Anda di halaman 1dari 20

Oleh:

IR. SUJITNO
Head of Bureau Calibration
Equipment Measurement Calibration Workshop Inspektur Kelaikan Laut Militer

PENGERTIAN UMUM

Menurut Organization International Metrology Legal (OIML) ” Metrologi


adalah ilmu pengetahuan mengenai pengukuran yang menyangkut semua aspek
baik teori maupun terapan ”
Berdasarkan pengertian tersebut diatas, maka metrologi dibagi atas :
Pertama, Metrologi Ilmiah atau Sains Metrologi yang berhubungan dengan ilmu
pengetahuan, penelitian dan pengembangan standar-standar pengukuran untuk
memperoleh hasil pengukuran yang sangat akurat dan dipercaya.
Kedua, Metrologi Terapan atau praktek yaitu perwujudan dari pengetahuan ukur
mengukur dalam kehidupan sehari-hari yang selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam penerapannnya dikehidupan sehari-hari, metrologi terapan dibeda-
kan atas Metrologi Industri (Industrial Metrology) dan Metrologi Legal (Legal
Metrology). Metrologi industri, digunakan untuk keperluan industri secara luas agar
diperoleh hasil pengukuran yang akurat dan terpercaya, mulai dari pengadaan
bahan baku sampai pada pengendalian produk, rasionalisasi teknik produksi dan
pertukaran komponen antar industri dengan tujuan untuk memastikan bahwa
sistim pengukuran dari alat-alat ukur di industri berfungsi dengan akurasi yang
memadai, baik dalam proses persiapan, produksi maupun pengujiannya. Adapun
untuk metrologi legal lebih difokuskan pada pengelolaan satuan-satuan ukuran,
metode-metode pengukuran dan alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkap
annya (UTTP) serta syarat-syarat teknik dan peraturan berdasarkan undang-
undang yang bertujuan untuk melindungi kepentingan umum dalam hal
kebenaran pengukuran yang berdampak pada transaksi ekonomi.
Pada hakekatnya metrologi industri berkenaan dengan pengukuran dalam
rangka pengendalian mutu, sedangkan metrologi legal menyangkut hal-hal yang

1 dari 19
Equipment Measurement Calibration Workshop Inspektur Kelaikan Laut Militer

berkaitan dengan perdagangan secara hukum (perniagaan).


Pengetahuan ukur mengukur sudah dikenal sejak dahulu dan berkembang
sejalan dengan peradaban manusia. Di Cina sejak Dinasti Shang + 500 tahun yang
lalu telah menetapkan sistim standar ukuran panjang, massa dan valume. Di
Indonesia sistim pengukuran sudah diaplikasikan cukup lama, meskipun dimensi
standarnya belum diatur.
Perkembangan metrologi di Indonesia mulai diatur sejak tahun 1923 dengan
diberlakukannya Ordonansi Tera tahun 1923 adalah Jawatan Tera. Dewasa ini
jawatan tera adalah Direktorat Metrologi Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam
Negeri Departemen Perindustrian dan Perdagangan sesuai Undang-Undang
Metrologi Legal.
Sampai dengan tahun 1995 Institusi Pelayanan Kemetrologian ada 27
Propinsi dan 28 Daerah Tingkat II , namun mulai tahun 1996 Institusi Pelayanan
Kemetrologian sudah berada pada daerah tingkat II (Kabupaten/Kotamadya).
Sejak tahun 1960 Indonesia menjadi anggota tetap dari organisasi metrologi
se-dunia dengan nama Organization International Metrology Legal (OIML) ber-
markas di Paris. Sejak ditanda-tanganinya Deklarasi Bogor mengenai kerjasama
APEC, maka dibentuk pula Asia Pacific Legal Metrology Forum (APLMF) bermarkas
di Australia dimana Indonesia juga menjadi anggota tetap.

PERKEMBANGAN METROLOGI

Tujuan utama metrologi adalah untuk menjamin tertib ukur melalui kebenar
an pengukuran dimana pada awalnya ditekankan untuk perlindungan konsumen,
dewasa ini telah memerlukan perspektif yang lebihh luas yaitu bertujuan untuk
menjamin kepercayaan dalam sistim pengukuran agar dapat menekan jumlah
perselisihan dan biaya transaksi sekecil mungkin. Biaya transaksi dapat berasal dari
ketelitian pengukuran dan konsistensi pengukuran.
Sejalan dengan pola pikir itu, dewasa ini peran metrologi semakin penting
karena :

2 dari 19
Equipment Measurement Calibration Workshop Inspektur Kelaikan Laut Militer

 Dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, jumlah dan kualitas

alat pengukuran semakin meningkat sesuai dengan tuntutan, efisiensi dan


efektifitas semua proses kegiatan. Waktu dulu alat ukur masih manual dan
konvensional, namun saat ini semakin mengarah pada pengukuran elektronik dan
komputerisasi.

