Anda di halaman 1dari 21

Sistem Pengendalian Manajemen

Berbasis SPIRITUALITAS

DISUSUN OLEH :

YOHANES SUGIHONO W 130315089


YOSUA GIOVANO PUTRA 130315104
ENOS ANASTASIS 130315195

KELAS PARALEL B

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA
UNIVERSITAS SURABAYA
SEMESTER GENAP 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Permasalahan yang ada pada dunia sekarang ini adalah spiritualitas yang
semakin menjadi tren pada masa kini dan juga banyak berkembangnya fenomena
meningkatnya perhatian spiritual pada masa kini. Banyak sekali tantangan bisnis di
abad sekarang ini dengan adanya banyak sekali reformasi yang terjadi, permintaan
produk yang senantiasa berubah,dan meningkatnya kebutuhan membuat pendekatan
manajemen yang mungkin agak berbeda dari pendekatan yang biasanya yang hanya
menganggap sebuah organisasi bahkan hanya sebagai mesin. Pada jaman sekarang
banyak orang yang sudah tidak melulu melihat hanya pada efisiensi tetapi juga pada
apa makna dari pekerjaan kita,apa yang dapat kita ambil atau kita pelajari pada
pekerjaan yang kita miliki. Banyak juga orang yang bingung dengan tujuan mereka
sehingga mereka juga mencari tujuan mereka sebenarnya itu apa dan sebagainya.
Karena hal hal itu yang membuat adanya paradigma yang muncul yaitu spiritual yang
berbeda dengan manajamen lakukan selama ini.
Mungkin istilah istilah ini baru mulai muncul atau didengar banyak orang yang
kita sebut spiritual ini pada akhir abad ke 20 di Amerika meskipun juga banyak spiritual
yang ada pada Jepang dan juga China. Umumnya spiritual ini digunakan untuk menjadi
penyeimbang bagi kita yang bekerja agar tidak mengalami seperti gangguan stress
karena terlalu lelah untuk bekerja.
Manusia adalah makhluk yang paling tinggi derajatnya karena manusia sudah
diberi akal budi oleh Tuhan sang pencipta alam semesta. Akal dan pikiran ini yang
membuat manusia itu pada dasarnya sangat mudah sekali berubah dari waktu ke waktu.
Jadi spiritual ini adalah salah satu kontrol yang dapat digunakan untuk manusia dalam
bertindak dan berperilaku. Spiritual juga dapat diartikan sebagai inti dari manusia yang
memasuki dan mempengaruhi kehidupannya dan dimanifestasikan dalam pemikiran
dan perilaku serta hubungannya dengan diri sendiri,orang lain,alam,dan
Tuhan(Dossey&Guzzetta,2000). Maka dari itu jika kita melihat pada kenyataan dunia
sekarang yang terjadi pada manusia itu adalah ego.Mereka selalu memikirkan tentang
ego masing masing tetapi tidak melihat dari sisi orang lain. Banyak juga pada jaman
sekarang ini ditemukan sangat banyak penderitaan seperti kemiskinan,kurangnya
pendidikan,peredaran narkoba dan lain lain karena banyak dari kita yang hanya
memikirkan diri sendiri tetapi tidak mengerti apa yang harus disikapi dengan baik.Jadi
ika seseorang paham dan mempelajari secara dalam apa itu spiritual masalah masalah
itu dapat diatasi. Selain untuk masalah pribadi spritiual ini juga dapat digunakan pada
pengendalian manajemen untuk membangun perusahaan agar menjadi lebih baik dan
juga membuat budaya organisasi jadi lebih baik.

1.2 Tujuan Penelitian

Pembaca dapat mengerti apa itu arti dari spiritualitas dan berbagai macam
bentuk dari spiritualitas, yaitu dalam hal menerapkan sistem pengendalian manajemen
untuk mengendalika ego, mengenali penderitaan di sekitar, dalam organisasi spiritual,
dan membangun budaya organisasi.

1.3 Rumusan masalah

1. Bagaimana cara kita untuk bisa mengendalikan ego kita pada saat
berhadapan dengan orang yang keras kepala?
2. Apa yang harus kita lakukan jika ada orang yang membutuhkan tetapi untuk
kebutuhan kita sendiri juga pas-pasan?
3. Seperti apa tindakan yang harus dilakukan dalam menghadapi penderitaan
yang ada di sekitar kita?
4. Seberapa besar pengaruh meditasi dalam membangun budaya organisasi?
BAB II
KAJIAN TEORI

Ilusi Sang Ego

Ego dan Konsep yang Tercipta

Manusia hidup dalam lautan konsep dan label yang ia ciptakan sendiri. Saat ia
terlalu melekati konsep tersebut, maka ia menjadikan konsep dan label tersebut sebagai
egonya.

