Utilitas Gedung PDF
Utilitas Gedung PDF
UTILITAS GEDUNG
Disusun Oleh :
Witri Kuswanto
10/303246/NT/14171
SEKOLAH VOKASI
2011
Witri Kuswanto
10/303246/NT/14171
Diperiksa :
Disetujui :
Dosen
Ir.Ir.Sindu
SinduNuranto,
Nuranto,MT.
MT.
196206131989031002
196206131989031002
Dosen Dosen
197109061998031002
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Utilitas Gedung ini dengan baik. Laporan ini kami susun
pada mata kuliah Utilitas Gedung pada semester tiga ini.
1. Bapak Ir.Heru Budi Utomo. M.T. sebagai Ketua Program Diploma Teknik Sipil
2. Bapak Ir.Sindu Nuranto,M.T. sebagai dosen pembimbing mata kuliah Utilitas Gedung
3. Bapak Dr.Eng.M.Sulaiman,S.T.,M.T. sebagai dosen pembimbing mata kuliah Utilitas Gedung
4. Bapak Ir.Suryo Darmo,M.T. sebagai dosen pembimbing mata kuliah Utilitas Gedung
5. Saudara Singgih Subianto sebagai asisten dosen yang membimbing dalam mata kuliah Utilitas
Gedung
6. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu pembuatan Laporan Utilitas Gedung
7. Laporan Utilitas Gedung ini kami buat sebagai salah satu tugas utama Mata Kuliah Utilitas
Gedung.
Akhir kata semoga Laporan Utilitas Gedung ini banyak memberi manfaat dan menambah
wawasan kita semua. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, kesempurnaan hanya ada pada-Nya, maka
apabila ada kesalahan dalam Laporan ini, kami kelompok 2A’10 mohon maaf sebesar-besarnya. Untuk
itu kami juga memohon saran
dan kritik yang membangun untuk memperbaiki dan melengkapi Laporan ini.
Penyusun,
Witri Kuswanto
HALAMAN JUDUL.............................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... iii
LEMBAR ASISTENSI........................................................................................................ iv
DAFTAR ISI......................................................................................................................... v
BAB I Pendahuluan
A. Air Bersih
B. Air Kotor
C. Sistem Splingkler (Hydran)
D. Instalasi AC
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A. AIR BERSIH
1. Latar Belakang
Akses terhadap air bersih dan sanitasi merupakan salah satu fondasi inti dari
masyarakat yang sehat, sejahtera dan damai. Hampir 50 persen rumah tangga di
wilayah perkotaan dan pedesaan di Indonesia kekurangan layanan-layanan dasar
seperti ini. Sistem air bersih dan sanitasi yang baik akan menghasilkan manfaat
ekonomi, melindungi lingkungan hidup, dan vital bagi kesehatan manusia.
Masyarakat tidak selalu menyadari pentingnya kebersihan. Praktik-praktik kebersihan
yang ada seringkali tidak kondusif bagi kesehatan yang baik, dan kakus tidak
dipelihara atau digunakan dengan baik.
Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :
Kualitas air harus memenuhi 3 syarat :
1. Syarat fisik
Tidak berwarna, tidak berbau.
2. Syarat kimia
Tidak mengandung zat kimia yang merugikan manusia (racun) dan tidak
mengurangi efektivitas distribusi pipa-pipa.
3. Syarat bakteriologis
Tidak mengandung bakteri maupun organik lain yang dapat menyebabkan
penyakit : Tipus, Kolera, Disentri, Cacingan dan sebagainya.
Pengaruh pemanasan global saat ini juga mendorong untuk mengatasi berbagai
permasalahan vital diantaranya kebutuhan akan pasokan air bersih yang berkualitas
dan berkuantitas baik, ditengah cuaca yang tidak menentu dan mulai berkurangnya
sumber air dari alam, sehingga diperlukan suatau perencanaan yang sistematis untuk
menjangkau semua pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat.
a. Mengetahui spesifikasi jenis air bersih dan air minum, standar penggunaan dan
penyesuaian terhadap pemenuhan kebutuhan penghuni bangunan
b. Merancang secara rinci sistem plambing air bersih yang terdiri dari:
a. sistem perpipaan air bersih
b. perhitungan kebutuhan sistem penyediaan sistem air bersih
c. Gambar detail jalur sistem plambing air bersih
3. Ruang Lingkup
Perencanaan Tugas ini dilakukan sebagai syarat lulus mata kuliah Utilitas
Gedung yang bisa diterapkan di lapangan dimana tugas tersebut meliputi :
a. Perencanaan system plambing unit air bersih secara keseluruhan dalam sebuah
bangunan gedung
b. Unit pekerjaan instalasi plambing yang direncanakan sesuai dengan aplikasi dan
terapan dalam lingkungan sekitar dan kehidupan masyarakat umum
c. Perencanaan sistem plambing dilakukan terhadap gedung dengan ketinggian 6
lantai.
d. Sistem perencanaan air bersih ini merupakan salah satu bagian dari perencanaan
utilitas lain seperti pembuangan air kotor, pemadam kebakaran, dan instalasi AC
yang berkaitan satu sama lain.
e. Hal utama dalam perencanaan system plambing air bersih yang akan dikerjakan
pada praktikum utilitas gedung ini diantaranya :
1. Perhitungan kebutuhan air bersih
2. Rancangan system perpipaan
3. Penentuan kebutuhan alat plambing
4. Perhitungan kebutuhan alat-alat plambing
A. Air Kotor
1. Latar Belakang
Siklus merupakan hal yang mutlak dalam suatau alur. Di dalam utilitas
sebuah gedung, juga terjadi suatu siklus yang berhubungan dengan system
pemenuhan kebutuhan manusia yang berupa air. Manusia membutuhkan air dalam
kehidupan mereka sehari – hari, untuk memasak, mencuci, mandi, dan lain
sebagainya. Selama proses pemakaian dan pemenuhan kebutuhan air tersebut,
tidak semua air yang tersedia habis dipakai, karena ada sebagian air yang
digunakan jumlahnya tetap, hanya kualitasnya saja berkurang, bahkan mungkin
sudah tidak dapat digunakan lagi, misalnya air bekas mencuci piring, mandi, dan
sebagainya.
Air yang sudah digunakan dan berkurang kualitasnya, tidak mungkin dapat
dikonsumsi kembali kecuali telah didaur ulang atau diolah kembali, sehingga
menjadi bersih. Lalu, kemana kita mengalirkan air buangan yang sudah tidak
a. Secara system utilitas dalam sebuah gedung, pemisahan saluran antara air bersih
dan air kotor mutlak dilakukan karena factor kesehatan mnusia.
b. Perencanaan instalasi yang sistematik sangat diperlukan, sehingga jika suatu saat
terjadi kebocoran atau hal lain, perbaikan dapat dilakukan dengan mudah.
c. Dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap lingkungan sekitar bangunan
gedung, karena sistem pembuangan direncanakan dengan baik, sehingga hal-hal
yang yang tidak baik disebabkan oleh bau, tanki septik yang mencemari tanah,
tidak terjadi.
3. Ruang Lingkup
Perencanaan tugas praktikum ini akan dilakukan dengan batasan yang diambil
adalah :
a. Sistem plumbing yang direncanakan merupakan sistem instalasi air kotor secara
keseluruhan dan juga meliputi sarana pompa dan peralatan lainnya.
b. Perencanaan sistem plumbing dilakukan terhadap bangunan gedung 6 lantai
c. Pemisahan jenis air kotor ditentukan berdasarkan jenis bangunan yang menjadi
dasar perencanaan system plambing, yaitu apartemen.
d. Perhitungan dan perencanaan kebutuhan perlengkapan instalasi air kotor
disesuaikan dengan standar dimana praktikum dilakukan.
e. Hal lain yang merupakan aplikasi dan terapan perencanaan system plambing air
kotor ini disesuaikan dengan lingkungan sekitar bangunan pada khususnya dan
masyarakat umum pada umumnya.
a. sebagai penanganan pertama dari kecelakaan kebakaran agar api tidak menyebar
atau untuk mengatasi agar kobaran api tidak membesar.
b. Dapat menyesuaikan antara jenis bangunan dengan sistem penanggulangan
kebakaran yang dipakai, jumlah penghuni dan jumlah hydrant/springkler yang
direncanakan.
c. Menyesuaikan berdasarkan keterkaitan antara springkler/hydrant dengan sistem
penyediaan air bersih yang dibahas pada subbab sebelumnya, yang berhubungan
dengan jumlah dan aliran air bersih untuk suplai pemadaman kebakaran dalam
bangunan gedung.
3. Ruang Lingkup
a. mencakup persyaratan minimal terhadap instalasi pemadam kebakaran sistem
springkler otomatis dengan instalasi pipa basah dengan sasaran penyediaan
instalasi pemadam kebakaran pada bangunan gedung bertingkat, bangunan industri
dan bangunan-bangunan lainnya sesuai dengan klasifikasi sifat hunian.
3. Ruang Lingkup
a. Meliputi perencanaan keseluruhan, karena berkaitan dengan system pembuangan
air kotor hasil olah tata udara
b. Perencanaan instalasi AC disesuaikan dengan jenis bangunan, yakni gedung
apartemen 6 lantai, serta jumlah penghuni maksimal didalamnya.
c. Perhitungan kebutuhan dan penyediaan alat-alat system AC disesuaikan dengan
standar yang ada disekitar dimana bangunan dibuat atau laporan praktikum ini
disusun.
E. Metodologi Perancangan
Metodologi penyusunan laporan praktikum utilitas gedung ini meliputi :
1. Pengumpulan data
a. Studi literatur tentang sistem plambing, termasuk didalamnya instalasi air
bersih, pembuangan air kotor, sistem penanggulangan kebakaran dan
instalasi pengolaha tata udara ( AC )
b. Gambar denah gedung bangunan 3 lantai
c. Gambar Blue Print gedung dan denahkawasan.
