangunan. Sistem ini diterapkan karena alasan-
alasan sebagai berikut :

1) Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat


plambing hampir tidak berarti. Perubahan tekanan ini hanyalah
akibat perubahan muka air dalam tangki atap.
2) Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atap bekerja secara
otomatik dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali
kemungkinan
3) Timbulnya kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan
oleh alat yang mendeteksi muka dalam tangki atap.
4) Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan
misalnya tangki tekan.

Gambar 3 1 Sistem Tangki Atap


Sumber : Sofyan-Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan sistem Plambing, 1984

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


c. Sistem Tekan Tangki
Prinsip sistem ini adalah sebagai berikut : air yang telah ditampung
dalam tangki bawah, dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup
sehingga udara di dalamnya terkompresi.air dari tangki tersebut dialirkan
ke dalam sistem distribusi bangunan. Pompa bekerja secara otomatik yang
diatur oleh suatu dtektor tekanan, yang menutup/membuka saklar motor
listrik penggerak pompa : pompa berhenti bekerja kembali setelah tekanan
mencapai suatu batas maksimum yang ditetapkan dan bekerja kembali
setelah tekanan mencapai suatu batas maksimum tekanan yang ditetapkan
juga. Daerah fluktuasi biasanya ditetapkan 1-1.5 kg/cm2. Sistem tangki
tekan biasanya dirancang sedemikian rupa agar volume udara tidak lebih
dari 30% terhadap volume tangki dan 70% volume tangki berisi air. Jika
awalnya tangki tekan berisi udara bertekanan atmosfer, kemudian diisi
air, maka volume aur yang akan mengalir hanya 10% volume tangki.
Untuk mengatasi hal ini, dimasukkan udara kempa bertekanan lebih
besar daripada tekanan atmosfer.

Kelebihan Sistem Tangki Tekan adalah:

1) Dari segi estetika tidak menyolok jika dibandingkan dengan


tangki atap.
2) Mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin
bersama pompa-pompa lainnya.
3) Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang
harus dipasang di atas menara.
Kekurangannya adalah pompa akan sering bekerja sehingga
menyebabkan keausan pada saklar lebih cepat.

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Gambar 3 2 Sistem Tangki Tekan.
Sumber ; Sofyan-Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan sistem Plambing, 1984

d. Sistem Tanpa Tangki


Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki
bawah, tangki tekan maupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke
sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa
utama (misal : pipa utama PDAM)
Sistem penyediaan air bersih yang dipakai untuk Hotel umumnya
adalah sistem tangki atap. Demikian pula dalam perencanaan Tugas Akhir
ini, sistem tangki atap digunakan dengan pertimbangan :

1) Dengan adanya Roof tank maka ketersediaan air akan terjaga


setiap waktu khususnya pada saat pemakaian puncak.
2) Perubahan tekanan yang terjadi tidak begitu berarti, hanya akibat
perubahan muka air dalam tangki
3) Menghemat kerja pompa.

4. Kapasitas dan Alat Penyediaan Air Bersih


a. Kapasitas Tangki Air Bawah (Ground Water Tank)
Tangki air bawah berfungsi untuk menyimpan air untuk kebutuhan air
dalam satu hari. Meliputi kebutuhan air bersih bagi populasi gedung dan
kebutuhan air untuk sistem pencegahan kebakaran.

Rumus-rumus dibawah ini memberikan hubungan antara kapasitas tangki air


bawah dengan kapasitas pipa dinas :

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Qd = Qs × T (Persamaan 3.1)
Untuk tangki air yang hanya digunakan untuk menampung air minum, ukuran
tangkinya adalah:
VR = Qd − Qs × T (Persamaan 3.2)
Sedangkan, kalau tangki tersebut juga berfungsi menyimpan air untuk
pemadam kebakaran, ukuran tangkinya adalah:
VR = Qd − Qs × T + VF (Persamaan 3.3)
Dimana :
Qd = Jumlah kebutuhan air per hari (m3/hari)
Qs = Kapasitas pipa dinas (m3/jam)
T = Rata-rata pemakaian air per hari (jam/hari)
VR = Volume tangki air minum (m3)
VF = Cadangan air untuk pemadam kebakaran (m3)

b. Kapasitas Tangki Air Atas (Roof Tank)


Tangki atas berfungsi untuk menampung kebutuhan puncak, dan
biasanya disediakan dengan kapasitas cukup untuk jangka waktu kebutuhan
puncak tersebut, yaitu sekitar 30 menit (Sofyan-Morimura, Perancangan dan
Pemeliharaan sistem Plambing, 1984). Dalam keadaan tertentu dapat terjadi
bahwa kebutuhan puncak dimulai pada saat muka air terendah dalam tangki
atas, sehingga perlu diperhitungkan jumlah air yang dapat dimasukkan dalam
waktu 10 sampai 15 menit oleh pompa-angkat (yang memompakan air dari
tangki bawah ke tangki atas). Kapasitas efektif tangki atas dinyatakan dengan
rumus:

V E = (Q p − Qmax ) × T p − Q pu × T pu (Persamaan 3.4)


Dimana :
VE = Kapasitas efektif tangki atas (liter)
Qp = kebutuhan puncak (liter/menit)
Qmax = Kebutuhan jam puncak (liter/menit)
Tp = Jangka waktu kebutuhan puncak (menit)
Qpu = Kapasitas pompa pengisi (liter/menit)
Tpu = Jangka waktu kerja pompa pengisi (menit)

Biasanya, kapasitas pompa pengisi diusahakan sebesar :


Q pu = Qmax (Persamaan 3.5)

Dan air yang diambil dari tangki atas melalui pipa pembagi utama
dianggap sebesar Qp. Makin dekat Qpu dengan Qp makin kecil ukuran tangki
atas. Dari persamaan 3.4 di atas dapat dilihat bahwa kalau Qpu = Qp , maka
volume tangki adalah:

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


V E = Q pu × T pu (Persamaan 3.6)
Ini adalah kapasitas tangki atas minimum yang masih cukup untuk
melayani kebutuhan puncak.pipa keluar tangki atas harus dapat mengalirkan
air dengan laju 900 Liter/menit. Kalau digunakan pipa baja dan kecepatannya
antara 1,5 sampai 2 m/detik, maka ukuran pipa adalah 100 sampai 125 mm.

c. Kapasitas Pompa Pengisi Tangki


1. Laju aliran air
Dalam suatu sistem dengan tangki atas, biasanya kapasitas pompa
diambil sama dengan kebutuhan air pada jam maksimum. Dalam sistem yang
tanpa tangki, kapasitas pompa diambil sama dengan kebutuhan air puncak;
demikian pula dalam sistem dengan tangki tekan, kecuali kalau tangki tekan
tersebut mempunyai volume yang cukup besar.

2. Diameter Pipa
Diameter pipa hisap biasanya ditentukan sedemikian sehingga
kecepatan aliran air antara 2 sampai 3 m/dtk. Pada pompa tekanan rendah
biasanya kecepatan dalam pipa keluar diusahakan antara 2 sampai 3 m/dtk
(kadang-kadang sampai 4 m/dtk), dan pada pompa tekanan tinggi antara 4
sampai 5 m/dtk (kadang-kadang sampai 6 m/dtk)

3. Tekanan Air Yang Masuk


Gaya yang mendorong air masuk ke dalam pompa disebabkan oleh
adanya vakum pada sisi hisap pompa, dan tekanan udara di atas muka air pada
tangki air bawah. Kalau udara dalam tangki bawah tekanannya 1 atmosfir ,
atau 10,33 m kolom air, maka secara teoritis pompa akan dapat “menghisap’
air setinggi 10,33 m. Dalam kenyataannya ada beberapa hal yang akan
menyebabkan air tidak akan naik setinggi itu, yaitu tekanan udara dalam
tangki bawah tidak 1 atm, kerugian gesek dalam pipa hisap dan lubang
masuknya, tekanan uap jenuh air tersebut, dsb, sehingga tinggi angkat
maksimum sekitar 6 sampai 7 meter saja.

Makin tinggi elevasinya, makin rendah tekanan barometer udara,


sehingga tinggi angkat maksimum makin rendah pula. Makin tinggi
temperatur airnya, makin tinggi tekanan jenuh uapnya, sehingga makin kecil
tinggi angkat maksimum. Tinggi angkat ini sangat penting untuk
menempatkan pompa, sampai berapa tinggi di atas muka air tangki air bawah.

d. Daya Pompa dan Tinggi Angkat


1. Tinggi angkat
Tinggi angkat pompa dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


H = H s + H d = H fsd + v 2 / 2 g (Persamaan 3.7)
H = H a + H fsd + v 2 / 2 g (Persamaan 3.8)
Dimana:
H = Tinggi angkat total (m)
Hs = Tinggi hisap (m)
Hd = Tinggi tekan (m)
Ha = Tinggi potensial (m)
Hfsd = Kerugian gesek dalam pipa hisap dan pipa tekan
v2/2g = Tekanan kecepatan pada lubang keluar pipa (m)

Dalam hal dimana pompa menghisap air dari tangki bawah dan tekanan
pada muka air tangki tersebut sama dengan tekanan udara luar, sedangkan
tekanan pada muka air tangki atas juga sama dengan tekanan udara luar,
maka Ha yang nilainya sama dengan ( Hs + Hd ), adalah jarak vertikal dari
muka air tangki bawah sampai lubang keluar pipa tekan yang ada di atas
muka air tangki atas. Kalau lubang keluar pipa tersebut terbenam dalam air
tangki atas, maka jarak tadi di ukur sampai muka air tangki atas.

2. Daya Pompa
Daya hidraulik pompa adalah daya yang dimasukkan ke dalam air oleh
rotor atau torak pompa sehingga air tersebut dapat mengalir. Daya poros
pompa adalah daya yang harus dimasukkan ke dalam poros pompa.

Daya hidraulik (dalam kilowatt) dapat dinyatakan dengan:

N h = 0,163 × Q × H × γ (Persamaan 3.9)


Dimana: H = Tinggi angkat total (m)
Q = Kapasitas pompa (m3/menit)
γ = Berat spesifik (kg/liter)
Daya poros pompa (disebut juga brake horsepower atau shaft horsepower)
adalah daya hydraulik dibagi dengan efisiensi pompa:

N p = N h /η p (Persamaan 3 10)
Dimana:
ηp = Efisiensi pompa
Daya motor penggerak pompa Nm harus lebih besar dari pada daya poros
pompa; kelebihannya bergantung pada jenis motor dan hubungan poros pompa
dengan poros motor.
N m = N p × (1 + A) /(η p × η k ) (Persamaan 3 11)
Dimana:

A = faktor yang bergantung jenis motor


0,1 sampai 0,2 untuk motor listrik
0,2 untuk motor bakar besar

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


0,25 untuk motor bakar kecil

k = Efisiensi hubungan poros, dengan nilai:


1 untuk poros yang dikopel langsung
0,9 - 0,95 untuk ban mesin dan roda gigi

e. Penentuan Ukuran Pipa Air Bersih


1. Penentuan Ukuran Pipa Dinas
Pipa dinas, yang menyalurkan air dari pipa air minum kota ke dalam
gedung, harus mempunyai ukuran yang cukup agar dapat mengalirkan air
sesuai dengan kebutuhan jam puncak. Apabila gedung tersebut dilengkapi
dengan tangki air bawah untuk menampung air, ukuran pipa dinas dapat
diperkecil sampai mempunyai ukuran cukup untuk memenuhi kebutuhan jam
rata-rata.

2. Penentuan Ukuran Pipa Tegak Air Bersih


Ukuran pipa distribusi air bersih ditentukan berdasarkan besarnya unit
beban alat plambing (Tabel 3.2). Nilai unit beban alat plambing tersebut
dijumlahkan dari setiap lantai terdahulu, kemudian diakumulasikan dari pipa
dengan diameter terkecil hingga pipa berdiameter terbesar.

Besarnya laju aliran air pada pipa dapat dicari dengan memplotkan nilai
yang sudah diketahui tersebut pada kurva kebutuhan air (Gambar 3.4).
Selanjutnya dari data jenis alat plambing dan laju aliran tersebut, dapat
diperoleh ukuran pipa yang dikehendaki, dengan menggunakan gambar 3.6,
3.7, dan 3.8.

3. Penentuan Ukuran Pipa Air Bersih Cabang Mendatar


Ukuran pipa ditentukan berdasarkan laju aliran puncak. Dalam
menentukan ukuran pipa perlu juga dipertimbangkan batas kerugian gesek
atau gradien hidraulik yang diizinkan, demikian pula batas kecepatan
tertinggi, yang biasanya 2 m/detik atau kurang. Sebelum menentukan ukuran
pipa cabang mendatar, untuk mempermudah perhitungan, ditentukan dulu
jalur pipa air bersih pada denah masing-masing toiletnya. Pada perhitungan
selanjutnya digunakan cara yang sama dengan penentuan pipa tegak air bersih
antar lantai, yaitu dengan memperhatikan diameter minimum untuk setiap alat
plambing. Ukuran minimum pipa penyediaan air bersih dapat dilihat pada
tabel berikut.

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Tabel 3 1 Ukuran Minimum Pipa Penyediaan Air Alat Plambing
Ukuran minimum (mm)
No. Alat Plambing
Air dingin Air panas
1. Bak mandi 15 15

2. Bedpan washer 25 25
3. Bidet 15 15
4. Gabungan bak cuci dan dulang cuci 15 15
pakaian
5. Unit dental atau peludahan 10 -
6. Bak cuci tangan untuk dokter gigi 15 15
7. Pancuran air minum 10 -
8. Bak cuci tangan 10 10
9. Bak cuci dapur 15 15
10. Bak cuci pakaian 15 15
11. Dus, setiap kepala 15 15
12, Service sink 15 15
13. Peturasan pedestal berkaki 25 -
14. Peturasan, wall lip 15 -
15. Peturasan, palung 20 -
16. Peturasan dengan tangki gelontor 10 -
17. Bak cuci, bulat atau jamak (setiap 15 15
kran)
18. Kloset dengan katup gelontor 25 -
19. Katup dengan tangki gelontor 10 -
Sumber : SNI 03-6481-2000

f. Sistem Perpipaan Air Bersih


Untuk mendistribusikan air kepada penghuni gedung, harus disediakan
sistem perpipaan yang baik dan memenuhi syarat sanitasi sehingga air sampai
ketujuan dengan tekanan yang cukup tanpa mengalami pencemaran. Pada
dasarnya ada 2 sistem pipa penyaluran air dalam gedung yaitu:

1. Sistem Pengaliran ke Atas


Pipa utama dipasang dari tangki atas ke bawah sampai langit-langit lantai
terbawah dari gedung kemudian mendatar dan bercabang-cabang tegak ke atas
untuk melayani lantai-lantai diatasnya.

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Gambar 3 3 Sistem Distribusi ke atas
Sumber : Sofyan-Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan sistem Plambing, 1984.

2. Sistem Pengaliran ke Bawah


Pipa utama dari tangki atas dipasang mendatar dalam langit-langit
lantai teratas dari gedung dan dari pipa mendatar ini dibuat cabang tegak
kebawah untuk melayani lantai-lantai dibawahnya.

Gambar 3 4Sistem Pengaliran ke bawah


Sumber : Sofyan-Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan sistem Plambing, 1984

Diantara kedua sistem ini agak sulit dinyatakan sistem mana yang terbaik. Masing-
masing sistem mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan lebih banyak
ditentukan oleh ciri khas konstruksi atau penggunaan gedung dan oleh selera atau
prefensi perancangnya.

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


B. Dasar Penyediaan Air Kotor
1. Prinsip Pembuangan Air Kotor
Air buangan atau sering juga disebut air limbah adalah semua cairan yang
dibuang baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas tumbuh-tumbuhan
maupun yang mengandung sisa-sisa proses industri.
a. Air buangan dapat dibedakan atas (SNI,2000):
a. Air kotor
Air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet dan air buangan
mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat plambing lainnya;
a. Air bekas
Air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya, seperti: bak mandi (bath
tub), bak cuci tangan, bak dapur, dan lain-lain;
b. Air hujan
Air hujan yang jatuh pada atap bangunan;
c. Air buangan khusus
Air buangan ini mengandung gas, racun atau bahan-bahan berbahaya, seperti: yang
berasal dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat pengobatan, rumah
sakit, tempat pemotongan hewan, air buangan yang bersifat radioaktif atau
mengandung bahan radioaktif, dan air buangan yang mengandung lemak

b. Klasifikasi system pembuangan air kotor


1. Berdasarkan jenis air buangan
a. Sistem pembuangan air kotor.
Adalah system pembuangan untuk air buangan yang berasal dari kloset, urinal,
bidet, dan air buangan yang mengandung kotoran manusia dari alat plambing
lainnya ( black water ).
b. Sistem pembuangan air bekas.
Adalah system pembuangan untuk air buangan yang berasal dari bathtub, wastafel,
sink dapur dan lainnya ( grey water ). Untuk suatu daerah yang tidak tersedia riol
umum yang dapat menampung air bekas, maka dapat di gabungkan ke instalasi air
kotor terlebih dahulu.
c. Sistem pembuangan air hujan.
Sistem pembuangan air hujan harus merupakan system terpisah dari system
pembuangan air kotor maupun air bekas, karena bila di campurkan sering terjadi
penyumbatan pada saluran dan air hujan akan mengalir balik masuk ke alat
plambing yang terendah.
d. Sistem air buangan khusus.
Sistem pembuangan air yang mengandung gas, racun, lemak, limbah pabrik,
limbah rumah sakit, pemotongan hewan dan lainnya yang bersifat khusus.
2. Berdasarkan cara pembuangan air
a. Sistem campuran
Merupakan sistem pembuangan yang mengumpulkan dan mengalirkan air kotor
dan air bekas kedalam satu saluran / pipa pembuangan.
b. Sistem terpisah

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Adalah sistem pembuangan yang mengumpulkan dan mengalirkan air kotor dan
air bekas keluar gedung melalui saluran / pipa pembuangan yang berbeda.
c. Sistem pembuangan tak langsung
Yaitu sistem pembuangan, dimana air buangan dari beberapa lantai gedung
bertingkat digabungkan dalam satu kelompok. Pada setiap akhir gabungan perlu
dipasang pemecah aliran.
3. Berdasarkan cara pengaliran
pengali
1. Sistem gravitasi.
Air buangan mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah
secara gravitasi ke saluran umum yang letaknya lebih rendah.
Umumnya diusahakan agar air buangan dapat dialirkan secara gravitasi dengan
mengatur letak dan kemiringan pipa-pipa pembuangan.
2. Sistem bertekanan.
Sistem yang menggunakan alat ( pompa ) karena saluran umum letaknya lebih
tinggi dari letak alat plambing, sehingga air buangan di kumpulkan terlebih dahulu
dalam suatu bak penampungan, kemudian di pompakan pompakan keluar ke roil umum.
Sistem ini mahal, tetapi biasa di gunakan pada bangunan yang mempunyai alat –
alat plambing di basement pada bangunan tinggi / bertingkat banyak.
Dalam sistem ini air buangan dikumpulkan dalam bak penampung dan kemudian
dipompakann keluar, dengan menggunakan pompa yang digerakan motor listrik dan
bekerja secara otomatik.

Skema umum sistem


pembuangan gravitasi

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Sistem pembuangan bertekanan

4. Bagian – bagian sistem pembuangan

1. Alat – alat plambing yang


yang di gunakan untuk pembuangan
Jenis, fungsi dan kapasitas mengenai alat – alat plambing yang digunakan
untuk pembuangan akan dijelaskan lebih detail pada sus bab berikutnya.
2. Pipa – pipa pembuangan.
a. Ukuran Pipa Pembuangan
Standar HASS 206-1977
206 menunjukkan
kan persyaratan sebagai berikut ini:
1. Ukuran minimum pipa cabang mendatar

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Pipa cabang mendatar harus mempunyai ukuran yang sekurang-
sekurang
kurangnya sama dengan diameter terbesar dari perangkap alat
al plumbing
yang dilayaninya.

(Sumber :
Soufyan –
Morimura)

Tabel.3.3
Diameter
minimum, perangkap dan pipa buangan alat plambing

Catatan:

Ada 2 macam perangkap dan pipa buangan, sesuai dengan tipe


t peturasanya.

1) Tidak selalu tersedia di toko.

2) Pipa buangan 32 mm boleh digunakan, tetapi pipa Ven mudah rusak


rusa lebih
disukai sistem Ven dengan lup. Dianjurkan menggunakan pipa buangan 40
mm untuk menjamin ventilasi dan mengatasi kemungkinan mengendapnya
sabun atau bahan lainya pada dinding dalam pipa.

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


3) Bak cuci tangan kecil ini biasanya tanpa lubang peluap, dan digunakan dalam
kakus atau kamar mandi rumah atau apartemen. Pipa buangan alat plambing
harus berukuran 32 mm.

4) Pipa Ven harus dipasang kalau ukuran pipa buangan 40 mm. Kalau ada
keraguan tenang ukuran pipa Ven hendaknya dipasang ukuran pipa buangan 50
mm.

5) Ukuran pipa buangan harus disesuaikan dengan kapasitas bak.

6) Di beberapa negara bagian Amerika Serikat jenis ini dilarang, karena letak
lubang air keluar rendah sehingga ada ke khawatiran pencemaran oleh air kotor
dan alat plambing lainya.

7) Ada dua macam dengan ukuran pipa buangan 75 dan 100 mm.

8) Ada dua macam perangkap dan pipa buangan, sesuai dengan tipe bak cucinya.

9) Pipa buangan 40 mm untuk perangakap ”P”, dan 50 mm untuk penangkap


lemak.

10) Untuk kamar mandi “barat” sebenarnya tidak dipasang buangan lantai. Kalau
memang diperlukan, seperti dalam kamar mandi Indonesia, ukuran harus
disesuaikan dengan banyaknya air yang dibuang.

11) Tabel ini tidak digunakan alat plambing dengan perangkap yang menyatu
didalam dan pipa buangan alat plambing tidak boleh lebih kecil dari pada
keluar alat plambing tersebut. Untuk kloset pipa buangan boleh diperkecil
sampai 75 mm.

2. Ukuran minumum pipa tegak

Pipa tegak harus mempunyai ukuran yang sekurang-kurangnya sama


dengan diameter terbesar cabang mendatar yang disambungankan ke pipa
tegak tersebut.

3. Pengecilan ukuran pipa

Pipa tegak maupun cabang mendatar tidak boleh diperkecil


diameternya dalam arah aliran pipa buangan. Pengucuali hanya pada
kloset, di mana pada lubang keluarnya dengan diameter 100mm dipasang
pengecilan pipa (reducer) 100x75 mm. Cabang mendatar yang melayani
satu kloset harus mempunyai diameter sekurang-kurangnya75 mm, dan
untuk dua kloset atau lebih sekurang-kurangnya 100 mm.

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


4. Pipa dibawah tanah

Pipa pembuangan yang ditanam dalam tanah atau dibawahnya lantai


bawah tanah harus mempunyai ukuran sekurang-kurangnya
sekurang kurangnya 50 mm.

5. Interval cabang

Yang dimaksudkan dengan “interval cabang” disini adalah, jarak pada


pipa tegak antara dua titik dimana cabang mendatar disambungkan pada
pipa tegak tersebut; jarak ini sekurangnya 2,5 m. Lihat gambar 3.21

(Sumber : Soufyan – Morimura)

Gbr. 3.21 Jarak antara pipa cabang

(Sumber : Soufyan – Morimura)

Gbr. 3.22 Cara Menghitung jumlah Interval cabang

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Air buangan dari pipa cabang mendatar masuk kedalam pipa tegak dengan
aliran tak teratur, dan baru setelah jatuh sepanjang kira-kira 2,5 m dalam pipa
tegak aliranya menjadi teratur. jarak ini juga ditetapakan utuk menjaga agar
perubahan tekanan udara dalam pipa tegak masihberada dalam daerah yang
diizinkan, walaupun ada air buangan masuk kedalam pipa tegak dari cabang
mendatar berikutnya (baik yang atas maupun yang lebih bawah letaknya).

Seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.24(c), kalau jarak pada pipa
tegak, antara cabang mendatar lantai 1 dengan tempat sambungan cabng mendatar
dari lantai diatasnya dengan pipa tegak, kurang dari 2,5 m maka lebih baik kalau
cabang mendatar dari lantai 1 tersebut disanbungkan langsung kepada riol gedung
dan tidak ke pipa tegak.