 Memasuki era perdagangan bebas membawa konsekuensi akan tututan

terhadap kualitas dan kuantitas produk yang memenuhi persyaratan. Untuk itu
diperlukan harmonisasi peraturan agar setiap negara tidak perlu lagi melakukan
verifikasi, diantaranya adalah penerapan menajemen sistim mutu ISO 9000. Salah
satu klausul yang tercantum dalam ISO 9000 adalah setiap alat ukur yang
dipergunakan dalam proses produksi harus dikalibrasi dan metode pengukuran
harus terharmonisasi.

 Kepastian dalam pengukuran akan dapat menekan jumlah perselisihan dan

biaya transaksi. Dalam setiap kontrak jual beli, masalah pengukuran perlu men-
dapat perhatian oleh pihak yang berkepentingan.

 Meningkatnya pendapatan masyarakat, mengharuskan kebenaran dalam

pengukuran transaksi jual beli. Masyarakat kita saat ini semakin kritis untuk
semaksimal mungkin mengurangi kerugian akibat pemuatan curang dalam
kwanta barang yang sering terjadi dalam transaksi jual beli.

 Peningkatan pendapatan masyarakat berdampak pada meningkatnya tuntut

an kualitas kehidupan, baik jasmani maupun rohani. Faktor mendasar dalam hal ini
adalah menentukan persyaratan metrologis yang berkaitan langsung dengan
pengukuran terhadap ekonomi dan sosial yang pada gilirannya juga
mempengaruhi lingkungan hidup dan kesehatan.
Peran metrologi yang semakin meningkat itu, merupakan tuntutan dari fungsi
dan dampak metrologi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari yang semakin
tumbuh dan berkembang.

3 dari 19
Equipment Measurement Calibration Workshop Inspektur Kelaikan Laut Militer

Dalam uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa metrologi terapan terdiri


dari metrologi industri dan metrologi Legal. Dewasa ini cakupan dari metrologi
legal juga semain berkembang meliputi :
 Pengukuran dalam perdagangan eceran untuk melindungi konsumen
(timbangan untuk jualan eceran dan pompa bensin).
 Pengukuran yang dilakukan pada perdagangan dalam jumlah besar untuk
whole sale, perdagangan internasional dengan kapal, timbangan jembatan,
timbangan dinamis, penimbangan dan pengukuran arus kapasitas besar,
pengukuran luas dan meter taksi.
 Pengukuran yang dilakukan dalam UTTP jenis tertentu (meter listrik, meter gas,
meter air dan meter pulsa telepon).
 Pengukuran mutu dalam perdagangan (meter kadar air, minyak bumi, protein
dan kualitas BBM).
 Pengukuran berdasarkan undang-undang/peraturan pemerintah (loadmeter,
emisi gas buang kendaraan bermotor, radar pemantau kecepatan).
 Pengukuran dalam bidang kesehatan untuk alat-alat ukur kesehatan (sphygmo
manometer, thermometer klinis dan pengukuran forensik).
 Pengukuran dalam bidang kimia terutama makanan dan lingkungan hidup
serta bahan ukur.
 Pengukuran di industri menjadi legal apabila syarat pengakuan dicantumkan
dalam kontrak.
 Survey dalam rangka hasil pengukuran luas, panjang, kedalaman dan ketepat
an kandungan.
 Waktu yang dikaitkan dengan ketepatan penunjukkan waktu yang sangat
mempengaruhi efisiensi dan efektifitas.

REGULASI

Peraturan tertinggi di Indonesia yang menyangkut masalah metrologi


adalah Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1981 tentang Metrologi

4 dari 19
Equipment Measurement Calibration Workshop Inspektur Kelaikan Laut Militer

Legal (Undang-Undang Metrologi Legal disingkat UUML). Undang-undang ini


mengatur hal-hal mengenai pembuatan, pengedaran, penjualan, pemakaian
dan pemeriksaan alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya (UTTP).
Dibawah UUML, ada Peraturan Pemerintah (PP) No. 2 Tahun 1989 tentang
Standar Nasional untuk Satuan Ukuran yang menjabarkan perihal penetapan,
pengurusan, pemeliharaan dan pemakaian Standar Nasional untuk Satuan Ukuran
(SNSU) sebagai acuan tertinggi pengukuran yang berlaku di Indonesia.