2. Pengolahan data berdasarkan gambar denah bangunan gedung, meliputi :
a. Perhitungan kebutuhan penyediaan air (bersih dan kotor)
b. Penentuan kebutuhan alat-alat plambing secara spesifik dan lengkap
c. Rancangan sistem perpipaan
d. Rancangan detail sistem plambing
e. Perhitungan kebutuhan alat-alat plambing dan anggaran yang
direncanakan
3. Penyusunan laporan akhir
DASAR-DASAR PERENCANAAN
b. Kualitas Air
Ketentuan kualitas air Menurut SNI 03-6481-2000 adalah sebagai berikut :
1. Hanya air yang memenuhi persyaratan air minum sesuai SNI No. 01-0220-1987
tentang air minum yang boleh dialirkan ke alat plambing dan perlengkapan
plambing yang dipergunakan untuk minum, masak, pengolahan makanan,
pengalengan atau pembungkusan, pencucian alat makan dan minum, alat dapur
atau untuk keperluan rumah tangga sejenis lainnya.
2. Air bersih yang tidak memenuhi persyaratan air minum hanya dibatasi untuk
kloset, peturasan dan alat plambing serta perlengkapan lainnya yang tidak
memerlukan air yang memenuhi persyaratan air minum. Semua kran dan alat
yang dialiri air yang tidak memenuhi persyaratan air minum harus diberi tanda
dengan jelas bahwa air tersebut membahayakan kesehatan.
3. Jet Washer atau perangkat pembersih lainnya atau pancuran yang dipasang pada
kloset dan peturasan untuk membersihkan bagian badan harus dialiri dengan air
yang memenuhi persyaratan air minum.
Air minum dengan kualitas yang baik adalah air dengan kualitas yang
telah memenuhi standar kualitas air yang berlaku. Beberapa standar kualitas air
minum yang berlaku di Indonesia antara lain:
a. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKESPER/VII/2002 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum.
b. Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. Kep-
02/Men KLH/I/1998 tentang Baku Mutu Perairan Darat, Laut dan Udara.
Dan air yang diambil dari tangki atas melalui pipa pembagi utama
dianggap sebesar Qp. Makin dekat Qpu dengan Qp makin kecil ukuran tangki
atas. Dari persamaan 3.4 di atas dapat dilihat bahwa kalau Qpu = Qp , maka
volume tangki adalah:
2. Diameter Pipa
Diameter pipa hisap biasanya ditentukan sedemikian sehingga
kecepatan aliran air antara 2 sampai 3 m/dtk. Pada pompa tekanan rendah
biasanya kecepatan dalam pipa keluar diusahakan antara 2 sampai 3 m/dtk
(kadang-kadang sampai 4 m/dtk), dan pada pompa tekanan tinggi antara 4
sampai 5 m/dtk (kadang-kadang sampai 6 m/dtk)
Dalam hal dimana pompa menghisap air dari tangki bawah dan tekanan
pada muka air tangki tersebut sama dengan tekanan udara luar, sedangkan
tekanan pada muka air tangki atas juga sama dengan tekanan udara luar,
maka Ha yang nilainya sama dengan ( Hs + Hd ), adalah jarak vertikal dari
muka air tangki bawah sampai lubang keluar pipa tekan yang ada di atas
muka air tangki atas. Kalau lubang keluar pipa tersebut terbenam dalam air
tangki atas, maka jarak tadi di ukur sampai muka air tangki atas.
2. Daya Pompa
Daya hidraulik pompa adalah daya yang dimasukkan ke dalam air oleh
rotor atau torak pompa sehingga air tersebut dapat mengalir. Daya poros
pompa adalah daya yang harus dimasukkan ke dalam poros pompa.
N p = N h /η p (Persamaan 3 10)
Dimana:
ηp = Efisiensi pompa
Daya motor penggerak pompa Nm harus lebih besar dari pada daya poros
pompa; kelebihannya bergantung pada jenis motor dan hubungan poros pompa
dengan poros motor.
N m = N p × (1 + A) /(η p × η k ) (Persamaan 3 11)
Dimana:
Besarnya laju aliran air pada pipa dapat dicari dengan memplotkan nilai
yang sudah diketahui tersebut pada kurva kebutuhan air (Gambar 3.4).
Selanjutnya dari data jenis alat plambing dan laju aliran tersebut, dapat
diperoleh ukuran pipa yang dikehendaki, dengan menggunakan gambar 3.6,
3.7, dan 3.8.
2. Bedpan washer 25 25
3. Bidet 15 15
4. Gabungan bak cuci dan dulang cuci 15 15
pakaian
5. Unit dental atau peludahan 10 -
6. Bak cuci tangan untuk dokter gigi 15 15
7. Pancuran air minum 10 -
8. Bak cuci tangan 10 10
9. Bak cuci dapur 15 15
10. Bak cuci pakaian 15 15
11. Dus, setiap kepala 15 15
12, Service sink 15 15
13. Peturasan pedestal berkaki 25 -
14. Peturasan, wall lip 15 -
15. Peturasan, palung 20 -
16. Peturasan dengan tangki gelontor 10 -
17. Bak cuci, bulat atau jamak (setiap 15 15
kran)
18. Kloset dengan katup gelontor 25 -
19. Katup dengan tangki gelontor 10 -
Sumber : SNI 03-6481-2000
Diantara kedua sistem ini agak sulit dinyatakan sistem mana yang terbaik. Masing-
masing sistem mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan lebih banyak
ditentukan oleh ciri khas konstruksi atau penggunaan gedung dan oleh selera atau
prefensi perancangnya.
