Anda di halaman 1dari 14

YANG HARUS DIHAPALIN DULU :

1. ISA 320 : Materiality in Planning and Performing an Audit


2. ISA 450 : Evaluation of Misstatements Identified during the Audit
3. ISA 330 : The Auditor’s Response to Assessed Risks
4. PERBEDAAN MATERIALITY DAN PERFORMANCE MATERIALITY MISSTATEMENT SESUAI
SPAP BERBASIS ISA
Pengertian Materialitas : Konsep yang diaplikasikan auditor untuk melihat apakah dampak
dari salah saji teridentifikasi atau penghilangan informasi dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan pengguna laporan keuangan
Performance Materiality digunakan auditor unruk menekan risiko sampai ke titik rendah yang
dapat diterima (appropriately low level). Performance Materiality sengaja ditetapkan pada angka
atau jumlah yang lebih rendah dari overall materiality atau specific materiality. Tujuannya ialah
melaksanakan lebih banyak pekerjaan audit untuk:
- Memastikan salah saji yang lebih kecil dari overall materiality atau spesific materiality dapat
dideteksi; dan
- Menyediakan suatu margin atau penyangga (buffer) untuk salah saji yang tidak terdeteksi.
5. EMPAT MACAM MATERIALITAS MENURUT TUANAKOTA
- Overall Materiality (Level Laporan Keuangan)
- Overall Performance Materiality
- Spesific Materiality (Level Asersi/Akun)
- Spesific Performance Materiality
6. STEPS IN APPLYING MATERIALITY (PASTI KELUAR)
- Membuat Overall Materiality
- Menentukan Spesific Performance Materiality
- Mengestimasi total misstatement di masing-masing akun/segmen lalu dibandingkan dengan
spesific performance materiality (dibawah atau diatas)
- Menambah seluruh salah saji dari seluruh akun/segmen
- Membandingkan salah saji seluruh akun yang sudah di total dengan overall performance
materiality (dicek value dan dampak/impactnya)
7. MENGHITUNG MATERIALITAS DENGAN
- Percentage of revenue
- Percentage of gross profit
- Percetage of gross assets
- Percentage of equity
- Blended methods combining the above & finding an average
- Sliding scale methods which vary with the size of the entity.
8. TIGA TIPE MISSTATEMENT MENURUT ISA 450
- FACTUAL MISSTATEMENTS : salah saji berdasarkan fakta aktual transaksi yang terjadi,
salah saji yang tidak diragukan lagi kebenarannya, auditor tahu betul salah sajinya
angkanya berapa
- JUDGEMENTAL MISSTATEMENTS : salah saji berdasarkan penilaian dan pertimbangan
yang diambil oleh manajemen yang mendekati kewajaran transaksi, salah saji yang terjadi
karena perbedaan pandangan antara auditor dan klien, terjadi pada akun subjektif
- PROJECTED MISSTATEMENTS : salah saji berdasarkan proyeksi estimasi perhitungan
terbaik yang diambil oleh auditor berdasarkan tingkat kepercayaan dan probabilita transaksi
- (TAMBAHAN) ANOMALOUS ERROR : salah saji yang bisa dikarantina
9. MENURUNKAN RESIKO AUDIT DENGAN :
- Memperluas audit prosedur
- Menambah jumlah audit evidence atau pengumpulan dokumen bukti
- Meminta manajemen perusahaan melakukan Adjustment
10. PENGERTIAN FRAUD DAN ERROR
- FRAUD : Tindakan yang disengaja oleh satu atau lebih individu di antara manajemen,
TCWG, karyawan, atau pihak ketiga, yang melibatkan penggunaan penipuan untuk
mendapatkan keuntungan yang tidak adil atau ilegal.
- ERROR : Salah saji yang tidak disengaja dalam laporan keuangan termasuk penghilangan
sejumlah informasi atau pengungkapan.
