Menurut Anne Anastasi, Tes Kraepelin merupakan Speed Test. Ciri utama dari speed
test adalah tidak adanya waktu yang cukup bagi testi untuk menyelesaikan semua soal.
Jadi pada Tes Kraepelin ini, testi memang tidak diharapkan untuk menyelesaikan
sepenuhnya semua jalur. Yang dilihat disini adalah bagaimana kecepatan kerja testi
dalam menyelesaikan setiap lajur. Kemudian aspek psikologis yang ikut berpengaruh
dalam penyelesaian Tes Kraepelin ini bermacam-macam, diantaranya persepsi-visual,
koordinasi sensori-motorik, pushing power, ketahanan, learning effect.
Tes Kraepelin terdiri dari 45 lajur angka 0 sampai dengan 9 yang tersusun secara acak,
sebanyak 60 angka secara vertikal pada tiap-tiap lajur. Tugas testi adalah
menjumlahkan 2 buah angka, mulai dari angka paling bawah pada tiap-tiap lajur, dalam
batas waktu tertentu yang singkat. Sebagai tes kepribadian, Tes Kraepelin digunakan
untuk menentukan tipe performance seseorang, misalnya:
Hasil penjumlahan angka yang sangat rendah, dapat mengindikasikan gejala retardasi
mental.
Terlalu banyak salah hitung, dapat mengindikasikan adanya distraksi mental.
Penurunan grafik secara tajam, dapat mengindikasikan adanya epilepsy atau hilang ingatan
sewaktu tes.
Rentang ritme/ grafik (antara puncak tertinggi dan puncak terendah), dapat mengindikasikan
adanya gangguan emosional.
Menurut Guilford (1959), penjumlahan item yang berupa angka berupa satuan ini, bila
ditinjau dari fungsi mental, tergolong convergent thingking. Namun jika dilihat dari isi
itemnya tergolong numerical facility, yakni kecakapan menggunakan angka dengan
cepat dan teliti. Menurut Freeman (1962), hasil tes ini sangat dipengaruhi oleh faktor
sensory perception dan motor response. Menurut Thurstone, item-item dalam Tes
Kraepelin mengandung salah satu kemampuan mental primer yaitu faktor number,
dimana di dalamnya tercakup kemampuan menghitung simple arithmetic secara tepat
dan teliti.
Seperti dijelaskan diatas, bahwa dalam mengerjakan tes kraepelin yaitu dengan menjumlahkan
angka dari bawah ke atas, Seperti pada gambar diatas (3 + 1 = 4) maka hasil ditulis disela-sela
angka. Sedangkan pada angka selanjutnya (1 + 9 = 10) maka angka yang ditulis hanya 0 saja karena
termasuk dalam bilangan puluhan.
Penilaian yang diambil dari tes kraepelin bukan karena tinggi angka yang dijumlahkan melainkan
hasil grafik yang dihasilkan dalam mengerjakan tes tersebut. Karena hal itulah, usahakan anda
mendapatkan grafik yang stabil, tidak naik secara signifikan atau turun secara drastis. Buatlak
patokan berapa angka yang anda harus kerjakan, sehingga anda akna mendapatkanhasil yang
bagus. Perhatikan gambar dibawah.
Bila anda membutuhkan format yang bisa di print (Cetak) silahkan kunjungi halaman berikut: