Anda di halaman 1dari 13

Analisis Perbandingan Naskah Mak Comblang dengan Kisah Cinta Di

Hari Rabu berdasarkan Psikoanalisis

BAB I
SINOPSIS
1.1 Sinopsis Cerita Naskah Drama “Mak Comblang” karya Nikolai Gogol
Lakon mak comblang ini menceritakan tentang seorang opster yang bernama
Akhmad, di usianya yang semakin senja Akhmad belum juga berkeluarga, kemudian
ia meminta pertolongan kepada mak comblang yang bernama nyonya Eliya untuk
mencarikan ia calon istri,nyonya Eliya menjodohkan Akhmad dengan Ambarita tetapi
ternyata bukan hanya Akhmad yang ia comblangkan kepada Ambarita ada lima orang
lain yang memiliki strata yang sebanding dengan Akhmad,ke lima pria tersebut tiga
diantaranya ialah bernama Tatang Serabi,Arjuna, dan Tigor. Saat Ny.Eliya datang
memberitahu kepada Akmad bahwa Ambarita yang dicomblangkan kepadanya
datanglah sahabat Akhmad yang bernama Karim, dia mengetahui niat Ny.Eliya untuk
mencomblangkan Akhmad dengan Ambarita. Kemudian ia mengambil alih Ny.Eliya
untuk mencomblangkan dan menyuruh Akhmad segera menemui Ambarita dengan
menanyakan alamatnya kepada Ny.Eliya. Akhmad awalnya ragu dan malu serta
pesimis tidak akan diterima oleh Ambarita sekaligus merasa belum siap menikah, tapi
atas pengaruh Karim akhirnya Akhmad mau mencoba. Sesampainya di rumah
Ambarita, Akhmad terkejut ternyata bukan hanya dirinya yang dicomblangkan
dengan Ambarita. Melihat hal tersebut Karim membuat strategi supaya Akhmad yang
diterima dengan cara berpura-pura kalau dia sodaranya keluarga Arina dan
menghasut Ambar supaya memilih Akhmad. Keesokan harinya Ambarita menolak
satu persatu laki-laki yang dicomblangkannya, dan menerima lamaran dari Akmad.
Namun saat hari pernikahan Akmad melarikan diri karena sebenarnya dia belum siap
untuk menikah, karena ini semua hanyalah rencana dari Karim, dan Ambarita merasa
sangat kecewa dan sedih karena itu bibi Arina memaki Karim tidak terkecuali
Ny.Eliya. Pada akhirnya mereka tidak jadi menikah.
1.2 Sinopsis Cerita Naskah Drama “Kisah Cinta Hari Rabu” karya Kevin Chekov
Kisah cinta hari rabu ini tidak jauh berbeda dengan cerita drama mak comblang
yakni tentang seseorang yang sedang mencari jodohnya dan kemudian ingin menikah.
Cerita ini berawal seorang wanita yang berinisial G yang membuat sebuah iklan atau
info tentang pencarian jodoh dengan persyaratan untuk menjadi calon pendamping
hidup G. Selama ini G tinggal bersama seorang pembantunya yang berinisial P.