Ego dalam Bisnis, Kesalingterkaitan dan Perubahan

Legitimasi sebuah bisnis dinilai dari manfaatnya bagi seluruh pihak-pihak yang
berkepentingan dengannya melampaui batas-batas negara. Setiap manusia memiliki
kemampuan untuk berkontribusi dalam mewujudkan dunia yang lebih baik dan
membawa kebahagiaan bagi semuannya.
Hukum kesalingterkaitan menyebabkan tidak ada satupun komponen yang
dapat bertahan/berkembang dengan hanya mengandalkan kekuatan dirinya sendiri.
Hukum ini membantu kita memahami kesatuan antara kita dengan orang orang sekitar
kita : kolega, atasan, bawahan, mitra bisnis, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar,
bahkan mereka yang belum pernah berhubungan namun dalam satu organisasi yang
kita kelola. Kita akan bahagia ketika mereka bahagia.
Hukum perubahan terus menerus menunjukan bahwa segala sesuatu akan
berubah dan yang abadi adalah perubahan itu sendiri. Bisnispun mengalami perubahan.
Tidak ada kisah keberhasilan sebuah perusahaan yang sanggup mempertahankan
filosofi bisnisnya, produknya, wilayah pemasarannya, aktivitasnya, struktur
organisasinya dan sebagainya sama seperti ketika perusahaan dibentuk. Dengan adanya
hukum ini, kita sanggup untuk menerima keadaan sebagaimana adanya dan melakukan
antisipasi untuk memulai perubahan internal organisasi yang diperlukan.
Spiritualitas vs Materialistik dalam Konteks Bisnis

Spiritualitas dalam Konteks Bisnis

Petchsawanga dan Duchon (2009) melakukan penelitian tentang spiritualitas


dalam pekerjaan dengan konteks Asia Country. Hasil penelitian terdapat 4 dimensi
spiritual yang paling relevan dalam konteks Asia :

Welas Asih

Merupakan perasaan turut berempati kepada kegembiraan dan


penderitaan pihak lain. Welas asih membuat seseorang memiliki kepedulian
tinggi dan ingin menolong atau turut meringankan penderitaan orang lain.

Mindfulness

Merupakan kesadaran dalam diri seseorang dimana ia selalu menyadari


pikiran dan tindakannya setiap saat sehingga ia mampu mengendalikan emosi
dan perilakunya.

Meaningful Work

Pekerjaan yang bermakna mendalam adalah pengalaman seseorang


yang dapat memberikan jawaban mengapa ia melakukan sebuah pekerjaan
dengan merujuk pada sejauh mana pekerjaan itu membantunya untuk
mengekspresikan jati dirinya.

Transcendence

Merupakan pengalaman/kondisi yang melampaui batasan normal


sehingga pengalaman yang berbeda dari situasi sebelumnya tersebut dapat
mentransformasikan batinnya kearah yang lebih positif.
Materialistik dalam Konteks Bisnis

 Pola Pikir Kapitalis


Artinya Perusahaan/organisasi seringkali dianggap sebagai alat dalam
mengumpulkan modal dan mengembangkannya lagi untuk kepentingan
investor/pemilik. Hubungan karyawan dan perusahaan diukur dari hubungan
transaksional atas dasar manfaat yang dapat diberikan oleh karyawan kepada
perusahaan.

 Ketamakan dan Ilusi Pemuasan Egoistik


Artinya uang dan fasilitas akan mengalir ke tempat dimana ego dapat terlayani.
Perusahaan akan memberikan uang dan fasilitas untuk memotivasi karyawan
agar semakin banyak manfaat yang dapat mereka berikan dimasa mendatang
yaitu keuntungan yang besar.

Mengenali Penderitaan di Sekitar Kita

Spiritualitas sangat erat kaitannya dengan upaya untuk membantu


menyelesaikan masalah-masalah, sehingga dapat mengurangi penderitaan di sekitar
kita. Dengan mengurangi penderitaan kita, berarti juga mengurangi pederitaan kita
sendiri. Memberikan kebahagiaan pada orang lain berarti juga membangun
kebahagiaan kita sendiri. Karenanya, sangat perlu bagi kita untuk mengenali
keberadaan penderitaan di seluruh dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya.
Berikut 8 sasaran yang digunakan untuk mengenali penderitaan di sekitar kita:

1. Kemiskinan dan Kelaparan

Pertumbuhan ekonomi di Negara berkembang menghasilkan orang kaya baru.