(Sumber :
Soufyan –
Morimura)
Tabel.3.3
Diameter
minimum, perangkap dan pipa buangan alat plambing
Catatan:
4) Pipa Ven harus dipasang kalau ukuran pipa buangan 40 mm. Kalau ada
keraguan tenang ukuran pipa Ven hendaknya dipasang ukuran pipa buangan 50
mm.
6) Di beberapa negara bagian Amerika Serikat jenis ini dilarang, karena letak
lubang air keluar rendah sehingga ada ke khawatiran pencemaran oleh air kotor
dan alat plambing lainya.
7) Ada dua macam dengan ukuran pipa buangan 75 dan 100 mm.
8) Ada dua macam perangkap dan pipa buangan, sesuai dengan tipe bak cucinya.
10) Untuk kamar mandi “barat” sebenarnya tidak dipasang buangan lantai. Kalau
memang diperlukan, seperti dalam kamar mandi Indonesia, ukuran harus
disesuaikan dengan banyaknya air yang dibuang.
11) Tabel ini tidak digunakan alat plambing dengan perangkap yang menyatu
didalam dan pipa buangan alat plambing tidak boleh lebih kecil dari pada
keluar alat plambing tersebut. Untuk kloset pipa buangan boleh diperkecil
sampai 75 mm.
5. Interval cabang
Seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.24(c), kalau jarak pada pipa
tegak, antara cabang mendatar lantai 1 dengan tempat sambungan cabng mendatar
dari lantai diatasnya dengan pipa tegak, kurang dari 2,5 m maka lebih baik kalau
cabang mendatar dari lantai 1 tersebut disanbungkan langsung kepada riol gedung
dan tidak ke pipa tegak.
Tabel 3.4 Unit alat plambing sebagai beban, setiap alat atau kelompok
Untuk alat--alat plumbing yangg tidak tercantum dalm Tabel 3.4 nilai Unit alat
plumbing dapat diperkirakan dengan Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Unit alat plambing sebagai beban, untuk alat plambing yang tidak
ada dalam tabel 3.4
Pipa ofset telah dijelaskan secara singkat dalam gambar 3.22 dan berikut ini
dijelaskan cara menentukan ukuranya.
a) Pipa ofset 45°C atau kurang
Pipa ofset dengan sudut 45°C atau kurang terhadap garis tegak
ditentukan ukuranya seperti menentukan ukuran pipa tegak.
Ada pipa pengering alat plumbing atau cabang mendatar disambungkan
dalm jarak 600 mm diatas atau dibawah pipa ofset, sebaiknya dipasang
Ven pelepas pada pipa tegak. Ini tidak perlu untuk ofset yang dipasang
dibawah cabang mendatar paling rendah.
Ven pelepas untuk ofset perlu dipasang, kecuali kalau ofset tersebut
berada dbawah cabang mendatar terendah. Sebaiknya tidak ada cabang
mendatar yang disambungkan pada pipa tegak dalam jarak 600 mm di atas
maupun di bawah ofset.
a. Contoh 1
Dengan gambar 3.25 sebagai contoh, berdasarkan Tabel 3.3,3.4 dan 3.6
ditentukan ukuran-ukuran pipa pembuangan.
b. Contoh 2
2) Pipa cabang
cabang mendatar dari kaki pipa tegak sampai pipa pembuangan
gedung ditentukan ukuranya dengan Tabel 3.7.
6) Dengan
engan cara yang sama ditentukan ukuran pipa diantara c sampai d, dan
antara d sampai e.
c. Contoh 3
Seperti pada Gbr 3.27, pada Gbr 3.26 air buangan yang dipompakan dari
bak penampung
mpung digabungkan pada titik b” diantara b dan c. Laju aliran pompa
pembuangan dapat dikonversikan menjadi nilai unit alat plambing dengan
membagikanya dengan 3 liter/dikalikan dua .
2. Efek hisapan dapat terjadi pada air perangkap alat plambing yang
dipasang dekat dengan pipa tegak, dan dalam pipa tegak tersebut tiba-
tiba
tiba da aliran air buangan yang cukup besar masuk dari cabang mendatar
Sebagai mana diperlihatkan dalam gambar 3.1, ada beberapa jenis pipa
ven yang dibagi berdasarkan tujuannya. Jenis pipa ven tersubut adalah
tunggal, ven lup(loop ven) dan pipa tegak. Sistem ven yang mengunakan jenis-
jenis pipa ven tersebut dinamakan sistem ven tunggal, sistem ven lup, dan
sistem ven pipa tegak.
Secara umum pada dasarnya system pembuangan harus dilengkapi degan
kombinasi pipa-pipa ven berikut ini:
Ven pipa tegak dan ven tunggal atau pipa tegak dan pipa luv.
Walaupun demikian pada banyak gedung dapat ditemui sekaligus ketiga
jenis pipa ven tersebut, mengigat lokasi dan penglompokan alat plambingnya.