5 dari 19
Equipment Measurement Calibration Workshop Inspektur Kelaikan Laut Militer

PENGERTIAN UMUM

Setiap produk yang dihasilkan dari suatu proses produksi tidak dijamin akan
selalu sesuai dengan spesifikasinya. Demikian pula apabila produk tersebut berupa
alat ukur atau alat uji, maka tidak ada jaminan bahwa alat ukur atau uji tersebut
telah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Artinya tidak ada jaminan
bahwa alat tersebut akan menunjukkan suatu nilai yang benar.
Dengan kata lain bahwa setiap alat ukur atau uji yang diproduksi pada
umumnya akan selalu mempunyai kesalahan (error) atau penyimpangan dari
spesifikasi yang ditentukan, sehingga apabila alat tersebut digunakan untuk
mengukur atau menguji sesuatu maka hasil pengukuran atau pengujiannya tidak
dapat dijamin kebenarannya. Hal ini akan berpengaruh buruk terhadap kegiatan-
kegiatan yang dilakukan menusia dalam berbagai bidang seperti dalam bidang
ekonomi, teknologi dan sosial.
Seperti kita ketahui bahwa kegiatan pengukuran atau pengujian mem-
punyai dampak terhadap ekonomi, teknologi dan sosial, misalnya hasil pengukur
an atau pengujian yang tidak benar terhadap komponen-komponen kendaraan
akan berpengaruh buruk terhadap keselamatan penumpang. Demikian pula
dampak terhadap teknologi dan ekonomi.
Pada umumnya alat ukur atau uji dapat dikelompokkan kedalam 4 (empat)
kategori, yaitu :
Pertama sebagai Alat ukur, adalah alat yang digunakan untuk menentukan nilai-
nilai suatu parameter (contoh : Thermometer, Voltmeter, Micrometer, dll).
Kedua sebagai Instalasi alat pengujian, adalah instalasi yang digunakan untuk me-
nentukan penampilan karakteristik yang biasanya digabungkan dengan sebuah
alat ukur (contoh : Mesin uji tarik, Spectrometer, dll).

6 dari 19
Equipment Measurement Calibration Workshop Inspektur Kelaikan Laut Militer

Ketiga sebagai Alat ukur standar, adalah alat yang dapat digunakan untuk
mengukur suatu contoh alat atau sistim dengan maksud untuk menentukan,
menyatakan, memberikan, mempertahankan atau menghasilkan kembali satu
atau lebih nilai tertentu dalam upaya untuk mentransfer nilai tersebut ke alat ukur
yang lain dengan cara pembandingan. (contoh : Standard gauge, Standard load
cell, dll).
Keempat sebagai Peralatan bantu, adalah jenis peralatan yang digunakan dalam
proses kalibrasi atau pengujian, tetapi tidak digunakan secara langsung untuk men
dapatkan suatu hasil. (contoh : Flatness optic, Clamp stand, dll).
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh peralatan yang siap digunakan
adalah ketepatan penunjukkan (akurasi). Ketepatan penunjukkan setiap alat ukur
atau uji, sangat diperlukan dan harus layak menurut mutu metrologi. Artinya hasil
pengukuran atau pengujian yang diperoleh dengan menggunakan alat tersebut,
tidak menyimpang atau melebihi batas toleransi yang telah ditetapkan. Untuk
menjamin hal tersebut maka setiap alat ukur atau alat uji perlu dikalibrasi atau
diverifikasi secara periodik dalam setiap jangka waktu tertentu.

SISTIM KALIBRASI

Kalibrasi didefinisikan sebagai suatu kegiatan ilmiah untuk menentukan


kebenaran konvensional nilai penunjukkan suatu alat ukur atau uji dengan cara
membandingkan terhadap standar ukurnya yang mampu telusur (traceable) ke
standar nasional dan/atau internasional untuk satuan ukur.
Dalam dunia metrologi, kalibrasi seringkali dikelompokkan kedalam kategori
metrologi industri atau metrologi teknik. Adapun tujuan utama dari pada kalibrasi
adalah agar dapat ditentukan besarnya deviasi atau simpangan kebenaran nilai
penunjukan suatu alat ukur atau uji sehingga kondisi alat tersebut dapat dijaga
sesuai dengan spesifikasinya. Biasanya kegiatan kalibrasi dilakukan dengan cara
membandingkan alat ukur atau alat uji terhadap suatu alat yang dianggap
standar yang mampu telusur ke standar nasional atau internasional.