6. Cara menentukan ukuran pipa pembuangan

Di Jepang ukuran pipa pembuangan, selain untuk cabang mendatar dan


pipa Ven, ditentukan dengan standar nilai unit alat plambing, yang telah disusun
berdasarkan standar negara Amerika Serikat National Plumbing Code, Minumum
Requirements For Plumbing A.S.A.A40.8-1995. Karena cara menentukan jumlah
alat plambing mungkin berbeda antara Amerika Serikat dan Jepang, maka perlu
diadakan penyesuain. Di Indonesia, ukuran-ukuran sistem pembuangan juga
ditentukan berdasarkan nilai unit alat plambing, sebagaimana dinyatakan dalam
Pedoman Plambing Indonesia 1979, yang dikeluarkan oleh Direktorat Teknik
Penyehatan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum.
a. Umum
Nilai unit alat plumbing untuk barbagai jenis alat plambing dapat dilihat pada
Tabel 3.4 (dikutip dari pedoman Plambing Indonesia 1979, Tabel 6.1 halaman
118-119). Apabila jenis alat plumbing yang direncanakan sesuai dengan yang ada
dalam Tabel 3.4 tersebut diatas, ukuran pipa pembuangan dapat ditentukan
berdasarkan jumlah nilai unit alat yang dilayani pipa yang bersangkutan. Kalau
tidak dalam Tabel 3.4, nilai unit alat plimbing tunggal diperoleh dari jumlah aliran
air buangan yang dikeluarkan alat plumbing tersebut (dalam liter/menit) dibagi
dua.
Walaupun demikian, disadari bahwa akan terjadi beberapa penyimpangan
atau perbedaan akibat adanya bermacam jenis alat plumbing yang tidak tepat sama
seperti alat plumbing jenis yang sama. Sebagai contoh, dalam tabel 3.4 hanya
disebut kakus. Atau kloset,sedangkan sebenarnya ada beberapa jenis kloset seperti
siphon, shiphon jet, dan wash-down yang masing-masing mempunyai ciri aliran
pembungan yang sedikit bebeda.

Tabel 3.4 Unit alat plambing sebagai beban, setiap alat atau kelompok

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Sumber : Soufyan – Morimura

Di samping itu ada alat-alat


alat plumbing yang digunakan khusus, seperti bak
cuci dilaboratorium (bergantung dalm jenis kegiatan laboratorium) dan alat
plumbing khusus yang hanya digunakan di rumah sakit.

Untuk alat--alat plumbing yangg tidak tercantum dalm Tabel 3.4 nilai Unit alat
plumbing dapat diperkirakan dengan Tabel 3.5.

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


(Sumber : Soufyan – Morimura)

Tabel 3.5 Unit alat plambing sebagai beban, untuk alat plambing yang tidak
ada dalam tabel 3.4

Untuk aliran air buangan menerus (tetap) atau terputus-putus


terputus
(periodik), seperti yang keluar dari pompa, ejektor, mesin pendingin dsb,
maka untuk setiap laju aliran 3 liter/menit
liter menit diberikan nilai unit alat plumbing
sebesar 2.

Ukuran pipa pembunagan ditentukan berdasarkan jumlah beban unit


alat plumbing maksimum yang dizinkan untuk setiap diameter pipa, pipa
sebagaimana dicantumkan dalam Tabel 3.6 (dikutip dari Pedoman Plumbing
Indonesia 1979, Tabel 6.2.1 halaman 121).

(Sumber : Soufyan – Morimura)

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Tabel 3.6 Beban maksimum alat plambing yang diizinkan, untuk cabang
horizontal dan pipa tegak buangan.

1) Ukuran pipa ofset

Pipa ofset telah dijelaskan secara singkat dalam gambar 3.22 dan berikut ini
dijelaskan cara menentukan ukuranya.
a) Pipa ofset 45°C atau kurang
Pipa ofset dengan sudut 45°C atau kurang terhadap garis tegak
ditentukan ukuranya seperti menentukan ukuran pipa tegak.
Ada pipa pengering alat plumbing atau cabang mendatar disambungkan
dalm jarak 600 mm diatas atau dibawah pipa ofset, sebaiknya dipasang
Ven pelepas pada pipa tegak. Ini tidak perlu untuk ofset yang dipasang
dibawah cabang mendatar paling rendah.

b) Pipa ofset lebih dari 45°C


Pipa ofset semacam ini ditentukan ukuranya seperti untuk pipa
pembuangan gedung. Bagian pipa tegak diatas ofset harus ditentukan
ukuranya seperti pipa tegak biasa, berdasarkan jumlah beban unit alat
plumbing diatas ofset tersebut.
Bagian pipa tegak dibawah ofset sekurang-kurangnya sama dengan
ukuran ofset, dan diperiksa ukuranya berdasarkan jumlah beban unit alat
plambing untuk keseluruhan pipa tegak tersebut.

Ven pelepas untuk ofset perlu dipasang, kecuali kalau ofset tersebut
berada dbawah cabang mendatar terendah. Sebaiknya tidak ada cabang
mendatar yang disambungkan pada pipa tegak dalam jarak 600 mm di atas
maupun di bawah ofset.

2) Contoh menentukan ukuran pembuangan

a. Contoh 1

Dengan gambar 3.25 sebagai contoh, berdasarkan Tabel 3.3,3.4 dan 3.6
ditentukan ukuran-ukuran pipa pembuangan.

b. Contoh 2

Lihat gambar 3.26, pipa pembuangan gedung melayani pembuanga dari


titik a sampai titik f yang mengumpulkanya dari pipa tegak a’sampai e’.
Kemiringan ditetapakan kira-kira 1/100.

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


(Sumber : Soufyan – Morimura)

Gbr 3.23 Latihan menentukan ukuran untuk pipa pembuangan (No.1)

(Sumber : Soufyan – Morimura)

Gbr 3.24 Latihan menentukan ukuran untuk pipa pembuangan (No.2)

1) Pipa tegak ditentukan ukuranya dengan Tabel 3.6.

2) Pipa cabang
cabang mendatar dari kaki pipa tegak sampai pipa pembuangan
gedung ditentukan ukuranya dengan Tabel 3.7.

3) Antara a’ sampai a ditetapkan ukuran 100 mm

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


4) Demikian pula untuk pipa dari a sampai b : 100 mm

5) Pipa antara b dan c melayani aliran kombinasi pipa tegak 1 dan


da 2, sehinnga
berdasarkan jumlah unit alat plambing ditetapakan ukuran 125 mm.

6) Dengan
engan cara yang sama ditentukan ukuran pipa diantara c sampai d, dan
antara d sampai e.

c. Contoh 3

Seperti pada Gbr 3.27, pada Gbr 3.26 air buangan yang dipompakan dari
bak penampung
mpung digabungkan pada titik b” diantara b dan c. Laju aliran pompa
pembuangan dapat dikonversikan menjadi nilai unit alat plambing dengan
membagikanya dengan 3 liter/dikalikan dua .

Kalau pipa keluar pompa tersebut akan disambungkan kepada pipa


pembuangan gedung , maka perlu diperhatikan agar dalam jarak 3 m arah ke
hilir dari tempat penyambungan tersebut tidak akan disambungkan pula pipa
tegak atau cabang mendatar lainnya . Dalam keadaan terpaksa , dimana pipa
tegak atau cabang mendatar harus disambungkan kepada pipa pembuangan
gedung dalam jarak kurang dari 3 m kearah hilir , maka ukuran pia
pembuangan gedung harus diperbesar satu tingkat – ukuran . hal ini untuk
mencegah agar dapat menjamin kecepatan aliran yang cukup dalam pipa tegak
atau cabang mendatar
mendata tersebut .

Cara yang paling baik adalah menyambungkan pipa keluar pomp


pembuangan gedung setelah berada diluar gedung . Untuk pompa pembuangan
dengan kapasitas besar akan lebih aman apabila pipa keluarnya langsung
disambungkan kepada riol gedung .

(Sumber : Soufyan – Morimura)

Gbr 3.25 Latihan menentukan ukuran untuk pipa pembuangan (No.3)

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


7. Dasar
Dasar-dasar Sistem Ven
a. Tujuan Sistem Ven
Bersama sama dengan alat perangkap, pipa ven merupakan bagian
Bersama-sama
penting dari suatu sistem pembuangan. Tujuan pemasangan pipa ven v
adalah sebagai berikut :
a. Menjaga sekat perangkap dari efek sifon atau tekanan.
b. Menjaga aliran yang lancar dalam pipa pembuangan.
c. Mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan.
Karena tujuan utamanya adalah menjaga agar perangkap tetap
mempunyai sekat air, maka pipa ven harus dipasang sedemikian rupa agar
mencegah hilangnya sekat air tersebut. Pipa pembuangan dan ven harus
dirancang dan dipasang agar mampu menjaga kedalaman sekat tersebut.

b. Hilangnya sekat air dan perlunya ven


Hilangnya sekat air hilangnya pada waktu muka air dalam perangkap turun
sampai di bawah lekuk atas, dan ini terutama disebabkan oloeh hal-hal
hal berikut
ini:
1. Efek sifon sendiri (safe siphonage)
2. Efek hisapanE
3. Efek tiupan keluar (blow out)
4. Efek kapiler
5. Penguapan
6. Efek momentum
1. Efek sifon-sendiri
sifon diri timbul apabila seluruh perangkap dan pipa pengering
alat plambing terisi penuh dengan air buangan pada akhir proses
pembuangan, sehingga air perangkap juga akan ikut mengalir ke dalam
pipa pengering.

Sumber : Soufyan – Morimura

Gbr 3.27 Beberapaa sebab yang dapat menghilangkan sekat perangkap

2. Efek hisapan dapat terjadi pada air perangkap alat plambing yang
dipasang dekat dengan pipa tegak, dan dalam pipa tegak tersebut tiba-
tiba
tiba da aliran air buangan yang cukup besar masuk dari cabang mendatar

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


di bawahnya. Akibatnya, dalam perangkap alat plambing dapat timbul
tekanan vakum yang akan menghisap air dalam perangkap.
3. Efek tiupan-keluar (blow-out) dapat terjadi pada air perangkap alat
pelambing yang dipasang dekat dengan pipa tegak, dan dalam pipa
tegak tersebut tiba-tiba ada aliran air buangan yang cukup besar yang
masuk dari cabang mendatar diatasnya. Akibatnya dalam perangkap alat
plambing dapat timbulkan tekanan positif yang akan mendorong air
dalam perangkap bahkan keluar dari alat plambing.
4. Efek kapiler terjadi kalau ada rambut atau benang yang tersangkut
dalam perangkap dan menjurai kedalam pipa pengering alat alat
plumbing. Akibatnya air dalam perangkap lama-kelamaan akan habis
terbuang.
5. Penguapan air dalam perangkap biasanya terjadi kalau alat plambing
tidak dipergunakan untuk waktu yang cukup lama. Apa lagi kalau alat
plambing tersebut dalam ada ruangan yang agak kering udaranya.
Lubang pembuangan lantai yang sekarang ini banyak digunakan,
mempunyai kedalaman sekat air yang dari 50 mm,dan sering terjadi
dalam waktu yang tidak terlalu lama sudah banyak air yang menguap
sehingga air sebagai sekat tidak cukup lagi.
6. Efek momentum biasanya jarang terjadi. Efek ini bisa timbul kalau ada
pembuangan air mendadak atau terjadi perubahan terjadi tekanan yang
cepat dalam pembuangan.

Di antara berbagai sebab yang dapat menghilangkan sekat air dalam


alat pelambing, yang paling sering terjadi adalah disebabkan olek efek sifon-
sendiri, hisapan, dan tiupan-keluar. Pencegah dilakukukan dengan memasang
pipa ven. Tetapi efek kapiler, penguapan, dan momentum, tidak dapat
dicegah walaupun dipasangi pipa ven.

c. Jenis sistem ven dan pipa ven

Sebagai mana diperlihatkan dalam gambar 3.1, ada beberapa jenis pipa
ven yang dibagi berdasarkan tujuannya. Jenis pipa ven tersubut adalah
tunggal, ven lup(loop ven) dan pipa tegak. Sistem ven yang mengunakan jenis-
jenis pipa ven tersebut dinamakan sistem ven tunggal, sistem ven lup, dan
sistem ven pipa tegak.
Secara umum pada dasarnya system pembuangan harus dilengkapi degan
kombinasi pipa-pipa ven berikut ini:
Ven pipa tegak dan ven tunggal atau pipa tegak dan pipa luv.
Walaupun demikian pada banyak gedung dapat ditemui sekaligus ketiga
jenis pipa ven tersebut, mengigat lokasi dan penglompokan alat plambingnya.
Disamping itu masih ada pipa ven lainya yang merupakan tambahan atau
perubahan atas tiga jenis tersebut diatasnya.

a. Jenis pipa ven dan dan penjelasanya

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


1. Ven tunggal
Pipa ven ini dipasang untuk melayani satu alat plambing dan
dismbungkan kepada sistem ven lainya
lainya atau langsung terbuka keudara luar.
2. Ven lup
Pipa ven ini melayani dua atau lebih perangkap alat plambing dan
disambungkan kepada ven pipa tegak .

