PENDAHULUAN
Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral berharga secara
ekonomis berdasarkan teknologi yang ada sekarang. Berdasarkan tahapan proses,
pengolahan bahan galian dapat dibagi menjadi tiga tahapan proses, yaitu Tahap Preparasi,
Tahap Pemisahan, dan Tahap Dewatering.
Salah satu bahan galian yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi yaitu Nickel yang
merupakan baja nirkarat yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Batuan ultra basa yang mengandung unsur nikel adalah gabro, basalt, peridotit dan
norit. Endapan nickel tembaga sulfide dihasilkan dari pemisahan lelehan sulfida oksida dari
lelehan silikat bersulfur pada sebelum, selama atau sesudah proses alihan pada suhu diatas
9000C, mineral utamanya adalah pentlandit (Fe,Ni)gS8. mineral lainnya antara lain nikolit
(NiAs), skuterudit (Co, Fe, Ni)As3 dan violurit (FeNi2S4).
Selain bijih nikel bahan galian yang bernilai ekonomis juga banyak terdapat di
indonesia antara lain adalah, bijih besi, mangan, emas, chrom, dll.
1. Untuk mengetahui lebih dalam proses pengolahan bahan galian dengan metode
concetration , dewatring, dan flotation pada mineral bijih.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral berharga secara
ekonomis berdasarkan teknologi yang ada sekarang. Berdasarkan tahapan proses,
pengolahan bahan galian dapat dibagi menjadi tiga tahapan proses, yaitu tahap preparasi,
tahap pemisahan dan tahap dewatering.
2.2. Preparasi
Preparasi merupakan proses tahap awal dalam pengolahan bahan galian yang
meliputi :
2.2.1. Sampling
2.2.2. Kominusi
Kominusi adalah suatu proses untuk mengubah ukuran suatu bahan galian menjadi
lebih kecil, hal ini bertujuan untuk memisahkan atau melepaskan bahan galian tersebut dari
mineral pengotor yang melekat bersamanya. Kominusi bahan galian meliputi kegiatan
berikut :
a. Crusher yaitu suatu proses yang bertujuan untuk meliberalisasi mineral yang diinginkan agar
terpisah dengan mineral pengotor yang lain. Dimana proses ini bertujuan juga untuk reduksi
ukuran dari bahan galian / bijih yang langsung dari tambang (ROM = run of mine) dan
berukuran besar-besar (diameter sekitar 100 cm) menjadi ukuran 20-25 cm bahkan bisa
sampai ukuran 2,5 cm.
Alat yang digunakan pada Primary Crusher dan Secondery Crusher yaitu antara lain
:
1. Jaw crusher
2. Gyratory crusher
3. Cone crusher
4. Roll crusher
5. Impact crusher
6. Rotary breaker
7. Hammer mill
b. Grinding
Merupakan tahap pengurangan ukuran dalam batas ukuran halus yang diinginkan.
Tujuan Grinding yaitu Mengadakan liberalisasi mineral berharga, Mendapatkan ukuran yang
memenuhi persyaratan industri, Mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan proses
selanjutnya. Alat yang digunakan meliputi ball mill, rod mill, hammer mill, serta impactor.
2.2.3. Sizing
Merupakan proses pemilahan bijih yang telah melalui proses kominusi sesuai ukuran
yang dibutuhkan. Kegiatan Sizing meliputi Screening yaitu Salah satu pemisahan
berdasarkan ukuran adalah proses pengayakan (screening). Sizing dibagi menjadi dua antara
lain :
1. Produk yang berukuran kecil/halus (slimes) mengalir di bagian atas disebut overflow.
2. Produk yang berukuran lebih besar/kasar (sand) mengendap di bagian bawah (dasar)
disebut underflow.
