Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Insiden impaksi semakin meningkat seiring perkembangan waktu, meskipun metode


diagnosis untuk deteksi dan pencegahan yang lebih baik meliputi riwayat keluarga,
pemeriksaan visual dan palpasi pada usia tertentu melalui penilaian radiografis kurang
memuaskan. Frekuensi tertinggi impaksi yaitu pada molar tiga rahang bawah.

Gigi molar tiga yang impaksi pasti menimbulkan masalah di kemudian hari seperti karies
gigi, infeksi gusi, rasa sakit ,kerusakan pada gigi molar dua karena tertekan gigi molar tiga
berjejalnya gigi lain dalam lengkung rahang. Bahkan pada beberapa kasus, gigi molar tiga yang
dibiarkan dalam keadaan impaksi dapat menyebabkan terbentuknya kista dan menyebabkan
kerusakan yang lebih luas pada rahang dan gigi tetangganya. Bila kasus ini diidentifikasi secara
dini, maka pencabutan impaksi dapat dilakukan lebih dini pula sehingga dapat mencegah
timbulnya komplikasi lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut.

1.2.1 Apa saja analisa mengenai kasus gigi impaksi dan komplikasinya?
1.2.2 Apa kemungkinan diagnosis dalam kasus gigi impaksi?
1.2.3 Apa kemungkinan penyebab gigi impaksi serta komplikasinya?
1.2.4 Bagaimana penatalaksanaan gigi impaksi dan manifestasinya dalam mulut?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan tinjauan pustaka ini sebagai berikut.

1.3.1 Menganalisa kasus gigi impaksi dan manifestasinya dalam rongga mulut.

1.3.2 Mengetahui kemungkinan diagnosis dalam kasus gigi impaksi.

1.3.3 Mengetahui penyebab gigi impaksi serta komplikasinya.

1.3.4 Memahami penatalaksanaan kasus gigi impaksi.


1
1.4 Metode Penulisan

Penulisan ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu kepada beberapa
literatur.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gigi Impaksi

Definisi
Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi ke dalam lengkung rahang pada kisaran waktu
yang diperkirakan. Suatu gigi mengalami impaksi akibat gigi tetangga, lapisan tulang yang
padat, atau jaringan lunak yang tebal dan menghambat erupsi. Karena gigi impaksi tidak
erupsi, maka akan tertahan seumur hidup pasien kecuali dilakukan pembedahan untuk
mengeluarkannya. Namun, harus diingat bahwa tidak semua gigi yang tidak erupsi dinyatakan
mengalami impaksi. Jadi, diagnosis impaksi membutuhkan pemahaman tentang kronologi
erupsi, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi potensi erupsi.1,2
Umumnya, suatu gigi mengalami impaksi akibat panjang lengkung gigi yang kurang
adekuat dan ruangan erupsi lebih kecil dibandingkan dengan panjang total lengkung gigi. Gigi-
geligi yang seringkali mengalami impaksi adalah gigi molar tiga rahang atas dan bawah, gigi
kaninus rahang atas dan premolar rahang bawah. Gigi molar tiga paling sering mengalami
impaksi karena merupakan gigi yang paling terakhir erupsi, ruangan erupsi yang
dibutuhkannya kurang adekuat. Sejumlah penelitian mengevaluasi faktor-faktor yang
mempengaruhi potensi erupsi gigi molar
tiga. Dua faktor yang dinyatakan paling ‘prognostik’ adalah angulasi gigi molar tiga dan
ruang yang tersedia untuk erupsi.1,2
Erupsi gigi molar tiga akan selesai pada usia 20-24 tahun. Namun, satu atau beberapa gigi
M3 mengalami kegagalan erupsi pada 1:4 orang dewasa. Menurut beberapa penelitian
longitudinal, gigi yang terlihat mengalami impaksi pada usia 18 tahun memiliki kesempatan
sebesar 30-50% untuk erupsi sempurna pada usia 25 tahun.

Klasifikasi impaksi

Gigi impaksi diklasifikasikan dalam beberapa jenis:

- Klasifikasi menurut Pell & Gregory


1. Berdasarkan hubungan antara ramus mandibula dengan M2 dengan cara
membandingkan lebar mesio-distal M3 dengan jarak antara bagian distal M2 ke ramus
mandibula.
3
 Kelas I : Jarak ramus ascendens – distal M2 > mesiodistal M3
à untuk RA, M3 biasanya masih ada ruangan
 Kelas II : Jarak ramus ascendens – distal M2 < mesiodistal M3
à kurang ruangan untuk M3, < ½ M3 masih di dalam ramus
 Kelas III : Jarak ramus ascendens – distal M2 hampir o
(< ½ mesiodistal M3) à > ½ M3 berada di dalam ramus

2. Berdasarkan letak molar ketiga di dalam tulang


 Posisi A : Bagian tertinggi dari gigi M3 =/> tinggi dari oklusal M2
 Posisi B : Bagian tertinggi dari gigi M3 berada di bawah bidang oklusal
tapi masih lebih tinggi daripada garis servikal M2
 Posisi C : Bagian tertinggi dari gigi M3 terletak di bawah garis servikal M2

- Klasifikasi menurut George Winter


Berdasarkan posisi gigi M3 terhadap gigi M2
 Vertikal
 Horizontal
 Inverted
 Mesioangular (miring ke mesial)
 Distoangular (miring ke distal)
 Bucco angular (miring ke bukal)
 Linguo angular (miring ke lidah)

- Klasifikasi menurut Archer


Klasifikasi untuk impaksi yang terjadi di RA
1. Berdasarkan kedalaman relative dari M3 RA di dalam tulang
 Kelas A : bagian terendah korona M3 = bidang oklusal M2
 Kelas B : bagian terendah korona M3 di antara bidang oklusal dan garis
servikal M2
 Kelas C : bagian terendah korona M3 setinggi / di atas garis
servikal M2
2. Berdasarkan relasi long axis M3 dengan M2

4
 Mesio angular
 Disto angular
 Bucco angular
 Linguo angular
 Vertical
 Horizontal
 Inverted

Riwayat dan Pemeriksaan Klinis


Gigi impaksi dapat menimbulkan gangguan ringan sampai serius jika gigi tersebut tidak
erupsi. Tidak semua gigi impaksi menimbulkan masalah klinis yang signifikan, namun setiap
gigi impaksi memiliki potensi tersebut. Gigi yang tidak erupsi akan menimbulkan rasa nyeri
jika terjadi infeksi.2,4 Saat pemeriksaan, ketiadaan gigi, karies atau mobilitas gigi tetangga
harus diperhatikan. Terjadinya infeksi dapat dilihat dari pembengkakan, pengeluaran pus,
trismus, dan pelunakan limfonodus servikal regional.4
Pemeriksaan Radiografik

Pemeriksaan radiografik harus didasarkan pada penelusuran riwayat dan pemeriksaan


klinis. Pemeriksaan radiografik sangat penting sebelum pembedahan dilakukan namun tidak
perlu dilakukan saat pemeriksaan awal, jika terdapat infeksi atau gangguan lokal lainnya.4
Pemeriksaan radiologis gigi impaksi harus dapat menguraikan hal-hal berikut ini:4

1. Tipe dan orientasi impaksi serta akses untuk mencapai gigi


2. Ukuran mahkota dan kondisinya
3. Jumlah dan morfologi akar
4. Tinggi tulang alveolar, termasuk kedalaman dan densitasnya
5. Lebar folikuler
6. Status periodontal dan kondisi gigi tetangga
7. Hubungan atau kedekatan gigi-geligi rahang atas dengan kavitas nasal atau
sinus maksilaris
8. Hubungan atau kedekatan gigi-geligi rahang bawah dengan saluran interdental,
foramen mentale, batas bawah mandibula.

Jenis radiografi yang dapat digunakan, antara lain:

5
 Periapikal, tomografi panoramik [atau oblique lateral] dan CT scan untuk gigi molar tiga
rahang bawah
 Tomografi panoramik [atau oblique lateral, atau periapikal yang adekuat] untuk gigi molar
tiga rahang atas
 Parallax film [dua periapikal atau satu periapikal dan satu film oklusal] untuk gigi kaninus
rahang atas
 Radiografi periapikal dan true occlusal untuk gigi premolar dua rahang bawah; radiografi
panoramik juga dapat digunakan jika radiografi periapikal tidak dapat menggambarkan
seluruh gigi yang tidak erupsi.

Anatomi Pembedahan M3 Rahang Bawah

Struktur yang paling penting dalam pembedahan / pencabutan molar ketiga adalah
tulang bukal, lingual dan tulang distal di sekitar molar ketiga dan bagian periodonsium pada
permukaan distal molar kedua. Selain itu, struktur dan hubungan neurovaskular dari kanalis
mandibularis dan N.lingual juga harus dipertimbangkan sebelum melakukan pembedahan.

Tulang

• Molar ketiga terletak pada bagian medial dan anterior ramus asendens yang berarti sebagian
besar lokasi molar ketiga impaksi ditutupi oleh tulang bagian bukal dan lingual.

• Tulang lingual hanya terdiri dari lapisan kortikal tipis dengan tebal kurang dari 1 mm oleh
karena itu upaya untuk pembuangan / pengangkatan apex yang fraktur, terkadang secara
tidak sengaja menyebabkan malposisi melewati tulang lingual ke ruang submandibula.

• Di sisi lain, pengangkatan / pembuangan yang disengaja atau patah tulang pada lingual
mungkin dalam beberapa situasi mengindikasikan pencabutan gigi molar ketiga.

Kanalis Mandibularis

• Dalam kebanyakan kasus, kanalis mandibularis berada pada apikal dan sedikit ke bukal dari
akar molar ketiga. Namun, semua variasi dapat ditemukan, dan dalam beberapa kasus,
kumpulan ( bundelan ) dari neurovaskular dapat dibagi dalam dua atau lebih cabang.

• Dari cabang-cabang neurovascular itu lah foramen mandibula, kanalis dan isinya dikelilingi
oleh lapisan tipis tulang dengan konfigurasi mirip dengan lamina dura, dan struktur ini
dalam banyak kasus bisa dapat dideteksi secara radiologi.

• Penentuan hubungan antara molar ketiga dan kanalis mandibularis dapat diketahui dengan
radiografi untuk melaksanakan perawatan yang tepat

6
Komplikasi Impaksi Gigi M3 RB

 Perikoronitis

kondisi yang umum dijumpai pada molar tiga yang impaksi dan cenderung muncul
berulang. Bila molar ketiga belum erupsi sempurna, akibatnya, dapat terjadi kerusakan
tulang di antara gigi molar ketiga dan molar depannya (molar kedua).

 Resorpsi Patologis

Disebabkan oleh tekanan mahkota gigi molar ketiga yang erupsi pada permukaan akar
molar di depannya.

 Rasa Sakit Idiopatik

merupakan rasa sakit gigi pada molar ketiga yang tidak jelas atau rasa sakit yang menyebar
ke bagian leher dan kepala.

 Kista è Apalagi bila gigi impaksi terbenam dalam tulang rahang secara keseluruhan

 Gigi M3 yang impaksi adakalanya tidak menimbulkan keluhan maupun gejala klinis.
Meskipun demikian, kalau M3 dibiarkan di tempatnya, ada kemungkinan dapat
memperburuk keadaan, misalnya terutama pada penderita kelainan jantung akut dan
kelainan pembekuan darah.

 Keluhan pada telinga

- Otitis

 Keluhan pada mata

- Sakit

- Agak kabur

 Keadaan lain yang dapat disebabkan oleh gigi impaksi adalah

- periodontitis (peradangan jaringan pendukung gigi),

- kelainan neurologis dan gigi berdesakan karena ditekan gigi molar ketiga ke arah
depan è pusing

Alat dan Bahan

1. Syringe dengan jarum 27 dan 30 gauge


2. Larutan anastetikum; yang mengandung epinefrin/adrenalin
3. Alat diagnostik
4. Bur tulang
7
5. Cotton rolls
6. Gauze

Teknik Odontektomi Berdasarkan Tipe Impaksi

 Impaksi vertikal

Jika gigi yang terbentuk tidak erupsi sempurna menembus batas gusi. Tulang pada
aspek bukal dan distal mahkota dibuang, dan gigi dipotong menjadi bagian mesial dan
distal. Jika akar gigi bengkok, menyatu atau tunggal, bagian distal mahkota dipotong seperti
dalam impaksi mesioangular [diuraikan di bawah ini]. Aspek posterior mahkota diungkit
terlebih dahulu menggunakan Cryer elevator sampai ke titik pengeluaran pada sisi distal
gigi.

 Impaksi mesioangular

Impaksi mesioangular merupakan tipe yang sering ditemukan [43% kasus]. Gigi
menjorok ke depan, mengarah ke depan mulut. Dalam pencabutan impaksi mesioangular,
tulang pada sisi bukal dan distal dibuang agar mahkota gigi dan batas servikalnya terlihat.
Aspek distal mahkota dipotong.
Terkadang, perlu dilakukan pemotongan seluruh gigi menjadi dua bagian, bukan hanya
memotong bagian distal mahkota saja. Elevator digunakan untuk mengangkat aspek mesial
gigi dengan gerakan putar dan ungkit.

Setelah bagian distal mahkota dikeluarkan, diinsersikan elevator kecil pada titik ungkit di
aspek mesial gigi molar tiga, dan gigi dikeluarkan menggunakan gerakan putar dan ungkit.

 Impaksi Horisontal

Impaksi horisontal jarang ditemukan [3%], yang terjadi jika gigi memiliki sudut 90
derajat, tumbuh ke arah gigi molar dua. Saat dilakukan pembedahan impaksi horisontal,
tulang yang menutupi gigi-yaitu, tulang pada aspek distal dan bukal gigi-dibuang
menggunakan bur. Mahkota dipisahkan dari akarnya dan dikeluarkan dari soket. Akar jamak
dikeluarkan bersamaan atau sendiri-sendiri menggunakan Cryer elevator dengan gerakan
rotasi. Terkadang, akar perlu dipotong menjadi dua bagian: pembuatan titik ungkit pada akar
akan mempermudah Cryer elevator untuk mengeluarkan akar. Akar mesial diungkit dengan
cara yang sama.
8
 Impaksi Distoangular
Pada tipe impaksi ini, gigi menjorok ke belakang, ke bagian belakang mulut. Dalam
impaksi distoangular, tulang oklusal, bukal dan distal dibuang menggunakan bur. Harus diingat
bahwa tulang distal harus dibuang lebih banyak dibandingkan dalam impaksi tipe vertikal atau
mesioangular. Mahkota gigi dipotong menggunakan bur dan dikeluarkan menggunakan
elevator lurus. Titik ungkit diletakkan pada bagian akar gigi, dan akar dikeluarkan
menggunakan Cryer elevator dalam gerakan wheeland- axle [roda-dan-jeruji], jika akar
divergen, terkadang perlu dilakukan pemotongan akar sendiri-sendiri. Setelah gigi impaksi
dikeluarkan dari prosesus alveolar, dokter bedah harus melakukan debridemen luka dengan
cermat dan hati-hati untuk membersihkan semua potongan tulang kecil dan debris lainnya.
Metode terbaik untuk melakukannya adalah dengan melakukan debridemen mekanis pada
soket dan daerah di bawah flap menggunakan kuret periapikal. Bone file digunakan untuk
menghaluskan tepi-tepi tulang yang tajam dan kasar. Hemostat mosquito digunakan untuk
membuang sisasisa folikel gigi dengan hati-hati. Terakhir, soket dan luka diirigasi
menggunakan salin atau air steril [optimal: 30-50 ml]. Dalam kasus-kasus tertentu, dibutuhkan
irigasi, yaitu pada pasien yang beresiko mengalami dry socket, gangguan
penyembuhan, atau komplikasi lainnya. Flap dikembalikan ke posisi awalnya, dan dilakukan
penjahitan menggunakan resorbable suture pada aspek posterior gigi molar dua. Jahitan
tambahan dapat dilakukan jika perlu.