Sumber : Soufyan – Morimura

Gbr 3.28 Contoh ven balik

3. Ven pipa tegak


Pipa ini merupakan pipa perpanjangan
perpanjangan dari pipa air tegak pembuangan, di atas
cabang mendatar air pembuangan air tertinggi.
4. Ven bersama
Pipa ven ini adalah pipa yang melayani perangkap dari dau alat plambing yang
dipasang bertolak belakang atau sejajar dan dipasang ditempat dimana kedua
ked pipa
pengering alat pelambing tersebut disambungkan bersama.
5. Ven basah
Pipa ven basah adalah pipa ven juga menerima buangangan berasal dari alat
pelambing selain kloset.
6. Ven pelepas
Pipa ven ini adalah pipa ven untuk melepas tekanan udara dalam pipa
pembuangan.
7. Pipa ven balik
Pipa ven balik adalah bagian pipa ven yang membelok kebawah setelah bagian
tegak ke atas sampai lebih tinggi dari muka air banjir alat plambing dan kemudian
disambung kepada pipa tegak ven setelah dipasang, yang menghubungkan pipa
tegak air buangan kepada pipa tegak pipa tegak ven. Untuk mencegah perubahan
tekanan dalam pipa tegak air buangan yang bersangkutan.

b. Sistem ven
1. Sistem ven tunggal
Ini adalah system ven dimana pada setiap alat plambing dipasang sebuah ven.
Walupun system ini yang terbaik, tetapi sistem ini paling banyak menggunakan
bahan (pipa).

2. Sistem ven lup

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Dalam system ini pipa ven melayani dua atau lebih alat
plambing(sebanyak-banyaknya) dipasang pada cabang mendatar pipa air
buangan dan sambunga n dan disambungkan kepada ven pipa tegak. Pipa ven
tersebut dipasang pada cabang mendatar pipa air buangan yang mempunyai
ukuran tetap di depan alat plambing yang jauh dari pipa tegak air
buangan.Lihat gambar 3.28

Kalau pada cabang mendatar pipa air buangan tersebut ada cabang lagi,
maka pada cabang tambahan tersebut perlu di pasang pipa ven lup lainnya.

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan pada sistem ven lup adalah sebagi
berikut:

1. Bagian pipa pengering alat plambing yang tidak dipasang ven, maksimum
panjangny 1,8 m untuk diameter 75 mm atau kurang dan 3, m untuk diameter
100 mm ke atasnya.
2. Pipa ven lup harus disambungkan kepada ven pipa tegak atau pipa tegak ven
atau langsung terbuka udara luar.
3. Pada setiap lantai kecuali untuk gedung satu tingkat, cabang mendatar yang
melayani lebih dari 8 kloset dan sejenisnya, harus dipasang ven pelepas di
depan sambungan pipa pengering alat plambing pada cabang mendatar
tersebut.
4. Walaupun diterapkan sistem ven lup, sebaiknya untuk bak cuci tangan dan bak
cuci lainya dipasang ven tungal untuk mencegah efek sifon-sendiri, karena ada
kekhwatiran bahwa ven lup tidak cukup.

c. Sistem ven pipa tegak


Dalam gedung yang menggunakan system ini,hanya ada ven pipa tegak
saja dan tidak dipasang pipa ven jenis lainnya. Semua pipa pengering alat
plambing alat yang disambung langsung kepada pipa tegak air buangan.
Sistem ini disebut juga sistem pipa tegak tunggal atau sistem pipa pembuangan
tunggal.

System ini dapat diterapkan pada gedung dimana pipa tegak air
buangan dapat dipasang dekat alat-alat plambing, seperti pada gedung rumah
susun (apartement ).

Menurut percobaan yang dilakukan di Amerika serikat, sistem


semacam ini cukup memuaskan untuk gedung sampai dengan 3 lantai.

d. Sistem Ven lainnya


1. System Ven bersama adalah system ven dimana pipa ven bersama dipasang
untuk melayani dua alat plambing yang dipasang bertolak belakang

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


(misalnya bak cuci) pada kedua sisi dinding pemisah. Sistem ini banyak
diterapkan pada rumah susun, hotel dst.
2. System ven basah : dalam system ini pipa pembuangan
pembuanga juga berfungsi
sebagai pipa ven, oleh karena itu beban air buangan sebaiknya hanya
setengah dibandingkan dengan pipa pembuangan sejenis dari pipa yang
sama. Lihat gambar 3.31.

Sumber : Soufyan – Morimura

Gbr 3.29 Contoh sistem pipa ven basah (diameter pipa hanya sebagai
referensi)

Bagian pipa antara titik A dan B berfungsi sebagai pipa pembuangan air
dari bak cuci tangan dan juga sebagai pipa ven bak mandi. Bagian pipa inilah
yang disebut pipa ven basah.
3. System ven balik : sistem ini diterapkan kalau pipa ven tunggal tidak dapat
dismbungkan ke pipa ven lainya yang lebih tinggi maupun langsung dibuka
ke udara luar sehingga harus dibelokan kebawah terlebih dahulu.
Sebenarnya dapat dikatakan bahwa cara ini kurang alamiah. Lihat gambar
3.28.
4. Sistem ven yoke
yoke : pipa tegak air kotor bekas yang melayani lebih dari
sepuluh interval cabang harus di lengkapi pipa ven yoke untuk setiap
sepuluh interval cabang dihitung dari cabang lantai paling atas.

e. Pipa tegak ven


Pipa tegak ven harus dipasang dalam hal dimana pipa
p tegak kotor atau
air bekas melayani dua interval cabang atau lebih, dan dalam hal dimana alat
plambing pada setiap lantai menpunyai pipa ven tunggl pipa ven jenis lainnya.
Bagian atas dari pipa tegak ven ini harus terbuka langsung keudara luar di atas
atapnya tanpa dikurangi ukuranya atau langsung disambungkan kepada pipa
ven tempat letaknya 150 mmatau lebih tinggi diatas permukaan air banjir dari
alat plambing yang tertinggi. Bagian bawah dari pipa tegak ven ini harus
sambungkan kepada pipa tegak air buangan, tanpa di kurangi ukuranya, pada
tempat yang lebih rendah dari cabang terendah atau disambungkan kepada
pipa pipa gedung.

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Ven pipa tegak dan ipa tegak ven tidak harus dibuat masing-masing
langsung terbuka keudara luar. Melainkan boleh digabungkan lebih dahulu
baru terbuka ke udara luar.
a. Persyaratan untuk pipa ven
1. Kemiringan pipa ven
Pipa ven harus dibuat degan kemiringan cukup agar titik air yang
terbentuk atau air yang terbwa masuk kedalam dapat mengalir sesra
gravitasi kembali kepipa pembuangan.
2. Cabang pada pipa ven
Dalam membuat cabang pipa ven harus diusahakan agar udara tidak
akan terhalang oleh masuknya air kotor atau air bekas manapun.
Pipa ven untuk cabang mendatar pipa air buangan harus disambungkan
kepada pipa cabang mendatar tersebut pada bagian tertinggi dari
penampang pipa cabang tersebut secara vertical :hanya dalam keadaan
terpaksa boleh disambung kan dengan sudut tidak lebih dari 45°
terhadap vertikal.
Syarat ini untuk mencegah masuknya air buangan kedalam pipa
ven dalam keadaan pipa air buangan .dimana pipa ven tersebut
disambung ,kebetulan sedang penuh dengan air buangan.

3. Letak bagian mendatar pipa ven


Dari tempat sambungan pipa ven dengan cabang mendatar pipa air
buangan,pipa ven tersebut harus dibuat tegak sampai sekurang
kurangnya 150 mm diatas muka air banjir plambing tertinggi yang
dilayani ven tersebut, sebelum dibelokan mendatar atau disambungkan
kepada cabang pipa ven.
Walaupun demikian, cukup banyak ditemukan keadaan dimana terpaksa
dipasang “pipa ven dibawah lantai”. Pipa ven semacam ini melayani
cabang mendatar air buangan dan dari tempat sambungannya dengan
cabang mendatar tersebut pipa ven hanya dibuat pendek dalam arah
tegak kemudian langsung dibelokan mendatar masih dibawah lantai
(tetapi letaknya masih berada di atas cabang mendatar tersebut).
Dalam gambar 3.29 ditunjukan empat cara pemasangan”pipa ven
dibawah lantai” tersebut. Cara yang paling buruk adalah a dan b dalam
gambar tersebut.
Pada dasarnya kalau terjadi penyumbatan pada cabang mendatar pipa
air buangan yang dilayani pipa ven semacam ini, maka air buangan
akan masuk kedalam pipa ven sehingga pipa ven seakan-akan menjadi
semacam ”cabang pipa pembuangan”. Akibatnya, kalau ada bagian
padat dalam air buangan yang masuk dalam pipa ven tersebut mungkin
akan tertinggal dan ahirnya mengurangi penampang pipa vena tau
bahkan dapat menyumbat sama sekali.
4. Ujung pipa ven

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Ujung pipa ven harus terbuka ke udara luar, tetapi harus dengan cara
yang tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Berikut ini adalah
persyaratan untuk pembukaan ujung pipa tersebut.

a) Ujung terbuka

1. Pipa ven yang menembus atap, ujung yang terbuka ke udara luar
harus berada sekurang-kurangnya 15 cm diatas bidang atap
tersebut.
2. Kalau atap digunakan sebagai taman, tempat bermain, jemuran
pakaian dsb, di daerah dimana pipa ven kan menembus, ujung pipa
yang terbuka ke udara harus berada sekurang-kurangnya 2 m diatas
bidang atap tersebut.
3. Ujung pipa ven tidak boleh digunakan sebagai tiang bendera,
antena televisi dsb.

b) Lokasi ujung pipa ven

Sering kali ujung pipa ven ditempatkan dekat pintu masuk, jendela,
lubang masuk udara ventilasi ruangan dsb. Dalam hal demikian perlu
diperhatikan persyaratan berikut :

1. Ujung pipa ven tidak boleh berada langsung di bawah pintu, lubang
masuk udara ventilasi, dan juga tidak boleh berada dalam jarak 3
meter horizontal dari padanya kecuali kalau sekurang-kurangnya 60
cm di atasnya.
2. Kontruksi bagian pipa ven menembus atap harus sedemikian hingga
tidak mengganggu fungsinya.
3. Ujung pipa ven tidak oleh ditempatkan di bawah bagian atap yang
menjorok keluar karena gas-gas dalam pipa pembuangan mungkin
akan terkumpul dan dapat menimbulkan gangguan.
4. Di lingkungan tertentu mungkin perlu dipasang kawat saringan
untuk mencegah masuknya daun-daun kecil atau burung bersarang
di dalamnya. Perlu diperhatikan bahwa luas penampang bebas pada
saringan tersebut harus sama atau lebih besar dari luas penampang
pipa ven tersebut.

8. Penentuan Ukuran Pipa Ven


a. Hal-hal umum

Secara umum ukuran pipa ven harus didasarkan pada ketentuan-


ketentuan yang tercantum dalam buku “ Pedoman Plambing Indonesia 1979”
atau standar paling baru yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah yang
berwenang.

1. Ukuran pipa ven lup dan pipa ven sirkit

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


a. Ukuran pipa ven dan pipa ven sirkit minimum 32 mm dan tidak boleh
kurang dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa pembuangan
pipa ven tegak yang disambungkan.
b. Ukuran pipa ven pelepas minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari
setengah kali diameter cabang mendatar pipa pembuangan yang
dilayaninya.
2. Ukuran pipa ven tegak

Ukuran ven pipa tegak tidak boleh kurang dari ukuran pipa tegak air
buangan yang dilayaninya dan selanjutnya tidak boleh diperkecil ukurannya
sampai ujung terbuka.

3. Ukuran pipa ven tunggal

Ukuran pipa ven tunggal minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari
setengah kali diameter pipa pengering alat plambing yang dilayaninya.

4. Ukuran pipa ven pelepas offset

Ukuran pipa ven pelepas untuk offset pipa pembuangan harus sama dengan
atau lebih besar dari pada diameter pipa tegak ven atau pipa tegak air
buangan(yang terkecil diantara keduanya).

5. Ukuran pipa ven yoke

Ukuran pipa ven yoke harus sama dengan atau lebih besar dari pada
diameter pipa tegak vena tau pipa tegak buangan (yang terkecil diantara
keduanya).

6. Pipa ven untuk bak penampung

Ukuran pipa ven untuk bak penampung air buangan minimum harus 50
mm dalam keadaan apapun.

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Sumber : Soufyan – Morimura

Tabel 3.8 Ukuran cabang horizontal ven dengan lup

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Sumber : Soufyan – Morimura
Tabel 3.9 Ukuran dan panjang pipa ven

b. Cara menentukan ukuran pipa ven

Ukuran pipa ven didasarkan pada unit beban alat plambing


plamb dari pembuangan
yang dilayaninya, dan panjang ukur pipa ven tersebut. Lihat table 3.8 dan 3.9.

Bagian pipa ven mendatar, tidak termasuk bagian “pipa ven dibawah lantai”,
tidak boleh lebih dari 20 % dari seluruh panjang ukurnya.

4. Perangkap dan penangkap ( interceptor ).


1. Perangkap

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


a. Maksud perangkap
Bagian terpenting dari sistem pembuangan adalah perangkap dan pipa
ven. Tujuan utama dari sistem pembuangan adalah mengalirkan air buangan
dari dalam gedung ke luar, ke dalam instalasi pengolahan atau riol umum,
tanpa menimbulkan pencemaran kepada lingkungannya maupun dalam gedung
itu sendiri. Tetapi karena alat plumbing tidak terus menerus digunakan, pipa
pembuangan tidak selalu terisi air, ini dapat menyebabkan masuknya gas yang
berbau ataupun beracun, atau bahkan
bah serangga.
Untuk mencegah hal ini harus dipasang suatu perangkap, biasanya berbentuk
huruf “U”, yang akan menahan bagian terakhir dari air penggelontor, sehingga
merupakan suatu “ penyekat” atau penutup air yang mencegah masuknya gas- gas
gas tersebut.

Gbr. 5.8 memperlihatkan bagian-bagian


bagian perangkap.

(Sumber : Soufyan – Morimura)


Gbr. 3.8 Nama bagian dari perangkap

b. Syarat-syarat
syarat bagi perangkap
Pada dasarnya suatu perangkap harus memenuhi syarat-syarat
syarat sebagaimana
diuraikan di bawah ini :
1) Kedalaman
laman air penutup
Kedalaman air penutup ini biasanya berkisar antara 50 samapi 100 mm.
Angka tersebut walaupun belum pernah diseilidiki secara ilmiah, tetapi
berdasarkan pengalaman telah diterima di negara manapun pada saat ini.
Dengan kedalaman minimum sebesar 50 mm, sebenarnya dalam keadaan
ada tekanan (positif dan negatif) sebesar 25 mm kolom air akan tetap
dapat diperoleh penutup air 25 mm.
Air penutup tersebut dapat terdorong ke dalam pipa pembuangan oleh
tekanan positif dalam alat plumbing, atau tersedot
tersedot ke dalam pipa
pembuangan oleh tekanan negatif dalam pipa pembuangan. Untuk
mencegah hal tersebut, pemilihan ukuran pipa serta konstruksinya harus

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


diusahakan agar tekanan dalam pipa pembuangan tidak lebih dari 25 mm
kolom air.
Bagian dalam dari perangkap alat plumbing akan selalu tercemar
kotoran sampai tingkat tertentu. Setiap kali ada aliran air buangan, terjadi
efek membersihkan diri dari kotoran tersebut. Tetapi semakin dalam air
penutup di dalam perangkap, efek ini makin berkurang. Oleh karena itu
nampaknya diperoleh angka 100 mm sebagai pedoman batas maksimum,
walaupun batas ini tidak mutlak. Ada alat-alat plumbing khusus yang
mempunyai kedalaman air penutup lebih 100 mm, tetapi perangkapnya
dibuat dengan konstruksi yang mudah dibersihkan.

2) Kostruksinya harus sedemikian agar dapat selalu bersih dan tidak


menyebabkan kotoran tertahan atau mengendap.
Aliran air buangan harus dapat menimbulkan efek membersihkan diri
perangkap tersebut dan permukaan dalamnya harus cukup licin agar
kotoran tidak tersangkut atau menempel pada permukaannya.

3) Konstruksi perangkap harus sedemikian sehingga fungsi air sebagai


penutup tetap dapat dipenuhi.
Artinya, menutup kemungkinan masuknya serangga dan gas-gas
melalui pipa pembuangan. Kriteria yang harus dipenuhi:
a) Selalu menutup kemungkinan masuknya gas dan serangga
b) Mudah diketahui dan diperbaiki jika ada kerusakan
c) Dibuat dari bahan yang tidak berkarat.

4) Kostruksi perangkap harus cukup sederhana agar mudah


membersihkannya karena endapan kotoran lama kelamaan tetap
akan terjadi.
Juga adanya kemungkinan benda-benda padat, potongan kain dan
sebagainya yang jatuh ke dalam alat plumbing. Jika tersedia lubang
pembersih pada perangkap, maka penutup lubang pembersih tersebut harus
mudah dicapai dan dapat ditutup kembali dengan rapat setelah
pembersihan perangkap.

5) Perangkap tidak boleh dibuat dengan kostruksi di mana ada bagian


bergerak ataupun bidang-bidang tersembunyi yang membentuk sekat
penutup.
Jika bagian bergerak membentuk sekat penutup, fungsi penutup tidak
terpenuhi apabila bagian tersebut rusak. Bidang-bidang tersembunyi dapat
mengganggu aliran air buangan atau penyebabkan penyumbatan.

c. Jenis-jenis perangkap
Perangkap alat plambing dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Yang dipasang pada alat plumbing

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


2) Yang dipasang pada pipa
pi pembuangan
3) Yang menjadi satu dengan alat plumbing
4) Yang dipasang di luar gedung.

Lihat Gbr. 3.9.


(Sumber : Soufyan – Morimura)
Gbr. 3.9 Bentuk dasar dari
perangkap
C. Sistem Springkler / Hydrant ( Penanggulangan Bahaya Kebakaran )

1. Klasifikasi Bahaya
ahaya Kebakaran
Bahaya kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu:

a. Bahaya kebakaran ringan


Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan
bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas rendah dan menjalarnya api lambat.

b. Bahaya kebakaran sedang


Bahaya kebakaran tingkat ini dibagi lagi menjadi dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Kelompok I
Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan
bahan yang
mempunyai nilai kemudahan
kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah
terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2.5 meter dan apabila terjadi kebakaran,
melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api sedang.

2. Kelompok II
Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan
bah yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah
terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api sedang.

3. Kelompok III

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas tinggi dan menjalarnya api cepat.

c. Bahaya kebakaran berat


Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas sangat tinggi dan menjalarnya api sangat cepat.

2. Klasifikasi Bangunan
Menurut tinggi dan jumlah lantai maka bangunan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:

Tabel 3.1.1 Klasifikasi Bangunan menurut Tinggi dan Jumlah Lantai

Klasifikasi
Ketinggian dan Jumlah Lantai
Bangunan

A Ketinggian kurang dari 8m atau 1 lantai

B Ketinggian sampai dengan 8m atau 2 lantai

C Ketinggian sampai dengan 14m atau 4 lantai

D Ketinggian sampai dengan 40m atau 8 lantai

E Ketinggian lebih dari 40m atau diatas 8 lantai

Sumber: “Panduan Sistem Hidran untuk Pencegah Bahaya Kebakaran pada


Bangunan Rumah dan Gedung”, Departemen Pekerjaan Umum, 1987

3. Sistem Hidran

1. Tipe Sistem Stand Pipe Untuk Hidran


a. Automatic-Wet
Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan sistem secara otomatis.

b. Automatic-Dry
Merupakan suatu sistem stand pipe kering, biasanya diisi dengan udara
bertekanan dan dirangkaikan dengan suatu alat, seperti dry pipe valve,
untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya secara otomatis dengan
membuka suatu hose value.
a. Menghemat kerja pompa
b. Pompa akan bekerja secara otomatis pada saat alarm berbunyi, sehingga air
akan segera mengalir untuk menanggulangi kebakaran.
2. Semi Automatic-Dry

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Merupakan sistem stand pipe kering yang dirangkaikan dengan suatu alat
seperti deluge value, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya dengan
cara mengaktifkan suatu alat pengontrol jarak jauh yang terletak pada setiap
hose connection. Suplai air harus mampu memenuhi kebutuhan sistem.

3. Manual-Wet
Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang sedikit,
hanya untuk memelihara keberadaan air dalam pipanya, namun tidak memiliki
untuk memenuhi seluruh kebutuhan sistem. Suplai air sistem diperoleh dari fire
department pumper.

4. Manual-Dry
Merupakan suatu sistem stand pipe yang tidak memiliki suplai air yang
permanen. Air yang diperlukan diperoleh dari suatu fire department pumper,
untuk kemudian dipompakan ke dalam sistem melalui fire department
connection.

5. Kelas Sistem Stand Pipe


 Kelas I
Merupakan suatu sistem stand pipe yang harus menyediakan hose connection
berdiameter 2½ inchi untuk mensuplai airnya, khususnya digunakan oleh petugas
pemadam kebakaran dan orang-orang yang terlatih untuk menangani kebakaran
berat.

 Kelas II
Merupakan suatu sistem stand pipe yang harus menyediakan hose connection
berdiameter 1½ inchi untuk mensuplai airnya, digunakan oleh penghuni gedung atau
petugas pemadam kebakaran selama tindakan pertama. Pengecualian dapat
dilakukan dengan menggunakan hose connection 1 inchi jika kemungkinan bahaya
sangat kecil dan telah disetujui oleh instalasi atau pejabat yang berwenang.

 Kelas III
Merupakan suatu sistem yang harus menyediakan baik hose connection berdiameter
1½ inchi untuk digunakan oleh penghuni gedung maupun hose connection
berdiameter 2½ inchi untuk digunakan oeh petugas pemadam kebakaran ada orang-
orang yang telah terlatih untuk kebakaran berat.

6. Disain/Perancangan
1. Penentuan letak hose connection
Pada sistem stand pipe kelas I, jika bagian terjauh dari suatu lantai/tingkat yang
tidak bersprinkler melebihi 150 ft (45.7 m) dari jalan keluar (exit) atau melebihi 200
ft (61 m) untuk lantai yang tidak bersprinkler, perlu dilakukan penambahan hose
connection pada lokasi yang diperlukan oleh petugas pemadam kebakaran.

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


2. Ukuran minimum stand pipe
Stand pipe pada kelas I dan III harus berdiameter minimal 4 inchi.

3. Tekanan minimum sistem


Stand pipe harus didisain secara hidrolis guna memenuhi flow-ratenya, dengan
tekanan residual minimal 100 psi (6.9 bar) pada hose connection terjauh untuk yang
berdiameter 2½ inchi dan 65 psi (4.5 bar) untuk yang berdiameter 1½ inchi.

4. Tekanan maksimum hose connection


Tekanan residual pada hose connection berdiameter 1½ inchi yang digunakan oleh
penghuni bangunan tidak boleh melebihi 100 psi (6.9 bar). Ketika tekanan statik
pada hose connection melebihi 100 psi, maka pressure regulator device harus
digunakan untuk membatasi tekanan statik dan residual pada outlet hose connection
pada 100 psi untuk diameter 1½ inchi dan 175 psi untuk hose connection lainnya.

5. Flow rate (debit) minimum pada stand pipe


Untuk sistem kelas I dan III, flowrate minimum pada stand pipe terjauh harus 500
gpm (1893 l/menit). Sedangkan untuk tambahannya harus memiliki flow rate
minimal 250 gpm (946 l/menit) per stand pipe, dengan jumlah total tidak lebih dari
1250 gpm (4731 l/menit). Pengecualian, jika luas area melebihi 80000 ft (7432 m2),
maka stand pipe kedua terjauh harus didisain untuk 500 gpm.

6. Flow rate minimum pada hidran gedung


Debit air minimum gedung 400 l/menit

7. Prosedur perhitungan
Penentuan ukuran pipa dan kehilangan tekan yang ditimbulkan dilakukan denga
cara yang sama pada sistem penyediaan air bersih, yaitu menggunakan persamaan
Hazen-William. Pipa yang digunakan juga merupakan jenis pipa Galvanis baru.

8. Drain dan Test riser


Secara permanen drain riser 3 inchi (76 mm) harus disediakan berdekatan pada
setiap stand pipe, yang dilengkapi dengan pressure regulating device guna
memungkinkan dilakukannya tes pada tiap alat/device.

Setiap stand pipe harus disediakan draining, suatu drain valve dan pipanya,
diletakkan pada titik terendah pada stand pipe. Penentuan suatu stand pipe drain
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1.2 Ukuran Stand pipe Drain

Ukuran Drain
Ukuran Stand Pipe
Connection

Sampai dengan 2 in ¾ in atau lebih besar

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


2 ½ in, 3 in, atau 3 ½ in 1¼ in atau lebih besar

4 in atau lebih besar 2 in saja

Sumber: NFPA 14, “Standar Installation for Standpipe and Hose Systems”, 1996
Edition
9. Suplai Air (Water Supply)
Untuk Sistem kelas I, water supply harus cukup untuk memenuhi kebutuhan sistem
seperti yang telah diuraikan di atas selama sedikitnya 30 menit.