Namun disaat yang bersamaan juga muncul kelompok orang miskin dengan standar
hidup yang sangat memprihatinkan. Gambaran di atas menunjukan keterkaitan yang
erat antara kondisi ekonomi dunia dengan kelaparan/kurang gizi. Meskipun ekonomi
dunia terus tumbuh dan kemajuannya secara fisik nampaknya menakjubkan, dibalik itu
ternyata ada ketimpangan yang sangat erat dan terus meningkat antara mereka yag kaya
dan yang miskin. Kelompok miskin tersebut, akan rentan kelaparan dan kekurangan
gizi sebagian besar berada di Negara berkembang, tempat dimana justru pembangunan
ekonomi terjadi dengan pesat. Atas hal tersebut, kemiskinan dan kelaparan
menghasilkan keputusasaan dan kemarahan, ini akan menghasilkan kebencian, konflik,
dan terorisme. Penderitaan orang lain, akan menghasilkan penderitaan bagi semua
orang karena kita semua saling keterkaitan. Jadi sesungguhnya kemiskinan dan
kelaparan bukan sekedar masalah kelompok tertentu melainkan adalah masalah kita
bersama.

2. Pendidikan Dasar

Berdasarkan data tahun 2010 yang diperoleh UNESCO, ada 61 juta anak usia
pendidikan dasar yang tidak bersekolah, 47% diataranya tidak berencana untuk sekolah,
26% sempat bersekolah namun putus, dan 27% berencana untuk bersekolah kembali.
Hal tersebut dapat membuat berkurangnya generasi penerus bangsa yang dapat
mengharumkan nama bangsa untuk kedepannya. Selain itu, anak-anak di daerah
pedesaan memiliki kemungkinan lebih besar untuk tidak bersekolah dibandingkan
dengan anak-anak di daerah perkotaan. Anak-anak di negara-negara miskin, wilayah
terpencil, dan/atau negara-negara yang dilanda konflik sangat rentan dieksploitasi oleh
pihak-pihak yang berkepentingan dalam konflik tersebut. Pendidikan yang minim
membuat mereka mudah dijejali oleh paham-paham yang membangkitkan permusuhan
dan kebencian terhadap kelompok lain. Banyak diantara mereka adalah subjek
sekaligus objek dari konflik, terorisme dan peperangan. Dalam situasi terdesak, kadang
mereka harus memilih antara kelaparan atau bertemput untuk salah satu pihak demi
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

3. Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Masalah gender dan pemberdayaan perempuan adalah terkait dengan praktik-


praktik tradisional yang dianggap mengeksploitasi kaum perempuan. Di Indonesia
sendiri masih banyak praktik diskriminasi/eksploitasi terhadap kaum perempuan.
Praktik yang sering dijumpai di Indonesia adalah terkonsentrasinya perempuan di
sektor informal atau manufaktur yang memberikan upah rendah dan perlindungan
minimal, kesempatan kerja dan pendidikan yang lebih terbatas, pelecehan seksual, dll.
Diskriminasi gender merupakan masalah yang dapat mengakibatkan eksploitasi dan
penderitaan. Jika kaum perempuan menerita akan berimbas pada kehidupan laki-laki.
Maka, tidak ada keluarga dan masyarakat yang bahagia jika kaum perempuan
mendapatkan perlakuan tidak adil, karena eskploitasi terhadap perempuan hanya akan
melahirkan pendidikan keluarga yang berbasis pada diskriminasi dan eksploitasi.

4. Pengurangan Kematian Balita

Kematian balita merupakan tragedy yang membawa penderitaan baik bagi


orang tua maupun bagi masyarakat luas. Anak-anak yang seharusnya dapat tumbuh dan
berkembang serta mewujudkan potensinya, harus meninggal sebelum merayakan ulang
tahun yang ke lima. Ini adalah kenyataan pahit yang harus diterima oleh orang tua dan
keluarga. Di Indonesia kematian balita telah mengalami penurunan tajam. Meskipun
terjadi penurunan yang signifikan, perhatian khusus masih perlu diberikan untuk
menekan jumlah tersebut. Penyebab kematian balita di Indonesia adalah komplikasi
kelahiran premature, lahir asfiksia, dan infeksi parah. Perbaikan layanan kesehatan bagi
masyyarakat merupakan kunci untuk mengurangi jumlah tersebut secara terus menerus.
Maka, kematian balita merupakan tragedi yang membawa penderitaan bagi orang tua
maupun masyarakat, karena anak-anak yang seharusnya dapat tumbuh dan berkembang
serta mewujudkan potensinya harus meninggal sebelum merayakan ulang tahun yang
kelima.