Proses pemisahan dalam classifier dapat terjadi dalam tiga cara (concept), yaitu :
1. Partition concept
2. Tapping concept
3. Rein concept
2.3. Kosentrasi
Merupakan proses pengambilan kosentrasi mineral berharga dari percampuran
berbagai mineral dalam suatu bahan galian. Pengambilan kosentrat tersebut dapat dilakukan
dengan berdasarkan tegangan permukaan (Flotasi), Sifat kelistrikan (HTS), sifat kemagnetan
(MS), hand sorting (Kilap), serta berdasarkan gravitasinya (jigging, tabling, sharking table,
sluice box, DMS, HMS).
Sifat-sifat fisik mineral yang dapat dimanfaatkan dalam proses konsentrasi adalah :
a. Perbedaan berat jenis atau kerapatan untuk proses konsentrasi gravitasi dan media berat.
b. Perbedaan sifat kelistrikan untuk proses konsentrasi elektrostatik.
c. Perbedaan sifat kemagnetan untuk proses konsentrasi magnetik.
d. Perbedaan sifat permukaan partikel untuk proses flotasi.
Proses peningkatan kadar atau pengambilan konsentrat itu ada bermacam-macam,
yaitu antara lain :
1. Pemilahan (Sorting)
Bila ukuran bongkahnya cukup besar, maka pemisahan dilakukan dengan tangan
(manual), artinya yang terlihat bukan mineral berharga dipisahkan untuk dibuang.
2. Konsentrasi Gravitasi (Gravity Concentration)
Yaitu pemisahan mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dalam suatu media
fluida, jadi sebenarnya juga memanfaatkan perbedaan kecepatan pengendapan mineral-
mineral yang ada.
Ada 3 (tiga) cara pemisahan secara gravitasi bila dilihat dari segi gerakan fluidanya,
yaitu :
a. Fluida tenang, contoh dense medium separation (DMS) atau heavy medium separation
(HMS).
b. Aliran fluida horisontal, contoh sluice box, shaking table dan spiral concentration
c. Aliran fluida vertikal, contoh jengkek (jig).
Bila jumlah partikel (mineral) di dalam fluida relatif sedikit, maka akan terjadi
pengendapan bebas (free settling). Tetapi bila jumlah partikel banyak gerakannya akan
terhambat sehingga terbentuk stratifikasi yang terdiri dari 3 (tiga) tahap sebagai berikut :
1.Hindered settling classification ; klasifikasi pengendapannya terhalang.
2. Differential acceleration pada awal pengendapan ; artinya partikel yang berat mengendap
lebih dahulu.
3. Consolidation trickling pada akhir pengendapan ; partikel-partikel kecil berusaha
mengatur diri di antara partikel-partikel besar sesuai dengan berat jenisnya.
Produk dari proses konsentrasi gravitasi ada 3 (tiga), yaitu antara lain:
a. Konsentrat (concentrate) yang terdiri dari kumpulan mineral berharga dengan kadar
tinggi.
b. Amang (middling) yaitu konsentrat yang masih kotor.
c. Ampas (tailing) yang terdiri dari mineral-mineral pengotor yang harus dibuang.
Peralatan konsentrasi gravitasi yang banyak dipakai adalah :
1. Jig.
Jigging adalah suatu proses pemisahan bijih dalam medium liquid berat yang
tergantung daripada kesanggupan penetrasi suatu bed yang semi stationary yang disebabkan
karena perbedaan Specific Gravity.
Prinsip Kerja Alat ini adalah semakin besar perbedaan Specific Gravitasi, semakin
baik jalan mineral-mineral yang mengalami proses tersebut. Bila dalam bijih menpunyai
Specific Gravity yang berbeda-beda maka untuk meramalkan pemisahan baik dengan
bantuan CC (Concentration Criteria). CC lebih besar dari 2,s pemisahan makin baik.
a. Hindred Setting Classifier, formasi jatuh atau pengendapan dari material yang Specific
Gravitasinya besar dengan ukuran kecil akan sama dengan material dengan SG kecil tapi
ukuranyya besar.
b.Differential Trickling : Partikel berat atau SG tinggi akan mempunyai kecepatan jatuh
lebih tinggi, maka partikel berat akan lebih cepat mengendap daripada material ringan.
c. Consolidation Trackling adalahsuatu proses dimana partikel halus menerobos melalui bed
pada waktu akhir portion.
