Anda di halaman 1dari 7

MENJADI AYAH YANG AMANAH

‫الحمد هلل الكريم الرحمن علم القرأن خلق اإلنسان علمه‬


‫ اللهم‬.‫ أشهد أن الإله إال هللا وأشهد أن محمدا رسول هللا‬.‫البيان‬
‫ قال هللا تعالى فى‬.‫صل على محمد وعلى آل سيدنا محمد‬
َّ ‫ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آَ َمنُوا اتَّقُوا‬:‫كتابه العزيز‬
‫َّللاَ َح َّق تُقَاتِ ِه َو َال تَ ُموت ُ َّن‬
)102: ‫ِإ َّال َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُمونَ (آل عمران‬
Pada kesempatan yang berbahagia ini saya akan mengajak jama’ah Rahimakumullahu
membicarakan tentang amanah seorang ayah, agar kita menjadi ayah amanah. Bukan berarti
adik-adik yang masih muda dan anak-anakku sekalian tidak saya ajak berbicara dalam hal ini.
Anggap saja, ini adalah nasehat orang tua kepada kalian, adik-adik pemuda dan anak-anakku
sekalian.

Ternyata, menikah itu tidak cukup hanya dengan cinta dan kerja. Walau orangtua jika ingin
menikahkan anaknya yang repot disiapkan adalah gedungnya, pelaminannya, ceteringnya
bahkan na’udzu billah, ma’shiyatnya juga dipersiapkan.

Yang harus dipersiapkan adalah mencari pasangan yang suci dengan cara mensucikan diri.
Selain bekerja, yang diperlukan adalah belajar psikologi pernikahan. Tidak boleh menikah
sebelum punya ilmunya. Jika dilakukan, maka hal itu akan menambah deretan sengsara
perempuan. Dimana, zaman sekarang prosentase perceraian sangat tinggi. Dan yang paling
tinggi bukanlah suami yang mentalak istrinya, tetapi perempuan yang minta dilepas dari
suami karena gagal menjadi suami dan ayah yang amanah. Jangan menikah sebelum punya
ilmunya dan membaca fikh nikah. Perlu juga belajar ilmu parenting, jangan seperti yang
terlanjur menjadi ayah, tapi tidak tahu bagaimana menghadapi dan mendidik anak. Saudara
harus belajar ekonomi keluarga, paham ilmu reproduksi dan psikologi perempuan agar tidak
menjadi teladan buruk bagi anak-anak. Sebab, ayah yang sering jahat kepada istrinya akan
menjadi bencana didalam rumah tangga. Ayah yang sering melakukan kekerasan dalam
rumah tangga, tidak memberikan perhatian yang benar terhadap istrinya akan menjadi contoh
buruk bagi anak-anaknya.
Contoh Ayah Amanah

Sidang jum’at Rahimakumullah

‫وب ْال َم ْوتُ ِإ ْذ َقا َل ِلبَنِي ِه َما تَ ْعبُدُونَ ِمن بَ ْعدِي‬ َ ُ‫ض َر يَ ْعق‬ َ ‫ش َهدَاء ِإ ْذ َح‬ ُ ‫أَ ْم ُكنت ُ ْم‬
‫احدا ً َون َْح ُن‬ َ ‫قَالُواْ نَ ْعبُدُ ِإلَـ َه َك َو ِإلَـهَ آبَائِ َك إِب َْرا ِه‬
ِ ‫يم َوإِ ْس َما ِعي َل َو ِإ ْس َحاقَ إِلَـها ً َو‬
)133 :‫لَهُ ُم ْس ِل ُمونَ (البقرة‬
“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada
anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan
menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan
yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (Al Baqarah: 133)

Ini adalah contoh ayah amanah, yaitu kisah Ya’qub Alaihissalam bersama anak-anaknya.
Ya’qub sebagai pribadi seorang Nabi memang sudah sabar dan menyampaikan amanah.
Namun, apakah amanah tersebut sudah sampai dengan cara yang benar kepada anak-anaknya.
Sehingga menjelang kematiannya, beliau harus mengkroscek sekali lagi dengan bertanya,
“Apa yang kamu sembah sepeninggalku?”. Jawaban pertanyaan ini akan menentukan apakah
setelah meninggal beliau bakal bahagia menjadi seorang ayah yang amanah atau tidak
amanah dihadapan Rabb-Nya. Dan alangkah bahagianya beliau karena telah menjadi contoh
teladan ayah yang amanah. Sebab, anak-anaknya menjawab dengan tiga jawaban, “Kami
akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu)
Tuhan yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”.

Jawaban tersebut merupakan kriteria amanah atau tidak amanah dihadapan Allah Subhanahu
Wa Ta’ala. Sebagai putra atau putri, kita bisa menjadi buah hati dan membahagiakan ayah
kita jika telah mempunyai tiga hal seperti anak-anak Ya’qub.

Menarik sekali, karena anak Ya’qub tidak langsung menjawab, “kami akan menyembah
Allah”. Kenapa menarik? Karena kalimat tersebut menggambarkan bahwa Ya’qub sukses
memasukkan pendidikan yang benar kepada anaknya, dan anaknya bangga terhadapnya.
Sekarang lihat sekeliling kita sehari-hari, berapa banyak anak yang benci terhadap ayahnya?
Berapa banyak anak yang tidak nge-fans kepada ayahnya? Berapa banyak anak yang memilih
lebih berada di kamarnya, disaat ayahnya pulang? Tidak bangga dengan ayah dan
keluarganya.

Keluarga rusak adalah keluarga yang gagal menanamkan nilai-nilai tauhid di dalam rumah
tangga. Orang tua gagal adalah orang tua yang dititipi anak oleh Alloh Ta’ala, tapi ia titipkan
anaknya ke sekolahan, fakultas luar negeri di Amerika, Eropa dan sebagainya. Anaknya
pulang menjadi penegak sistem jahiliyyah! Umat Muhammad tapi khianat kepada
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.

Berapa banyak anak-anak yang kita sekolahkan dan doakan agar pintar, tapi lulus dari
fakultas ekonomi dan sebagainya, hanya merestorasi sistem kapitalis, sosialis di Indonesia.
Kelihatannya mereka bahagia karena dipenuhi semua kebutuhan materi, makan malam
mewah, liburan, rekreasi kesana sini, tetapi jika cinta Allah tidak ditanamkan dalam jiwa
anaknya, maka ia disebut dengan ayah yang gagal dan tidak amanah.
Fenomena Lapar Ayah

Ada banyak fenomena sosial, seperti halnya fenomena lapar ayah. Persoalan sosial yang
terjadi di masyarakat sekarang bersumber dari ayah yang gagal dan tidak amanah. Lihatlah
anak-anak jalanan itu! Sebetulnya anak-anak jalanan adalah anak-anak yang kurang asupan
dialog dari orang tuanya. Anak-anak yang salah mengalokasikan nyali keberaniannya, akibat
ayah yang kurang perhatian terhadap anak. Ayah yang tidak mampu mentransformasikan
nilai-nilai kebenaran, kejujuran, keberanian kepada anak-anaknya. KPK telah melakukan
penelitian pada sebuah kota besar di Jawa Tengah dengan tema besarnya adalah “Berani,
Jujur Itu Hebat”. Apa yang terjadi? Kalau ingin menanamkan kejujuran, hrus dimulai dari
rumah. Kita tidak bisa banyak berharap dari pemerintahan dan sistem yang berlangsung
sekarang. Karena kita tahu, yang bakal menang dan menjadi pemimpin Indonesa menurut
piramida pemilihan adalah pemimpin yang dipilih oleh orang yang tidak mengerti (bodoh)
bukan pemimpin yang dipilih oleh orang pintar dalam system demokrasi libera seperti ini.
Dan satu-satunya lembaga yang mendidik kejujuran anak adalah di dalam rumah tangga.

Yang menarik dalam penelitian tesebut bahwa salah satu kota besar di Jawa Tengah tersebut,
umumnya anak-anak tidak lagi percaya kepada orang tuanya soal kejujuran. Dan ini
berbahaya, sebagaimana ketidak percayaan publik kepada pemimpinnya. Dimana letak
bahayanya?

Sebuah penelitian terhadap Seven Eleven yang merupakan tempat nongkrong anak-anak yang
sudah tidak percaya lagi kepada orangtuanya. Ada sebuah twitter (group) dimana menjadikan
standar kedewasaan anak remaja adalah pada tingkat keberanian mencela ayah. Kode mereka
adalah “bangs” kependekan dari kata “bangsat”.

Seiring dengan perkembangan zaman, gaya hidup yang dimunculkan seringkali tidak biasa
atau terlihat menyimpang. Lihatlah fenomena banci, lesbi atau gay yang berkembang di
masyarakat, mereka telah membentuk suatu komunitas yang disebut dengan LGBT (lesbian,
gay, biseksual, transgender). Konon kabarnya, anggota mereka mencapai jutaan orang. Sudah
banyak anak SMP dan SMA terindikasi menjadi lesbian dan gay. Akibat dari ayah yang
kurang update. Sang ayah hanya tau berangkat pagi pulang malam, bila liburan ia bermain
golf dan hobi lainnya, ia merasa sudah menjadi seorang ayah padahal ia adalah ayah yang
bisu. Sehingga anak-anaknya menjadi lapar pelukan, belaian, dan berdialog dengan ayah
mereka. Karena sang ayah tidak mengerti bagaimana cara berdialog dengan anak-anaknya.

Lalu apa yang harus dilakukan jika ingin menjadi ayah amanah?

Sebelum para orang tua menyesal seperti khawatirnya Ya’qub menjelang kematiannya. Maka
lakukanlah hal-hal terbaik untuk anak-anak.

Bagi yang masih mempunyai anak balita, hadiah terhebat untuk balita kita bukan boneka,
mainan, game up to date, namun yang dibutuhkan mereka adalah banyaknya waktu kita
bersama dengan mereka, bukan materi. Kalau kita gagal mendidik istri, padahal istri adalah
agen untuk menanamkan nilai-nilai tauhid, cinta dan ittiba’ kepada Rasulullah, maka kita pun
termasuk suami yang gagal.

Saudara-saudaraku sekalian, minta tolonglah kepada ayah kita. Kalau ingin bertanya tentang
kehidupanmu, jangan sombong terhadap ayah. Karena mandiri dan sok mandiri bedanya tipis.
Anak sok mandiri biasanya mengambil keputusan apa saja terkait sekolahan, pilihan
ekstrakurikuler atau pertemanan, tidak mau dialog dengan ayahnya. Berbeda dengan anak
mandiri, ia selalu berpegang teguh pada dua hal. Yaitu, sebelum mengambil keputusan dalam
hidup, ia istikharah kepada Allah baru kemudian berdialog dengan ayahnya. Sebab, tidak
akan menyesal orang yang bermusyawarah.

Sidang jum’at Rahimakumullahu

Cobalah kita para orang tua mencontoh Imran dan istrinya Imran. Kenapa Imran punya anak
hebat seperti Maryam. Dan Maryam punya anak hebat seperti Isa Alaihissalam. Karena
sebenarnya, istrinya Imran tidak ingin punya anak, namun ia harus beranak sebagai titipan
dari Allah Ta’ala. Istri Imran berdoa ketika hamil,

‫طنِي ُم َح َّررا ً فَتَقَب َّْل ِم ِني‬ ْ َ‫ب ِإنِي نَذَ ْرتُ لَ َك َما فِي ب‬ ِ ‫ام َرأَة ُ ِع ْم َرانَ َر‬
ْ ‫ت‬ ِ َ‫ِإ ْذ قَال‬
‫ض ْعت ُ َها أُنثَى‬ َ ‫ب إِ ِني َو‬ ِ ‫ت َر‬ َ ‫} فَلَ َّما َو‬35{‫س ِمي ُع ْال َع ِلي ُم‬
ْ َ‫ض َعتْ َها قَال‬ َّ ‫نت ال‬ َ َ ‫ِإنَّ َك أ‬
‫س َّم ْيت ُ َها َم ْر َي َم ِو ِإنِي أ ُ ِعيذُهَا‬
َ ‫ْس الذَّ َك ُر َكاألُنثَى َو ِإنِي‬ َ ‫ت َولَي‬ ْ َ‫ضع‬ َ ‫َوَّللاُ أَ ْعلَ ُم ِب َما َو‬
‫الر ِج ِيم‬
َّ ‫ان‬ ِ ‫ط‬ َّ ‫ِب َك َوذُ ِريَّت َ َها ِمنَ ال‬
َ ‫ش ْي‬
“(ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menadzarkan
kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang shaleh dan berkhidmat
(di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nadzar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Maka tatkala isteri ‘Imran melahirkan
anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak
perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki
tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku
mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan)
Engkau daripada syaitan yang terkutuk”. (Ali Imran: 35-36)

Memilih Guru Untuk Anak

Ada yang menarik dari kisah Imran dan istrinya terkait siapa yang akan menjadi pengasuh
dan pendidik anaknya. Sebab, Imran dan istrinya tidak ingin sembarangan mencari guru
untuk anaknya. Akhirnya Zakaria Alaihissalam pun terpilih melalui seleksi. Allah Ta’ala
berfirman,

‫نت لَدَ ْي ِه ْم ِإ ْذ يُ ْلقُون أَ ْقالَ َم ُه ْم أَيُّ ُه ْم يَ ْكفُ ُل‬ َ َ‫وحي ِه ِإل‬