7 dari 19
Equipment Measurement Calibration Workshop Inspektur Kelaikan Laut Militer

Sistim kalibrasi alat ukur atau uji tergantung kepada jenis alat ukur atau uji
yang dikalibrasi. Pada dasarnya dalam suatu proses kalibrasi diperlukan alat
standar yang digunakan sebagai pembanding, prosedur atau metode kalibrasi
yang menjelaskan tentang cara-cara kalibrasi yang harus diikuti, ruangan kalibrasi
yang terkondisikan sesuai dengan persyaratan tertentu dan alat ukur atau uji yang
akan dikalibrasi.
Proses kalibrasi menggunakan suatu metode tertentu tergantung pada alat
yang akan dikalibrasi. Pada umumnya metode kalibrasi dibedakan atas metoda
langsung dan metoda tak langsung. Kalibrasi dengan menggunakan metoda
langsung dapat dicontohkan pada proses kalibrasi sebuah timbangan (neraca)
yaitu dengan menggunakan anak timbangan standar, kita dapat secara langsung
mengkalibrasi timbangan tanpa menggunakan sarana yang lain. Sedangkan
pada metode tak langsung, kita membutuhkan sarana lain seperti pada proses
kalibrasdi anak timbangan (timbel) dimana pada proses kalibrasi tersebut kita
memerlukan sebuah timbangan sebagai sarana pembanding (komparator).

UNSUR KALIBRASI

Pada dasarnya dalam suatu proses kalibrasi, baik dengan menggunakan


metode langsung maupun metode tak langsung, diperlukan unsur-unsur pokok
dalam sistim kalibrasi. Unsur-unsur pokok tersebut adalah :
1. Alat standar ukur atau uji (kalibrator).
2. Prosedur atau metode kalibrasi.
3. Ruangan kalibrasi yang terkondisikan (suhu & kelembaban).
4. Personil yang melakukan kalibrasi (berkualifikasi).
5. Alat ukur atau uji yang akan dikalibrasi (berfungsi normal).

Alat standar ukur atau uji adalah alat yang memiliki suatu nilai tertentu yang
dianggap sebagai nilai benar atau nilai standar konvensional. Nilai tersebut
sebagai pembanding terhadap alat ukur atau uji lain yang akan dikalibrasi.

8 dari 19
Equipment Measurement Calibration Workshop Inspektur Kelaikan Laut Militer

Dengan kata lain nilai standar tersebut di-diseminasi-kan ke alat lain melalui
kegiatan kalibrasi.
Prosedur atau metode kalibrasi adalah suatu dokumen tertulis yang diperlu-
kan dalam melaksanakan kegiatan kalibrasi. Prosedur atau metode tersebut
berisikan pedoman tata cara atau langkah-langkah proses kalibrasi yang harus
diikuti. Dengan demikian proses kalibrasi tersebut dapat dilaksanakan dengan
cara yang sama oleh setiap pemakai dokumen tersebut.
Ruangan kalibrasi adalah suatu ruangan yang harus memenuhi persyaratan
tertentu sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam prosedur atau metode
kalibrasi. Pada umumnya kondisi yang dipersyaratkan adalah temperatur, tekanan
atmosfer, kelembaban relatif serta kondisi lainnya seperti noise, penerangan,
getaran, medan magnet atau medan listrik dan sebagainya sesuai dengan
persyaratan alat yang dikalibrasi.
Personil atau operator yang melaksanakan kalibrasi mempunyai peranan
penting dalam menentukan hasil kalibrasi. Setiap personil atau operator kalibrasi
dituntut untuk melaksanakan proses kalibrasi dengan baik dan benar dalam
mengoperasikan peralatan, membaca alat ukur dan menganalisa hasil kalibrasi.
Karena itu seorang personil atau operator yang melaksanakan kalibrasi memerlu
kan pengetahuan atau skill, pengalaman dan pelatihan tertentu sehingga mampu
melaksanakan kalibrasi dengan benar.
Alat ukur atau alat uji adalah alat yang akan dikalibrasi atau diverifikasi,
pada prinsipnya merupakan unsur sistim kaibrasi yang dapat menyebabkan
kesalahan pada hasil proses kalibrasi, misalnya akibat dari bentuk, permukaan
ataupun struktur alat tersebut.