Prinsip Kerja Shaking Table adalah berdasarkan perbedaan berat dan ukuran partikel
terhadap gaya gesek akibat aliran air tipis. Partikel dengan diameter yang sama akan
memiliki gaya dorong yang sama besar. Sedangkan apabila ssspecific Gravitynya berbeda
maka gaya gesek pada partikel berat akan lebih besar daripada partikel ringan. Karena
pengaruh gaya dari aliran, maka partikel ringan akan terdorong / terbawa lebih cepat dari
partikel berat searah aliran.
Karena gerakan relative Horizontaldari motor maka partikel berat akan bergerak
lebih cepat daripada material ringan dengan arah horizontal. Untuk itu perlu dipasang riffle
(penghalang) untuk membentuk turbulensi dalam aliran sehingga partikel ringan diberi
kesempatan berada diatas dan partikel berat relative dibawah.
Prinsip Kerja Alat Humprey Spiral adalah Gaya sentrifugal, Gaya ini arahnya
kebagian luar dari area yang berputar, sehingga akan memberikan pengaruh kepada mineral-
mineral ringan untuk terlempar keluar dan terkumpul sebagai tailing.
4.sluice box
Sluice box merupakan suatu alat kosentrat mineral bijih berdasarkan atas perbedaan
“specific Gravity” diharapkan dalam proses ini mineral yang mempunyai SG tinggi akan
mengendap yang nantinya kan diambil sebagai konsentrat, sedang minera yang ringan akan
ikut terbawa aliran air sebagai tailing prinsip Kerja Sluice Box adalah Pada dasarnya, operasi
mineral-mineral dengan menggunakan sluice box dipegaruhi oleh factor-faktor sebagi
berikut :
a. Kecepatan aliran
Pada dasar aliran, krecepatan nya nol, semakin mendekati permukaan maka
kecepatan aliran akan bertambah. Kecepatan maksimum akan terjadi di bawah permukaan
aliran, sebab pada permukaan aliran kecepatannya di pengaruhi oleh gaya gaya gesek antara
fluida dengan udara. Dengan prinsip kecepatan aliran inilah maka mineral yang mempunayi
spesifik gravity yang berlainan akan di pisahkan
Semakin sempit Lounder maka konsentrat makin bersih , semakin panjang lounder
maka recovery makin tinggi tetapi kadanya akan rendah.
Perbedaan density yang besar, maka operasi pemisahan akan semakin mudah dan
mengakibatykan kadar konsentrat semakin tinggi
e.Kekentalan
Semakin kental fluida, maka kadar konsentrat yang dihasilkan semakin renda, tetapi
jumlah konsentrat semakin tinggi
f. Tinggi Riffle
Semakin kasar deck, maka gaya gesek semakin besar, sehingga partikel berat akan
tertahan, untuk feed yang kasar atau berdiameter besar maka akan digunakan air yang cukup
banyak, kemiringan deck juga cukup besar, bila feednya halus untuk mengatur tebal aliran
harus diperhatikan ukuran besar butirnya dan harus seragam. .
d. Larutan berat seperti tetra bromo ethana (b.j. = 2,96), bromoform (b.j. = 2,85) dan
methylene jodida (b.j. = 3,32). Tetapi larutan berat ini harganya mahal, oleh sebab itu hanya
dipakai untuk percobaan-percobaan di laboratorium.