Disamping itu masih ada pipa ven lainya yang merupakan tambahan atau
perubahan atas tiga jenis tersebut diatasnya.
b. Sistem ven
1. Sistem ven tunggal
Ini adalah system ven dimana pada setiap alat plambing dipasang sebuah ven.
Walupun system ini yang terbaik, tetapi sistem ini paling banyak menggunakan
bahan (pipa).
Kalau pada cabang mendatar pipa air buangan tersebut ada cabang lagi,
maka pada cabang tambahan tersebut perlu di pasang pipa ven lup lainnya.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan pada sistem ven lup adalah sebagi
berikut:
1. Bagian pipa pengering alat plambing yang tidak dipasang ven, maksimum
panjangny 1,8 m untuk diameter 75 mm atau kurang dan 3, m untuk diameter
100 mm ke atasnya.
2. Pipa ven lup harus disambungkan kepada ven pipa tegak atau pipa tegak ven
atau langsung terbuka udara luar.
3. Pada setiap lantai kecuali untuk gedung satu tingkat, cabang mendatar yang
melayani lebih dari 8 kloset dan sejenisnya, harus dipasang ven pelepas di
depan sambungan pipa pengering alat plambing pada cabang mendatar
tersebut.
4. Walaupun diterapkan sistem ven lup, sebaiknya untuk bak cuci tangan dan bak
cuci lainya dipasang ven tungal untuk mencegah efek sifon-sendiri, karena ada
kekhwatiran bahwa ven lup tidak cukup.
System ini dapat diterapkan pada gedung dimana pipa tegak air
buangan dapat dipasang dekat alat-alat plambing, seperti pada gedung rumah
susun (apartement ).
Gbr 3.29 Contoh sistem pipa ven basah (diameter pipa hanya sebagai
referensi)
Bagian pipa antara titik A dan B berfungsi sebagai pipa pembuangan air
dari bak cuci tangan dan juga sebagai pipa ven bak mandi. Bagian pipa inilah
yang disebut pipa ven basah.
3. System ven balik : sistem ini diterapkan kalau pipa ven tunggal tidak dapat
dismbungkan ke pipa ven lainya yang lebih tinggi maupun langsung dibuka
ke udara luar sehingga harus dibelokan kebawah terlebih dahulu.
Sebenarnya dapat dikatakan bahwa cara ini kurang alamiah. Lihat gambar
3.28.
4. Sistem ven yoke
yoke : pipa tegak air kotor bekas yang melayani lebih dari
sepuluh interval cabang harus di lengkapi pipa ven yoke untuk setiap
sepuluh interval cabang dihitung dari cabang lantai paling atas.
a) Ujung terbuka
1. Pipa ven yang menembus atap, ujung yang terbuka ke udara luar
harus berada sekurang-kurangnya 15 cm diatas bidang atap
tersebut.
2. Kalau atap digunakan sebagai taman, tempat bermain, jemuran
pakaian dsb, di daerah dimana pipa ven kan menembus, ujung pipa
yang terbuka ke udara harus berada sekurang-kurangnya 2 m diatas
bidang atap tersebut.
3. Ujung pipa ven tidak boleh digunakan sebagai tiang bendera,
antena televisi dsb.
Sering kali ujung pipa ven ditempatkan dekat pintu masuk, jendela,
lubang masuk udara ventilasi ruangan dsb. Dalam hal demikian perlu
diperhatikan persyaratan berikut :
1. Ujung pipa ven tidak boleh berada langsung di bawah pintu, lubang
masuk udara ventilasi, dan juga tidak boleh berada dalam jarak 3
meter horizontal dari padanya kecuali kalau sekurang-kurangnya 60
cm di atasnya.
2. Kontruksi bagian pipa ven menembus atap harus sedemikian hingga
tidak mengganggu fungsinya.
3. Ujung pipa ven tidak oleh ditempatkan di bawah bagian atap yang
menjorok keluar karena gas-gas dalam pipa pembuangan mungkin
akan terkumpul dan dapat menimbulkan gangguan.
4. Di lingkungan tertentu mungkin perlu dipasang kawat saringan
untuk mencegah masuknya daun-daun kecil atau burung bersarang
di dalamnya. Perlu diperhatikan bahwa luas penampang bebas pada
saringan tersebut harus sama atau lebih besar dari luas penampang
pipa ven tersebut.
Ukuran ven pipa tegak tidak boleh kurang dari ukuran pipa tegak air
buangan yang dilayaninya dan selanjutnya tidak boleh diperkecil ukurannya
sampai ujung terbuka.
Ukuran pipa ven tunggal minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari
setengah kali diameter pipa pengering alat plambing yang dilayaninya.
Ukuran pipa ven pelepas untuk offset pipa pembuangan harus sama dengan
atau lebih besar dari pada diameter pipa tegak ven atau pipa tegak air
buangan(yang terkecil diantara keduanya).
Ukuran pipa ven yoke harus sama dengan atau lebih besar dari pada
diameter pipa tegak vena tau pipa tegak buangan (yang terkecil diantara
keduanya).
Ukuran pipa ven untuk bak penampung air buangan minimum harus 50
mm dalam keadaan apapun.
