Anda di halaman 1dari 149

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan kebidanan komprehensif


1. Pengertian
a. Asuhan kebidanan
Asuhan kebidanan adalalah prosedur tindakan yang
dilakukan bidan sesuai dengan wewenang dalam lingkup prakteknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan dengan memperhatikan pengaruh
sosial budaya, psikologis, emosional, spiritual serta hubungan
interpersonal dan mengutamakan keamanan ibu, janin dan penolong
serta kebutuhan klien. (Reni Heryani, 2011, Hal : 13).
Asuhan kebidanan merupakan penerapan fungsi dan
kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan
kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam Bidang
Kesehatan Ibu Masa Hamil, Masa Persalinan, Nifas, Bayi Setelah
Lahir Serta Keluarga Berencana. (Reni Heryani, 2011, Hal : 13).
b. Asuhan kebidanan komprehensif
Asuhan Kebidanan Komprehensif adalah suatu pemeriksaan
yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan
laboratorium dan konseling. Asuhan kebidanan komperhensif
mencakup empat kegiatan pemeriksaan berkesinambungan diantaranya
adalah Asuhan Kebidanan Kehamilan (Antenatal Care), Asuhan
Kebidanan Persalinan (Intranatal Care), Asuhan Kebidanan Masa
Nifas(Postnatal Care), dan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir
(Neonatal Care).
Tujuan Asuhan Kebidanan Komprehensif adalah
melaksanakan pendekatan manajemen kebidanan pada kasus
kehamilan dan persalinan, sehingga dapat menurunkan atau
menghilangkan angka kesakitan ibu dan anak.

10
11

Standar Asuhan Kebidanan adalah acuan dalam proses


pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai
dengan wewenang dan ruang lingkup prekteknya berdasarkan ilmu dan
kiat kebidanan. Mulai dari pengkajian, perumusan diagnose dan atau
masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan
pencatatan asuhan kebidanan. Dalam Standar Asuhan Kebidanan yakni
meliputi perencanaan, salah satu kriteria perencanaan yaitu melakukan
rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
klien, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara
komprehensif.Sehingga asuhan kebidanan komprehensif dilakukan
berdasarkan Standar Asuhan Kebidanan.
(https://www.google.com/search?q=asuhan+kebidanan+komprehensif
&ie=utf-8&oe=utf-8#q=materi+asuhan+kebidanan+komprehensif)
2. Tujuan Asuhan Kebidanan
Tujuan asuhan kebidanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi,
( mengurangi kesakitan dan kematian ). Asuhan kebidanan berfokus pada :
pencegahan, promosi kesehatan yang bersifat holistik di berikan dengan
cara yang kreatif dan fleksibel, suportif, peduli, bimbingan, monitor dan
pendidikan berpusat pada perempuan, asuhan berkesinambungan, sesuai
keinginan dan tidak otoriter serta menghormati pilihan perempuan.
a. Masalah kebidanan diselenggarakan atas dasar pemecahan masalah
dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan yang
profesional dan interaksi sosial serta asas penelitian dan pengembangan
yang dapat melandasi manajemen secara terpadu
b. Proses kependidikan kebidanan sebagai upaya pengembangan
kepribadian berlangsung sepanjang hidup manusia perlu dikembangkan
dan diupayakan untuk berbagai strata masyarakat.
( Rury Narulita Sari, 2012 hal : 51-52 )
12

3. Filosofi Asuhan Kebidanan


a. Memperhatikan keamanan klien
b. Memperhatikan kepuasan klien
c. Menghormati martabat manusia
d. Menghormati perbedaan kultur dan etik
e. Berpusat pada konteks keluarga
f. Beriorientasi pada promosi kesehatan
Standar dalam asuhan kebidanan juga sangat penting untuk
menentukan apakah seorang bidan telah melanggar kewajibannya dalam
menjalankan tugasnya. (Reni Heryani, 2011, Hal : 13-14).
4. Prinsip Asuhan Kebidanan
a. Proses kelahiran merupakan suatu hal yang filosofis
b. Non intervensi / tidak ada tindakan
c. Aman berdasarkan evidance based
d. Orientasi pada ibu secara keseluruhan
e. Menjaga privacy / kerahasiannya
f. Membantu ibu dalam menciptakan proses yang fisiologis
g. Memberi informasi
h. Menghormati adat, keyakinan dan agama
i. Menghormati kesehatan fisik, psikologis, spiritual, dan sosial
j. Usaha promotif dan preventif. ( Reni Heryani, 2011, Hal : 7 ).
Asuhan kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan
yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada
klien yang mempunyai kebutuhan / masalah dalam bidang kesehatan ibu
masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga
berencana.
1) Menjaga hubungan baik antara ibu dan bidan
2) Ibu adalah focus dalam memberikan asuhan
3) Memberikan pilihan pada ibu untuk melahirkan
4) Asuhan yang berkesinambung
5) Bertanggung jawab dalam memberikan asuhan
13

6) Asuhan dasar komunitas


7) Menggunakan seluruh keterampilan
8) Memberikan asuhan yang marah (Reni Heryani, 2011, Hal : 13).
5. Model Asuhan Kebidanan
Model kebidanan adalah suatu bentuk pedoman atau acuan yang
merupakan kerangka kerja seorang bidang dalam memberikan asuhan
kebidanan. Model dalam kebidanan berdasarkan pada 4 elemen, yaitu :
a. Manusia ( perempuan, ibu, pasangan dan orang lain )
b. Kesehatan
c. Lingkungan
d. Kebidanan. ( Rury Narulita, 2012 hal : 68 )

B. Masa kehamilan
1. Pengertian
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
di defenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila di hitung dari
saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender
internasioal. Kehamilan terbagi dalam 3 Trimester, di mana trimester
kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu
ke-13 hingga ke-27 minggu ), dan trimester ketiga 13 minggu ( minggu
ke-28 hingga ke-40 ). ( Sarwono Prawirohardjo, 2014, Hal : 213 ).
Kehamilan adalah suatu karunia yang begitu didambakan bagi
seorang wanita. Selama masa kehamilan biasanya seorang wanita
mengalami banyak perubahan dan berbagai macam keluhan, oleh karena
itu ibu harus memperhatikan dan menjaga buah kehamilannya dengan
baik. Proses kehamilan diawali dari bersatunya sel telur dengan sel
sperma, kemudian dilanjutkan dengan pembelahan-pembelahan dan
implantasi dalam rahim. (Aprilia Nurul Baety, 2011).
14

2. Perubahan Yang Terjadi Pada Trimester III


a. Perubahan Fisiologis Kehamilan Trimester III
1) Sistem Reproduksi
a. Vagina dan Vulva
Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang
merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu
persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa,
mengendornya jaringan ikat, dan hipertropi sel otot polos.
Perubahan ini mengakibatkan bertambah panjangnya dinding
vagina.
b. Serviks Uteri
Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi
penurunan lebih lanjut dari konsentrasi kolagen. Konsentrasinya
menurun secara nyata dari keadaan yang relatif dilusi dalam
keadaan menyebar (dispersi).
Proses perbaikan seviks terjadi setelah persalinan
sehingga siklus kehamilan yang berikutnya akan berulang.
c. Uterus
Pada akhir kehamilan uterus akan terus membesar
dalam rongga pelvis dan seiring perkembangannya uterus akan
menyentuh dinding abdomen, mendorong usus kesamping dan
keatas, terus tumbuh hingga menyentuh hati. Pada saat
pertumbuhan uterus akan berotasi kearah kanan, dekstrorotasi
IBI disebabkan oleh adanya rektosigmoid didaerah kiri pelvis.
d. Ovarium
Pada trimester ke III korpus luteum sudah tidak
berfungsi lagi karena telah digantikan oleh plasenta yang telah
terbentuk.
2) Sistem Payudara
Pada trimester III pertumbuhan kelenjar mamae membuat
ukuran payudara semakin meningkat. Pada kehamilan 32 minggu
15

warna cairan agak putih seperti air susu yang sangat encer. Dari
kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang keluar lebih
kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak. Cairan ini
disebut kolostrum.
3) Sistem Endokrin
Kelenjar tiroid akan mengalami perbesaran hingga 15,0 ml
pada saat persalinan akibat dari hiperplasia kelenjar dan peningkatan
vaskularisasi.
4) Sistem Perkemihan
Pada kehamilan kepala janin mulai turun kepintu atas
panggul keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung
kencing akan mulai tertekan kembali.
Pada kehamilan tahap lanjut pelvis ginjal kanan dan ureter
lebih berdelatasi dari pada pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang
berat ke kanan.
Perubahan-perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu
menamapung urin dalam volume yang lebih besar dan juga
memperlambat laju aliran urin.
5) Sistem Pencernaan
Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon
progesteron yang meningkat. Selain itu perut kembung juga terjadi
karena adanya tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut yang
mendesak organ-organ dalam perut khususnya saluran pencernaan ,
usus besar, kearah atas dan lateral.
6) Sistem Muskuloskeletal
Sendi pelvic pada saat kehamilan sedikit bergerak. Perubahan
tubuh dan peningkatan berat wanita hamil menyebabkan postur dan
cara berjalan wanita berubah secara menyolok. Peningkatan distensi
abdomen yang membuat panggul miring kedepan, penurunan tonus otot
dan peningkatan berat badan pada akhir kehamilan membutuhkan
penyesuaian ulang. Pusat gravitasi wanita bergeser kedepan.
16

7) Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan jumlah leukosit akan meningkat yakni
berkisar antara 5000-12000 dan mencapai puncaknya pada saat
persalinan dan masa nifas berkisar 14000-16000. Penyebab peningkatan
ini belum diketahui terjadi selama dan setelah melakukan latihan yang
berat. Distribusi tipe sel juga akan mengalami perubahan. Pada
kehamilan terutama trimester ke-3, terjadi peningkatan jumlah
granulosit dan limfosit dan secara bersamaan limfosit dan monosit.
8) Sistem Integumen
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna
menjadi kemerahan kusam dan kadang-kadang juga akan mengenai
daerah payudara dan paha perubahan ini dikenal dengan striae
gravidarum.
9) Sistem Metabolisme
Sistem metabolisme adalah istilah untuk menunjukkan
perubahan-perubahan kimiawi yang terjadi didalam tubuh untuk
pelaksanaan berbagai fungsi vitalnya. Dengan terjadinya kehamilan,
metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana
kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan
memberikan ASI.
a) Trimester III
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh
mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi
makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan
ASI.
Perubahan metabolisme adalah metabolisme basal naik
sebesar 15% sampai 20% dari semula terutama pada trimester ke-III.
(1) Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq
perliter menjadi 145 mEq perliter disebabkan hemodilusi darah
dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin.
17

(2) Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk


pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan organ
kehamilan janin dan persiapan laktasi. Dalam makanan
diperlukan protein tinggi ½ gr/kg BB atau sebutir telit ayam
sehari.
(3) Kebutuhan kalori di dapat dari karbohidrat, lemak dan protein.
(4) Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil meliputi:
(a) Kalsium 1,5 gr setiap hari, 30-40 gr untuk pembentukan
tulang janin
(b) Fosfor rata-rata 2 gr dalam sehari air, ibu hamil
memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retensi air
10) Sistem Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh
Kenaikan berat badan 5,5 kg dan sampai akhir kehamilan
11-12 kg. Cara yang dipakai untuk menentukan berat badan menurut
tinggi badan adalah dengan menggunakan indeks masa tubuh yaitu
dengan rumus berat badan dibagi tinggi badan pangkat 2. Contohnya :
wanita dengan berat badan sebelum hamil 51 kg dan tinggi badan 1,57
m. Maka IMT-nya adalah 51/(1,57) = 20,7.
Pertambahan berat badan ibu hamil menggambarkan status
gizi selama hamil, oleh karena itu perlu di pantau setiap bulan. Jika
terdapat kelambatan dalam penambahan berat badan ibu, ini dapat
mengindikasikan adanya malnutrisi sehingga dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan janin intra uteri.
11) Sistem Darah dan Pembekuan Darah
a. Sistem Darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian.
Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma dn
didalamnya terdapat unsur-unsur padat, sel darah. Volume darah
secara keseluruhan kira-kira 5 liter. Sekitar 55%nya adalah cairan
sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah. Susunan darah terdiri
dari air 91,0% protein 8,0%.
18

b. Pembekuan Darah
Pembekuan darah adalah proses yang majemuk dan
berbagai faktor diperlukan untuk melaksanakan pembekuan darah
sebagaimana telah diterangkan.
12) Sistem Persyaratan
Trimester I-III
Perubahan fungsi sistem neurologi selama masa hamil,
selain perubahan-perubahan neurohormonal Hipotalami-Hipofisis.
Perubahan fisiologik spesifik akibat kehamilan dapat terjadi timbulnya
gejala neurologi dan neuromuskular berikutnya :
a. Kompersi saraf panggul atau statis vaskuler akibat pembesaran
uterus dapat menyebabkan perubahan sensori di tungkai bawah.
b. Lordosis dorsolumbal dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan
pada saraf atau kompresi akar saraf.
c. Edema yang melibatkan saraf periver dapat menyebabkan carpal
tunnel syndrome selama trimester akhir kehamilan. Edema
menekan saraf median bagian bawah ligamentum karpalis
pergelangan tangan.
Sinrom ini di tandai oleh parestesia (Sensasi abnormal
seperti rasa terbakar atau gatal akibat gangguan pada sistem saraf
sensori) dan nyeri pada tangan yang menjalar ke siku.
d. Akroestesia (Gatal di tangan) yang timbul akibat posisi bahu yang
membungkuk, di rasakan pada beberapa wanita selama hamil.
Keadaan ini berkaitan dengan tarikan pada segmen fleksus
drakialis.
e. Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul pada saat ibu merasa
cemas dan tidak pasti tentang kehamilannya. Nyeri kepala dapat
juga dihubungkan dengan gangguan penglihatan, seperti kesalahan
refraksi, sinusitis atau migrant.
f. Nyeri kepala ringan, rasa ingin pingsan dan bahkan pingsan
(sinkop) sering terjadi pada awal kehamilan. Ketidakstabilan
19

vasomotor, hipotensi postural atau hipoglikemi mungkin keadaan


yang bertanggungjawab atas keadaan ini.
g. Hipokalsenia dapat menyebabkan timbulnya masalah
neuromuskular, seperti kram otot atau tetani.
13) Sistem Pernapasan
Trimester III
Pada 32 minggu ke atas karena usus-usus tertekan uterus
yang membesar kearah diafragma kurang leluasa bergerak
mengakibatkan wanita hamil derajat kesulitan bernafas.
(Suryati Romauli, 2011, Hal.73-88).
b. Perubahan Psikologis Kehamilan Trimester III
1) Trimester III (Penantian Dengan Penuh Kewaspadaan)
a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh,
dan tidak menarik.
b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak hadir tepat
waktu.
c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbuk pda saat
melahirkan, khawatir akan keselamatannya.
d. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,
bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
e. Merasa sedih karena akan terpisa dari bayinya.
f. Merasa kehilangn perhatian.
g. Perasaan sudah terluka (sensitif).
h. Libido menurun (Suryati Romauli, 2011, Hal : 89-90).
3. Kebutuhan Ibu Hamil Trimester III
1. Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah yang utama pada manusia
termasuk ibu hamil. Berbagai gangguan pernapasan biasa terjadi saat
hamil sehingga akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada
ibu yang akan berpengaruh pada bayi yang dikandung.
20

Untuk mencegah hal tersebut diatas dan untuk memenuhu


kebutuhan oksigen maka ibu hamil perlu :
a) Latihan nafas melalui senam hamil
b) Tidur dengan bantal yang lebih tinggi
c) Makan tidak terlalu banyak
d) Konsul kedokter bila tidak ada kelainan atau gangguan pernapasan
atau asma dan lain-lain.
2. Nutrisi
Pada saat hamil ibu harus makan-makanan yang
mengandung nilai gizi yang bermutu tinggi meskipun tidak berarti
makanan yang mahal harganya. Gizi pada waktu hamil harus
ditingkatkan hingga 300 kalori perhari, ibu hamil seharusnya
mengkomsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, dan
minum cukup cairan (menu seimbang).
a. Kalori
Untuk proses pertumbuhan, janin memerlukan tenaga. Oleh
karena itu, saat hamil, ibu memerlukan tambahan jumlah kalori.
Sumber kalori utama adalah hidrat, arang dan lemak.
Bahan makanan yang banyak mengandung hidrat arang
adalah golongan padi-padian (Misalnya Beras dan Jagung), golongan
umbu-umbian (Misalnya Ubi dan Singkong), dan sagu. Selain
sebagai sumber tenaga, bahan makanan yang tergolong padi-padian
merupakan sumber protein, zat besi, Fosfor dan vitamin.
Pada trimester ketiga, janin mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan janin yang pesat ini
terjadi pada 20 minggu terakhir kehamilan. Umumnya nafsu makan
ibu akan sangat baik dan ibu merasa cepat lapar.
b. Protein
Protein adalah zat utama untuk membangun jaringan bagian
tubuh. Seiring dengan perkembangan dan partumbuhan janin serta
perkembangan payudara ibu, keperluan protein pada waktu hamil
21

sangat meningkat. Kekurangan protein dalam makanan ibu hamil


mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil dari normal. Kekurangan
tersebut juga mengakibatkan pembentukan air susu ibu dalam masa
laktasi kurang sempurna.
Sumber zat protein yang berkualitas tinggi nadalah susu.
Susu merupakan minuman yang berkualitas tinggi untuk memenuhi
kebutuhan wanita hamil terhadap zat gizi karena mengandung
protein, kalsium, fosfat, vit A serta Vit B1 dan B2. Sumber lain
meliputi sumber protein hewani (misalnya daging, ikan, unggas,
telur dan kacang) dan sumber protein nabati (misalnya kacang-
kacangan seperti kedelai, kavang tanah, kacang tolo, dan hasil
kacang-kacang misalnya tahu dan tempe).
c. Mineral
Pada prinsipnya semua mineral dapat terpenuhi dengan
makanan-makanan sehari-hari yaitu buah-buahan, sayur-sayuran dan
susu. Hanya zat besi yang tidak bias terpenuhi dengan makan sehari-
hari.
Kebutuhan akan besi pada pertengahan kedua kehamilan
kira-kira 17 mg/hari. Untuk memenuhi kebutuhan ini dibuituhkan
suplemen besi 30 mg sebagai ferosus, ferofumarat atau feroglukonat
perhari dan pada kehamilan kembar atau pda wanita yang sedikit
anemi di butuhkan 60-100 mg/hari. Kebutuhan kalsium umumnya
terpenuhi dengan minum susu.
1 liter susu sapi mengandung kira-kira 0,9 gram kalsium. Bila
ibu hamil tidak dapat minum susu, suplemen kalsium dapat
diberikan dengan dosis 1 gr/hari.
Pada umumnya dokter selalu mmberi suplemen mineral dan
vitamin prenatal untuk mencegah kemungkinan defisiensi.
22

d. Vitamin
Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makanan sayur
dan buah-buahan, tetapi dapat pula diberikan ekstra vkitamin.
Pemberian asam folat terbukti mencegah kecacatan pada bayi.
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada
kebutuhan untuk wanita tidak hamil. Kegunaan makanan tersebut
adalah :
1) Untuk pertumbuhan jani9n yang ada dalam kandungan
2) Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan badan ibu
sendiri.
3) Agar supaya luka-luka persalinan lekas sembuh dalam nifas
4) Guna mengadkan cadangan untuk masa laktasi.
Caranya :
a) Ibu harus makan teratur 3x sehari
b) Hidangan harus tersusun dari bahan makanan bergizi yang
terdiri dari makanan pokok, lauk-lauk, sayuran dan buah-
buahan dan diusahakan minum susu 1 gelas setiap hari.
c) Perguanakan aneka ragam makanan yang ada.
d) Pililah, berbagai macam bahan makanan yang segar.
Beberapa bahan makanan yang
dibutuhkan, bila kondisi badan si ibu terganggu, maka
jumlah atau besar makanan yang dapat di atur sebagai
berikut :
1) Pada trimester III
Makanan harus disesuaikan dengan
keadaan badan ibu. Bila ibu hamil mempunyai berat
badan kelebihan, maka makanan pokok dan tepung-
tepung dikurangi, dan memperbanyak sayur-sayuran
dan buah-buahan segar untuk menghindari sembelit.
23

3. Personal Hygiene
Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi
dianjurkan sedikitnya 2x sehari karena ibu hamil cenderung untuk
mengeluarkan banyak keringat. Menjaga kebersihan diri terutama
lipatan kulit (Ketiak, bawah buah dada, daerah genetalia) dengan cara
dibersihkan dengan air dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan mulut,
perlu mndapat perhatian karena sering sekali mudah terjadi gigi
berlubang, terutama pada ibu yang kekurangan kalsium. Rasa mual
selamam masa hamil dapat mengakibatkan perburukan hygiene, mulut
dan dapat menimbulkan caries gigi.
4. Pakaian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pakaian ibu
hamilo adalah memenuhi criteria berikut ini :
a. Pakaian harus longgar, bersih dan tidak ada ikatan yang ketat pada
daerah perut.
b. Bahan pakaian usahakan yang mudah menyerap keringat.
c. Pakailah bra yang menyokong payudara.
d. Memakai sepatu dengan hak yang rendah.
e. Pakaian dalam yang selalu bersih.
5. Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan
dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kecil.
Konstipasi terjadi karena adannya pengaruh hormone
progesterone ynag mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah
satunya otot usus. Selain itu desakan usus oleh pembesaran janin juga
menyebabkan bertambahnya konstipasi. Sedangkan pada trimester ke
III terjadi pembesaran janin yang juga menyebabkan desakan pada
kantong kemih, tindakan mengurangi asupan cairan untuk mengurangi
keluhan ini sangat tidak dianjurkan , karena akan menyebabkan
dehidrasi.
24

6. Seksual
Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan
sampai akhir kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat
sebaiknya tidak lagi berhubungan seks selama 14 hari menjelang
kelahiran. Koitus tidak dibenarkan bila terdapat perdarahan
pervaginam,riwayat abortus berulang, abortus/partus prematurus
imminens, ketuban pecah sebelum waktunya.
7. Mobilisasi
Ibu hamil boleh melakukan kegitan/aktifitas fisik biasa
selama terlalu melelahkan. Ibu hamil dapat dianjurkan untuk melakukan
pekerjaan rumah dengan dan secara berirama dengan menghindari
gerakan menyentak, sehingga mengurangi ketegangan pada tubbuh dan
menghindari kelelahan ketika menggunakan alat penyedot debu,
lakukan dengan berdiri tegak lurus, hindari memutarkan badan karena
dapat membebani sendi sakroiliaka dan linea alba. Beratnya pekerjaan
harus dikaji untuk mempertahankan postur tubuh yang baik-penyokong
yang tinggi dapat mencegah bungkuk dan kemungkinan nyeri
punggung. Ibu dapat dianjurkan untuk melakukan tugas dengan posisi
duduk lebih banyak dari pada berdiri. Ketika menyetrika, bila memilih
posisi berdiri, tingginya meja setrika harus memungkinkan kenyamanan
ibu untuk berdiri dan bergerak dari satu sisi kesisi lain secara ritmis.
8. Body Mekanik
Secara anatomi, ligamen sendi putar dapat meningkatkan
pelebaran/pembesaran rahim pada ruang abdomen. Nyeri pada ligamen
ini terjadi karena pelebaran dan tekanan pada ligamen karena adanya
pembesaran rahim nyeri pada ligamen ini merupakan suatu
ketidaknyaman pada ibu hamuil. Sikap tubuh yang perlu diperhatikan
oleh ibu hamil:
a) Duduk
Duduk adalah posisi yang lazim dipilih, sehingga postur
yang baik dan kenyamanannya penting. Ibu harus diingatkan untuk
25

duduk bersandar dikursi dengan benar, pastikan bahwa tulnag


belakangnya tersangga dengan baik. Bantal kecil atau gulungan
handuk dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Paha har
gulungan handuk dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Paha harus tertopangkuus tertopang kursi, kaki dalam posisi datar di
lantai. Bila perlu, kaki sedikit ditinggikan di atas bangku kecil bila
kaki andatidak dapattidak dapat menyentuh lantai dengan nyaman.
Kursi dengan sandaran tinggi akan menyokong kepala dan bahu serta
tungkai dapat relaksasi. Bila bangkit dari posisi duduk, otot
trasversus dan dasar panggul harus diaktivasi.
b) Berdiri
Aspek postur tegak yang baik harus didiskusikan. Ibu perlu
dianjurkan untuk berdiri dan berjalan tegak, dengan menggunakan
otot trasversus dan dasar panggul. Posisi kepala penting, kepala
harus dipertahankan tegak dengan dagu rata dan bahu turun relaks.
Dapat juga dianjurkan agar ibu membayangkan penarikan bajunya
dari atas sampai bawah untuk selalu berdiri tegak dan meluruskan
tulang belakang. Selain itu dapat diminta untuk mencoba
meregangkan antara pangkal paha dan iga untuk membuat ruang
lebih besar bagi bayi.
Gerakan ini akan memperkecil lengkung badan sehingga
mengurangi upaya otot yang digunakan selama berdiri. Untuk
mempertahankan keseimbangan yang baik, kaki harus diregangkan
dengan distribusi berat badan pada masing-masing kaki. Berdiri
diam terlalu lama dapat menyebabkan kelelahan dan ketegangan.
c) Berjalan
Ibu hamil penting untuk tidak memakai sepatu berhak tinggi
atau tanpa hak. Hindari juga sepatu bertumit runcing karena mudah
menghilangkan keseimbangan . bila memiliki anak balita, usahakan
supaya tingggi pegangan kereti pegangan keretanyaa sesuai untuk
ibu.
26

d) Tidur
Karena resiko hipotensi akibat berbaring telentang,
berbaring dapat harus dihindari setelah empat bulan kehamilan. Bila
ibu memilih berbaring telentang pada awal kehamilan, dengan
meletakkan bantal dibawah kedua paha akan memberi kenyamanan.
Sejalan bertambahnya usia kehamilan, biasanya ibu merasa makin
sulit mengambil posisi yang nyaman, karena peningkatan ukuran
tubuh dan berat badannya.
Penting bila ibu mengubah posisinya dan disokong dengan
baik yang memberi tekanan merata pada semua bagian tubuh dalam
rangka mendapatkan istirahat dan tidur serta mencegah peredangan.
Untuk posisi setengah duduk, ekstra beberapa bantal atau
penyanggah cukup dapat meninggikan kepala dan bahu atau satu
bantal dibawah paha akan mencegah peregangan punggun bawah
dan lutut.
Kebanyakan ibu menyukai posisi berbaring miring dengan
sanggaan dua bantal dibawah kepala dan satu di bawah lutut atas
serta paha untuk mencegah peregangan pada sendi sakroiliaka.
Sebuah bantal kecil atau gulungan handuk menambah rasa
nyaman bila diletakkan di bawah pinggang atau abdomen, terutama
bila alas tempat tidur tidak terbuat dari bahan yang tidak terlalu
keras.
Bila memilih posisi berbaring miring, tambahkan satu
bantal harus diberikan untuk menopong lengan atas. Nyeri dan
peregangan pada simfisis pubis dan sendi sakroiliaka dapat dikurangi
bila ibu menekuk lututnya keatas dan menambahnya bersama-sama
ketika berbalik di tempat tidur.
e) Bangun dan Baring
Untuk bangun dari tempat ridur, geser dulu tubuh ibu
ketempat tidur, kemudian tekut lutut. Angkat tubuh ibu perlahan
dengan kedua tangan, putar tubuh lalu pelahan diturunkan kaki ibu.
27

Diamlah dulu dalam posisi duduk beberapa saat sebelum berdiri.