Peralatan yang biasa dipakai adalah gravity dense/heavy medium separators yang
berdasarkan bentuknya ada 2 (dua) macam, yaitu :
a. Hanya sesuai untuk proses konsentrasi dengan jumlah umpan yang tidak terlalu besar.
b. Karena prosesnya harus kering, maka timbul masalah dengan debu yang berterbangan.
2. Electrostatic separator
a. Ferromagnetic, yaitu bahan galian (mineral) yang sangat kuat untuk ditarik oleh medan
magnet. Misalnya magnetit (Fe3 O4).
b. Paramagnetic, yaitu bahan galian yang dapat tertarik oleh medan magnet. Contohnya
hematit (Fe2 O3), ilmenit (Se Ti O3) dan pyrhotit (Fe S).
c. Diamagnetic, yaitu bahan galian yang tak tertarik oleh medan magnet. Misalnya : kwarsa
(Si O2) dan feldspar [(Na, K, Al) Si3 O8].
Jadi produk dari proses konsentrasi yang berlangsung basah ini adalah :
Merupakan proses konsentrasi berdasarkan sifat “senang terhadap udara” atau “takut
terhadap air” (hydrophobic). Pada umumnya mineral-mineral oksida dan sulfida akan
tenggelam bila dicelupkan ke dalam air, karena permukaan mineral-mineral itu bersifat
“suka akan air” (hydrophilic). Tetapi beberapa mineral sulfida, antara lain kalkopirit (Cu Fe
S2), galena (Pb S), dan sfalerit (Zn S) mudah diubah sifat permukaannya dari suka air
menjadi suka udara dengan menambahkan reagen yang terdiri dari senyawa hidrokarbon.
Sejumlah reagen kimia yang sering digunakan dalam proses flotasi adalah :
b. Kolektor / pengumpul (collector) yang bisa mengubah sifat permukaan mineral yang
semula suka air menjadi suka udara. Contohnya : xanthate, thiocarbonilid, asam oleik, dll.
c. Penekan / pencegah (depresant) yang berguna untuk mencegah agar mineral pengotor
tidak ikut menempel pada udara dan ikut terapung. Misalnya : Zn SO4 untuk menekan Zn S.
d. Pengatur keasaman (pH regulator) yang berfungsi untuk mengatur tingkat keasaman
proses flotasi. Misalnya : HCl, HNO3, Ca (OH)3, NH4 OH, dll.
Produk flotasi ada 3 (tiga) macam, yaitu :
2.4. Flotation
Flotasi adalah proses pengapungan. Di bidang metalurgi, flotasi atau lebih spesifik
lagi flotasi buih adalah metode fisika kimia di mana partikel-partikel dari mineral yang
berbeda dipisahkan satu dengan yang lainnya dengan mengapungkan mineral tertentu ke
permukaan air.
Mekanisme flotasi didasarkan pada gejala bahwa beberapa jenis partikel mudah
basah (hydrophil) dan lainnya tidak demikian mudah (hidrofhob). Menurut sifat
permukaannya, mineral dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :
1). Hidrofilik
Mineral yang permukaannya mempunyai lapisan polar, sehingga sukar dibasahi air,
tetapi mudah melekat pada gelembung udara.
2). Hidrofobik
A. Sudut Kontak
Kontak antara permukaan padatan dan gelembung udara di dalam air ditunjukkan
pada gambar di bawah ini (permukaan padatan-udara dan padatan-air digambarkan di atas
bidang yang sama).
Pada keadaan setimbang, tegangan antar muka pada titik kontak 3 fase :
Tpu = Tpa + Tua cos θ Tpu = tegangan antar muka padatan-udara
Jika θ = 0O berarti permukaan partikel diselimuti air (hidrofobilik), θ = 180O berarti udara
menutupi partikel (hidrofilik). Kenyataannya sudut kontak terbesar yang diketahui ialah
110O. Pada sistem flotasi sudut kontak 60O sudah cukup untuk berlangsungnya flotasi
dengan baik. Untuk memperbesar sudut kontak, maka cos θ harus diperkecil, ini berarti Tpu
– Tpa diperkecil, dan Tua diperbesar.