7. Sistem Sprinkler
Sistem sprinkler harus dipasang terpisah dari sistem perpipaan dan
pemompaan lainnya, serta memiliki penyediaan air tersendiri. Beberapa definisi
mengenai komponen sistem di antaranya:

- Branch (cabang) adalah pipa di mana sprinkler dipasang, baik secara langsung atau
melalui riser
- Cross main (pipa pembagi) adalah pipa yang mensuplai pipa cabang, baik secara
langsung atau melalui riser
- Feed main (pipa pembagi utama) adalah pipa yang mensuplai pipa pembagi, baik
secara langsung atau melalui riser

8. Jenis Sistem Sprinkler


Sistem sprinkler secara otomatis akan bekerja bila segelnya pecah akibat adanya
panas dari api kebakaran. Sistem Sprinkler dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu:

1. Dry Pipe System


Adalah suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang
disambungkan dengan sistem perpipaannya yang mengandung udara atau nitrogen
bertekanan. Pelepasan udara tersebut akibat adanya panas mengakibatkan api
bertekanan membuka dry pipe valve. Dengan demikian air akan mengalir ke dalam
sistem perpipaan dan keluar dari kepala sprinkler yang terbuka.

2. Wet Pipe System


Adalah suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang
disambungkan ke suplai air (water supply). Dengan demikian air akan segera
keluar melalui sprinkler yang telah terbuka akibat adanya panas dari api.

3. Deluge System
Adalah sistem yang menggunakan kepala sprinkler yang terbuka
disambungkan pada sistem perpipaan yang dihubungkan ke suplai air melalui
suatu valve. Valve ini dibuka dengan cara mengoperasikan sistem deteksi yang
dipasang pada area yang sama dengan sprinkler. Ketika valve dibuka, air akan
mengalir ke dalam sistem perpipaan dan dikeluarkan dari seluruh sprinkler yang
ada.

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


4. Preaction System
Adalah suatu sistem yang menggunakan sprikler otomatis yang
disambungkan pada suatu sistem perpipaan yang mengandung udara, baik yang
bertekanan atau tidak, melalui suatu sistem deteksi tambahan yang dipasang pada
area yang sama dengan sprinkler. Pengaktifan sistem deteksi akan membuka suatu
valve yang mengakibatkan air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan sprinkler
dan dikeluarkan melalui sprinkler yang terbuka.

5. Combined Dry Pipe-Preaction


Adalah sistem pipa berisi udara bertekanan. Jika terjadi kebakaran, peralatan
deteksi akan membuka katup kontrol air dan udara dikeluarkan pada akhir pipa
suplai, sehingga sistem akan terisi air dan bekerja seperti sistem wet pipe. Jika
peralatan deteksi rusak, sistem akan bekerja seperti sistem dry pipe.

Sprinkler dapat pula dibagi menjadi dua kategori berdasarkan mode


aktivasi pengiriman air.

- Dalam versi “fusible element”, panas mencairkan stopper metal yang


menyumbat lubang pengiriman air.
- Dalam versi “bulb”, temperatur tinggi memanaskan cairan dalam bohlam
kaca(glass bulb), sampai bulb pecah.

fusible element type bulb type

9. Klasifikasi Jenis Hunian


Klasifikasi ini berkaitan dengan pemasangan sprinkler dan suplai airnya saja.
Pengklasifikasian ini didasarkan pada kemudahan terbakarnya barang-barang yang ada
pada gedung.

1. Hunian bahaya kebakaran ringan (Light Hazard Occupancies)


Yaitu gedung atau bagian dari gedung yang memiliki kuantitas dan keterbakaran isi
gedung rendah dan kecepatan pelepasan panas dari api rendah. Contohnya adalah
sekolah, rumah sakit, museum, perpustakaan, kantor, tempat tinggal, area tempat
duduk restauran, teater, dan auditorium.

2. Hunian bahaya kebakaran sedang (Ordinary/Moderate Hazard Occupancies)


Jenis ini terdiri dari dua golongan, yaitu:

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Group I adalah gedung atau bagian dari gedung yang memiliki kuantitas dan
keterbakaran isi gedung sedang, dan timbunan benda-benda yang mudah terbakar
tidak lebih dari 8 ft (2.4 m), kecepatan pelepasan panas dari api sedang. Contohnya
tempat parkir mobil, pabrik roti, pembuatan minuman, pengalengan, pengolahan
susu, pabrik elektronika, tempat cuci pakaian, dan pabrik gelas.

Group II adalah adalah gedung atau bagian dari gedung yang memiliki kuantitas dan
keterbakaran isi gedung sedang, dan timbunan benda-benda yang mudah terbakar
tidak lebih dari 12 ft (3.7 m). Contohnya gudang cold storage, pabrik pakaian,
tumpukan buku perpustakaan, percetakan, dan pabrik tembakau.

3. Hunian bahaya kebakaran tinggi (Extra/High Hazard Occupancies)


Yaitu gedung atau bagian dari gedung yang memiliki kuantitas dan keterbakaran isi
gedung tinggi dan memiliki cairan, bubuk, kain, atau benda lainnya yang mudah
terbakar (baik flammable maupun combustible), sehingga kecepatan pelepasan
panas dari api sangat tinggi. Jenis ini terdiri dari dua group, yaitu:

Group I adalah hunian bahaya kebakaran tinggi yang tidak atau hanya sedikit
mengandung cairan yang flammable atau yang combustible.

Group II adalah hunian bahaya kebakaran tinggi yang mengandung cairan yang
flammable atau yang combustible dalam jumlah sedang.

1. Sistem Penempatan Springkler


Sprinkler dengan jenis Standard Pendent and Upright Spray Sprinkler, yaitu
sprinkler yang didesain agar pemasangannya sedemikian rupa sehingga air akan
menyemprot (spray) dalam arah tegak lurus terhadap deflektor.

a. Maksimal Area Proteksi Jarak Maksimal antara Sprinkler


Jarak maksimal yang diijinkan antara sprinkler dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1.3 Area Proteksi dan Jarak Maksimal antara Sprinkler

Light Hazard Ordinary Hazard Extra Hazard

Area Jarak Area Jarak Area Jarak


Tipe Konstruksi
Proteksi Maks Proteksi Maks Proteksi Maks

(ft2) (ft) (ft2) (ft) (ft2) (ft)

Non Combustible

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Obstructed 15 130 15 100 12

Non Combustible 225


Unobstructed

Combustible
Unobstructed

Combustible
168 15 130 15 100 12
Obstructed

Sumber: “Installation of Sprinkler Systems”, NFPA 13, 1996 Edition


Dalam berbagai kasus, area maksimal yang dilindungi sprinkler tidak boleh
melebihi 225 ft2 (21 m2).

1. Jarak Maksimal Sprinkler ke Dinding


Jarak sprinkler ke dinding tidak boleh melebihi 1.5 kali jarak antar sprinkler
yang diindikasi dalam tabel 3.1.3 Jarak tersebut harus diukur secara tegak lurus dari
sprinkler ke dinding. Jika dinding menyudut atau tidak beraturan, jarak horizontal
maksimal antara sprinkler dengan suatu titik pada area lantai yang dilindungi
sprinkler, tidak boleh melebihi 0.75 kali jarak antara sprinkler yang diijinkan, serta
tidak melebihi jarak tegak lurusnya.

2. Jarak Minimal Sprinkler ke Dinding


Sprinkler harus ditempatkan minimal 4 inchi (102 mm) dari dinding.

3. Jarak Minimal antara Sprinkler


Jarak sprinkler (diukur dari tiap pusat sprinkler) tidak boleh kurang dari 6 ft
(1.8m).

4. Jarak di Bawah Langit-langit


Dibawah konstruksi yang tidak terhalang, jarak antara deflektor sprinkler
dengan langit-langit minimal 1 inchi (25.4 mm) dan jarak maksimal 12 inchi (305
mm).

Dibawah konstruksi yang terhalang, deflektor sprinkler harus diletakkan 1-6


inchi (25.4-152 mm) di bawah benda-benda struktur dan maksimal 22 inchi (559
mm) di bawah langit-langit atau dek.

5. Jarak antara Penghalang (Obstruction) dengan Keluaran Sprinkler


Sprinkler harus diletakkan sedemikian rupa, sehingga halangan terhadap
keluaran sprinkler dapat diminimasi.

Sprinkler harus dirancang sesuai dengan tabel 3.1.4 dan gambar 3.1.1

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Tabel 3.1.4 Penempatan Sprinkler untuk Mencegah Halangan pada Keluaran
Sprinkler

Jarak Maksimal antara


Jarak dari Sprinkler ke Sisi
Deflektor ke Dasar
Penghalang (a)
Penghalang (b)
< 1 ft 0
1 ft - < 1 ft 6 in 2½
1 ft 6 in - < 2 ft 3½
2 ft - < 2 ft 6 in 5½
2 ft 6 in - < 3 ft 7½
3 ft - < 3 ft 6 in 9½
3 ft 6 in - < 4 ft 12
4 ft - < 4 ft 6 in 14
4 ft 6 in - < 5 ft 16 ½
≥5 ft 18
Sumber: “Installation of Sprinkler Systems”, NFPA 13,
13 1996 Edition
Namun jika penghalang terletak disebelah dinding dan lebarnya tidak lebih dari 30
inchi (762 mm), maka harus diproteksi menurut gambar 3.1.2

6. Jarak antara Perkembangan Keluaran Sprinkler ke Penghalang


Penghalang menerus atau tidak menerus kurang
kurang dari 18 inchi (457 mm) di
bawah deflektor sprinkler, yang dapat menghalangi pula perkembangan penuh
sprinkler, harus dipasang sebagai berikut:

Sprinkler harus diletakkan sedemikian rupa sehingga berjarak tiga kali lebih besar
dari dimensi maksimal penghalang
penghalang sampai maksimal 24 inchi (609 mm) (Lihat
gambar 3.1.3)

Gambar 3.1.1 Peletakan Sprinkler Mencegah Penghalangan Terhadap Keluaran Sprinkler

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Gambar 3.1.2 Penghalang Terhadap Dinding

Gambar 3.1.3 Jarak Minimum dari Penghalang

Untuk keperluan ini biasanya digunakan jenis pompa sentrifugal sehingga bila
head pompa pada saat katup ditutup melebihi tekanan kerja dari peralatan
perlindungan kebakaran maka dipasang katup pelepas tekan pada bagian outlet pompa
untuk melindungi sistem dari kerusakan akibat
akibat tekanan yang berlebihan.

2. Persyaratan Kebutuhan Air-metode


Air Pipa Schedule
Tabel 3.1.5 digunakan untuk menentukan penyediaan air minimum yang
dipersyaratkan untuk Light dan Ordinary Hazard Occupancies, yang dilindungi oleh
suatu sistem perpipaan dengan ukuran
ukuran pipa menurut Pipa Schedule I dan Pipa
Schedule II.

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Tabel 3.1.5 Persyaratan Penyediaan Air pada Sistem Sprinkler Pipa Schedule

Tekanan Residual Flow yang Diijinkan


Klasifikasi Durasi
Min. yang pada Dasar Riser
Hunian (menit)
Diperlukan (psi) (gpm)

Light 15 500-700 30-60


Hazard
20 850-1500 60-90
Ordinary
Hazard

Sumber: “Installation of Sprinkler Systems”, NFPA 13, 1996 Edition

Tabel 3.1.6 Pipa Schedule I untuk hunian Jenis Light Hazard dengan Bahan pipa Baja

Diameter Pipa Jumlah


(inchi) Sprinkler (buah)

1 2

1¼ 3

1½ 5

2 10

2½ 30

3 60

3½ 100

Sumber: “Installation of Sprinkler Systems”,


NFPA 13, 1996 Edition

Tabel 3.1.7 Pipa Schedule II untuk Hunian


Jenis Ordinary Hazard dengan Bahan pipa
Baja

Diameter Pipa Jumlah


(inchi) Sprinkler (buah)
1 2
1¼ 3
1½ 5
2 10
2½ 20
3 40
3½ 65

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


4 100
5 150
6 275
Sumber: “Installation of Sprinkler Systems”, NFPA 13, 1996 Edition

3. S
iste

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


m Penyediaan Springkler
a. Sistem penyediaan air.
Penyediaan air dari sistem sprinkler dapat diperoleh dari:
 Sistem air PAM, jika tekanan dan kapasitas memenuhi sistem yang
direncanakan
 Pompa kebakaran otomatis yang dilengkapi dengan sumber air yang
memenuhi keperluan disain hidrolis
 Bejana tekan
 Tangki gravitasi
Jumlah air minimum untuk keperluan kebakaran bagi hunian bahaya
kebakaran ringan adalah seperti pada tabel 3.1.5 yaitu 500-750 gpm, untuk
waktu pengoperasian selama 30-60 menit.

Pompa yang digunakan harus yang bekerja otomatis jika terjadi


kebakaran. Selain itu digunakan juga Jockey Pump untuk mengatasi
kekurangan tekanan dan flow jika kurang dari jumlah yang seharusnya agar
tetap konstan.