Suatu hari, ketika hari Rabu ada seorang tamu yang datang ke rumah G dengan
inisial T. Pada saat itu, si G mengira bahwa T berniat untuk melamar si G. Tetapi
setelah memperbincangkan masalah perjodohan, diketahui bahwa T hanya sekedar
berniat menjodohkan seseorang kepada G, dan saat itu G merasa sangat kecewa
karena T bukan berniat untuk melamar tetapi ingin mencarikan jodoh untuk si G.
Setelah mereka berbincang-bincang, akhirnya G menyetujui untuk menikah dengan
pilihan T. Saat dia mengetahui akan menikah dengan seorang laki-laki yang
seumuran dengan almarhum ayahnya, dia sangat kecewa tapi apa daya dia sudah
menyetujui untuk menikah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analisis
Analisis naskah drama Mak Comblang
a. Tema
Dalam naskah drama “Mak Comblang” tema yang diangkat adalah mengenai
perjodohan. Di mana dari tema percintan ini ditarik sebuah cerita unik dengan
bumbu percomblangan atau jodoh menjodohkan.
b. Dialog
Dialog adalah percakapan di dalam karya sastra antara dua tokoh atau lebih
yang biasanya mencerminkan pertukaran pikiran atau pendapat. Dialog yang
membangun naskah drama “Mak Comblang” ini merupakan dialog langsung
bergantian antara tokoh satu dengan tokoh yang lain. Seorang tokoh berbicara dan
tokoh lainnya mendengarkan dan selanjutnya menjawab sehingga pada gilirannya
menjadi pembicara.
c. Penokohan atau Perwatakan
Analisis penokohan atau perwatakan yang ada pada naskah drama “Mak
Comblang” diuraikan secara tokoh pertokoh sebagai berikut :
1. Akhmadin Akhmad
Akhmad sebagai tokoh utama tampil sebagai sosok ambtenaar yang tak
percaya diri ketika harus menghadapi sebuah perkawinan. Ia mengkalkulasi materi
demi menutupi sifatnya yang peragu, tidak tetap pendiriannya dan cenderung
membuang-buang kesempatan atas nama harga diri. Akhmad pun dinilai sebagai
orang yang cukup angkuh dengan memamerkan materi dan sangat menyukai pujian.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut :
Akhmad : Jasku yang paling bagus. Yang lain kurang bagus
kwalitetnya bukan ?
Karta : Oh iya, tuan. Yas tuan yang paling bagus, tuan.
Akhmad : Jadi punyaku yang paling-paling bagus, ha ?
Karta : Tak perlu disangsikan lagi, tuan.
Akhmad : Ha, jasku paling bagus. Itu sebabnya itu tukang jahit
tanya sama kau; “Kenapa kau punya tuan suruh bikin
jaas baru dari bahan yang begitu tinggi kwalitetnya
?”. Bukan begitu ?