Bagian pipa ven mendatar, tidak termasuk bagian “pipa ven dibawah lantai”,
tidak boleh lebih dari 20 % dari seluruh panjang ukurnya.
b. Syarat-syarat
syarat bagi perangkap
Pada dasarnya suatu perangkap harus memenuhi syarat-syarat
syarat sebagaimana
diuraikan di bawah ini :
1) Kedalaman
laman air penutup
Kedalaman air penutup ini biasanya berkisar antara 50 samapi 100 mm.
Angka tersebut walaupun belum pernah diseilidiki secara ilmiah, tetapi
berdasarkan pengalaman telah diterima di negara manapun pada saat ini.
Dengan kedalaman minimum sebesar 50 mm, sebenarnya dalam keadaan
ada tekanan (positif dan negatif) sebesar 25 mm kolom air akan tetap
dapat diperoleh penutup air 25 mm.
Air penutup tersebut dapat terdorong ke dalam pipa pembuangan oleh
tekanan positif dalam alat plumbing, atau tersedot
tersedot ke dalam pipa
pembuangan oleh tekanan negatif dalam pipa pembuangan. Untuk
mencegah hal tersebut, pemilihan ukuran pipa serta konstruksinya harus
c. Jenis-jenis perangkap
Perangkap alat plambing dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Yang dipasang pada alat plumbing
1. Klasifikasi Bahaya
ahaya Kebakaran
Bahaya kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Kelompok I
Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan
bahan yang
mempunyai nilai kemudahan
kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah
terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2.5 meter dan apabila terjadi kebakaran,
melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api sedang.
2. Kelompok II
Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan
bah yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah
terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api sedang.
3. Kelompok III
2. Klasifikasi Bangunan
Menurut tinggi dan jumlah lantai maka bangunan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Klasifikasi
Ketinggian dan Jumlah Lantai
Bangunan
3. Sistem Hidran
b. Automatic-Dry
Merupakan suatu sistem stand pipe kering, biasanya diisi dengan udara
bertekanan dan dirangkaikan dengan suatu alat, seperti dry pipe valve,
untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya secara otomatis dengan
membuka suatu hose value.
a. Menghemat kerja pompa
b. Pompa akan bekerja secara otomatis pada saat alarm berbunyi, sehingga air
akan segera mengalir untuk menanggulangi kebakaran.
2. Semi Automatic-Dry
3. Manual-Wet
Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang sedikit,
hanya untuk memelihara keberadaan air dalam pipanya, namun tidak memiliki
untuk memenuhi seluruh kebutuhan sistem. Suplai air sistem diperoleh dari fire
department pumper.
4. Manual-Dry
Merupakan suatu sistem stand pipe yang tidak memiliki suplai air yang
permanen. Air yang diperlukan diperoleh dari suatu fire department pumper,
untuk kemudian dipompakan ke dalam sistem melalui fire department
connection.
Kelas II
Merupakan suatu sistem stand pipe yang harus menyediakan hose connection
berdiameter 1½ inchi untuk mensuplai airnya, digunakan oleh penghuni gedung atau
petugas pemadam kebakaran selama tindakan pertama. Pengecualian dapat
dilakukan dengan menggunakan hose connection 1 inchi jika kemungkinan bahaya
sangat kecil dan telah disetujui oleh instalasi atau pejabat yang berwenang.
Kelas III
Merupakan suatu sistem yang harus menyediakan baik hose connection berdiameter
1½ inchi untuk digunakan oleh penghuni gedung maupun hose connection
berdiameter 2½ inchi untuk digunakan oeh petugas pemadam kebakaran ada orang-
orang yang telah terlatih untuk kebakaran berat.
6. Disain/Perancangan
1. Penentuan letak hose connection
Pada sistem stand pipe kelas I, jika bagian terjauh dari suatu lantai/tingkat yang
tidak bersprinkler melebihi 150 ft (45.7 m) dari jalan keluar (exit) atau melebihi 200
ft (61 m) untuk lantai yang tidak bersprinkler, perlu dilakukan penambahan hose
connection pada lokasi yang diperlukan oleh petugas pemadam kebakaran.
7. Prosedur perhitungan
Penentuan ukuran pipa dan kehilangan tekan yang ditimbulkan dilakukan denga
cara yang sama pada sistem penyediaan air bersih, yaitu menggunakan persamaan
Hazen-William. Pipa yang digunakan juga merupakan jenis pipa Galvanis baru.
Setiap stand pipe harus disediakan draining, suatu drain valve dan pipanya,
diletakkan pada titik terendah pada stand pipe. Penentuan suatu stand pipe drain
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Ukuran Drain
Ukuran Stand Pipe
Connection
Sumber: NFPA 14, “Standar Installation for Standpipe and Hose Systems”, 1996
Edition
9. Suplai Air (Water Supply)
Untuk Sistem kelas I, water supply harus cukup untuk memenuhi kebutuhan sistem
seperti yang telah diuraikan di atas selama sedikitnya 30 menit.