Lakukan stiap kali ibu bangun dari berbaring.
f) Membungkuk dan Mengangkat
Mengangkat benda yang berat dan sulit harus, kapanpun
memungkinkan, dihindari selama hamil. Ketika harus mengangkat,
misalnya mengngendong anak balita, kaki harus diregangkan satu
kaki di depan kaki yang lain pangkal paha dan lutut menekuk dengan
punggung serta otot transversus dikencangkan . Kecuali otot paha
sangat kuat, otot ini menempatkan terlalu banyak regangan pada
sendi lutut bila ibu dianjurkan untuk menekuk kedua lutut seluas
mungkin. Barang yang akan di angkat perlu di pegang sedekat
mungklin dan di tengah tubuh, dan lengan serta tungkai digunakan
untuk mengangkat.
9. Istirahat
Wanita hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang
teratur khususnya seiring kemajuan kehamilannya. Jadwal istirahat dan
tidur perlu diperhatikan dengan baik, karena istirahat dan tidur yang
teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk
kepentingan perkembangan dan pertumbuhan janin.
Tidur pada malam hari selama kurang lebih delapan jam
dan istirahat dalam keadaan rileks pada siang hari selama satu jam.
10. Imunisasi
Imunisasi selama kehamilan sangat penting dilakukan untuk
mencegah penyakit yang dapat menyebabkan kematian ibu dan janin.
Jenis imunisasi yang diberikan adalah tetanus toxoid (TT) yang dapat
mencagah penyakit tetanus. Imunisasi TT pada ibu hamil harus terlebih
dahulu ditentukan status kekebalan/imunisasinya. Bumil yang belum
pernah mendapatkan imunisasi maka statusnya T0, jika telah
mnedapatkan interval minimal 4 minggu atau pada masa balitanya telah
memperoleh imunistasi DPT sampai 3 kali maka statusnya adalah T2,
bila telah mendapat dosis TT yang ke-3 (interval minimal dari dosis ke-
28

2) maka statusnya T3, status T4 didapat bila telah mendapatkan 4 dosis


(interval minimal 1 tahun dari dosis ke-3) dan status T5 didaptkan bila
5 dosis telah didapat (Interval minimal 1 tahun dari dosis ke-4).
Selama kehamilan bila ibu hamil statusnya T0 maka
hendaknya mendapatkan minimal 2 dosis (TT1 TT2 dengan interval 4
minggu dan bila memungkinkan untuk mendapatkan TT 3 sesudah 6
bulan berikutnya). Ibu hamil dengan T1 diharapkan mendapatkan
suntikan TT2 dan bila memungkinkan juga diberikan TT3 dengan
interval 6 bulan (bukan 4 mingg/ 1 bulan). Bagi bumil dengan status T2
maka bisa diberikan 1 kali suntikan bila interval suntikan sebelumnya
lebih dari 6 bulan. Bila statusnya T3 maka suntikan selama hamil cukup
sekali dengan jarak minimal 1 tahun dari suntikan sebelumya.
Ibu hamil dengan status T4 pun dapat diberikan sekali
suntikan (TT5) bila suntikan terakhir tlah lebih dari setahun dan bagi
ibu hamil dengan status T5 tidak perlu disuntik TT karena telah
mendapatkan kekebalan seumur hidup (25 tahun)
Walaupun tidak hamil maka bila wanita usia subur belum
mencapai sttus T5 diharapkan dosis T hingga tercapai status T5 dengan
interval yang ditentukan.
Hal ini penting untuk mencegah terjadinya tetanus pada
bayi yang dan akan dilahirkan dan keuntungan bagi wanita untuk
mendapatkan kekebalan aktif terhadap tetanus Long Card (LLC).
11. Traveling
Meskipun dalam keadaan hamil, ibu masih membutuhkan
reaksi untuk menyegarkan pikiran dan perasaan, misalnya dengan
mengunjungi objek wisata atau pergi keluar kota.
Hal-hal yang dianjurkan apabila ibu hamil bepergian adalah
sebagai berikut :
a. Hindari pergi kesuatu tempat yang ramai, sesak dan panas, serta
berdiri terlalu lama ditempat itu karena akan dapat menimbulkan
sesak nafas sampai akhirnya jatuh pinsang.
29

b. Apabila bepergian selama kehamilan, maka duduk dalam jangka


waktu lama harus dihindari karena dapat menyebabkan peningkatan
resiko bekuan darah vena dalam dan tromboflebitis selama
kehamilan.
c. Wanita hamil dapat mengendarai mobil maksimal 6 jam dalam
sehari dan harus berhennti selama 2 jam lalu berjalan selama 10
menit.
d. Sabuk pengaman sebaiknya selalu dipakai, sabuk tersebut tidak
diletakkan dibawah perut ketika kehamilan sudah besar.
12. Persiapan Laktasi
Payudara merupakan aset yang penting sebagai persiapan
menyambut kelahiran sang bayi dalam proses menyusui. Bebrapa hal
yang harus diperhatikan dalam perawatan payudara adalah sebagai
berikut :
a. Hindari pemakaian bra dengan ukuran yang terlalu ketat dan yang
menggunakan busa, karena akan menyangga penyerapan keringat
payudara.
b. Gunakan bra dengan bentuk yang menyangga payudara.
c. Hindarai membersihkan puting dengan sabun mandi karena akan
menyebabkan iritasi. Bersihkan [puting susu dengan minyak kelapa
lalu bilas dengan air hangat.
d. Jika ditemukan pengeluaran cairan yang berwarna kekuningan dari
payudara berarti produksi ASI sudah dimulai
13. Persiapan Persalinan dan Kelahiran Bayi
Rencana persalinan adalaah rencana yang dibuat oleh ibu,
anggota keluarga dan bidan. Rencana ini tidak harus dalam bentuk
tertulis, namun dalam bentuk diskusi untuk memastikan bahwa ibu
dapat menerima asuhan yang diperlukan. Dengan adanya rencana
persalinan akan mengurangi kebingungan dan kekacauan pada saat
persalinan dan meningkat kemungkinan bahwa ibu akan menerima
asuhan yang sesuai tepat waktu.
30

Ada 5 komponen penting dalam rencana persalinan, antara


lain:
a. Membuat Rencana Persalinan
Idealnya setiap keluarga harus mempunyai kesempatan
untuk membuat suatu rencana persalinan. Berikut ini hal-hal yang
harus digali dan diputuskan dalam membuat rencana persalinan,
antara lain :
1) Memilih tempat persalinan
2) Memilih tenaga terlatih
3) Bagaimana menghubungi tenaga kesehatan tersebut
4) Bagaimana transportasi ke tempat persalinan
5) Siapa yang akan menemani pada saat persalinan
6) Berapa banyak biaya yang di butuhkan dan bagaimana cara
mengumpulkan biaya tersebut
7) Siapa yang menjaga keluarga bila ibu tidak ada
b. Membuat rencana untuk pengambilan keputusan jika terjadi
kegawatdaruratan pada saat pengambilan keputusan utama tidak ada.
Penting bagi bidan dan keluarga untuk mendiskusikan
1) Siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga.
2) Siapa yang akan membuat keputusan jika pembuat keputusan
utama tidak ada saat terjadi kegawatdaruratan.
c. Mempersiapkan sistem transportasi jika terjadi kegawatdaruratan
Banyak ibu meninggal karena mengalami komplikasi
yang serius selama hamil, persalinan atau post partum dan tidak
mempunyai jangkauan transportasi yang dapat membawa mereka ke
tingkat asuhan yang dapat memberikan asuhan yang kompeten untuk
masalah mereka. Setiap keluarga seharusnya mempunyai rencana
transportasi untuk ibu jika ia mengalami komplikasi dan perlu segera
dirujuk ke tingkat asuhan yang lebih tinggi. Rencana ini perlu
dipersiapkan lebih di dalam kehamilan dan harus terdiri dari elemen-
elemen dibawah ini :
31

1) Dimana ibu akan bersalin (RS, bidan, polindes atau puskesmas).


2) Bagaimana cara menjangkau tingkat asuhan yang lebih lanjut
jika terjadi kegawatdaruratan.
3) Ke fasilitas kesehatan yang mana ibu tersebut harus di rujuk.
4) Bagaimana cara mendapatkan dana jika terjadi
kegawatdaruratan.
5) Bagaimana cara mencari donor darah yang potensial
d. Membuat Rencana atau Pola Menabung
Keluarganya seharusnya dianjurkan untuk menabung
sejumlah uang sehingga dana akan tersedia untuk asuhan selama
kehamilan dan jika terjadi kegawatdaruratan. Banyak sekali kasus,
dimana ibu tidak mencari asuhan atau mendapatkan asuhan karena
mereka tidak mempunyai dana yang diperlukan.
e. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk persalinan
Seorang ibu dapat mempersiapkan segala sesuatunya untuk
persalinan. Ia dan keluarganya dapat mengumpulkan barang-barang
seperti pembalut wanita atau kain, sabun dan seprei dan
menyimpannya untuk persiapan persalinan.
14. Memantau Kesejahteraan Janin
Jika pemeliharaan janin dalam rahim secara tradisional
dilakukan dengan usaha yang bersifat turun temurun dan sesuai dengan
adat kebiasaan masyarakat, maka kini telah dikembangkan alat-alat
canggih untuk melakukan pemeriksaan kesejahteraan janin dalam
rahim.
Untuk melakukan penilaian terhadap kesejahteraan janin
dan rahim bisa menggunakan stetoskop laener, untuk mendengarkan
den yut jantung secara manual (Auskultasi). Pemantauan kesejahteraan
janin yang dapat dilakukan oleh ibu hamil adalah dengan menggunakan
kartu “fetalmovement” setiap pergerakan janin yang dirasakan.
Pemantauan pergerakan janin minimal dilakukan selama 12
jam, misalnya ibu hamil setiap merasakan gerakan janin mencatat
32

dengan tanda tally pada kartu pergerakan janin, dalam 12 jam


pemantauan, contohnya dari pukul 08.00 sampai pukul 22.00.
selanjutnya keseluruhan pergerakan janin selama 12 jam adalah
minimal 10 kali gerakan janin yang dirasakan oleh ibu hamil.
15. Ketidaknyamanan dan Cara Mengatasinya
Dalam proses kehamilan terjadi perubahan sistem dalam
tubuh ibu yang semuanya membutuhkan suatu adaptasi,baik fisik
maupun psikologis. Dalam proses adaptasi tersebut tidak jarang ibu
akan mengalami ketidaknyamanan yang meskipun hal ini adalah
fisiologis namun tetap perlu diberikan suatu pencegahan dan perawatan.
(Suryani Romauli, 2011, Hal : 134-149).
Tabel 1.1 Ketidaknyamanan Masa Hamil dan Cara
Mengatasinya

No Ketidaknyamanan Cara Mengatasi

a. Kurang asupan karbohidrat murni


dan makanan yang mengandung
1 Sering buang air kecil.
gula
Trimester I dan III
b. Batasi minum kopi, the dan soda
a. Gunakan Emolien topikal atau
antipruritik jika ada indikasinya
2 Striae gravidarum.
b. Gunakan baju longgar yang dapat
Tampak jelas pada
menopang payudara dan abdomen
bulan ke 6-7

a. Makan makanan yang berserat,


buah dan sayuran serta banyak
minum air putih dan sari buah
b. Lakukan senam hamil untuk
mengatasi hameroid
3 Hemoroid. Timbul
c. Jika hameroid menonjol keluar,
trimester II dan III
oleskan lotion witch hazel
33

a. Istirahat yang cukup, minimal 2


jam pada siang hari.
4 Kelelahan pada
trimester I b. Lakukan teknik relaksasi

a. Tingkatkan kebersihan dengan


mandi tiap hari
b. Memakai pakaian dalam dari
5 Keputihan Terjadi di bahan katun dan mudah menyerap
trimester I, II dan III c. Tingkatkan daya tahan tubuh
dengan makan buah dan sayur
Keringkat bertambah. a. Pakailah pakaian yang tipis dan
Secara perlahan terus longgar
6
meningkat sampai akhir b. Tingkatkan asupan cairan
kehamilan c. Mandi secara teratur

a. Minum 3 liter cairan tiap hari


terutama air putih atau sari buah
b. Makan makanan yang kaya serat
dan juga vitamin C.
c. Lakukan senam hamil
7 Sembelit.
d. Membiasakan BAB secara teratur
Trimester II dan III

a. Rendam kaki dengan air yang


telah diberi minyak esensial siprus
Kram pada kaki.
b. Kurangi konsumsi susu
8 Setelah usia kehamilan (Kandungan Fosfatnya Tinggi).
24 minggu c. Latihan dorso fleksi pada kaki

a. Tidak perlu dikhawatirkan selama


diet memenuhi kebutuhannya
b. Jelaskan tentang bahaya makanan
34

yang tidak bisa diterima,


mencakup gizi yang diperlukan
9 Mengidam.
serta memuaskan rasa mengidam
Trimester I atau kesukaan menurut kultur

a. Jelaskan penyebab fisiologisnya


b. Merentangkan tangan diatas
Napas sesak.
kepala serta menarik nafas
10 Trimester II dan III panjang
c. Mendorong postur tubuh yang
baik

a. Berikan penjelasan
11 Nyeri ligamentum
mengenaipenyebab nyeri
rotundum.
b. Tekuk lutut ke arah abdomen
Trimester II dan III c. Mandi air hangat
d. Gunakan sebuah bantal untuk
menopang uterus dan bantal
lainnya letakkan di antara lutut
sewaktu dalam posisi berbaring
miring
Panas perut. a. Makan sedikit-sedikit tetapi sering
Mulai bertambah sejak b. Hindari makan berlemak dan
trimester II dan berbumbu tajam
12 bertambah semakin c. Hindari berbaring setelah makan
lamanya kehamilan. d. Hindari minum air putih saat
Hilang pada waktu makan
persalinan e. Tidur dengan kaki ditinggikan

Perut kembung. a. Hindari makan yang mengandung


gas
13 Trimester II dan III
b. Mengunyah makanan secara
35

teratur
c. Lakukan senam secara teratur
Pusing/ sakit kepala. a. Bangun secara perlahan dari
posisi istirahat
14 Trimester II dan III
b. Hindari berbaring, posisi
terlentang
a. Makan sedikit tetapi sering
b. Hindari makanan berlemak dan
Mual dan muntah.
goreng-gorengan
15 Trimester I c. Minum supplement vitamin B6
dan zat besi juga khrom
Sakit punggung atas a. Posisi/ sikap tubuh yang baik
dan bawah. selama melakukan aktifitas
b. Hindari mengangkat barang berat
Trimester II dan III
16 c. Gunakan bantal ketika tidur untuk
meluruskan punggung

a. Istirahat dengan menaikkan kaki


setinggi mungkin untuk
Varises pada kaki.
membalikkan efek gravitasi
17 Trimester II dan III b. Jaga agar kaki tidak bersilanagan
c. Hindari berdiri atau duduk terlalu
lama
(Suryani Romauli, 2011, Hal : 149-151)
36

16. Kunjungan Ulang


Setiap kali kunjungan antenatal yang dilakukan setelah
kunjungan antenatal pertama sampai memasuki persalinan.
Pada kunjungan pertama, wanita hamil akan senang bira
diberitahu jadwal kunjungan berikutnya. Pada umumnya kunjungan
ulang dijadwalkan tiap 4 minggu sampai umur kehamilan 28 minggu.
Selanjutnya tiap 2 minggu sampai umur kehamilan 36 minggu dan
seterusnya tiap minggu sampai bersalin. Jadwal ini tidaklah kaku dan
penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa ANC sebanyak 4 kali
selama kehamilan dengan distribusi yang merata memberikan
pregnancy outcome yang baik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
a) Dari pihak ibu :
1) Tekanan Darah
2) Berat Badan
3) Gejalah/tanda-tanda seperti sakit kepala, perubahan, muntah,
perdarahan, disuria, air ketuban pecah, dan lain-lain.
a) Tinggi Fundus
b) Keadaan Serviks
c) Ukuran Pelvis
b) Dari pihak janin:
1) DJJ
2) Ukuran Janin (TBJ, Taksiran Berat Janin)
3) Letak dan Presentase, Engagenent (Masuknya Kepala)
4) Aktivitas
5) Kembar atau Tunggal
c) Laboratorium
1) Hemoglobin dan Hematokrit
2) STS pada Trimester III di ulang
3) Kultur untuk gonokokus
4) Protein dalam urine bila diperlukan
37

17. Pekerjaan
Seorang wanita hamil boleh mengerjakan pekerjaan sehari-
hari asal hal tersebut tidak memberikan gangguan rasa tidak enak. Bagi
wanita pekerja, ia boleh tetap masuk kantor sampai menjelang partus.
Pekerjaan jangan dipaksakan sehingga istirahat yang cukup selama
kurang lebih 8 jam sehari.
Pada keadaan tertentu seperti partus prematurus imminens,
ketuban pecah, menderita kelainan jantung, aktivitas sehari-hari harus
dibatasi. Bila sedang bepergian, ia tidak boleh duduk terus menerus
selama 1-2 jam, melainkan harus selang-seling dengan berdiri dan
berjalan. Senam hamil sebaiknya dianjurkan untuk dilaksanakan baik
secara kelompok maupun individu.

18. Tanda Bahaya Dalam Kehamilan


Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan
diantisipasi dalam kehamilan lanjut, adalah :
a. Perdarahan pervaginam
b. Sakit kepala yang hebat
c. Penglihatan kabur
d. Bengkak pada muka dan jari tangan
e. Keluar cairan pervaginam
f. Gerakan janin tidak terasa.
Selama pemeriksaan antenatal, ibu mungkin akan
memberitahukan jika ia mengalami tanda-tanda bahaya tersebut atau
dapat terdeteksi oleh bidan. Penting bagi bidan untuk memeriksa
tanda-tanda bahaya tersebut pada setiap kunjungan. Jika bidan
menemukan suatu bahaya ini, maka tindakan selanjutnya adalah
melaksanakan semua kemungkinan untuk membuat suatu assesmen/
diagnosis dan membuat rencana penatalaksanaan yang sesuai.
(Suryani Romauli, 2011, Hal : 134-153).
38

4. Keadaan patologis yang biasa terjadi pada kehamilan Trimester III


a. Diare : dapat dikurangi atau dicegah dengan cairan pengganti, hindari
makanan berserat tinggi, makan apa yang ibu ingin makan disilahkan
selama makanan tersebut tidak berbahaya bagi kesehatan, kurangi
makan terlalu pedes.
b. Edema dependen : dapat dikurangi atau dicegah dengan hindari posisi
berbaring, hindari posisi tegak untuk waktu lama, masa istirahat dalam
posisi terlentang samping kiri dengan kaki agak diangkat, angkat kaki
ketika duduk atau istirahat, latihan kaki ditekuk, hindari kaos kaki
ketat
c. Nocturia : dapat dikurangi atau dicegah dengan penjelasan tentang
sebab-sebabnya, kosongkan saat terasa dorongan untuk BAK,
perbanyak minum pada siang hari, jangan kurangi minum pada malam
hari kecuali sangat mengganggu
d. Gatal-gatal : dapat dikurangi atau dicegah dengan gunakan kompres,
mandi siram air jeruk, gunakan cara mandi oatmeal, berendam dengan
air hangat atau mandi siram
e. Hemoroid : dapat dikurangi atau dicegah dengan hindari konstipasi,
gunakan kompres panas dan dingin, mandi citz, dengan perlahan
masukkan kembali ke rectum seperlunya
f. Keputihan : dapat dikurangi atau dicegah dengan ibu sering mengganti
celana dalam dan gunakan dari bahan dan menyerap keringat
g. Keringat bertambah : karena meningkatnya metabolisme tubuh ada
ibu hamil, maka wanita hamil sering mengeluarkan keringat
berlebihan bahkan kurang sedap, ibu yang mengalami hal tersebut
dianjurkan untuk sering mandi dan menggunakan pakaian yang
menyerap keringat
h. Konstipasi : dapat dikurangi atau dicegah dengan tingkatkan intake
cairan dan serat didalam diet, minum cairan dingin, istirahat cukup,
senam, buang air teratur, BAB setelah ada dorongan
39

i. Mati rasa dan geli pada jari tangan dan kaki : dapat dikurangi atau
dicegah dengan jelaskan kemungkinan penyebab, perhatikan postur
tubuh yang benar, rebahkan diri
j. Nyeri ligamentum bundar : dapat dikurangi atau dicegah dengan tekuk
lutut ke arah abdomen, mandi air hangat, kaki bantalan pemanas pada
daerah yang sakit, topang uterus dengan bantal dibawahnya
k. Panas dalam : dapat dikurangi atau dicegah dengan makan sedikit tapi
sering, hindari makanan berlemak, kunyah permen karet
l. Perut kembung : dapat dikurangi atau dicegah dengan hindari
makanan yang menghasilkan gas, mengunyah secara sempurna, senam
secara teratur, pertahankan kebiasaan BAB
m. Pusing : dapat dikurangi atau dicegah dengan bangun perlahan,
hindari berdiri terlalu lama, hindari berbaring dalam posisi supine
n. Sakit kepala : dapat dikurangi atau dicegah dengan biofeedback,
teknik relaksasi, memasase leher dan otot bahu, penggunaan
bungkusan panas atau es ke leher, istirahat, mandi air hangat
o. Sakit punggung atas dan bawah : dapat dikurangi atau dicegah dengan
gunakan mekanisme tubuh yang baik untuk mengangkat benda,
gunakan BH yang pas dan menopang, berlatih dengan mengangkat
panggul, hindari dengan menggunakan sepatu berhak tinggi, gunakan
kasur keras untuk tidur, gunakan bantal untuk meluruskan punggung
p. Varicositas pada kaki / vulva : dapat dikurangi atau dicegah dengan
meninggikan kaki, berbaring pada posisi tegak lurus, kaki tidak
bersilangan, hindari duduk atau berdiri terlalu lama, istirahat dalam
posisi berbaring miring ke kiri, sena, hindari pakaian ketat
( Ai Yeyeh Rukiah, S.Si.T, MKM, 2013, Hal :135-139 )

5. Pengkajian
1) Anamnesa
a) Identitas
b) Riwayat menstruasi
40

c) Riwayat kehamilan yang lalu


d) Riwayat kehamilan ini
e) Riwayat kontrasepsi
f) Riwayat penyakit sistemik
g) Riwayat operasi
h) Riwayat penyakit keluarga
i) Riwayat kebiasaan
2) Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan fisik umum : tinggi badan, berat badan, tanda-tanda
vital ( TD, N, S, P )
b) Kepala dan leher : edema diwajah, ikterus pada mata, bibir pucat,
leher meliputi pembengkakan saluran limfe atau pembengkakan
kelenjar tyroid
c) Payudara : ukuran, simetris : puting payudara ; menonjol / masuk ;
keluarnya kolostrum atau cairan lain; retrasi, massa, nodul axilla
d) Abdomen : luka bekas operasi, tinggi fundu uteri ( jika > 12
minggu ), letak, presentasi, posisi dan penurunan kepala (
kalau > 36 minggu ), mendengar DDJ ( bila kehamilan > 18
minggu )
e) Tangan dan kaki : edema dijari tangan, kuku jari pucat, varices
vena, refleks )
f) Genetalia luar ( ekterna ) : varices, perdarahan, luka, cairan yang
keluar, kelenjar bartholin : bengkak ( massa ), cairan yang keluar
g) Genetalia dalam ( interna ) : serviks meliputi cairan yang keluar,
luka ( lesi ), kelunakan, posisi mobilisasi, tertutup atau membuka,
vagina meliputi cairan yang keluar, luka, darah, ukuran adneksa,
bentuk, posisi, mobilitas, kelunakan, masa.
( Ai Yeyeh Rukiah, S.Si.T, MKM, 2013, Hal : 148-149 )
41

3) Pemerikasaan Laboratorium
Jenis tes tersebut yang paling penting yang dapat dipakai
untuk menilai adanya masalah pada ibu hamil dan jika tertangani
maka akan mencegah kematian dan kesakitan pada ibu dan anak. Tes
lain berguna hanya jika ada indikasi perlunya tes tersebut :
Haemoglobin, Protein Urin, Glukosa Dalam Urin, VDRL/RPL, Faktor
Rhesus, Golongan Darah, Human Immunodeficiency Virus ( HIV ),
rubela, tinja untuk Ova / telur cacing dan parasit.

Tabel Pemeriksaan Laboratorium Dan Nilainya :

Diagnosa /
Tes Nilai Nilai Tidak
Masalah
Laboratorium Normal Normal
Yang Terikat

Haemoglobin 10,5 – 14,0 < 10,5 Anemia

Terlacak/
Protein urine >atau = 2 Protein urine
negatif
dipstick + keruh ( mungkin ada
Bening /
merebus ( pos ) infeksi PHI )
negatif
Glukosa dalam
urin Diabetes
benedict’s
VDRL / KPR
tes
pemeriksaan Negatif Positif Sypilis
Sypilis
pertama
RH
Faktor Rhesus RH+ RH -
sensitization
42

Ketidak
Gol. darah A B O AB - cocokan
ABO

HIV + AIDS

Anomi pada
janin jika ibu
Rubela Positif Negatif
mengalami
infeksi
Anemia akibat
Tinja Ova /
cacing
telur cacing Negatif Positif
( cacing
dan parasit
tambang )
( Ai Yeyeh Rukiah, S.Si.T, MKM, 2013, Hal :149-150

4) Persiapan
5) Memberi konseling
6) Menjadwalkan kunjungan ulang
Bersama-sama dengan ibu hamil bidan melakukan diskusi
sehubungan dengan hasil dan rencana tindakan yang sudah dilakukan,
kemudian bidan menyarankan kepada ibu untuk melakukan rencana
kunjungan, jika mengikuti standar kunjungan bahwa ibu dapat
melakukan kunjungan minimal 4 kali selama kehamilannya sehingga
jika ibu datang pada kunjungan awal ini pada trimester pertama,
sehingga ibu dijadwalkan kunjungan ulang pada umur kehamilan
trimester kedua satu kali dan trimester ketiga dua kali, jika ibu ingin
melakukan kunjungan ideal, maka ibu dianjurkan untuk melakukan
kunjungan setiap bulan pada umur kehamilan trimester pertama,
setelah umur kehamilan 28 minggu, maka ibu datang 2 minggu satu
kali dan setelah umur kehamilan diatas 36 minggu datang seminggu
satu kali sampai umur kehamilan 40 minggu.
43

Jika ibu mendapatkan satu atau beberapa tanda bahaya


dibawah ini, ibu diharapkan datang berkunjung walau belum
waktunya melakukan kunjungan.
Disamping menentramkan kecemasan pasien dengan
memberitahukan bahwa dokter dan rumah sakit dapat dihubungi
sewaktu-waktu tanpa perjanjian jika merasa khawatir, pasien juga
diinformasikan agar segera memberitahukan dokter atau rumah sakit
jika menemukan tanda-tanda berikut ini pada stadium selama
kehamilannya : setiap perdarahan dari vagina, pengeluaran cairan (
yang baunya berbeda dengan bau urin ) dari vagina, setiap rasa nyeri
yang hebat didaerah perut, setiap nyeri perut yang nyata atau nyeri
seperti mau haid, suhu tubuh yang tinggi, demam, menggigil, vomitus
yang berlebihan ( sehingga tidak kemasukan makanan ), sakit kepala
yang hebat didaerah frontal ( dahi ), penglihatan yang kabur, urin yang
keluar sedikit ( selama beberapa jam ), kesulitan atau rasa sakit ketika
buang air kecil, pembengkakan pada tangan, kaki, dan muka.
Yang dimaksud dengan kunjungan ulang adalah kontak ibu
hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan seterusnya untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar antenatal
selama satu periode kehamilan berlangsung ( PWS KIA ).

( Ai Yeyeh Rukiah, S.Si.T, MKM, 2013, Hal :175-176 )

7) Dokumentasi
a) Model-model dokumentasi kebidanan
Pendokumentasian merupakan hal yang tidak terpisahkan
dari asuhan yang diberikan oleh . Ada berbagai macam model
pendokumentasian yang dipergunakan oleh fasilitas-fasilitas
kesehatan, salah satunya ialah POR ( Problem Oriented Record )
yang merupakan pendokumentasian yang berdasarkan masalah.
Model pendokumentasian berhubungan dengan teknik
pendokumentasian, dimana model pendokumentasian merupakan
44

penerapan pengaplikasian dari teknik pendokumentasian. POR


memiliki komponen, keuntungan dan kerugian yang berbeda
dibandingkan dengan model POR, tenaga kesehatan dapat dengan
mudah mengidentifikasi dan menyajikan data yang diperlukan.
Setelah perkuliahan, diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan
tentang pengertian, komponen dan kerugian dan keuntungan.
b) Explanation
POR merupakan salah satu model yang
mendokumentasikan, yang berorientasi pada masalah. Model ini
memusatkan data tentang klien, didokumentasian dan disusun
menurut masalah klien. System dokumentasian jenis ini
mengintegrasikan semua data mengenai masalah yang
dikumpulkan oleh dokter, perawat atau tenaga kesehatan lain yang
terlibat dalam pemberian layanan kepada klien.
c) Model dokumentasi
(a) Data dasar
Data dasar berisi semua informasi subyektif dan
obyektif yang telah dikaji dari klien ketika pertama kali masuk
kerumah sakit. Data dasar mencakup pengkajian, riwayat
penyakit/kesehatan, pemeriksaan fisik, pengkajian ahli gizi dan
hasil laboratorium. Data dasar yang telah terkumpul,
selanjutnya digunakan sebagai sarana mengidetifikasi masalah
klien dan sebagai dasar dari masalah klien.
(b) Daftar masalah
Daftar masalah berisi tentang masalah yang telah
teridentifikasi, dipisahkan berdasarkan prioritas dari data dasar.
Selanjutnya masalah disusun secara kronologis sesuai tanggal
identifikasi masalah. Daftar masalah ditulis pertama kali oleh
tenaga kesehatan yang pertama bertemu dengan klien atau
orang yang diberi tanggung jawab. Daftar masalah ini berada
pada bagian depan status klien dan tiap masalah diberi tanggal,
45

nomor, dirumuskan dan dicantumkan nama orang yang


menemukan masalah tersebut.
Daftar masalah ini dapat berupa asuhan keperawatan
atau berupa diagnose medis. Masalah kesehatan yang bersifat
sementara dan perubahan emosional dapat dimasukkan dalam
daftar ini.
(c) Daftar awal rencana asuhan
Rencana asuhan ditulis oleh tenaga kesehatan yang
menyusun daftar masalah. Dokter menulis instruksinya,
perawat menulis instruksi keperawatan atau rencana
keperawatan dan bidan menulis asuhan kebidanan.
Perencanaan awal terdiri dari tiga bagian :
(1) Diagnostic dokter mengidentifikasi apa pengkajian
diagnostic yang perlu dilakukan terlebih dahulu.
Menetapkan prioritas untuk mencegah duplikasi tindakan
dan memindah pemenuhan kebutuhan klien. Koordinasi
pemeriksaan untuk menegakkan diagnostic sangat penting
(2) Usulan terapi dokter menginstruksikan terapi khusus
berdasarkan masalah. Termasuk pengobatan, kegiatan
yang tidak boleh dilakukan penanganan secara khusus,
observasi yang harus dilakukan. Jika masalah awal
diagnose keperawatan, perawat dapat menyusun urutan
usulan tindakan asuhan keperawatan.
(3) Pendidikan klien diidentifikasi kebutuhan pendidikan
klien bertujuan jangka panjang. Team kesehatan
mengidentifikasi jenis informasi atau keterampilan yang
diperlukan oleh klien untuk beradaptasi terhadap masalah
yang berkaitan dengan kesehatan.
46

(d) Catatan perkembangan ( progress note )


Program note berisikan perkembangan/kemajuan dari tiap-
tiap masalah yang telah dilakukan tindakan :dan disusun oleh
semua anggota yang terlibat dengan menambahkan catatan
perkembangan pada lembar yang sama. Beberapa acuan
progress note yang dapat dipergunakan antara lain :
SOAP ( Subyektif data, Obyektif data, Analisa /
Assesmentdan Plan )
SOAP (SOAP ditambah Inrevensi, Evaluasi Revisi )
PIE ( Problem - Intevensi - Evaluasi )
Catatan perkembangan biasanya ditulis dalam tiga bentuk
yaitu :
(1) Flow sheet yang berisi observasi dan intervensi yang
dilakukan
(2) Catatan perawat atau catatan yang teringtegrasi yang dapat
mengevaluasi status klien dan perkembangan hasil yang
diharapkan
(3) Catatan yang dapat memfasilitasi tindak lanjut dari
intervensi yang telah dilakukan baik perawatan maupun
medis.
Keuntungan POR :
(1) Fokus catatan asuhan lebih menekankan pada masalah
klien dan proses penyelesaian masalah dari pada tugas
dokumntasi
(2) Pencatatat tentang kontinuitas dari asuhan
keperawatan
(3) Evaluasi dan penyelesaian masalah secara jelas
dicatat. Data disusun berdasarkan masalah yang
spesifik
(4) Daftar masalah merupakan“ Checklist: untuk
diagnose keperawatan dan untuk masalah klien.
47

Daftar masalah tersebut membantu mengingatkan


perawat untuk suatu perhatian
(5) Data yang perlu diintervensi dijabarkan dalam
rencana tindakan keperawatan.

Kerugian POR : Penekanan pada hanya berdasarkan


amalah, penyakit dan ketidakmampuan dapat
mengakibatkan pada pendekatan pengobatan yang
negatif ; kemungkinan adanya kesulitan jika daftar
masalah belum dilakukan tindakan atau timbulnya
masalah yang baru; Dapat menimbulkan kebingungan
jika setiap hal harus masuk dalam daftar masalah.

SOAPIER dapat menimbulkan pengulangan yang


tidak perlu, jika sering adanya target evaluasi dan
tujuan perkembang klien sangat lambat; Perawatan
yang rutin mungkin diabaikan dalam pencatatan jika
flowsheet untuk pencatatan tidak tersedia; P ( dalam
SOAP ) mungkin terjadi duplikasi dengan rencana
tindakan keperawatan.

d) Tinjauan asuhan kebidanan


Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan
pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-
penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang
logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan
yang utuh dan menyeluruh dari badan kepada kliennya, yang
merupakan suatu proses manajemen kebidanan yang di
selenggarakan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas
melalui tahapan dan langkah-langkah yang disusun secara
48

sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan


yang benar sesuai dengan keputusan tindakan klinik yang
dilakukan dengan cepat.

Tujuh langka manajemen kebidanan menurut varney :


Langkah pertama ( pengumpulan data dasar ) : Pada
langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk
mengevaluasi keadaan klien secara lengkap yaitu :
a. Riwayat kesehatan
b. Pemeriksaan fisik sesuai kebutuhannya
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya
dngan hasil study

Langkah kedua ( intervensi data dasar ) : Langkah kedua


adalah menetapkan diagnosis atau masalah berdasarkan
penafsiran data dasar yang telah dikumpulkan. Diagnosis pada
dasr sangat relevan dengan daya objektif, sedangkan untuk
masalah lebih cenderung subjektifitas/respon klien terhadap
tindakan yang akan dan atau yang telah dilakukan karena
belum tentu setiap individu merasakan masalah yang sama
dalam kondisi/menerima diagnosis yang sama.

Langkah ketiga ( mengidentifikasi diagnosa atau masalah


potensial ) : Langkah ketiga mengidentifikasi diagnosis atau
masalah potensial berdasarkan diagnosa mengantisipasi
penanganannya atau masalah yang telah ditetapkan ( pada
langkah kedua ). Dengan perkataan identik dengan komplikasi
dan tak dapat dipungkiri bahwa senormal apapun setiap
diagnosis atau masalah yang telah ditegakkan mempunyai
49

kecenderungan munculnya diagnosis atau masalah baru


( diagnosis kebidanan yang telah ditegakkan tidak menutupi
kemungkinan akan terjadinya komplikasi ).

Langkah keempat ( identifikasi kebutuhan yang


memerlukan penangan segera ): Langkah keempat bertujuan
menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, untuk
melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
berdasarkan kondisi klien. Mengidentifikasi perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien. Pada langkah ini data baru
mungkin juga dapat dikumpulkan dan dievaluasi,
kemungkinan dapat ditentukan tindakan yang akan
dilaksanakan berikutnya, antara lain :
a. Tindakan oleh bidan
Dalam hal ini bidan harus bertindak segera untuk
menyelamatkan jiwa ibu, selama tindakan tersebut masih
merupakan wewenang bidan dan bidan mampu
melakukannya.
b. Konsultasi
Dalam melaksanakan manajemen kebidana dapat
mengkonsultasikan klien kepada dokter atau tim medis
lainnya sesuai dengan kebutuhan klien.
c. Kolaborasi
Dalam keadaan gawat, bidan dapat bekerjasama dengan
dokter tersebut dalam melakukan tindakan terhadap klien
dimana klien memerlukan penanganan yang bukan
wewenang seorang bidan.
d. Rujukan
50

Jika bidan tidak mampu mengatasi masalah yang timbul


pada klien, bidan dapat merujuk klien ke instansi yang lebih
mampu.

Langkah ke lima ( perencanaan tindakan yang dilakukan ) :


Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap
masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi dan
diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi apa yang diidentifikasi dan kondisi klien dari setiap
masalah yang berkaitan tetapi dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap klien tersebut seperti apa yang diperkirakan
akan terjadi berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling dan rujukan yang mampu diperlukan. Sebelum
melaksanakan setiap asuhan yang telah direncanakan, terlebih
dahulu rencana harus disepakati oleh bidan dan klien, karena
klien berhak untuk memutuskan apakah mau menerapkan
rencana asuhan ini atau tidak. Selanjutnya segala sesuatu yang
telah diputuskan dalam rencana asuhan yang komprehensif.

Langkah ke enam ( melaksanakan pelaksanaan ) : Langkah


ke enam adalah melaksanakan rencana asuhan komprehensif.
Dalam pelaksanaan tindakandapat seluruhnya dilakukan oleh
bidan yang sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan
yang lainnya, jika bidan tidak melakukan tindakan itu sendiri
ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya. Pelaksanaan yang efisien akan berhubungan
dengan waktu dan biaya yang dapat meningkatkan mutu dan
asuhan klien.
51

Langkag ketujuh ( evaluasi ) : Langkah ketujuh merupakan


evaluasi keefektifan dan asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan pada klien apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi didalam diagnosa dan masalah rencana tersebut.
Bila tidak sesuai dengan kebutuhan tidak efektif maka perlu
dikaji ulang dengan cara memulai kembali dan awal proses
manajemen kebidanan dan tentukan rencana asuhan yangs
sesuai dengan situasi klien serta kondisi lainnya, demikianlah
seterusnya. Boleh dikatakan langkah ketujuh ini dapat ditindak
lanjuti dengan sebagai catatan perkembangan.
e) Pendekatan manajemen SOAP
Pendekatan Manajemen SOAP : Menurut Helan
Varney, alur fikir bidan saat menghadapi klien meliputi tujuh
langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan
oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, maka di
dokumentasikan dlam bentuk SOAP yaitu :
a. Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hanya
pengumpulan data klien melalui anamnese tanda gejala
subjektif yang diperoleh dan hasil tanya dari pasien, suami
atau keluarga ( identitas umum, keluhan, riwayat
menarche, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan,
riwayat persalinan, riwayat KB, riwayat penyakit
keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwayat psikososial,
pola hidup ).
b. Objektif
Menggambarkan pendokumntasian hasil analisa
dan fisik klien, hasil lab. Dan test diagnostic lain yang
dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assement.
Tanda gejala objektif yang diperoleh dan hasil
52

pemeriksaan (tanda KU, Fital Sign, Fisik, Khusus,


Kebidanan, pemeriksaan dalam, laboratorium dan
periksaan penunjang). Pemeriksaan dengan inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi.
c. Assesment
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan
berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif
yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan
pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik
subjektif maupun objektif, dan sering diungkapkan secara
terpisah-pisah, maka proses pengkajian adalah suatu
proses yang dinamik. Sering menganalisa adalah sesuatu
yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan
menjamin suatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat
diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
Menggambarkan pendokumntasian hasil analisa dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu
identifikasi :
1) Diagnosa/masalah
a) Diagnosa adalah rumusan dan hasil pengkajian
mengenai kondisi klien : hamil, bersalin, nifas, dan
bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisa data yang
didapat
b) Masalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga
kebutuhan klien terganggu, kemungkinan
mengganggu kehamilan atau kesehatan tetapi tidak
masuk dalam diagnosa.
2) Antisipasi masalah lain atau diagnosa potensial.
53

d. Planning
Menggambarkan pendokumentasian dan
perencanaan dan evaluasi berdasarkan Assesment SOAP
untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi
dimasukkan dalam “ P “.
1) Perencanaan
Membuat rencana tindakan saat itu atau yang
akan datang. Untuk mengusahakan tercapainya kondisi
pasien yang sebaik mungkin atau menjaga
mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk
kriteria tujuan tertentu kebutuhan pasien yang harus
dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang
diambil harus menbantu pasien mencapai kemajuan
dalam kesehatan dan harus sesuai dengan instruksi
dokter ; Planning merupakan rencana, pelaksanaan dan
evaluasi sesuai dengan analisa yang ditetapkan.
2) Implementasi
Pelaksanaan rencana tindakan untuk
menghilangkan dan mengurangi masalh klien.
Tindakan ini harus disetujui oleh klien kecuali bila
tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan
klien. Oleh karena itu klien harus sebanyak mungkin
menjadi bagian dari proses ini. Bila kondisi klien
berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau
disesuaikan.
3) Evaluasi
Jika kriteria tujuan tidak tercapai proses
evaluasidapat menjadi dasar untuk mengembangkan
tindakan alternatif sehingga mencapai tujuan.
54

f) Prinsip dokumentasi
Catatan pasien merupakan dokumen yang legal dan
bermanfaat bagi dirinya sendiri juga bagi tenaga kesehatan
yang mengandung arti penting dan perlu memperhatikan
prinsip dokumentasi yang dapat ditinjau dari dua segi :
a. Ditinjau dari isi
Mempunyai nilai adsmintrasif: suatu berkas
pencatatan nilai medis, karna catatan tersebut dapat
digunakan sebagai dasar merencanakan tindakan yang
harus diberikan kepada klien.
Mempunyai nilai hukum: semua catatan
informasi tentang klien merupakan dekumentasi resmi dan
bernilai hokum. Bila terjadi suatu masalah yang
berhubungan dengan profesi kebidananan, dimana bidan
sebagai pemberi jasa dank lien sebagai pengguna jasa,
maka dokumentasi dapat digunakan sewaktu-waktu
sebagai barang bukti dipengadilan. Oleh karena itu data
data harus di identifikasi secara lengkap, jelas, objektif,
dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan.
Mempunyai nilai ekonomi: dokumentasi
mempunyai nilai ekonomi, semua tindakan kebidanan
yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan
lengkap yang dapat digunakan sebagai acuan atau
pertimbangan biaya kebidanan bagi klien.
Mempunyai nilai edukasi: dokumentasi
mempunyai nilai pendidikan, karna isi menyangkut
kronologis dari kegiatan asuhan kebidanan yang dapat
dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran
bagi siswa atau profesi keshatan lainnya.
Mempunyai nilai penelitian: dokumentasi
kebidanan mempunyai nilai penelitian data yang terdapat
55

didalamnya dapat dijadiakan sabagai bahan atau objek


riset dan pengembangan profesi kebidanan.
b. Ditinjau dari tehnik pencatatan
Prinsip pendokumentasian yang kedua adalah
dilihat dari segi pencatatannya, hal hal yang harus dicatat
dalam pendokumentasian memuat antara lain:
mencamtumkan nama pasien pada setiap lembaran
catatan; menulis dengan tinta ( idealnya tinta hitam );
menulis/menggunakan dengan symbol yang telah
disepakati oleh institusi untuk mempercepat proses
pencatatan; menulis catatan selalu menggunakan tanggal,
jam tindakan atau observasi yang dilakuakan sesuai
dengan kenyataan dan bukan interpretasi.
Hindarkan kata kata yang mempunyai unsur
penilaian; misalnya; tampaknya rupanya dan yang bersifat
umum; tuliskan nama jelas pada setiap pesanan, pada
catatan observasidan pemeriksaan oleh orang yang
melakukan; hasil temuan digambarkan secara jelas
termasuk tanda, gejala, warna, jumlah dan besar dengan
ukuran yang lazim dipakai.
Interpretasi data objektif harus didukung oleh
observasi: kolom jangan dibiarkan kosong, beri tanda bila
tidak ada yang perlu ditulis: coretan harus ditandai paraf
disampingnya.
c. Sistim pencatatan
1) Model naratif
2) Model orentasi masalah
3) Model focus
Prinsip pelaksanaan dokumentasi
dilapangan/klinis: dibuat catatan secara singkat, kemudian
dipindahkan secara lengkap (dengan nama jelas dan
56

identifikasi yang jelas; tidak mencatatat tindakan yang


belum dilakukan; hasil observasi atau perubahan yang
nyata harus segera dicatat; dalam keadaan emergency dan
bidannya terlibat langsung dalam tindakan, perlu
ditugaskan seseorang khusus untuk mencatat semua
tindakan secara berurutan; selalau tulis nama jelas dan jam
serta tanggal tindakan dilakuakan.
Manfaat atau fungsi dari dokumentasi adalah :
sebagai dokumen yang sah; sebagai sarana komunikasi
antara tenaga kesehatan; sebagai dokumen yang berharga
untuk mengikuti perkembangan dan evaluasi pasien;
sebagai sumber data yang penting untuk penelitian dan
pendidikan; sebagai salah suatu sarana bagi bidan dalam
penanganannya sebagai pembela (advocate) pasien,
misalnya denagan catatan yang teliti pada pengkajian dan
pemeriksaan awal dapat membantu pasien misalnya pada
kasus penganiayaan, pemerkosaan, yang dapat membantu
polisi dalam pengusutan dan pembuktian.

( Ai Yeyeh Rukiah, S.Si.T, MKM, 2013, Hal :186-197 )


57

C. Masa persalinan
1. Pengertian
Partus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup ( viabel ) dari dalam uterus ke dunia luar melalui jalan lahir.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik, dan
janin turun ke dalam jalan lahir, kelahiran adalah proses dimana janin dan
ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37 – 42 minggu ), lahir spontan
dengan presentasi LBK yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu / janin. (Aprilia Nurul Baety, 2011, Hal : 110 - 111).

2. Jenis-jenis persalinan
a. Macam-macam persalinan berdasarkan cara pengeluarannya
1) Persalinan spontan
Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
melalui jalan lahir.
2) Persalinan buatan
Persalinan dengan bantuan tenaga dari luar misalnya
forcep / vakum / SC
3) Persalinan anjuran
Persalinan dengan bantuan diberi obat-obatan baik disertai
/ tanpa pemecahan ketuban
b. Macam-macam kehamilan berdasarkan usia kehamilan
1) Abortus
Keluarnya hasil konsepsi ( bayi ) sebelum dapat hidup
pada UK < 20 minggu
2) Persalinan imatur
Keluarnya hasil konsepsi pada UK 20-27 minggu
3) Persalinan prematur
Keluarnya hasil konsepsi pada UK 28-35 minggu
58

4) Persalinan matur / aterm


Keluarnya hasil konsepsi pada UK 36-40 minggu
5) Persalinan atau serotinus
Keluarnya hasil konsepsi pada UK > 40 minggu
( Aprilia Nurul Baety, 2011, Hal : 111-112 )

3. Teori penyebab bermulanya persalinan


a. Teori Keregangan

Otot rahim mempunyai keregangan/kemampuan meregang


dalam batas-batas tertentu, setelah melewati batas tersebut terjadi
kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.

b. Teori Penurunan Kadar Progesteron


1) Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim.
2) Estrogen meninggikan/meningkatkan ketegangan otot-otot rahim.
3) Selama kehamilan terhadap keseimbangan antara progesteron dan
estrogen dalam darah, tapi pada akhir kehamilan progesteron
menurun sehingga adanya his.
c. Teori Oksitosin
1) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisi pars posterior.
2) Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka
oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat
dimulai.
3) Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambh. Oleh karena itu
timbul kontraksi otot-otot rahim.
d. Teori Prostaglandin
Prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu,
dikeluarkan oleh desidua. (Aprilia Nurul Baety, 2011, Hal : 112-113).
59

4. Tanda-tanda persalinan
1) Tanda Persalinan Sudah Dekat
a) Terjadi Lightening
Yaitu kepala turun memasuki PAP terutama
primigravida menjelang minggu ke-36. Lightening menyebabkan :
(1) Terasa ringan dibagian atas dan rasa sesaknya berkurang.
(2) Dibagian bawa terasa sesak.
(3) Terjadi kesulitan saat berjalan dan sering miksi
b) Terjadi His Permulaan
Sifat His Permulaan atau Palsu :
(1) Rasa nyeri ringan dibagian bawah.
(2) Datangnya tidak teratur dan durasinya pendek.
(3) Tidak ada perubahan pada serviks dan tidak bertambah bila
beraktivitas.
2) Tanda Pasti Persalinan
Terjadi His Persalinan yang Sifatnya :
a) Teratur, interval makin pendek, kekuatan makin bertambah jika
beraktivitas dan mempunyai pengaruh pada perubahan serviks.
b) Pinggang terasa sakit dan menjalar ke depan.
Keluar lendir dan darah serta cairan ketuban.
(Aprilia Nurul Baety, 2011, Hal : 113).

5. Faktor-faktor penting dalam persalinan


a. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir dibagi atas :
1) Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
2) Bagian lunak otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen
60

Ukuran-Ukuran Panggul :

a. Alat pengukur ukuran panggul :


(1) Pita meter
(2) Jangka panggul : Martin, Oseander, Collin dan Baudeloku
(3) Pelvimetri klinis dengan periksa dalam
(4) Pelvimetri rongenologis
b. Ukuran-Ukuran Panggul :
(1) Distansia Spinarum : Jarak antara kedua spina iliaka anterior
superior 24-26 cm.
(2) Distansia Kristarum : Jarak antara kedua Krista iliaka kanan dan
kiri 28030 cm.
(3) Konjungata Eksterna : 18-20 cm
(4) Lingkaran Panggul : 80-100 cm
(5) Conjugate Diagonalis : 12,5 cm
(6) Distansia Tuberum : 10,5 cm
c. Ukuran Dalam Panggul
(1) Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang di bentuk oleh
promontorium, linea innuminata dan pinggir atas simpisis pubis.
(2) Konjugata vera : dengan periksa dalam di peroleh konjugata
diagonalis 10,5-11 cm.
(3) Konjugata tranversa : 12-13 cm
(4) Konjugata oblingua : 13 cm
(5) Konjugata obstetrika adalah jarak bagian tengah simfisis ke
promontorium
(6) Ruang tengah panggul
(7) Bidang terluas ukurannya 13x12,5 cm
(8) Bidang tersempit ukurannya 11,5x11 cm
(9) Jarak antara spina isciadika 11 cm
(10) Pintu bawah panggul (outlet)
(11) Ukuran anterior-posterior 10-12 cm
61

(12) Ukuran melintang 10,5 cm


(13) Arcus pubis membentuk sudut 90 derajat lebih, pada laki-laki
kurang dari 80 derajat.
b. Power (His dan Mengejan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament.
1) His (Kontraksi Uterus)
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding
uterus yang di mulai dari daerah fundus uteri dimana tuba falopi
memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari
“pacemaker” yang terdapat dari dinding uterus daerah tersebut.
Pada waktu kontraksi, otot-otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna memiliki sifat :
a) Kontraksi simetris
b) Fundus dimonan
c) Relaksasi

Pada waktu berkontraksi, otot-otot rahim menguncup


se3hingga menjadi menebal dan lebih pendek. Kafum uteri menjadi
lebih kecil serta mendorong janin dan kantong amnion ke arah
segmen bawah rahim dan cervik. His memiliki sifat :

(1) Involutir
(2) Intermiten
(3) Terasa sakit
(4) Terkoordinasi
(5) Serta kadang dipengaruhi oleh fisik, kimia, psikis
62

Perubahan-Perubahan Akibat His :

(a) Pada uterus dan servik : Uterus teraba keras/padat karena


kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauteri
naik serta menyebabkan servik menjadi mendatar (Affecement)
dan terbuka (Dilatasi).
(b) Pada ibu : Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi
uterus. Juga ada kenaikan nadi dan tekanan darah.
(c) Pada janin : Pertukaran oksigen pada sirkulasi uterus plasenta
kurang, maka timbul hipoksia janin.
Denyut jantung janin melambat kurang jelas didengar
karena adanya iskemia fisiologis, jika benar-benar terjadi
hipoksia janin yang agak lama, misalnya pada kontraksi tetanik,
maka terjadi gawat janin asfiksia dengan denyut jantung janin di
atas 160 per menit/tidak teratur.
Pembagian dan sifatnya :

His Palsu atau Pendahuluan

(a) His tidak kuat, tidak teratur


(b) Dilatasi servik tidak terjadi

His Pembukaan Kala I

(a) His pembukaan servik sampai terjadi pembukaan lengkap 10.


(b) Mulai makin, teratur dan sakit
His Pengeluaran atau His Mengejan (Kala II)

(a) Sangat kuat, teratur simetris, terkoordinasi dan lama


(b) His untuk mengeluarkan janin
(c) Koordinasi bersama antara : his kontraksi otot perut, kontraksi
diafragma dan ligament.
63

His Pelepasan Uri (Kala III)

Kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta

His Pengiring (Kala IV)

Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri (meriang) pengecilan rahim


dalam beberapa jam atau hari.

2) Mengejan
Dalam proses persalinan normal ada 3 komponen yang
amat menentukan, yakni passenger (janin), passage (jalan lahir) dan
power (kontraksi). Agar proses persalinan berjalan lancar, ketiga
komponen tersebut harus sama-sama dalam kondisi baik. Bayi yang
ukurannya tidak terlalu besar pasti lebih mudah melalui jalan lahir
normal, jalan lahir yang baik akan memudahkan bayi keluar,
kekuatan ibu mengejan akan mendorong bayi cepat keluar.

Yang pegang kendali atau yang paling menentukan dalam


tahapan ini adalah proses mengejan ibu yang dilakukan dengan
benar, baik dari segi kekuatan maupun keteraturan.

Ibu harus mengejan sekuat mungkin seirama dengan


instruksi yang diberikan. Biasanya ibu diminta menarik nafas
panjang dalam beberapa kali saat kontraksi terjadi lalu buang secara
perlahan, ketika kontraksi mencapai puncaknya, doronglah janin
dengan mengejan sekuat mungkin. Bila ibu mengikuti instruksi
denganbaik, pecahnya pembuluh darah disekitar mata dan wajah bisa
dihindari. Begitu juga resiko berkurangnya suplai oksigen kejanin.

Yang Harus Dilakukan :

a) Mulai trimester dua sempatkan mengikuti senam hamil.ini akan


sangat membantu dalam melemaskan otot panggul, menguatkan
64

nafas, mengejan dan sebagainya yang amat diperlukan saat


persalinan tiba.
b) Usahakn jangan tegang, tetapi tetaplah relaks dengan
melemaskan seluruh otot tubuh. Ketengangan hanya akan
menyulitkan di saat ibu harus mengejan.
c) Jangan panik. Ikutisaja instruksi dengan baik. Kepanikan hanya
akan membuat segalanya kacau karena dorongan jadi tidak
teratur sementara tenaga terhambur sia-sia dan tidak efisien
karena bayi malah jadi lebih susah lahir.

Harus Disesar Bila :

Meski sangat ingin, banyak ibu hamil yang tidak bisa


menjalani persalinan normal hingga harus di bantu dengan operasi
sesar. Ada beberapa alasan medis yang membuat ibu terpaksa
menjalani operasi sesar.

Kelainan Power :

Sangat mungkin ibu hamil tidak memiliki cukup power


untuk mengejan. Ini biasanya dialami oleh ibu-ibu hamil yang sakit
jantung atau asma yang membuat kemampuan mengejannya
sedemikian lemah. Bisa juga akibat pengaruh dari penyakit lain.

c. Passengger
Passenger terdiri dari :
1) Janin
Selama janin dan plasenta berada dalam rahim belum tentu
pertumbuhannya normal, adanya kelainan genetic dan kebiasaan ibu
yang buruk dapat menjadikan pertumbuhannya tidak normal antara
lain :
65

a) Kelainan bentuk dan besar janin Anensefalus, Hidrosefalus janin


makrosomia.
b) Kelainan pada letak kepala : presentasi puncak, presentasi muka,
presentasi dahi dan kelainan oksiput.
c) Selain letak janin : letak sungsang, letak lintang, letak mengelak,
presentasi rangkap (kepala kaki, kepala tali pusat).
d) Kepala janin (bayi) merupakan bagian penting dalam proses
persalinan dan memiliki ciri sebagai berikut :
e) Bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besar lahir maka
bagian lainnya lebih mudah lahir.
f) Persendian kepala terbentuk kogel, sehingga dapat digerakkan
kesegala arah dan memberikan kemungkinan untuk melakukan
putaran paksi dalam.
g) Letak persendian kepala sedikit kebelakang, sehingga kepala
melakukan fleksi untuk putaran paksi dalam.
Setelah persalinan kepala, badan janin tidak akan
mengalami kesulitan. Pada beberapa kasus dengan anak yang besar
pada ibu dengan diabetes militus terjadi kemungkinan kegagalan
persalinan bahu. Persalinan bahu yang berat cukup berbahayua
karena dapat terjadi asfeksia. Persendian leher yang masih lemah
dapat merusak pusat-pusat vital janin yang berakibat fatal.

Pada letak sungsang dengan mekanisme persalinan kepala


dapat mengalami kesulitan karena persalinan kepala terbatas dengan
waktu sekitar 8 menit dan tulang dasar kepala tidak memiliki
mekanisme moulase, yang dapat memperkecil volume tanpa
merusak jaringan otak. Dengan demikian persalinan kepala dalam
letak sungsang atau fersi ekstraksi letak lintang harus
dipertimbangkan agar tidak menimbulkan morbiditas yang lebih
tinggi. Berbagai posisi kepala janin dalam kondisi defleksi dengan
66

lingkaran yang melalui jalan lahir bertambah panjang sehingga


menimbulkan persoalan baru.

Kedudukan rangkap yang paling berbahaya adalah antara


kepala dan tali pusat, sehingga makin turun kepala makin terjepit tali
pusat, menyebabkan asfeksia kematian janin dalam rahim.

2) Plasenta
Plasenta terbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15-
20 cm tebal 2-3 cm, berat 500-600 gram.

Sebab-sebab terlepasnya plasenta adalah :

Waktu bayi dilahirkan rahim sangat mengecil dan setelah


bayi lahir uterus merupakan alat dengan dinding yang tebal
sedangkan rongga rahim hampir tidak ada.

Fundus uteri terdapat sedikit di bawah pusat, karena


pengecilan rahim yang tiba-tiba ini tempat perlekatan plasenta jika
sangat mengecil.

Plasenta sendiri harus mengikuti pengecilan ini hingga


menjadi dua kali setebal pada permulaan persalinan dank arena
pengecilan tempat melekatnya plasenta dengan kuat, maka plasenta
juga berlipat-lipat dan ada bagian-bagian yang terlepas dari dinding
rahim karena tak dapat mengikuti pengecilan dari dasarnya.

Pelepasan plasenta ini terjadi dalam stratum spongeosum


yang sangat banyak lubang-lubangnya. Jadi secara singkat faktor
yang sangat penting dalam pelepasan plasenta ialah retraksi dan
kontraksi otot-otot rahimsetelah anak lahir.

Ditempat yang lepas terjadi perdarahan ialah antara


plasenta dan desiduabasalis dan karenahematoma ini membesar,
67

maka seolah-olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematoma


tersebut sehingga didaerah pelepasan.

Plasenta biasanya terlepasa dalam 4-5 menit setelah anak


lahir mungkin pelepasan setelah anak lahir. Juga selaput janin
menebal dan berlipat-lipat karena pengecilan dinding rahim. Oleh
kontraksi dan retraksi rahim terlepas dan sebagian karena tarikan
waktu plasenta lahir.

3) Air Ketuban
Sabagai cairan pelindung dalam pertumbuhan dan
perkembangan janin. Air ketuban berfungsi sebagai bantalan untuk
melindungi janin terhadap trauma dari luar. Tak hanya itu saja, air
ketuban juga berfungsi melindungi janin dari infeksi, menstabilkan
perubahan suhu dan menjadi sarana yang memungkinkan janin
bergerak bebas.
Seiring dengan pertambahan usia kehamilan, aktifitas
organ tubuh janin juga memengaruhi cairan ketuban. Saat usia
kehamilan mulai memasuki 25 minggu, rata-rata air ketuban didalam
rahim 239 ml, yang kemudian meningkat menjadi 984 ml pada usia
kehamilan 33 minggu.
Kelebihan air ketuban dapat berdampak pada kondisi
janin. Untuk menjaga kestabilan air ketuban, bayi meminum air
ketuban didalam tubuh ibunya dan kemudian mengeluarkannya
dalam bentuk kencing. Jadi jika terdapat volume air ketuban yang
berlebih diprediksi terdapat gangguan pencernaan atau gangguan
pada saluran pembuangan sang bayi yang ditandai dengan
kencingnya yang tidak normal.
Kekurangan cairan ketuban bisa disebabkan bebagai hal,
di antaranya menurunnya fungsi plasenta akibat kehamilan yang
melebihi waktu, ketuban yang bocor atau kelainan janin yang
berhubungan dengan penyumbatan kandung kemih.
68

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban pada setiap


saat sebelum permulaan persalinan tanpa memandang apakah
pecahnya selaput ketuban terjadi pada kehamilan 24 atau 44 minggu.
Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui dengan pasti.
Beberapa faktor yang mempemudah terjadinya ketuban
pecah dini :
a) Infeksi, contohnya korioamonitis
b) Trauma, contoh : amniosentesis, pemeriksaan panggul atau
koitus
c) Inkompeten serviks
d) Kelainan letak atau presentase janin
e) Peningkatan tekanan intrauterine, contoh : kehamilan ganda dan
hidramnion.
Diagnosis ketuban pecah dini :

(a) Keluarnya cairan jernih dari vagina


(b) Inspekulo : keluar cairan dari orivisium utero eksterna saat
fundus uteri ditekan atau digerakkan
(c) Adanya perubahan kertas lakmus merah (nitrazin merah)
menjadi biru
(d) Periksa dalam vagina : ketuban negative.
Pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini :

(a) USG
(b) Leukosit dan suhu badan (37,5ºC) untuk menilai adanya infeksi
(Leukositosis).
(c) Pemantauan kesejahteraan janin
(d) Pemeriksaan labolatorium, contoh : TORCH
(Elisabeth Siwi Walyani, 2015, Hal : 18-26).
69

6. Pimpinan persalinan
a. Kala I (Kala pembukaan)
1) Diagnosa Kala I
Kala I atau kala pembukaan berlangsung dari pembukaan
nol (0 cm) sampai pembukaan lengkap (10 cm). kal I untuk
Primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar
8 jam. Berdasrkan kurva fridman, diperhitungkan pembukaan
primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2cm/jam
(Nurul Jannah, 2014).
2) Pemeriksaan Dalam (VT)
Frekuensi pemeriksaan vagina yang diiperlukan selama
persalinan bergantung pada kasus individu, seringkali, satu atau
dua pemeriksaan sudah cukup, sedangkan pada kasus lain,
diperlukan lebih banyak pemeriksaan. Jika terjadi pecah ketuban,
sangat penting untuk membatasi jumlah pemeriksaan vagina guna
memberikan perlindungan terhadap infeksi.jika terjadi perdarahan
per vaginam, pertama kali yang harus diperhatikan bahwa tidak
ada diagnosis plasenta previa sebelum pemeriksaan vagina dapat
dilakukan dengan aman, jika tidak maka dapat terjadi perforasi
plasenta yangmerupakan becana besar.((Reeder DKK, 2011)
3) Partograf
a) Pengertian partograf
Partograf adalah alat untuk mencatat informasi berdasarkan
informasi,anamnesis, dan pemeriksaan fisik pada ibu dalm
persalinan, dan sangat penting khususnya untum membuat
keputusan klinik selama kala I persalinan.
b) Tujuan utama
Tujuan utama penggunaan partograf adalah mengamati dan
mencatat hasil observasi dan kemajuan persalianan dengan
menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam dan
menentukan normal atau tidaknya persalianan lama sehingga
70

bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan


persalianan lama.
c) Keuntungan partograf
Penggunaan partograf mempunyai beebrapa keuntungan
yaitu efektif, dan paragmatik dalam kondisi apapun,
meningkatkan mutu dan kesejahteraan jani ibu selam
persalinan, dan untuk mnesejahterakan janin atau ibu.
d) Indikasi
Partograf dapat digunakan untuk semua ibu selama fase
aktif kala I persalinan; semua persalinan dan kelahiran
disemua tempat seperti rumah, puskesma, klinik bidan
swasta, Rumah sakit dll. Partograf juga secra rutin digunakan
oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
kepada ibu selama persalinan dan kelahiran.
e) Bagian Partograf
Partograf berisi ruang pencatatan hasil pemeriksaan yang
dilakukan selama kala I persalinan yang mencakup kemajuan
persalianan, keadaan janin, dan keadan ibu.
(1) Kemajuan persalinan
Kemajuan persalinan yang dicatat dalam pertograf
meliputi pembukaan serviks, penurunan kepala janin,
dan kontraksi uterus.
(2) Keadaan janin yang dicatat dalam pertograf melipti DJJ,
warnah dan jumlah air ketuban, molase serta tulang
kepala janin.
(3) Keadaan ibu
Keadaan ibu mencakup nadi, tekanan darah, suhu, urin
seperti volume dn protein, dan obat serta cairan intrave
atau IV.
71

f) Pencatat selama fase laten dan fase aktif persalinan


(1) Pencatatan selama fase laten
Fase laten ditandai dengan pembukaan serviks 1-3
cm. selama fase laten persalinan, semua asuhan,
pengamatan, dan pemeriksaan harus dicatat terpisah
dari partograf, yaitu pada catat atau kartu menuju sehat
(KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan
setiap kali membuat catatan selama fase laten
persalinan dan semua suhan serta intervensi harus
dicatat.
Waktu penilaian, kondisi ibu, dan kondisi janin pada
fase laten meliputi :
(a) Denyut jantung janin, frekuensi dan lam kontraksi
uterus, nadi setiap 1 jam
(b) Pembukaan serviks, penurunan kepala, tekanan
darah dan suhu setiap 4 jam.
(c) Produksi urine, acetone dan protein setiap 2 sampai
4 jam.
Apabila ditemui tanda penyulit, penilaian kondisi
ibu dan bayi harus lebih sering dilakukan.
(2) Pencatatan selama fase aktif
Fase aktif ditandai dengan pembukaan serviks 4-10
cm. selam fase aktif persalinan, pencatatan hasil
observasi dan pemeriksaan fisik dimasukkan ke dalam
partograf. Pencatatan tersebut meliputi hal-hal sebagai
berikut.
(a) Informasi tentang ibu
(1) Nama, umur
(2) Gravid, para, abortus
(3) Nomor catatan medis atau nomor puskesmas
(4) Tanggal dan watu mulai dirawat
72

(5) Waktu pecah selaput ketuban


(b) Kondisi janin
(1) Denyut Jantung Janin setiap 30 menit
(2) Warnah dan adanya air ketuban
(3) Penyusupan (molase) kepala janin
(c) Kemjuan persalinan
(1) Pembukaan serviks setiap 4 jam
(2) Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi
janin
(3) Garis waspadah pada garis bertindak
(d) Jam dan waktu
(1) Waktu mulai fase aktif persalinan
(2) Waktu actual saat persalinan atau penilaian
(e) Kontraksi uterus
Frekuensi dan lamanya
(f) Obat dan cairan yang diberikan
(1) Oksitosin
(2) Obat lainnya dan cairan IV yang diberikan
(g) Kondisi ibu
(1) Nadi, tekanan darah, dan temperature tubuh
(2) Urine (volume, aseton atau protein)
(h) Asuhan, paengamatan dan keputusan klinik lainnya.
g) Pencatatan temuan pada partograf
(1) Informasi tentang ibu
(2) Kesehatan dan kenyamanan ibu
(a) Denyut jantung janin
Menilai dan mencatat setia 30 menit (lebih sering,
jika ad tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian
tersebut menunjukkan waktu 30 menit. Kisaran
normal DJJ terpajan pada partograf diantara gars
tebal angka 180 dan 100. Akan tetapi, penolong
73

harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di


ats 160.
(b) Warnah dan adanya air ketuban
Air ketuban dinilai setiap melakukan pemeriksaan
dalam, selain arnah ketuban, jika pecah. Catat
temian yang sesuai dibawah jalur DJJ dab gunakan
lambing berikut

U : ketuban utuh (Belum pecah)

J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

M: Ketuban sudah pecah dan air bercampur


mekonium

D: Ketuban sudah pecah dan air bercampur darah


K: Ketuban sudah pecah dan Kering

Mekonium dalam air ketuban tidak selalu


menunjukkan gawat janin. Apabila terdapat
mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk
mengenali tanda gawat janin (DJJ <100 atau >180
kali per menit) selama proses persalinan.

(c) Molase (penyusupan kepala janin)


Penyusupan adalah indicator penting tentang
seberapa jauh keapala bayi dapat mneyusuaikan diri
dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala
yang saling menyusup menunjukkan kemungkinan
adnya disproporsi tulang panggul (cepalopelvic
disprosortionate, CPD). Setiap kali melakukan
pemariksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin,
dan catat temuan di lajur diair ketuban dengan
menggunakan lambing berikut ini .
74

0 :Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura


dengan mudah dapat dipalpasi
1 :Tulang-tulang kepala janin hanya saling
bersentuhan
2 :Tulang-tulang kepala janin saling tumpang
tindih, namun masih dapat dipisahkan
3 : Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih
dan tidak dapat dpisahkan.
(d) Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur pada partograf adalah
pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 pada
tepi kolom paling kiri adlah besarnya dilatasi
serviks. Skala 1-5 juga menunjukkan sebrapa jauh
penurunan janin.
(e) Pembukaan serviks
Penilaian dan pencatatan pembukaan serviks
dilakukan setiap 4 jam (lebih sering, jika terdapat
tanda penyulit). Tanda X harus ditulis digaris waktu
yang sesui denga lajyur besarnya pembukaan
serviks. Beri tanda untuk temuan pemeriksaan
dalam yang dilakukan pertama kali selam fase aktif
persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda X
darui setiap pemariksaan dengan garis utuh (tidak
terputus).
(f) Penurunan bagian terrbawah presentasi janin
Setiap melakuakn pemeriksaan dalam (4 jam
atau lebih), jika terdapat tanda penyulit, catat dan
nilai bagian terbawah atu presentasi janin.
Kemajuan pembukaan servikd umumnya diikuti
dengan penurunan bagian terbawah janin atua
presentasi janin pada persalinan normal. Akan
75

tetapi, penurunan bagian terbawah janin terkadang


baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar 7
cm. penurunan kepala bayi harus selalu diperiksa
dengan memeriksa perut ibu sesaat sebelum perikaa
dalam dengan ukuran perlimaandiatad pintu atas
panggul (PAP). Beri tanda “0” pada garis waktu
yang sesui pada garis tidak terputus dari 0-5 yang
tertera disisi yang sama dengan pembukaan serviks.
Hubungkan tanda “0” dari setiap pemeriksaan
dengan agris tidak terputus.
(g) Garis waspada dan garis bertindak
Garis wwaspada dimulai pada pembukaan
serviks 4 cm dan berakhir pada titik dengan
pembukaan lengkap yang diharapkan jika terjadi
laju 1 cm perjam. Pencatatan selam fase aktif
persalinan harus dimulai di garis waspada. Apabila
pembukaan serviks mengarah seelah kanan garis
waspada, penyulit yang ada harus dipertimbangkan
(misalnya fase aktif memanjang, macet, dll).
(h) Jam dan wktu
(1) Waktu mulai fase aktif. Bagian bawah partograf
(pembukaan serrviks dan penurunan kepala
janin) tertera kotak-kotak yang diberi angka
1-16. Setiap kotak menyatakan waktu 1 jam
sejak dimulai fase aktif persalinan.
(2) Waktu actual saat pemeriksaan dilakukan.
Setiap kotak menyatakan 1 jam penuh dan
berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh
menit pada lajur kontraksi dibawahnya.
76

(i) Kontraksi uterus


Terdapat lima lajur dengan tulisan
“kontraksi setiap 10 menit” disebelah luar kolom
palig kiri dibawah lajur waktu partograf. Setiap
kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit,
raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan
lama satuan detik >40 detik.
(j) Obat dan cairan yang diberikan
(1) Oksitosin
Apabila tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai,
dokumentasikan setiap 30 menit jum;ah unit
oksitosin yang diberikanper volume cairan IV
dan satuan tetes permenit.
(2) Obat lain dan cairan IV
Catat semua pemberian abat tambahan dan/atau
cairan IV dalam kotak yang sesui dengan kolom
waktunya.
(3) Kesehatan dan kenyamanan ibu
Bagian terakhir bagian depan partograf berkaitan
dengan kesehatan ibu, meliputi hal-hal sebagai berikut.
(a) Nadi, Tekanan Darah dan temperature suhu tubuh.
Catat dan nilai nadi ibu setiap 30 menit selam fase
aktif persalinan (lebih sering ika dicurigai terdapat
penyulit). Beri tanda (.) pada kolom waktu yang
sesuai. Nilai tekanan darah ibu dan catat setiap 4
jam selama fase aktif perdalinan (lebih sering ika
dicurigai terdapat penyulit). Beri tanda panah dala
kolom waktu yang sesuai pada partograf. Nilai dan
catat juga tempertur tubuh setiap 2 jam dan catat
temperature tubuh dalam kotak yang sesuai.
77

(b) Volume urine, protein atau aseton. Ukur dsn catat


jumlah produksi urine ibu sediktnya setiap 2 jam.
Apabila memungkinkan, setiap kali ibu berkemih,
lakukan pemeriksaaan aseton atau protein dalam
urine.
h) Pencatatan pada lembar belakang partograf
(1) Data dasar
Data dasar terdiri atas tanggal, nama, bidan, tempat
persalinan, alamat tempat persalinan, catatan alas an
merujuk, tempat rujukan dan pendamping saat merujuk.
(2) Kala I
Data kala I terdiri ats pertanyaan tentang pertograf saat
melewati garis waspada , masalah yang dihadapi,
penatalaksanaan and hasil penatalaksanaan tersebut.
(3) Kala II
Data kala II terdiri atas episiotomy, pendamping
persalinan, gawat janin distosia bahu, masalah
pemyerta, penatalaksanna dan hasilnya.
(4) Kala III
Data kala III terdiri atas lama kala III, pemberian obat
oksitosin, penanganan tali pusat terkendali, massase
uterus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir >30
menit, atonia uteri, jumlah perarahan, masalah penyerta,
penatalakasanaan dan hasilnya.
(5) Kala IV
Data kala IV terdiri atas tekanan darah, nadi, suhu,
TFU, kontraksi Uterus, kandung kemih dan perdarahan.
Pemantauan kala IV sangat penting untuk menilai untuk
menilai resiko atau teradi perdarahan pasca perslinan.
Pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pad jam
78

pertama setelah melahirkan dan setiap 30 menit satu


jam berikutnya.

(6) Bayi baru lahir


Data bayi baru lahir terdiri atas berat dan panjang
badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir
pemberian ASI masalah penyerta, penatalaksanaan
terpilih. dan hasilnya (Nurul Jannah, 2014)

b. Kala II
Dimulai sejak pembukaan lengkap dan berakhir dengan
lahirnya bayi. Lama kala II : pada primigravida 1½ jam, pada
multigravida ½ jam.
1) Penatalaksanaan
a) Perlengkapan, bahan dan obat yang dibutuhkan
Pastikan perlengkapan jenis dan jumlah bahan yang
diperlukan dalam keadaan siap pakai untuk setiap persalinan
dab kelahiran. Kegagalan untuk menyediakan semua
perlengkapan, bahan dan obat esensial pada saat asuhan yang
diberikan, dapat meningkatkan resiko terjadi penyulit pad ibu
dan bayi baru lahir yang dapat membahayakan keselamatan
jiwa mereka.
b) Memberikan Asuhan Sayang Ibu
(1) Pemberian dukungan emisional
(2) Pengaturan posisi
(3) Pemberian Cairan dan Nutrisi
(4) Pengosongan Kandung Kemih
(5) Persiapan Rujukan
79

2) Posisi saat meneran


(1) Duduk atau Setengah Duduk
Posisi ini dapat memberikan rasa nyaman bagi ibu dan
member kemudahan bagginya untuk beristirahat diantara
kontraksi. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah gaya
gravitasi untuk membantu ibu melahirkan bayinya.
(2) Jongkok atau Berdiri
Posisi ini dapat membantu mempercepat kemajuan kala II
prsalinan dan mengurangi rasa nyeri.
(3) Merangkak atau Miring Kiri
Beberapa ibu merasa bahwa merangkak atau miring kiri
membuat meraka lebih nyaman dan efektif untuk meneran.
Kedua posisi tersebut juga akan membantu perbaiki posisi
oksiput yang melintang untuk berputar menjad posisi oksiput
anterior. Posisi merangkak sering kalimembantu ibu
mengurangi nyeri punggung saat persalinan. Posisi berbaring
miring kiri memudahkan ibu untuk beristirahat diantara
kontraksi jika ia mengalami kelelahan dan juga mengurangi
resiko terjadinya laserasi perineum.
3) Mekanisme persalinan kala II
a) Penurunan kepala
Pada primigravida, masuknya kepala kedalam pintu atas
panggul (PAP) biasanya telah terjadi pada bulan terakhir
kehamilan . akan tetapi pada multigravida, hal itu terjadi pada
permulaan persalinan. Masuknya kepala kedalam PAP
biasanya diserati denga sutura sagitalis yang melintang dan
fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati asinklitismus.
Keadaan tersebut ditandai dengan posisi sutura sagitalis yang
terdapat ditengah-tengah jalan lahir, tepat diantara simfisis
dan promontorium. Sementara itu, pada sinklitismus, os
parietal depan dan belakang sama tingginya. Apabila sutura
80

sagitalis agak kedepan mendekati simfisis atau agak


kebelakang mendekati promontorium, kepala dapat dikatakan
berada dalam keadaan asinklitismus.
Penurunana kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan II
persalinan. Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retyraksi
segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung pad
bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan, terjadi relaksasi
dari segmen bawah rahim sehingga terjadi penipisan dan
dilatasi serviks. Keadaan tersebut menyebabkan bayi
terdorong kedalam jalan lahir. Penurunana kepala itu juga
disebabkan oleh tekanan cairan intruterin. Kekuatan
mengejan atau kontraksi otot-otot abdomen, dan posisi anka
yag melurus.
b) Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi fleksi ringan. Seiring
kepala yang maju, biasanya fleksi juga bertyambah. Dengan
adanya fleksi, diameter suboksiptobregmatika (9,5)
menggantikan diameter oksipitofrontalis (11 cm). sampai
didasar panggul, kepala janin biasanya berada dalam keadaan
fleksi maksimal. Beberapa teori mengungkapkan bahwa
fleksi terjadi karena anak didorong maju, sedangkan pada sat
yang bersamaan, serviks, dinnding panggul atau dasar
panggul menahan laju tersebut sehingga terjadi fleksi.
c) Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)
Putaran paksi dalam adalah ubun-ubun kecil (UUK) dari
bagian depan menyebabkan bagian terendah dari bagian
depan janin memutar kearah depan kebawah simfisis.
d) Ekstensi
Setelah kepala janin sampai didasr panggul dan UUK
berada dibawah simfisis, terjadi ekstensi dari kepala janin.
Hal tersebut disebabkan oleh sumbu jalan lahir pada pintu
81

bawah panggul mengarah kedepan dan keatas sehingga


kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya.
e) Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)
Kepala yang telah lahir selanjutnya mengalami restitusi,
yaitu kepala bayi memutar kembali kerah punggungnya untik
menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran
paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring dan
akn menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang
dilaluinya dalam rongga panggul. Dengan demikian, setelah
kepal bayi lahir, bahu mengalami putaran dalam didasar
panggul dan ukuran bahu (diameter bisa kronial)
menmpatkan diri dalam diameter anterposterior dari pintu
bawah panggul. Bersamaan dengan itu, kepala bayi juga
melanjutkan putaran hingga belakang kepal berhadapan
dengan tuber iskiadikum sepihak.
f) Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai dibawah
simfisis dan menjadia hipomoklion untuk kelahiran bahu
belakang. Setelah kedua bahu lahir, selanjutnya seluruh
badan bayi dilahirkan searah dengan sumbuh jalan lahir.
Kontraksia yang efektif, fleksi kepala yang edekuat, dan
janin yang berukuran rata-rata menyebabkan sebagian besar
oksiput yang posisinya posterior berputar cepat, segera
setelah mencapai dasar panggul, dan persalinan tidak begitu
bertambah panjang (Jannah, 2014 :98-106).
4) Melahirkan kepala
Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain
yang bersih dan kering yang dlipat 1/3 nya dibawah bokong ibu
dan siapkan kain atau handuk bersih daitas perut ibu (untuk
mengeringkan bayi segera setelah lahir). Lindungi perineum
dengan satu tangan (dibawah kain bersih dan kering), ibu jari
82

pada salah satu perineum dan empat jari pada sisi yang lain dan
tangan yang lain pada belakang kepal bayi. Tahan kepal bayi agar
posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap
melawati introtus dan perineum.
Jangan melakukan pengisapan lendir secar rutin pada mulut
dan hidung bayi. Sebagian besar bay sehat dapat menghilangkan
lendir tersebut secara almiah pada dengan mekanisme bersin dan
menagis saat lahir. Pada pengisapan lendir yang terlalu dalam,
ujung kanul pengisap dapat menyemntuh daerah orofaring yang
kaya denga persyrafan parsipatis sehingga dapat menimbulkan
reaksi vaso-vegal.
Selalu isap mulut bayi lebih dulu sebelum menghisap
hidungnya. Menghisap hidung lebih dulu dapat menyebabkan
bayi menarik nafas dan terjadi asprasi mekonium atau cairan yang
ada dimulutnya.
5) Periksa Tali Pusat Pada Leher
Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran
dan bernafas cepat. Periksa leher bayi apakah telilit tali pusat. Jika
dengan melewati kepala bayi. Jika lilitan tali pusat sangat erat
mak jepit tali pusat dengan klem pada 2 tempat dengan jarak 3
cm, kemudian potong tali pusat atara 2 klem tersebut.
6) Melahirkan bahu
a) Setelah menyeka mulut dan hidung dan memeriksa tali pusat,
tunggu kontraksi berikut sehingga terjadi putaran paksi luar
secar spontan.
b) Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta
ibu untuk meneran sambil menekan kepala kearah bawah dan
lateral tubuh bayi sehingga bahu depan mlewati simfisis.
83

7) Melahirkan seluruh tubuh bayi


a) Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior)
kearah perineum dan sanggah bahu dan lengan atas bayi pada
tangan tersebut
b) Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku
dan tangan posterior saat melewati perineum.
c) Tangan bawah (posterior) menopang samping lateral tubuh
bayi saat lahir
d) Secara simultan , tangan atas (anterior) untuk menelusuri dan
memeng bahu, siku dan lengan bagian anterior.
e) Lanjutkan penelusuran dan memegang tubuh bayi ke bagian
punggung, bokong dan kaki
f) Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan atas diantara
kedua kaki bayi yang kemudian dipegang dengan ibu jari dan
ketiga jari tangan lainnya.
g) Letakkan bayi diatas kain atau handuk yang telah disiapkan
pada perut bawah ibu dan posisikan kepala bayi sedikit lebih
rendah dari tubuhnya.
h) Segera keringkan sambil melakukan rangsangan taktil pada
tubuh bayi dengan kain atau selimut diatas perut ibu. Pastikan
bahwa kepala bayi tertutup dengan baik.( JNPK-
KR.2012:86).

c. Kala III
Kala III persalinan adalah priode yang dimulai ketika bayi
lahir dan berakhir pada saat plasenta seluruhnya suddah dilahirkan.
Kala III pada primigravida berlangsung 15 menit, sedangkan
multigravida 10 menit.
1) Menejemen aktif kala III
a) Pemberian suntikan oksitosin
Oksitosin 10 IU secara IM dapat di berikan dalam 2 menit
setelah bayi lahir dan dapat di ulangi setelah 15 menit jika
plasenta belum lahir. Berikan oksitosin 10 IU secara IM pada
1/3 paha kanan bawah bagian luar.
b) Penanganan tali pusat terkendali
84

Tempatkan klem pada ujung tali pusat ±5 cm darai vulva,


lalu pegang tali pusat dari jarak dekat untuk mencegah
ovulasi tali pusat. Saat terjadi kontraksi yang kuat, plasenta di
lahirkan dengan penegangan tali pusat terkendali, kemudian
tangan pada dinding abdomen menekan korpus uteri kebawah
dan atas (dorsol cranial) karpus.
Lahirkan plasenta dengan penanganan yang lembut dan
keluarkan plasenta dengan gerakan ke bawah dan keatas
mengikuti jalan lahir. Ketika plasenta muncul dan keluar dari
dalam vulva, kedua tangan dapat plasanta searah jarum jam
untuk mengeluarkan selaput ketuban.
c) Pemijatan fundus uteri (masase)
Segera setelah plasenta dan selaput dilahirkan, dengan
perlahan dan kokoh, lakukan masase uterus dengan cara
menggosok uterus pada abdomen dengan gerakan melingkar
atau sirkulasi untuik menjaga uterus tetap keras dan
berkontraksi dengan baik serta untuk mendorong pengeluaran
setiap gumpalan darah.
Periksa plasenta dengan tangan kanan dan masasse uterus
dengan tangan kiri, untuk memastikan bahwa kitiledon dan
membrane sudah lengkap. Seluruh lobus di bagian maternal
harus ada dan bersatu atau utuh, tanpa ketidakteraturan
tersebut, sebagian fragmen plasenta mesti masih tertinggal.
d) Pemeriksaan plasenta

Pemeriksaan plasenta meliputi hal-hal sebagai berikut.

(1) Selaput ketuban utuh atau tidak.


(2) Plasenta (ukuran plasenta) terdiri atas.
(a) Bagian maternal, jumlah kotiledon, keutuhan
pinnggir kotiledon,
(b) Again fetal, utuh atau tidak.
85

(3) Tali pusat, meliputi :


(a) Jumlah arteri dan vena,
(b) Adakah arteri atau vena yang terputus untuk
mendetaksi plasenta suksenturia,
(c) Insersi tali pusat, apakah sentral, marginal, panjang
tali pusat.
2) Pemantauan kala III
Selama kala III, hal-hal yang perlu di pantau adalah
sebagai berikut:
a) Perdarahan (jumlah darah ada bekuan darah atau tidak).
b) Kontraksi uterus (bentuk dan intensitas).
c) Robekan jalan lahir (laserasi)
d) Tanda tanda vital termaksud :
(1) Tekanan darah bertambah tinggi dari sebelum
persalinan,
(2) Nadi bertambah cepat,
(3) Temperature bertambah tinggi,
(4) Respirasi beranfsung normal,
(5) Gastrointestinal normal, pada awal persalinan
mungkin muntah.
e) Heigine personal.
3) Kebutuhan ibu bersalin pada kala III
Kebutuhan ibu bersalin selama kala III dapat
meliputi ketertarikan ibu pada bayi, dengan cara mengamati
bayinya, menanyakan jenis kelamin bayi, jumlah jari, dan
mulai menyentuh bayinya. Selain itu ibu juga dapat
member perhatian dari dirinya sehingga bidan perlu
menjelaskan kondisi ibu (seperti ad tidaknya penjahitan)
dan memberikan bimbinga tentang kelanjutan tindakan dam
perawatan ibu. Ketertarikan ibu juga dapat mengarah pada
86

plasenta yang dilahirkan hingga bidan dapat menjelaskan


kondisi plasenta, lahir lengkap atau tidak.
4) Penanganan komplikasi persalinan kala III
a) Perdarahan kala III
Penyebab perdarahan pada kala III meliputi atonia
uteri, laserasi jalan lahir, retensio plasenta dan kelainan
pembekuan darah.
(1) Atonia uteri
Ataonia uteri adalah suatu kondisi kegagalan
berkontraksi dengan baik setelah persalinan
(Safiuddin,2002)
Sebagian besar (75-80%) perdarahan pada
masa nifas diakibatkan oleh atonia uteri. Faktanya,
aliran darah uteroplasenta selam masa kehamilan
adalah 500-800 ml/menit.
Penyebab at;onia uteri diantaranya :
(a) Distensia rahim yang berlebihan
(b) Pemanjangan masa persalinan atau partus lama
(c) Grandemultipara (paritas 5 atau lebih)
(d) Kehamilan dengan mioma uterus

Tanda dan gejala Atonia Uteri

(a) Perdarahan pervaginam


(b) Konsistensi rahim lunak
(2) Laserasi jalan lahir atau robekan perineum
Berdasarkan luas robekan, laserasi jalan lahir
diklasifikasi menjadi empat derajat robekan.
(a) Derajat I Robekan sampai mengenai mukosa
vagina dan kulit perineum.
(b) Derajat II Robekan sampai mengenai mukosa
vagina, kulit perineum dan otot perineum.
87

(c) Derajat III Robekan sampai mengenai mukosa


vagina, kulit perineum, otot perineum dan otot
sfingter ani eksterna.
(d) Derajat IV Robekan sampai mengenai mukosa
vagina, kulit perineum, otot perineum, otot
sfingter ani eksterna dan mukosa rectum.
(3) Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta yang
tertahan atau belum lahir hingga atau melebihi
waktu 30 menit setelah bayi lahir (Abdul, 2001).
Penyebab retensio plasenta
(a) Plasenta belum terlepas dari dinding rahim
karena tumbuh terlalu melekat lebih dalam.
Berdasarkan tingkat perlekatannya, kondisi
plasenta dibagi menjadi :
(1) Plasenta adhesive, yang melekat pada
desidua endometrium lebih dalam.
(2) Plasenta akreta, plasenta jonjot korion
memasuki sebagian miometrium.
(3) Plasenta inkreta, plasenta menembus hingga
miometrium.
(4) Plasenta perkreta, manembus sampai serosa
atau peritoneum dinding rahim.
(b) Plasenta telah lepas, tetapi belum keluar karena
(1) Atonia uteri, yang dapat menyebabkan
banya perdarahan.
(2) Terdapat lingkaran kontraksi pada bagian
rahim akibat kesalahan penanganan kal III
sehingga menghalangi plasenta untuk keluar.
(4) Kelainan pembekuan darah
88

Perdarahan yang telah dijelaskan sebeumnya


umumnya terjadi akibat pembekuan darah
intravaskuler merata atau kelainan bawan pada
mekanisme pembekan darah.
Penanganan perdarahan persalinan pada kala III
(a) Atonia Uteri
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
penanganan atonia uteri adalah sbb:
(1) Berikan 10 IU oksitosin IM
(2) Lakukan masase uterus untuk mengeluarkan
gumplan darah.
(3) Periksa kandung kemih jikakandung kemih
dapat dipalpasi atau gunakan tehnik aseptic
untuk memasang kateter kedalam
kandungkemih.
(4) Gunakan sarung tangan DTT atau steril,
lakukan kompresi bimanual interna selama 5
menit hingga perdarahan dapat dihentikan
atau uterus berkontraksi dengan baik.
(5) Anjurkan keluarga untuk meyiapkan rujukan.
(6) Jika perdarahan dapat dihentikan dan uterus
berkontrkasi dengan baik,
(7) Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus
tidak berkontraksi selam 5 menit setelah
dimulai KBI,
ka uterus tetap tidak berkontraksi, ulangi
kompresi
viii.Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan
perlahan-lahan dan pantau kala IV dengan
seksama
89

Jika uterus tidak berkontraksi, rujik segera ke


fasilitas kesehatan untuk dilakukan
pembedahan.
(b) Lasserasi jalan lahir
Penjahitan
Penjahitan dilakukan untuk menyatukan
kembaliatau mendekatkan jaringan tubuh dan
mencegah kehilangan darah yang tidak
perlu.ingat bahwa setiap kali jaringan masuk
kedalam tubuh, jaringan akan terluka dan
menjadi tempat potensial untuk terjadi infeksi.
oleh karena itu pad saat menjahit gunakan
panjang dan buat sesedikit mungkin jahitan
untuk mencapa tujuan pendekatan dan
hemostatis.
(c) Retensio plasenta
Pada prinsipya, penanganan retensio plasenta
sesui dengan etiologi atau penyebabnya.
(1) Jika plasenta terlihat dalam vagina, minta iu
untuk mengejan dan jika plasenta dan
vagina dapat diraba, kluarkan plasenta
tersebut.
(2) Pastikan kandung kemih kosong
(3) Jika plasenta belum lahir setelah 30 menit
pemberian oksitosin dan uterus
berkontraksi, lakukan penarikan tali pusa
terkendali.
90

d. Kala IV
Kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam
sesudahnya. Hal yang perlu diperhatikan pada kal IV adalah kontraksi
uterus smapaiuterus kembali ke bentuk normal.
1) Penanganan pada kala IV
a) Tanda Vital
Pemantauan dan evaluasi lanjut tanda vital meliputi usaha
untik memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik,
tidak terjadia perdarahan pervagina atau alt genetalia lainnya,
plasenta dan selaput ketuban telah lahir lengkap, kanduang
kemih kosong, luka pada perineum terawatt baik dan tidak
terjadi hematoma. Selain itu, ibu dan bayi berada dalama
keadaan yang baik.
Tanda syok pada ibu harus diperhatikan seperti nad cepat
dan lemah (110 kali/menit), tekanna darah rendah sistolik
>90 mmHg, pucat, berkeringat, dingin, kulit lembab, nafas
cepat, kesadaran menurun, dan urin protein sangat sedikit.
b) Kontraksi uterus
Kontraksi yang baik pada uterus adalah bahwa uterus terba
keras dan tidak lembak dan tinggi fundus uteri berada 1-2 jari
di bawah pusat setelah melahirkan. Pemeriksaan kontraksi
uterus dilakukan 15 menit pada jam pertama pascapartum,
dan 30 menit 1 jam kedua pascapartum.
c) Lockea
Selema beberapa hari persalinan, lokhea tampak merah
karena ditemukan eritrosit atau disebut lochea rubra. Setelah
3 sampa 4 hari, loche menhjadi pucar atau lochea serosa, dan
hari ke 10, lochea tampak putih atau kekuning-kuningan atau
lochea alba. Lochea berbau busuk dapat menjadi indikasi
dengan endometrisis.
d) Kandung kemih
91

Kandaung kemih harus tetap bertahan dalam keadaan


kosong. Kandung kemih penuh dapat menghalangi kontraksi
maksimal hingga perdarahan terjadi.
e) Perineum
Setelah persalianan, keadaan perineum harus juga menjadi
perhatian. Apabila terdapat luka jahit, perlu diperhatikan
tanda-tanda infeksi, luka jahitan yang terbuka, dan kebersihan
area luka jahitan.
f) Perkiraan darah yang hilang
Perkiraan darah yang hilang sangat penting bagi
keselamatan ibu. Apabila ibu mengeluh lemas, pusing,
keadaran menurun, dan tekanan darah sistolik turun lebih dari
10 mmHg dari kondisi sebelumnya, perdarahan telah terjadi
sebanyak lebih dari 500 ml.
92

D. Bayi baru lahir


1. Pengertian BBL
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu
yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta
harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke
kehidupan ekstrauterin.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37-42 minggu dan berat badan 2500 – 4000 gram ( Ibrahim
Kristiana S. 1984. Perawatan Kebidanan jilid II, Bandung ).
( Vivian Nanny Lia Dewi, 2011 hal : 1 )

2. Ciri-ciri BBL
a. Lahir aterm antara 37-42 minggu
b. Berat badan 2500 – 4000 gram
c. Panjang badan 48 – 52 cm
d. Lingkar kepala 33 – 35 cm
e. Lingkar dada 30 – 38 cm
f. Lingkar lengan 11-12 cm
g. Frekuensi denyut jantung 120-160 x / menit
h. Pernapasan 40 – 60 x / menit
i. Kulit kemerah-kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang
cukup
j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna
k. Kuku agak panjang dan lemas
l. Nila APGAR > 7
m. Gerak aktif
n. Bayi lahir langsung menangis kuat
o. Refleks rooting ( mencari puting susu dengan rangsang taktil pada pipi
dan daerah mulut ) sudah terbentuk dengan baik
p. Refleks sucking ( isap dan menelan ) sudah terbentuk dengan baik
93

q. Refleks morro ( gerakan memeluk bila dikagetkan ) sudah terbentuk


dengan baik
r. Refleks grasping ( mengenggam ) sudah baik
s. Genetalia
 Pada lelaki kematangan di tandai dengan testis yang berada pada
skrotum dan penis yang berlubang
 Pada perempuan kematangan di tandai dengan vagina dan uretra
yang berlubang, serta adanya labia mayora dan labia minora
t. Eliminasi baik yang di tandai dengan keluarnya mekonium dalam 24
jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan
( Vivian Nanny Lia Dewi, 2011 hal : 2 )

3. Penilaian BBL
APGAR SCORE
Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2
Tubuh
Apperance Pucat /biru Seluruh tubuh
merah,ekstremitas
( warna kulit ) seluruh tubuh kemarahan
biru
Pulse
Tidak ada < 100 .> 100
( denyut jantung )
Grimace
Ekstremitas
( tonus otot ) Tidak ada Gerakan aktif
sedikit fleksi

Activity Langsung
Tidak ada Sedikit gerak
( aktivitas ) menangis
Respiration Lemah/tidak
Tidak ada menangis
( pernapasan ) teratur
94

Interpretasi :
a. Nilai 1 – 3 asfiksia berat
b. Nilai 4 – 6 asfiksia sedang
c. Nilai 7 – 10 asfiksia ringan ( normal )
( Vivian Nanny Lia Dewi, 2011 hal : 2-3 )
4. Penatalaksanaan awal BBL
a. Membersihkan jalan nafas sekaligus menilai Apgar menit pertama.
b. Mengeringkan badan bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan
kain yang halus dan handuk.
c. Memotong dan mengikat tali pusat dengan memperhatikan teknik
antseptik sekaligus menjadi Skor Apgar menit kelima.
d. Mempertahankan suhu tubuh.
e. Membersihkan badan bayi.
f. Member obat untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata.
g. Melaksankan pemeriksaan kesehatan bayi.
h. Memasang pakain bayi.
i. Mengajarkan ibu cara membersihkan jalan nafas, membersihkan air
susu ibu (ASI) dan manfaatnya, perwatan tali pusat, perwatan bayi
sehari-hari, peawatan payudara selama menyusui.
j. Menjelaskan pentingnya memberikan ASI sedini mungkin, makan
bergizi bagi ibu, mengikuti program imunisasi utuk bayi, an KB bagi
ibu sesegera mungkin
k. Melaksanakan follow up atau kunjungan rumah kembali
( Sari Wahyuni, Thn 2011, Hal : 04-05 ).

5. Adaptasi fisiologis BBL


Penelitian menunjukkan bahwa 50 % kematian bayi terjadi pada
periode neonatal yaitu di bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya
penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-
kelainan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian.
Sebagai contoh bayi yang mengalami hipotermi akan menyebabkan
95

hipoglikemia dan akhirnya dapat terjadi kerusakan otak. Pencegahan


merupakan hal yang terbaik yang harus dilakukan dalam penanganan
neonatal sehingga neonatus sebagai individu yang haru menyesuaiakan diri
dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin dapat bertahan dengan baik
karena periode neonatal merupakan periode yang paling kritis dalam fase
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Oleh karena itu, penting untuk
diketahui oleh para tenaga kesehatan mengenai adaptasi fisiologi pada bayi
baru lahir, terutama pada bidan yang selalu memberikan pelayanan
kesehatan bagi ibu,bayi dan anak.

a. Pengertian Fisiologi Neonatus

Fisiologi neonatus merupakan ilmu yang mempelajari fungsi


dan proses vital neonatus. Neonatus adalah individuyang baru saja
mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari
kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Selain itu, neonatus
adalah individu yang sedang bertumbuh.

b. Sistem Pernapasan

Berikut adalah tabel mengenai perkembangan sistem


pulmonal sesuai dengan usia kehamilan

Tabel. Perkembangan sistem pulmonal


Usia Kehamilan Perkembangan
24 hari Bakal paru-paru terbentuk
26-28 hari Kedua bronkus membesar
6 minggu Segmen bronkus terbentuk
12 minggu Lobus terdiferensiasi
24 minggu Alveolus terbentuk
28 minggu Surfaktan terbentuk
34-36 minggu Struktur paru terbentuk
96

Ketika struktur matang,ranting paru-paru sudah bisa


mengembangkan sistem alveoli. Selama dalam uterus, janin mendapat
oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta dan setelah bayi lahr,
pertukaran gas harus melalui paru-paru.

Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi karena


beberapa hal berikut.

1) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir ( stimulasi


mekanik ).
2) Penurunan Pa𝑂2 dan peningkatan Pa𝑂2 merangsang kemoreseptor
yang terletak di sinus karotikus ( stimulasi kimiawi ).
3) Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di dalam
uterus ( stimulasi sensorik ).
4) Refleks defleksi haring breur.