Apabila cadangan air untuk pencegahan kebakaran dalam reservoir


habis atau pompa yang disediakan tidak bekerja maka air disuplai dari ruas
pemadam kebakaran dengan menghubungkan selang pemadam kebakaran pada
fire department connection.
Setiap sistem sprinkler harus memiliki sumber penyediaan air otomatis
dengan kapasitas dan tekanan yang memadai untuk mensuplai sistem sprinkler
dengan periode minimal 30 menit (Standar Nasional Indonesia, 2000). Sumber
air untuk sistem sprinkler dapat diperoleh dari sistem air PAM, pompa
kebakaran otomatis, tangki tekan, dan tangki gravitasi. Dalam penyediaan
suplai air ada 2 alternatif sistem. Alternatif 1 penyediaan air bersih dan air
pemadam kebakaran (sprinkler dan hidran) dilakukan dengan sistem tangki
secara terpisah, sedangkan untuk alternatif 2 tangki penyediaan air bersih dan
pemadam kebakaran digabung. Kelebihan dan kekurangan dari masing-masing
alternatif dapat dilihat dari Tabel 2.3

Tabel Kelebihan dan Kekurangan Alternatif Tangki

Alternatif 1 (dipisah) Alternatif 2 (digabung)


Kelebihan Kekurangan Kelebihan Kekurangan
• Tidak • Membutuhkan • Tangki • Air yang
perlu tempat yang luas dapat telah diolah
pengolaha untuk perletakan diletakkan juga
n air untuk tangki. pada satu digunakan

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


kebakaran. • Sulit dalam tempat. untuk
• Biaya pemeliharaan. • Masih kebakaran.
pengolaha tersedia • Adanya air
n lebih cadangan yang diam.
murah. air jika
• Tidak ada listrik mati.
air yang • Lebih
diam. mudah
dalam
pemeliharaa
n.

Sumber: Noerbambang dan Morimura, 1993

b. Pengujian Sistem Pemadam Kebakaran


Pengujian umumnya dilakukan atas masing – masing jenis alat dan fungsi dari
seluruh sistem setelah selesai pemasangan.
a. Pengujian Tekanan
Pada pengujian tekanan ini perlu diketahui apakah pengujian sampai kesemua
bagian dari sistem instalasi pipa pemadam kebakaran tersebut. Cara
pelaksanaannya yaitu dengan : menjalankan pompa penguji untuk menghantarkan
tekanan air kesemua pipa cabang dan membuka semua katup untuk sementara
agar dapat diketahui apakah tekanan air yang masuk pada tiap – tiap pipa cabang
sesuai dengan yang diinginkan dan selama pengujian berlangsung tidak boleh
terjadi perubahan / penurunan tekanan.
b. Pengujian Tangki
Setelah selesai dibangun atau dipasang, tangki harus dibersihkan secara baik
dan kemudian diisi dengan air untuk memeriksa adanya kebocoran, dan pada
pengujian ini tangki harus tidak menunjukan gejala – gejala adanya kebocoran
sekurang – kurangnya selama 24 jam.

c. Pengujian Pipa dan Aliran


Pada pengujian ini aliran harus benar – benar lancar sehingga debit aliran
masuk mendekati / sama dengan debit aliran keluar. Jika hal tersebut tidak
terpenuhi maka sistem instalasi harus diperiksa ulang untuk menjamin bahwa
sistem yang dipasang dapat berfungsi dengan baik.
d. Pengujian Sistem Automatisasi Sprinkler
Cara ini dapat dilakukan hanya pada bagian dari beberapa sprinkler, yaitu
dengan cara memanaskan sprinkler head, pada temperatur tertentu tabung kaca
sprinkler head akan pecah dan katup akan terbuka sehingga air akan terpancar
keluar melalui lubang – lubang sprinkler head.
e. Pengujian Katup

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Pengujian katup secara khusus dilaksanakan, walaupun pengujian pada
katup sudah tercakup pada pengujian aliran pada pipa.

A. Intalasi AC (Air Conditioner)

AC merupakan suatu komponen / peralatan yang dipergunakan untuk mengatur


suhu,sirkulasi,kelembaban dan kebersihan udara didalam ruangan.
Air Conditioner (AC) mempertahankan kodisi udara baik suhu dan kelembabannya agar
nyaman dengan cara sebagai berikut:
• Pada saat suhu ruangan tinggi,AC akan mengambil panas dari udara sehingga
suhu ruangan turun dan sebaliknya ketika suhu ruangan rendah,AC akan
memberikan panas ke udara sehingga suhu udara naik.
• Bersamaan dengan itu kelembaban udara juga dikurangi sehingga lebih nyaman.
1. Fungsi Sistem AC
b. Mendinginkan udara
c. Mereduksi tingkat kelembaban udara
d. Mensirkulasi udara
e. Membersihkan udara

A. Prinsip Kerja Sistem AC


Pada keluaran kompressor refrigeran bersuhu dan bertekanan rendah
mengandung panas yang diserap dari evaporator dan panas yang dihasilkan oleh
kompressor pada langkah tekan.Gas refrigeran ini mengalir ke kondensator.
Didalam kondenser diembunkan menjadi ciran refrigeran bertekanan tinggi.
Cairan refrigeran ini mengalir ke filter.
Di filter cairan disaring dan disimpan sampai evaporator membutuhkan
refrigerant untuk di uapkan .Pipa kapiler merubah cairan refigeran menjadi
bersuhu dan bertekanan rendah dengan bentuk kabut.
Refrigeran bersuhu rendah dan berbentuk kabut tersebut mengalir ke
dalam evaporator.Di evaporator refrigerant meguap dan mengambil panas dari
udara hangat yang dilewatkan di evaporator.
Seluruh cairan berubah menjadi gas refrigerant di dalam evaporator dan
gas yang mempunyai panas tersebut mengalir ke dalam compressor.
B. Cara Kerja Sistem AC
Mula – mula gas refrigeran dihisap oleh kompressor dan ditekan keluar
dengan tekanan mencapai 15 kg/cm2 dan suhu 70 derajat celcius.Gas
bertekanan dan suhu tinggi ini dialirkan ke kondensor.
Dalm kondensor gas refrigeran mendapat hembusan udara dari kipas
pendingin sehingga panas yang terkandungdidalamnya terbuang,akibatnya gas
refrigeran berubah dari gas ke cair.
Refrigeran dalam bentuk cir ini selanjutnya mengalir menuju
filter.Pada filter refrigeran disaring, refrigeran yang sudah disaring selanjutnya
akan disemprotkan oleh katub ekspansi selanjutnya dialirkan ke
evaporator.Saat berada pada evaporator,refrigeran menyerap panas

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


disekitarnya sehingga proses penguapan terjadi lebih cepat.Karena panas pada
saluran evaporator diserap oleh refrigeran, maka suhu saluran tersebut
menurun.
Dengan menghembuskan udara di depan evaporator,maka udara yang
bergerak melewati evaporator tersebut suhunya akan turun (udara menjadi
sejuk).Selanjutnya gas refrigeran kembali dihisab oleh kompressor.
Pada katub ekspansi terdapat pipa kapiler yang dihubungkan dengan
sebuah tabung peraba panas(penyensor panas).Pada pipa kapiler ini terdapat
gas yang akan mengatur kerja katub ekspansi sesuai kondisi suhu pada
evaporator.
1. Sistem dasar dan teori pendingin ruangan
Prinsip dasar sistem pendingin dan tata udara pada air conditioner ini
adalah penguapan, bahwa penguapan yang sangat cairan keras seperti alkohol dan eter
dapat digunakan untuk menurunkan suhu suatu benda melewati titik beku air.
Suhu dan kelembaban udara dapa diatur dan diubah oleh prinsip dasar penguapan ini.
Para peneliti dan teknisi mencoba membagi penggunaan air
conditioner (AC) ini menjadi 2, yaitu kenyamanan dan proses aplikasi.
Kenyamanan aplikasi bertujuan untuk menyediakan lingkungan dalam
ruangan bangunan yang masih relatif konstan pada kisaran disukai oleh manusia
meskipun perubahan kondisi cuaca eksternal atau dalam beban panas internal.
Penyejuk udara membuat rencana bangunan yang mendalam layak, karena kalau
mereka harus dibangun sempit atau dengan sumur cahaya sehingga ruang batin
menerima cukup udara luar melalui ventilasi alami. penyejuk udara juga
memungkinkan bangunan yang akan lebih tinggi karena kecepatan angin meningkat
secara signifikan dengan ketinggian membuat ventilasi alami tidak praktis untuk
bangunan yang sangat tinggi. Kenyamanan aplikasi untuk berbagai jenis bangunan
sangat berbeda dan dapat dikategorikan sebagai:
1. Low-Rise Residential bangunan, termasuk rumah keluarga tunggal, kopel, dan
bangunan apartemen kecil
2. High-Rise Residential bangunan, seperti asrama tinggi dan blok apartemen
3. Komersial bangunan, yang dibangun untuk perdagangan, termasuk kantor, mal, pusat
perbelanjaan, restoran, dll
4. Bangunan kelembagaan, yang meliputi rumah sakit, pemerintah, akademik, dan
sebagainya.
5. Industri kenyamanan termal ruang di mana pekerja yang diinginkan.
Selain bangunan, penyejuk udara dapat digunakan untuk banyak jenis transportasi -
motor-mobil dan kendaraan darat lainnya, kereta api, kapal laut, pesawat udara, dan pesawat
ruang angkasa.
Proses aplikasi bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang sesuai untuk proses
yang sedang dilakukan, terlepas dari panas internal dan beban kelembaban dan kondisi cuaca
eksternal. Meskipun sering di kisaran kenyamanan, itu adalah kebutuhan proses yang
menentukan kondisi, bukan preferensi manusia. Proses aplikasi menyertakan:
1. Ruang operasi Rumah Sakit, di mana udara disaring ke tingkat tinggi untuk
mengurangi risiko infeksi dan kelembaban dikendalikan untuk membatasi dehidrasi
pasien. Meskipun suhu sering dalam kisaran kenyamanan, prosedur spesialis beberapa

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


seperti operasi jantung terbuka memerlukan suhu rendah (sekitar 18 ° C, 64 ° F) dan
lainnya seperti suhu relatif tinggi neonatal (sekitar 28 ° C, 82 ° F).
2. Cleanrooms untuk produksi sirkuit terpadu, farmasi, dan sejenisnya, di mana tingkat
yang sangat tinggi kebersihan udara dan pengendalian suhu dan kelembaban yang
diperlukan untuk keberhasilan proses.
3. Fasilitas untuk pembibitan hewan laboratorium. Karena banyak binatang biasanya
hanya berkembang biak di musim semi, menahan mereka di kamar di mana kondisi
cermin musim semi sepanjang tahun dapat menyebabkan mereka untuk mereproduksi
sepanjang tahun.
4. Pesawat penyejuk udara. Meskipun nominal ditujukan untuk memberikan
kenyamanan bagi penumpang dan pendinginan peralatan, pesawat AC menyajikan
tantangan khusus karena kepadatan berubah terkait dengan perubahan ketinggian,
kelembaban dan suhu udara luar.
Dalam kedua aplikasi kenyamanan dan proses, tujuan mungkin untuk tidak
hanya control suhu, tetapi juga kelembaban, kualitas udara dan pergerakan udara dari
ruang ke ruang.

2 Jenis
sistem ac yaitu sistem
sentral dan sistem unit. Sistem sentral biasa digunakan pada bangunan besar
dan luas, misalnya mall, hall, showroom, dimana dalam 1 ruangan dibagi
menjadi beberapa titik penempatan supali udara, yang dihubungkan menuju 1
sistem pengaturan sentral, dengan kapasitas yang lebih besar dibandingkan
sistem unit.

AC sistem unit merupakan AC dengan sistem satuan, dimana satu unit


compressor berhubungan hanya dengan 1 unit kondensor, biasanya dipasang
pada hunian yang tidak terlalu besar misalnya rumah tinggal.

2. Lokasi dan situasi tempat pemasangan:


a. Tempat aliran udara (indoor/outdoor) harus bebas tidak ada hambatan
untuk sirkulasi udaranya.

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


b. Tempat untuk pemeliharaan & service harus mudah dijangkau agar pada
waktu maintenance lebih mudah.
c. Tempat memasang unit rata dan kerataan bisa diukur menggunakan
waterphas.
d. Halangan atau gangguan sirkulasi udara (indoor/outdoor). Jarak
pemasangan outdoor minimal 20 cm untuk bagian sisi kiri dan belakang,
minimal 30 cm sisi kanannya. Dan 70 cm untuk sisi depan unit outdoor.
Untuk indoor jarak pemasangan diindor minimal 10cm sisi atas, kiri dan
kanan.
e. Gangguan lain terhadap pembuangan udara. Untuk indoor tidak boleh
berdekatan dengan sumber panas dan dengan pintu keluar masuk.Dan
oudoor tidak boleh ada benda apapun yang dapat menghalangi radiasi
panas dari kondensor.
f. Getaran bisa dikurangi dengan menggunakan karet mounting yang
biasanya sudah tersedia pada unitnya dan diupayakan untuk memasang
ditempat yang dapat meminimalkan bunyi berisik dan getaran dan yang
tidak mengganggu ketenangan tetangga.
g. Penampilan setelah pemasangan harusnya mengikuti ketentuan estetika
interior dan eksterior ruangan.