Komplikasi Post-operatif
Setelah pencabutan gigi impaksi terdapat beberapa respon fisiologis yang normal, yaitu
perdarahan ringan, pembengkakan, kekakuan dan rasa nyeri. Respon negatif tersebut
menimbulkan ketidaknyamanan jangka pendek bagi pasien yang berlangsung selama 4-7 hari
setelah pembedahan.2
Tujuan utama dalam setiap jenis pembedahan adalah mencegah infeksi postoperatifakibat
prosedur pembedahan. Untuk mencapai tujuan tersebut, sebagian prosedur pembedahan
membutuhkan antibiotik profilaktik.2 Dalam pencabutan gigi molar tiga, infeksi merupakan
kasus yang jarang
terjadi. Ini berarti bahwa rasa nyeri, pembengkakan, dan produksi purulen yang membutuhkan
insisi dan drainase atau terapi antibiotik jarang ditemukan.2 Gangguan penyembuhan yang
lebih menonjol setelah pencabutan impaksi gigi molar tiga adalah dry socket atau alvaolar
osteitis. Gangguan penyembuhan ini cenderung disebabkan oleh kombinasi bakteri anaerob
dan saliva. penggunaan

9
antibiotik profilaktik dalam pencabutan gigi impaksi dapat mengurangi insiden dry socket.
Teknik lain yang efektif mengurangi insiden dry socket adalah irigasi berlimpah, berkumur
dengan klorheksidin sebelum pembedahan, dan aplikasi antibiotik pada soket ekstraksi.2
Komplikasi pencabutan gigi impaksi lainnya adalah perlukaan saraf, akibat
penggunaan tang atau elevator, dan administrasi anestetik lokal. Kerusakan saraf sensoris
biasanya terjadi jika pembedahan dilakukan di sekitar daerah foramen mentale dan gigi molar
tiga. Perkiraan insiden kerusakan saraf sangat bervariasi. Hilangnya sensori pencecap lingual
dan saraf alveolaris inferior mencapai 13%, dan terjadi pemulihan dalam waktu 6 bulan setelah
pembedahan.4
Fraktur akar merupakan salah satu masalah yang sering ditemukan dalam pencabutan gigi
molar tiga, dan terkadang sulit diatasi. Dalam situasi semacam ini, fragmen akar dapat masuk
ke dalam ruang submandibula, kanalis alveolar inferior, atau sinus maksilaris. Akar yang tak-
terinfeksi dalam tulang alveolar dapat ditinggalkan pada tempatnya, tanpa komplikasi post-
operatif. Jaringan pulpa akan mengalami fibrosis dan akar menyatu dalam tulang alveolar.
Usaha yang terlalu agresif dan destruktif untuk mengangkat bagian akar cenderung
menimbulkan masalah. Dalam hal ini, dibutuhkan pemeriksaan radiografik follow up.

2.2. Perikoronitis

Pengertian dan Etiologi

Perikoronitis adalah peradangan jaringan gusi disekitar mahkota gigi yang erupsi
sebagian, paling sering pada gigi geraham bungsu (molar III) bawah. Pericoronitis terjadi
akibat penumpukan bakteri, plak, dan sisa makanan pada rongga operculum gusi dan gigi yang
bererupsi sebagian. Dapat terjadi pula edema inflamasi akibat trauma jaringan gusi tersebut
dari gigi yang berlawanan, memicu pembengkakan operculum, nyeri, rasa tidak enak
disebabkan adanya pus dari bawah operculum.

10
Gejala dan Tanda

Seperti yang dijelaskan di atas gejala berupa rasa tidak enak pada mulut, nyeri, trismus
(ketidakmampuan untuk membuka mulut secara sempurna). Tanda dari pericoronitis yaitu
pembengkakan dan memerahnya jaringan gingival di sekitar gigi yang bererupsi sebagian dan
kadang terdapat pus dari balik operculum. Pericoronitis memiliki tanda yang khas sehingga
jarang terjadi kesalahan diagnosis.

Perawatan

Perawatan dilakukan dengan membersihkan daerah tersebut dengan air salin atau air
garam hangat. Pemberian antibiotic dilakukan pada keadaan yang parah. Jika gigi tidak dapat
tumbuh (erupsi) sempurna maka gigi sebaiknya dicabut atau dilakukan pembuangan jaringan
gingival yang menjadi operculum.

2.3 Abses Periapikal

Abses periapikal adalah kumpulan pus yang terlokalisir dibatasi oleh jaringan tulang yang
disebabkan oleh infeksi dari pulpa dan atau periodontal. Abses periapikal umumnya berasal
dari nekrosis jaringan pulpa. Jaringan yang terinfeksi menyebabkan sebagian sel mati dan
hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah
putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga
tersebut dan setelah memfagosit bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati
inilah yang membentuk nanah yang mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini
maka jaringan sekitarnya akan terdorong dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini
merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika
suatu abses pecah di dalam maka infeksi bisa menyebar tergantung kepada lokasi abses.