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30


menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk
mempertahankan tekana alveoli, selain karena adanya surfaktan, juga
karena adanya tarikan napas dan pengeluaran nafas dengan merintih
sehingga udara bisa tertahan di dalam. Cara neonatus bernafas dengan
cara bernafas difragmatik dan abdominal, sedangkan untuk frekuensi
dan dalamnya bernafas belum teratur. Apabila surfaktan
berkurang,maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku, sehingga
terjadi atelektasis. Dalam kondisi seperti ini ( anoksia ), neonatus
masih dapat mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan
metabolisme anaerobik.

c. Peredaran Darah

Pada masa fetus, peredaran darah di mulai dari plasenta


melalui vena umbilikalis lalu sebagian ke hati dan sebagian lainnya
langsung ke serambi kri jantung,kemudian ke bilik kiri jantung. Dari
97

bilik kiri darah di pompa melaui aorta ke seluruh tubuh, sedangkan


yang dari bilik kanan darah dipompa sebagian ke paru dan sebagian
melalaui duktus ke aorta.

Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan


mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang diikuti
dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini
menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkan dengan
tekanan jantung kanan, dan hal tersebutlah yang membuat foramen
ovale secara fungsional menutup. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama
setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan
dalam aorta desenden naik dan juga karena rangsang biokimia
(Pa𝑂2 yang naik ) serta duktus arteriosus yang berobliterasi. Hal ini
terjadi pada hari pertama.

Aliran darah paru oada hari pertama kehidupan adalah 4-5


liter per menit/𝑚2 ( gesser 1965). Aliran darah sistolik pada hari
pertama rendah yaitu 1,96 liter/menit/𝑚2 dan bertambah pada hari
kedua dan ketiga ( 3,54 liter/𝑚2 ) karena penutupan duktus arteriosus.
Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang
melalui transfusi plasenta yang pada jam-jam pertama sedikit menurun,
untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.

d. Suhu Tubuh

Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan


bayi baru lahir kehilangan panas tubuhnya.

1) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda
sekitarnyayang kontak langsung dengan tubuh bayi ( pemindahan
panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung ).
Sebagai contoh,konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi tanpa
98

alas timbangan, memegang bayi saat tangan dingin, dan


menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL
2) Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang
sedang bergerak ( jumlah panas yang hilang bergantung pada
kecepatan dan suhu udara ). Sebagai contoh, konveksi dapat terjadi
ketika membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela, atau
membiarkan BBL di ruangan yang terpasang kipas angin.
3) Radiasi
Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke
lingkungan yang lebih dingin ( pemindahan panas antara 2
objekyang mempunyai suhu berbeda). Sebagai contoh,membiarkan
BBL dalam ruangan AC tanpa diberikan pemanas ( radiant warmer
), membiarkan BBL dalam keadaan telanjang atau menindurkan
BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin ( dekat tembok )
4) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan yang tergantung
pada kecepatan dan kelembapan udara ( perpindahan panas dengan
cara mengubah cairan menjadi uap ). Evaporasi ini dipengaruhi
oleh jumlah panas yang dipakai,tingkat kelembapan udara, dan
aliran udara melewati. Apabila BBL dibiarkan dalam suhu kamar
25 ℃ , maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi,radiasi,
dan evaporasi yang besarnya 200 kg/BB, sedangkan yang di bentuk
hanya sepersepuluhnya saja. Agar dapat mencegah terjadinya
kehilangan panas pada bayi, maka lakukan hal berikut :
a) Keringkan bayi secara saksama
b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang kering dan
hangat
c) Tutup bagian kepala bayi
d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
99

f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat


e. Metabolisme

Luas permukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari tubuh


orang dewasa, sehingga metabolisme basal per kg berat badab akan
lebih besar. Oleh karena itulah, BBL harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru sehingga energi dapat diperoleh dari metabolisme
karbohidrat dan lemak.

Pada jam-jam pertama kehidupan,energi didapatkan dari


perubahan karbohidrat. Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran
lemak. Setelah mendapatkan susu, sekitar di hari ke enam energi
diperoleh dari lemak dan karbohidrat yang masing-masing sebesar 60
dan 40 %.

f. Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal


Tubuh BBL mengandung relatif banyak air. Kadar natrium
juga relatif lebih besar dibandingkan dengan kalium karena ruangan
ekstraseluler yang luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena :
1) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa
2) Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal
3) Renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan dengan orang
dewasa
g. Imunoglobin

Bayi baru lahir tidak memiliki sel plasma pada sumsum


tulang juga tidak memiliki lamina propia dan apendiks. Plasenta
merupakan sawar, sehingga fetus bebas dari antigen dan stres
imonologis. Pada BBL hanya dapat terdapat gamaglobin G, sehingga
imunoglobin dari ibu dapat berpindah melalui plasenta karena berat
molekulnya kecil. Akan tetapi,bila ada infeksi yang dapat melalui
plasenta ( lues, toksoplasma, herpes simpleks, dan lain-lain ) reaksi
100

imunoglobin dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma serta


antibodi gama A,G dan M.

h. Traktus Digestivus

Traktus digestivus relatif lebih berat dan lebih panjang


dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonatus, traktus digestivus
mengandung zat berwarna hitam kehijauan yang terjadi atas
mukopolisakarsa atau disebut juga dengan mekonium. Pengeluaran
mekonium biasanya pada 10 jam pertama kehidupan dan dalam 4 hari
setelah kelahiran biasanya fetus sudah terbentuk dan berwarna biasa.
Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus,
kecuali enzim amilase pankreas.

i. Hati

Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan


morfologis yang berupa kenaikkan kadar protein dan penurunan kadar
lemak serta glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun
dalam waktu yang agak lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu
bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum
sempurna,contohnya pemberian obat kloramfenikol dengan dosis lebih
dari 50 mg/kgBB/hari dapat menimbulkan grey baby syndrome.

j. Zat dengan keseimbangan Asam Basa


Tingkat keasaman ( PH ) darah pada waktu lahir umunya
rendah karena glikolisis anaerobik. Namun, dalam waktu 24 jam,
neonatus telah mengompensasi asidosis ini.
( Vivian Nanny Lia Dewi, 2011 hal : 11-15 )
101

6. Tanda-tanda bahaya BBL


a. Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali/menit,
b. Terlalu hangat (>38°c) atau terlalu dingin (<36°c),
c. Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat, atau memar,
d. Isapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, dan mengantuk
berlebihan,
e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, dan berdarah,
f. Terdapat tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah,
bengkak, bau busuk, keluar cairan, dan pernapasan sulit,
g. Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24, feses lembek atau cair,
sering berwarna hijau tua, dan terdapat lender atau darah,
h. Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bias tenang,
menangis terus menerus. (Vivian Nanny Lia Dewi, 2010, Hal : 29).

2. Mekanisme kehilangan panas


Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi
baru lahir kehilangan panas tubuhnya.
a. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnyayang
kontak langsung dengan tubuh bayi ( pemindahan panas dari tubuh
bayi ke objek lain melalui kontak langsung ). Sebagai
contoh,konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi tanpa alas
timbangan, memegang bayi saat tangan dingin, dan menggunakan
stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL.
b. Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang
sedang bergerak ( jumlah panas yang hilang bergantung pada
kecepatan dan suhu udara ). Sebagai contoh, konveksi dapat terjadi
ketika membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela, atau
membiarkan BBL di ruangan yang terpasang kipas angin.
c. Radiasi
102

Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke lingkungan


yang lebih dingin ( pemindahan panas antara 2 objekyang mempunyai
suhu berbeda). Sebagai contoh,membiarkan BBL dalam ruangan AC
tanpa diberikan pemanas ( radiant warmer ), membiarkan BBL dalam
keadaan telanjang atau menindurkan BBL berdekatan dengan ruangan
yang dingin ( dekat tembok )
d. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan yang tergantung
pada kecepatan dan kelembapan udara ( perpindahan panas dengan
cara mengubah cairan menjadi uap ). Evaporasi ini dipengaruhi oleh
jumlah panas yang dipakai,tingkat kelembapan udara, dan aliran udara
melewati. Apabila BBL dibiarkan dalam suhu kamar 25 ℃ , maka
bayi akan kehilangan panas melalui konveksi,radiasi, dan evaporasi
yang besarnya 200 kg/BB, sedangkan yang di bentuk hanya
sepersepuluhnya saja. Agar dapat mencegah terjadinya kehilangan
panas pada bayi, maka lakukan hal berikut :
1) Keringkan bayi secara saksama
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang kering dan
hangat
3) Tutup bagian kepala bayi
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
6) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
( Vivian Nanny Lia Dewi, 2011 hal : 13-14 )

3. Perawatan tali pusat

Dengan menggunakan klem DTT, lakukan penjepitan tali pusat


dengan klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut ( pangkal pusat ) bayi.
Dari titik penjepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi
tali pusat ke arah ibu ( agar darah tidak terpancar pada saat tali pusat di
103

potong ). Lakukan penjepitan kedua pada jarak 2 cm dari penjepitan


pertama. Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain
memotong tali pusat diantara 2 klem dengan menggunakan gunting DTT.

Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah stabil maka
lakukan pengikatan puntung tali pusat atau jepit dengan klem plastic tali
pusat ( bila tersedia ).

a. Celupkan tangan ( masih menggunakan sarung tangan ) kedalam


larutan klorin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi lainnya
b. Bilas tangan dengan air DTT
( Johariah, S.ST, M.Keb, 2012, Hal : 173-
4. Pendokumentasian asuhan BBL

Seperti halnya kala I-IV persalinan, pendokumentasian tentang


bayi baru lahir juga dicantumkan pada lembar partograf halaman belakang,
hal yang di dokumentasikan antara lain sebagai berikut :

a. Berat badan
b. Panjang badan, pengukuran antripometri dilakukan satu jam setelah
lahir ada dalam dekapan ibu
c. Jenis kelamin
d. Penilaian bayi baru lahir. Setelah bayi lahir, langsung dinilai apakah
ada penyulit atau tidak, dikatakan ada penyulit jika bayi lahir tidak
langsung menangis dan warnanya tidak merah
e. Jika ada penyulit apa tindakan bidan, nilai apakah ada cacat bawaan
f. Pemberian ASI pertama kali juga di dokumentasikan, selain untuk
kebutuhan bayi, pendikumentasian ini dapat juga untuk menilai
bonding attacment.
( Ambar Dwi Erawati, S.SIT, Tahun 2016 )
104

E. Masa nifas
1. Pengertian
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran placenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa hamil atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya
placenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Dalam bahasa
latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini dise but
puerperium yaitu dari kata yang artinya bayi dan parous melahirkan. Jadi
puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Puerperium adalah
masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti prahamil. Sekitar 50% kematian ibu terjadi
dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pelayanan pasca-persalinan
yang berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi.
(Vivian Nanny Lia Dewi dkk, 2012 Hal : 30)

2. Tujuan asuhan masa nifas


a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas. Tujuan perawatan masa
nifas adalah untuk menghindarkan/mendeteksiadanya kemungkinan
adanya pendarahan postpartum dan infeksi. Oleh karena itu, penolong
persalinan sebaiknya tetap waspada, sekurang-kurangnya satu jam
postpartum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi
persalinan. Umumnya wanita sangat leah setelah melahirkan, terlebih
bila partus berlangsung lama.
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Menjaga kesehatan ibu dan
bayinya baik fisik maupun psikologis harus diberikan oleh penolong
persalinan. Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh.
Bidan mengajarkan kepada ibu bersalin bagaimana membersihkan
daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti
untuk membersihkan daerah disekitar vulvaterlebih dahulu, dari depan
kebelakang dan baru membersihkan daerah sekitar anus. Sarankan ibu
105

untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan ibu untuk
menghindari/tidak menyentuh daerah luka.
c. Melaksanakan skrining secara komprehensif. Melaksanakan skrining
yang komprehensif dengan mendeteksi masalah, mengobati, dan
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Pada hal ini
seorang bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV yang
meliputi pemeriksaan plasenta, pengawasan TFU, pengawasan PPV,
pengawasan konsistensi rahim, dan pengawasan keadaan umum ibu.
Bila ditemukan permasalahan, maka harus segera melakukan tindakan
sesuai dengan standar pelayanan pada penatalaksanaan masa nifas.
d. Memberikan pendidikan kesehatan diri. Memberikan pelayanan
kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB, menyusui, pemberian
imunisasi kepada bayinya, dan perawatan bayi sehat.
1) Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan
payudara, yaitu sebagai berikut.
a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
b) Menggunakan bra yang menyokong payudara.
c) Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang
keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui.
Menyusui tetap dilakukan melalui dari puting susu yang tidak
lecet.
d) Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya
bendungan ASI.
Konseling mengenai KB. Bidan memberikan
konseling mengenai KB, antara lain seperti berikut ini.
(1) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2
tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus
menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin
merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada
106

mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak


diinginkan.
(2) Biasanya wanita akan menghasilkan ovulasi sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya setelah persalinan. Oleh karena
itu, penggunaan KB dibutuhkan sebelum haid pertama
untuk mencegah kehamilan baru. Pada umumnya metode
KB dapat dimulai 2 minggu setelah persalinan.
(3) Sebelum menggunakan KB sebaiknya dijelaskan
efektivitasnya, efek samping, untung ruginya, serta kapan
metode tersebut dapat digunakan.
(4) Jika ibu dan pasangan telah memilih KB tertentu, dalam 2
minggu ibu dianjurkan untuk kembali. Hal ini untuk
melihat apakah metode tersebut bekerja dengan baik.
(Vivian Nanny Lia Dewi, 2012, Hal : 35)

3. Tahapan-tahapan masa nifas


a) Puerpurium Dini
Yang dimaksud dengan puerpurium dini adalah masa
kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berjalan ( Mochtar, 1998
: 115 ). Pada masa tidak dianggap perlu lagi menahan ibu setelah
persalinan terlentang di tempat tidurnya selama 7 – 14 hari setelah
persalinan. Ibu nifas sudah diperbolehkan bangun dari tempat
tidurnya dalam 24 – 48 jam setelah persalinan. Keuntungan dari
puerpurium dini adalah ibu merasa lebih sehat dan kuat, faal usus
dan kandung kemih lebih baik, ibu dapat segera belajar merawat
bayinya.
b) Puerpurium Intermedia
Puerpurium intermedia adalah kepulihan menyeluruh
alat-alat genetaliaeksterna dan interna yang lamanya 6 – 8 minggu.
Alat genetalia tersebut meliputi uterus, bekas implantasi plasenta,
luka jalan lahir, cervix, endometrium dan ligamen-ligamen.
107

c) Remote Puerpurium
Mochtar ( 1998 : 115 ) mengatakan remote puerpurium
adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bagi ibu selama hamil atau melahirkan mempunyai
komplikasi. Waktu sehat sempurna bisa berminggu-minggu,
berbulan-bulan dan tahunan.

4. Tindak lanjut asuhan masa nifas


Bidan dapat menggunakan berbagai metode untuk tetap
dapat berhubungan dengan ibu dan bayi antara periode segera
pascapartum segera dan pemeriksaan empat hingga enam minggu
pascapartum. Beberaa bidan melakukan panggilan per telepon,
beberapa melakukan kunjungan rumah, dan beberapa meminta ibu dan
bayi kembali untuk kunjungan 2 minggu pascapartum. Beberapa bidan
mungkin bekerja sama dengan perawat atau melatih asisten kelahiran
untuk memenuhi panggilan per telepon atau melakukan kunjungan
rumah.
Beberapa bidan melakukan kombinasi kegiatan diatas,
bergantung pada kebutuhan bayi dan keluarga.
Aktivitas ini mempunyai beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut:
1. Mengevaluasi perjalanan pasca partum dan kesejahteraan ibu.
2. Mengevaluasi kesejahteraan bayi
3. Mengevaluasi kemajuan dan kenyamanan dalam kemampuan
merawat dan penerimaan peran sebagai orang tua
4. Meninjau pengalaman dan pelahiran ibu.
5. Memudahkan akses dalam menerima pertanyaan dan masalah, serta
menciptakan kontak dengan ibu agar merasa nyaman dalam
menelpon jika ia mempunyai pertanyaan atau masalah
6. Memberikan pengajaran dan konseling yang dibutuhkan.
108

Meskipun terdapat beberapa fakta bahwa hasil akhir fisik


tidak membaik dengan kunjungan pascapartum awal, banyak masalah
pasca partum yang muncul mungkin lebih baik diatasi dengan
intervensi dini. Sebagai contoh: dukungan menyusui dapat
memungkinkan ibu melanjutkan menyusui, bahkan menyapi bayinya
dengan susu formula. Selain itu, mungkin mengawali awitan awal
depresi pascapartum dan mencari bantuan untuk mengawasinya.

Panggilan telepon biasanya dilakukan sehari setelah


kelahiran atau sehari setelah ibu pulang kerumah dari rumah bersalin
atau rumah sakit dan beberapa hari kemudian. Panggilan telepn sering
kali di kombinasikan dengan kunjungan dua minggu pascapartum
dikantor atau klinik. Selama panggilan pertelepon, bidan menyaring
masalah-masalah yang ada dengan menanyakan tentang kesejahteraan
maternal dan bayi.

Pada kunjungan rumah, bidan mengobservasi hal-hal


sebagai beikut :

a. Respon ibu terhadap kebutuhan dan isyarat bayi


b. Interaksi bayii-bayi
c. Kedudukan bayi dalam lingkungan sosial dirumah.
d. Sumber-sumber dirumah (misalnya: pipa ledeng, suplai air, lemari
es, penyejuk udara, penghangat ruangan, gorden jendela, suplai
perawatan bayi).

Kunjungan rumah juga meliputi pemeriksaan singkat fisik


ibu dan bayi. Pemeriksaan singkat pada ibu dapat meliputi hal-hal
berikut :

a. Tekanan darah
b. Suhu tubuh
c. Evaluasi payudara.
109

d. Pengkajian abdomen.
e. Pemeriksaan perineum termasuk pengkajian lokia

Pemeriksaan fisik singkat pada bayi dapat meliputi hal-hal :

a. Suhu tubuh, nadi, frekuensi pernapasan.


b. Pemeriksaan dehidrasi (turgor kulit, cekungan).
c. Auskultasi jantung dan paru-paru.
d. Pemeriksaan tali pusat
e. Pemeriksaan sirkumsisi
f. Penepisan untuk ikterus
g. Observasi responsivitas/perhatian
h. Pengkajian kesejahteraan fisik dan keadekuatan perawatan.
(Vivian Nanny Lia Dewi dkk, Hal : 93-94).

5. Perubahan yang terjadi pada masa nifas


a. Perubahan Sistem Reproduksi
1. Uterus
Pada uterus terjadi involusio. Proses involusio
adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum
hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada
tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira
2 cm dibawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Pada saat ini, besar uterus kira-kira
sama besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu (kira-
kira sebesar jeruk asam) dan beratnya kira- kira 100 gr.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai
kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Dalam beberapa hari
kemudian, perubahan involusio berlangsung dengan cepat.
Fundus turun kira- kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari
pascapartum keenam fundus normal akan berada
110

dipertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus


tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pasca
partum.
Uterus pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali
berat sebelum hamil, berinvolusi kira-kira 500 gr 1 minggu
setelah melahirkan dan 350 gr (11 sampai 12 ons) 2 minggu
setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di
dalam panggul sejati lagi. Pada minggu keenam, beratnya
menjadi 50 -60 gr.
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron
bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama
hamil. Pertumbuhan uterus prenatal bergantung pada
hiperplasia, peningkatan-peningkatan jumlah sel-sel otot dan
hipertrofi sel-sel yang telah ada. Pada masa postpartum
penurunan kadar hormone-hormon ini menyebabkan terjadinya
autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi sel-sel
yang telah ada. Pada masa postpartum penurunan kadar
hormon -hormon ini menyebabkan terjadinya autolisis,
perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan.
Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap.
Hal inilah yang menjadi penyebab ukuran uterus sedikit lebih
besar setelah hamil.
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk kembali
pada keadaan tidak hamil. Penyebab subinvolusi yang paling
sering adalah tertahannya fragmen plasenta dan infeksi.
2. Involusi Tempat Plasenta
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan
tempat dengan permukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira
sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada
akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4cm dan pada akhir nifas 1-
111

2cm. Penyembuhan luka bekas plasenta mengandung banyak


pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus.
3. Perubahan Ligament
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia
yang meregan sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin
lahir berangsu-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak
jarang ligamentum rotundum menjadi kendur yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi. Tidak jarang
pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah
melahirkan oleh karena ligamen, fasia dan jaringan penunjang
alat genetalia menjadi agak kendor.
4. Perubahan pada serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks post partum
adalah bentuk serviks yang akan menganga seperti corong.
Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat
mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi
sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks
uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah
kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.
Beberapa hari setelah persalinan, ostium eksternum
dapat dilalui oleh dua jari, pinggir-pinggirnya tidak rata, tetapi
retak-retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir
minggu pertama hanya dapat dilalui oleh satu jari saja, dan
lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari kanalis
servikalis.
Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru yang
mengakibatkan serviks memanjang seperti celah. Walaupun
begitu, setelah involusi selesai, ostium eksternum tidak serupa
dengan keadaannya sebelum hamil. Pada umumnya ostium
eksternum lebih besar dan tetap terdapat retak-retak dan
112

robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir


sampingnya. Oleh karena robekan ke samping ini terbentuklah
bibir depan dan bibir belakang pada serviks.
5. Lokia
Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar
dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi
nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa
cairan. Campuran antara darah dengan desidua tersebut
dinamakan lokia, yang biasanya berwarnah merah muda atau
putih pucat.
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa
nifas dan mempunyai reaksi basa / alkalis yang dapat membuat
organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam
yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis
meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-
beda pada setiap wanita. Sekret mikroskopik lokia terdiri atas
eritrosit, peluruhan desidua, sel epitel, dan bakteri. Lokia
mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran
lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya
diantaranya sebagai berikut :
1) Lokia rubra / merah ( kruenta )
Lokia ini muncul pada hari pertama sampai hari
ketiga masa post partum. Sesuai dengan namanya,
warnanya biasanya merah dan mengandung darah dari
perobekan / luka pada plasenta dan serabut dari desidua
dan chorion. Lokia ini terdiri atas sel desidua, verniks
caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, dan sisa darah.
2) Lokia sanguiloenta
Lokia ini berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir karena pengaruh plasma darah, pengeluarannya
pada hari ketiga sampai kelima hari post partum.
113

3) Lokia serosa
Lokia ini muncul pada hari ke 5-9 post partum.
Warnanya biasa kekuningan atau kecoklatan. Lokia ini
terdiri atas lebih sedikit darah dan lebih banyak serum,
juga terdiri atas leukosit dan robekan laserasi plasenta.
4) Lokia alba
Lokia ini muncul lebih dari hari ke 10 post
partum. Warnanya lebih pucat, putih kekuningan, serta
lebih banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks,
dan serabut jaringan yang mati.
Bila pengeluaran lokia tidak lancar, maka disebut
lochiastasis. Jika lokia tetap berwarnah merah setelah dua
minggu ada kemungkinan tertinggalnya sisa plasenta atau
karena involusi yang kurang sempurna yang sering disebabkan
retroflexio uteri. Lokia mempunyai suatu karakteristik bau
yang tidak sama dengan sekret menstrual. Bau yang paling kuat
pada lokia serosa dan harus dibedakan juga dengan bau yang
menandakan infeksi.
Lokia disekresikan dengan jumlah banyak pada awal
jam postpartum dan selanjutnya akan berkurang sejumlah besar
sebagai lokia rubra, sejumlah kecil sebagai lokia serosa, dan
sejumlah lebih sedikit lagi lokia alba. Umumnya jumlah lokia
lebih sedikit bila wanita postpartum berada dalam posisi
berbaring dari pada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan
bersatu di vagina bagian atas manakala wanita dalam posisi
berbaring dan kemudian akan mengalir keluar manakala dia
berdiri. Total rata-rata pembuangan lokia kira-kira 8-9 az atau
sekitar 240 dan 270 ml.
114

6. Perubahan pada vagina dan perineum


Estrogen pascapartum yang menurun berperan
dalam penipisan mukosa vagina, dan hilangnya rugae. Vagina
yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap
pada ukuran sebelum hamil selama 6-8 minggu setelah bayi
lahir. Rugae akan kembali terlihat pada minggu ke empat,
walaupun tidak akan menonjol pada wanita nullipara. Pada
umumnya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap
atrofik pada wanita yang menyusui sekurang-kurangnya sampai
menstruasi di mulai kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi
seiring pemulihan fungsi ovarium.
Kekurangan oksigen menyebabkan penurunan
jumlah pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina.
Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus (
dispareunia ) menetap sebagai fungsi ovarium kembali normal
dan menstruasi dimulai lagi. Biasanya wanita dianjurkan
menggunakan pelumas larut air saat melakukan hubungan
seksual untuk mengurangi nyeri.
Pada awalnya, introitus mengalami eritematosa dan
edematosa, terutama pada daerah episiotomi atau jahitan
laserasi. Perbaikan yang cermat, pencegahan atau pengobatan
dini hematoma dan higyene yang baik selama 2 minggu
pertama setelah melahirkan biasanya membuat introitus dengan
mudah dibedakan dari introitus pada wanita nullipara.

b. Perubahan tanda-tanda vital


Beberapa perubahan tanda-tanda vital biasa terlihat jika
wanita dalam keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik
peningkatan tekanan darah sistole maupun diastole dapat timbul
dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita
melahirkan. Fungsi pernafasan kembali pada fungsi saat wanita
115

tidak hamil yaitu pada bulan keenam setelah melahirkan. Setelah


rahim kosong, diafragma menurun, aksis jantung kembali normal,
serta impuls dan EKG kembali normal.
1. Suhu badan
Satu hari ( 24 jam ) postpartum suhu badan akan
naik sedikit ( 37,5-38ºC ) sebagai akibat kerja keras waktu
melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan
normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga
suhu badan naik lagi karena ada pembentukan ASI dan
payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya
ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada
endometrium, mastitis, traktus genetalis, atau sistem lain.
2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x /
mnt. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih
cepat.
3. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah
akan rendah setelah melahirkan karena ada pendarahan.
Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan
terjadinya preeklamsia post partum.
4. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,
pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran nafas.
c. Perubahan sistem kardiovaskular
1. Volume darah
Perubahan volume darah bergantung pada beberapa
faktor, misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan
mobilisasi, serta pengeluaran cairan ekstravaskular ( edema
116

fisiologis ). Kehilangan darah merupakan akibat penurunan


volume darah total yang cepat, tetapi terbatas. Setelah itu
terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebabkan
volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ke-3 dan
ke-4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun
sampai mencapai volume darah sebelum hamil. Pada
persalinan pervaginam, ibu kehilangan darah sekitar 300-400
cc. Bila kelahiran melalui SC, maka kehilangan darah dapat
dua kali lipat. Perubahan terdiri atas volume darah dan
hematokrit. Pada persalinan pervaginam, hematokrit akan naik,
sedangkan pada SC, hematokrit cenderung stabil dan kembali
normal setelah 4-6 minggu.
Tiga perubahan fisiologi pasca partum yang terjadi
pada wanita antara lain sebagai berikut :
1) Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran
pembuluh darah maternal 10-15 %
2) Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan
stimulasi vasodilatasi
3) Terjadi mobilisasi air ekstravaskular yang disimpan selama
wanita hamil

2. Curah jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah
jantung meningkat sepanjang masa hamil. Segera setelah
wanita melahirkan, keadaan ini meningkat bahwa lebih tinggi
selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi
sirkulasi uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.
Nilai ini meningkat pada semua jenis kelahiran.
3. Perubahan sistem hematologi
Selama minggu-minggu kehamilan, kadar fibrinogen
dan plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat.
117

Pada hari pertam postpartum, kadar fibrinogen dan plasma


akan sedikit menurun, tetapi darah lebih mengental dengan
peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor
pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana
jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama
persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dan
pascapost partum.
Jumlah sel darah putih tersebut masih biasa naik
sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika
wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah
hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit akan sangat bervariasi
pada masa-masa awal postpartum sebagai akibat dari volume
darah. Volume plasenta dan tingkat volume darah yang
berubah-ubah akan dipengaruhi oleh status gizi wanita
tersebut. Kira-kira selama kehamilan dan masa postpartum
terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan
volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin
pada kari ke-3 sampai ke-7 postpartum dan akan kembali
normal dalam 4-5 minggu postpartum.
d. Sistem pencernaan pada masa nifas
1. Nafsu makan
Ibu biasanya merasa lapar segera setelah melahirkan
sehinnga ia boleh mengonsumsi makanan ringan. Ibu sering kali
cepat laparsetelah melahirkan dan siap makan pada 1 – 2 jam
post – primordal, dan dapt ditoleransi dengan diet yang ringan.
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anastesi dan
keletihan, kenabyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan
untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang biasa
dikomsumsi disertai komsumsi camilan sering ditemukan.
118

Sering kali untuk pemulihan nafsu makan, diperlukan


waktu 3 - 4 hari sebelumfaal usus kembali normal. Meskipun
kadar progestron menurun setelah melahirkan, namun asupn
makanan juga mengalami penurunan selama atau dua hari, gerak
tubuh berkurang dan usus sering bagian bawah sering kosong
jika sebelum melahirkan diberikan enema.
2. Motilitas
Secara khas, peenurunan tonus dan molititas otot
traktus cerna menetap selama waktu selama waktu yang singkat
setalah bayi lahir. Kelebihan analgenesia dan anastesia bisa
memperlambat pengembalian tonus dan molititas
3. Pengosongan usus
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama
dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bsa
disebab karena tonus otot usus menurun selama proses
persalinan dan pada awal masa pascapartum. Diare sebelum
melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah
menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yag dirasakannya di
perineum akibat episiotomi, laserasi atau hemorid. Kebiasaan
buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus
kembali normal. Kebiasaan mengosongkan usus secara regular
perlu dilatih kembali untuk merangsang pengosongan usus.
Sistem pencernaan pada masa nifas membuhtuhkan
waktu yang berangsung-angsur untuk kembali normal. Pola
makan ibu nifas tidak akan seperti biasa dalam beberapa hari
dan perineum ibu akan terasa sakit untuk defekasi. Faktor-faktor
tersebut mendukung konstiasi pada ibu nifas dalam minggu
pertama. Supositoria dibutuhkan untuk membantu eliminasi
pada ibu nifas. Akan tetapi, terjadinya konstipasi juga dapat
dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu dan kekhawatiran
lukanya akan terbuka bila ibu bunag air besar.
119

e. Perubahan sistem perkemihan


1. Fungsi sistem perkemihan
1) Mencapai hemostatis internal
a. Keseimbang cairan dan elektrolit
Cairan yang terdapat dalam tubuh terdiri
atas air dan unsur – unsur yang terlart didalamnya.
Sebanyak 70% dari air tubuh terletak didalam sel-sel
dan dikenal sebagai cairan intraseluler. Kandungan air
sisanya disebut cairan ekstraeluler. Cairan
ekstrasululer dibagi antara plasma darah dan cairan
yang langsung memberikan lingkungan segera sel-sel
yang disebut cairan interstital.
b. Edema adalah tertimbungnya cairan dalam jaringan
akibat gangguan keseimbangan dan caiaran dalam
tubuh.
c. Dehidrasi adalah kekuarangan cairan atau volume air
yang terjadi pada tubuh kerna pengeluaran berlebihan
dan diganti
2) Keseimbangan asam basah tubuh
Batas normal ph cairan adalah 7,35 – 7,40 bila
ph > 7,4 disebut Alkalosis dan jika ph < 7,35 disebut
asidosi
3) Mengelurakan sisa metabolisme, racu dan zat tosin.
Ginjal mengeskresi hasil akhir metabolisme
protein yang mengandung nitrogen terutama : urea, asam
urat, dan kreatinin.
2. Sistem urinarius
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid
yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal,
sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan
120

sebagian menjelasakan penyebab penurunan fungsi ginjal


selama masa postpartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam
waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Diperlukan kira –
kira 2 – 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan serta
dilatasi ureter dan pelvis ginjal kembali keadaan sebelum
hamil. Pada sebagian kecil wanita, dilatasi traktus bisa menetap
selama tiga bulan.
3. Komponen urine
Glikosuria ginjal diinduksikan oleh kehamilan
menghilang. Laktosuria positif pada ibu menyusui merupakan
hal yang normal. Blood Urea Nitrogen ( BUN ) yang
meningkat selama pasca – partum, merupakan akibat autolisis
uterus yang berinvolusi. Pemecahan selama satu sampai dua
hari setelah hari setelah melahirkan. Hal ini terjadi pada sekitar
50% wanita. Asetonuria dapat terjadi pada wanita yang tidak
mengalami komplikasi perslinan atau sutau perslianan yang
alam dan disertai dehidarsi.
4. Diuresis postpartum
Dalam 12 jam pasca melahirkan, ibu mulai
membuang kelebihan cairan yang tertimbun di jaringan selama
ia hamil. Salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan yang
terentesi selama masa hamil ia diaforesis luas, terutama pada
malam hari, selama 2 – 3 hari pertama setelah melahirkan.
Diuresis pasca partum, yang disebabkan oleh penurunan kadar
ekstrogen, hilangnay peningkatan tekanan vena pada tingkat
bawah, dan hilangnya peningkatan tekanan vena pada tigkat
bawah, dan hilangnya peningktan voleme darah akibat
kehamilan, merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi
kelebihan cairan. Kehilangan melalui keringat dan peningktan
jumlah urine menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5
kg selama post partum. Pengelaran caira yang kelebihan
121

tertimbun selama hamil kadang – kadang disebut kebalikan


metabolisme air pada masa hamil. ( reversal of the water
metabolisme of pregnency )
5. Uretra dan kandung kemih
Trauma dapat terjadi pada uretra dan kandung kemih
selama proses melahirkan , yakni sewaktu bayi melewati jalan
lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperimia dan
edema, sering kli disertai dengan daerah- daerah kecil
hemorogi. Kandung kemih terisi penuh, dan hipotnik dapat
mrngakibatkan overdistensi., pengososngna yang tak sempurna,
dan urine resudual. Hal ini dpat dihindari jika dapat dilakukan
asuhan untuk mendorong terjadinya pengosongan kandung
kemih bahkan saat tidk mersa untuk merasa untuk berkemih.
Pengambilan urine dengan cara bersih atau melalui kateter
sering menunjukan adany trauma pada kandung kemih.
Uretra dan meatus urinarius bisa juga mengalami
edema. Kombinasi trauma akibat kelahiran. Peingkatan
kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek konduksi
anastesi meneyebabakan keinginan ntuk berkemih menurun.
Selain itu rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan
saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi menurunkan
atau mengubah refleks berkemih. Penurunan berkemih terjadi
seiring diuresis postpartum menyebabkan distensi kandung
kemih.
Distensi kandung kemih yang muncul harus segera
setelah wanita melahirkan dapat menyebabkan perdarahan
berlebuihan karen kedaan ini bisa menghambat uterus
berkontraksi dengan baik. Pada masa pascapartum tahap lanjut,
distensi yang berlebihan ini dapat menyebabkan kndung kemih
Lebih peka terhadap infeksi sehingga menganggu proses
brkemih normal. Apabial terjadi distensi berlebih pada kandung
122

kemih dapat mengalami kerusakan lebih Lanjut (atoni). Dengan


]mengososngkan kandung kemih secara dekuat, tonus kandung
kemih biasanya akan pulih kembali dalam lima sampai tujuh
hari setelah bayi lahir.
(Vivian Nanny Lia Dewi, Hal : 55-64).

6. Program dan kebijakan tentang paling sedikit kunjungan masa nifas


Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali
kunjungan, dengan tujuan :
1. Kunjungan 1 ( 6 – 8 jam masa nifas ) :
a. Mencegah terjadinya perdarahan masa nifas.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan
memberi rujukan bila perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota
keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa
nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu
e. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
g. Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga
ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau
sampai keadaan ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
2. Kunjungan 2 ( 6 hari masa nifas )
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal dan tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan
pasca persalinan.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan
istirahat
123

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-


tanda penyulit.
e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada
bayi, cara merawat tali pusat, dan bagaimana menjaga agar
bayi tetap hangat.
3. Kunjungan 3 ( 2 minggu masa nifas )
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal dan tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan ,
masa nifas.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-
tanda penyulit.
e. Memberikan konsreling kepada ibu mengenai asuhan pada
bayi, dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat.

4. Kunjungan 4 ( 6 minggu masa nifas )


a. Menayakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami
atau bayinya
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.

7. Penatalaksanaan masa nifas


a. After Pain (Kram perut)
Hal oini disebabkan karena adanya serangkaian
kontraksindan relaksasi yangb terus menerus pada
uterus.gangguan ini lebih bayak terjadi pada wanita multipara dan
wanita menyusui. Cara yang tepat untukmengurangi after pain
adalah denganamengosongkan kandung kemih, yang penuh yang
menyebabkan kontraksi uterus yang tidak optimal. Ketika
124

kandung kemih kosong, ibu dapat telungkup dengan bantal


dibawah perut. Hal ini akan menjaga kontraksi dan
menghilangkan nyeri. Pada keadaan ini dapat juga diberi
analgetik ( Parasetamol, asam mefenamat, kodein, atau
asteminofen).
b. Pembengkakan payudara
Pembengkakan payudara terjadi karena adanya gangguan
antara akumulasi air susu dan meningkatnya vaskularitar dan
kongesti. Hal tersebut menyebabkan penyumbatan pada saluran
limfe dan vena, terjadi pada hari ke tiga post partum baik pada
penyusui maupun tidak menyusui dan berakhir kira-kira 24-28
jam.
Tanda dan gejala ganguan ini meliputi ibu merasa
payudaranya bengkak dan mengalami distensi, kulit payudara
menjadi mengilat dan merah, payudara jadi hangat jika disentuh,
vena payudar terlihat, payudara nyeri, terasa keras, dan penuh.
Cara mengurangi, antara lain :
1) Untuk ibu menyusui
a) Menyusui sesering mungkin
Menyusui setiap 2-3 jam sekali secara teratur tanpa
makanan tambahan.
Gunakan payudara saat menyusui
(1) Gunakan air hangat pada payudara, dengan
menempelkan kain atau handuk yang hangat pada
payudara
(2) Pada payudaya diantara waktu menyusui untuk
mengurangi nyeri
(3) Minum parasetamol /asetaminofen untuk
mengurangi rasa nyeri
125

2) Bagi ibu yang tidak menyusui


a) Gunakan bra yang kuat menyangga payudara dan tepat
ukurannya
b) Pada payudara untuk mengurangi rasa nyeri dan
menghalangi aliran ASI
c) Yakinkan diri bahwa itu hanya terjadi selama 24-48 jam
d) Hindari masase payudara dan memberi sesuatu yang
hangat pada payudara karena dapat meningkatkan
produksi ASI
e) Minum parasetamol /asetaminofen untuk mengurangi
rasa nyeri
c. Nyeri perineum
Nyeri perineum dapat disebabkan oleh episotomi,
laserasi atau jahitan. Sebelum memberikan asuhan,
sebaiknya bidan mengkaji apakah nyeri yang dialami ibu
normal atau ada komplikasi,seperti hematoma atau injeksi.
Asuhan yang dapat diberikan untuk nyeri perineum ,yaitu:
1) Letakkan kantong es didaerah genital untuk
mengurangi rasa nyeri, selama ±20 menit,2 atau 3 kali
sehari
2) Lakukan rendam duduk dalam air hangat atau dingin
selama 10-15 cm selama 30 menit, 2 atau 3 kali sehari.
Perhatikan kebersihan bak mandi agar tidak terjadi
injeksi ( tidak dilakukan pada ibu dengan jahitan di
perineum)
3) Lakukan latihan kegal untuk meningkatkan sirkulasi
didaerah tersebut dan membantu memulihkan tonus
otot. Untuk melakukan hal ini .bayangkan otot
perineum sebagai elevator.Ketika rileks,elevator
tersebut berada dilantai satu.Secara
126

perlahan,kontraksikan otot anda untuk mengangkatkan


kelantai dua,tiga,dan empat.
4) Minum parasetamol /asetaminofen untuk mengurangi
nyeri
d. Manajemen konstipasi
Pada umumnya , sebangian besar wanita akan defeksi
dalam tiga hari pertama setelah persalinan, kemudian akan
kembali kebiasan semula. Namum ,ada sebagian wanita yang
mungkin menemui masalah konstipasi setelah melahirkan. Hal ini
karena motilitas ususnya berkurang selama persalinan dan
sementra waktu setelahnya. Obat anestesi selama persalinan dapat
mengurangi motilitas usus. Akan tetapi, dapat juga karena rasa
takut sakit dan merusak / merobek jahitan . Asuhan yang dapat
dilakukan, antara lain :
1) Meningkatkan jumlah cairan yang diminum
2) Meningkatkan jumlah makanan berserat
3) Mengkomsumsi buah-buahan.
4) Istirahat yang cukup
5) Biasakan defekasi tepat waktu
6) Defekasi pada saat pertama kali ada dorongan
7) Beri laksatif untuk melunakkan feses bila konstipasi parah.

8. Pendokumentasian pada masa nifas


a. Pengkajian
1) Data Subyektif
a) Biodata
(1) Nama istri/suami : Untuk mengetahui identitas.
(2) Umur : Untuk mengetahui umur pasien, menentukan
konseling
127

(3) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan


yang digunakan sebagai dasar dalam memberikan
asuhan
(4) Pekerjaan : Untuk mengetahui status ekonomi dan
aktifitas klien
(5) Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal klien
sehingga memudahkan kunjungan rumah.
(6) Alasan Datang : Untuk mengetahui alas an klien datang
ketenaga kesehatan.
(7) Keluhan Utama : Untuk mengetahui keluhan yang
dirasakan
b) Perubahan pada haid seperti mual, sakit kepala, nyeri
payudara ringan dan penambahan berat badan.
c) Riwayat Haid : Untuk mengetahui keadaan alat kontrasepsi
d) Riwayat Pernikahan
Menikah : ……. kali
Lama menikah : ……. kali
Umur pertama menikah : ……. kali
Jumlah anak : …….
e) Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita
penyakit menular, kronis maupun penyakit keturunan.
f) Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui apakah ibu sedang menderita
suatu penyakit menular ataupun kronis pada saat itu.

g) Riwayat Kesehatan Keluarga


Untuk mengetahui apakah anggota keluarga dari
klien ada yang menderita penyakit menular seperti
Hepatitis, penyakit keturunan seperti Diabetes Melitus
128

(DM), dan penyakit menahun misalnya Tuberculosis


(TBC).
h) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Untuk mengetahui apakah terjadi komplikasi
selama ibu hamil, bersalin dan nifas serta apakah ibu
menyusui atau tidak.
i) Riwayat KB
Untuk mengetahui KB apa yang dipakai ibu
sebelumnya.
j) Pola Kebiasaan Sehari-hari
Untuk mengetahui apakah kebiasaan ibu
bertentangan dengan kesehatan.
k) Data Psikologis
Untuk mengetahui kekhawatiran ibu mengenai
KB.
l) Data Sosial Budaya
Untuk mengetahui budaya yang dapat
mempengaruhi pemilihan KB
m) Data Spiritual
Untuk mengetahui keyakinan pasien mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan masa nifas.

2) Data Obyektif
a) Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan umum : Baik
(2) Kesadaran : Composmentis/samnolen/apatis
(3) Tanda-tandea vital :
Tekanan Darah : 110/70 – 120/80 mmHg
Nadi : 80 – 100 x/menit
Pernapasan : 16 – 24 x/menit
Suhu : 36,5 – 37,2 0C
129

(4) Berat badan sekarang


b) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
(1) Rambut : untuk mengetahui kebersihan dan rontok
atau tidak
(2) Muka : pucat atau tidak, flek atau tidak.
(3) Mata : simetris atau tidak, Conjungtiva pucat atau
tidak, sklerah ikterus atau tidak
(4) Hidung : ada pernapasan cuping hidung atau tidak.
(5) Dada : putting menonjol atau tidak,
hiperpigmentasi areola mammae atau tidak
(6) Abdomen : untuk mengetahui adanya tanda-tanda
kehamilan
(7) Genetalia : Terdapat condiloma akuminata ada/tidak,
pengeluaran atau lochea, ada luka jahitan atau tidak,
kondisi luka jahitan.
(8) Ekstremitas
Atas :
pergerakan bebas atau tidak, cacat atau tidak, oedema
atau tidak.
Bawah :
pergerakan bebas atau tidak, oedema atau tidak, varices
atau tidak.
Palpasi :
1) Leher :
Teraba pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
atau tidak.
2) Dada :
Ada benjolan abnormal atau tidak, ada nyeri tekan atau
tidak, ada pengeluaran kolostrum.
3) Abdomen :
130

Ada nyeri tekan atau tidak, ada benjolan abnormal atau


tidak dan TFU

Auskultasi :
1) Dada :
ada ronchi atau wheezing atau tidak

Perkusi :
1) Reflek patella + / -

b. Identifikasi Diagnosa Masalah

Dx : Ny”….” P…Post Partum Spontan Belakang Kepala Hari


ke-2

Ds :

Do :

Tekanan Darah : 110/70 – 120/80 mmHg

Nadi : 80 – 90 x / Menit

Pernapasan : 20 – 30 x/ Menit

Suhu : 36,5 – 37 0C

Payudara : keluar kolostrum atau tidak

Uterus : TFU 2 jari atas sympisis

Lochea : Rubra, luka jahitan ada atau tidak


131

c. Identifikasi Masalah Potensial


Tuliskan masalah potensial jika ada disertai dengan data
pendukungnya ( data subyektif dan data obyektif ).
d. Identifikasi Kebutuhan Segera
Lakukan konseling melalui komunikasi, informasi dan
edukasi.
e. Intervensi
1) Lakukan pendekatan therapeutic pada ibu
R/ : Dengan pendekatan therapeutic diharapkan terjalin
kepercayaan dan kerjasama yang baik antara bidan dan pasien
2) Observasi keadaan umum ibu
R/ : Keadaan umum ibu menunjukkan perubahan ibu apakah
perubahannya membaik atau memburuk
3) Jelaskan pada ibu mengenai kondisinya
R/ : Ibu dan keluarga lebih tenang dan proaktif dalam asuhan.
4) Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
R/ : Pemulihan tenaga ibu setelah persalinan.
5) Anjurkan ibu untuk makan makanan dengan gizi seimbang dan
tidak tarak makan.
R/ : Makanan dengan gizi seimbang mengganti energy yang
hilang dan mempersiapkan produksi ASI.
6) Pantau TTV, palpasi kandung kemih, pantau tinggi fundus dan
lokasi serta jumlah aliran lochea.
R/ : Peningkatan suhu dapat memperberat dehidrasi, dapat
terjadi takikardia, penurunan TD mungkin tanda lanjut dari
kehilangan cairan berlebihan. Aliran plasma ginjal, yang
meningkatkan 25 % - 50 % selama periode prenatal, tetapi
tinggi pada minggu pertama masa nifas mengakibatkan
peningkatan pengisian kandung kemih. Distensia kandung
kemih, yang dapat dikaji dengan derajat posisi perubahan
132

uterus menyebabkan peningkatan relaksasi uterus dan aliran


lochea.
7) Ajarkan cara perawatan payudara pada masa nifas
R/ : Perawatan payudara dapat memperlancar produksi ASI dan
mencegah pembengkakan payudara
8) KIE pentingnya menyusui
R/ : Pemberian ASI dapat mempercepat involusi uterus dan
memenuhi gizi yang dibutuhkan bayi.
9) Bimbing cara meneteki
R/ : Cara meneteki yang benar dapat mengurangi resiko bayi
tersedak
10) KIE tentang KB
R/ : Untuk rencana KB selanjutnya dan untuk mengatur jarak
kelahiran.
f. Implementasi
Pelaksanaan dari intervensi
g. Evaluasi
Mengacu pada kriteria hasil dan menggunakan SOAP
133

F. Keluarga berencana
1. Pengertian keluarga berencana
Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. (
BKKBN, 2013 hal : 3 )
2. Tujuan keluarga berencana
a. Tujuan umum
Meningkatkan akses dan kualitas dan menjamin
pelayanan KB di wilayah tertinggal, terpencil dan perbatasan (
Galcitas )
b. Tujuan khusus
1) Mendekatkan pelayanan KB ke wilayah Galcitas yang tidak
atau kurang memiliki fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan
yang kompeten
2) Meningkatkan akses ketersediaan alat dan obat kontrasepsi
khususnya metode kontrasepsi jangka panjang
3) Menurunkan unmet need di wilayah Galcitas
( BKKBN, 2013 hal : 2 )
3. Jenis-jenis kontrasepsi
a. Kontrasepsi darurat
Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dipakai
setelah senggama oleh wanita yang tidak hamil untuk mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan.
Keuntungan Kontrasepsi Darurat :
1) Tidak menyebabkan keguguran
2) Dapat mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
3) Mencegah aborsi.
4) Tidak menimbulkan cacat bawaan bila diketahui ibu hamil.
134

5) Efektif bekerja dengan cepat, mudah, relatif murah untuk


pemakaian jangka pendek.

Kekurangan Kontrasepsi Darurat :

1) Tidak dapat dipakai secara permanent.


2) Tidak efektif setelah 3 x 24 jam

b. Metode amenore laktasi ( MAL )


Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi
yang mengandalkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, artinya
ASI hanya diberikan kepada bayinya tanpa makanan atau
minuman tambahan hingga usia 6 bulan.
Keuntungan Kontrasepsi MAL :
1) Efektifitas tinggi (Tingkat keberhasilan 98% pada enam
bulan pascapersalinan).
2) Tidak mengganggu saat berhubungan seksual.
3) Segera efektif bila digunakan secara benar
4) Tidak ada efek samping secara sistematik
5) Tidak perlu pengawasan medis
6) Tanpa biaya, Tidak perlu obat atau alat

Hal-hal yang perlu diketahui oleh ibu yang


menggunakan metode MAL antara lain :

1) Seberapa sering seorang ibu harus memberikan ASInya


kepada bayi. Bayi disusui secara on demand (Menurut
Kebutuhan Bayi). Biarkan bayi menyelesaikan menghisap
dari satu payudara sebelum memberikan payudara satunya
lagi, agar bayi mendapat cukup banyak susu akhir
(Hind Milk). Bayi hanya sedikit membutuhkan ASI dari
payudara berikut atau sama sekali tidak memerlukan lagi. Ibu
dapat memberikan payudara satunya lagi pada waktu
135

menyusui berikutnya sehingga kedua payudara memproduksi


susu banyak.
2) Waktu antara dua pengosongan payudara tidak lebih dari 4
jam.
3) Ibu tetap memberikan ASInya pada malam hari karena
menyusui pada malam hari membantu mempertahankan
kecukupan persediaan ASI.
4) Biarkan bayi menghisap sampai bayi sendiri yang
melepaskannya. ASI dapa disimpan dalam freezer .
5) Kapan mulai memberikan makanan padat sebagai makanan
pendamping ASI.
6) Apabila ibu menggantikan ASI dengan minuman atau
makanan lain, bayi akan menghisap kuran sering dan
akibatnya menyusui tidak lagi efektif sebagai metode
kontrasepsi.
7) Ketika ibu mulai dapat haid lagi, itu pertanda ibu sudah subur
kembali dan harus segera menggunakan metode KB lainnya.
Segera konsultasi dengan bidan atau dokter anda.
8) Jika suami atau pasangan beresiko tinggi terpapar infeksi
menular seksual (IMS), termasuk AIDS maka harus pakai
kondom ketika memakai metode MAL.

c. Metode keluarga berencana alamiah


1) Metode kalender
Metode kalender atau pantang berkala merupakan
metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang paling tua.
Pencetus KBA sistem kalender adalah dr.Knaus (Ahli
Kebidanan Dari Vienna) dan dr.Ogino (Ahli Ginekologi Dari
Jepang) metode kalender ini berdasarkan pada siklus haid atau
menstruasi wanita.
136

Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14


hari sebelum menstruasi berikutnya. Sedangkan Ogino
berpendapat bahwa ovulasi tidak selalu tepat 14 hari sebelum
menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum
menstruasi berikutnya. Hasil penelitian kedua ahli ini menjadi
dasar dari KBA sistem kalender.
Keuntungan Metode Kalender Atau Pantang Berkala :
a) Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana
b) Dapat digunakan pada setiap wanita yang sehat
c) Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam
penerapannya.
d) Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
e) Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat
menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan
kontrasepsi.
f) Tidak memerlukan biaya
g) Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi

Kerugian Metode Kalender Atau Pantang Berkala :

a) Memerlukan kerjasama yang baik antara suami dan istri


b) Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam
menjalankannya
c) Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan
seksual setiap saat.
d) Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa
tidak subur
e) Harus mengamati siklus menstruasi minimal enam kali
siklus
f) Siklus menstruasi yang tidak teratur (Menjadi
Penghambat)
137

g) Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode


kontrasepsi lain
2) Metode suhu basal ( MBA )
Metode suhu basal adalah suhu terendah yang
dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan
istirahat (Tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi
hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan
aktivitas lainnya. Ibu dapat mengenali masa subur ibu dengan
mengukur suhu badan secara teliti menggunakan termometer
khusus yang bisa mencatat perubahan suhu sampai 0,1⁰C
untuk mendeksi, bahkan suatu perubahan kecil suhu tubuh.
Keuntungan Dari Penggunaan Metode Suhu Basal Tubuh
Antara Lain :
a) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada
pasangan suami istri tentang masa subur atau ovulasi.
b) Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak
teratur mendeteksi masa subur atau ovulasi.
c) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun
meningkatkan kesempatan untuk hamil.
d) Membantu menunjukan perubahan tubuh lain pada saat
mengalami masa subur atau ovulasi seperti perubahan
lendir serviks
e) Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah
wanita itu sendiri.