5. Perbaikan Kesehatan Maternal

Kesehatan maternal adalah kesehatan ibu selama kehamilan, melahirkan, dan


periode postpartum(4-6 minggu setelah melahirkan di mana terjadi transisi hormonal
dan fisik dari sang ibu). Bagi banyak ibu, masa-masa tersebut sering menjadi masa-
masa yang penuh dengan penurunan kesehatan, kesakitan, dan bahkan mendatangkan
kematian. Penyebab utama risiko kematian ibu adalah karena pendaarahan, infeksi,
tekanan darah tinggi, aborsi yang tidak aman, dan adanya halangan fisik bayi untuk
keluar dari rongga tulang pinggul. Dari gambaran diatas nampak bahwa kasus kematian
yang berhubungan dengan kelahiran sangat erat kaitannya dengan kemiskinan,
kurangnya pengetahuan, dan kurangnya layanan kesehatan yang tersedia, dan
perempuan miskin seringkali kurang memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara
merawat kesehatan dirinya dan janin yang dikandungnya.

6. Penanganan Penyakit

Ada 3 penyakit yang membunuh banyak orang setiap tahunnya, yaitu


AIDS(HIV), malaria, dan tuberculosis(TB). Berdasarkan data UNAIDS menunjukan
bahwa Indonesia adalah salah satu negara di Asia dengan penyebaran HIV tercepat.
Penularan tersebesar terjadi melalui jarum suntik yang tidak steril, pekerja seks, kaum
homoseksual, dan dalam kandungan/air susu ibu(untuk anak-anak). Epidemic
HIV/AIDS bukan semata-mata akibat perilaku penyimpangan seksual, namun juga
menyebar secara tidak disengaja dan dapat menimpa siapa saja. Sedangkan penyakit
malaria risikonya tidak tinggi di Indonesia. Untuk mengatasi malaria, WHO
merekomendasikan beberapa cara, yaitu pencegahan munculnya parasite penyebab
malaria, tes diagnosa dan penggunaan obat-obatan yang terjamin mutunya, dll. Untuk
kasus TB, Indonesia menempati posisi ke 4 terbanyak dunia untuk penderita TB setelah
China, India, dan Afrika Selatan. WHO merekomendasikan beberapa cara, yaitu
peningkatan komitmen politis dan pendanaan dari pemerintah berbagai negara untuk
mencegah TB, meningkatkan kemampuan deteksi awal dan diagnosis penyakit TB
melalui bakteriologi yang terjamin mutunya, penyediaan obat terstandardisasi dengan
pengawasan dan fasilitas penndukung untuk pasien, dll. Penyakit yang membawa
banyak penderitaan di Indonesia bukan hanya HIV/AIDS, malaria, dan TB, masih ada
sejumlah penyakit lainnya seperti diabetes, gagall ginjal, jantung coroner, dll. Bagi
masyarakat menengah bawah, pengobatan untuk penyakit-penyakit tersebut
membutuhkan biaya yang terlalu besar untuk ditanggung sendiri.

7. Pelestarian Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup tengah menghadapi kerusakan besar yang menyebabkan


pemanasan global. Pemanasan global ini jika tidak ditangani secara serius akan
mengakibatkan hancurnya bumi yang kita tinggali dan bahkan memusnahkan
peradaban manusia serta seluruh bentuk kehidupan yang kita kenal. Dampak dari
pemanasan global adalah meningkatnya suhu bumi sehingga mencairkan es di kutub.
Jika es di kutub mencair maka permukaan laut akan meningkat dan menenggelamkan
kota-kota besar di pantai. Sekitar sepertiga dari hutan di dunia ada di Indonesia, namun
penebangan pohon di Indonesia menyumbang lebih dari sepertiga emisi karbon
dunia(Seperti kebakaran lahan gambut di Sumatera dan Kalimantan pada bulan juli-
oktober 2015). Pemanasan global dan perusakan lingkungan lainnya adalah dampak
dari keserakahan manusia yang terus mengeksploitasi alam untuk kepentingan
pribadinya. Bumi memiliki mekanisme pemulihan dirinya sendiri dalam waktu yang
sangat panjang, namun manusia dan bentuk-bentuk kehidupan lain tidak memiliki
cukup waktu untuk mempertahankan eksistensinya.

8. Kemitraan Global untuk Pembangunan

Sebagaimana dijelaskan di bagian-bagian sebelumnya, berbagai akar masalah


sosial dan lingkungan tidak dapat diselesaikan sendiri oleh pemerintah dari negara-
negara yang bersangkutan. Penanganan fenomena-fenomena tersebut membutuhkan
sebuah kemitraan yang lebih luas dan melibatkan organisasi innternasional sebagai
fasilitator, keterlibatan pemerintah negara maju, kesungguhan pemerintah negara
berkembang, pelaku bisnis, dan segenap komponen masyarakat lainnya yang punya
kepedulian. Contoh lembaga yang secara aktif memberikan bantuan dan layanan di
seluruh dunia adalah Yayasan Budha Tzu Chi yang berkantor pusat di Taiwan, memiliki
cabang di 61 Negara. Tzu Chi melatihh relawan dan mengembangkan perwakilan di
seluruh dunia untuk selalu siap memberikan bantuan kemanusiaan dimana saja tanpa
membedakan agama, kebangsaan, ras, dan sebagainya. Selain itu pastinya masih
terdapat organisasi lain di dunia yang bekerja untuk kemanusiaan tanpa membeda-
bedakan. Kemitraan dengan berbagai organisasi kemanusiaan dapat menginspirasi
perusahaan untuk memulai merancang program-program yang sesuai dengan
kompetensi yang tersedia di perusahaannya sendiri sekaligus mengembangkan karakter
yang berwelas asih bagi karyawannya.

9. Peredaran Narkoba

Tingginya angka pemakai narkoba di Indonesia menjadikan negara ini sebagai


sasaran peredaran narkoba dunia. Data dari Badan Narkotika Nasional menunjukan
peningkatan jumlah kasus secara total maupun peredaran yang telah melibatkaan tidak
saja orang dewasa namun juga anak-anak/remaja. Hal tersebut terjadi dikarenakan
banyaknya orang yang gagal mendapatkan pekerjaan sehingga untuk tetap dapat
memenuhi kebutuhannya sehari-hari maka dilakukannya pekerjaan ini yaitu sebagai
pengedar narkoba. Dengan menjadi kurir/pengedar narkoba mereka akan mendapat
banyak uang yang dapat digunakan untuk memenuhi nafsu materi mereka. Dimana
materialitas menyebabkan orang menjadi semakin konsumtif dan tuntutan ini dapat
dipenuhi jika menjadi pengedar narkoba. Oleh karena itu kita harus dapat memberantas
narkoba dengan salah satu caranya adalah dengan dilakukannya kampanye
pemberantasan narkoba.

Sistem Pengendalian Manajemen dalam Organisasi Materialistik dan


Spiritual

Akar masalah dalam kehidupan sebuah organisasi tidak terletak pada internal
atau eksternal organisasi. Akar masalah yang sesungguhnya ada pada ketidaktahuan,
egoisme, ketamakan, kekuatiran, ketakutan, dan kebencian.
Sistem pengendalian manajemen adalah sebuah sistem holistik yang digunakan
oleh manajemen untuk menyelaraskan perilaku karyawan dengan tujuan organisasi
dalam mengelola interdependensi antara pihak eksternal dan internal organisasi.
Menurut Efferin dan Soeherman (2010), SPM diperlukan untuk menyelesaikan
tiga masalah utama dari para anggota dalam sebuah organisasi, yaitu tidak tahu, tidak
mau dan tidak mampu. Masalah tidak tahu akan muncul jika anggota organisasi pada
dasarnya tidak memahami apa yang sebenarnya diharapkan oleh perusahaan. Masalah
tidak mau muncul ketika anggota organisasi tidak memiliki motivasi untuk berbuat
yang terbaik atau justru termotivasi melakukan sesuatu yang
merugikan/membahayakan organisasinya. Masalah tidak mampu muncul jika seorang
anggota dalam organisasi ditugaskan untuk melakukan sesuatu yang diluar
kemampuannya.

SPM dalam Organisasi Materialistik

SPM dalam organisasi materialistik sangat mengandalkan pada motivator


ekstrinsik untuk menciptakan ilusi kebahagiaan. Dengan begitu SPM tersebut
menanamkan pikiran ke anggota organisasi untuk meminimalisir pengorbanan dan
memaksimalkan apa yang bisa didapat.

SPM dalam Organisasi Spiritual : Sepuluh Prinsip

SPM dalam organisasi spiritual dirancang untuk menumbuhkembangkan niat


dan kinerja positif bagi setiap anggota organisasi mulai dari aktivitas perolehan bahan
baku, perancangan produk, proses produksi, pemasaran, dan layanan lainnya.
Ada sepuluh prinsip yang perlu menjadi acuan perusahaan agar aktivitasnya
dapat terlaksana secara etis dan turut berkontribusi menyelesaikan masalah sosial tanpa
harus mendatangkan penderitaan tambahan ke masyarakat atau alam.