2. Karta
Sosok Karta dalam naskah drama ini digambarkan sebagai pembantu atau pelayan
bagi Akhmad. Karta adalah orang yang penurut dan atuh terhadap perintah
majikannya. Hal ini dpat diamati dari dialog-dialog antar tokoh Karta dan Akhmad.
Di mana ketika Akhmad menyuruh atau memanggil, Karta dengan sigap
melaksanakan apa yang diperintah Akhmad.
3. Karim
Sosok Karim tampil sebagai sahabat Akhmad yang juga sekaligus keluarga dekat
dari Ambarita. Karim mati-matian merayu Akhmad yang peragu untuk segera
menikah. Ia merupakan tokoh mak comblang kedua setelah Ny. Eliya.
4. Ny. Eliya
Ny. Eliya merupakan seorang mak comblang yang berusaha menjodohkan
Ambarita dengan enam orang pria sebagai calonnya. Dalam hal ini ia bersaing dengan
tokoh Karim yang berusaha menjodohkan tokoh Ambarita dengan Akhmad.
Keduanya bersaing seperti tim sukses calon kepala daerah yang memperebutkan kursi
kekuasaan. Persaingan di antara mereka pun penuh intrik.
5. Tigor
Tigor adalah salah satu orang yang dicomblangkan oleh Ny. Eliya. Tigor
merupakan seorang pelaut yang sudah bertandang ke berbagai negara. Ia dapat
dikategorikan sebagai orang yang tidak punya apa-apa karena terdapat kutipan dialog
seperti di bawah ini :
Eliya : Kalau saja ambil saja Tuan Tigor. Dia juga baik.
Ambar : Bagaimana rambutnya ?
Eliya : Bagus.
Ambar : Dia punya hidung ?
Eliya : Seperti itulah. Yang jelas, dia tidak punya apa-apa. Satu
tongkatpun. Dia tak punya. Kamarnya telanjang seperti
bayi baru lahir. Tak ada apa-apanya, kecuali sebuah bale-
bale reyot.