B. Reagent Flotasi
Proses flotasi merupakan proses yang bergantung sifat adhesi mineral tertentu
terhadap udara (hidrofob), dan terhadap air (hidrofil). Untuk membantu proses flotasi
dengan mengubah sifat-sifat permukaan partikel mineral perlu ditambahkan zat-zat kimia
berupa reagent.
1. Collector
Collector adalah bahan yang dapat menyebabkan partikel mineral menjadi suka
udara, yaitu dengan cara melapisi permukaan polar dari partikel mineral dengan reagent.
Sehingga pada bagian luar dari mineral terjadi reaksi kimia yang membentuk lapisan non
polar yang mudah menarik udara, dan mineral kan mudah menempel pada gelembung
udara. Contoh kolektor untuk mineral sulfida adalah Xanthate, dan Dithiophosphate.
Sedangkan untuk mineral non sulfida adalah Fatty acid jenuh dan tidak jenuh.
2. Frother
Frother zat kimia yang digunkan untuk membantu menstabilkan gelembung udara
yang terbentuk, sehingga tidak mudah pecah. Gelembung-gelembung udara yang terbentuk
harus dapat bergerak bebas di dalam pulp dan dapat mengambil partikel-partikel mineral
berharga, kemudian diapungkan ke dalam pulp. Contoh dari frother adalah DOWFROTH
Flotation Frother Series, MIBC, dan Polyalkoxyparaffins.
b). Aktivator
c). Depresant
C. Mekanisme Flotasi
Karena ion permukaan dilapisi melalui reaksi secara adsorbsi fisik atau kimia
dengan bagian ionik kolektor dan bagian organiknya merubah sifat permukaannya misalnya
menjadi hidrofob. Dengan sifat tersebut partikel menjadi adhesif terhadap gelembung udara,
sehingga gelembung-gelembung udara akan mengalami aerasi. Partikel-partikel mineral
yang menempel pada permukaan gelembung akan terbawa naik ke permukaan pulp, dan
terpisahkan.
Desliming
Pulp Concentration
Conditioning
Aeration
Pemisahan
D. VARIABEL DALAM FLOTASI
Ukuran butir mineral yang akan mempengaruhi partikel mineral akan lebih besar
dari density air, sedangkan jika terlalu kecil akan menimbulkan slime yang akan
mengganggu jalannya proses flotasi.
- Pulp preparation
Penyediaan pulp diusahakan supaya cocok untuk proses pengolahan yang umumnya
berkaitan dengan persen solid yang sesuai.
Kekentalan pulp
Untuk suspensi pulp yang lebih kental akan diperoleh recovery yang lebih baik.
Pengaruh Collector
Yang harus diperhatikan adalah sifat-sifat dari kolektor yang akan digunakan, misalnya
Xanthate, sangat baik untuk merubah sifat permukaan mineral-mineral sulfida dan batubara,
mudah larut dalam air dan tidak akan menimbulkan frother.
- Pengaruh Frother
Digunakan untuk menstabilkan gelembung udara untuk waktu yang relatif lama.
Persentase solid 10 % cukup baik karena dapat menciptakan zona tenang di bawah
lapisan buih yang biasanya antara 10-15% solid. Dengan demikian partiel yang tidak
diinginkan akanturun ke dasar sel. Persentase solid ditentukan oleh ukuran butir. Dalam
percobaan persentase solid tidak konstan 10% karena terjadi penambahan air untuk batas
muka air agar lapis buih dapat melewati bibir sel flotasi.