STANDAR KALIBRASI

Untuk melakukan kegiatan kalibrasi, diiperlukan alat atau bahan standar


yang mempunyai nilai atau kelas tertentu. Pada dasarnya suatu standar dibagi
menurut hirarkinya adalah sebagai berikut :

9 dari 19
Equipment Measurement Calibration Workshop Inspektur Kelaikan Laut Militer

1. STANDAR NASIONAL (National Standard) adalah standar yang ditetapkan dan


diakui secara nasional oleh suatu negara sebagai dasar untuk menentukan nilai
standar lainnya.
2. STANDAR ACUAN (Reference Standard) adalah standar terbaik yang ada pada
suatu lokasi tertentu dimana dari standar tersebut dapat diturunkan ke standar
dibawahnya pada lokasi tertentu.
3. STANDAR KERJA (Working Standar) adalah standar yang digunakan langsung
untuk mengkalibrasi peralatan ukur atau uji yang ketelitiannya lebih rendah.

Pada dasarnya proses kalibrasi menurut hirarki standar diatas adalah standar kerja
dikalibrasi dengan standar acuan, dan standar acuan dikalibrasi dengan standar
nasional.
Pembagian standar ukur menurut jenis besarannya dibedakan atas :
1. Standar ukur dasar (panjang, massa, waktu, suhu, intensitas cahaya, arus listrik
dan jumlah materi).
2. Standar ukur turunan (tekanan, gaya, viskositas, densitas dan tahan listrik).

PENGELOLAAN KALIBRASI

Untuk mendapatkan suatu hasil kalibrasi yang baik dan benar, maka
diperlukan pengelolaan sistim kalibrasi. Menurut pengalaman para ” metrologist ”
bahwa untuk mendapatkan hasil yang optimal dari kegiatan kalibrasi, diperlukan
penerapan sistim mutu pada laboratorium kalibrasi. Faktor-faktor penting dalam
penerapan sistim mutu dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) faktor yaitu : faktor
Manajemen, faktor Teknis dan faktor Personil.
Penerapan sistim mutu pada laboratorium kalibrasi dapat mengikuti
pedoman ISO 9000 terutama untuk laboratorium kalibrasi di pabrik-pabrik atau
industri yang melakukan kalibrasi internal, sedangkan untuk laboratorium kalibrasi
atau pengujian yang memberikan jasa pelayanan kalibrasi keluar (eksternal) wajib
menerapkan pedoman ISO/IEC 17025 : 2005. Penerapan sistim mutu pada

10 dari 19
Equipment Measurement Calibration Workshop Inspektur Kelaikan Laut Militer

laboratorium kalibrasi untuk mencapai sasaran GLP (Good Laboratory Practice)


dan GMP (Good Measurement Practice). Sistim mutu yang diterapkan harus di-
dokumentasikan dalam bentuk panduan mutu yang terdiri dari prosedur, instruksi
kerja dan formulir isian.

INTERVAL KALIBRASI

Dalam menjamin mutu hasil suatu produk, salah satu faktor yang perlu di-
perhatikan adalah bahwa setiap alat ukur atau uji yang digunakan dalam proses
produksi tersebut harus dikalibrasi dalam setiap jangka waktu atau interval tertentu
secara periodik.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan sebagai dasar dalam menentu-
kan jangka waktu atau interval kalibrasi adalah :
a. Rekomendasi dari pabrik pembuat alat.
b. Frekuensi pemakaian alat.
c. Pengaruh kondisi lingkungan dan penyimpanan.
d. Ketelitian pengukuran.
e. Cara pengoperasian dan perawatan alat.
Bilamana faktor-faktor tersebut selalu diperhatikan didalam melakukan peng-
operasian, perawatan maupun pemeliharaan setiap alat ukur atau uji maka
tingkat kesalahan atau penyimpangan dari alat tersebut dapat diminimalkan.