6. Rd.Tatang Serabi
Serabi merupakan salah satu orang yang dicomblangkan oleh Ny. Eliya. Ia
adalah tokoh yang digambarkan sebagai pegawai negeri berkedudukan tinggi (Jaksa)
atau bisa disebut termasuk kaum priyayi. Tubuhnya besar (gendut), namun ia
memiliki rasa kemanusiaan yang besar pula. Namun usianya sudah tidak muda lagi
yaitu kurang lebih 50 tahun.
7. Arjuna
Arjuna merupakan salah satu orang yang dicomblangkan oleh Ny. Eliya. Ia
memiliki perawakan yang jangkung dan memiliki sifat perfeksionis dalam mencari
istri. Arjuna menginginkan calon istri yang cantik, berpendidikan dan bisa berbahasa
Ingrris, padahal dirinya sendiri tidak bisa berbahasa Inggris. Kutipan yang
mendukung perwatakan Arjuna sebagai berikut :
Eliya : Ada yang bernama tuan Arjuna. Satu contoh keelokan
dengan bibir yang mungil seperti murbei. “Aku inginkan
isteri”, katanya ... “Yang tidak saja cantik, tetapi juga
berpendidikan. Aku mau isteri yang bisa bicara Inggris”.
Benar-benar orag berkebudayaan. Sangat halus dan sangat
lemah. Pahanya sebesar tangan gadis. Tapi dia jangkung.

8. Ambarita Ruwanti
Ambarita menjadi tokoh yang menjadi sentral cerita dan menentukan nasib
beberapa tokoh lainnya. Pemikirannya mudah dialihkan cenderung berubah-ubah. Ia
mudah dihasut oleh tokoh lain. Dengan kata lain Ambarita juga merupakan seorang
yang peragu dalam menentukan pilihan. Hal ini tentu saja membuat bingung tokoh-
tokoh yang ingin melamar Ambarita. Seolah-olah mereka dipermainkan sengaja
dijerat masuk kemudian dihempaskan. Sikap Ambarita ini lah yang menimbulkan
konflik.
9. Arina
Tokoh Arina yang berperan sebagai bibi dari Ambarita merupakan tokoh
pembantu yang meramaikan cerita. Ia merupakan sosok yang nyinyir dan
materialistik. Arina menginginkan seseorang yang kaya untuk menjadi pendaamping
hidup Ambarita.
10. Siti
Tokoh Siti dalam naskah drama ini tidak banyak menonjol dan hanya sebagai
tokoh sampingan yang ikut meramaikan cerita. Siti adalah seorang pembantu rumah
tangga yang patuh terhadap perintah majikannya.
d. Alur atau Plot
Alur atau plot adalah jalan cerita yang merupakan rangkaian peristiwa yang
saling berhubungan sehingga terjalin suatu cerita. Seperti dikemukakan oleh Rusyana
(1978 : 67), yang dimaksud alur atau jalannya cerita adalah rangkaian cerita yang di
bentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita. Ada pun alur
atau plot yang terdapat dalam naskah drama “Mak Comblang” yang mengususng alur
maju penulis uraikan menjadi beberapa segmen sebagai berikut :
1. Pengenalan Situasi Cerita
Cerita dimulai ketika Akhmad merasa kebingungan menentukan pilihan apakah ia
harus menikah atau tidak. Pada saat seperti ini muncul sosok Karim yang
menginginkan Akhmad untuk segera menikah. Terjadi perdebatan antara Akhmad
dan Karim. Kemudian tokoh Ny. Eliya masuk ke dalam cerita dengan menawarkan
kepada Akhmad untuk menikahi seorang gadis bernama Ambarita.
2. Menuju Adanya Konflik
Pemunculan konflik dimulai saat ternyata Ny. Eliya mencarikan calon suami
untuk Ambarita lebih dari satu orang. Hal ini tentu membingungkan Ambarita untuk
menentukan pilihannya. Terlebih semua calon yang dibawa oleh Ny. Eliya
memperebutkannya.
3. Puncak Konflik
Persaingan antar tokoh yang menjadi kandidat untuk dipilih oleh Ambarita
sebagai suami semakin memanas. Bujukan-demi bujukan diterima oleh Ambar dan
hal ini membuatnya sangat kebingungan menentukan pilihan. Intrik demi intrik pun
muncul untuk mendapatkan hati Ambarita. Karim pun gencar sekali merayu
Ambarita untuk memilih Akhmad. Dengan segala intriknya Karim menyingkirkan
kandidat-kandidat lain calon suami Ambarita untuk menjadikan Akhmad sebagai
satu-satunya calon.
4. Penyelesaiann
Akhirnya Ambarita memilih akhmad sebagai calon suaminya. Namun saat
perhelatan pernikahan Ambarita dengan Akhmad akan dimulai, Akhmad malah
melarikan diri dengan loncat keluar melalui jendela untuk menghindari pernikahan.
e. Latar atau Seting
1. Latar Tempat
Ada beberapa latar tempat yang terdapat pada naskah drama “Mak Comblang” ,
antara lain di sebuah kamar seorang bujangan (kamar milik Akhmad) yang menjadi
latar tempat pada babak pertama. Latar tempat selanjutnya adalah di sebuah kamar
milik Ambarita yang menjadi latar tempat pada babak kedua dan ketiga. Tidak
digambarkan secara detail mengenai tata letak properti panggung untuk menunjang
panggung yang ditata menyerupai sebuah kamar. Hal ini bisa jadi disengaja oleh
pengaang untuk memberikan kebebasan kepada sutradara untuk mengatur sendiri tata
letak properti panggung.
2. Latar Waktu
Latar waktu pada naskah drama “Mak Comblang” tidak banyak dicantumkan.
Hanya pada babak ketiga dapat diketahui bahwa latar waktunya adalah sore hari
seperti yang ada pada kutipan dialog berikut :