11
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Analisis

Pada kasus wanita 35 tahun mengeluh sakit pada gigi geraham bawah kanan belakang,
berdenyut-denyut. Setelah minum obat tetap merasa sakit dan bengkan. Sulit membuka mulut
(maksimal 2 jari). Si ibu juga merasa demam.

A. Pemeriksaan Klinis:

Ekstra Oral

 Bengkak di region pipi dan ditengah rahang kanan bawah


 Batas tidak jelas, merah
 Palpasi teraba padat dan hangat
 Tidak ada fluktuasi dan terasa nyeri
 Trismus (maksimal 2 jari) dan sakit

Intra Oral

 Mukosa gingival regio 48 oedem, merah, palpasi nyeri


 Gigi 38 erupsi posisi mesioangular
 Gigi 36 sisa akar, tekanan à nyeri

B. Pemeriksaan Penunjang:

R.O

 Gigi 38 impaksi mesioangular, radiolusen pada sebelah mesial mahkota


 Gigi 48 impaksi partial vertical

Analisa:
 Dari pemeriksaan ekstra oral dapat dilihat terjadi infeksi pada regio kanan bawah
 Impaksi gigi 48 , menyebabkan perikoronitis mukosa di atasnya.
 Impaksi gigi 38 dengan resiko terjadinya infeksi ,ditandai dengan celah di mesial
daerah mahkota.
 Gigi 36 sisa akar, kemungkinan non vital sehingga terdapat abses periapikal yang
menyebabkan rasa nyeri bila tertekan.

3.2. Kemungkinan diagnosis


12
A. Diagnosis Gigi 48 : impaksi parsial vertical disertai perikoronitis.
Kelas I : jika jarak ramus acendens sampai distal M2 lebih besar dari jarak mesiodistal
M3 rahang bawah.
Kelas II : jika jarak ramus acendens sampai distal M2 lebih kecil dari jarak mesiodistal
M3 rahang bawah.
Kelas III : jika jarak ramus acendens sampai distal M2 hampir 0 ( < mesiodistal M3)
Posisi A : Jika bagian tertinggi M3 =/> tinggi dari oklusal M2
Posisi B : Jika bagian tertinggi M3 antara oklusal dan servikal M2
Posisi C : Jika bagian tertinggi M3 lebih rendah dari oklusal M2

Perikoronitis ditandai dengan adanya oedem pd gingiva regio 48, merah, palpasi terasa
nyeri. Penderita Perikoronitis ini biasanya mengeluh kesakitan yang kadang tidak
tertahankan dan seringkali menyebabkan perasaan yang kurang nyaman pada saat membuka
mulutnya, dengan membuka mulut pasien akan merasa semakin terasa sakit dan
kemungkinan bisa menyebabkan trismus.
Klinis menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh, frekuensi denyut nadi dan
pernapasan, terdapat pembengkakan EO yang difuse, kelenjar limfe submandibularis
membesar dan sakit pada palpasi. IO tampak mukosa perikorona membengkak, kemerahan,
palpasi sakit. Daerah yang terinfeksi terlihat ginggiva yang hiperemi, bengkak, dan
mengkilat daripada daerah gingiva yang lain. Kadang sudah timbul pus, disebut perikoronal
abses, pus dapat keluar melalui marginal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda- tanda
keradangan yaitu:

 Rubor, permukaan kulit atau mukosa kemerahan akibat vasodilatasi dan proliferasi
pembuluh darah.
 Tumor, pembengkakan, terjadi karena akumulasi pus atau keluarnya plasmake jaringan.
 Kalor, teraba hangat saat palpasi karena terjadi peningkatan aliran darah kearea infeksi
 Dolor, terasa sakit karena adanya stimulasi ujung syaraf oleh mediator inflamasi
 Fungsiolasea, terdapat masalah dengan proses mastikasi, trismus, disfagia, dan gangguan
pernafasan.

B. Gigi 38

Diagnosis : impaksi mesioangular

Gambaran radiolusen pada sebelah mesial daerah makhota merupakan suatu celah
dimana dapat terjadi akumulasi bakteri yang dapat menyebabkan infeksi.
Hal tersebut karena gigi yang erupsi dengan posisi mesioangular dimana gigi tidak
erupsi secara sempurna sehingga makanan dapat terselip di sekitar gusi dan bengkak
sehingga dapat menyebabkan :
13
1. Perikoronitis (paling ringan)

2. Akut / kronis alveolar abses

3. Chronic supurative osteitis

4. Osteomyelitis (paling parah)

C. Gigi 36
Diagnosis :Gigi 36 sisa akar dengan Abses Periapikal

Ditandai dengan rasa nyeri bila ditekan (druk) dan gigi yang sudah non vital ( yang
ditandai hanya tinggal sisa akar yang tersisa ).
Abses periapikal umumnya berasal dari nekrosis jaringan pulpa. Jaringan yang
terinfeksi menyebabkan sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi
jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh
dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah memfagosit bakteri,
sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah yang
mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini maka jaringan sekitarnya akan
terdorong dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan mekanisme pertahanan
tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam
maka infeksi bisa menyebar tergantung kepada lokasi abses.