KETERTELUSURAN (TRACEABILITY)

Ketertelusuran pengukuran didefinisikan sebagai kemampuan suatu hasil


pengukuran secara individu untuk dapat dihubungkan ke standar nasional atau
internasional melalui mata rantai pembandingan yang tak terputus. Agar setiap
hasil pengukuran tertelusur ke standar nasional atau internasional maka setiap alat
ukur atau uji dikalibrasi terhadap standar kerja, kemudian standar kerja dikalibrasi

11 dari 19
Equipment Measurement Calibration Workshop Inspektur Kelaikan Laut Militer

terhadap standar acuan dan selanjutnya standar acuan dikalibrasi terhadap


standar nasional. Sedangkan standar nasional dikalibrasi terhadap standar
internasional atau dibandingkan terhadap standar negara lain. Mata rantai
ketertelusuran dapat digambarkan sebagai berikut :

KETERANGAN HIRARKI KALIBRASI

Bureau International des


Poids et Measures (BIPM) Standar Internasional
Biro Internasional (Primary Standards)
Timbangan dan Ukuran
(FRANCE)

lembaga metrologi Standar Nasional


nasional suatu negara (National Standards)

laboratorium kalibrasi
yang terakreditasi atau Standar Acuan Standar Acuan
pusat kailbrasi didalam (Reference Standards) (Reference Standards)
suatu perusahaan

Standar Kerja Standar Kerja


laboratorium kalibrasi
in-house ( std.Pabrik ) (Working Standards) (Working Standards)
dalam perusahaan

Pengguna akhir Alat ukur Alat ukur


/bengkel/tempat kerja (Meas Instr) (Meas Instr)
dalam wilayah
perusahaan

Untuk menjamin akurasi atau keabsahan hasil kalibrasi dan pengujian,


ketertelusuran pengukuran merupakan hal yang sangat penting bagi laboratorium
kalibrasi maupun laboratorium pengujian.

12 dari 19
Equipment Measurement Calibration Workshop Inspektur Kelaikan Laut Militer

Kegiatan - kegiatan kemetrologian, pengujian dan pengukuran memberikan


masukan penting dalam menjamin kualitas berbagai kegiatan di industri. Hal ini
mencakup kebutuhan akan adanya ketertelusuran yang menjadi sangat penting
sebagaimana halnya pengukuran itu sendiri. Pengakuan atas kompetensi
kemetrologian pada tiap tingkat dalam rantai ketertelusuran itu dapat dicapai
dengan membuat suatu pengaturan saling mengakui (Mutual Recognition
Arrangement, disingkat MRA)
Seorang pemakai dapat memperoleh ketertelusuran hingga ke tingkat ter-
tinggi di tingkat internasional, baik secara langsung (melalui suatu lembaga
metrologi nasional) maupun tidak langsung (melalui suatu laboratorium kalibrasi
sekunder). Berkat adanya berbagai pengaturan saling mengakui (Mutual
Recognition Arrangement, MRA), ketertelusuran juga dapat diperoleh dari
laboratorium di negara-negara lain.
Untuk menjamin ketertelusuran suatu hasil pengukuran, maka alat ukur yang
digunakan harus dikalibrasi. Proses kalibrasi dapat menentukan nilai-nilai yang
berkaitan dengan kinerja suatu alat ukur, hal ini dicapai dengan pembandingan
secara langsung terhadap suatu standar ukur. Keluaran dari proses kalibrasi adalah
sertifikat kalibrasi, selain sertifikat biasanya juga ada label atau stiker yang di-
rekatkan pada alat ukur yang sudah dikalibrasi.
Ada tiga alasan penting, mengapa sebuah alat ukur perlu dikalibrasi :
1. Memastikan bahwa penunjukan alat tersebut sesuai dengan hasil pengukuran
lain.
2. Menentukan akurasi penunjukan alat.
3. Mengetahui kehandalan alat, yaitu bahwa alat tersebut dapat dipercayai.

KONDISI LINGKUNGAN

Hal lain yang harus kita perhatikan dalam melakukan pengukuran atau
kalibrasi adalah mencatat data kondisi lingkungan di tempat dan pada saat
melakukan kalibrasi, khususnya suhu dan kelembaban. Adapun beberapa contoh

13 dari 19
Equipment Measurement Calibration Workshop Inspektur Kelaikan Laut Militer

persyaratan kondisi lingkungan pada saat melakukan proses kalibrasi menurut ISA
(Instrumentation Sociaty of America) dapat diuraikan sebagai berikut :

Laboratorium Suhu (C) R H (%) Vibrasi Tek-Udara Noise Penerangan

Dimensi 20 + 1 45 + 5 0.25  1 g 10 pascal 45 dB 1000 lux

Massa 20 + 0.5 45 + 10 0.25  1 g 10 pascal 45 dB 1000 lux

Temperatur 23 + 1 45 + 10 0.25  1 g 10 pascal 45 dB 1000 lux

Gaya 23 + 1.5 45 + 10 0.25  1 g 10 pascal 45 dB 1000 lux

Hal penting yang perlu diperhatikan ketika melakukan pengukuran dalam


tiap tingkat, yaitu :

