Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

KEPERAWATAN TRAUMATOLOGI

Disusun oleh :

Viliansyah

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2017/2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
KEPERAWATAN TRAUMATOLOGI

A. BAHASAN
Pokok Bahasan : Kebakaran
Sub Pokok Bahasan : Penanggulangan Bencana Kebakaran
Tempat : Mesjid Al-Barokah Rt.03
Waktu : 60 menit
Hari/Tanggal : Sabtu, 14 April 2018
Sasaran : Tokoh Masyarakat RW.06 Kelurahan
Cibeureum Hilir
Penyuluh : Viliansyah

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 60 menit, Tokoh Masyarakat di RW
06 Kelurahan Cibeureum Hilir memahami tentang penanggulangan
bencana Kebakaran.

2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 60 menit, Tokoh Masyarakat di RT
RW 06 Kelurahan Cibeureum Hilir dapat:
a. Menjelaskan kembali tentang konsep Kebakaran
b. Mendemonstrasikan cara melakukan menghentikan pendarahan
terbuka dan tertutup
c. Mendemonstrasikan cara melakukan RJP

C. MATERI
1. Konsep Kebakaran
2. Konsep RJP
D. SUMBER MATERI
a. Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Buku Saku Tanggap Tangkas
Tangguh Menghadapi Bencana, Jakarta: BNPB, 2012.
b. Mallapasi, Muhammad Nuralim. Buku Panduan Basic Trauma Cardiac
Life Support (BT CLS). Jakarta: Brigade Siaga Bencana, 2008.
c. Nurjanah, dkk. Manajemen Bencana, Bandung: CV. Alfabeta, 2012

E. METODE DAN MEDIA


1. Metode
Ceramah, Diskusi, dan Demonstrasi
2. Media
Leaflet, PPT, Infokus, Laptop

F. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap K e g i a t an
Waktu
kegiatan Penyuluh Sasaran
5 menit Pembukaan 1. Membuka acara dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam
kepada sasaran

2. Menyampaikan topik dan 2. Mendengarkan


tujuan penkes kepada penyuluh
sasaran menyampaikan
topik dan tujuan.

3. Kontrak waktu untuk 3. Menyetujui


kesepakatan pelaksanaan kesepakatan waktu
penkes dengan sasaran pelaksanaan penkes

50 menit Kegiatan 1. Mengkaji ulang 1. Menyampaikan


inti pengetahuan sasaran pengetahuannya
tentang materi penyuluhan tentang materi
bencana kebakaran penyuluhan

2. Menjelaskan materi 2. Mendengarkan


penyuluhan kepada sasaran penyuluh
dengan tentang bencana menyampaikan
kebakaran materi
3. Mendemonstrasikan 3. Memperhatikan
contoh cara penyuluh saat
penanggulangan bencana demonstrasi
Kebakaran

4. Memberikan kesempatan 4. Menanyakan hal-hal


kepada sasaran untuk yang tidak
menanyakan hal-hal yang dimengerti dari
belum dimengerti dari materi penyuluhan
meteri yang dijelaskan
penyuluh.

5. Memberikan kesempatan 5. Sasaran dapat


kepada sasaran untuk mendemonstrasikan
meredemonstrasikan cara melakukan
bagaimana cara melakukan pertolongan pada
pertolongan pada korban korban bencan
bencana

5 menit Evaluasi/ 1. Memberikan pertanyaan 1. Menjawab


penutup kepada sasaran tentang pertanyaan yang
materi penanggulangan diajukan penyuluh
bencana kebakaran

2. Menyimpulkan materi 2. Mendengarkan


penyuluhan penyampaian
penanggulangan bencana kesimpulan
kebakaran yang telah
disampaikan kepada
sasaran

3. Menutup acara dan 3. Mendengarkan


mengucapkan salam serta penyuluh menutup
terima kasih kepada acara dan menjawab
sasaran. salam
G. EVALUASI
1. Prosedur : Post test
2. Bentuk : Lisan
3. Jenis : Verbal
4. Butir Pertanyaaan :
a. Apa itu Kebakaran ?
b. Kapan RJP dilakukan ?
c. Bagaimana cara melakukan RJP ?
Materi 1

A. Konsep Dasar Kebakaran

1. Kebakaran
Kebakaran adalah reaksi kimia yang berlangsung cepat serta

memancarkan panas dan sinar. Reaksi kimia yang timbul termasuk jenis

reaksi oksidasi. Menurut Direktorat pengawasan keselamatan kerja Ditjen

pembinaan pengawasan ketenagakerjaan kebakaran adalah api yang tidak

dikehendaki, boleh jadi api itu kecil tetapi tidak dikehendaki adalah

termasuk kebakaran. Sedangkan menurut Departemen Tenaga Kerja dalam

bukunya yang berjudul training material k3 bidang penanggulangan

kebakaran menyatakan bahwa, kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi

eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang

disertai dengan timbulnya api atau penyalaan. Bahan bakar dapat berupa

bahan padat, cair atau uap/gas akan tetapi bahan bakar yang terbentuk uap

dan cairan biasanya lebih mudah menyala.

2. Bahaya kebakaran

Peristiwa kebakaran adalah kejadian yang sangat merugikan bagi

manusia secara individual, kelompok sosial, maupun negara. Secara

keseluruhan kerugian dapat berupa korban manusia, kerugian harta benda

ekonomi maupun dampak sosial. Peristiwa kebakaran yang terjadi dapat

menimbulkan beberapa bahaya, antara lain :


a. Bahaya radiasi panas

Pada saat terjadi kebakaran, panas yang ditimbulkannya

merambat dengan cara radiasi, sehingga benda – benda sekelilingnya

menjadi panas, akibatnya benda tersebut akan menyala jika titik

nyalanya terlampaui. Untuk menghindari hal tersebut, upaya

pendinginan harus dilakukan saat proses pemadaman.

b. Bahaya ledakan

Bahaya ledakan dapat terjadi saat kebakaran, diantara bahan

yang terbakar dan mudah meledak, misalnya terdapat tabung gas

bertekanan. Pada saat pemadaman, harus diupayakan agar selalu

waspada akan bahaya ledakan yang mungkin terjadi.

c. Bahaya asap

Suatu peritiwa kebakaran akan selalu menimbulkan asap yang

ketebalannya tergantung dari jenis bahan yang terbakar dan temperatur

kebakaran tersebut.

Adapun bahaya akibat asap antara lain :

1) Pada suatu ruangan tertutup, ketebalan asap akan mengganggu

pandangan yang berakibat kehilangan arah saat penyelamatan diri

dan tertutupnya tanda arah keluar sehingga orang tersebut terjebak

dalam kebakaran.

2) Keberadaan asap akan mengurangi konsentrasi, oksigen diudara,

sehingga akan mengganggu pernapasan.


d. Bahaya gas

Adanya gas berbahaya dan beracun sebagai produk pembakaran,

bahan kimia, atau bahan lainnya harus diwaspadai. Gas tersebut dapat

menyebabkan iritasi, sesak napas, bahkan menimbulkan racun yang

mematikan sebagaimana dinyatakan oleh Colling (2006) bahwa “Gas

beracun yang biasanya dihasilkan oleh proses kebakaran yaitu HCN,

NO₂, NH₃, HCl, dan lain – lain. Gas beracun tersebut dapat meracuni

paru – paru dan menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan

mata. Sedangkan gas lain yang beracun, seperti CO₂ dan H₂S dapat

mengurangi kadar oksigen diudara. Pada keadaan normal, kadar

oksigen diudara sekitar 21 %, kadar oksigen diudara akan berkurang

pada saat terjadi kebakaran karena oksigen diudara kurang dari 16 %,

orang akan lemas dan tidak dapat mengenali bahaya yang ada

disekitarnya.

3. Penyebab kebakaran

Pada umumnya penyebab kebakaran bersumber pada 3 faktor yaitu :

a. Faktor manusia

Manusia sebagai salah satu faktor penyebab kebakaran antara lain :

1) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar

pencegahan kebakaran.

2) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mungkin

terbakar tanpa menghiraukan norma – norma pencegahan

kebakaran.
3) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan, melebihi kapasitas

yang telah ditentukan.

4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin.

5) Adanya unsur – unsur kesengajaan.

b. Faktor teknis sebagai penyebab kebakaran dan peledakan :

1) Proses fisik/mekanis

Yaitu dimana 2 (dua) faktor penting yang menjadi peranan

dalam proses ini ialah timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau

timbulnya bunga api akibat pengetesan benda – benda maupun

adanya api terbuka, misalnya pekerjaan perbaikan dengan

menggunakan mesin las.

2) Proses kimia

Yaitu dapat terjadi kebakaran pada waktu pengangkutan

bahan – bahan kimia berbahaya, penyimpanan dan penanganan

(handling) tanpa memperhatikan petunjuk – petunjuk yang ada.

3) Tegangan listrik

Banyak titik kelemahan pada instalasi listrik yang dapat

mendorong terjadinya kebakaran yaitu karena hubungan arus

pendek yang menimbulkan panas dan bunga api yang dapat

menyalakan dan membakar komponen lain.

c. Faktor Alam

Salah satu faktor penyebab adanya kebakaran dan peledakan

akibat faktor alam adalah : Petir dan gunung meletus yang dapat
menyebabkan kebakaran hutan yang luas dan juga perumahan –

perumahan yang dilalui oleh lahar panas dan lain – lain.

Penyebab terjadinya kebakaran - kebakaran di industri dapat

terjadi karena beberapa hal :

1) Nyala api atau sumber api

Sumber api bebas, percikan api, maupun putung rokok yang

dapat menyebabkan kebakaran jika terjadi kontak dengan

bahan – bahan yang mudah terbakar.

2) Gangguan aliran listrik

Gangguan listrik merupakan penyebab utama kebakaran

dalam industri.

3) Ledakan atau kebocoran unsur kimia.

4. Pencegahan Kebakaran

a. Latihlah keluarga dan masyarakat untuk selalu peduli terhadap

kebersihan lingkungan, raih mereka untuk membersihkan rumput-

rumput liar dihalaman rumah, setidaknya radius 9 meter dari rumah

harus bebas dari rumput yang tinggi karena mereka dapat menjalarkan

kebakaran. Potonglah pohon-pohon yang menyentuh kabel listrik

karena hal ini dapat memicu kebakaran.

b. Latihlah keluarga dan masyarakat untuk selalu mematikan peralatan

listrik yang tidak digunakan.

c. Berilah informasi dan sarankan keluarga dan masyarakat mengenai

cara penempatan lilin atau lampu minyak yang benar, yaitu jauh dari
bahan yang mudah terbakar (kertas, gorden, kain dll) dan selalu

dipasang diatas landasan yang tidak mudah terbakar contohnya: piring

beling, mangkok beling, kaleng atau bahan lainnya.

d. Biasakan tidur dalam kondisi kamar tidur tertutup, karena dengan pintu

yang terbuka api dan asap akan lebih mudah masuk.

e. Tanamkan kepada keluarga dan masyarakat untuk selalu rapih,

berprilaku hidup bersih dan sehat.

f. Kenalkan kepada keluarga dan masyarakat bau gas dan beritahu

mereka bahwa tidak boleh menyalakan api atau peralatan listrik yang

sifatnya mudah terbakar apabila tercium gas karena itu mungkin

kebocoran gas.

g. Ajarkan keluarga dan masyarakat untuk minta tolong kepada orang

lain jikalau terjadi kebakaran dirumah kita.

h. Informasikan kepada keluarga dan masyarakat mengenai nomer-nomer

penting yang harus dihubungi bila terjadi kebakaran seperti pemadam

kebakaran, polisi, rumah sakit, dll. Tempelkan stiker nomer-nomer

darurat di tempat yang mudah dilihat oleh semua warga misalkan tiap

rumah, pos ronda, gang yang sering dilalui warga dan sebagainya.

5. Penanggulanggan Kebakaran

a. Pasang detektor asap di langit-langit rumah, diluar kamar tidur dan

disetiap lantai untuk rumah betingkat. Alat ini perlu di uji setiap bulan

untuk memastikan dalam kondisi baik.


b. Sediakan alat pemadam kebakaran di rumah anda. Apabila mau

membeli maka belilah seperti: apar, selimut pemadam (fire blanket)

untuk di dapur dan kamar tidur, alat pemadam kebakaran jenis bubuk

(powder).

c. Apabila tidak mau membeli peralatan di atas, persiapkanlah pemadam

kebakaran dari ledeng rumah dengan cara siapkan selang yang cukup

panjang, dan quick connection. Pasang beberapa quick connection di

keran rumah. Juga sebagai pengganti fire blanket, sediakan karung

goni (karung beras yang terbuat dari serat manila hennep). Basahi

karung goni sebelum dipakai untuk memadamkan api.

d. Panggil pemadam kebakaran. Pasang nomor penting di rumah atau

yang mudah terlihat oleh keluarga dan masyarakat, dan simpan

nomer-nomer penting pada handphone pribadi.

6. Cara Memadamkan Kebakaran

a. Karung, selimut, gorden atau bahan kain lainnya yang akan digunakan

untuk memadamkan api harus terlebih dahulu dibasahi / dicelupkan di

air.

b. Pasir, tanah, lumpur, merupakan bahan untuk memadamkan api

dengan cara menutupkan diatas bahan yang terbakar dengan rata,

mempergunakan alat bantu berupa sekop atau cangkul.

7. Penyelamatan Diri

a. Buat rencana penyelamatan diri, dengan menentukan sedikitnya dua

jalur keluar dari setiap ruangan. Hal ini bisa melalui pintu ataupun
jendela, jadi perhatikan apakah pembatas ruangan akan mengganggu

proses ini, jadi buatlah denah penyelamatan diri.

b. Persiapkan petunjuk arah di pintu darurat.

c. Saat kebakaran, sebenarnya asap yang membuat orang menjadi panik

dan tidak dapat bernafas dengan leluasa. Merangkaklah atau merunduk

di bawah, tutup mulut dan hidung dengan kain yang dibasahi.

d. Keluarlah dari pintu atau jendela yang terdekat menuju ke tempat yang

aman. Pastikan bahwa pintu dapat dengan cepat dibuka pada kondisi

darurat, demikian pula jika harus melalui jendela.

e. Apabila terjebak api, pastikan balut tubuh anda dengan selimut tebal

yang dibasahi. Ini hanya dilakukan sebagai pilihan terakhir apabila

tidak ada jalan lain kecuali menerobos kobaran api.

Kita haruslah berbuat lebih banyak daripada sekedar memberikan

informasi pada anggota keluarga dan masyarakat tentang tindakan yang

harus dilakukan.

a. Jika pakaian terbakar, harus segera :

1) Berhenti bergerak, menjatuhkan diri ke tanah (sambil menutup

muka dengan kedua tangan ketika menjatuhkan diri), dan

berguling-guling sampai api terpadamkan.

2) Tekankan bahwa jika pakaian seseorang terbakar, orang yang

melihatnya mungkin perlu membantu korban menjatuhkan diri dan

berguling-guling untuk memadamkan apinya. Jaket, permadani,


selimut, atau bahan-bahan kain yang tebal lain di dekatnya dapat

dipakai untuk membantu memadamkan pakaian yang terbakar.

3) Segera setelah api padam, dinginkan daerah itu dengan air (jika

tersedia), dan jika memungkinkan, lepaskan serpihan-serpihan

pakaian terbakar yang tidak melekat pada kulit korban. Segera

panggil ahli medis untuk situasi darurat

b. Jika terjebak asap kebakaran, yang harus dilakukan:

1) Berguling dari tempat tidur kelantai

2) Apabila kita terbangun karena mencium bau asap atau karena

mendengar suara alarm kebakaran dan tetaplah merunduk didalam

ruangan karena gas berbahaya dan asap mungkin mengambang

didalam ruangan tersebut

3) Merangkaklah kearah pintu keluar sebelum pintu dibuka.

Sentuhlah terlebih dahulu daun pintu tersebut jika pintu terasa

hangat jangan gunakan pintu itu, lalu carilah jalan keluar lain baik

pintu lain atau jendela.

4) Jangan sekali-kali kembali kedalam rumah apabila sudah berhasil

keluar dari rumah yang terbakar.


Materi 2

Resusitasi Jantung Paru (RJP)

A. Langkah-Langkah Melakukan RJP


1. Danger (D)
Yaitu kewaspadaan terhadap bahaya dimana pertama penolong
harus mengamankan diri sendiri dengan memakai alat proteksi diri
(APD).
2. Respon (R)
Mengecek kesadaran atau respon korban dapat dilakukan secara verbal
maupun nonverbal.
3. Meminta Bantuan
Jika pasien tidak berespons selanjutnya penolong harus segera memanggil
bantuan baik dengan cara berteriak, menelepon.
4. Memperbaiki posisi pasien
Untuk melakukan tindakan RJP yang efektif, pasien harus dalam
posisi terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras. Jika
korban ditemukan dalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi
pasien ke posisi terlentang.
5. Mengatur posisi penolong
Penolong berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat memberikan
bantuan napas dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau
menggerakkan lutut.

6. Cek Nadi
Pengecekan nadi korban dilakukan untuk memastikan apakah jantung
korban masih berdenyut atau tidak.
7. Circulatory Support (C) / Bantuan Sirkulasi
Yaitu kompresi dada jika korban tidak teraba nadinya berarti jantungnya
berhenti berdenyut maka harus segera dilakukan penekanan / kompresi
dada sebanyak 30 kali. Caranya : posisi penolong sejajar dengan bahu
korban. Letakan satu tumit tangan diatas tulang dada, lalu letakan tangan
yang satu lagi diatas tangan yang sudah diletakan diatas tulang dada (dua
jari di bawah xifoideus). Setelah itu tekan dada korban dengan menjaga
siku tetap lurus Tekan dada korban sampai kedalaman sepertiga dari
ketebalan dada atau 3-5 cm / 1-2 inci (korban dewasa), 2-3 cm (pada
anak), 1-2 cm (bayi).

B. Syarat Menghentikan Resusitasi Jantung Paru (RJP)


Resusitasi Jantung Paru (RJP) Dapat Dihentikan Apabila:
1. Terdapat Nadi
2. Penolong kelelahan.
3. Diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih.
4. Terdapat tanda-tanda kematian

Anda mungkin juga menyukai