Anda di halaman 1dari 35

6

PENILAIAN KINERJA HEAT EXCHANGER

Mempertahankan kinerja penukar panas yang baik adalah bagian utama dari
program efisiensi energi. Namun, bagaimana kita dapat mengidentifikasi akar
penyebab inefisiensi dan pilihan apa yang harus dilakukan seorang engineers
untuk menyelesaikan desain dan dan operasi? hal ini merupakan fokus utama yang
akan dibahas pada bab ini.

6.1 PENDAHULUAN

Seringkali, exchangers tidak melakukan kinerja yang seharusnya, dan


menyimpang dari keadaan optimal. Terkadang, exchangers tidak menyelesaikan
tugas sesuai kemampuan alat dan di lain waktu exchangers diminta untuk
melakukan kinerja diluar kemampuan alat. Tujuan dari penilaian kinerja heat
exchanger adalah untuk mengidentifikasi penyebab jika terjadi desain yang buruk,
fouling berlebihan, atau kegagalan mekanis, dan menentukan tindakan untuk
memperbaiki kinerjanya.
Bab ini akan memberikan pemahaman dasar tentang penilaian kinerja heat
exchanger yang didukung dengan contoh untuk mempertimbangkan apakah
exchanger dirancang dengan benar, evaluasi kinerja operasi, evaluasi fouling, dan
efek pada transfer panas dan pressure drop. Atas dasar ini, metode untuk
meningkatkan kinerja exchanger disediakan dengan menggunakan contoh yang
terkait dengan skenario aplikasi yang berbeda. Metode yang dibahas dalam bab ini
berfokus pada shell-and-tube exchanger karena shell and tube adalah yang paling
umum digunakan dalam industri proses, walaupun metodologi penilaiannya dapat
diterapkan pada jenis heat exchanger lainnya. Penilaian Kinerja heat exchanger
terperinci dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komersial.
6.2 KONSEP DASAR DAN PERHITUNGAN
Seperti diketahui, persamaan utama untuk heat exchanger antara dua fluida adalah
Persamaan Fourier yang dinyatakan sebagai berikut :
Q = ¼ UAΔTM (6.1)
Dimana Q adalah tugas panas (jumlah panas yang dibutuhkan untuk mentransfer
dari sisi panas ke sisi dingin selama satu unit waktu), MMBtu/jam ; A adalah luas
permukaan perpindahan panas, ft2; U adalah koefisien keseluruhan transfer
panas, Btu/(ft2Fh); dan ΔTM adalah perbedaan suhu rata-rata yang efektif
(EMTD),°F.
Definisikan nilai U terlebih dahulu berdasarkan Gambar 6.1 dimana hi dan
ho adalah koefisien film untuk cairan di dalam dan di luar tabung, dan bisa
dihitung dari bentuk fisik penukar heat exchanger, sifat fisik aliran, dan
proseskondisi aliran. Dengan demikian, koefisien keseluruhan heat exchanger
bersih (UC) dapat terjadi ditentukan berdasarkan
1 1 1 𝐴𝑜
= + ( 𝐴𝑖 ) + rw (6.2)
𝑈𝑐 ℎ𝑜 ℎ𝑖

dimana rw adalah resistansi konduktif dari dinding tabung. Ao dan Ai bagian luar
dan dalam area permukaan tabung dengan subskrip "i" dan "o" yang menunjukkan
bagian dalam dan luar tabung.
Pada kenyataannya, operasi heat exchanger dibawah kondisi kotor dengan
kotoran, skala, danpartikulat diendapkan pada bagian dalam dan luar tabung.
Penyisihan fouling
harus diberikan dalam perhitungan koefisien perpindahan panas secara
keseluruhan. pembahasan grafik resistensi fouling (Ro, Ri) dan koefisien film (ho,
hi) bagian dalam dan luar tabung tersedia pada Gambar 6.1. Secara konseptual, Ri
dan hi setara dengan Rt dan ht (t untuk sisi tabung) sedangkan Ro dan ho untuk Rs
dan hs (s untuk sisi shell).
Resistansi fouling secara keseluruhan kemudian didefinisikan sebagai
𝐴𝑜
Rt = Ro + Ri ( 𝐴𝑖 ) (6.3)

Dengan menambahkan resistansi fouling secara keseluruhan pada UC, UA


sebenarnya didefinisikan sebagai
1 1
= 𝑈𝑐 + 𝑅𝑡 (6.4)
𝑈𝐴

Pembahasan yang lebih rinci untuk nilai U dibahas pada bab ini selanjutnya.
Untuk Sekarang difokuskan pada ΔTM atau EMTD dalam persamaan 6.1.
Beberapa perbedaan suhudapat digunakan untuk menghitung ΔTM termasuk
perbedaan temperatur inlet, perbedaan temperatur aritmatika, dan perbedaan
temperatur rata-rata logaritmik. Gambar 6.2 digunakan sebagai ilustrasi.
Perbedaan temperature inlet dapat dinyatakan sebagai
ΔT1 = T1 – t2 (untuk countercurrent) (6,5a)
ΔT1 = T1 – t1 (untuk cocurrent) (6.5b)
Perbedaan suhu ini bisa menyebabkan kesalahan fatal dalam memperkirakan
selisih suhu sebenarnya pada seluruh panjang pipa.
Perbedaan temperatur rata-rata aritmetika didefinisikan sebagai
𝛥𝑇1 + 𝛥𝑇2 (𝑇1−𝑡2) + (𝑇2−𝑡1)
ΔTA = = (untuk countercurrent) (6.6a)
2 2
𝛥𝑇1 + 𝛥𝑇2 (𝑇1−𝑡1) + (𝑇2−𝑡2)
ΔTA = = (untuk cocurrent) (6.6b)
2 2

Perbedaan temperatur ini dapat memberikan perkiraan perbedaan temperatur


sebenarnya yang keliru antara ΔT1 (pendekatan hot end) dan ΔT2 (pendekatan
cold end) yang berbeda
secara signifikan.
Perbedaan temperature logaritmik (LMTD) didefinisikan sebagai
𝛥𝑇1− 𝛥𝑇2
ΔTLM = 𝛥𝑇1 (6.7)
𝐼𝑛 ( )
𝛥𝑇2

ΔTLM mewakili perbedaan temperatur sebenarnya untuk countercurrent dan


cocurrent yang sempurna pada heat exchanger. Tujuan ilustrasi, aliran
countercurrent (Gambar 6.2a) digunakan untuk menunjukkan bagaimana
penurunan ΔTLM.
Pertama, menerapkan bentuk diferensial dari persamaan Fourier ke
Gambar 6.2a,
dQ = U (T-t) AH dt (6.8)
Dimana AH adalah ft2 luas permukaan per ft panjang pipa (ft2 / ft length)
sehingga luas permukaan diferensial dA = AHdL
Keseimbangan panas untuk luas permukaan diferensial adalah
dQ = MCΔT = mcdt (6.9)
Dimana M dan C adalah aliran massa dan kapasitas panas spesifik untuk arus
panas, sementara m dan c adalah aliran massa dan kapasitas panas spesifik untuk
aliran dingin.
Keseimbangan panas antara dua aliran dalam panjang pipa dari p = 0
sampai p = x adalah
MC (T-T2) = mc (t-t1) (6.10a)

Keseimbangan panas antara dua aliran dalam panjang pipa dari l = 0 sampai l =
L adalah
Q = MC (T1 – T2) = mc (t2-t1) (6.10b)
Memecahkan persamaan (6.10a) untuk nilai T,
𝑚𝑐
T = T2 + 𝑀𝐶 (𝑡 − 𝑡1) (6.11)

Misalkan persamaan (6.8) dan (6.9) menjadi satu sama lain dan kemudian
mengganti T dengan persamaan (6.11)
𝑚𝑐
dQ = mcdt = U [(𝑇2 + 𝑀𝐶 (𝑡 − 𝑡1)) − 𝑡] 𝑑𝐴 (6.12)

Penataan ulang persamaan (6.12) dan menggabungkan t dan A menggambarkan


persamaan
𝐿 𝑈𝑑𝐴 𝑡2 𝑑𝑡
∫0 = ∫𝑡1 𝑚𝑐 𝑚𝑐 (6.13)
𝑚𝑐 𝑇2−( ) 𝑡1+ [( )−1]𝑡
𝑀𝐶 𝑀𝐶

Asumsikan (U, M, m, C, c) sebagai konstanta. Mengintegrasikan kedua sisi


persamaan (6.13) hasilnya
𝑈𝐴 1 𝑇1−𝑡2
= 𝑚𝑐 𝐼𝑛 (6.14)
𝑚𝑐 ( −1) 𝑇2−𝑡1
𝑀𝐶

ΔT1 = T1- t2 dan ΔT2 = T2 - t1, menggabungkan persamaan (6.10b) dan (6.14)
menujukkan persamaan
𝛥𝑇1− 𝛥𝑇2
Q = UA [ 𝛥𝑇1 ] (6.15)
𝐼𝑛 ( )
𝛥𝑇2

Persamaan dalam kurung (6.15) dinamakan sebagai ΔTLM atau LMTD, yaitu
sama seperti yang dinyatakan dalam persamaan (6.7).
Dengan membandingkan persamaan (6.1) dan (6.15), kita dapat
memperoleh EMTD sebagai
EMTD = LMTD (6.16)
Harus ditekankan bahwa EMTD = LMTD hanya berlaku untuk countercurrent
yang sempurna (Gambar 6.2a) atau cocurrent yang sempurna (Gambar 6.2b) heat
exchanger.
Pada point ini, pertanyaan pertama adalah: Mengapa pola countercurrent
banyak diadopsi di shell and tube exchanger? Jawabannya adalah bahwa LMTD
untuk countercurrent selalu lebih besar dari cocurrent LMTD. digambarkan pada
gambar 6.2
Pertanyaan kedua adalah: Apa yang harus dilakukan jika pertukaran
countercurrent heat exchanger tidak sempurna? Sebenarnya, pola aliran pada
kebanyakan shell and tube exchangers adalah campuran cocurrent, counterflow,
dan cross-flow. Dalam kasus ini, EMTD ≤ LMTD. Dengan demikian, koreksi
LMTD faktor Ft diperkenalkan menjadi:
EMTD = Ft X LMTD (6.17)
Ft=1 untuk countercurrent heat exchanger yang benar; Jika tidak, Ft < 1.
Singkatnya, EMTD diperoleh dengan menghitung LMTD berdasarkan
persamaan (6.7) pertama dan kemudian menerapkan Ft untuk memperhitungkan
aliran countercurrent yang tidak sempurna.
Ft dapat diperoleh melalui persamaan atau grafik (Shah dan Sekuli c,
2003). Sebagai contoh, Ft untuk 1-2 heat exchangers dapat dihitung secara
numerik dengan

(6.18)
Dimana P adalah efisiensi suhu dan R adalah rasio aliran panas, yang
didefinisikan sebagai
𝑡2−𝑡1
P= 𝑇1−𝑡1
𝑇1−𝑇2 𝑚𝑥𝑐
R= = (6.20)
𝑡2−𝑡1 𝑀𝑋𝐶

Ft untuk tipe 1-2 (satu pass shell dan dua pass tube) exchanger juga bisa
ditemukan di grafik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.3. Hal ini dapat
dilihat dari gambar bahwa nilai Ft drop off cepat di bawah 0,8. Akibatnya, jika
desain menunjukkan Ft kurang dari 0,8, itu mungkin perlu didesain ulang untuk
mendapatkan perkiraan arus counterflow yang lebih baik dan dengan demikian
nilai Ft yang lebih tinggi. Chart Ft yang berbeda tersedia untuk setiap tata letak
exchanger (TEMA 1-2, 1-4, dll).
Namun, beberapa asumsi dibuat dalam persamaan (6.7), yaitu
(1) Koefisien perpindahan panas keseluruhan konstan U.
(2) Kapasitas panas spesifik konstan untuk aliran panas dan dingin. Asumsi ini
menunjukan perubahan suhu linear untuk kedua aliran.

(3) Tidak ada perubahan fasa parsial dari aliran panas atau dingin. Dengan kata
lain, persamaan (6.7) berlaku untuk pertukaran panas sensibel yang menguap
atau terkondensasi.
Asumsi di atas mungkin tidak berlaku untuk keseluruhan panjang shell
and tube heat exchangers, tapi asumsi ini benar dalam setiap bagian yang
mengalami penambahan. Dengan demikian, dalam perangkat lunak modern untuk
desain heat exchanger, keseluruhan panjang heat exchanger dibagi kedalam N
penambahan dan diasumsikan dan perhitungan dilakukan untuk setiap kenaikan.
Menurut Bennett dkk. (2007), Perangkat lunak desain heat exchanger modern
menghitung keseluruhan nilai U dan berbasis EMTD secara bertahap melalui
persamaan berikut:
UR disebut sebagai nilai U yang dipersyaratkan. Nilai U harus mengikuti urutan:
UC ≥ UA ≥ UR. Alasan utama terjadinya ketidaksamaan adalah pengotoran, variasi
proses, serta ketidak akuratan dalam perkiraan sifat fisik dan transfer panas dalam
perhitungan pembahasan lebih detail disediakan di sini.

6.3 MEMAHAMI KRITERIA KINERJA- NILAI U


Pertanyaan kritis untuk penilaian operasi adalah: Apa yang dimaksud dengan
"kinerja" indikator heat exchanger. Karena heat exchanger menggunakan transfer
panas sebagai pertimbangan kerja heat exchanger sebagai indikator kinerjanya,
untuk lebih jelasnya, dapat dilihat contoh pengaruh reaksi pendinginan. Data
operasi diperoleh, yang ditunjukkanterhadap data desain (Tabel 6.1). Suhu operasi
dapat diukur dariinstrumentasi. Kemudian, LMTD dihitung dengan persamaan
(6,7) dan faktor Ft diperolehdari Ft charts.UA dihitung melalui persamaan (6.1)
dan U diturunkan untuk area permukaan tertentu pada sebuah pendingin. Hasil
perhitungan untuk data operasi ditunjukkan pada Tabel 6.2. Data desain diperoleh
dari data sheet exchanger.
Seperti diamati pada Tabel 6.2, tugas heat exchanger yang beroperasi
sedikit lebih tinggi dan perubahan temperatur serupa antara operasi dan desain.
Apa Anda pikirkan mengenai kinerja operasi exchanger? Jika berdasarkan pada
tugas exchanger

kita dapat menyimpulkan bahwa kinerjanya lebih baik daripada kinerja desain.
Namun, ketika dibandingkan dengan koefisien keseluruhan transfer panas, secara
mengejutkan nilai U operasi hanya setengah dari nilai U desain, meskipun panas
dalam operasi adalah 10% lebih tinggi. Jika nilai operasi U dapat dipertahankan
sama dengan nilai U desain, panas bisa meningkat jauh lebih tinggi dari 10%!
Contoh ini menyimpulkan bahwa nilai U adalah indikator kinerja sejati
untuk heat exchanger dalam kondisi proses apapun. Semakin tinggi nilai U,
semakin baik kinerja heat exchanger.
Jelas, pemahaman yang baik tentang nilai U sangat penting untuk menilai
kinerja heat exchanger yang tepat sebagai karakterisitik penting dari heat
exchanger yang mewakili perpindahan panasnya. Faktanya bahwa banyak
engineers bingung tentang terminologi yang berhubungan dengan U, hal itu
penting untuk mendapatkan pemahaman dasar sebelum menggali detailnya
metode penilaian.

6.3.1 Kebutuhan Nilai U


Heat exchanger dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan proses dalam hal transfer
panas (Q) dan suhu (LMTD atau DTLM). Dengan demikian, heat exchanger
dirancang untuk area permukaan tertentu (A) sebagai persyaratan proses.
Berdasarkan proses kebutuhan temperaturnya, sejumlah panas harus ditransfer.
Dibawah basis perpindahan panas dan suhu proses, nilai U yang dibutuhkan dapat
dihitung dari persamaan Fourier (6.1):
𝑄
UR = 𝐴𝐹𝑡𝑇𝐿𝑀 (6.1)

6.3.2 Nilai U Bersih


Nilai U yang dibutuhkan berdasarkan termodinamika dinyatakan seperti pada
persamaan (6.1), Nilai U dapat dihitung berdasarkan pertimbangan transportasi
tanpa memperhitungkan hambatan fouling. Dengan kata lain, transfer U adalah
fungsi dari koefisien film (ht untuk sisi tube dan hs untuk sisi shell pada Btu / h ft2
F) seperti yang dinyatakan dalam persamaan (6.2):
1 1 1 𝐴𝑜
= + ℎ𝑖 ( 𝐴𝑖 ) + 𝑟𝑤 (6.2)
𝑈𝑐 ℎ𝑜

Nilai U ini disebut sebagai nilai U bersih karena tahanan fouling (Ri, Ro) tidak
diperhitungkan dalam persamaan (6.2). Koefisien film, ht dan hs, dapat dihitung
berdasarkan sifat fisik fluida dan geometri penukar panas. Sebagai contoh,untuk
tube U exchanger dengan mengalirkan semua cairan atau semua uap (tidak ada
pendidihan dan pengembunan), korelasi (Dittus and Boelter, 1930) digunakan
untuk memperkirakan sisi tube Nusselt.
Nut number dan koefisien film tube, ht :

Dimana Cp adalah kapasitas panas fluida, Btu/(lb°F); di adalah diameter dalam


tube, ft; k adalah konduktivitas termal cairan, Btu/(hft°F); u adalah kecepatan
fluida, ft/jam; r adalah densitas fluida, lb/ft3; dan 𝜇 adalah viskositas cairan,
lb/(fth).
Persamaan (6.30) menyatakan bahwa sifat fisik aliran pada sisi tube
(konduktivitas k, kapasitas panas spesifik Cp), dan massa velocity u memiliki nilai
positif efek pada koefisien film sisi tube ht. Sebaliknya, 𝜇 viskositas dan diameter
tube bagian dalam memiliki efek negatif.
Korelasi Kern (Kern, 1950) digunakan untuk memperkirakan Nusselt
number sisi shell, NuS, dan koefisien film sisi shell, hs:

Dimana

Dimana 𝜇 w adalah viskositas air, lb/(fth); De adalah diameter equivalen sisi


shell,ft; do adalah diameter luar tabung, ft; dan p adalah jarak terdekat antar
tube,ft.
Persamaan (6.32) menyatakan bahwa sifat fisik dari aliran sisi shell
(konduktivitas k, kapasitas panas spesifik Cp), dan kecepatan u dan diameter luar
tube memiliki efek positif pada koefisien film sisi shell hs. Sebaliknya, viskositas
𝜇 dan tube pitch p memiliki efek negatif.
Persamaan perpindahan panas di atas memberikan penjelasan bahwa
koefisien transfer panas pada sisi tube sebanding dengan 0,8 kekuatan kecepatan,
0,67 kekuatan termo-konduktivitas, dan 0,47 kekuatan viskositas.

Itulah alasan mengapa air pendingin memiliki koefisien perpindahan panas yang
sangat tinggi, diikuti oleh hidrokarbon, dan kemudian gas hidrokarbon karena
nilai termo-konduktivitas untuk cairan ini. Hidrogen adalah gas yang tidak biasa
karena termo-konduktivitas yang sangat tinggi (lebih besar dari pada cairan
hidrokarbon). Dengan demikian, koefisien perpindahan panasnya menuju batas
atas kisaran untuk cairan hidrokarbon. Koefisien perpindahan panas untuk cairan
hidrokarbon bervariasi dalam rentang yang luas karena variasi viskositas yang
besar, dari kurang dari 1 cP untuk etilena sampai lebih dari 1000 cP untuk aspal.
Koefisien perpindahan panas untuk gas hidrokarbon adalahsebanding dengan
tekanan karena tekanan yang lebih tinggi menghasilkan kerapatan gas yang lebih
tinggi sehingga menghasilkan kecepatan gas yang lebih tinggi.

6.3.3 Nilai U Aktual


Pada kenyataannya, penukar panas beroperasi dengan kondisi kotor dengan
kotoran, skala, dan partikulat di bagian dalam dan luar tube. Resistansi fouling
keseluruhan didefinisikan dalam persamaan (6.3):
𝐴𝑂
Rt = Ro + Rt ( 𝐴𝑡 ) (6.3)

Dengan menambahkan keseluruhan ketahanan fouling pada UC, UA sebenarnya


didefinisikan dalam persamaan (6.4) sebagai
1 1
= 𝑈𝑐 + Rt (6.4)
𝑈𝐴

UC adalah kemampuan perpindahan panas yang dapat diberikan oleh exchanger


saat tidak ada fouling yang disertakan, sementara UA memperhitungkan resistensi
fouling. UA dapat dianggap sebagai koefisien keseluruhan yang diprediksi atau
diharapkan untuk perpindahan panas aktual termasuk resistensi desain fouling.
Resistansi fouling untuk aliran didasarkan pada sifat fisik aliran dan faktor
fouling rata-rata didokumentasikan dalam TEMA (2007). Sebagai ilustrasi, Tabel
6.3 menunjukkan tipekal resistansi fouling keseluruhan yang khas untuk cairan
hidrokarbon berdasarkan pada API gravity pada aliran.

6.3.4 Overdesign (ODA)


Untuk memenuhi kebutuhan proses heat exchanger dalam kondisi proses yang
berubah, UA harus lebih besar dari UR. Overdesign atau margin desain dapat
didefinisikan sebagai :

𝑈𝐴
%ODA = (𝑈𝑅 − 1) X 100 (6.35)

Overdesign terbentuk pada tahap desain fouling factor berlebih untuk


memperhitungkan variasi operasi dalam rasio fluida dan sifat serta ketidaktelitian
perhitungan pada heat exchanger dan pressure drop. Beberapa perancang
mungkin menggunakan 5-10 overdesign untuk heat exchanger yang baru jika
perancang yakin pada sifat fluida dan akurasi perhitungan heat exchanger. Jika
tidak, 10-20% atau overdesaign yang lebih tinggi. Sebaliknya, overdesign
mendekati nol bisa digunakan untuk sifat fluida yang baik dan perhitungan
transfer panas yang akurat.
Secara statistik, heat exchanger sering dirancang dengan overdesign yang
berlebihan karena perancang ingin memastikan bahwa mereka mampu memenuhi
proses apapun yang terjadi dalam operasi. Ada beberapa factor yang tidak menjadi
bahan pertimbangan perancang dalam tahap perncangan (Bennett et al., 2007).
Pertama, ketidakpastian dalam akurasi memperkirakan resistensi fouling
untuk direfleksikan pada pengotoran yang sebenarnya. resistansi fouling adalah
nilai statis, yang digunakan dalam perhitungan. Pada kenyataannya, fouling adalah
mekanisme yang dinamis. Perancang menggunakan overdesign untuk
menjelaskan dinamika fouling ini berdasarkan pengalaman atau praktik terbaik
perusahaan sehingga exchangers masih dapat memenuhi permintaan proses di
bawah skenario fouling yang lebih parah dari perkiraan resistensi fouling. Faktor
kedua adalah variasi kondisi proses. Secara khusus, rasio kenaikan umpan (feed)
terjadi karena perusahaan ingin menghasilkan pendapatan tambahan dengan
menggunakan peralatan yang ada.Perancang menyediakan overdesign untuk
mengakomodasi skenario operasi dengan rasio umpan (feed) yang meningkat.
Ketiga, perancang menggunakan overdesign untuk memperhitungkan efek
ketidaktepatan sifat fluida dan perhitungan transfer panas. Ketidakpastian ini
menjadi dasar bagi perancang untuk melakukan overdesign.
Namun, overdesign bisa menyebabkan fouling dan masalah lainnya pada
exchanger. Bila terlalu banyak mendesain permukaan di area permukaan
tambahan akan mereduksi velocity, yang membuat fouling menumpuk. Dalam
beberapa kasus, pengendalian temperatur mungkin diperlukan untuk menghindari
terlalu banyak transfer panas dari perkiraan awal. Operasi tersebut dapat
meningkatkan fouling karena reduksi velocity.

6.3.5 Pengendalian Resistensi


Jika total resistansi (resistansi film ditambah resistansi fouling) dari satu sisi yang
lebih besar dari sisi lainnya, sisi ini disebut sebagai sisi pengendalan resistensi.
sebagai contoh dalam heat exchanger dengan gas dan liquid di kedua sisi, sisi gas
adalah sisi pengendali karena gas memiliki koefisien film yang sangat rendah.
Dalam desain dan operasi, perhatian khusus ditujukan pada penurunan dan
peningkatan pengendalian resistensi, pengendalian resistensi ini berpengaruh
besar pada peningkatan nilai U secara keseluruhan. Di sisi lain, perubahan
peningkatan koefisien film yang tidak terkendali memiliki pengaruh yang sangat
kecil terhadap nilai U keseluruhan.
Salah satu cara untuk meminimalkan efek buruk dari pengendalian
resistensi adalah dengan memperluas permukaan untuk mengimbangi efeknya.
Cara lain adalah dengan meningkatkan kecepatandi sisi pengendali. selanjutnya,
aliran fouling berat harus ditempatkan di sisi tube agar mudah dilakukan
pembersihan. Penggunaan metode mitigasi fouling sebagai perawatan fluida,
aditif antifouling, dan pembersihan rutin untuk menjaga kebersihan operasi
sehingga dapat membantu mempertahankan nilai U tetap tinggi, yang akan
dibahas pada Bab 7.

6.4 PEMAHAMAN PRESSURE DROP


Dalam pembahasan teknis heat exchangers, pressure drop secara alami akan
menjadi topik yang penting. Engineers biasanya lebih memilih untuk menjaga
pressure drop serendah memungkinkan untuk mempertahankan tekanan hisap
yang cukup di bagian downstream heat exchanger dan mengurangi konsumsi daya
pompa dan menghindari masalah proses. Misalnya, pressure drop yang tinggi bisa
menyebabkan flashing umpan (feed) sebelum pemanasan di bagian downstream.
Sebaliknya, engineers akan menjaga pressure drop yang tinggi untuk mengurangi
fouling dan memperbaiki koefisien film. Ini sangat membantu untuk menghindari
masalah operasi dan meminimalkan overdesign.
Pressure drop heat exchanger merupakan fungsi utama kecepatan, yaitu
kecepatan tabung untuk penurunan tekanan sisi tube dan kecepatan bundel untuk
pressure drop pada sisi shell.

6.4.1 Pressure Drop Sisi Tube


Pressure drop pada sisi tube dapat dinyatakan sebagai

(6.36)
Dimana ut adalah kecepatan tube, ft/h dan ft adalah faktor gesekan samping tube,
(ft2Fh)/Btu.
Dari persamaan (6.36), kita dapat mengamati bahwa parameter utama yang
mempengaruhi pressure drop pada sisi tube meliputi diameter dan panjang
tabung, kerapatan fluida, viskositas, dan velocity:

6.4.2 Pressure Drop Pada Samping Shell


Aliran pada sisi shell lebih kompleks dari pada sisi tube; Oleh karena itu,
perhitungan pressure drop pada sisi shell lebih sulit. Perhitungan yang lebih
akurat pressure drop pada sisi shell dapat diperoleh dengan metode Bell-Delaware
(Bell, 1973). Untuk Tujuan memberikan penjelasan tentang pressure drop pada
sisi shell secara konseptual, korelasi Kern's (Kern, 1950) digunakan disini.
Berdasarkan kecepatan bundel, korelasi Kern untuk pressure drop pada sisi shell
(persamaan (6,38)) mencerminkan persamaan (6,36) untuk sisi tube.
Pressure Drop :

dimana us adalah kecepatan cross-flow sisi shell, ft/h; Ds adalah diameter shell, ft;
De setara diameter shell, ft; NB adalah jumlah baffle; dan fs adalah faktor gesekan
samping, (ft2Fh)/Btu. fs adalah fungsi dari bilangan Reynolds dan fs chart yang
tersedia di Hewitt et al. (1994).
Transformasi faktor gesekan ke pressure drop sisi shell, jumlah cairan
yang melintasi buntalan tube harus diberikan. Karena cairan melintas diantara
baffel. jumlah lintasan akan menjadi satu dengan jumlah baffle, NB. Jika jumlah
baffle tidak diketahui, dapat ditentukan dengan menggunakan jarak baffle PB dan
panjang tabung L:

𝐿
NB + 1 = 𝑃𝐵 (6.39)
Persamaan (6.38) kemudian direduksi menjadi

Jelas, persamaan (6.40) menunjukkan parameter utama yang mempengaruhi


pressure drop sisi shell, yang meliputi jarak baffle, panjang tabung, diameter
shell, velocity, dan viskositas. Beberapa observasi penting :

6.4.3 Pengaruh Kecepatan Pada Heat Transfer, Pressure Drop, dan Fouling
Persamaan (6.30) dan (6.32) untuk transfer panas, dan persamaan (6.36) dan
(6.40) untuk pressure drop, menunjukkan bahwa untuk heat exchangers dan
fluida, kecepatan fluida adalah parameter terpenting yang mempengaruhi
perpindahan panas dan pressure drop pada kedua sisi tube dan sisi shell. Dengan
demikian, dengan meningkatnya kecepatan, kedua pressure drop dan koefisien
perpindahan panas meningkat. Tingkat kenaikan pressure drop lebih cepat dari
transfer panas. Tingkat kenaikan pressure drop yang lebih cepat daripada
koefisien transfer panas dikarenakan pressure drop dipasok oleh sistem
pemompaan (untuk cairan) atau kompresi (untuk gas), pressure drop yang lebih
tinggi mengorbankan ekstra biaya, sementara koefisien panas yang meningkat
menghasilkan luas permukaan yang lebih kecil.
Memahami persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa heat exchanger
yang rendah (tinggi) dan luas (sempit) memiliki pressure drop yang rendah
(tinggi) namun koefisien transfer panas yang rendah (tinggi) untuk kedua sisi tube
dan sisi shell. Jelas, pressure drop yang lebih tinggi (nilai ΔP) akan memaksa
cairan mengalir lebih cepat melalui heat exchanger yang mengarah ke koefisien
transfer panas keseluruhan yang lebih tinggi (nilai U). Namun, ini akan
membutuhkan daya pompa dengan biaya yang tinggi. Di sisi lain, untuk area
permukaan yang luas, U dan ΔP tidak perlu terlalu tinggi, tapi membutuhkan
biaya untuk heat exchanger yang lebih besar. Oleh karena itu, Kecepatan optimal
untuk masing-masing sisi dalam heat exchanger, yang dapat diperoleh dari trade-
off antara biaya modal heat excahnger dalam hal ukuran dan biaya operasi dalam
hal daya.
Hal yang paling umum adalah pressure drop yang aktual sebenarnya bisa
lebih rendah dari pressure drop yang diperbolehkan pada sisi tube atau sisi shell.
hal ini bisa digunakan untuk meningkatkan nilai U melalui peningkatan kecepatan
fluida. Peningkatan kecepatan dapat dicapai dengan meningkatkan arus yang
lewat pada sisi tube atau sisi shell, tergantung pada sisi pengendali pada nilai U.
faktanya bahwa pressure drop pada sisi tube dapat meningkat tajam dengan
kenaikan lintasan tube, sering terjadi pressure drop yang jauh lebih rendah
daripada nilai yang diijinkan untuk jumlah tube dan dua tube yang ada, namun
melebihi nilai yang diijinkan dengan empat lintasan. Dalam hal ini, diameter dan
panjang tube dapat divariasikan untuk meningkatkan pressure drop dengan hasil
kecepatan sisi tube yang lebih tinggi dari yang diperoleh.
Skenario umum lainnya adalah bahwa sistem hidrolika dapat menghambat
peluang recovery panas yang akan diterapkan. Dalam hal ini, kecepatan fluida
dapat dikurangi melalui pengaturan baru heat exchanger secara paralel dan
eksisting dengan memisahkan aliran total menjadi dua arus. Dengan asumsi
bahwa perpecahan aliran sama, kecepatan fluida untuk setiap aliran cabang
dikurangi setengahnya sementara pressure drop pada kedua sisi dikurangi empat
kali.
Fouling harus ditangani dalam desain dan operasi heat exchanger. Ketika
heat exchanger dalam keadaan kotor, deposit fouling membentuk penghambat
tambahan terhadap transfer panas. Pada saat yang sama, deposit fouling
mengurangi luas aliran cross-sectional dan pressure drop yang meningkat juga
bisa mengurangi luas aliran penampang melintang dengan. Fouling pada cairan
mengurangi koefisien transfer panas lebih cepat daripada kenaikan daya
pemompaan. Sebaliknya, fouling dalam gas mengurangi transfer panas dalam
kisaran 5-10%, namun meningkatkan pressure drop dan pemompaan fluida
dibutuhkan daya yang lebih besar.
Peningkatan kecepatan fluida juga mengurangi kecenderungan fouling.
Bennett dkk. (2007) menyediakan panduan desain untuk pengotoran yang berat
dengan kecepatan fluida untuk shell and tube exchanger : kecepatan pada sisi tube
≥2 m/s (6,5 ft/ detik) dan aliran pada sisi shell (arus silang utama melalui bundel)
≥0,6 m/ s (2 ft/s).

6.5 PENILAIAN PENILAIAN HEAT EXCHANGER


Ketika dilakukan evaluasi untuk menilai kesesuaian kinerja heat exchanger untuk
kondisi proses yang telah dilakukan atau kondisi baru, evaluasi ini disebut
penilaian heat exchanger. Aplikasi ini bisa digunakan untuk menilai (rating)
kinerja operasional, perubahan kondisi proses, atau desain proses. Ada tiga point
mendasar yang dapat dilakukan untuk menentukan apakah heat exchanger bekerja
dengan baik untuk kondisi operasi yang diberikan atau untuk kondisi baru:
(1) Apa kinerja nilai koefisien UA aktual dari kedua fluida tersebut sebagai hasil
laju alirnya, koefisien film masing-masing ht dan hs, dan resistansi fouling?
(2) Dari neraca panas: Q = M C (T1 - T2) = m c (t2 - t1), untuk area A, dan suhu
aktual, nilai U yang dibutuhkan (UR) dapat dihitung berdasarkan Persamaan
Fourier (6.1).
(3) Mengopersikan pressure drop pada kedua aliran yang melewati heat
exchanger.
Kriteria tersebut dapat digunakan untuk menentukan kesesuaian heat
exchanger pada kondisi yang diberikan atau kondisi baru sebagai dua kondisi
yang diperlukan dan cukup:
(a) UA harus melebihi UR untuk memberikan overdesign yang diinginkan (% OD)
sehingga heat exchanger dapat memenuhi kondisi proses yang berubah untuk
jangka waktu yang wajar layanan terus menerus
(b) pressure drop pada kedua sisi harus kurang dari pressure drop yang dijinkan.
Bila kedua kondisi tersbut terpenuhi, exchanger yang ada cocok untuk
kondisi proses yang dinilainya. jika kondisi proses mengalami perubahan
signifikan, rating harus dilakukan untuk memastikan bahwa kinerja exchanger
memuaskan di bawah kondisi baru.

6.5.1 Menilai Kesesuaian Exchanger yang Ada untuk Mengubah Kondisi


Jika menggunakan exchanger yang ada dianggap untuk mengubah kondisi atau
layanan baru, penilaian harus dilakukan dengan baik untuk menyesuaikan
exchangers yang ada untuk layanan semacam itu.

Contoh 6.1 Penilaian Penukar Naphtha yang ada dengan Naphtha yang lebih
berat pada kondisi operasi di Bawah Perubahan Kecil pada laju alir
124.600 lb/jam (versus 122.500 dalam desain) dari 56,3°API naphtha berat
meninggalkan naphtha splitter tower pada 276°F dan didinginkan sampai 174°F
dengan 193.000 lb/jam (versus 188.000 dalam desain) dari 69°API naphtha
diumpankan pada suhu 116°F dan dipanaskan sampai suhu 170°F. Ada 6.3% uap
dalam nafta pada suhu 170° F. Presuure dropnya pada 10 dan 5 psi pada sisi tube
dan sisi shell, masing-masing. Bisakah exchanger ini beroperasi dengan
memuaskan di bawah kondisi baru?

Exchangers tersebut merupakan sebuah TEMA tipe AES (lihat lampiran untuk
TEMATIF) 21 in. diameter dalam shell (ID) memiliki 268 tubes, 3/4 in. diameter
luar tube (OD), Ketebalan 14 BWG dan panjang 20 ft, yang diletakan pada
segitiga 1 in. Ada empat tube dan satu shell dengan baffle berjarak 111/4 in.
Baffle memotong 32% diameter shell. naphtha berat pada sisi tube.
penyelesaian
Faktor pengotoran (fouling) yang diijinkan 0,002 diasumsikan berdasarkan Tabel
6.3. UA adalah dihitung dengan memperhitungkan fouling. Heat exchanger
memiliki 8% overdesign lebih dari kondisi fouling normal. pressure drop pada
kedua sisi exchanger adalah kurang dari pressure drop yang diijinkan. Dengan
demikian, exchanger ini memenuhi dua kriteria tersebut. Oleh karena itu, dapat
beroperasi dengan memuaskan untuk memenuhi kondisi aliran yang baru.
Dari waktu ke waktu, pabrik pengolahan ingin meningkatkan laju umpan
(feed) dan / atau membuat perbedaan produk sebagai kendali ekonomi. Dalam
evaluasi kelayakan, sangat penting untuk menilai kesesuaian heat excahnger yang
ada untuk kondisi proses baru dan menemukan cara paling ekonomis untuk
menangani perubahan signifikan.

Contoh 6.2 Penilaian Naphtha-Diesel Exchanger untuk Menangani Kenaikan


Besar dalam Flowrate
Pabrik kilang berencana meningkatkan produksi solar sebesar 20% melalui
pembenahan unit hydrocracking. Ini dikarenakan diesel adalah komoditas yang
sangat diminati pada pasar energi saat ini. Naphtha-diesel exchanger terletak pada
downstream naphtha-berat di exchanger Naptha, yang dibahas pada Contoh 6.1.
Melalui penukar nafta-diesel di bawah peningkatan produksi diesel, naphtha
193,000 lb/h diumpankan ke menara akan meningkatkan penguapan hingga 29,8%
dari 6,3% dengan produk diesel 121,500 lb/h pada 351°F didinginkan sampai
260°F. Pressure drop 5 psi pada kedua sisi. Bisakah arus exchanger beroperasi
dalam kondisi baru?
Exchangers tersebut merupakan sebuah TEMA tipe AES, 16 in. shell (ID)
memiliki 130 tubes, 3/4 in. tube (OD), Ketebalan 14 BWG dan panjang 16 ft,
yang diletakan pada segitiga 1 in. Ada dua tube dan satu shell dengan baffle
berjarak 14 in. Baffle memotong 40% diameter shell. Diesel panas pada sisi tube.
penyelesaian
Perhitungan nilai di atas menunjukkan bahwa exchanger tidak bisa
menangani 20% kenaikan laju alir diesel. Ini karena luas permukaannya tidak
cukup, dan pressure drop sisi shell terlalu besar. Selain itu, UA < UR. Dengan
demikian, hal tersebut tidak sesuai dengan kriteria exchanger untuk memenuhi
perubahan kondisi proses. Pembahasan berikutnya akan menunjukan bagaimana
solusi praktis dengan menggunakan heat exchanger cadangan.

6.5.2 Menentukan Pengaturan Heat exchanger Secara Seri atau Paralel


Di beberapa pabrik yang menggunakan exchangers dalam jumlah besar dengan
standar ukuran tertentu biasanya mendirikan in-house untuk 1-2 jenis exchanger
sehingga dapat memenuhi kondisi operasi dimasa yang akan datang dengan
mengatur exchanger standar secara seri atau paralel. Keuntungan menggunakan
peralatan standar dapat mengurangi spare parts, tube, dan alat pengganti. Saat
tube bundel dilubangi ulang, exchanger standar dapat memenuhi kondisi proses
yang baru.
Ada dua pengaturan dasar exchanger, yaitu pengaturan seri dan paralel.
Bila menggunakan 1-2 exchanger tunggal tidak dapat memenuhi kondisi proses
baru atau menyebabkan suhu silang yang ditandai oleh faktor Ft rendah, mungkin
saja diperlukan menggunakan dua exchanger 1-2 secara seri. Di sisi lain, saat
keterbatasan kerja hidrolik bisa menjadi masalah untuk 1-2 exchanger, untuk
menyelsaikan masalah ini dapat ditempatkan beberapa 1-2 exchanger dengan
posisi paralel.

Contoh 6.3 (Melanjutkan dari Contoh 6.2)


Penilaian untuk naphta-diesel exchanger yang ada pada Contoh 6.2 menunjukkan
bahwa 1-2 exchanger tunggal tidak cukup untuk memenuhi kenaikan 20% laju alir
diesel

Di bawah produksi diesel yang meningkat, nafta 193,000 lb/h


(ditempatkan di sisi shell exchanger) diumpankan ke menara akan meningkatkan
penguapan hingga 29,8% dari 6,3% dengan produk diesel 121.500 lb/jam pada
suhu 351°F didinginkan sampai 260°F. Pressure Drop 5 psi pada kedua sisi.
Berdasarkan Contoh 6.2, diamati bahwa pressure drop pada sisi shell
terlalu besar. Dengan demikian, pengaturan paralel dipertimbangkan dalam hal ini
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.4. Kedua exchanger dihitung sebagai
satu unit exchanger untuk perhitungan peringkat di bawah ini.
penyelesaian
Dua 1-2 heat exchanger secara paralel cukup untuk memenuhi proses perpindahan
panas dengan overdesign 10%. Pressure drop pada kedua sisi exchanger kurang
dari pressure drop literatur.
Contoh 6.4 Penggunaan Spider Exchanger secara Seri pada Acetone – Acetic
Acid Exchanger
Aceton pada 250°F dikirim ke tempat penyimpanan pada 100°F dan pada tingkat
60.000 lb/jam. panas yang akan diterima sebesar 185.000 lb/jam asam asetat
100% yang berasal dari penyimpanan di 90°F dan dipanaskan sampai 150°F.
Pressure drop 10,0 psi untuk kedua fluida dan faktor pengotoran keseluruhan
0,004.
Pada kondisi ini dipakai beberapa 1-2 exchanger 211/4 in. shell ID,
memiliki 270 tube dengan 3/4 in. tube OD, 14BWG, panjang 16 ft dan letakan
pada persegi 1 inci. Bundel disusun untuk dua lintasan tube dengan bujur
segmental berjarak 5 inci. Tentukan kesesuaian dari penggunaan 1-2 exchanger
ini untuk kondisi tertentu.
Kesimpulan: Tiga 1-2 exchanger lebih dari cukup untuk melakukan transfer panas
meskipun pressure drop pada sisi shell lumayan sedikit lebih tinggi dari yang
diijinkan yang masih bisa ditoleransi. exchanger dengan jumlah sedikit tidak
dapat memenuhi persyaratan proses.
6.5.3 Penilaian Pengotor (Fouling) Pada Heat Exchanger
Pengotor (fouling) terjadi dalam setiap operasi pada heat exchanger yang
mengakibatkan kinerjanya memburuk dari waktu ke waktu. Dalam beberapa
kasus,untuk melakukan perawatan diperlukan beberapa kali pembersihan sebelum
proses dimatikan. Ini berpengaruh pada nilai ekonomi untuk memilih metode
mitigation fouling dan kapan menerapkannya. Rating heat exchanger dapat
menentukan tingkat fouling.

Contoh 6.5 Perhitungan Kinerja Transfer Panas untuk Vacuum Residue-


Crude Exchanger
710.000 lb/jam dengan 31,1°API minyak mentah melalui sisi tube exchanger
dipanaskan dari 359 sampai 375°F dengan 213.500 lb/jam dari 11.1°API residu
vakum yang masuk pada 503°F dan didinginkan sampai 449°F. Bagaimana
kinerja heat exchanger ini?
Exchanger tersebut adalah TEMA Type AES dengan 48 in. ID shell
memiliki 964 tube dengan 1 in. OD, ketebalan 12 BWG dan panjang 24 ft, yang
diletakkan pada kotak 1 1/4 in. Ada empat lintasan tube dan satu shell dengan
baffle berjarak 9,5 in. dan baffle cut 15%. Faktor pengotoran sebesar 0,003 dan
0,01 untuk minyak mentah dan residu vakum, masing-masing.

Penyelesaian
Nilai U yang dibutuhkan untuk mencapai 7.0 MMBtu dari heat exchanger hanya
11,1 in. dengan nilai U aktual 30,2 berdasarkan faktor pengotoran (fouling) 0,01
untuk residu vakum dan 0,003 untuk minyak mentah. Dengan kata lain, heat
exchanger hanya menyelesaikan sepertiga dari kemampuan transfer panas.
(4) Penilaian lebih rinci: Sebagai tindak lanjut, para engineers melakukan
perbandingan kinerja berdasarkan operasi dan desain dan hasilnya diberikan pada
tabel di bawah ini. Dapat diamati bahwa flowrates dalam operasi lebih tinggi dari
pada desain. Flowrates yang lebih tinggi harus sesuai dengan nilai U yang lebih
tinggi dalam operasi.Namun, dalam kasus ini, nilai U pada desain 41% lebih
tinggi daripada operasi.
Pemeriksaan lapangan dilakukan untuk mengukur kinerja dan pressure
drop diukur. Ditemukan bahwa pressure drop pada minyak mentah (sisi tube)
sekitar 60 psi versus 6,8 psi di bawahnya pada kondisi fouling normal. Dapat
disimpulkan bahwa heat exchanger mengalami fouling parah dengan kehilangan
lebih dari setengah kemampuan transfer panasnya. Selain itu, pressure drop yang
jauh lebih tinggi menyebabkan umpan (feed) mentah berkedip sebelum terjadi
muatan pemanas yang akan mempengaruhi keamanan potensial untuk pemanas.
Dengan demikian harus dilakukan segera pembersihan exchanger melalui sebuah
system. setelah dibersikan, dilakukan penyelidikan khusus untuk mengidentifikasi
akar penyebab fouling tersebut.
Penilaian tersebut menunjukan bahwa kecepatan pada sisi tube crude
sedikit terlalu rendah yaitu 5,3 ft/s. Seharusnya 7 ft/s untuk pemanasan minyak
mentah panas ini karena pengotor (fouling) presipitasi menjadi lebih aktif di
bawah suhu tinggi. Perubahannya dibuat untuk jumlah tube denganempat sampai
enam lintasan. Akibatnya, kecepatan tube tersebut ditingkatkan menjadi 7,9 ft/s,
namun dengan menyebabkan pressure drop yang lebih tinggi pada sisi tube.
Pressure drop pada sisi tube meningkat menjadi 21 psi dari 6,8 psi dengan empat
lintasan tube. Perubahan ini mengurangi fouling pada tube dan memperpanjang
kebersihan operasi pada exchanger
Pemahaman yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa flowrate
fluida mempengaruhi fouling secara signifikan. Flowrates yang jauh lebih rendah
dari hasil desain di bawah kecepatan, dapat meningkatkan akumulasi deposit
fouling. Temperatur yang tinggi merupakan Penyebab utama terjadinya
peningkatan fouling. Heat exchanger pada daerah dengan temperatur tinggi lebih
mudah terjadi fouling yang disebabkan adanya kecenderungn coking termal yang
melekat. Kondisi ambang batas kecepatan dan temperatur harus diidentifikasi.

6.6 MENINGKATKAN KINERJA HEAT EXCHANGER


Tujuan pengelolaan operasi heat exchanger adalah untuk mempertahankan kinerja
yang baik dalam memenuhi persyaratan proses untuk periode waktu yang
diinginkan. Ada tiga Alasan mengapa operasi exchanger bisa menyimpang dari
desain: desainnya kurang bagus, fouling berlebihan, dan kegagalan mekanis. Heat
exchanger dapat mengatasi masalah operasi proses jika heat exchanger dirancang
dengan baik secara termal dan mekanis, disimpan dengan hati – hati sebelum
digunakan, terpasang dengan benar, beroperasi dalam batas desainnya, dan
dibersihkan secara berkala tergantung pada formasi fouling.
Metode monitoring dan pemecahan masalah dibahas secara singkat di
bawah ini yang difokuskan pada kinerja termal dan hidrolik. Fijas (1989)
memberikan pembahasan mengenai masalah mekanik sering ditemui pada heat
exchanger. Dengan kinerja exchanger, diprioritaskan pada pengetahuan fouling
yang baik resistensi untuk menghindari desain yang buruk, monitoring
berkelanjutan terhadap kinerja nilai U agar tetap terjaga, survei pressure drop
untuk pemecahan masalah, pengelolaan aliran dua fasa, mitigasi fouling, dan
transfer panas. Metodologi umum untuk Meningkatkan kinerja heat exchanger
adalah: memantau tren kinerja, mengidentifikasi kesempatan, dan
mengembangkan dan menerapkan solusi.

6.6.1 Bagaimana Mengidentifikasi Kinerja Yang Memburuk


6.6.1.1 Resistansi Fouling
Perkiraan resistensi fouling yang tidak tepat menghasilkan terlalu banyak atau
terlalu sedikit overdesain. Meskipun resistansi fouling pada TEMA awalnya hanya
dianggap sebagai pedoman kasar untuk desain heat exchanger, namun seringkali
dianggap sebagai nilai yang akurat. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan yang
cukup fatal karena karakter sementara proses pengotoran diabaikan. Kondisi
pada heat exchanger yang semula didesain ulang sering kali mendorong deposit
fouling, sehingga membuat formasi fouling menjadi penuh. Dengan demikian,
Dengan demikian, seseorang harus kritis terhadap resistensi fouling yang
tercantum dalam domain publik dan melakukan penyesuaian yang tepat
berdasarkan data historis fouling. Untuk layanan yang ada, mendapatkan tren
fouling historis dan menilai karakteristik sistem untuk menentukan akar penyebab
fouling yang sesuai.

6.6.1.2 Monitoring Nilai U


Karena kinerja heat exchanger bervariasi dengan laju alir, komposisi, dan kondisi
fouling, pemeriksaan heat exchanger harus dilakukan secara teratur sehingga
kinerja tetap terjaga dan permasalahan dapat dideteksi pada tahap awal. Peringkat
tunggal exchanger untuk mendapatkan data dasar yang baik tentang kinerjanya,
namun harus dilakukan secara teratur untuk mendefinisikan tren. Dari satu titik
penilaian, Anda dapat menghitung nilai U tunggal, pressure drop pada sisi shell
dan sisi tube, dan menghitung satu nilai panas yang bekerja. Namun, penilaian
titik tunggal tidak dapat memberikan pengetahuan tentang evolusi fouling dari
waktu ke waktu dan perubahan mendadak nilai U karena variasi proses. Tren nilai
U dapat membantu Anda mengatasi masalah.
Poin terpenting dari tren nilai U adalah kemampuannya untuk
menunjukkan perilaku fouling. Tujuan pemantauan U-tren adalah untuk
mengidentifikasi perilaku pengotoran abnormal. Secara umum, akumulasi fouling
pada heat exchanger bergantung pada jenis fouling, servis (komposisi cairan,
suhu, dan tekanan), dan desain exchanger dan sebagainya. Dalam operasi normal,
U-trend harus menampilkan perubahan bertahap dalam nilai U. Namun,
perubahan operasi bisa mempengaruhi fouling, yang meliputi laju umpan variasi,
perubahan komposisi cairan, operasi bypass, perubahan kepala hidrolik, dan
sebagainya. Jika perubahan operasi mendadak mendistorsi perilaku pengotoran
normal (misalnya Nilai U berkurang secara signifikan), perubahan ini harus
diselidiki dan tindakan yang tepat harus dilakukan.
Pada exchanger yang baru, evaluasi kinerja rinci diperlukan dan harus
diulang setelah 6 bulan atau lebih. Suhu proses, tekanan, dan aliran di sekitar alat
heat exchanger diukur dalam rata-rata harian. Dianjurkan untuk menggunakan log
tren kontrol terdistribusi untuk pengumpulan data. Penting untuk menyimpan data
dan perhitungan referensi di masa depan. Tindakan potensial untuk mitigasi
fouling dibahas pada Bab 7.

6.6.1.3 Monitoring Pressure Drop


Pentingnya perhitungan pressure drop tidak dapat terlalu ditekankan karena dapat
membantu menganalisis masalah kinerja dan pemecahan masalah kerusakan alat
heat exchanger. perhitungan pressure drop untuk aliran fasa tunggal cukup
mendekati pressure drop yang diukur jika tidak ada fouling. Untuk aliran dua
fasa, pressure drop yang dihitung juga bisa mendekati pressure drop yang diukur
jika zona pressure drop digunakan dan mempertimbangkan pola aliran. Dari dua
asumsi sebagai dasar, perhitungan pressure drop dapat digunakan sebagai alat
untuk mengatasi masalah.
Jika pressure drop diukur secara signifikan lebih rendah dari penurunan
yang dihitung, ini mungkin mengindikasikan fluida terlewati, yang dapat terjadi
baik pada sisi tube atau sisi shell. Di sisi lain, jika pressure drop yang diukur
terlalu tinggi, ini sering disebabkan oleh parahnya fouling, freezing, atau slug flow
untuk aliran dua fasa.

6.6.1.4 Menghindari Desain yang buruk


Industri kimia dan perminyakan sering mengalami gangguan karena heat
exchanger yang tidak beroperasi dengan baik dan terkadang tidak dapat dioperasi.
Salah satu penyebab umum biasanya dikarenakan desain yang buruk, yang
seharusnya dihindari dalam tahap perancangan. pilihan desain utama heat
exchanger harus dilakukan secara hati-hati untuk mendapatkan desain heat
exchanger yang optimal. Masalah desain meliputi pertimbangan fouling, desain
sisi tube (jumlah tube, jarak tube, panjang tube, pitch tube, tata letak tube), desain
sisi shell (diameter shell, jenis shell termasuk TEMA Tipe E / F / G / H / J / K / X,
distribusi aliran shell), dan desain baffle (tipe baffle, segmental baffle termasuk
single / double / triple, jarak baffle, dan baffle cut.
Desain esensial bertugas untuk mengoptimalkan kecepatan di sisi tube dan
sisi shell dengan nilai pressure drop yang diijinkan dalam operasi. Misalnya,
ketika jumlah lintasan tube meningkat dari satu sampai dua lintasan, kecepatannya
bisa dua kali lipat dari kecepatan satu putaran karena jarak tempuh dua kali lipat.
Kemudian koefisien perpindahan panas sisi tube akan meningkat sesuai dengan
0,8 kekuatan kecepatan. Pada saat yang sama, pressure drop pada sisi tube akan
meningkat sesuai dengan kecepatan dan jarak tempuh. Oleh karena itu, pressure
drop akan menaikan volume lintasan tabung untuk jumlah tube dan aliran sisi
tube. Bila penurunan tekanan lebih tinggi dari yang diijinkan, pengurangan
panjang tube bisa mengurangi pressure drop. Pilihan desain lainnya adalah
diameter luar tube, tube pitch, jumlah tube, dan tata letak, yang merupakan pilihan
desain penting selain banyaknya jarak tube dan panjang tube.
Contoh lain adalah pilihan desain yang tersedia untuk mengurangi
pressure drop pada sisi shell. Jumlah baffle (NB) sebanding dengan jarak baffle.
Jarak baffle dan Potongan baffle memiliki efek terhadap pressure drop pada sisi
shell. Dalam banyak kasus, pressure drop pada sisi shell masih terlalu tinggi
dengan baffle segmental tunggal di shell single-pass bahkan setelah
direkomendasikan untuk meningkatkan jarak baffle dan baffle cut ke nilai
tertinggi. Kasus ini bisa disertai dengan debit alir yang sangat tinggi. Pilihan
desain selanjutnya adalah mempertimbangkan double segmental baffle. Ketika
baffling segmental ganda pada jarak yang relatif tinggi, jarak baffle tidak dapat
memenuhi pressure drop pada sisi shell yang dioperasikan; aliran shell yang
terbagi (TEMA J) dengan baffle segmental tunggal dapat dipertimbangkan.
Karena pressure drop dengan kecepatan kuadrat (u2) dan panjang (L), aliran shell
yang terbagi bisa memiliki seperdelapan pressure drop pada exchanger lintasan
tunggal yang identik. pembahasan ini bisa berlanjut karena ada pilihan desain lain
yang tersedia untuk menghadapi pressure drop pada sisi shell yang lebih tinggi,
yang mana Mukherjee (1998) memberikan penjelasan lebih rinci.

Anda mungkin juga menyukai