Serabi
Ambar

:
:

Selamat sore, nona Ambar.


Oh, selamat datang tuan serabi. Boleh saya bertanya ... ...

Untuk latar waktu pada babak pertama dan babak kedua didak tiketahui latar
waktunya. Namun sutradara dapat mengatur sendiri latar waktu sesuai dengan situasi
cerita dalam naskah.
3. Latar Suasana
Naskah drama “Mak Comblang” menyajikan suanana penuh kebingunan dan
kebimbangan yang dialami tokoh-tokohnya terutama tokoh Akhmad dan Ambarita.
Tokoh Akhamd mengalami kebingungan yang dilematis pada saat ia dihadapkan pada
kenyataan bahwa di usianya yang matang, ia tak kunjung mempunyai istri. Namun di
sisi lain ia tidak mau repot-repot untuk memiliki istri.
Sedang untuk tokoh Ambarita, ia juga sangat kebingungan ketika harus memilih
calon suami yang dipilihkan Ny. Eliya. Kebingungan Ambarita bertambah ketika
Karim menghasutnya untuk memilih Akhmad.

Analisis naskah drama Kisah Cinta Hari Rabu


a. Tema
Dalam naskah drama “Kisah Cinta Hari Rabu” tema yang diangkat adalah
mengenai perjodohan. Di mana dari tema percintan ini ditarik sebuah cerita unik
dengan bumbu percomblangan atau jodoh menjodohkan.
b. Dialog
Dialog adalah percakapan di dalam karya sastra antara dua tokoh atau lebih
yang biasanya mencerminkan pertukaran pikiran atau pendapat. Dialog yang
membangun naskah drama “Kisah Cinta Hari Rabu” ini merupakan dialog langsung
bergantian antara tokoh satu dengan tokoh yang lain. Seorang tokoh berbicara dan
tokoh lainnya mendengarkan dan selanjutnya menjawab sehingga pada gilirannya
menjadi pembicara.
c. Penokohan atau Perwatakan
Analisis penokohan atau perwatakan yang ada pada naskah drama “Kisah
Cinta Hari Rabu” diuraikan secara tokoh pertokoh sebagai berikut :
1. G adalah sosok gadis yang mudah percaya dan terlalu berambisi untuk mencari
jodoh sehingga dia tertipu, dia juga seorang gadis yang lugu.
2. P adalah pembantu dari G, dia seorang pembantu yang sangat setia, baik, taat dan
sopan.
3. T adalah seorang makelar jodoh yang bertugas mencarikan jodoh untuk G. Dia
seorang yang pandai bersilat lidah juga cerdas namun licik.
d. Alur atau plot
Alur atau plot adalah jalan cerita yang merupakan rangkaian peristiwa yang
saling berhubungan sehingga terjalin suatu cerita. Seperti dikemukakan oleh Rusyana
(1978 : 67), yang dimaksud alur atau jalannya cerita adalah rangkaian cerita yang di
bentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita. Ada pun alur
atau plot yang terdapat dalam naskah drama “Kisah Cinta Hari Tabu” yang
mengususng alur maju penulis uraikan menjadi beberapa segmen sebagai berikut :

1. Pengenalan Situasi Cerita


Cerita dimulai ketika sang gadis mulai menginginkan seorag suami untuk
pendamping hidupnya dan mulai mencari info tentang pencarian jodoh dan mencari
orang yang bisa mencarikan seorang istri.
2. Menuju Adanya Konflik
Pemunculan konflik disaat ternyata sang G mulai bertemu dengan salah seorang
yang T dan T mulai memberikan sebuah syarat menjadi seorang istri yang baik, dan
stelah itu dan G mulai mempercayai si T bahwa dia bisa mencarikan sosok suami
yang baik pantas buat dia.
3. Puncak Konflik
Persetujuan antara T dan G mulai terjadi disitulah puncak konflik terjadi dan
beberapa saat kemudian T memberi tahu calon suaminya yang sama seperti orang
yang ada di foto yang di pasang di dinding, dan G pun kaget dan kecewa ternyata
suami itu seumuran dengan almarhum ayahnya.
4. Penyelesaiann
Akhiranya penyelesaian dalam drama ini adalah sang G menerima dengan ikhlas
suami yang seumuran denga almarhum ayahnya itu karena sudah melakukan
perjanjian sebelumnya dengan sanga T dan P juga tulus merestui untuk membantu
sang G.

e. Latar dan setting


1. Latar Tempat
Ada beberapa latar tempat yang terdapat pada naskah drama “kisah cinta hari
rabu ” , . Tidak digambarkan secara detail mengenai tata letak properti panggung
untuk menunjang panggung yang ditata menyerupai sebuah ruang tamu.

2.Latar Waktu
Latar waktu pada naskah drama “kisah cinta hari rabu ” pada babak pertama
dapat diketahui bahwa latar waktunya adalah pagi hari seperti yang ada pada kutipan
dialog berikut :
T : Ou, nona sudah melamun ya, selamat pagi nona!

G : Ah, selamat pagi tuan. Tentunya ada perlu penting, dengan saya. Pagi-
pagi sudah datang kemari.