11. DUA TIPE PELAKU FRAUD
- Management Fraud : White Collar Crime
- Employee Fraud : Blue Collar Crime
12. DUA TIPE MANAGEMENT FRAUD
- FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING : Suatu salah saji atau penghilangan informasi
dan jumlah maupun pengungkapan yang disengaja untuk menipu pengguna laporan
keuangan
- MISSAPPROPRIATION OF ASSETS : Tindakan penyalahgunaan atau pencurian terhadap
asset (kas dan non-kas) perusahaan
13. TIGA TIPE FRAUD (FRAUD TREE)
- FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING : Suatu salah saji atau penghilangan informasi
dan jumlah maupun pengungkapan yang disengaja untuk menipu pengguna laporan
keuangan
- MISSAPPROPRIATION OF ASSETS : Tindakan penyalahgunaan atau pencurian terhadap
asset (kas dan non-kas) perusahaan
- CORRUPTION : Tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak
lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan
tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk
mendapatkan keuntungan sepihak
14. FRAUD TRIANGLE
- INCENTIVES/PRESSURES
Pressure adalah dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan fraud, contohnya
hutang atau tagihan yang menumpuk, gaya hidup mewah, ketergantungan narkoba, dll.
Pada umumnya yang mendorong terjadinya fraud adalah kebutuhan atau masalah finansial.
Tapi banyak juga yang hanya terdorong oleh keserakahan.
- OPPORTUNITIES
Opportunity adalah peluang yang memungkinkan fraud terjadi. Biasanya disebabkan karena
internal control suatu organisasi yang lemah, kurangnya pengawasan, dan/atau
penyalahgunaan wewenang. Di antara 3 elemen fraud triangle, opportunity merupakan
elemen yang paling memungkinkan untuk diminimalisir melalui penerapan proses, prosedur,
dan control dan upaya deteksi dini terhadap fraud.
- ATTITUDES/RATIONALIZATION
Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku selalu mencari
pembenaran atas perbuatannya. Sikap atau karakter yang dimiliki pelaku, akan menentukan
rasionalisasi atas pembenaran kecurangan yg dilakukan, contohnya bagi mereka yang
umumnya tidak jujur, mungkin lebih mudah untuk merasionalisasi penipuan. misalnya:
1. Bahwasanya tindakannya untuk membahagiakan keluarga dan orang-orang yang
dicintainya.
2. Masa kerja pelaku cukup lama dan dia merasa seharusnya berhak mendapatkan lebih
dari yang telah dia dapatkan sekarang (posisi, gaji, promosi, dll.)
3. Perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan tidak mengapa jika
pelaku mengambil bagian sedikit dari keuntungan tersebut.
15. FRAUD DIAMOND
- INCENTIVES/PRESSURES
- OPPORTUNITIES
- ATTITUDES/RATIONALIZATION
- CAPABILITY
Individual capability adalah sifat dan kemampuan pribadi seseorang yang mempunyai
peranan besar yang memungkinkan melakukan suatu tindak kecurangan. Pada
elemen Individual Capability terdapat beberapa komponen kemampuan (Capability) untuk
menciptakan fraud yaitu :
a. posisi/fungsi seseorang dalam perusahaan,
b. kecerdasan (brain)
c. tingkat kepercayaan diri/ego (confident/ego),
d. kemampuan pemaksaan (coercion skills)
e. kebohongan yang efektif (effective lying), dan
f. kekebalan terhadap stres (immunity to stress).
16. PENGERTIAN ASERSI
Pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan, atau suatu
rangkaian deklarasi secara keseluruhan, oleh pihak yang bertanggung jawab atas deklarasi
tersebut. Jadi, asersi adalah pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang secara implisit
dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga).
17. ASERSI KELAS TRANSAKSI
- OCCURANCE : Auditor mengecek apakah transaksi atau kejadian yang telah dicatat benar-
benar terjadi (catatan ke bukti/ VOUCHING)
- COMPLETENESS : Auditor mengecek apakah transaksi atau kejadian yang terjadi benar-
benar telah tercatat (bukti ke catatan/ TRACING)
- ACCURACY : Auditor mengecek apakah Jumlah & data lain yang berkaitan dengan
transaksi dan kejadian tercatat telah dicatat secara tepat atau memadai
- CUT-OFF (PISAH BATAS) : Auditor mengecek apakah Transaksi & kejadian telah dicatat
dalam periode akuntansi yang benar.
- CLASSIFICATION : Auditor mengecek apakah Transaksi & kejadian telah dicatat di akun
yang benar.
18. ASERSI KELAS SALDO AKUN
- EXISTENCE : Auditor mengecek apakah Aset, kewajiban dan kepentingan ekuitas yang
tercatat benar-benar ada.
- COMPLETENESS : Auditor mengecek apakah Semua aset, liabilites dan equity interest
yang seharusnya dicatat telah dicatat.
- RIGHTS & OBLIGATION : Auditor mengecek apakah Entitas memegang atau
mengendalikan hak atas aset, dan kewajiban yang dicatat benar-benar merupakan
kewajiban entitas.
- VALUATION & ALLOCATION : Auditor mengecek apakah Aset, kewajiban dan
kepentingan ekuitas dimasukkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang sesuai dan
penilaian atau penyesuaian alokasi yang dihasilkan dicatat secara tepat.
19. MENGAPA AUDITOR HARUS MELAKUKAN PROSEDUR DAN MENGEVALUASI INTERNAL
CONTROL
20. KOMPONEN-KOMPONEN INTERNAL CONTROL (COSO)
- CONTROL ENVIRONMENT (PENGENDALIAN LINGKUNGAN)
Menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-
orangnya. Lingkungan pengendalian mencakup hal – hal sbb:
a. integritas dan nilai etika
b. Komitmen terhadap kompetensi
c. partispasi dewan komisaris
d. struktur organisasi
e. pemberian wewenang dan tanggung jawab
f, kebijakan dan praktek sumber daya manusia
- RISK ASSESMENT (PENILAIAN RESIKO)
Identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang relevan untuk mencapai tujuannya dan
membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana resiko harus dikelola. Resiko dapat
timbul dan berubah karena keadaan berikut ini:
a) perubahan dalam lingkungan operasi
b) Personel baru
c) sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki
d) teknologi baru
e) lini produk, produk atau aktivitas baru
f) restrukturisasi korporasi
g) operasi luar negeri
h) standar akuntansi baru
- CONTROL ACTIVITIES (PENGENDALIAN AKTIFITAS)
Kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen
dilaksanakan. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat
digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal – hal berikut ini:
a) Review terhadap kinerja
b) Pengolahan informasi
c) Pengendalian fisik
d) Pemisahan tugas
- INFORMATION AND COMMUNICATION
Pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu
yang memungkinkan orang melakasanakan tanggung jawab mereka. Auditor harus
memperoleh pengetahuan memadai tentang sistem informasi yang relevan dengan
pelaporan keuangan untuk memahami:
a) Golongan transaski dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan keuangan.
b) Bagaimana transaksi tersebut dimulai
c) catatan akuntansi, informasi pendukung dan akun tertentu dalam laporan keuangan
yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi
d) Pengolahan akuntansi yang cukup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan
dimasukan kedalam laporan keuangan.
- MONITORING (PEMANTAUAN)
Proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.Dan
penilaian efektifitas rancangan operasi SPI secara priodik dan terus menerus oleh
manajemen untuk melihat apakah manajemen telah dilaksanakan dengan semestinya dan
telah diperbaiki sesuai dengan keaadaan.
21. 4 PENDEKATAN UTAMA AUDITOR DALAM RISK RESPONSE
22. 4 JENIS RESIKO AUDIT
- INHERENT RISK : Resiko salah saji material dalam laporan keuangan atau asersi yang
tidak mempertimbangkan efektivitas pengendalian internal. Meskipun internal control
perusahaan rendah ataupun efektif, resiko ini TIDAK AKAN HILANG. Contoh : pada
perusahaan asuransi, inherent risknya adalah resiko bencana alam.
- CONTROL RISK : Resiko salah saji material dalam laporan keuangan atau asersi yang
tidak dapat dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian internal entitas. Jadi jika internal
control perusahaan efektif akan meminimalkan control risk.
- FINANCIAL STATEMENT RISK : Resiko bahwa laporan keuangan mengandung salah saji
yang material.
- DETECTION RISK : Resiko salah saji material dalam laporan keuangan yang tidak dapat
terdeteksi oleh pengujian substantif auditor (Proses pemeriksaan STOT/TDB/Analytical
Procedure)
23. MENGAPA AUDITOR HARUS MENGEVALUASI INTERNAL CONTROL
Hubungan pengendalian intern dengan ruang lingkup (scope) pemeriksaan
Yaitu Auditor meyimpulkan apabila pengendalian intern tidak berjalan efektif, maka auditor
harus memperluas scope pemeriksaannya pada melakukan substantive test.
Pengendalain intern memberikan pengaruh terhadap:
a) keamanan harta perusahaan
b) dapat dipercayai atau tidaknya laporan keuangan perusahaan
c) lama atau cepatnya proses pemeriksaan akuntan
d) Tinggi rendahnya audit fee
e) Jenis opini yang akan diberikan akuntan.

24. MANFAAT AUDIT EVIDENCE DALAM MENGUNGKAP 3 JENIS KEJAHATAN KORPORASI


25. PENGERTIAN PLANNED DETECTION RISK
Resiko bahwa bukti yang dikumpulkan dalam segmen gagal menemukan kekeliruan yang
melampau jumlah yang dapat ditolerir
26. PENGERTIAN ACCEPTABLE AUDIT RISK
Ukuran ketersediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan mengandung salah saji
material tanpa pengecualian telah diberikan
27. 3 FAKTOR UTAMA YANG MEMPENGARUHI PERTIMBANGAN AWAL AUDIT
- Materiality is a relative rather than an absolute concept
- Benchmarks are needed for evaluating materiality
- Qualitative factors also affect materiality
28. Kapan auditor membuat Unqualified Opinion :
Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas
tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Ini adalah pendapat
yang dinyatakan dalam laporan auditor bentuk baku. Kriteria pendapat wajar tanpa
pengecualian antara lain.
- Laporan keuangan lengkap
- Tiga standar umum telah dipenuhi
- Bukti yang cukup telah diakumulasi untuk menyimpulkan bahwa tiga standar lapangan telah
dipatuhi
- Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan GAAP (Generally Accepted Accounting
Principles)
- Tidak ada keadaan yang memungkinkan auditor untuk menambahkan paragraf penjelas
atau modifikasi laporan
29. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRELIMINARY MATERIALITY JUDGEMENT
- Materiality is a relative rather than an absolute concept (Materialitas bukan absolute tapi
relative)
- Benchmarks are needed for evaluating materiality (Menghitung materialitas butuh
acuan/benchmark)
- Qualitative factors also affect materiality (Materialitas juga dipengaruhi oleh faktor kualitatif)
30. Hal-hal yang harus dipertimbangkan audit (3 preconditions criteria)
a. Menyimpulkan apakah kerangka pelaporan keuangan yang digunakan management dalam
menyusun laporan keuangan entitas dapat diterima.
b. Memperoleh konfirmasi dari manajemen bahwa mereka mengakui tanggung jawab mereka
untuk :
- Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan kerangka pelaporan yang relevant termasuk
dimana perlakuan penyajian wajar mereka.
- Manajemen juga harus mengakui tanggungjawab mereka untuk pengendalian internal
sejauh memastikan bahwa kontrol tersebut akan memungkinkan laporan keuangan bebas
dari salah saji material, apakah karena kecurangan maupun kesalahan.
c. Manajemen juga harus memastikan bahwa perusahaan menyediakan auditor dengan :
- Akses ke semua informasi yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan
- Akses ke Informasi lain yang auditor dapat meminta untuk tujuan audit
- Akses tidak terbatas kepada orang-orang dalam entitas yang akan memberikan auditor bukti
audit yang relevan.
31. PENGERTIAN SUBSTANTIVE PROCEDURE
Prosedur terperinci yang digunakan oleh auditor untuk mengumpulkan bukti audit bahwa asersi
yang dibuat oleh manajemen dalam F / S (baik angka & pengungkapan) dapat dipercaya dan
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan peraturan perundang-
undangan yang relevan.
32. 5 TIPE PENGUJIAN AUDIT
- PROSEDUR UNTUK MEMPEROLEH PEMAHAMAN ATAS INTERNAL CONTROL :
Auditor harus memahami efektivitas aspek rancangan dan operasional dari pengendalian
intern. Lima jenis prosedur audit yang berhubungan dengan pemahaman auditor terhadap
pengendalian intern yaitu:
 Memperbaharui dan mengevaluasi pengalaman auditor terdahulu
 Meminta keterangan dari personil klien
 Membaca manual sistem dan kebijakan klien
 Menguji dokumen dan arsip
 Mengamati aktivitas dan operasional entitas
- TESTS OF CONTROLS (UJI PENGENDALIAN) : Pengujian pengandalian adalah prosedur
audit yang digunakan untuk menentukan efektivitas kebijakan dan operasi pengendalian
intern atau prosedur pengendalian yang diterapkan untuk menilai control risk (risiko
pengendalian). Pengujian tersebut meliputi jenis prosedur audit sebagai berikut :
 Meminta keterangan dari personil klien
 Menguji dokumen, arsip, dan laporan
 Mengamati aktivitas yang terkait dengan pengendalian
 Melaksanakan kembali prosedur klien
- SUBSTANTIVE TEST OF TRANSACTIONS (UJI SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI) :
Pengujian substantif (Substantive Test) adalah prosedur yang digunakan untuk menguji
kekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung mempengaruhi
kebenaran saldo laporan keuangan. Kekeliruan tersebut sering disebut dengan salah saji
moneter (dalam satuan mata uang) yang merupakan indikasi yang jelas terjadinya salah saji
dalam saldo laporan keuangan. Tujuan pengujian substantive atas transaksi adalah untuk
menentukan apakah transaksi akuntansi klien telah diotorisasi dengan pantas, dicatat dan
diiktisarkan dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan buku tambahan
dengan benar. Pengujian atas transaksi : Pengujian tersebut meliputi bagian deskriptif yang
mendokumentasikan pemahaman memperoleh sekitar pengendalian internal dan
menyertakan uraian tentang prosedur dan risiko pengendalian yang dinilai.