7. Sistem Sprinkler
Sistem sprinkler harus dipasang terpisah dari sistem perpipaan dan
pemompaan lainnya, serta memiliki penyediaan air tersendiri. Beberapa definisi
mengenai komponen sistem di antaranya:
- Branch (cabang) adalah pipa di mana sprinkler dipasang, baik secara langsung atau
melalui riser
- Cross main (pipa pembagi) adalah pipa yang mensuplai pipa cabang, baik secara
langsung atau melalui riser
- Feed main (pipa pembagi utama) adalah pipa yang mensuplai pipa pembagi, baik
secara langsung atau melalui riser
3. Deluge System
Adalah sistem yang menggunakan kepala sprinkler yang terbuka
disambungkan pada sistem perpipaan yang dihubungkan ke suplai air melalui
suatu valve. Valve ini dibuka dengan cara mengoperasikan sistem deteksi yang
dipasang pada area yang sama dengan sprinkler. Ketika valve dibuka, air akan
mengalir ke dalam sistem perpipaan dan dikeluarkan dari seluruh sprinkler yang
ada.
Group II adalah adalah gedung atau bagian dari gedung yang memiliki kuantitas dan
keterbakaran isi gedung sedang, dan timbunan benda-benda yang mudah terbakar
tidak lebih dari 12 ft (3.7 m). Contohnya gudang cold storage, pabrik pakaian,
tumpukan buku perpustakaan, percetakan, dan pabrik tembakau.
Group I adalah hunian bahaya kebakaran tinggi yang tidak atau hanya sedikit
mengandung cairan yang flammable atau yang combustible.
Group II adalah hunian bahaya kebakaran tinggi yang mengandung cairan yang
flammable atau yang combustible dalam jumlah sedang.
Non Combustible
Combustible
Unobstructed
Combustible
168 15 130 15 100 12
Obstructed
Sprinkler harus dirancang sesuai dengan tabel 3.1.4 dan gambar 3.1.1
Sprinkler harus diletakkan sedemikian rupa sehingga berjarak tiga kali lebih besar
dari dimensi maksimal penghalang
penghalang sampai maksimal 24 inchi (609 mm) (Lihat
gambar 3.1.3)
Untuk keperluan ini biasanya digunakan jenis pompa sentrifugal sehingga bila
head pompa pada saat katup ditutup melebihi tekanan kerja dari peralatan
perlindungan kebakaran maka dipasang katup pelepas tekan pada bagian outlet pompa
untuk melindungi sistem dari kerusakan akibat
akibat tekanan yang berlebihan.
Tabel 3.1.6 Pipa Schedule I untuk hunian Jenis Light Hazard dengan Bahan pipa Baja
1 2
1¼ 3
1½ 5
2 10
2½ 30
3 60
3½ 100
3. S
iste
2 Jenis
sistem ac yaitu sistem
sentral dan sistem unit. Sistem sentral biasa digunakan pada bangunan besar
dan luas, misalnya mall, hall, showroom, dimana dalam 1 ruangan dibagi
menjadi beberapa titik penempatan supali udara, yang dihubungkan menuju 1
sistem pengaturan sentral, dengan kapasitas yang lebih besar dibandingkan
sistem unit.
3. Jaringan kelistrikan:
a. Ukuran kabel (tata letak peng-kabel-an) memakai ukuran kabel 1,5 mm,
2.5 mm, 4 mm dsb.
b. Tegangan dan frekuensi, tegangan normal 220 V dan frequensinya 50 Hz
atau 60Hz untuk daerah tertentu.
c. Kekuatan hubungan pengkabelan.
d. Komponen/sarana pengaman (sistem grounding dan MCB) grounding
fungsinya untuk membuang kebocoran arus yang terjadi dan MCB
(Miniature Circuit Breaker) fungsinya untuk pemutus arus diukur dengan
Ampere.
e. Kapasitas saklar dan fuse/sikring dianjurkan memakai stop kontak kaki
tiga, dengan kwalitas yang baik.
f. Tegangan drop atau turun naik saat starting, tegangan drop bisa dinaikkan
dengan memakai stabiliser.
g. Jaringan listrik khusus untuk pemasangan unit dan outlet-nya.
7. Hal-hal lain:
a. Akurasi proses air purging (buang angin) dengan memakai vaccum air.
b. Pembukaan service valve dan pengecekan tekanan freon , suction atau
tekanan rendah 60-80 psi dan discharge/ tekanan tinggi 250-350 psi dan
disesuaikan dengan pengukuran ampere.
c. Pengukuran Ampere disesuaikan dengan yang tertera pada pamflet unit
dan disesuaikan dengan tekanan freon.
d. Cara pengoperasian AC yang baik dan benar bisa dibaca pada buku
petunjuk pemakaian.
e. Pengukuran temperature udara antara intake atau udara yang tersedot unit
indoor dan discharge suhu atau yang keluar perbedaannya lebih dari 8
derajat celcius.
1. Lantai 1
a. Toilet
Jumlah Toilet : 8 unit
Kebutuhan air : 50lt/org/hr
Jumlah Pengunjung : 25 org
Total : jumlah toilet x kebutuhan air x jumlah pengunjung
: 8 x 50 ltx 25 org
: 10.000 lt/hr
b. Wastafel
JumlahWastafel : 6 unit
Kebutuhan air : 50 lt/org/hr
Jumlah Pengunjung : 23 org
Total : jumlah wastafel x kebutuhan air x jumlah pengunjung
: 6 x 50 ltx 23 org
: 6.900lt/hr
c. Urinoir
JumlahUrinoir : 3 unit
Kebutuhan air : 50 lt/org/hr
Jumlah Pengunjung : 22 org
Total : jumlah urinoir x kebutuhan airxjumlah pengunjung
: 3 x 50 ltx 22 org
: 3.300lt/hr
2. Lantai 2
a. Toilet
Jumlah Toilet : 8 unit
Kebutuhan air : 50 lt/org/hr
Jml pengunjung : 24 org
Total : jumlah toilet x kebutuhan airx jumlah pengunjung
: 8 x 50 lt x 24 org
: 9.600lt/hr
b. Wastafel
JumlahWastafel : 6 unit
Kebutuhan air : 50 lt/org/hr
Jml pengunjung : 25 org
Total : jumlahwastafel x kebutuhan air x jumlah pengunjung
: 6 x 50 lt x 25 org
: 7.500lt/hr
c. Urinoir
Jumlah Urinoir : 3 unit
Kebutuhan air : 50 lt/org/hr
Jumlah Pengunjung : 23 org
Total : jumlahurinoir x kebutuhan airx jumlah pengunjung
: 3 x 50 ltx 23 org
: 3.450lt/hr
3.Lantai3
a. Toilet
b. Wastafel
JumlahWastafel : 6 unit
Kebutuhan air : 50 lt/org/hr
Jml pengunjung : 23 org
Total : jumlahwastafel x kebutuhan airx jumlah pengunjung
:6 x 50 lt x 23 org
: 6.900lt/hr
c. Urinoir
JumlahUrinoir : 3 unit
Kebutuhan air : 50 lt/org/hr
Jumlah Pengunjung : 25 org
Total : jumlahurinoir x kebutuhan airx jumlah pengunjung
: 3 x 50 ltx 25 org
: 3.750lt/hr
Keb.airperhari Keb.airsehari
Lantai NO. FungsiRuang JmlPengunjung
(liter/hari) (m³/hari)
WATER
LANTAI 1 1. 350 10.000 10
CLOSED
2. WASTAFEL 350 4.600 4.6
3. URINOIR 350 6.600 6.6
WATER
LANTAI 2 1. 350 9.600 9.6
CLOSED
2. WASTAFEL 350 5.000 5
3. URINOIR 350 6.900 6.9
WATER
LANTAI 3 1. 350 7.200 7.2
CLOSED
2. WASTAFEL 350 9.200 9.2
3. URINOIR 350 7.500 7.5
3.3.1Deep well
Data maksimal yang diijinkanuntuksatubuah deep well = 150 ltr/mnit
150
Q= /60
1000
= 0,0025/2,5x10-3 m³/dtk
Digunakan3 deep well masing-masingakandipompaselama 8 jam dengan
V = 1,8 m/dtk
Menentukan diameter pipa deep well
Q=AxV
1
= x π x D² x V
4
1
= x 3.14 x 0.042² x 1.8
4
= 0,0025m/dtk
Pengisian Pemakaian
Pukul Selisih
Sendiri Akumulasi Sendiri Akumulasi
00.00 - 01.00 0 0 0 0 0
01.00 - 02.00 0 0 0 0 0
02.00 - 03.00 0 0 0 0 0
03.00 - 04.00 0 0 0 0 0
04.00 - 05.00 0 0 0 0 0
05.00 - 06.00 11.1 11.1 0 0 0
06.00 - 07.00 11.1 22.2 0 0 0
07.00 - 08.00 0 22.2 0 0 11.1
08.00 - 09.00 0 22.2 6.66 6.66 15.54
09.00 - 10.00 0 22.2 6.66 13.32 8.88
10.00 - 11.00 0 22.2 6.66 19.98 2.22
11.00 - 12.00 11.1 33.3 6.66 26.64 6.66
12.00 - 13.00 11.1 44.4 6.66 33.3 11.1
13.00 - 14.00 0 44.4 6.66 39.96 4.44
14.00 - 15.00 11.1 44.4 6.66 46.02 1.62
15.00 - 16.00 0 55.5 6.66 53.28 2.22
16.00 - 17.00 11.1 66.6 6.66 59.94 6.66
17.00 - 18.00 11.1 66.6 6.66 66.6 0
18.00 - 19.00 11.1 66.6 0 66.6 0
19.00 - 20.00 0 66.6 0 66.6 0
20.00 - 21.00 0 66.6 0 66.6 0
21.00 - 22.00 0 66.6 0 66.6 0
22.00 - 23.00 0 66.6 0 66.6 0
23.00 - 00.00 0 66.6 0 66.6 0
A. Kesimpulan
Setelah kami melaksanakan Praktikum Utilitas Gedung, hingga selesainya
B. Saran
Dalam pelaksanaan praktikum keseriusan sangat penting dalam memperoleh
hasil akhir yang sempurna karena sangat dibutuhkan ketelitian yang tinggi sebab
kesalahan sedikit dalam perhitungan dapat menyebabkan kesalahan yang fatal.Selain
itu asisten juga hendaknya ikut berperan aktif membantu,demi kelancaran praktikum
dan penyusunan laporan.