14
3.3. Penyebab

A. Penyebab Perikoronitis

Faktor penyebab utama dari perikoronitis adalah adanya bakteri yang tumbuh di
bawah operculum atau trauma oleh cusp M3 rahang atas pada gingiva di atas M3 rahang
bawah yang belum tumbuh sempurna.

B. Penyebab impaksi

Biasanya Impaksi M3 rahang bawah disebabkan karena;

1. Kurang tempat
2. Posisi ectopic
3. Obstruksi jalur erupsi
4. Mineralisasi yg terhambat

Teori-teori tentang gigi impaksi :

1. Teori Evolusi (Dr.Nodine)

Karena perubahan fungsi, maka bentuk rahang juga berubah menjadi kecil
sehingga tempat untuk gigi erupsi berkurang

2. Causa Lokal (Berger)

 Abnormalnya posisi gigi (dari gigi tetangganya)


 Tekanan dari gigi tetangga pada gigi tersebut
 Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut
 Kurang ruangan à karena rahang kurang berkembang
 Gigi desidui persistensi(tidak mau tanggal)
 Pencabutan prematur pada gigi
 Inflamasi kronis penyebab penebalan mukosa disekitar gigi
 Penyakit yang menimbulkan nekrosis tulang karena inflamasi atau abses
 Perubahan-perubahan pada tulang karena penyakit exantheemateus pada anak - anak.

3. Causa Sistemik (Berger )

Prenatal

 Keturunan
 Perkawinan antar bangsa (miscegenation)

Postnatal
15
 Sifilis congenital
 Riketsia
 Anemia
 TBC
 Endokrin disfunction
 Malnutrisi

Kelainan Pertumbuhan

 Cleido cranial dysostosis


 Oxycephali
 Progeria
 Achondroplasia
 Celah langit-langit

C. Penyebab periapikal abses

Tubuh menyerang infeksi dengan sejumlah besar sel darah putih. Pus merupakan
sekumpulan sel darah putih dan jaringan yang mati. Biasanya nanah dari infeksi gigi pada
awalnya dialirkan ke gusi, sehingga gusi yang berada di dekat akar gigi tersebut
membengkak. Nanah bisa dialirkan ke kulit, mulut, tenggorokan atau tengkorak, tergantung
kepada lokasi gigi yang terkena.

16
3.4. Penatalaksanaan

A. Penatalaksanaan Perikoronitis pada Gigi 48

Ada tiga macam perawatan:

1. Pengobatan konservatif ( beri obat , irigasi )

2. Operculectomy: eksisi mukosa di atasnya

3. Odontectomy : mencabut M3

Pada kasus ini , dimana pasien mengalami peningkatan suhu dan trismus
diperlukan antibiotik dan anelgesik untuk mengurangi demam dan rasa sakit. Penisilin
adalah salah satu pilihan. Infeksi harus diobati terlebih dahulu jika akan dilakukan
pencabutan gigi yang impaksi.

Disamping perawatan umum tersebut, perlu dilakukan perawatan lokal yaitu :

 Irigasi H2O2
 Bila terdapat trauma dari gigi M RA
 Bila terbentuk abses, perlu dilakukan insisi pada absesnya.
 Instruksi pada pasien untuk kumur-kumur larutan air garam hangat

Apabila ada over erupsi M3 RA , dilakukan pemendekkan tonjol oklusal sehingga


mukosa yang sedang meradang terhindar dari trauma pengunyahan.

Setelah infeksi sudah diatasi perawatan yang pasti biasanya adalah pencabutan gigi
yang bersangkutan. Jika ruangan cukup untuk erupsi gigi dilakukan operkuloktomi yaitu
pengambilan jaringan lunak disekitar gigi yang mengalami impaksi.untuk memberi
kesempatan gigi molar3. Bila ruangan tidak cukup untuk erupsi gigi dilakukan ekstraksi
gigi penyebab.

B. Penatalaksanaan Abses Periapikal dan sisa akar pada gigi 36

Pertama-tama Abses diatasi dengan menghilangkan infeksi dan membuang nanah


melalui bedah mulut atau pengobatan saluran akar. Untuk membantu menghilangkan
infeksi seringkali diberikan antibiotik. Tindakan yang terpenting adalah mencabut pulpa
yang terkena dan mengeluarkan nanahnya.

Sisa akar gigi yang tertinggal dalam rongga mulut tidak boleh dibiarkan
saja,kecuali pada kondisi tertentu. Penatalaksanaan sisa akar gigi ini tergantung dari
pemeriksaan klinis akar gigi dan jaringan penyangganya. Akar gigi yang masih utuh
17
dengan jaringan penyangga yang masih baik, masih bisa dirawat. Akar gigi yang sudah
goyah dan tidak dimungkinkan dirawat jaringan penyangganya perlu dicabut Hal ini
kemungkinan perlu dilakukan ronsen foto gigi dahulu. Pencabutan sisa akar gigi umumnya
mudah. Gigi sudah mengalami kerusakan yang parah sehingga jaringan penyangga giginya
sudah tidak kuat lagi. Untuk kasus yang sulit dibutuhkan tindakan bedah ringan.

