Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
KERJA
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
3. Mempelajari cara pendekatan yang ideal yang dapat dijalankan sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik industri, sehingga K3 dapat menjadi suatu budaya
kerja dan sistim manajemen K3 dapat diterapkan secara efektif.
1. Identifikasi
2. Perumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 OHSAS-18001:2007
K3 yang disingkat dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (bukan kesehatan dan keselamatan
kerja) perlu perancangan yang sangat-sangat baik. Beberapa hal yang perlu direkayasa dalam
upaya menciptakan kondisi seminimum mungkin sebagai penyebab kesalahan dan
kecelakaan kerja antara lain adalah
1. Hardware
2. Software
3. Peopleware
4. Methods
5. Enviroware
6. Organiware
7 tahapan umum dari suatu proses (produksi secara umum) maka masin-masing tahapan
tersebut bisa saja terjadi suatu kesalahan. Beberapa kesalahan tersebut dijabarkan sebagai
berikut :
1. Kesalahan desain
Kesalahan desain merupakan kesalahan yang terjadi pada tahap desain. Bisa saja hal ini
terjadi karena salah saat memperkirakan beban yang sesungguhnya dengan tidak
menambahkan faktor keamanan (safety factor) sehingga salah dalam menentukan
perhitungan, dapat juga terjadi karena tidak menambahkan unsur manusia di dalamnya
sehingga penggunaan hanya berdasar pada sudut pandang pendesain bukan sudut pandang
pengguna (user), dan dapat juga disebabkan karena masalah buku petunjuk petunjuk (user
guide).
2. Kesalahan produksi
Kesalahan produksi dapat terjadi karena salah fabrikasi, salah rakit, salah inspeksi.
3. Kesalahan distribusi
Kesalahan distribusi atau diartikan sebagai kesalahan pengiriman barang/jasa dari produsen
ke konsumen dapat terjadi karena kesalahan pengemasan atau disebabkan oleh faktor-faktor
lain selama perjalanan.
4. Kesalahan instalasi
4 kesalahan di atas terjadi pada fase di mana barang/jasa berada pada tangan produsen, dan
sebagai langkah kerekayasaan agar tidak terjadi kesalahan maupun kecelakaan kerja saat
penggunaan oleh user, maka suatu proses desain perlu memerhatikan hal-hal berikut, yaitu :
Secara teori memang banyak hal yang bisa dilakukan dalam mencegah terjadinya kecelakaan
kerja, namun pada saat aplikasi ternyata program-program tersebut tidak juga membuahkan
hasil terutama di Indonesia, dimana banyak faktor yang mempengaruhi. Untuk itu SMK3 (Sistem
Manajemen K3) dapat dilaksanakan dengan baik jika melihat unsur 5E dan semua itu harus
dilaksanakan dengan baik. Apa saja 5E itu ?
1. Engineer
Merupakan tahapan desain dimana segala sesuatu harus dipertimbangkan. Seperti pada poin
sebelumnya di atas yakni menciptakan kondisi seminimum mungkin sebagai penyebab
terjadinya kesalahan dan kecelakaan kerja.
2. Educate
Yakni mengajari pengguna (user) tentang bagaimana suatu proses (prosedur) harus
berlangsung. Selain itu adanya materi pengajaran tentang pentingnya keselamatan kerja
dalam kerja harus perlu dipahami oleh semua pihak baik dari lini bawah, menengah maupun
atasan.
3. Empower
Merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tahapan desain (engineer). Di mana segala hal
yang dirancang maupun dikonsepkan harus disesuaikan dengan kondisi lapangan. Sama
halnya dengan suatu kebijakan yang diputuskan oleh suatu organisasi, lembaga, perusahaan
atau bahkan negara harus sesuai dengan kondisi sesungguhnya dan tidak boleh sepihak.
Terkadang keputusan yang dibuat oleh lini manajerial tidak mempertimbangkan pendapat
dari lini operasional sehingga keputusan yang dibuat menjadi not implemntable (tidak bisa
diaplikasikan).
4. Enable
Merupakan tahapan yang sangat penting atau bahkan dapat saya katakan paling penting.