Temperatur percobaan dapat mempengaruhi recovery (yield). Pada kondisi temperatur
diatas 40 C menyebabkan gelembung udara mudah terbentuk karena tegangan permukaan
yang menurun. Percobaan dilakukan pada suhu kamar antara 25-40 C, masih dalam batas
normal dan cukup memenuhi syarat untuk flotasi. Kecepatan putar impeler antara 1000-1200
rpm cukup memadai untuk menciptakan kondisi pengadukan merata dan menyebar reagen
keseluruh bagian sel flotasi
Putaran yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gelembung udara mudah pecah sehingga
akan menurunkan efisiensi alat. Jika terlalu rendah akan memperpanjang waktu
conditioning. Dari data kelompok terlihat gejal ketidakteraturan (teoritis) hubungan antara
yield dengan waktu flotasi.
Kecenderungan adalah terjadinya peningkatan yield pada awal percobaan sampai titik
maksimum dan berbalik menurun.
Fungsi MIBC selain sebagai frother juga dapat berperan sebagai collector, depresan
limb, dan pengapung sulfur, jika MIBC digunakan dalam jumlah minimal. Batubara bersih
didepre dan sulfurnya diapungkan sehingga akan diperoleh batubara bersih (dari sulfur)
sebagai tailing.
Penambahan kolektor dalam flotasi batubara akan meningkatkan yield sampai batas
optimal. Dari data percobaan diektahu bawa yield terbesar 70,02% diperoleh dari
penambahan kolektor sebanyak 2,5 kg/ton.
- Kolektor pada flotasi batubara adalah minyak solar (diesel) yang bersifat non ionizing
collector, sedangkan pada flotasi mineral sulfida digunakan amyl xanthate, yaitu sulphydril
clollector.
- Ukuran partikel flotasi batubara berukuran halus yang tidak dapat diproses dengan
konsentratsi gravimetri. Untuk mineral sulfida untuk semua selang ukuran dapat diproses,
tapi umumnya berukuran 65 mesh agar dieroleh derajat liberasi yang tinggi.
- Umpan flotasi dapat dipakai pada metode Sink and Float menggunakan Heavy Media
Separator karena ukuran -28 mesh sampai 325 mesh. Untuk ukuran kuranf dari 0,1 mm,
HMS tidak efisien.
Partikel halus dari batubara mengandung slime dan pengotor, sehingga modifier
yang digunakan akan lebih banyak. Karena selektivitas partikel yang halus akan berkurang
dengan banyaknya slime yang menutupi bidang kontak antara gelembung udara dan
permukaan partikel mineral. Selain itu slime juga dapat membuat gelembung udara sulit
pecah, sehingga menggangu proses pengapungan.
- Penghilangan sulfur yang sukar dilakukan secara mekanis sehingga perlu menggunakan
multipler stage flotation.
- Pemilihan reagent flotasi yang tidak tepat untuk setiap jenis batubara akan menghalangi
pencapaian hasil optimum.
- Membersihkan permukaan batubara yang mengandung slime yang tinggi sebelum flotasi
dilakukan.
- Biaya dewatering dan thickening yang tinggi.
- Pencemaran air akibat pencucian batubara. Batubara halus dalam air pencuci dapat
dipisahkan secara flotasi.
- Untuk mendapatkan batubara bersih dnegan kadar yang tinggi.
- Untuk mengolah batubara halus yang tidak dapat diolah dengan proses lain jika sudah tidak
ekonomis.\
2.5. Dewatering
3. Pengeringan (Drying)
Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang berasal dari
konsentrat dengan cara penguapan (evaporization/evaporation).
Peralatan atau cara yang dipakai ada bermacam-macam, yaitu antara lain:
a. Hearth type drying/air dried/air baked, yaitu pengeringan yang dilakukan di atas lantai
oleh sinar matahari dan harus sering diaduk (dibolak-balik).
b. Shaft drier, ada dua macam, yaitu :
1. tower drier, material (mineral) yang basah dijatuhkan di dalam saluran silindris vertikal
yang dialiri udara panas (80o – 100o).
2. rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder panjang yang diputar pada
posisi agak miring dan dialiri udara panas yang berlawanan arah.
a. Tujuan dewateting
b. Sumber Air
d. Penanganan
Curah Hujan diukur dalam mm, artinya tinggi kolom air dalam mm per satu meter persegi
"Total Dynamic Head" adalah tenaga yang diperlukan untuk memindahkan air dari Sump ke
permukaan, dinyatakan dalam :
H = Hs + Hf + Hsh + Hv
Keterangan :
Untuk mempermudah perhitungan Hf dan Hsh dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :
Tabel 2
Tabel 3
Bhp = QH / 39600 E
Keterangan :
Tahap I =
Impeler berputar mem”vakum”kan rumah pompa, terjadi perbedaan tekanan 1
atmosfer di dalam maupun di luar pompa, kondisi ini pompa dapat menghisap sampai
ketinggian 10 meter, sedangkan dalam prakteknya yang aman hanya digunakan 6 meter
Tahap II =
Setelah air masuk di rumah pompa Impeler terus berputar, dan akibat adanya daya
sentrifugal mendorong air keluar pompa / naik ke atas
Hal yang perlu diperhatikan :
Apabila pompa diletakkan terlalu tinggi dari permukaan air sehingga melebihi kemampuan
tinggi hisapnya maka akan mengakibatkan kerusakkan pada Impeler
H. PENENTUAN KAPASITAS POMPA
A. Kurangi Resistensi
Kurangi pemasangan belokan seminimal mungkin Pasang pipa dengan diameter
yang sesuai Usahakan pemasangan pipa se-vertikal mungkin untuk mengurangi
panjang pipa.
B. Hindari Kavitasi - Kerusakan Impeller Jaga tinggi pompa dari permukaan air jangan
sampai melebihi kemampuan tinggi hisapnya (2- 6 meter). Jaga posisi ‘strainer ’ jangan
terlalu dekat dengan permukaan air hindari pusaran yang mengakibat masuknya udara ke
dalam pompa.
Hal ini dilakukan untuk menjaga permukaan jalan tetap lembab (tidak basah), sehingga
mengurangi adanya debu, mengurangi gangguan pengelihatan, dan memelihara permukaan
jalan agar tetap padat.
Jumlah Water Sprayer Truck dihitung berdasarkan cycle time truck, pengisian tank dan
pompa penyemprotan.
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral berharga secara ekonomis
berdasarkan teknologi yang ada sekarang.
2. Berdasarkan tahapan proses, pengolahan bahan galian dapat dibagi menjadi tiga tahapan
proses, yaitu Tahap Preparasi, Tahap Pemisahan, dan Tahap Dewatering.
3. Concentration yaitu pemisahan mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dalam suatu
media fluida, jadi sebenarnya juga memanfaatkan perbedaan kecepatan pengendapan
mineral-mineral yang ada.
4. Flotation adalah proses pengapungan. Di bidang metalurgi, flotasi atau lebih spesifik lagi
flotasi buih adalah metode fisika kimia di mana partikel-partikel dari mineral yang berbeda
dipisahkan satu dengan yang lainnya dengan mengapungkan mineral tertentu ke permukaan
air.
5. Dewatring merupakan kegiatan akhir dari pengolahan bahan galian setelah kosentrat
didapatkan. Kegiatan ini meliputi Thickening (Pengkayaan unsure), Filtering (Pemilihan),
Drying (Pengeringan).
4.2. Saran
Adapun saran yang penulis sampaikan yaitu semoga apa yang telah kita pelajari
pada pelajaran Pengolahan Bahan Galian ini dapat kita terapkan dengan kemampuan kita
masing-masing.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Penulis sadar bahwa dalam tulisan ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat bermanfaat untuk
Akhir kata Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Bates, R.L., 1960. Geology of The Industrial Rocks And Minerals, Harper And Raw
Publisher, New York.
BAB
II.
IV
III.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN