Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

POST LAPARATOMI

Disusun Oleh :

Ashari Lahemma
J230170023

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
A. Pengertian
Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen
dengan membuka selaput perut ( Sujono Riyadi, S. M. 2011 ).
Laparatomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor, dengan
melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen untuk
mendapatkan bagian organ abdomen yang mengalami masalah seperti hemoragi,
perforasi, kanker dan obstruksi ( Smeltzer, 2012 ).
Laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah
abdomen yang melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas
abdomen ( Sjamsuhidajat dan Jong, 2010)

B. Jenis
Menurut Sjamsuhidajat (2010), bedah laparatomi merupakan teknik sayatan
yang dilakukan pada daerah abdomen. Teknik sayatan dapat dilakukan pada
bedah digestif dan kandungan dimana arah sayatan meliputi :
1. Midline Epigastric Incision
Insisi dilakukan persis pada garis tengah dimulai dari ujung Proc.
Xiphoideus hingga satu sentimeter diatas umbilikus. Membuka peritoneum
dari bawah.
2. Paramedian
Insisi ini dapat dibuat baik di sebelah kanan atau kiri dari garis tengah. Kira-
kira 2,5cm sampai 5cm dari garis tengah. Insisi dilakukan vertikal, diatas
sampai bawah umbilikus, M. Rectus Abdominis didorong ke lateral dan
peritoneum dibuka juga 2,5 cm lateral dari garis tengah.
3. Transverse upper abdomen incision
Yaitu insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan
splenektomy.
4. Transverse lower abdomen incision
Yaitu insisi melintang di bagian bawah ± 4 cm di atas anterior spinal iliaka,
misalnya; pada operasi appendectomy

2
C. Etiologi
Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan oleh beberapa
hal (Smeltzer, 2012) yaitu:
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
2. Peritonitis.
3. Perdarahan saluran cernas
4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
5. Massa pada abdomen
6. Appendisitis
7. Pancreatitis (inflammation of the pancreas)
8. Abscesses (a localized area of infection)
9. Adhesions (bands of scar tissue that form after trauma or surgery)
10. Diverticulitis (inflammation of sac-like structures in the walls of the
intestines)
11. Intestinal perforation
12. Ectopic pregnancy (pregnancy occurring outside of the uterus)
13. Foreign bodies (e.g., a bullet in a gunshot victim)

D. Manifestasi Klinis
Menurut Sujono (2011) tanda klinis yang muncul yaitu :
1. Nyeri tekan
2. Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
3. Kelemahan
4. Gangguan integumen dan jaringan subkutan.
5. Konstipasi
6. Mual dan muntah, anoreksia.

3
E. Pathway

(Rustianawati Y, Karyati S dan Himawan R. 2013 )

F. Komplikasi
Rustianawati Y, Karyati S dan Himawan R (2013) menngemukakan bahwa
beberapa komplikasi yang dapat muncul yaitu sebagai berikut :
1. Syok
Tidak memadainya oksigenasi selular yang disertai dengan ketidakmampuan
untuk mengekspresikan produk metabolisme. Gejala Klinis berupa:
a. Pucat
b. Kulit dingin dan terasa basah
c. Pernafasan cepat
d. Sianosis pada bibir, gusi dan lidah

4
e. Nadi cepat, lemah dan bergetar
f. Penurunan tekanan nadi
g. Tekanan darah rendah dan urine pekat.
2. Hemorrhagi/perdarahan
a. Hemoragi primer : terjadi pada waktu pembedahan
b. Hemoragi intermediari : beberapa jam setelah pembedahan ketika
kenaikan tekanan darah ke tingkat normalnya melepaskan bekuan yang
tersangkut dengan tidak aman dari pembuluh darah yang tidak terikat.
c. Hemoragi sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila ligatur
slip karena pembuluh darah tidak terikat dengan baik atau menjadi
terinfeksi atau mengalami erosi oleh selang drainage.
Gejala klinis hemorrhagi yaitu berupa gelisah, terus bergerak, merasa haus, kulit
dingin-basah-pucat, nadi meningkat, suhu turun, pernafasan cepat dan dalam,
bibir dan konjungtiva pucat dan pasien melemah.

G. Pemeriksaan Penunjang dan Pengobatan


1. Pemeriksaan laboratorium :
a. Elektrolit : dapat ditemukan adanya penurunan kadar elektrolit akibat
kehilangan cairan berlebihan
b. Hemoglobin :dapat menurun akibat kehilangan darah
c. Leukosit : dapat meningkat jika terjadi infeksi
2. Terapi
Biasanya klien post laparotomy mendapatkan terapi analgetik untuk
mengurangi nyeri, antibiotik sebagai anti mikroba, dan antiemetik untuk
mengurangi rasa mual.
(Reeves, 2011)

H. Post Operasi Laparatomi


Post op atau Post operatif Laparatomi merupakan tahapan setelah proses
pembedahan pada area abdomen (laparatomi) dilakukan. Tindakan post operatif
dilakukan dalam 2 tahap yaitu periode pemulihan segera dan pemulihan
berkelanjutan setelah fase post operatif. Proses pemulihan tersebut

5
membutuhkan perawatan post laparatomi. Perawatan post laparatomi adalah
bentuk pelayanan perawatan yang di berikan kepadaklien yang telah menjalani
operasi pembedahan abdomen (Reeves, 2011).

I. Tujuan perawatan post laparatomi


1. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
2. Mempercepat penyembuhan.
3. Mengembalikan fungsi klien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.
4. Mempertahankan konsep diri klien.
5. Mempersiapkan klien pulang.
(Reeves, 2011)

J. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan pada klien post laparatomy meliputi :
1. Biodata
a. Identitas Klien,meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, tindakan medis.
b. Identitas Penanggungjawab meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien, sumber biaya.
2. Keluhan utama : klien dengan post laparatomy ditemukan adanya keluhan
nyeri pada luka post operasi, mual, muntah, distensi abdomen, badan terasa
lemas.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang. Riwayat kesehatan sekarang ditemukan
pada saat pengkajian yang dijabarkan dari keluhan utama
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita penyakit sebelumnya dan kapan
terjadi. Biasanya klien memiliki riwayat penyakit gastrointestinal.

6
c. Riwayat kesehatan Keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang memiliki penyakit serupa dengan
klien, penyakit turunan maupun penyakit kronis (Rustianawati, 2013).
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran dapat compos mentis sampai koma tergantung beratnya
kondisi penyakit yang dialami, tanda-tanda vital biasanya normal kecuali
bila ada komplikasi lebih lanjut, badan tampak lemas.
b. Sistem Pernapasan
Terjadi perubahan pola dan frekuensi pernapasanmenjadi lebih cepat
akibat nyeri, penurunan ekspansi paru.
c. Sistem Kardiovaskuler
Mungkin ditemukan adanya perdarahan sampai syok, tanda-tanda
kelemahan, kelelahan yang ditandai dengan pucat, mukosa bibir kering
dan pecah-pecah, tekanan darah dan nadi meningkat.
d. Sistem Pencernaan
Mungkin ditemukan adanya mual, muntah, perut kembung, penurunan
bising usus karena puasa, penurunan berat badan, dan konstipasi.
e. Sistem Perkemihan
Jumlah output urin sedikit karena kehilangan cairan tubuh saat operasi
atau karena adanya muntah. Biasanya terpasang kateter.
f. Sistem Persarafan
Dikaji tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS dan dikaji semua
fungsi nervus kranialis. Biasanya tidak ada kelainan pada sistem
persarafan.
g. Sistem Penglihatan
Diperiksa kesimetrisan kedua mata, ada tidaknya sekret/lesi, reflek pupil
terhadap cahaya, visus (ketajaman penglihatan). Biasanya tidak ada
tanda-tanda penurunan pada sistem penglihatan.
h. Sistem Pendengaran
Amati keadaan telinga, kesimetrisan, ada tidaknya sekret/lesi, ada
tidaknya nyeri tekan, uji kemampuan pendengaran dengan tes Rinne,

7
Webber, dan Schwabach. Biasanya tidak ada keluhan pada sistem
pendengaran.\
i. Sistem Muskuloskeletal
Biasanya ditemukan kelemahan dan keterbatasan gerak akibat nyeri.
j. Sistem Integumen
Adanya luka operasi pada abdomen. Mungkin turgor kulit menurun
akibat kurangnya volume cairan.
k. Sistem Endokrin
Dikaji riwayat dan gejala-gejalayang berhubungan dengan penyakit
endokrin, periksa ada tidaknya pembesaran tiroid dan kelenjar getah
bening (Rustianawati, 2013).

K. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi


Menurut Nurarif (2015) bahwa masalah keperawatan yang muncul dan
intervensi keperawatan yang dilakukan pada kasus laparatomi yaitu sebagai
berikut :
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka invasi
Tujuan: klien menunjukkan integritas kulit dalam keadaan normal.
Kriteria hasil: tidak adanya tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
Intervensi :
a. Berikan perawatan luka operasi yang bersih.
Rasional : mencegah terjadinya infeksi yang dapat membuat terjadinya
kerusakan integritas kulit lebih lanjut.
b. Latih alih baring dan berikan sandaran atau tahanan yang lembut pada
daerah- daerah yang mungkin terjadi luka dekubitus
Rasional : mencegah terjadinya dekubitus
c. Hindari terjadinya infeksi pada luka operasi yang dapat membuat
parahnya integritas kulit.
Rasional : adanya infeksi dapat membuat kerusakan integritas kulit leb
d. Pemberian antibiotik sistemik parah.
Rasional : pemberian antibiotik dapat membantu membasmi bakteri
sehingga infeksi kulit tidak meluas

8
2. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur invasi
Tujuan : memenuhi kebutuhan rasa nyaman pada klien.
Kriteria hasil: klien melaporkan nyeri abdomen berkurang
Intervensi:
a. Gunakan analgetik
Rasional : mengurangi rasa nyeri akibat sayatan.
b. Ajarkan teknik relaksasi pada klien.
Rasional : untuk membantu mengalihkan nyeri yang dirasakan.
c. Berikan lingkungan yang nyaman
Rasional: agar pasien dapat beristirahat dengan baik.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
Tujuan : klien tidak terkena infeksi
Kriteria hasil: klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
a. Selalu cuci tangan setelah menyentuh klien atau benda-benda yang
kemungkinan terkontaminasi serta sebelum memberikan tindakan kepada
klien lain.
Rasional : mencegah infeksi silang antar pasien yang dapat
memperburuk keadaan pasien
b. Semua benda-benda yang terkontaminasi dibuang atau dimasukan ke
dalam tempat khusus dan diberi label sebelum dilakukan dekontaminasi
atau diproses ulang kembali
Rasional: mencegah penyebaran kuman
c. Pastikan luka sayatan dalam keadaan tertutup.
Rasional; mencegah terjadinya terpapar kuman dari luar.
4. Gangguan mobilisasi berhubungan dengan pergerakan terbatas dari anggota
tubuh.
Tujuan: klien dapat melakukan aktivitas dengan normal.
Kriteria hasil; klien dapat berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang biasa
dilakukan secara mandiri.

9
Intervensi:
a. Bantu klien untuk melakukan aktivitas yang biasa di lakukan
Rasional; membantu memenuhi kebutuhan yang biasa di lakukan secara
mandiri.
b. Lakukan ROM pada anggota tubuh yang lain
Rasional: mencegah terjadinya kelemahan otot akibat pergerakan
terbatas.

10
DAFTAR PUSTAKA

De Jong. W, Sjamsuhidajat. R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi III. Jakarta: EGC.

Nurarif (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis & NANDA
NIC-NOC Jilid 3. Yogyakarta: MediAction.

Reeves, Charlene J. et al (2011). Keperawatan medical bedah. Jakarta: Salemba


Medika.

Rustianawati Y, Karyati S dan Himawan R. 2013. Efektivitas Ambulasi Dini terhadap


Penurunan Nyeri pada Pasien Post Operasi Laparotomi di RSUD
Kudus.Volume 4 No.2

Smeltzer. Suzzanne C. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth : Edisi
10. Alih Bahasa Agung Waluyo.. (et al.);editor edisi bahasa indonesia Monica
Ester.. (et. al.). Jakarta: EGC.

Sujono Riyadi, S. M. 2011. Buku Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

11

Anda mungkin juga menyukai