1. Parameter apa saja yang perlu diukur ?.


2. Penggunaan infrastruktur kemetrologian yang ada.
3. Penjaminan ketertelusuran pengukuran yang tepat, bilamana bisa harus ter-
telusur ke Si melalui suatu rantai perbandingan yang tidak terputus dan dapat
diaudit.
4. Apakah metode dan prosedur yang tepat tersedia untuk semua macam
pengujian atau kalibras ?.
5. Batas-batas teknis ditetapkan dengan analisis resiko berdasarkan data yang
kuat, apakah data yang ada mendukung dasar pertimbangan ?, apakah perlu
data baru tambahan ?.
6. Penggunaan standar internasional yang ada (jika perlu), ditambah ketentuan-
ketentuan lain atau pengembangan standar internasional baru.
7. Ketidakpastian pengukuran, seberapa besar nilainya dibandingkan dengan
batas-batas teknis ?, dan apa dampaknya pada kemampuan untuk melaku-
kan penilaian kesesuaian ?.
8. Pengambilan sampel dari data, apakah secara acak atau efektif ?, apakah
ada dasar ilmiah pada ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan frekuensi?
, apakah ada dampak dari variasi waktu, musim atau geografis ?.

14 dari 19
Equipment Measurement Calibration Workshop Inspektur Kelaikan Laut Militer

INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

 Lembaga Metrologi Nasional – Puslit KIM LIPI.


Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi dan Metrologi yang merupakan
bagian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan sering disingkat Puslit
KIM LIPI adalah instansi pemerintah yang menjalankan fungsi lembaga
metrologi nasional atau NMI (National Measurement Institute) di Indonesia. Hal
tersebut merupakan penjabaran dari Undang-Undang Metrologi Legal (UUML)
nomor 2 tahun 1981 yang mengharuskan adanya lembaga yang membina
standar nasional dan ditetapkan oleh Keppres. Lalu diturunkan menjadi Keppres
No. 79 tahun 2001 tentang Komite Standar Nasional untuk Satuan Ukuran
(Komite SNSU), yang menyerahkan pengelolaan teknis ilmiah SNSU tersebut
kepada LIPI. Dalam hal ini, Puslit KIM adalah unit organisasi dibawah LIPI yang
bidang kegiatannya paling berkaitan dengan pengelolaan standar nasional.
Puslit KIM LIPI mempunyai kompetensi di bidang metrologi panjang,
waktu, massa dan besaran terkait, kelistrikan, suhu, radiometri dan fotometri,
serta akustik dan getaran. Umumnya standar yang dipelihara oleh Puslit KIM LIPI
adalah standar tertinggi di Indonesia. Besaran yang tidak ditangani oleh Puslit
KIM LIPI adalah jumlah zat. Standar dan ketertelusuran untuk besaran ini
ditangani oleh Pusat Penelitian Kimia (bagian dari LIPI) untuk metrologi kimia
pada umumnya, dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Keselamatan
Radiasi dan Biomedika Nuklir (P3KRBIN) dibawah Badan Tenaga Atom Nasional
(BATAN) yang menangani metrologi radiasi pengion dan radioaktivitas.

 Badan Akreditasi – K A N
Komite Akreditasi Nasional (KAN) adalah lembaga non struktural yang
bertugas membantu Badan Standardisasi Nasional (BSN) dalam menyeleng-
garakan kegiatan akreditasi untuk berbagai bidang kegiatan standardisasi,
termasuk di antaranya akreditasi laboratorium kalibrasi, laboratorium pengujian
dan lembaga sertifikasi produk.

15 dari 19
Equipment Measurement Calibration Workshop Inspektur Kelaikan Laut Militer

Dalam melakukan kegiatan akreditasi, KAN dibantu oleh tenaga-


tenaga profesional (pegawai pemerintah maupun swasta) dari berbagai
lembaga, instansi, organisasi dan perusahaan yang mempunyai kompetensi di
bidang yang diakreditasi.
Di tingkat regional, KAN adalah penandatangan APLAC MRA (Asia
Pacific Laboratory Accreditation Committe – Mutual Recognition Arrangement).
Pada awal tahun 2005, KAN telah mendapatkan pengakuan untuk bidang
kalibrasi dan pengujian, yang berarti bahwa sertifikat kalibrasi atau laporan
pengujian yang diterbitkan oleh laboratorium yang diakreditasi oleh KAN bisa
diakui di lingkungan Asia-Pasifik. Di tingkat internasional, KAN juga menjadi
anggota ILAC (International Laboratory Accreditation Cooperation).