Prinsip Fundamental :
Menghargai kehidupan dan tidak merusak alam dan keragaman hayati
di sepanjang rantai aktivitas.
Mentaati hukum dan etika yang berlaku.
Menyatukan pelaksanaan misi komersial perusahaan dengan misi untuk
menyelesaikan masalah sosial.

Prinsip Membangun Nilai dalam Perusahaan :


Menciptakan budaya organisasi berbasis welas asih, keterbukaan,
kerjasama, inovasi/kreativitas, dan menghargai keberagaman.

Prinsip Perolehan Input :


Menghindari pembelian/perolehan bahan baku yang dihasilkan dari
mengeksploitasi alam dan tenaga kerja secara tidak bertanggungjawab.

Prinsip Penciptaan Output :


Tidak merancang/membuat/menjual produk yang berbahaya bagi
pengguna.
Tidak merancang/membuat/menjual produk yang membahayakan
integritas keluarga, merusak hubungan antar manusia,menciptakan
kebencian/konflik/permusuhan, dan menimbulkan keresahan sosial
dalam masyarakat.
Tidak merancang/membuat/menjual produk yang dalam proses
pembuangannya merusak lingkungan.
Tidak merancang/membuat/menjual produk yang menciptakan
kecanduan dan mengurangi kesadaran bagi pengguna.

Prinsip Komunikasi Pasar dan Penjualan :


Melakukan komunikasi pasar dan penjualan yang mengutamakan cinta
kasih, inklusivitas, edukasi, perdamaian, dan membangun kecerdasan.

Membangun Budaya Organisasi

Bagian ini membahas pembangunan nilai dalam sebuah perusahaan untuk


membentuk budaya organisasi yang dapat menumbuhkembangkan spiritualitas. Prinsip
yang digunakan adalah menciptakan budaya organisasi berbasiskan welas asih,
keterbukaan, kerjasama, inovasi/kreativitas, dan menghargai keberagaman.
Menurut Efferin dan Soeherman (2010), Pengendalian yang efektif adalah
pengendalian yang tidak terlihat. Artinya pengendalian yang dibangun dari dalam diri
setiap anggota organisasi melalui penanaman nilai nilai yang dianggap baik bagi
perusahaan. Nilai tersebut menjadi inspirasi dan panduan moral dalam mengambil
keputusan dan tindakan dalam lingkup organisasinya. Sehingga dengan sendirinya
anggota organisasi akan mengendalikan masing masing individu, bukan dari luar
dirinya seperti oleh atasannya atau konsultan dsb.

Pengertian dan Peranan Budaya Organisasi

Budaya Organisasi adalah tradisi/kebiasaan, asumsi dan nilai nilai yang


melandasinya, yang dimiliki bersama oleh para anggota dalam sebuah organisasi,
diturunkan ke orang orang baru dan dijadikan panduan dalam memaknai berbagai
peristiwa, mengidentifikasi berbagai alternatif tindakan dan mengambil keputusan.

Nilai-nilai Spriritual dalam Budaya Organisasi


Menurut Marques (2008), spiritualitas ditempat kerja tidak mudah dibangun
karena :
1. Sebagian besar orang terbiasa dengan budaya yang menghargai prestasi
individu.
2. Budaya individualisme membuat sebagian besar orang menganggap kinerja
organisasi hanya dapat ditingkatkan dengan mentalitas kalah-menang.

Spritualitas tumbuh dalam budaya organisasi yang sesuai. Budaya organisasi


yang berlandaskan welas asih, keterbukaan, inovasi/kreativitas, dan menghargai
keberagaman.
 Nilai Welas Asih berarti setiap anggota memiliki kepedulian tidak hanya pada
dirinya sendiri (egois), namun juga berempati pada seluruh anggota
organisasi dan pihak lain di luar perusahaan.
 Nilai Keterbukaan berarti mampu untuk memiliki pikiran dan sikap yang
terbuka terhadap ide ide, pengalaman, dan kesempatan baru tanpa
berprasangka apapun sebelumnya. Yang menjadi kunci adalah kemampuan
untuk mendengarkan orang lain dengan berkesadaran. Fokus kita pada orang
lain bukan diri sendiri.
 Nilai Kerjasama menekankan pada komitmen untuk saling menolong,
memberikan masukan, dan menyelesaikan tanggungjawab masing-masing
dengan baik agar tidak menyusahkan anggota lain pada proses berikutnya.
Dengan membantu orang lain tentunya sama saja dengan membantu dirinya
sendiri.
 Nilai Inovasi/Kreativitas berarti menumbuhkembangkan iklim organisasi
yang memberikan ruang bagi seluruh anggota organisasi untuk selalu belajar
hal baru, berinisiatif, berdiskusi, dan bereksperimen dalam skala kecil
sebelum masuk dalam skala yang lebih besar.
 Nilai penghargaan terhadap keberagaman merujuk pada komitmen bersama
untuk selalu menghargai keberagaman dalam hal cara pandang, sosio-kultural,
agama, ideologi, tingkat pendidikan dan pengalaman hidup.