Enable di sini diartikan sebagai peran manajemen dalam membina, merancang dan menjaga
sistem tersebut (SMK3). Banyaknya kecelakaan transportasi di Indonesia sebenarnya banyak
disebabkan oleh faktor manajerial. Kesalahan banyak terjadi di saat semua orang mengatakan
bahwa terjadinya kecelakaan diseabkan oleh human error padahal jika ditelusuri sebenanrnya
tidak lepas dari unsur manajerial Seperti bagaimana kondisi kerja pekerja tersebut? Apakah
jam kerjanya sesuai atau bahkan terlalu lama sehingga meningkatkan potensi terjadinya
kantuk? Bagaimana kelayakan gaji pekerja tersebut, sehingga pada saat jam kerja pekerja
tidak menyambi pekerjaannya untuk mendapat penghasilan tambahan. Kondisi tidak
layaknya gaji saya amati secara langsung, yaitu kepada seorang penjaga rel kereta api. Di
mana saat ia harus mnjaga rel kereta ia harus ikut angkut-angkut barang atau bahkan sekedar
menambal ban. Sungguh miris jika dipikir lebih dalam lagi karena kelayakan gaji yang
diberikan sangatlah rendah.
5. Enforce
Merupakan suatu langkah terakhir yang harus dilakukan agar menjaga SMK5 berlangsung
dengan baik, yakni dengan adanya pemaksaan. Suatu pemaksaan perlu dilakukan untuk
menjamin berlakunya SMK3 yang telah dibuat sedemikian rupa, dan pemaksaan ini ahrus
benar-benar dilakukan tanpa ada rasa ragu. Pemaksaan dirasa perlu jika aturan yang sudah
dibuat banyak dilanggar sehingga potensi kecelakaan kerja tidak diperhatikan sama sekali.
Seperti kasus yang terjadi pada ledakan SPBU yang disebabkan oleh
penumpang yang merokok (Semarang, 2007). Aturan memang sudah ada, dan
terpampang jelas di setiap SPBU namun tidak ada langkah enforce dari pihak
terkait.
Memasuki dunia industrialisasi yang semakin modern akan diikuti oleh penerapan
teknologi tinggi, penggunaan bahan dan peralatan makin kompleks dan rumit, yang akan
mengakibatkan suatu kemungkinan bahaya yang besar, berupa kecelakaan, kebakaran,
peledakan, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja, yang diakibatkan oleh kesalahan
dalam penggunaan peralatan, pemahaman dan kemampuan serta ketrampilan tenaga kerja
yang kurang memadai, dan hal inilah yang terjadi pada era industrialisasi belakangan ini, yaitu
adanya penerapan teknologi yang tinggi dan penggunaan bahan yang beraneka ragam akan
tetapi tidak diikuti dengan selaras oleh ketrampilan dan keahlian tenaga kerjanya yang
mengoperasikan peralatan dan mempergunakan bahan dalam proses produksi tersebut,
sehingga menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.Bagaimana mengidentifikasi
serta bagaimana mengelolah bahaya tersebut adalah rangkaian dari suatu system yang dikenal
dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang telah diundang-
undangkan oleh pemerintah Republik Indonesia dalam UU No. 1 tahun 1970 n peraturan Menteri
Tenaga Kerja No. 5 tahun 1996.
1. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia
8. Pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi terkait dengan penerapan K3L
PRINSIP DASAR
1. Penetapan kebijakan K3
2. Perencanaan penerapan K3
3. Penerapan K3
ELEMEN
2. Pendokumentasian strategi
4. Pengendalian dokumen
5. Pembelian
7. Standar pemantauan
– organisasi K3
– perencanaan K3
– melakukan penilaian
– membandingkan penerapan
2. Perencanaan
– dapat diukur
– indikator pengukuran
- sasaran pencapaian
3. Penerapan
– integrasi
– komunikasi
– pelaporan
– pendokumentasian
- pengendalian dokumen
– manajemen resiko
– pengendalian administratif
– tinjauan kontrak
– pembelian
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menejemen Keselamatan dan Kesehatan adalah bagian dari sistem perusahaan secara
keseluruhan yang menunjang akan perkembangan perusahaan itu sendiri. Dalam pelaksanaan
Sistem Menejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja mengginakan standar OHSAS 18001.
Elemen Kunci dari pelaksanaan Sistem Menejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
meliputi Penetapan Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Menjamin komitmen,
Perencanaan, Penerapan, Pengukuran dan Evaluasi, serta Peninjauan ulang dan
Peninngkataan Sistem Menejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja oleh Menejemen.
3.2 Saran