Kerugian Metode Suhu Basal Tubuh :

a) Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.


b) Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
c) Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit,
gangguan tidur, merokok, alkohol, stres, penggunaan
narkoba maupun selimut elektrik
138

d) Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu


yang sama.
e) Tidak mendeteksi awal masa subur
f) Membutuhkan masa pantang yang lama
3) Lendir serviks
Metode lendir serviks atau yang lebih dikenal
dengan metode ovulasi Billings (MBO) merupakan metode
yang paling efektif. Di Indonesia dengan surat dari BKKBN
Pusat kepada BKKBN Provinsi dengan SK 6668/K.S.
002/E2/90, pada tanggal 28 Desember 1990, metode Ovulasi
Billings (MBO) sudah diterima sebagai salah satu metode KB
(Mandiri).
Metode lendir serviks atau metode ovulasi
merupakan metode keuarga berencana alamiah (KBA) dengan
cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan
mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva
menjelang hari ovulasi.
Lendir serviks adalah lendir yang dihasilkan oleh
aktivitas biosintesis sel sekretori serviks dan mengandung tiga
komponen yaitu :
a) Molekul lendir
b) Air
c) Senyawa kimia dan biokimia (Natrium kloridina, rantai
protein, enzim, Dll).

Keuntungan Lendir Serviks :

a) Mudah digunakan
b) Tidak memerlukan biaya
c) Metode lendir serviks merupakan metode keluarga
berencana alami yang mengamati tanda-tanda kesuburan.
139

Kerugian Lendir Serviks :

a) Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya


dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain (misal
metode simptohtermal).
b) Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai
menyentuh alat kelaminnya
c) Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat
mengaburkan tanda-tanda kesuburan
d) Wanita yang menghasilkan sedikit lendir

4) Metode senggama terputus


Nama lain dari coitus interuptus adalah senggama
terputus atau ekspulsi pra ejakulasi atau pancaran ekstra
vaginal atau withdrawal methods atau pull-out method. Dalam
bahasa latin disebut juga interrupted intercourse.
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah
metode keluarga berencana tradisional atau alamiah, dimana
pria mengeluarkan alat kelaminnya (Penis) dari vagina
sebelum mencapai ejakulasi.
Keuntungan Coitus Interuptus :
a) Alamiah
b) Efektif dilakukan dengan benar
c) Tidak mengganggu produksi ASI
d) Tidak ada efek samping
e) Tidak membutuhkan biaya
f) Tidak memerlukan persiapan khusus
g) Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain
h) Dapat digunakan setiap waktu
140

Kerugian Coitus Interuptus :

a. Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol


ejakulasi dan tumpahan sperma selama senggama
b. Memutus kenikmatan dalam berhubunga seksual
(orgasme)
c. Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi,
sesaat dan setelah coitus interupsi
d. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual
e. Kurang efektif untuk mencegah kehamilan.
d. Metode barier
Metode kontrasepsi penghalang atau barier mencegah
sperma masuk kerahim wanita yang terdiri dari kondom,
diafragma, penutup serviks, dan spons kontrasepsi.
Kondom dan metode penghalang lain yang tidak
mengandung spermisida harus digunakan bersama bahan
spermisida.
1) Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet
yang terbuat dari berbagai bahan di antaranya karet (Lateks),
plastic (Vinil) atau bahan alami (Produksi Hewan) yang
dipasang pada penis untuk menampung sperma ketika seorang
pria mencapai ejakulasi saat berhubungan seksual.
2) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung,
terbuat dari karet (Lateks) yang diinsersikan kedalam vagina
sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
Manfaatnya :
a) Efektif bila digunakan dengan benar
b) Tidak menganggu produksi ASI
141

c) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah


terpasang sampai 6 jam sebelumnya.
d) Tidak menganggu kesehatan pasien

Keterbatasannya :

a) Efektifitas sedang (Bila digunakan dengan spermisida


angka kegagalan 6-16 kehamilan per 100 perempuan
pertahun pertama), karena bergantung pada kepatuhan
mengikuti cara penggunaan
b) Motivasi diperlukan berkesinambungan dengan
menggunakannya setiap berhubungan seksual.
c) Pemeriksaan pelvic oleh petugas kesehatan terlatih
diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan.
d) Pada beberapa pengguna menjadi penyebab beberapa
infeksi saluran uretra
e) Pada 6 jam pasca hubungan seksual alat masih harus berada
di posisinya.
3) Spermisida
Spermisida merupakan sediaan kimia (biasanya non
oksinol-9) yang dapat membunuh sperma.
Manfaatnya :
a) Efektifitas seketika (Busa dan Krim)
b) Tidak menganggu produksi ASI
c) Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain.
d) Tidak mengganggu kesehatan klien.
e) Tidak mempengaruhi sistemik
f) Mudah digunakan
g) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
h) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan
khusus
142

Keterbatasan :
a) Efektifitas kurang (18-29 kehamilan per 100 perempan
pertahun pertama)
b) Efektifitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan
mengikuti cara penggunaan.
c) Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan
dengan memakai setiap melakukan hubungan seksual.
d) Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi
sebelum elakukan hubungan seksual (Tablet busa vagina,
suppositoria dan krim).
e) Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam.
e. Kontrasepsi pil
1) Mini Pil
Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung
hormon progesteron dalam dosis rendah. Mini pil atau
progesteron disebut juga pil menyusui. Dosis progestin yang
digunakan 0,03-0,05 mg pertablet.
Kerugian Mini Pil
a) Memerlukan biaya
b) Harus selalu tersedia
c) Efektivitas berkurang apabila menyusui juga berkurang
d) Penggunaan mini pil bersamaan dengan obat tuberculosis
atau epilepsi akan mengakibatkan efektifitas menjadi
rendah
e) Mini pil harus diminum setiap hari dan pada waktu yang
sama.
f) Angka kegagalan tinggi apabila penggunaan tidak benar
dan konsisten.
g) Tidak melindungi dari penyakit enular seksual termasuk
HBV dan HIV/AIDS
143

h) Mini pil tidak menjamin akan melindungi dari kista


ovarium bagi wanita yang pernah mengalami kehamilan
ektopik.

Keuntungan Mini pil :

a. Cocok sebagai alat kontrasepsi untuk perempuan yang


sedang menyusui
b. Sangat efektif untuk masa laktasi.
c. Dosis gestagen rendah .
d. Tidak menurunkan produksi ASI
e. Tidak mengganggu hubungan seksual, Kesuburan cepat
kembali
f. Tidak memberikan efek samping estrogen
g. Tidak ada bukti peningkatan resiko penyakit
kardiovaskuler, resiko tromboemboli vena dan resiko
hipertensi
h. Cocok untuk perempuan yang menderita Diabetes
Mellitus
i. Cocok untuk perempuan yang tidak biasa
mengkomsumsi estrogen
j. Dapat mengurangi disminorhe
2) Pil Kombinasi
Pil kombinasi adalah pil yang mengandung
hormone estrogen dan progesterone, sangat efektif (Bila
Diminum Setiap Hari).
Keuntungan :
a) Memiliki efektifitas yang tinggi bila digunakan setiap
hari
b) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil
c) Tidak mengganggu hubungan seksual
144

d) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid yang


kurang
e) Dapat digunakan jangka panjang selama wanita masih
ingin menggunakan untuk mencegah kehamilan.
Kerugian :
a) Mahal dan membosankan
b) Mual terutama pada tiga bulan pertama penggunaan
c) Pusing
d) Nyeri pada payudara
e) BB naik sedikit pada perempuan tertentu, kenaikan BB
justru memiliki dampak positif
f) Tidak boleh diberikan pada ibu menyusui
g) Pada sebagian kecil wanita dapat menimbulkan depresi
dan perubahan suasana hati sehingga keinginan untuk
berhubungan seks berkurang, Dapat meningkatkan
tekanan darah
h) Tidak mencegah IMS
f. Kontrasepsi suntik
1) Suntik kombinasi (1 bulan)
Kontrasepsi suntik bulanan merupakan metode
suntikan yang pemberiannya tiap bulan dengan jalan
penyuntikan secara intramuskuler sebagai usaha pencegahan
kehamilan berupa hormone progesterone dan estrogen pada
wanita usia subur. Penggunaan kontrasepsi suntik
mempengaruhi hipotalamus dan hipofisis yaitu menurunkan
kadar FSH dan LH sehingga perkembangan dan kematangan
folikel de graaf tidak terjadi.
Keuntungan :
a) Resiko terhadap kesehatan kecil
b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
c) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
145

d) Jangka panjang
e) Efek samping sangat kecil
f) Pasien tidak perlu menyimpan obat suntik
g) Pemberin aman, efektif dan relative mudah

Kerugian KB 1 bulan :

a) Terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur,


perdarahan bercak atau spooting, perdarahan selama
sampai 10 hari
b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan
seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga
c) Ketergantungan pasien terhadap pelayanan kesehatan,
karena pasien harus kembali setiap 30 hari untuk
kunjungan ulang
d) Efektifitas suntik 1 bulan berkurang bila digunakan
bersamaan obat-obatan epilepsy (Fenitoin dan
Barbiturate) atau obat tuberculosis (Rifampisin)
e) Dapat terjadi perubahan berat badan
f) Dapat terjadi efek samping yang serius seperti serangan
jantung, stroke, bekuan darah pada paru atau otak dan
kemungkinan timbulnya tumor hati
g) Tidak memjamin perlindungan terhadap penularan
infeksi menular seksual (IMS), hepatitis B virus atau
infeksi virus HIV.
h) Pemulihan kesuburan kemungkinan terlambat setelah
penghentian pemakaian KB suntik 1 bulan
2) Suntik Tribulan atau Progestin
Suntik tribulan merupakan metode kontrasepsi yang
diberikan secara intramuskuler setiap tiga bulan.
Keluarga berencana suntik merupakan metode
kontrasepsi efektif yaitu metode yang dalam penggunaannya
146

mempunyai efektifitas atau tingkat kelangsungan pemakaian


relatif lebih tinggi serta angka kegagalan relative lebih rendah
bila dibandingkan dengan alat kontrasepsi sederhana.
Keuntungan Metode Suntik Tribulan :
a) Efektifitas tinggi
b) Sederhana pemakainnya
c) Cukup menyenangkan bagi akseptor (Injeksi hanya 4 kali
dalam setahun)
d) Cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak
e) Tidak berdampak serius terhadap penyakit gangguan
pembekuan darah dan jantung karena tidak mengandung
hormone ekstrogen.
f) Dapat mencegah kanker endometrium, kehamilan,
ektopik, serta beberapa penyebab penyakit akibat radang
panggul
g) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (Sickle Cell).

Kerugian Metode Suntik Tribulan :

Kekurangan metode depot medroxy progesterone


acetate menurut winkjosastro (2006) yaitu :

a) Terdapat gangguan haid seperti amenore yaitu tidak


datang haid pada setiap bulan selama menjadi akseptor
keluarga berencana suntik 3 bulan berturut-turut. Spoting
yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang terjadi
selama akseptor mengikuti keluarga berencana suntik.
Metroragia yaitu perdarahan yang berlebihan diluar masa
haid. Menoragia yaitu datangnya darah haid yang
berlebihan jumlahnya.
b) Timbulnya jerawat dibadan atau wajah dapat disertai
infeksi atau tidak bila digunakan dalam jangka panjang
147

c) Berat badan yang bertambah 2,3 kilogram pada tahun


pertama dan meningkat 7,5 kilogram selama 6 tahun.
d) Pusing dan sakit kepala.
e) Bisa menyebabkan warna biru dan rasa nyeri pada
daerah suntikan akibat perdarahan bawah kulit.
g. Intra uterine device
IUD singkatan dari intra uterine device yang
merupakan alat kontrasepsi paling banyak digunakan, karena
dianggap sangat efektif dalam mencegah kehamilan dan memiliki
manfaat yang relative banyak disbanding alat kontrasepsi lainnya.
Keuntungan IUD :
1) Sebagai kontrasepsi efektifitasnya tinggi (Satu kegagalan
dalam 125-170 kehamilan). Dapat efektif segera setelah
pemasangan
2) IUD merupakan metode kontrasepsi jamgka panjang
3) Tidak tergantung pada daya ingat, Tidak mempengaruhi
hubungan seksual, Tidak ada interaksi dengan obat-obatan
4) Membantu mencegah kehamilan diluar kandungan
(Kehamilan Ektopik).

Kerugian IUD :

1) Pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi saluran genetalia


diperlukan sebelum pemasangan IUD
2) Perdarahan diantara haid (Spotting)
3) Setelah pemasangan, kram dapat terjadi dalam beberapa hari
4) Dapat meningkatkan resiko penyakit radang panggul
5) Memerlukan prosedur pencegahan infeksi sewaktu
memasang dan mencabutnya
6) Haid semakin banyak, lama dan rasa sakit selama tiga bulan
pertama pemakaian IUD dan berkurang setelah tiga bulan.
148

h. Kontrasepsi implant
Implant adalah alat kontrasepsi yang dipasang dibawah
kulit (Hanafi, 2004). Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang
mengandung levonogetrel yang dibungkus dalam kapsul silastic
silicon (Polydimethylsiloxane) dan dipasang dibawah kulit.
Sangat efektif (Kegagalan 0,2-1 Kehamilan per 100 Perempuan).
Keuntungan Implant :
1) Daya guna tinggi
2) Perlindungan jangka panjang sampai 5 tahun
3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan implant.
4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
5) Bebas dari pengaruh ekstrogen, Tidak mengganggu hubungan
saat senggama, Tidak mengganggu produksi ASI
6) Ibu hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
7) Dapat dicbut setiap saat sesuai dengan kebutuhan

Kerugian Implant :
1) Implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan
yang terlatih. Petugas kesehatan harus dilatih khusus
2) Harga implant yang mahal, Implant sering mengubah pola
haid
3) Implant dapat terlihat dibawah kulit
i. Kontrasepsi mantap
Kontrasepsi mantap merupakan salah satu metode
kontrasepsi yang dilakukan dengan cara mengikat atau memotong
saluran telur (Pada Perempuan) dan seluruh sperma (Pada Laki-
Laki). Itulah sebabnya kontrasepsi ini disebut kontrasepsi mantap
kontrasepsi mantap dijalankan dengan melakukan operasi kecil
pada organ reproduksi yang terbagi menjadi :
149

1) Tubektomi (Pada Perempuan)


Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua
saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang
bersangkutan tidak akan mendapatkan keturunan lagi.
Keuntungan Tubektomi :
a) Sangat efektif (0.5 kehamilan per 100 wanita selama
setahun penggunaan awal).
b) Permanen
c) Tidak mempengaruhi proses menyusui
d) Baik digunakan apabila kehamilan menjadi resiko
kehamilan yang serius
e) Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anastesi
lokal
f) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
g) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual

Kerugian Tubektomi :

a) Harus di pertimbangkan sifat permanen metode


kontrasepsi
b) Pasien dapat menyesal dikemudian hari
c) Risiko komplikasi kecil (Meningkat apabila digunakan
anastesi umum).
d) Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek
setelah tindakan
e) Dilakukan oleh dokter yang terlatih
f) Tidak melindungi diri dari IMS,HBV, dan HIV/AIDS.

2) Vasektomi (Pada Laki-Laki)


Vasektomi adalah istilah dalam ilmu bedah yang
terbentuk dari dua kata yaitu vas dan ektomi.vas atau vasa
deferensia artinya adalah saluran benih yaitu saluran yang
150

menyalurkkan sel benih jantan (Spermatozoa) keluar dari


buah zakar (Testis) yaitu tempat sel benih itu diproduksi
menuju kantong mani (Vesikulaseminalis) sebagai tempat
penampungan sel benih jantan sebelum di pancarkan keluar
pada saat puncak senggama (Ejakulasi) ektomi atau ektomia
artinya pemotongan sebagian.
Jadi vasektomi artinya dalah pemotongan sebagian
(0,5 cm-1 cm) pada vasa deferensia atau tindakan operasi
ringan dengan cara mengikat dan meomotong saluran sperma
sehingga sperma tidak dapat lewat dan air mani tidak
mengandung spermatozoa, dengan demikian tidak terjadi
pembuahan, operasi berlangsung kurang lebih 15 menit dan
pasien tak perlu dirawat.
Keuntungan :
a) Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan
kapan saja
b) Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan
c) Vasektomi akan mengalami klimaktorium dalam suasana
alami (Manuaba, 1998)
d) Baik yang dilakukan pada laki-laki yang tidak ingin
punya anak
e) Vasektomi lebih murah dan lebih sedikit komplikasi dari
sterilisasi tubulus
f) Tidak mempengaruhi kemampuan seeorang dalam
menikmati hubungan seksual.

Kerugian :

a) Cara ini tidak langsung efektif, perlu menuggu beberapa


waktu setelah benar-benar sperma tidak ditemuka
berdasarkan analisa sperma.
151

b) Masih merupakan tindakan operasi maka laki-laki masih


merasa takut.
c) Beberapa laki-laki takut vvasektomi mempengaruhi
kemampuan seks atau menyebabkan masalah ereksi.
d) Ada sedikit rasa sakit dan ketidak nyamanan beberapa
hari setelah operasi, rasa sakit ini biasanya dapat lega
oleh konsumsi obat-obatan lembut.
e) Seringkali harus dilakukan dengan kompres es selama 4
jam untuk mengurangi pembengkakan, perdarahan dan
rasa tidak nyaman dan harus memakai celana yang dapat
mendukung skrotum selama 2 hari
f) Pasien diminta untuk memakai kondom terlebih dahulu
untuk membersihkan saluran sperma dari sisa sperma
yang ada. Unntuk mengetahui steril atau tidak,
pemeriksaan mikroskopis biasanya dilakukan 20-30 kali
setelah ejakulasi
g) Vasektomi tidak memberikan perlindungan terhadap
infeksi menular seksual termasuk HIV
h) Penyesalan setelah vasektomi jika oraang itu dibawah
usia 25 tahun, telah terjadi perceraian atau anak yang
meninggal.
i) Dibutuhkan 1-3 tahun untuk benar-benar menentukan
apakah vasektomi dapat bekerja efektif 100 persen atau
tidak
(Nina Siti Mulyani dkk, 2013, Hal : 19-139)
152

G. Teori pendokumentasian
Menurut Kepmenkes No.938/Menkes/SK/VII/2007
1. Pengertian
Pengertian standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses
pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai
dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan
kiat kebidanan. Mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa dan atau
masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan
asuhan kebidanan. ( Yanti, S.ST M.Keb, Nurul Eko W, S.SIT )
2. Tahap-tahap pendokumentasian SOAP
a. STANDAR 1 : Pengkajian
1) Pernyataan Standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat
relevan danl engkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien.
2) Kriteria Pengkajian
a) Data tepat, akurat dan lengkap, Terdiri dari data subyektif (Hasil
anamneses, biodata, keluhan utama, riwayat obstertri, riwayat
kesehatan dan latar belakang social budaya)
b) Data obyektif (Hasil Pemeriksaan Fisik, Psikologis dan
Pemeriksaan Penunjang).
b. STANDAR II : Perumusan Diagnose dan atau Masalah Kebidanan
1) Pernyataan Standar
Bidan menganalisa data yang di peroleh pada pengkajian,
menginterpretasikan secara akurat dan logis untuk menegakkan
diagnose dan masalah kebidanan yang tepat.
2) Kriteria perumusan diagnose dan atau masalah kebidanan
a) Diagnose sesuai dengan nomenklatur kebidanan
b) Masalah di rumuskan sesuai dengan kondisi klien
c) Dapat di selesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.
153

c. STANDAR III : Perencanaan


1) Pernyataan Standar
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan
diagnose dan masalah yang di tegakkan.
2) Kriteria Perencanaan
a) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan
secara komprehensif, Libatkan klien/pasien atau keluarga.
b) Mempertimbangkan kondisi psikologi, social budaya klien atau
keluarga
c) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
di berikan bermanfaat untuk klien.
d) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku
sumber daya sertafasilitas yang ada.
d. STANDAR IV : Implementasi
1) Pernyataan Standar
Bidan melaksanakan rencana asuhan secara komprehensif,
efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien
atau pasien. Dalam bentuk upaya promotif, preventi, kuratif,
rehabilitatif. Di laksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan
2) Kriteria Implementasi
a) Memperhatikan keunikan klien sebagai mahluk Bio-Psiko-Sosial-
Spritual-Kultural.
b) Setiap tindakan harus mendapatkan persetujuan dari klien dan
atau keluarganya (Inform Consent)
c) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarakan evidence based
d) Melibatkan klien atau pasien dalam setiap tindakan.
e) Menjaga privasi klien/pasien
f) Melaksanakan prinsif pencegahan infeksi
g) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
154

h) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan


sesuai. Melakukan tindakan sesuai standar
i) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
e. STANDAR V : Evaluasi
1) Pernyataan Standar
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan
berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan. Sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien.
2) Kriteria Evaluasi
a) Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan sesuai
kondisi klien.
b) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien atau
keluarga. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
c) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien atau
pasien.
f. STANDAR VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan
1) Pernyataan Standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan
jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan
dalam memberikan asuhan kebidanan
2) Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan
a) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada
formulir yang tersedia (Rekam Medis/KMS/Status Pasien/Buku
KIA).
b) Di tulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
c) S / Adalah data subyektif, mencatat hasil anamneses
d) O / Adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan
e) A / Adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah
kebidanan
155

f) P / Adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan


penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti antisipatif,
tindakan segera, tindakan komprehensif, penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.

H. Teori hukum kewenangan bidan


Kewenangan Bidan Sesuai Permenkes Nomor 1464 Tahun 2010 Tentang
Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan :
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan (permenkes) nomor
1464/menkes/per/X2010 tentang izin dan penyelenggara praktik bidan,
kewenangan yang dimilikibidan meliputi :
1. Kewenangan Normal :
a. Pelayanan kesehatan ibu.
b. Pelayanan kesehatan anak.
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
2. Kewenangan dalam menjalankan program pemerintah
3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter.
4. Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan.
Kewenangan ini meliputi :
a. Pelayanan Kesehatan Ibu
1) Ruang Lingkup :
a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c) Pelayanan Persalinan normal .
d) Pelayanan ibu nifas normal.
e) Pelayanan ibu menyusui
f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
2) Kewenangan :
a) Episiotomy
b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
156

c) Penanganan kegawat-daruratan, di lanjutkan dengan perujukan


d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil.
e) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
f) Fasilitasi/bimbingan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan promosi
air susu ibu (ASI) eksklusif.
g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif Kala III dan
postpartum, Penyuluhan dan konseling
h) Bimbingan pada kelompok ibu hamil.
i) Pemberian surat keterangan kematian
j) Pemberian surat keterangan cuti bersalin
b) Pelayanan Kesehatan Anak.

1) Ruang Lingkup :
a) Pelayanan bayi baru lahir
b) Pelayanan bayi
c) Pelayanan anak balita
d) Pelayanan anak pra sekolah
2) Kewenangan :
a) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk Resuitasi,
pencegahan Hipotermi, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), injeksi
vitamin K1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28
hari) dan perawatan tali pusat.
b) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
c) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
d) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra
sekolah.
f) Pemberian konseling dan penyuluhan
g) Pemberian surat keterangan kelahiran
h) Pemberian surat keterangan kematian
157

3) Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga Berencana,


Dengan Kewenangan :
a) Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana.
b) Memberikan Alat Kontrasepsi Oral dan Kondom

Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas,


khusus bagi bidan yang menjalankan program pemerintah mendapat
kewenangan tambahan untuk melakukan pelayanan kesehatan yang
meliputi :

a) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam


rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit.
b) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit
kronis tertentu (Di lakukan dibawah supervise dokter).
Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit,
asuhan antenatal terintegrasi, penanganaan bayi dan balita sakit, dan
pelaksanaan deteksi dini.merujuk, dan memberikan penyuluhan
terhadap penyakit infeksi menular seksual (IMS) dan penyakitkan
lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan
yang telah mendapat pelatihan untuk pelayanan tersebut. Selain itu,
khusus di daerah (Kecamatan atau Kelurahan/Desa) yang belum ada
dokter, bidan juga di berikan kewenangan sementara untuk
memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal,
dengan syarat telah di tetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan


kesehatan diluar kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak
berlaku lagi jika di daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter.

(Kesehatan Ibu. Depkes, 2011).


158

Anda mungkin juga menyukai