َ ‫يك َو َما ُك‬ ِ ُ‫ب ن‬ ِ ‫ذَ ِل َك ِم ْن أَنبَاء ْالغَ ْي‬
ِ َ‫نت لَدَ ْي ِه ْم ِإ ْذ يَ ْخت‬
َ‫ص ُمون‬ َ ‫َم ْريَ َم َو َما ُك‬
“Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang kami wahyukan kepada
kamu (Ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka
melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan
memelihara Maryam. dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa”. (Ali
Imran: 44)

Ayat di atas menggambarkan tentang sebuah peristiwa ghaib yang tidak dihadiri oleh
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Peristiwa itu adalah kisah tentang Imran. Ketika itu,
Imran yang telah memiliki putri yang suci bernama Maryam, ingin mencari orangtua asuh
yang bisa mendidik dan mengukir karakter baik pada anak putrinya itu. Allah Ta’ala
mewahyukan kepada Imran, agar setiap orang yang ingin menjadi orangtua asuh atau
pendidik putrinya itu adalah orang-orang terpilih, di antara adalah para rahib. Dan rahib yang
boleh mendidik dan mengukir karakter putrinya itu, adalah orang yang sudah mengikuti
‘seleksi’ dengan cara melemparkan pena yang biasa digunakan untuk menulis Taurat ke atas
sungai yang deras alirannya. Setelah pena tersebut dilemparkan dan semua pena terbawa arus,
uniknya, hanya ada satu pena, yaitu pena Zakaria, yang tidak ikut terbawa arus, bahkan
melawan arus sungai. Ini menjadi indikator, bahwa Zakaria lah yang pantas untuk
menjadi orangtua asuh bagi Maryam.

Ini menjadi gambaran bagi orangtua, siapa yang harus menjadi pendidik anak kita. Lembaga
pendidikan mana yang harus kita pilih untuk menjadi pendidik yang mengukir karakter anak
kita. Jangan sembarang guru. Kata kuncinya adalah cari guru yang diberkahi. Maksud yang
diberkahi adalah yang bisa menanamkan ke dalam qalbu (hati) anak kita tentang ketauhidan
‘La ilaha illallah’. Agar di akhir hayat, kita termasuk orangtua yang lulus seperti Ya’qub
ketika bertanya kepada anak-anaknya saat sakaratul maut. “Wahai anak-anakku, jelang
sakaratul maut-ku ini, aku ingin bertanya kepada kalian, selepas kematianku nanti, siapakah
yang akan kalian sembah?” Ini menjadi indikator keberhasilan orangtua dalam mendidik
anaknya. Dan ukurannya adalah jika sepeninggalan orangtua, anaknya tetap menjadikan
Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai sesembahannya.

Kesalahan orangtua selama ini dalam memilih lembaga pendidikan dan guru privat bagi
anaknya adalah tidak bermula dari keberkahan. Lembaga pendidikan yang dicari selalu yang
terkenal, yang fasilitasnya mewah, yang ekstra kurikulernya begini dan begitu, atau yang
alumninya atau lulusannya bisa ke luar negeri. Orangtua harus mencari lembaga pendidikan
anak yang mengindikasikan tentang ‘La ilaha illallah’ dan menanamkan rasa takut dan malu
kepada Allah Ta’ala dengan ilmunya, ketika sang anak lulus dari lembaga pendidikan
tersebut. Dimana rasa malu dan ilmu tersebut jarang dimiliki oleh kebanyakan manusia,
sekalipun ia adalah professor.

Lalu guru yang bagaimana yang harus kita carikan untuk anak kita? Cari guru yang berkah,
yang mampu mengukir jiwa tauhid anak-anak kita. Seperti kisah tentang pena para rahib di
atas tadi. Maknanya begini, setiap anak terlahir akan berhadapan dengan “agama-agama
manusia” yang dipaksakan untuk masuk ke dalam benak anak-anak kita. Kita harus mencari
guru yang berkah, agar yang masuk ke dalam benak anak kita adalah agama Allah Ta’ala
walaupun harus bertentangan dengan keadaan dan berbeda dengan sistem. Kalau sudah dapat
guru seperti itu, berbahagialah. Dan guru itu adalah dimulai dari orangtua. Dan kita para
orangtua, yang harus mengukir jiwa dan karakter anak kita dengan ketauhidan dan agama
Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Kalau sekolahan punya kurikulum, maka kitapun seharusnya mempunyainya. Sebenarnya


kurikulum tersebut telah dicontohkan oleh Luqman kepada anaknya dan diabadikan Allah
Ta’ala di dalam surah Luqman ayat 12-19. Diantara isi pelajaran tersebut adalah:

Mudah-mudahan kita semua bisa menjadi ayah yang amanah dan tidak termasuk ayah yang
kehilangan anaknya. Dan mudah-mudahan Allah Ta’ala menjadikan anak-anak kita shalih
dan shalihah. Yang dibutuhkan cuma satu, jadilah ayah pemberani. Berani meninggalkan apa
saja demi pendidikan anak, berani mengorbankan waktu dan hobi demi mendidik, menemani
dan menolong anak, berani berhenti dari semua ambisi dan hobi agar kembali mendidik anak
dengan benar. Dan semua itu tidak bisa terjadi kecuali dengan pertolongan Allah Ta’ala.

‫بارك هللا لي ولكم في القرآن العزيزونفعني وإياكم بما فيه من اآليات و‬


‫ وتقبل مني ومنكم تالوته إنه هو الغفور الرحيم‬،‫الذكر الحكيم‬
Khutbah Kedua

Para ayah, jika ingin rezeki anakmu tercukupkan tidak usah pusing, perbanyak doa seperti
doa Ibrahim untuk Ismail. Kalau ingin punya keluarga tercukupkan, dan kita tidak seperti
orang linglung dalam mencari dunia. Kita sibuk membesarkan dan menyekolahkan anak tapi
pikiran dan hati anak dirampok oleh sistem jahiliyah. Apa yang harus kita lakukan? Minimal
adalah berdoa seperti doanya Nabi Ibrahim Alaihissalam..,

َ ُ‫صالَ ِة َو ِمن ذُ ِريَّتِي َربَّنَا َوتَ َقب َّْل د‬


‫} َربَّنَا ا ْغ ِف ْر‬40{‫عاء‬ َّ ‫يم ال‬ َ ‫اج َع ْلنِي ُم ِق‬ ْ ‫ب‬ ِ ‫َر‬
‫اب‬
ُ ‫س‬َ ‫ي َو ِل ْل ُمؤْ ِمنِينَ يَ ْو َم يَقُو ُم ْال ِح‬
َّ َ‫ِلي َو ِل َوا ِلد‬
Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya
Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu
bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”.
(Ibrahim: 40-41)

َ ‫صلُّوا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
‫س ِل ُموا‬ َ ‫علَى النَّبِي ِ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا‬
َ َ‫صلُّون‬
َ ُ‫َّللاَ َو َم َالئِ َكتَهُ ي‬
َّ ‫ِإ َّن‬
.ً‫تَ ْس ِليما‬
‫اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات األحياء منهم‬
.‫ يا قاضي الحاجات‬،‫ إنك سميع قريب مجيب الدعوات‬،‫واألموات‬
‫ اللهم إنا‬. َ‫سنَا َوإِن لَّ ْم تَ ْغ ِف ْر لَنَا َوت َ ْر َح ْمنَا لَنَ ُكون ََّن ِمنَ ْالخَا ِس ِرين‬ َ ُ‫ظلَ ْمنَا أَنف‬
َ ‫َربَّنَا‬
‫ َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن‬.‫نسألك رضاك والجنة ونعوذ بك من سخطك والنار‬
ِ‫صالَة‬ َّ ‫يم ال‬ َ ‫اجعَ ْلنا ُم ِق‬
ْ ‫ َر ِبنا‬. ً ‫اج َع ْلنَا ِل ْل ُمت َّ ِقينَ ِإ َماما‬ْ ‫اجنَا َوذُ ِريَّاتِنَا قُ َّرةَ أَ ْعيُ ٍن َو‬
ِ ‫أَ ْز َو‬
‫ َربَّنَا ا ْغ ِف ْر ِلنا َو ِل َوا ِلدينا َ َو ِل ْل ُمؤْ ِمنِينَ يَ ْو َم يَقُو ُم‬،‫عاء‬ َ ُ‫َو ِمن ذُ ِريَّتِنا َربَّنَا َوتَقَب َّْل د‬
.‫ار‬ِ َّ‫اب الن‬ َ َ‫عذ‬ َ ‫سنَةً َوقِنَا‬ َ ‫سنَةً َوفِي ْاآل ِخ َرةِ َح‬ َ ‫ َربَّنَا آتِنَا فِي الدُّ ْنيَا َح‬.‫اب‬ ُ ‫س‬ َ ‫ْال ِح‬
Disampaikan pada Khutbah Jum’at 17 Januari 2014.

Anda mungkin juga menyukai