3. Jaringan kelistrikan:
a. Ukuran kabel (tata letak peng-kabel-an) memakai ukuran kabel 1,5 mm,
2.5 mm, 4 mm dsb.
b. Tegangan dan frekuensi, tegangan normal 220 V dan frequensinya 50 Hz
atau 60Hz untuk daerah tertentu.
c. Kekuatan hubungan pengkabelan.
d. Komponen/sarana pengaman (sistem grounding dan MCB) grounding
fungsinya untuk membuang kebocoran arus yang terjadi dan MCB
(Miniature Circuit Breaker) fungsinya untuk pemutus arus diukur dengan
Ampere.
e. Kapasitas saklar dan fuse/sikring dianjurkan memakai stop kontak kaki
tiga, dengan kwalitas yang baik.
f. Tegangan drop atau turun naik saat starting, tegangan drop bisa dinaikkan
dengan memakai stabiliser.
g. Jaringan listrik khusus untuk pemasangan unit dan outlet-nya.

4. Pengerjaan hubungan pemipaan indoor dan outdoor unit:

a. Ukuran pipa (diameter) harus sesuai dengan standar unit AC contoh


untuk AC 1/5 sampai 1 PK memakai pipa 3/8″ dan 1/4″
untuk AC 1 1/5 dan 2 Pk memakai pipa 1/2″ dan 1/4″.

b. Pekerjaan sistem isolasi (heat insulation) dengan menggunakan armaflek


atau isolasi pembungkus pipa.

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


c. Getaran saat unit di jalankan pada outdoor menggunakan karet mounting.
d. Appearance/penampilan
e. Jumlah freon (tambah atau buang karena ada perubahan panjang pipa)
dichek dengan menggunakan manifold dan pengukur ampere.
f. Periksa kebocoran gas dengan memakai leak detector atau busa sabun.
g. Pengaturan/instalasi oil trap harus dibuat setiap 5-7 meter dengan
ketentuan posisi outdoor diatas dan indoor dibawah ataupun sebaliknya.
h. Gangguan terhadap jalur pemasangan pipa.

5. Pengerjaan sistem ducting (jika diperlukan)

a. Ukuran pipa (diameter)


b. Pekerjaan sistem isolasi (heat insulation)
c. Getaran saat unit di jalankan
d. Suara dari sitem ducting yang di buat
e. Penampilan

6. Pengerjaan sitem pembuangan air (drainase)

a. Hubungan part/bagian sealing (anti bocor).


b. Pekerjaan sistem isolasi (heat insulation).
c. Pengaturan jarak ujung saluran drainage dengan tempat pembuangan akhir
(terutama saat musim hujan).
d. Meyakinkan, lancarnya air keluar dari evaporator (tuangkan segelas atau
lebih air ke area evaporator).
e. Pemasangan pipa drainase harus menghadap kebawah.
f. Periksa sistem pembuangan jika terkena air hujan atau tetesan air lainnya.
g. Penampilan.

7. Hal-hal lain:

a. Akurasi proses air purging (buang angin) dengan memakai vaccum air.
b. Pembukaan service valve dan pengecekan tekanan freon , suction atau
tekanan rendah 60-80 psi dan discharge/ tekanan tinggi 250-350 psi dan
disesuaikan dengan pengukuran ampere.
c. Pengukuran Ampere disesuaikan dengan yang tertera pada pamflet unit
dan disesuaikan dengan tekanan freon.
d. Cara pengoperasian AC yang baik dan benar bisa dibaca pada buku
petunjuk pemakaian.
e. Pengukuran temperature udara antara intake atau udara yang tersedot unit
indoor dan discharge suhu atau yang keluar perbedaannya lebih dari 8
derajat celcius.

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


BAB III

PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR BERSIH

1. Lantai 1

a. Toilet
Jumlah Toilet : 8 unit
Kebutuhan air : 50lt/org/hr
Jumlah Pengunjung : 25 org
Total : jumlah toilet x kebutuhan air x jumlah pengunjung
: 8 x 50 ltx 25 org
: 10.000 lt/hr

b. Wastafel
JumlahWastafel : 6 unit
Kebutuhan air : 50 lt/org/hr
Jumlah Pengunjung : 23 org
Total : jumlah wastafel x kebutuhan air x jumlah pengunjung
: 6 x 50 ltx 23 org
: 6.900lt/hr

c. Urinoir
JumlahUrinoir : 3 unit
Kebutuhan air : 50 lt/org/hr
Jumlah Pengunjung : 22 org
Total : jumlah urinoir x kebutuhan airxjumlah pengunjung
: 3 x 50 ltx 22 org
: 3.300lt/hr

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


TOTAL KEBUTUHAN AIR LANTAI 1 = 10.000 + 6.900 + 3.300
= 20.200 liter/hari

2. Lantai 2

a. Toilet
Jumlah Toilet : 8 unit
Kebutuhan air : 50 lt/org/hr
Jml pengunjung : 24 org
Total : jumlah toilet x kebutuhan airx jumlah pengunjung
: 8 x 50 lt x 24 org
: 9.600lt/hr

b. Wastafel
JumlahWastafel : 6 unit
Kebutuhan air : 50 lt/org/hr
Jml pengunjung : 25 org
Total : jumlahwastafel x kebutuhan air x jumlah pengunjung
: 6 x 50 lt x 25 org
: 7.500lt/hr
c. Urinoir
Jumlah Urinoir : 3 unit
Kebutuhan air : 50 lt/org/hr
Jumlah Pengunjung : 23 org
Total : jumlahurinoir x kebutuhan airx jumlah pengunjung
: 3 x 50 ltx 23 org
: 3.450lt/hr

TOTAL KEBUTUHAN AIR LANTAI 2 = 9.600 + 7.500 + 3.450


= 20.550 liter/hari

3.Lantai3

a. Toilet

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


Jumlah Toilet : 8 unit
Kebutuhan air : 50 lt/org/hr
Jml pengunjung : 24 org
Total : jumlah toilet x kebutuhan airx jumlah pengunjung
: 8 x 50 lt x 24 org
: 9.600lt/hr

b. Wastafel
JumlahWastafel : 6 unit
Kebutuhan air : 50 lt/org/hr
Jml pengunjung : 23 org
Total : jumlahwastafel x kebutuhan airx jumlah pengunjung
:6 x 50 lt x 23 org
: 6.900lt/hr

c. Urinoir
JumlahUrinoir : 3 unit
Kebutuhan air : 50 lt/org/hr
Jumlah Pengunjung : 25 org
Total : jumlahurinoir x kebutuhan airx jumlah pengunjung
: 3 x 50 ltx 25 org
: 3.750lt/hr

TOTAL KEBUTUHAN AIR LANTAI 3 = 9.600+ 6.900 + 3.750


= 20.250 liter/hari

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


TABEL REKAPITULASI POPULASI DAN KEBUTUHAN AIR DALAM GEDUNG

Keb.airperhari Keb.airsehari
Lantai NO. FungsiRuang JmlPengunjung
(liter/hari) (m³/hari)
WATER
LANTAI 1 1. 350 10.000 10
CLOSED
2. WASTAFEL 350 4.600 4.6
3. URINOIR 350 6.600 6.6

WATER
LANTAI 2 1. 350 9.600 9.6
CLOSED
2. WASTAFEL 350 5.000 5
3. URINOIR 350 6.900 6.9

WATER
LANTAI 3 1. 350 7.200 7.2
CLOSED
2. WASTAFEL 350 9.200 9.2
3. URINOIR 350 7.500 7.5

TOTAL 3150 66.600 66.6

3.3. Sumber Air

- Kebutuhan rata-rata per hari = 66.6m³/hri.


- Untukmengatasikebocorandankebutuhan air yang takterdugamakaditambahkan 10%
dankebutuhan rata-rata
= 66.6 + 10% x 66.6
= 66.6 + 6.6
= 73.2m³/hri.

3.3.1Deep well
Data maksimal yang diijinkanuntuksatubuah deep well = 150 ltr/mnit
150
Q= /60
1000
= 0,0025/2,5x10-3 m³/dtk
Digunakan3 deep well masing-masingakandipompaselama 8 jam dengan
V = 1,8 m/dtk
Menentukan diameter pipa deep well
Q=AxV
1
= x π x D² x V
4
1
= x 3.14 x 0.042² x 1.8
4
= 0,0025m/dtk

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


4 xQ
D=
Vxπ
4 x0,0025
=
1,8 x3,14
= 0,042m = 4,2 cm = 1,65 inch =42mm
makadigunakanpipabaja diameter = 50 mm = 2 inch.
Q
V=
A
0,0025
=
0,0014
= 1,785 m/dtik.
Total Q deep well = 3 x 2,5x10-3x 3600 dt/jam x 8 jam/hri
= 216 m³/jam/hri.

3.4 Tangki Air


3.4.1Row Water Tank (RWT)
- Berubah menampung air dari deep well
- Direncanakan pemompaan selam 6 jam
( pukul 05.00 – 07.00 , 10.00 – 12.00 , 16.00 – 18.00 WIB )
1
- Pemompaanperjam aktif = x 100 %
14
= 7.14 %
- Lama pemompaan6 jam atau14 jam maka
14
= x7,14% = 16,66 %`
6

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


TABEL PERHITUNGAN KAPASITAS ROW WATER TANK (RWT)

Pengisian Pemakaian
Pukul Selisih
Sendiri Akumulasi Sendiri Akumulasi
00.00 - 01.00 0 0 0 0 0
01.00 - 02.00 0 0 0 0 0
02.00 - 03.00 0 0 0 0 0
03.00 - 04.00 0 0 0 0 0
04.00 - 05.00 0 0 0 0 0
05.00 - 06.00 11.1 11.1 0 0 0
06.00 - 07.00 11.1 22.2 0 0 0
07.00 - 08.00 0 22.2 0 0 11.1
08.00 - 09.00 0 22.2 6.66 6.66 15.54
09.00 - 10.00 0 22.2 6.66 13.32 8.88
10.00 - 11.00 0 22.2 6.66 19.98 2.22
11.00 - 12.00 11.1 33.3 6.66 26.64 6.66
12.00 - 13.00 11.1 44.4 6.66 33.3 11.1
13.00 - 14.00 0 44.4 6.66 39.96 4.44
14.00 - 15.00 11.1 44.4 6.66 46.02 1.62
15.00 - 16.00 0 55.5 6.66 53.28 2.22
16.00 - 17.00 11.1 66.6 6.66 59.94 6.66
17.00 - 18.00 11.1 66.6 6.66 66.6 0
18.00 - 19.00 11.1 66.6 0 66.6 0
19.00 - 20.00 0 66.6 0 66.6 0
20.00 - 21.00 0 66.6 0 66.6 0
21.00 - 22.00 0 66.6 0 66.6 0
22.00 - 23.00 0 66.6 0 66.6 0
23.00 - 00.00 0 66.6 0 66.6 0

Kapasitas Raw Water Tank = ((max + min))% x Q deep well


= ((66.6 +0 ))% x 216 m³/hari
=183.86 m³

Direncanakan Raw Water Tank berbentuk rectangular


dengansatukompartemendanberukuran :
Free board = 0,3 m
Tinggi + free board = 2,5 m
Lebar = 4,32 m
Panjang =5m

Laporan Praktikum Utilitas Gedung


BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah kami melaksanakan Praktikum Utilitas Gedung, hingga selesainya

pembuatan Laporan ini, kami menarik beberapa kesimpulan , diantaranya adalah :

1. Dalam melaksanakan praktikum, kerja sama antar anggota kelompok


sangat diutamakan ;
2. Pemahaman atau penguasaan terhadap teori Utilitas Gedung sangat penting
bagi keberhasilan dalam pelaksanaan praktikum ;
3. Ketelitian dalam segala hal merupakan faktor penting dalam perolehan data
lapangan yang lebih valid .

B. Saran
Dalam pelaksanaan praktikum keseriusan sangat penting dalam memperoleh
hasil akhir yang sempurna karena sangat dibutuhkan ketelitian yang tinggi sebab
kesalahan sedikit dalam perhitungan dapat menyebabkan kesalahan yang fatal.Selain
itu asisten juga hendaknya ikut berperan aktif membantu,demi kelancaran praktikum
dan penyusunan laporan.

Laporan Praktikum Utilitas Gedung

Anda mungkin juga menyukai