- ANALITYCAL PROCEDURE (PROSEDUR ANALITIS) : Prosedur analitis meliputi
perbandingan dari jumlah yang tercatat dengan dengan angka tertentu yang dikembangkan
oleh auditor. Prosedur ini biasanya menggunakan kalkulasi rasio yang dibandingkan dengan
rasio tahun sebelumnya atau rasio perusahaan sejenis atau rasio average industry. Tujuan
utama dari prosedur analitis dalam tahap perencanaan ini adalah :
 Menunjukkan kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan
 Mengurangi pengujian audit yang lebih rinci
- DETAIL TEST OF BALANCES (PENGUJIAN TERINCI ATAS SALDO) : Pengujian Terinci
atas Saldo merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji salah saji moneter
(monetary misstatement) untuk menentukan apakah 9 balance-related audit objective
(tujuan audit terkait dengan saldo) telah terpenuhi. DTOB berfokus pada saldo akhir buku
besar, baik untuk neraca maupun laba-rugi, dengan penekanan utama pada angka-angka di
neraca saldo. Pengujian terinci atas saldo akhir tersebut penting dalam pelaksanaan audit,
karena bahan bukti diperoleh dari sumber yang independen dari klien sehingga dinilai
berkualitas tinggi. 9 Balance-related audit objective (tujuan audit terkait dengan saldo)
meliputi:
1. Existence
2. Completeness
3. Accuracy
4. Classification
5. Cut -off
6. Detail tie- in
7. Realizable value
8. Right &obligations
9. Presentation &disclosure
Contoh: meliputi konfirmasi saldo kepada pelanggan untuk piutang dagang, pengujian fisik
persediaan.

Semakin efektif pengendalian internal klien semakin kompeten catatan akuntansi yang dihasilkan.
Kompetensi bukti audit yang berupa informasi penguat tergantung pada beberapa factor, yaitu:
1. Relevansi
2. Sumber bukti
3. Ketepatan waktu
4. Objektivitas
Prosedur-prosedur audit berikut dapat digunakan sebagai prosedur-prosedur penilaian risiko (risk
assessment procedures), uji pengendalian (tests of controls) atau prosedur-prosedur
substantif (substantive procedures), tergantung konteks di mana prosedur itu diterapkan auditor:
1. Inspection (Inspeksi) : Kegiatan pemeriksaan secara mendalam atau pemeriksaan secara teliti
atas dokumen atau catatan dan sumber-sumber lain yang berwujud. Dengan cara ini auditor
dapat membuktikan keaslian suatu dokumen.
2. Observation (Pengamatan)
3. External Confirmation (Konfirmasi Eksternal)
4. Recalculation (Perhitungan Kembali)
5. Reperformance (Lakukan Kembali)
6. Analytical Procedures (Prosedur Analitikal) : Kegiatan mempelajari dan membandingkan data
yang memiliki hubungan dan menghasilkan data analisis.
7. Inquiry (Bertanya) : Mengajukan sesi tanya jawab bisa secara lisan maupun tulisan kepada
pihak internal perusahaan klien yang dapat dipercaya serta bisa kepada pihak eksternal yang
bersangkutan
33. BENCH MARK PENENTU MATERIALITAS
34. BLENDED METHOD
35. DASAR PERTIMBANGAN MATERIALITAS
36. PENGERTIAN MISSTATEMENT
37. DUA FAKTOR KONSIDERASI MISSTATEMENT
38. SUMBER-SUMBER INFORMASI UNTUK MENEMUKAN FRAUD
39. TIGA MACAM ASERSI
40. TAHAPAN AUDIT

Anda mungkin juga menyukai