2.2 Analisis Berdasarakan Pendekatan / Psikoanalisis


Penekanan dalam tokoh tersebut tidak begitu kontras antara peran antagonis,
prptagonis dan tritagonis. Peran dalam perwatakan tokoh tersebut begitu datar saling
mendukung setiap perananannya. Namun peran yang datar tersebut menjadi puncak
kemenarikan cerita karena peran ketiga tokoh yang saling mendukung dalam
dialognya. Meski cerita tersebut biasa, menjadi menarik karena penentu klimaks
cerita yang mendekati penutup cerita. Sehingga cerita tersebut memiliki makna
tersendiri meskipun datar. Naskah ini hamper mirip dengan naskah “Mak Comblang”
yang membahas tentang kesalah kaprahan suatu perjodohan. Namun dalam naskah ini
peran nama tokoh tiak begitu kontras, karena penegasan kurang dari segi nama yang
disamarkan dengan inisial. Dari sisi analisis ini pengarang memancing pengaruh
tersendiri terhadap pembaca dengan menyamarkan setiap nama pada tokoh yang
penekannanya lebih kontras pada alur cerita dan perwatakannnya.
Penekanan Atas perwatakan tokoh diatas, disesuaikan dengan adanya Id yaitu
merupakan acuan seorang pengaranag dalam memberikan perwatakan dalam tingkat
dasar yang digunakan seperti yang ditekankan pada perwatakan “G” yang
sewajaranya dengan pernyataan nafsu manusia yang digambarkan dalam kehidupan
nyatanya. Dari segi Ego kepribadian implemantif yaitu kontak dengan dunia luar
yakni dengan perwujudan evaluative pada setiap perwujudan tokoh seperti adanya
peran antagonis,tritagonis dan protagosnis yang terdapat pada peranan tokoh-tokoh
tersebut. Seperti halnya peran “G” yang kontras akan antagonisnya yang merujuk
super ego.

1. Aspek Ekstrinsisk
Aspek psikologis yang digunakan pengarang sangat kontras dengan pandanagn
kepribadian sosial. Namun kmenarikan ini dilakukan oleh penulis dengan
menyamarkan peran tiapa tokoh yang disamarkan dengan inisial. Sehingga menarik
pembaca dalam mnyelesaikan karyanya.
2. Proses Penciptaan
Proses penciptaan dalam naskah ini sebagai tolak ukur kepribadaian nyata yang
digambarkan penulis dalam kepribadian sosialnya, sehinga pembagian peranan setiap
tokoh sepertihalnya peran tokoh cerita lainnya. Namun dalam naskah ini lebih
menekankan unsur dialog yang terstruktur dengan tujuan menemukan tujuan aspek
cerita.
3. Dampak psikologis pembaca
Dalam aspek ini pembaca lebih condong terhadap tokoh yang disamarkan. Dengan
demikian pengaruh pembaca terhadap naskah lebih kuat ketika membaca struktur
naskah dalam menyelesaikan cerita. Tujuan penulis menyamarkan nama peran pada
tokoh tersebut, agar perwatakan setiap tokoh tidak mudah ditebak.
Penekanan Atas perwatakan tokoh diatas, disesuaikan dengan adanya Id yaitu
merupakan acuan seorang pengaranag dalam memeerikan perwatakan dalam tingkat
dasar yang digunakan seperti yang ditekankan pada perwatakan Karim dan Tigor
yang sewajaranya dengan pernyataan nafsu manusia yang digambarkan dalam
kehidupan nyatanya. Dari segi Ego kepribadian implemantif yaitu kontak dengan
dunia luar yakni dengan perwujudan evaluative pada setiap perwujudan tokoh seperti
adanya peran antagonis,tritagonis dan protagosnis yang terdapat pada peranan tokoh-
tokoh tersebut. Seperti halnya peran Karim dan Serabi yang kontras akan
antagonisnya yang merujuk super ego.
4. Aspek Ekstrinsisk
Aspek psikologis yang digunakan pengarang sangat kontras dengan pandanagn
kepribadian sosial, dimana pengarang hanya menekankan terhadap antagonis dan
protagonist yang dimiliki dalam setiap perewatakan yang begitu kontras.

5. Proses penciptaan
Proses penciptaan yang digunakan pengarang dalam naskah ini lebih dominan
terhadap hubungan komunikasi yang menjadi acuan klimaks cerita, sehingga jika
ditinjau dari sudut pandang cerita berpengaruh kepada kedaan dalam imaninasi
pengarng dala mengolah alur berdasarkan pengalamannya.
6. Dampak psikologis pembaca
Dalam aspek ini pembaca lebih condong terhadap tokoh Karim dan Serabi yang
mendominasi cerita, dikarenakan, kedua tokoh tersebut sangat kuat dalam jalannya

Anda mungkin juga menyukai