Anda di halaman 1dari 55

AGENDA

 SEMEN PEMBORAN
 HIDROLIKA PENYEMENAN
 TEKNIK PENYEMENAN
 EVALUASI HASIL PENYEMENAN
 ALAT-ALAT PENYEMENAN
 Penyemenan merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam operasi well
completion. Dengan demikian sehingga tahap
completion, produksi dan workover sangat
dipengaruhi olehnya. Baik dari segi komposisi,
sifat, fungsi dan juga berbagai additives yang
dimasukkan kedalam semen.
 Semen yang digunakan dalam well
completion juga dapat digunakan dalam
berbagai kondisi baik kedalan , tekanan,
temperatur, geometry lubang bor, sifat fisik
batuan dan fluida kimia dari formasi yang
dijumpai.
 Keberhasilan suatu penyemenan itu juga
tergantung pada mutu dari semen itu sendiri dan
penunjanng lainnya yaitu peralatan
penyemenan.
SEMEN PEMBORAN
Fungsi Semen Pemboran

Secara prinsip , fungsi utama semen ada 2 :


 Mencegah bergeraknya fluida di antara 2 formasi.
 Membantu melindungi casing.

Selain itu, ada beberapa fungsi yang lain yaitu :


 mencegah blow out melalui annulus dengan cara
mempercepat pengerasan semen.
 Mencegah loss circulation dengan cara menutup
daerah loss.
 Mencegah casing dari beban mengejut pada waktu
pemboran lebih aman.
KOMPOSISI SEMEN
MENURUT API :
 C3A :
merupakan fraksi yang memperbesar kecepatan hidrasi dan merupakan
suatu unsur yang mengontrol initial set dan thickening time. Tetapi juga
menyebabkan semen mudah terpengaruh oleh gangguan sulfate. Semen
yang mempunyai daya tahan tinggi terhadap sulfate, kadarnya ditentukan
oleh C3A yaitu maksimum 3 % .
 C4AF:
merupakan fraksi hidrasi low heat (heat hydrationnya rendah) di dalam
semen dan akan memberi warna pada semen. Penambahan Fe2O3 yang
berlebihan akan memperbesar jumlah C4AF dan memperkecil jumlah C3A
di dalam semen. Spesifikasi API menghendaki bahwa kadar C4AF
ditambah dua kali kadar C3A tidak melampaui 24 % untuk semen yang
daya tahan tinggi terhadap sulfate .
 C3S : merupakan fraksi yang terbesar di dalam semen dan merupakan
material penghasil kekuatan. Fraksi ini bertanggung jawab terhadap early
strength yaitu strength pada saat-saat pertama penempatan semen
(berkisar antara 1-28 hari). Semakin besar persentase C3S maka high earli
strength semen semakin cepat.
 C2S : merupakan fraksi yang mempunyai sifat menghidrasi lambat sekali
(kecepatan pengerasan menjadi lambat) tetapi akan memperkuat strength
pada perpanjangan periode dan bersifat mendinginkan (cool) semen
terhadap panas yang dibebaskan (head liberated).
KLASIFIKASI SEMEN
 Class : A (WCR = 0,46)
Digunakan dari permukaan sampai 6000 ft dengan temperatur 170ºF
bilamana special properties tidak dibutuhkan. Ini sama dengan semen
ASTM C150, type I.

 Class : B (WCR = 0,46)


Digunakan dari permukaan sampai 6000 ft dengan temperatur 170ºF di
mana moderato sulfate resistance dibutuhkan. Ini sama dengan semen
ASTM C 150, type II.

 Class : C (WCR = 0,56)


Digunakan dari permukaan sampai 6000 ft dengan temperatur 170ºF di
mana dibutuhkan untuk kondisi yang high early strength. Tersedia dalam
type-type regular dan high sulfate resistance. Ini sama dengan semen
ASTM C 150, type III.

 Class : D (WCR = 0,38)


Digunakan pada kedalaman 6000 – 10.000 ft dengan temperatur 230ºF di
mana dijumpai kondisi yang mempunyai temperatur agak tinggi dan
tekanan tinggi. Tersedia dalam type regular dan high sulfate resistance.
Class : E (WCR = 0,38)
Digunakan pada kedalaman 6000 – 14.000 ft dengan temperature 290ºF di
mana dijumpai kondisi yang mempunyai temperatur dan tekanan tinggi.
Tersedia dalam type regular dan high sulfate resistant.

Class : F (WCR = 0,38)


Digunakan pada kedalaman 10.000 – 16.000 ft dengan temperatur 320ºF
di mana dijumpai kondisi yang mempunyai temperatur dan tekanan sangat
tinggi. Tersedia dalam type regular dan high sulfate resistant.

Class : G dan H (WCR = 0,44)


Digunakan sebagai basic semen dari permukaan sampai 8000 ft
kedalaman sesuai dengan pembuatannya atau dapat digunakan bersama-
sama dengan accelerator dan retarder yang dipakai pada range kedalaman
dan temperatur yang besar. Tersedia dalam type moderato dan high sulfate
resistant.

Class : J
Digunakan pada kedalaman 12.000 – 16.000 ft untuk temperatur dan
tekanan yang luar biasa tinggi sesuai dengan pembuatannya atau dipakai
pada range kedalaman sumur yang besar dengan retarder. Hanya tersedia
dalam 1 jenis/macam. Temperatur yang dibutuhkan untuk men”set” semen
ini harus di atas 230ºF.
SIFAT-SIFAT FISIK SEMEN
A. Viscosity
Sedapat mungkin rendah agar didapatkan flow properties dan pendesakan lumpur
yang baik. Semen adalah fluida non newtonian sehingga viscositas adalah fungsi
dari shear rate. Untuk menentukan karakteristik viscosity, dipakai Fann Viscometer.

B. Density (akan berkisar antara 10,8 – 22 ppg)


Density dari bubur semen ini harus cukup besar untuk mempertahankan
pengontrolan sumur kecuali pada squeeze job.
Untuk density yang lebih rendah antara 10,8 – 15,6 ppg, material yang digunakan
adalah campuran air sedang untuk density yang lebih besar antara 15,6 – 22 ppg,
digunakan dispersent dan material pemberat seperti hematite.

C. Permeability
Diharapkan semen mempunyai permeability yang kecil karena dengan permeability
yang kecil maka tidak terjadi komunikasi diantara fluida pada saat semen telah
mengeras.
Walaupun begitu factor lingkungan yang mempunyai temperature tinggi (di atas
230ºF) akan menimbulkan strength retrogression (penurunan kekuatan) sehingga
harus ditambahkan silica fluor.
Karakteristik Semen
 Thickening Time
Adalah waktu yang dibutuhkan oleh bubur semen
untuk bercampur dan mendesak bubur semen itu ke
dalam lubang bor dan naik ke annulus di belakang
pipa

Beberapa hal yang mempengaruhi thickening time :


 Semakin tinggi temperatur maka semakin cepat
pengerasan semen. Ini merupakan faktor yang paling
berpengaruh.
 Semakin tinggi tekanan maka semakin cepat
pengerasan semen.
 Hilangnya air dari bubur semen mempercepat
pengerasan semen.
Karakteristik Semen
 Storage Stability
Semen yang disimpan dalam keadaan kering akan tetap baik
untuk waktu yang lama. Tetapi perubahan kecil dapat terjadi
pada kondisi lembab di mana akan mempengaruhi
thickening time pada situasi penyemenan yang kritis

 Mixing Water
Fresh water adalah air yang baik untuk campuran semen,
begitu juga air laut tetapi harus diawasi thickening timenya.
Fraksi inorganic akan mempercepat pengerasan semen
Additives Cement
Additive atau zat tambahan
digunakan untuk memberi variasi
yang lebih luas pada sifat-sifat bubur
semen dan ini penting dalam
perencanaan penyemenan.
Pengaruh additive terhadap sifat
semen:
1. Menaikkan atau menurunkan density bubur semen.
2. Memperbesar compressive strength dari 200 ke 20.000 psi .
3. Mempercepat dan memperlambat pengerasan semen (setting
time).
4. Mengatur filtrasi semen, dalam hal ini memperkecil filtrasi
semen sampai 25 cc/30 menit, pada kondisi filter pressure
1.000 psi, 325 mesh.
5. Sifat-sifat aliran (flow properties) akan mempunyai range
variasi yang luas.
6. Memperbesar tahanan (resistance) terhadap cairan korosif.
7. Mencegah hilangnya bubur semen ke dalam formasi.
8. Memperkecil kekentalan (slurry viscosity).
9. Mengontrol permeability.
10. Mengontrol heat of hydration.
11. Memperkecil biaya.
12. Menaikkan atau menambah durability (sifat tahan lama).
Additive semen dapat digolongkan
sebagai berikut :
 Accelerator:
Ditambahkan untuk mempercepat tickening time dari semen

 Retarder
Pemakaian retarder dipengaruhi oleh temperatur sumur, karena
temperatur mempercepat reaksi kimia antara semen dan air.
Retarder digunakan untuk memperpanjang waktu pemompaan
(thickening time) di mana naiknya temperatur lebih
mempengaruhi thickening time daripada naiknya kedalaman atau
tekanan.

 Light Weight Additive


Penambahan additive ini akan mempertinggi kolom cairan tanpa
menyebabkan formation breakdown dan memperkecil biaya
(cost).
 Heavy weight additive ( bahan pemberat )
Bahan pemberat ini harus mempunyai
karakteristik :
 Membutuhkan sedikit air.
 Tidak mengurangi kekuatan semen.
 Tidak merubah waktu pemompaan.
 Mempunyai ukuran partikel yang sama.
 Sedikit saja menambah bubur semen.
 Chemically inert.
 Mempunyai SG antara 4.5 – 5.0 .
 Tidak mengganggu terhadap well logging.
HIDROLIKA PENYEMENAN
Aliran pada semen terdiri dari 3
type, yaitu :
 Plug flow
adalah aliran yang laminer dan lambat sekali sehingga
gesekan antara partikel hanya terjadi dibagian pinggir
sedang ditengah – tengah tidak terjadi gesekan antara
partikel – partikel.

 Laminer flow
adalah aliran dimana arah gerakannya sejajar dan
mempunyai Reynold number lebih kecil dari 2000.

 Turbulent flow
adalah aliran yang cepat dan bergolak dimana
mempunyai Reynold number lebih besar dari 2000.
EVALUASI HASIL PENYEMENAN
EVALUASI HASIL PENYEMENAN
 CBL (Cement Bond Log)
untuk mengetahui sifat ikatan cement,
apakah semen tersebut mampu
mengisolasi atau mencegah aliran dari
fluida didaerah penyemenan dan mampu
secara mekanik membantu casing di
dalam lubang bor.
Sifat ikatan daripada semen atau
“ bonding “ dapat dibedakan menjadi
dua
 Shear bond
adalah sifat ikatan daripada semen yang secara
mekanik membantu pipa casing didalam lubang
bor. Shear bond ini ditentukan dengan ukuran
tekanan yang menyebabkan casing bergerak
didalam sarung semen (sheath of cement ) yang
mengikatnya.

 Hydraulic Bond
Adalah sifat atau kemampuan ikatan semen
untuk menghalangi / mencegah aliran dari fluida
didaerah penyemenan
ALAT – ALAT PENYEMENAN
Peralatan Diatas Permukaan
( Surface Equipment )
 Cementing unit

a. Mixer :
yang umum dipakai adalah jet mixer, sedangkan yang lain
adalah recirculating system. Pada jet mixer ini dipertemukan dua
aliran yaitu bubur semen dan air.
b. Pompa semen :
dipakai untuk mengontrol rate dan tekanan. Jenis pompa yang
dipakai dapat duplex double acting piston pump atau single acting
triplex plunger pump.
c. Engine ( motor penggerak ):
mempunyai fungsi untuk menggerakkan pompa.
d. Hopper :
mempunyai fungsi utama untuk mengatur aliran dari semen kering
agar merata.
e. Water tank :
berfungsi untuk tempat menampung atau menyimpan air yang
diperlukan untuk proses penyemenan.
Alat – alat di Bawah Permukaan
( Subsurface Equipment )
a) Casing Shoe ( sepatu casing )
Dipasang pada ujung bawah casing dimana
mempunyai fungsi umum sebagai guide.
Ada beberapa macam shoe yaitu :
Plain guide shoe
Digunakan untuk mengarahkan casing kedalam lubang
bor terutama untuk formasi yang mudah runtuh
Float shoe
disamping berfungsi sebagai guide juga dapat
mencegah aliran balik dari luar casing karena float
shoe dilengkapi dengan klep penahan tekanan balik.
Pemakaian float shoe mempunyai
keuntungan - keuntungan :
 Merupakan klep yang efisien, mencegah
tekanan aliran balik, mencegah blow-out
melalui casing pada saat diturunkan.
 Pada waktu masuk casing, terjadi aliran
lumpur diannulus, seolah – olah
merupakan suatu sirkulasi, sedangkan
sirkulasi adalah penting sebelum
penyemenan.
Alat – alat di Bawah Permukaan
( Subsurface Equipment )
b) Collar
Collar adalah suatu sok penahan yang
dipasang beberapa meter diatas shoe. Fungsi
umumnya adalah menahan bottom plug dan
top plug.
Collar mempunyai beberapa macam, yaitu :
Float collar :
mempunyai fungsi yang pada umunya sama dengan
float shoe.
Baffle collar with hole :
akan membantu sebagai pemberhentian
cementing plug dan akan mengurangi
kontaminasi semen disekitar casing dan shoe.
Alat – alat di Bawah Permukaan
( Subsurface Equipment )
c) Centralizer
Mempunyai fungsi untuk menempatkan casing
tepat ditengah – tengah lubang bor agar
disekeliling dinding casing mempunyai jarak
yang sama kedinding lubang bor.
d) Scratcher
Mempunyai fungsi untuk membersihkan
mudcake sehingga akan memperbaiki ikatan
semen baik pada casing maupun pada
formasi.
Centralizer
SCRATCHER
Stage Cementing Tools
( Peralatan penyemenan bertingkat )
 ECP ( External casing
packer )
Adalah packer yang
mengembang diluar
casing menutup
annulus casing dan
lubang bor.
Stage Cementing Tools
( Peralatan penyemenan bertingkat )
a) Flexible flug, berfungsi
sebagai bottom plug.
Fungsi bottom flug
adalah mencegah
kontaminasi antara
bubur semen dengan
lumpur yang ada di
dalam sumur serta
membuat mud film
didalam casing.
b) Trip plug, Berfungsi
untuk membuka stage
sementing collar.
Stage Cementing Tools
( Peralatan penyemenan bertingkat )
c) Shut off plug/Top plug
Fungsi shut off plug
adalah sebagai
pemisah bubur semen
dengan lumpur
pendorong
membersihkan sisa-sisa
semen yang tertinggal
didalam casing.
Squeeze Cementing Packer
 Ada beberapa macam type packer yang
digunakan pada squeeze cementing,
diantaranya adalah drillable packer dan
retrievable packer.
Fungsi kedua packer tadi adalah menahan
tekanan pada satu atau dua arah dan
mengarahkan tekanan tadi ke formasi sehingga
aliran bubur semen akan mengarah keformasi
akibat dorongan tekanan tadi.
PERHITUNGAN CEMENT PADA PRIMARY CEMENTING
Diketahui : Casing 7”, 23 ppf di set sampai kedlman 8000 ft
Diameter hole = 9 in. Casing disemen dari dasar = 2000 ft.
Class cement yg dipakai ; H dg density 15.6 ppg
Cement yg ada di casing sepanjang 80 ft diantara Float
Collar dan Float Shoe
Mixing water ; 5.2 gal / sack

Ditanyakan :

1. Volume cement yang dibutuhkan


2. Volume mixing water
3. Volume displacement mud

Jawaban :

Yield cement utk class H adl 1.18 cuft/sx ( cari di tabel Halliburton atau yg lain )
1. Penentuan vol. Cement :
- Cap anulus : 0.1745 cuft/ft ( cari di tabel Halliburton )
- Vol. Anulus = 0.1745 cuft/ft x 2000 ft = 349 cuft
- Capacity casing : 0.2210 cuft/ft ( cari di tabel Halliburton )
- Vol. Casing = 0.2210 cuft/ft x 80 ft = 17.68 cuft

Jumlah vol. Cement = 349 cuft + 17.68 ft = 368.68 cuft

2. Penentuan sack semen = 366.68 cuft / ( 1.18 cuft/sx )


= 310.75 sacks

3. Penentuan mixing water :


310.75 sacks x 5.2 gals/sack = laman1615.88 gals
= 1615.88 gals / ( 42 gals/bbls )
= 38.47 bbls

4. Penentuan mud displacement :


- cap casing : 0.0396 bbl/ft ( cari di tabel Halliburton )
- Kedalaman sampai F.C = 8000 – 80 = 7920 ft
- Vol. Mud displacement = 0.0396 bbl/ft x 7920 ft = 313.63 bbls
MENGHITUNG PENYEMENAN
2 TAHAP (Stage Cementing )
DENGAN MEMAKAI DSCC

1. Tahap pertama dilakukan pada


kedalaman 669 m sampai 1751 m
dengan jenis semen Tail Slurry, dimana
data penyemenan tahap pertama
adalah :
Cas : 20” ;
Depth : 37 m

Cas : 13 3/8” ;
Depth : 300 m

Cas : 13 3/8” ; Depth


: 300 m

DSCC @ 669 m
@ 669 m
Vol 3 (Vol Annulus) Cas : 9 5/8” ;
Shoe @ 1750 m
Vol 3 (Vol Annulus)
Cas : 9 5/8” ;

Vol 1 (Vol Shoe @@


Collar 1750 m m
1725
shoe track)
Collar @ 1725 m
shoe track)

ol 1 (VVoVo
TTD @ 1751 m
Vol 2 (Vol Pocket)
D @ 1751 m
Open Hole : 12 1/4"
Intermediate Casing (OD) : 9 5/8”
Intermediate Casing (ID) : 8.835”
Tambahan Volume : 50%

Tail Slurry
Tail slurry merupakan bubur semen yang memiliki
compressive strength kualitas baik dikarenakan additive
yang dipakai pada saat pembuatan slurry semen
memiliki kadar yang tinggi, dan thickening time yang
dibutuhkan oleh slurry semen tersebut lebih singkat
dibandingkan dengan lead slurry, serta fluid loss yang
dapat masuk kedalam formasi lebih sedikit
dibandingkan lead slurry.
Diketahui untuk tail slurry, slurry yield yang dimiliki adalah 1.203 cuft/sax

Pertama menghitung volume semen pada shoe track dengan kedalaman


25 m (82 ft)
Volume semen (cuft) = (ID2) x 0.005454 x Depth
= (8.8352) x 0.005454 x 82
= 34.909 cuft
Kedua menghitung volume semen yang dibutuhkan untuk mengisi pocket
dengan kedalaman = 1m (3.281 ft)
Volume semen (cuft) = (OD2) x 0.005454 x Depth
= (12.252) x 0.005454 x 3.281
= 2.69 cuft
Ketiga menghitung volume semen pada annulus dengan kedalaman =
1081m (3546.761 ft)
Volume semen (cuft) = (OD2 – ID2) x 0.005454 x Depth
= ((12.25)2 – (9.625)2) x 0.005454 x
3546.761
= 1110.77 cuft
Kedua menghitung volume excess semen
pada annulus
Excess semen dibutuhkan dikarenakan
dinding lubang bor yang diameternya
mengalami pelebaran akibat dari formasi
yang tidak kompak.
Tambahan volume = 1110.77 x 50%
= 555.385 cuft
Ketiga menghitung total sax semen yang akan kita
gunakan untuk operasi penyemenan.
Total Vol. semen = Volume shoe track + Volume
pocket + Volume Annulus +
volume excess
= 34.909 + 2.69 + 1110.77 + 555.385
= 1703.754 cuft
= 1703.754 x 0.1781 bbls
= 303.438 bbls
= ( 303.438 bbls/5.015 BBL/CFT)/ 1.203 cft/sax
= 1416.254 sax
2. Tahap kedua dilakukan pada kedalaman 669 m sampai permukaan
atau surface dengan jenis semen Lead Slurry, dimana data
penyemenan tahap pertama adalah :

Open Hole : 12 1/4"

Intermediate Casing (OD) : 9 5/8”

Intermediate Casing (ID) : 8.835”

Tambahan Volume : 50%


Lead Slurry

Lead slurry merupakan bubur semen yang memiliki


compressive strength kualitas sedang dikarenakan additive
yang dipakai pada saat pembuatan slurry semen memiliki
kadar yang tidak terlalu tinggi, dan thickening time yang
dibutuhkan oleh slurry semen tersebut lebih lama
dibandingkan dengan tail slurry, serta fluid loss yang dapat
masuk kedalam formasi lebih banyak dibandingkan tail
slurry.
Diketahui untuk lead slurry, slurry yield yang dimiliki adalah 3.296
cuft/sax

Pertama menghitung volume semen pada annulus dengan kedalaman


= 669m (2194.989 ft)
Volume semen (cuft)
= (OD2 – ID2) x 0.005454 x Depth
= ((12.25)2 – (9.625)2) x 0.005454 x 2194.989
= 687.4 cuft

Kedua menghitung excess semen


Excess semen dibutuhkan dikarenakan dinding lubang bor yang
diameternya mengalami pelebaran akibat dari formasi yang tidak
kompak.
Tambahan volume = 687.4 x 50%
= 343.7 cuft
Ketiga menghitung total sax semen yang akan digunakan
untuk operasi penyemenan.
Total Volume semen = Volume semen +
Tambahan volume
= 687.4 + 343.7
= 1031.1 cuft
= 1031.1 x .1781 bbls
= 183.64 bbls
= (183.64 bbls/5.615 cft/bbl) / 3.296 cft/sax
= 312.83 sax
Perhitungan Volume Displacement Pada
Casing 9 5/8”

Proses penyemenan dengan metode DSCC (Dual


Stage Cementing Collar) merupakan proses
penyemenan dengan dua tahap penyemenan
sehingga volume lumpur untuk displacement juga
dibutuhkan dua tahap perhitungan.
Volume Displacement Tahap Pertama
Diketahui kedalaman didalam casing yang akan diisi
lumpur adalah 1725 m (5660 ft) dengan diameter
dalam casing 8.835 in.
Maka :
Volume semen (cuft) = (ID2) x 0.005454 x Depth
= (8.8352) x 0.005454 x 5660
= 2409.598 cuft
= 2409.598 x 0.1781 bbls
= 429 bbls
Volume Displacement Tahap Kedua

Diketahui kedalaman didalam casing yang akan diisi lumpur


adalah 669 m (2195 ft) dengan diameter dalam casing
8.835 in.
Maka :

Volume semen (cuft)= (ID2) x 0.005454 x Depth


= (8.8352) x 0.005454 x 2195
= 934.46 cuft
= 934.46 x 0.1781 bbls
= 166 bbls

Anda mungkin juga menyukai