C. Penatalaksanaan impaksi 38

Prosedur Operasi :
1. Rencanakan outline flap yang akan digunakan , sehingga
s e t e l a h o p e r a s i n a n t i diharapkan terjadi penyembuhan yang baik
2. Tentukan bagaimanacaramengeluarkangigi
 Dengan pembelahan gigi
 Hanya dengan pengangkatan tulang
 Kombinasi pengangkatan tulang dan pembelahan gigi
3. Perencanaan premedikasi yang akan diberikan.
4. Perkirakan pembukaan tulang sehingga dapat memberikan ruangan yang cukup
untuk mengeluarkan gigi impaksi
5. Rencanakan dengan metode yang logis dan instrumen yang sudah disterilisasi.
6. Persiapan pasien dan operator.

Tahapan operasi

1. Pasien diukur Tekanan darah dan ditutup dengan duk steril (badan dan wajah) à
DREPPING
2. Aseptik / antiseptik daerah operasi à PREPING
 Ulaskan cairan betadine pada extra oral atau daerah sekitar mulut sebagai
tindakan profilaktik
 Untuk membersihkan daerah disekitar intraoral dapat digunakan providine-iodine
atau hexachlorophene
3. Blok anastesi dan infiltrasi
 Dianjurkan menggunakan anastesi lokal
 Pemedikasi yang diberikan tergantung dari kondisi pasien dan metode anastesi
yang diberikan
 Pasien yang takut atau gugup harus diberikan premedikasi seperti phenobarbital
sodium 30menit sebelum tindakan
4. Insisi dan pembuatan flap

18
Prinsip dasar pada insisi jaringan untuk pembuatan flap jaringan:
 Harus membuka daerah operasi dengan jelas
 Insisi terletak pada jaringan yang sehat
 Mempunyai basis yang cukup lebar, sehingga pengaliran darah ke flap cukup
baik
 Pisau tajam membuat insisi menjadi rapi tanpa kerusakan yang tidak
diinginkanoleh karena berulangnya insisi karena pisau tumpul. Pisau menjadi
tumpul karena ketahanan jaringan, tulang, dan ligamentum cepat membuat
tumpul dibandingkan dengan mukosa bukal.
 Kuat insisi harus kontinu dan halus. Pengulangan dapat meningkatkan
kerusakan jaringan dan perdarahan mengganggu penyembuhan luka jaringan
 Hati-hati hindari memotong struktur vital (nervus atau arteri)
 Pisau tegak lurus pada permukaan epitel.
 Harus dapat dikembalikan. Insisi melewati attached gingiva dan tulang sehat
kemudianmelalui unattached gingivadan melebihi tulang yang tidak sehat/
hilang

Prosedur insisi:

 Didaerah distal molar dua sampai ke muko-bukal foldà insisi horizontal tegak
lurus pada pinggir oklusal tulang alveolar dan ramus
 Dari distal molar dua à insisi semi vertikal sebelah mesial Molar dua sampai ke
forniks kira-kira mencapai apeks molar satu
 Setelah kedua insisi dibuat dengan baik sampai ke tulang, maka muko periosteal
flap dibuka dengan raspatorium dan kemudian ditarik dengan penarik pipi
 Setelah flap dibuka, maka akan tampak tulang dan kadang-kadang juga terlihat
giginya sebagian.

5. Pengurangan tulang dan pemotongan gigi


 Bila gigi yang terpendam tersebut seluruhnya dilapisi tulang, maka tulang dapat
dibuang dengan bur
 Bur yang dipakai adalah bur bulat dan tajam. Bur yang besar dengan nomor 3-5
dapat digunakan jika banyak tulang yang harus dibuang. Bur yang kecil
digunakan untuk membuang tulang pengahalang
 Lekukan irigasi sambil membor untuk mengurangi panas yang timbul pada saat
mengebor agar tidak terjadi nekrosis tulang, trauma (sakit pasca bedah),
pembengkakan pasca bedah dan penyembuhan dapat lebih cepat. Setelah
pengambilan tulang cukup, maka dicoba untuk mencongkel gigi keluar

19
6. Pengambilan gigi impaksi dan kontrol perdarahan

Cara atau teknik kerjanya tergantung pada posisi gigi, keadaan gigi, dan
jaringan sekitarnya.

In Toto (utuh)
 Tulang yang mengelilingi gigi diambil secukupnya, sehingga didapatkan cukup
ruangan untuk dapat meletakkan elevator dibawah korona. Kemudian dengan
elevator tersebut dilakukan gerakan mengungkit gigi tersebut.
 Jika gigi ini tidak bergerak dengan tekanan yang sedikit, maka dicari bagian
tulang yang masih menghalangi. Kita tidak boleh mencogkel gigi dengan
tenaga yang besar tetapi berusaha menggerakkan gigi dengan tekanan minimal.
 Bila mahkota gigi terpendam belum bisa digerakkan dan terletak dibawah
mahkota molar dua, maka tulang alveolar pada bagian distal Molar Tiga
diambil lebih banyak sehingga Molar Tiga dapat dicongkel ke arah distal.
 Jika tulang diambil telah cukup tetapi gigi belum bisa dikeluarkan, maka
mungkin masih terdapat tulang atau akar gigi yang menghalangi.