Metode Pembentukan Budaya Organisasi


Keteladanan Pemimpin

Saat seorang pemimpin mampu menggunakan dirinya sendiri sebagai


contoh nyata tentang apa yang ia harapkan untuk dilakukan oleh bawahannya,
maka kepercayaan dari bawahannya, maka kepercayaan dari bawahan
terhadapnya juga akan meningkat.

Komunikasi Tertulis

Komunikasi tertulis berfungsi untuk mengingatkan para anggota organisasi


tentang nilai-nilai yang diinginkan dan mendukung metode metode penanaman
budaya lainnya.

Meditasi

Meditasi memungkinkan seseorang untuk lebih memiliki kesadaran


penuh disini dan sekarang. Dengan demikian ia tidak lagi dikuasai oleh
prasangka, stress, emosi sesaat, dan kecemasan. Meditasi bermanfaat untuk
menenangkan pikiran dan nantinya dapat menuntun individu untuk
mengembangkan kreativitas dan welas asih.

Pelatihan Terstruktur

Materi pelatihan perlu dirancang sesuai kebutuhan dan menyentuh


kondisi sehari hari perusahaan. Materi Pelatihan yang bersifat umum/generik
dengan sekedar mengambil materi dari literatur umum tidak akan dapat
dimaknai dan diinternalisasikan oleh peserta.

Aksi Lapangan

Aksi Lapangan adalah sebuah tindakan nyata perusahaan untuk


menjangkau komunitas di luar organisasinya melalui berbagai program
pengembangan masyarakat dan lingkungan hidup. Salah satunya CSR yang
dilakukan oleh anggota organisasi secara langsung sehingga nilai spiritual dapat
langsung dirasakan oleh individu individu dalam organisasi.

Ritual dan Simbolisasi

Ritual dan simbolisasi akan efektif membentuk budaya organisasi jika


pesan/makna dibaliknya relevan dengan situasi sehari hari yang ada
diperusahaan dan pemimpin mampu mengartikulasikan dengan tajam
pesan/makna tersebut ke para anggota organisasinya.
BAB III
PEMBAHASAN

I. Bagaimana cara kita untuk bisa mengendalikan ego kita pada saat
berhadapan dengan orang yang keras kepala?

Hal yang harus kita lakukan saat berhadapan dengan orang yang keras kepala
adalah bersikap tenang, Jangan biarkan emosi anda yang malah akan membalikkan
keadaan dengan membuat mereka berfikir bahwa mereka yang menang. Bila anda
sudah mulai hilang kesabaran sebaiknya tinggalkan orang tersebut selama beberapa saat
untuk menenangkan diri dan kembalilah setelah tenang. Setelah itu, janganlah kita
langsung menyalahkan orang tersebut tetapi hargailah pendapat yang diberikannya,
karena dengan begitu akan membuat orang yang keras kepala tidak bertambah marah
namun dapat sedikit lebih tenang/baik. Orang keras kepala bukanlah orang yang jahat,
mereka hanya orang yang ingin diakui keberadaan dan pemikirannya. Lakukan
pendekatan persuasif kepada mereka dengan begitu secara perlahan mereka akan mulai
membuka diri dan terbiasa dengan ide-ide anda, hingga orang tersebut nyaman dengan
anda. Disaat ia mulai tenang, waktu tersebut dapat kita gunakan untuk berkompromi
dan negosiasi ide masing-masing pihak untuk menentukan jalan tengahnya.

II. Apa yang harus kita lakukan jika ada orang yang membutuhkan tetapi untuk
kebutuhan kita sendiri juga pas-pasan?

Pada saat saat seperti inilah mental kita diuji, dimana dalam hal ini kita harus
bisa mengalahkan diri kita sendiri. Tidak mudah memang, karena sebagai manusia ada
kecendrungan untuk lebih mementingkan dan mendahulukan kepentingan pribadi.
Mengaplikasikan hidup berbagi dalam situasi dan kondisi diri sendiri sedang pas-pasan,
sungguh-sungguh dituntut keikhlasan diri yang mendalam. Dalam hal ini sebaiknya kita
melihat sisi mana yang jauh lebih membutuhkan, apakah diri kita sendiri atau orang
lain. Sehingga ketika ada orang yang membutuhkan bantuan kita bisa memikirkannya
apakah kita benar-benar memerlukan apa yang orang itu perlukan, jika tidak terlalu
sebaiknya kita berikan untuk membantunya karena ia jauh lebih membutuhkannya.
Namun, jika kita memiliki sesuatu yang sangat kita butuhkan dan ada orang lain yang
juga membutuhkannya, kita memang tidak mungkin memberikannya karena kita juga
sangat membutuhkannya. Tetapi kita bisa menolong seseorang tersebut untuk
memperolehnya dengan tindakan lain. Contohnya ketika kita sebagai orang tua akan
membayar uang sekolah anak senilai Rp 5.000.000 dan kita membawa uang Rp
5.000.000 yang akan digunakan untuk membayar uang sekolah anak, disaat itu terdapat
orang tua lain yang kesusahan karena uang yang dimiliki kurang, karena uang yang kita
miliki juga pas-pasan kita bisa membantunya dengan memberikan informasi mengenai
beasiswa, atau memberikan informasi mengenai lowongan kerja yang dapat
menjanjikan gaji yang cukup.

III. Seperti apa tindakan yang harus dilakukan dalam menghadapi penderitaan
yang ada di sekitar kita?

Dalam mengahadapi penderitaan di sekitar, kita harus sensitive atas apa yang
terjadi. Dimana dengan sensitive terhadap penderitaan yang ada, kita dapat melakukan
tindakan di waktu yang tepat untuk memberikan pertolongan atau bantuan terhadap
penderitaan yang ada di sekitar kita tersebut agar tidak semakin meluas atau bertambah
buruk. Hal tersebut harus kita lakukan, karena kita saling itu saling terkait sehingga
penderitaan orang lain akan menghasilkan penderitaan bagi semua orang. Jadi
sebaiknya kita dapat memberikan tindakan yang tepat di waktu yang tepat untuk dapat
mengatasi atau menolong penderitaan di sekitar kita agar tidak bertambah buruk, karena
hal yang ditimbulkan kedepannya juga akan memberikan pengaruh bagi kita dan semua
orang.

IV. Seberapa besar pengaruh meditasi dalam membangun budaya organisasi?

Pengaruh yang diberikan sangat besar, karena meditasi dianggap sebagai yang
paling efektif untuk membangun kesadaran penuh. Meskipun meditasi sering
diasosiasikan dengan tradisi Buddhisme, namun teknik dasar meditasi itu sendiri
merupakan cara yang netral. Meditasi memungkinkan sesorang untuk lebih memiliki
kesadaran penuh disini dan sekarang, sehingga seseorang tidak akan dikuasai dengan
prasangka, stress, emosi sesaat, dan kecemasan. Atas hal tersebut akan membuat
seseorang untuk dapat berpikir lebih tenang dan jernih, dan kemudian hal tersebut dapat
membuat seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan welas asih. Maka dalam hal
tersebut. Nampak keselarasan antara manfaat meditasi dengan nilai-nilai spiritual yang
hendak dibangun dalam sebuah organisasi.
BAB IV
KESIMPULAN

I. Kesimpulan

Sistem pengendalian manajemen berbasis spiritualitas dapat memberikan


banyak pelajaran penting untuk dipahami dalam menghadapi segala hal yang ada di
sekitar kita, baik dalam mengendalikan ego saat berhadapan dengan orang lain, cara
untuk menghadapi penderitaan di sekitar kita, cara menghadapi organisasi
materialistik dan spiritual, dan untuk membangun budaya organisasi. Sehingga kita
dapat menentukan tindakan apa yang harus dilakukan dan sikap seperti apa yang
harus ditunjukan dalam menghadapi segala hal disekitar kita agar dapat dihadapi
dengan benar dan tidak memberikan dampak buruk bagi semua orang.
Sistem Pengendalian Manajemen merupakan alat yang memungkinkan
adanya proses edukasi secara terampil untuk membangun spiritualitas dalam
organisasi dan menyatukan kinerja komersial dan sosialnya. Visi, Misi dan Tujuan
organisasi yang didasarkan pada niatan baik seorang pemimpin perlu diturunkan
menjadi panduan operasional dalam aktivitas sehari hari. Saat SPM berbasis
spiritualitas dikembangkan, fokus sebuah perusahaan bukan lagi pada kinerja
berbasis konsep profit yang sempit dan egois, namun meluas menjadi surplus.
DAFTAR PUSTAKA

Efferin, Sujoko. 2017. Sistem Pengendalian Manajemen Berbasis Spiritualitas.


Surabaya: Rumah Peneleh.

Anda mungkin juga menyukai