Gigi Impaksi
Gigi Impaksi
PENDAHULUAN
Gigi molar tiga yang impaksi pasti menimbulkan masalah di kemudian hari seperti karies
gigi, infeksi gusi, rasa sakit ,kerusakan pada gigi molar dua karena tertekan gigi molar tiga
berjejalnya gigi lain dalam lengkung rahang. Bahkan pada beberapa kasus, gigi molar tiga yang
dibiarkan dalam keadaan impaksi dapat menyebabkan terbentuknya kista dan menyebabkan
kerusakan yang lebih luas pada rahang dan gigi tetangganya. Bila kasus ini diidentifikasi secara
dini, maka pencabutan impaksi dapat dilakukan lebih dini pula sehingga dapat mencegah
timbulnya komplikasi lebih lanjut.
Berdasarkan latar belakang masalah, penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut.
1.2.1 Apa saja analisa mengenai kasus gigi impaksi dan komplikasinya?
1.2.2 Apa kemungkinan diagnosis dalam kasus gigi impaksi?
1.2.3 Apa kemungkinan penyebab gigi impaksi serta komplikasinya?
1.2.4 Bagaimana penatalaksanaan gigi impaksi dan manifestasinya dalam mulut?
1.3.1 Menganalisa kasus gigi impaksi dan manifestasinya dalam rongga mulut.
Penulisan ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu kepada beberapa
literatur.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi ke dalam lengkung rahang pada kisaran waktu
yang diperkirakan. Suatu gigi mengalami impaksi akibat gigi tetangga, lapisan tulang yang
padat, atau jaringan lunak yang tebal dan menghambat erupsi. Karena gigi impaksi tidak
erupsi, maka akan tertahan seumur hidup pasien kecuali dilakukan pembedahan untuk
mengeluarkannya. Namun, harus diingat bahwa tidak semua gigi yang tidak erupsi dinyatakan
mengalami impaksi. Jadi, diagnosis impaksi membutuhkan pemahaman tentang kronologi
erupsi, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi potensi erupsi.1,2
Umumnya, suatu gigi mengalami impaksi akibat panjang lengkung gigi yang kurang
adekuat dan ruangan erupsi lebih kecil dibandingkan dengan panjang total lengkung gigi. Gigi-
geligi yang seringkali mengalami impaksi adalah gigi molar tiga rahang atas dan bawah, gigi
kaninus rahang atas dan premolar rahang bawah. Gigi molar tiga paling sering mengalami
impaksi karena merupakan gigi yang paling terakhir erupsi, ruangan erupsi yang
dibutuhkannya kurang adekuat. Sejumlah penelitian mengevaluasi faktor-faktor yang
mempengaruhi potensi erupsi gigi molar
tiga. Dua faktor yang dinyatakan paling ‘prognostik’ adalah angulasi gigi molar tiga dan
ruang yang tersedia untuk erupsi.1,2
Erupsi gigi molar tiga akan selesai pada usia 20-24 tahun. Namun, satu atau beberapa gigi
M3 mengalami kegagalan erupsi pada 1:4 orang dewasa. Menurut beberapa penelitian
longitudinal, gigi yang terlihat mengalami impaksi pada usia 18 tahun memiliki kesempatan
sebesar 30-50% untuk erupsi sempurna pada usia 25 tahun.
Klasifikasi impaksi
4
Mesio angular
Disto angular
Bucco angular
Linguo angular
Vertical
Horizontal
Inverted
5
Periapikal, tomografi panoramik [atau oblique lateral] dan CT scan untuk gigi molar tiga
rahang bawah
Tomografi panoramik [atau oblique lateral, atau periapikal yang adekuat] untuk gigi molar
tiga rahang atas
Parallax film [dua periapikal atau satu periapikal dan satu film oklusal] untuk gigi kaninus
rahang atas
Radiografi periapikal dan true occlusal untuk gigi premolar dua rahang bawah; radiografi
panoramik juga dapat digunakan jika radiografi periapikal tidak dapat menggambarkan
seluruh gigi yang tidak erupsi.
Struktur yang paling penting dalam pembedahan / pencabutan molar ketiga adalah
tulang bukal, lingual dan tulang distal di sekitar molar ketiga dan bagian periodonsium pada
permukaan distal molar kedua. Selain itu, struktur dan hubungan neurovaskular dari kanalis
mandibularis dan N.lingual juga harus dipertimbangkan sebelum melakukan pembedahan.
Tulang
• Molar ketiga terletak pada bagian medial dan anterior ramus asendens yang berarti sebagian
besar lokasi molar ketiga impaksi ditutupi oleh tulang bagian bukal dan lingual.
• Tulang lingual hanya terdiri dari lapisan kortikal tipis dengan tebal kurang dari 1 mm oleh
karena itu upaya untuk pembuangan / pengangkatan apex yang fraktur, terkadang secara
tidak sengaja menyebabkan malposisi melewati tulang lingual ke ruang submandibula.
• Di sisi lain, pengangkatan / pembuangan yang disengaja atau patah tulang pada lingual
mungkin dalam beberapa situasi mengindikasikan pencabutan gigi molar ketiga.
Kanalis Mandibularis
• Dalam kebanyakan kasus, kanalis mandibularis berada pada apikal dan sedikit ke bukal dari
akar molar ketiga. Namun, semua variasi dapat ditemukan, dan dalam beberapa kasus,
kumpulan ( bundelan ) dari neurovaskular dapat dibagi dalam dua atau lebih cabang.
• Dari cabang-cabang neurovascular itu lah foramen mandibula, kanalis dan isinya dikelilingi
oleh lapisan tipis tulang dengan konfigurasi mirip dengan lamina dura, dan struktur ini
dalam banyak kasus bisa dapat dideteksi secara radiologi.
• Penentuan hubungan antara molar ketiga dan kanalis mandibularis dapat diketahui dengan
radiografi untuk melaksanakan perawatan yang tepat
6
Komplikasi Impaksi Gigi M3 RB
Perikoronitis
kondisi yang umum dijumpai pada molar tiga yang impaksi dan cenderung muncul
berulang. Bila molar ketiga belum erupsi sempurna, akibatnya, dapat terjadi kerusakan
tulang di antara gigi molar ketiga dan molar depannya (molar kedua).
Resorpsi Patologis
Disebabkan oleh tekanan mahkota gigi molar ketiga yang erupsi pada permukaan akar
molar di depannya.
merupakan rasa sakit gigi pada molar ketiga yang tidak jelas atau rasa sakit yang menyebar
ke bagian leher dan kepala.
Kista è Apalagi bila gigi impaksi terbenam dalam tulang rahang secara keseluruhan
Gigi M3 yang impaksi adakalanya tidak menimbulkan keluhan maupun gejala klinis.
Meskipun demikian, kalau M3 dibiarkan di tempatnya, ada kemungkinan dapat
memperburuk keadaan, misalnya terutama pada penderita kelainan jantung akut dan
kelainan pembekuan darah.
- Otitis
- Sakit
- Agak kabur
- kelainan neurologis dan gigi berdesakan karena ditekan gigi molar ketiga ke arah
depan è pusing
Impaksi vertikal
Jika gigi yang terbentuk tidak erupsi sempurna menembus batas gusi. Tulang pada
aspek bukal dan distal mahkota dibuang, dan gigi dipotong menjadi bagian mesial dan
distal. Jika akar gigi bengkok, menyatu atau tunggal, bagian distal mahkota dipotong seperti
dalam impaksi mesioangular [diuraikan di bawah ini]. Aspek posterior mahkota diungkit
terlebih dahulu menggunakan Cryer elevator sampai ke titik pengeluaran pada sisi distal
gigi.
Impaksi mesioangular
Impaksi mesioangular merupakan tipe yang sering ditemukan [43% kasus]. Gigi
menjorok ke depan, mengarah ke depan mulut. Dalam pencabutan impaksi mesioangular,
tulang pada sisi bukal dan distal dibuang agar mahkota gigi dan batas servikalnya terlihat.
Aspek distal mahkota dipotong.
Terkadang, perlu dilakukan pemotongan seluruh gigi menjadi dua bagian, bukan hanya
memotong bagian distal mahkota saja. Elevator digunakan untuk mengangkat aspek mesial
gigi dengan gerakan putar dan ungkit.
Setelah bagian distal mahkota dikeluarkan, diinsersikan elevator kecil pada titik ungkit di
aspek mesial gigi molar tiga, dan gigi dikeluarkan menggunakan gerakan putar dan ungkit.
Impaksi Horisontal
Impaksi horisontal jarang ditemukan [3%], yang terjadi jika gigi memiliki sudut 90
derajat, tumbuh ke arah gigi molar dua. Saat dilakukan pembedahan impaksi horisontal,
tulang yang menutupi gigi-yaitu, tulang pada aspek distal dan bukal gigi-dibuang
menggunakan bur. Mahkota dipisahkan dari akarnya dan dikeluarkan dari soket. Akar jamak
dikeluarkan bersamaan atau sendiri-sendiri menggunakan Cryer elevator dengan gerakan
rotasi. Terkadang, akar perlu dipotong menjadi dua bagian: pembuatan titik ungkit pada akar
akan mempermudah Cryer elevator untuk mengeluarkan akar. Akar mesial diungkit dengan
cara yang sama.
8
Impaksi Distoangular
Pada tipe impaksi ini, gigi menjorok ke belakang, ke bagian belakang mulut. Dalam
impaksi distoangular, tulang oklusal, bukal dan distal dibuang menggunakan bur. Harus diingat
bahwa tulang distal harus dibuang lebih banyak dibandingkan dalam impaksi tipe vertikal atau
mesioangular. Mahkota gigi dipotong menggunakan bur dan dikeluarkan menggunakan
elevator lurus. Titik ungkit diletakkan pada bagian akar gigi, dan akar dikeluarkan
menggunakan Cryer elevator dalam gerakan wheeland- axle [roda-dan-jeruji], jika akar
divergen, terkadang perlu dilakukan pemotongan akar sendiri-sendiri. Setelah gigi impaksi
dikeluarkan dari prosesus alveolar, dokter bedah harus melakukan debridemen luka dengan
cermat dan hati-hati untuk membersihkan semua potongan tulang kecil dan debris lainnya.
Metode terbaik untuk melakukannya adalah dengan melakukan debridemen mekanis pada
soket dan daerah di bawah flap menggunakan kuret periapikal. Bone file digunakan untuk
menghaluskan tepi-tepi tulang yang tajam dan kasar. Hemostat mosquito digunakan untuk
membuang sisasisa folikel gigi dengan hati-hati. Terakhir, soket dan luka diirigasi
menggunakan salin atau air steril [optimal: 30-50 ml]. Dalam kasus-kasus tertentu, dibutuhkan
irigasi, yaitu pada pasien yang beresiko mengalami dry socket, gangguan
penyembuhan, atau komplikasi lainnya. Flap dikembalikan ke posisi awalnya, dan dilakukan
penjahitan menggunakan resorbable suture pada aspek posterior gigi molar dua. Jahitan
tambahan dapat dilakukan jika perlu.
Komplikasi Post-operatif
Setelah pencabutan gigi impaksi terdapat beberapa respon fisiologis yang normal, yaitu
perdarahan ringan, pembengkakan, kekakuan dan rasa nyeri. Respon negatif tersebut
menimbulkan ketidaknyamanan jangka pendek bagi pasien yang berlangsung selama 4-7 hari
setelah pembedahan.2
Tujuan utama dalam setiap jenis pembedahan adalah mencegah infeksi postoperatifakibat
prosedur pembedahan. Untuk mencapai tujuan tersebut, sebagian prosedur pembedahan
membutuhkan antibiotik profilaktik.2 Dalam pencabutan gigi molar tiga, infeksi merupakan
kasus yang jarang
terjadi. Ini berarti bahwa rasa nyeri, pembengkakan, dan produksi purulen yang membutuhkan
insisi dan drainase atau terapi antibiotik jarang ditemukan.2 Gangguan penyembuhan yang
lebih menonjol setelah pencabutan impaksi gigi molar tiga adalah dry socket atau alvaolar
osteitis. Gangguan penyembuhan ini cenderung disebabkan oleh kombinasi bakteri anaerob
dan saliva. penggunaan
9
antibiotik profilaktik dalam pencabutan gigi impaksi dapat mengurangi insiden dry socket.
Teknik lain yang efektif mengurangi insiden dry socket adalah irigasi berlimpah, berkumur
dengan klorheksidin sebelum pembedahan, dan aplikasi antibiotik pada soket ekstraksi.2
Komplikasi pencabutan gigi impaksi lainnya adalah perlukaan saraf, akibat
penggunaan tang atau elevator, dan administrasi anestetik lokal. Kerusakan saraf sensoris
biasanya terjadi jika pembedahan dilakukan di sekitar daerah foramen mentale dan gigi molar
tiga. Perkiraan insiden kerusakan saraf sangat bervariasi. Hilangnya sensori pencecap lingual
dan saraf alveolaris inferior mencapai 13%, dan terjadi pemulihan dalam waktu 6 bulan setelah
pembedahan.4
Fraktur akar merupakan salah satu masalah yang sering ditemukan dalam pencabutan gigi
molar tiga, dan terkadang sulit diatasi. Dalam situasi semacam ini, fragmen akar dapat masuk
ke dalam ruang submandibula, kanalis alveolar inferior, atau sinus maksilaris. Akar yang tak-
terinfeksi dalam tulang alveolar dapat ditinggalkan pada tempatnya, tanpa komplikasi post-
operatif. Jaringan pulpa akan mengalami fibrosis dan akar menyatu dalam tulang alveolar.
Usaha yang terlalu agresif dan destruktif untuk mengangkat bagian akar cenderung
menimbulkan masalah. Dalam hal ini, dibutuhkan pemeriksaan radiografik follow up.
2.2. Perikoronitis
Perikoronitis adalah peradangan jaringan gusi disekitar mahkota gigi yang erupsi
sebagian, paling sering pada gigi geraham bungsu (molar III) bawah. Pericoronitis terjadi
akibat penumpukan bakteri, plak, dan sisa makanan pada rongga operculum gusi dan gigi yang
bererupsi sebagian. Dapat terjadi pula edema inflamasi akibat trauma jaringan gusi tersebut
dari gigi yang berlawanan, memicu pembengkakan operculum, nyeri, rasa tidak enak
disebabkan adanya pus dari bawah operculum.
10
Gejala dan Tanda
Seperti yang dijelaskan di atas gejala berupa rasa tidak enak pada mulut, nyeri, trismus
(ketidakmampuan untuk membuka mulut secara sempurna). Tanda dari pericoronitis yaitu
pembengkakan dan memerahnya jaringan gingival di sekitar gigi yang bererupsi sebagian dan
kadang terdapat pus dari balik operculum. Pericoronitis memiliki tanda yang khas sehingga
jarang terjadi kesalahan diagnosis.
Perawatan
Perawatan dilakukan dengan membersihkan daerah tersebut dengan air salin atau air
garam hangat. Pemberian antibiotic dilakukan pada keadaan yang parah. Jika gigi tidak dapat
tumbuh (erupsi) sempurna maka gigi sebaiknya dicabut atau dilakukan pembuangan jaringan
gingival yang menjadi operculum.
Abses periapikal adalah kumpulan pus yang terlokalisir dibatasi oleh jaringan tulang yang
disebabkan oleh infeksi dari pulpa dan atau periodontal. Abses periapikal umumnya berasal
dari nekrosis jaringan pulpa. Jaringan yang terinfeksi menyebabkan sebagian sel mati dan
hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah
putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga
tersebut dan setelah memfagosit bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati
inilah yang membentuk nanah yang mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini
maka jaringan sekitarnya akan terdorong dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini
merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika
suatu abses pecah di dalam maka infeksi bisa menyebar tergantung kepada lokasi abses.
11
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Analisis
Pada kasus wanita 35 tahun mengeluh sakit pada gigi geraham bawah kanan belakang,
berdenyut-denyut. Setelah minum obat tetap merasa sakit dan bengkan. Sulit membuka mulut
(maksimal 2 jari). Si ibu juga merasa demam.
A. Pemeriksaan Klinis:
Ekstra Oral
Intra Oral
B. Pemeriksaan Penunjang:
R.O
Analisa:
Dari pemeriksaan ekstra oral dapat dilihat terjadi infeksi pada regio kanan bawah
Impaksi gigi 48 , menyebabkan perikoronitis mukosa di atasnya.
Impaksi gigi 38 dengan resiko terjadinya infeksi ,ditandai dengan celah di mesial
daerah mahkota.
Gigi 36 sisa akar, kemungkinan non vital sehingga terdapat abses periapikal yang
menyebabkan rasa nyeri bila tertekan.
Perikoronitis ditandai dengan adanya oedem pd gingiva regio 48, merah, palpasi terasa
nyeri. Penderita Perikoronitis ini biasanya mengeluh kesakitan yang kadang tidak
tertahankan dan seringkali menyebabkan perasaan yang kurang nyaman pada saat membuka
mulutnya, dengan membuka mulut pasien akan merasa semakin terasa sakit dan
kemungkinan bisa menyebabkan trismus.
Klinis menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh, frekuensi denyut nadi dan
pernapasan, terdapat pembengkakan EO yang difuse, kelenjar limfe submandibularis
membesar dan sakit pada palpasi. IO tampak mukosa perikorona membengkak, kemerahan,
palpasi sakit. Daerah yang terinfeksi terlihat ginggiva yang hiperemi, bengkak, dan
mengkilat daripada daerah gingiva yang lain. Kadang sudah timbul pus, disebut perikoronal
abses, pus dapat keluar melalui marginal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda- tanda
keradangan yaitu:
Rubor, permukaan kulit atau mukosa kemerahan akibat vasodilatasi dan proliferasi
pembuluh darah.
Tumor, pembengkakan, terjadi karena akumulasi pus atau keluarnya plasmake jaringan.
Kalor, teraba hangat saat palpasi karena terjadi peningkatan aliran darah kearea infeksi
Dolor, terasa sakit karena adanya stimulasi ujung syaraf oleh mediator inflamasi
Fungsiolasea, terdapat masalah dengan proses mastikasi, trismus, disfagia, dan gangguan
pernafasan.
B. Gigi 38
Gambaran radiolusen pada sebelah mesial daerah makhota merupakan suatu celah
dimana dapat terjadi akumulasi bakteri yang dapat menyebabkan infeksi.
Hal tersebut karena gigi yang erupsi dengan posisi mesioangular dimana gigi tidak
erupsi secara sempurna sehingga makanan dapat terselip di sekitar gusi dan bengkak
sehingga dapat menyebabkan :
13
1. Perikoronitis (paling ringan)
C. Gigi 36
Diagnosis :Gigi 36 sisa akar dengan Abses Periapikal
Ditandai dengan rasa nyeri bila ditekan (druk) dan gigi yang sudah non vital ( yang
ditandai hanya tinggal sisa akar yang tersisa ).
Abses periapikal umumnya berasal dari nekrosis jaringan pulpa. Jaringan yang
terinfeksi menyebabkan sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi
jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh
dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah memfagosit bakteri,
sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah yang
mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini maka jaringan sekitarnya akan
terdorong dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan mekanisme pertahanan
tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam
maka infeksi bisa menyebar tergantung kepada lokasi abses.
14
3.3. Penyebab
A. Penyebab Perikoronitis
Faktor penyebab utama dari perikoronitis adalah adanya bakteri yang tumbuh di
bawah operculum atau trauma oleh cusp M3 rahang atas pada gingiva di atas M3 rahang
bawah yang belum tumbuh sempurna.
B. Penyebab impaksi
1. Kurang tempat
2. Posisi ectopic
3. Obstruksi jalur erupsi
4. Mineralisasi yg terhambat
Karena perubahan fungsi, maka bentuk rahang juga berubah menjadi kecil
sehingga tempat untuk gigi erupsi berkurang
Prenatal
Keturunan
Perkawinan antar bangsa (miscegenation)
Postnatal
15
Sifilis congenital
Riketsia
Anemia
TBC
Endokrin disfunction
Malnutrisi
Kelainan Pertumbuhan
Tubuh menyerang infeksi dengan sejumlah besar sel darah putih. Pus merupakan
sekumpulan sel darah putih dan jaringan yang mati. Biasanya nanah dari infeksi gigi pada
awalnya dialirkan ke gusi, sehingga gusi yang berada di dekat akar gigi tersebut
membengkak. Nanah bisa dialirkan ke kulit, mulut, tenggorokan atau tengkorak, tergantung
kepada lokasi gigi yang terkena.
16
3.4. Penatalaksanaan
3. Odontectomy : mencabut M3
Pada kasus ini , dimana pasien mengalami peningkatan suhu dan trismus
diperlukan antibiotik dan anelgesik untuk mengurangi demam dan rasa sakit. Penisilin
adalah salah satu pilihan. Infeksi harus diobati terlebih dahulu jika akan dilakukan
pencabutan gigi yang impaksi.
Irigasi H2O2
Bila terdapat trauma dari gigi M RA
Bila terbentuk abses, perlu dilakukan insisi pada absesnya.
Instruksi pada pasien untuk kumur-kumur larutan air garam hangat
Setelah infeksi sudah diatasi perawatan yang pasti biasanya adalah pencabutan gigi
yang bersangkutan. Jika ruangan cukup untuk erupsi gigi dilakukan operkuloktomi yaitu
pengambilan jaringan lunak disekitar gigi yang mengalami impaksi.untuk memberi
kesempatan gigi molar3. Bila ruangan tidak cukup untuk erupsi gigi dilakukan ekstraksi
gigi penyebab.
Sisa akar gigi yang tertinggal dalam rongga mulut tidak boleh dibiarkan
saja,kecuali pada kondisi tertentu. Penatalaksanaan sisa akar gigi ini tergantung dari
pemeriksaan klinis akar gigi dan jaringan penyangganya. Akar gigi yang masih utuh
17
dengan jaringan penyangga yang masih baik, masih bisa dirawat. Akar gigi yang sudah
goyah dan tidak dimungkinkan dirawat jaringan penyangganya perlu dicabut Hal ini
kemungkinan perlu dilakukan ronsen foto gigi dahulu. Pencabutan sisa akar gigi umumnya
mudah. Gigi sudah mengalami kerusakan yang parah sehingga jaringan penyangga giginya
sudah tidak kuat lagi. Untuk kasus yang sulit dibutuhkan tindakan bedah ringan.
C. Penatalaksanaan impaksi 38
Prosedur Operasi :
1. Rencanakan outline flap yang akan digunakan , sehingga
s e t e l a h o p e r a s i n a n t i diharapkan terjadi penyembuhan yang baik
2. Tentukan bagaimanacaramengeluarkangigi
Dengan pembelahan gigi
Hanya dengan pengangkatan tulang
Kombinasi pengangkatan tulang dan pembelahan gigi
3. Perencanaan premedikasi yang akan diberikan.
4. Perkirakan pembukaan tulang sehingga dapat memberikan ruangan yang cukup
untuk mengeluarkan gigi impaksi
5. Rencanakan dengan metode yang logis dan instrumen yang sudah disterilisasi.
6. Persiapan pasien dan operator.
Tahapan operasi
1. Pasien diukur Tekanan darah dan ditutup dengan duk steril (badan dan wajah) à
DREPPING
2. Aseptik / antiseptik daerah operasi à PREPING
Ulaskan cairan betadine pada extra oral atau daerah sekitar mulut sebagai
tindakan profilaktik
Untuk membersihkan daerah disekitar intraoral dapat digunakan providine-iodine
atau hexachlorophene
3. Blok anastesi dan infiltrasi
Dianjurkan menggunakan anastesi lokal
Pemedikasi yang diberikan tergantung dari kondisi pasien dan metode anastesi
yang diberikan
Pasien yang takut atau gugup harus diberikan premedikasi seperti phenobarbital
sodium 30menit sebelum tindakan
4. Insisi dan pembuatan flap
18
Prinsip dasar pada insisi jaringan untuk pembuatan flap jaringan:
Harus membuka daerah operasi dengan jelas
Insisi terletak pada jaringan yang sehat
Mempunyai basis yang cukup lebar, sehingga pengaliran darah ke flap cukup
baik
Pisau tajam membuat insisi menjadi rapi tanpa kerusakan yang tidak
diinginkanoleh karena berulangnya insisi karena pisau tumpul. Pisau menjadi
tumpul karena ketahanan jaringan, tulang, dan ligamentum cepat membuat
tumpul dibandingkan dengan mukosa bukal.
Kuat insisi harus kontinu dan halus. Pengulangan dapat meningkatkan
kerusakan jaringan dan perdarahan mengganggu penyembuhan luka jaringan
Hati-hati hindari memotong struktur vital (nervus atau arteri)
Pisau tegak lurus pada permukaan epitel.
Harus dapat dikembalikan. Insisi melewati attached gingiva dan tulang sehat
kemudianmelalui unattached gingivadan melebihi tulang yang tidak sehat/
hilang
Prosedur insisi:
Didaerah distal molar dua sampai ke muko-bukal foldà insisi horizontal tegak
lurus pada pinggir oklusal tulang alveolar dan ramus
Dari distal molar dua à insisi semi vertikal sebelah mesial Molar dua sampai ke
forniks kira-kira mencapai apeks molar satu
Setelah kedua insisi dibuat dengan baik sampai ke tulang, maka muko periosteal
flap dibuka dengan raspatorium dan kemudian ditarik dengan penarik pipi
Setelah flap dibuka, maka akan tampak tulang dan kadang-kadang juga terlihat
giginya sebagian.
19
6. Pengambilan gigi impaksi dan kontrol perdarahan
Cara atau teknik kerjanya tergantung pada posisi gigi, keadaan gigi, dan
jaringan sekitarnya.
In Toto (utuh)
Tulang yang mengelilingi gigi diambil secukupnya, sehingga didapatkan cukup
ruangan untuk dapat meletakkan elevator dibawah korona. Kemudian dengan
elevator tersebut dilakukan gerakan mengungkit gigi tersebut.
Jika gigi ini tidak bergerak dengan tekanan yang sedikit, maka dicari bagian
tulang yang masih menghalangi. Kita tidak boleh mencogkel gigi dengan
tenaga yang besar tetapi berusaha menggerakkan gigi dengan tekanan minimal.
Bila mahkota gigi terpendam belum bisa digerakkan dan terletak dibawah
mahkota molar dua, maka tulang alveolar pada bagian distal Molar Tiga
diambil lebih banyak sehingga Molar Tiga dapat dicongkel ke arah distal.
Jika tulang diambil telah cukup tetapi gigi belum bisa dikeluarkan, maka
mungkin masih terdapat tulang atau akar gigi yang menghalangi.
In Separasi (terpisah)
Pada metode ini, pengambilan gigi impaksi dilakukan dengan membuang
sedikit tulang.
Gigi yang impaksi tersebut diambil dengan cara sebagian-sebagian (dibelah
terlebih dahulu). Sehingga dengan metode ini, pembuangan tulang bagian distal
Molar Tiga dapat diminimalisir dan gigi diambil sepotong-sepotong dengan
elevator kemudian dikeluakan dengan tang sisa akar.
Pengambilan dengan metode ini jangan dipaksakan karena dapat menyebabkan
fraktur tulang rahang atau fraktur Molar Dua.
8. Irigasi
Kemudian dibersihkan dengan semprotan air garam fisiologis 0,9 % agar
pecahan-pecahan partikel tulang dapat keluar semua, selanjutnya dihisap dengan
suktor.
Kemudian alveolus dapat diisi dengan :
20
- Terragas (drain)
- White head varnish
- Vasenol
- Bubuk sulfa
9. Penjahitan
Bila sudah bersih, flap dikembalikan pada tempatnya dan dijahit.
Pasien dapat diberikan obat-obatan seperti antibiotik, analgetik, anti-inflamasi,
dan vitamin (sebagai tamabahan untuk meningkatkan daya tahan tubuh)
– Pasien tidak boleh berkumur-kumur selama 24 jam dan terus menggigit tampon
– Tampon harus diganti dengan tangan yang bersih bila masih berdarah
– Tampon steril yang diletakkan pada daerah luka harus dibuang setelah setengah
jam karena dapat menyebabkan infeksi. Jika masih terjadi perdarahan, maka
pasien tersebut harus datang kembali ke rumah sakit untuk diganti tamponnya
– Bila terjadi perdarahan di rumah, maka pasien disuruh tidur dengan kepala agak
ditinggikan
– Membersihkan luka
– Mencari penyebab
– Pemberian hemostatika
21
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Masalah utama pada kasus ini adalah gigi m3 yang impaksi. Gigi impaksi yang
berhubungan atau menjadi penyebab patologi di sekitarnya harus dicabut sesegera mungkin.
Dalam melaksanakan teknik pembedahan, dokter bedah dituntut untuk lebih mendalami
prosedur standar operasi, yaitu penelusuran riwayat, pemeriksaan, indikasi dan kontraindikasi,
klasifikasi impaksi dan teknik pembedahan yang benar, sehingga komplikasi post-operatif
dapat diminimalisir.
4.2 Saran
Sebaiknya dilakukan pemantauan pada usia erupsi gigi, baik gigi sulung maupun gigi
permanen sehingga dapat diketahui sedini mungkin jika terdapat gigi yang impaksi
Dilakukan pemeriksaan gigi secara rutin dan lengkap setiap 6 bulan sekali, sehingga dapat
diketahui sedini mungkin jika terdapat kelainan pada gigi.
Diagnosa yang ditegakkan dilakukan secara teliti dan dengan pemeriksaan yang lengkap.
22
DAFTAR PUSTAKA
Peterson LJ, Ellis E, Hupp JR, et al. Contemporary oral and maxillofacial surgery. 4th ed.
Mosby company. p. 184-212.
Miloro Michael. Peterson’s of oral and maxillofacial surgery. 2nd ed. BC Decker Inc.
Hamilton, London. 2004. p.140-153.
Anonim. National Clinical Guidelines 1997. Faculty of dental surgery Royal College of
Surgeons of England. 1997.
Coulthard P, Horner K, Sloan P, et al. Master dentistry: oral and maxillofacial surgery,
radiology, pathology and oral medicine. Elsevier Science Limited. Churchill Livingstone.
England. 2003. p. 84-87.
Benediktsdóttir, Sara I. Thesis at the Department of Oral Radiology and Oral maxillofacial
surgery, Royal Dental College, University of Aarhus, Denmark. 2003. p. 6
Anonim. Wisdom teeth. Available at: http://www.pinoydental.com. Accessed at: 14 juli
2009.
Wayland JB. Selected third molar removal with iv sedation. Available at:
http://www.ivwisdom.com/manual.pdf. accessed at: 14 juli 2009.
23