 Badan Standardisasi – B S N
Badan Standardisasi Nasional (BSN) adalah lembaga pemerintah di
bawah Presiden RI yang bertugas mengembangkan dan membina kegiatan
standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia dalam suatu Sistem
Standardisasi Nasional (SSN). Tujuan utama standardisasi di Indonesia adalah
melindungi konsumen, tenaga kerja dan masyarakat dari aspek keamanan,
keselamatan, kesehatan serta berwawasan lingkungan didasarkan pada
Peraturan Pemerintah No. 102 tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional. BSN
menetapkan standar yang disebut Standar Nasional Indonesia (SNI)

 Lembaga Metrologi Legal – Diirektorat Metrologi Departemen Perdagangan.


Direktorat Metrologi dibawah Departemen Perdagangan adalah
organisasi sentral yang bertanggungjawab atas pelaksanaan metrologi legal di
Indonesia. Direktorat Metrologi tergabung dalam OIML (Organization
International Metrology Legal). Dalam era otonomi daerah, pelaksanaan
metrologi legal dilakukan oleh unit-unit kerja tertentu yang berada dibawah
tiap-tiap pemerintah daerah (di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota).

16 dari 19
Equipment Measurement Calibration Workshop Inspektur Kelaikan Laut Militer

Deviasi : Nilai penyimpangan dari penunjukan suatu alat terhadap nilai


(Deviation) sebenarnya yang diperoleh dari hasil pengukuran.

Kepekaan : Perubahan pada reaksi alat ukur yang ditimbulkan oleh hubung
(Sensitivity) an perubahan aksi (input) nya.

Ketelitian : Kemampuan dari alat ukur untuk memberikan indikasi pen-


(Accuracy) dekatan terhadap harga sebenarnya dari obyek yang diukur.

Ketidakpastian : Nilai prakiraan mengenai rentang hasil pengukuran yang di-


(Uncertainty) dalamnya terdapat harga yang benar.

Koreksi : Selisih nilai penunjukan standar terhadap nilai hasil pengukuran.


(Correction)

Mampu telusur : Kemampuan untuk menghubungkan hasil alat-alat ukur atau uji
(Traceability) tertentu dengan hasil pengukuran pada standar nasional me-
lalui suatu mata rantai yang tak terputus.

Pengukuran : Suatu kegiatan untuk menentukan kuantitas obyek dengan


(Measurement) mengaitkan angka secara empirik dan obyektif pada sifat-sifat
obyek tersebut.

Rentang ukur : Besar daerah ukur antara batas ukur bawah dan batas ukur
(Range) atas.

17 dari 19
Equipment Measurement Calibration Workshop Inspektur Kelaikan Laut Militer

Resolusi : Besar pernyataan dari kemampuan peralatan untuk membeda


(Resolution) kan arti dari dua tanda harga atau skala yang paling berdekat
an dari besaran yang ditunjukkan.

Standar kerja : Peralatan standar yang digunakan secara terus menerus untuk
(Working std) mengkalibrasi atau memverifikasi alat ukur atau uji.

Toleransi : Batas penyimpangan ( + ) penunjukan suatu alat ukur atau uji


(Tolerance) yang direkomendasikan oleh standar prosedur atau pabrik pem
buatnya.

----- end of page -----

18 dari 19
Equipment Measurement Calibration Workshop Inspektur Kelaikan Laut Militer

1. A. Praba Drijarkara & Ghufron Zaid : ” Metrologi Sebuah Pengantar ”, Puslit KIM LIPI, edisi
pertama, Februari 2005 (terjemahan dari, Preben Howarth : ” Metrology in Short ”,
second edition, 2005).

2. Jimmy Pusaka, Ir, MSc : ” Ketertelusuran Pengukuran ”, Lokakarya Laboratorium


Penguji/Kalibrasi, Desember 1998.

3. Dede Erawan, Drs, MSc : ” Peranan Kalibrasi & Metrologi Teknis di Industri ”, Lokakarya
Program Pemasyarakatan Kalibrasi, Instrumentasi dan Metrologi, Juli 1999.

19 dari 19

Anda mungkin juga menyukai