In Separasi (terpisah)
 Pada metode ini, pengambilan gigi impaksi dilakukan dengan membuang
sedikit tulang.
 Gigi yang impaksi tersebut diambil dengan cara sebagian-sebagian (dibelah
terlebih dahulu). Sehingga dengan metode ini, pembuangan tulang bagian distal
Molar Tiga dapat diminimalisir dan gigi diambil sepotong-sepotong dengan
elevator kemudian dikeluakan dengan tang sisa akar.
 Pengambilan dengan metode ini jangan dipaksakan karena dapat menyebabkan
fraktur tulang rahang atau fraktur Molar Dua.

7. Kuretase dan tulang yang tajam dihaluskan


 Setelah gigi dikeluarkan, soket harus benar-benar dibersihkan dari sisa sisa
tulang bekas pengeboran.
 Folikel dan sisa enamel organ harus dibersihkan atau dibuang karena jika masih
tertinggal dapat menyebabkan kista residual.
 Tepi tulang yang runcing harus dihaluskan dengan bur atau bone file

8. Irigasi
 Kemudian dibersihkan dengan semprotan air garam fisiologis 0,9 % agar
pecahan-pecahan partikel tulang dapat keluar semua, selanjutnya dihisap dengan
suktor.
 Kemudian alveolus dapat diisi dengan :
20
- Terragas (drain)
- White head varnish
- Vasenol
- Bubuk sulfa

9. Penjahitan
 Bila sudah bersih, flap dikembalikan pada tempatnya dan dijahit.
 Pasien dapat diberikan obat-obatan seperti antibiotik, analgetik, anti-inflamasi,
dan vitamin (sebagai tamabahan untuk meningkatkan daya tahan tubuh)

10. Intruksi Pasca Pencabutan

– Pasien tidak boleh berkumur-kumur selama 24 jam dan terus menggigit tampon

– Tampon harus diganti dengan tangan yang bersih bila masih berdarah

– Pasien harus istirahat yang cukup

– Tampon steril yang diletakkan pada daerah luka harus dibuang setelah setengah
jam karena dapat menyebabkan infeksi. Jika masih terjadi perdarahan, maka
pasien tersebut harus datang kembali ke rumah sakit untuk diganti tamponnya

– Bila terjadi perdarahan di rumah, maka pasien disuruh tidur dengan kepala agak
ditinggikan

Hal-hal yang dilakukan bila terjadi pendarahan:

– Membersihkan luka

– Mencari penyebab

– Pemberian hemostatika

Pada keesokan harinya, pasien dapat berkumur-kumur dengan obat kumur


atau air garam hangat, dianjurkan setiap habis makan. Pasien harus memakan
makanan yang lunak dan bergizi. Kemudian pasien kembali melakukan kontrol
sampai jahitan dibuka, luka dibersihkan dengan air garam fisiologis atau aquadest.
Selanjutnya diolesi dengan iodine 1-3 % atau gentran. Setelah 5 hari jahitan
dibuka .

21
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Masalah utama pada kasus ini adalah gigi m3 yang impaksi. Gigi impaksi yang
berhubungan atau menjadi penyebab patologi di sekitarnya harus dicabut sesegera mungkin.
Dalam melaksanakan teknik pembedahan, dokter bedah dituntut untuk lebih mendalami
prosedur standar operasi, yaitu penelusuran riwayat, pemeriksaan, indikasi dan kontraindikasi,
klasifikasi impaksi dan teknik pembedahan yang benar, sehingga komplikasi post-operatif
dapat diminimalisir.

4.2 Saran

 Sebaiknya dilakukan pemantauan pada usia erupsi gigi, baik gigi sulung maupun gigi
permanen sehingga dapat diketahui sedini mungkin jika terdapat gigi yang impaksi

 Dilakukan pemeriksaan gigi secara rutin dan lengkap setiap 6 bulan sekali, sehingga dapat
diketahui sedini mungkin jika terdapat kelainan pada gigi.

 Diagnosa yang ditegakkan dilakukan secara teliti dan dengan pemeriksaan yang lengkap.

22
DAFTAR PUSTAKA

 Peterson LJ, Ellis E, Hupp JR, et al. Contemporary oral and maxillofacial surgery. 4th ed.
Mosby company. p. 184-212.
 Miloro Michael. Peterson’s of oral and maxillofacial surgery. 2nd ed. BC Decker Inc.
Hamilton, London. 2004. p.140-153.
 Anonim. National Clinical Guidelines 1997. Faculty of dental surgery Royal College of
Surgeons of England. 1997.
 Coulthard P, Horner K, Sloan P, et al. Master dentistry: oral and maxillofacial surgery,
radiology, pathology and oral medicine. Elsevier Science Limited. Churchill Livingstone.
England. 2003. p. 84-87.
 Benediktsdóttir, Sara I. Thesis at the Department of Oral Radiology and Oral maxillofacial
surgery, Royal Dental College, University of Aarhus, Denmark. 2003. p. 6
 Anonim. Wisdom teeth. Available at: http://www.pinoydental.com. Accessed at: 14 juli
2009.
 Wayland JB. Selected third molar removal with iv sedation. Available at:
http://www.ivwisdom.com/manual.pdf. accessed at: 14 juli 2009.

23

Anda mungkin juga menyukai