Anda di halaman 1dari 24

Kimia Forensik

ANALISIS RAMBUT DENGAN METODE GC-MS

OLEH:

KELOMPOK 4

NURFINA S H31115013

YOGIE IMANUEL PUTRA B. H31115309

MUHAMMAD YASIN H31114509

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

Forensik berasal dari bahasa Yunani Forensis yang berarti "debat" atau

"perdebatan. Forensik biasanya selalu dikaitkan dengan tindak pinada (tindak

melawan hukum). Dalam buku-buku ilmu forensik pada umumnya ilmu forensik

diartikan sebagai penerapan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan tertentu untuk

kepentingan penegakan hukum dan keadilan. Dalam penyidikan suatu kasus

kejahatan, observasi terhadap bukti fisik dan interpretasi dari hasil analisis

(pengujian) barang bukti merupakan alat utama dalam penyidikan tersebut. Dalam

kelompok ilmu-ilmu forensik ini dikenal antara lain ilmu fisika forensik, ilmu kimia

forensik, ilmu psikologi forensik, ilmu kedokteran forensik, ilmu toksikologi

forensik, ilmu psikiatri forensik, komputer forensik dan sebagainya.

Ilmu Forensik dikategorikan ke dalam ilmu pengetahuan alam dan dibangun

berdasarkan metode ilmu alam. Dalam pandangan ilmu alam sesuatu sesuatu

dianggap ilmiah hanya dan hanya jika didasarkan pada fakta atau pengalaman

(empirisme), kebenaran ilmiah harus dapat dibuktikan oleh setiap orang melalui

indranya (positivesme), analisis dan hasilnya mampu dituangkan secara masuk akal,

baik deduktif maupun induktif dalam struktur bahasa tertentu yang mempunyai

makna (logika) dan hasilnya dapat dikomunikasikan ke masyarakat luas dengan tidak

mudah atau tanpa tergoyahkan (kritik ilmu).

Analisis organik merupakan analisis senyawa kimia di dalam sampel yang

digunakan sebagai data penunjang dalam kasus hukum dan organik. Termasuk dalam
analisis 3organik adalah pemeriksaan sidik jari, cairan tubuh, toksikologi/keracunan,

narkotika, kebakaran, ledakan dan lain-lain. Analisis kimia forensik sebagai bukti

dalam pemeriksaan hukum dan kriminal mencakupi identifikasi barang bukti,

pemeriksaan sidik jari, pemeriksaan darah, pemeriksaan cairan tubuh dan

pemeriksaan DNA.

Penggunaan instrument penting dalam penyelidikan kasus-kasus organik.

Sejak tahun 1960, GC-MS digunakan secara luas dalam Kimia Organik. Sejak saat itu

terjadi kenaikan penggunaan yang sangat besar dari metode ini. Ada dua alasan utama

terjadinya hal tersebut. Pertama adalah telah ditemukannya alat yang dapat

menguapkan hampir semua senyawa 3rganic dan mengionkan uap. Kedua, fragmen

yang dihasilkan dari ion molekul dapat dihubungkan dengan struktur

molekulnya.GC-MS adalah singkatan dari “Gas Chromatography-Mass

Spectrometri”. Instrumen alat ini adalah gabungan dari alat GC dan MS, hal ini

berarti sampel yang hendak diperiksa diidentifikasi dahulu dengan alat GC (Gas

Chromatography) baru, kemudian diidentifikasi dengan alat MS (Mass

Spectrometry). GC dan MS merupakan kombinasi kekuatan yang simultan untuk

memisahkan dan mengidentifikasi komponen-komponen campuran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu ilmu forensik?

2. Bagaimana menganalisis rambut pada kasus forensik?

3. Apa manfaat menggunakan alat GC-MS untuk identifikasi rambut pada kasus
forensik?
C. Manfaat

1. Dapat mengetahui tentang ilmu forensik

2. Dapat mengetahui cara menganalisis rambut pada kasus forensik

3. Dapat mengetahui manfaat menggunakan alat GC-MS untuk identifikasi pada


kasus forensik
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kromatografi gas

Teknik GC pertama kali diperkenalkan oleh James dan Martin pada tahun

1952 (Sparkman et al., 2011). GC merupakan salah satu teknik kromatografi yang

hanya dapat digunakan untuk mendeteksi senyawa-senyawa yang mudah menguap.

Kriteria menguap adalah dapat menguap pada kondisi vakum tinggi dan tekanan

rendah serta dapat dipanaskan (Drozd, 1985).

Dasar pemisahan menggunakan kromatografi gas adalah penyebaran cuplikan

pada fase diam sedangkan gas sebagai fase gerak mengelusi fase diam. Cara kerja

dari GC adalah suatu fase gerak yang berbentuk gas mengalir di bawah tekanan

melewati pipa yang dipanaskan dan disalut dengan fase diam cair atau dikemas

dengan fase diam cair yang disalut pada suatu penyangga padat. Analit tersebut

dimuatkan ke bagian atas kolom melalui suatu portal injeksi yang dipanaskan. Suhu

oven dijaga atau diprogram agar meningkat secara bertahap. Ketika sudah berada

dalam kolom, terjadi proses pemisahan antar komponen. Pemisahan ini akan

bergantung pada lamanya waktu relatif yang dibutuhkan oleh komponen-komponen

tersebut di fase diam (Sparkman et al., 2011).

Seiring dengan perkembangan teknologi maka instrument GC digunakan

secara bersama-sama dengan instrumen lain seperti Mass-Spectrometer (MS).

Spektrometer massa diperlukan untuk identifikasi senyawa sebagai penentu

bobot molekul dan penentuan rumus molekul. Prinsip dari MS adalah pengionan

senyawa-senyawa kimia untuk menghasilkan molekul bermuatan atau fragmen


molekul dan mengukur rasio massa/muatan. Molekul yang telah terionisasi akibat

penembakan elektron berenergi tinggi tersebut akan menghasilkan ion dengan muatan

positif, kemudian ion tersebut diarahkan menuju medan magnet dengan kecepatan

tinggi. Medan magnet atau medan listrik akan membelokkan ion tersebut agar dapat

menentukan bobot molekulnya dan bobot molekul semua fragmen yang dihasilkan

(David, 2005). Kemudian detektor akan menghitung muatan yang terinduksi atau arus

yang dihasilkan ketika ion dilewatkan atau mengenai permukaan, scanning massa dan

menghitung ion sebagai mass to charge ratio (m/z). Terdapat 4 (empat) proses dalam

spektrometri massa yakni ionisasi, percepatan, pembelokkan dan pendeteksian.

Atom dapat dibelokkan dalam sebuah medan magnet (dengan anggapan atom

tersebut diubah menjadi ion terlebih dahulu). Karena partikel-partikel bermuatan

listrik dibelokkan dalam medan magnet dan partikel-partikel yang tidak bermuatan

(netral) tidak dibelokkan. Urutannya adalah sebagai berikut:

Tahap pertama : Ionisasi

Atom di-ionisasi dengan emengambilf satu atau lebih elektron dari atom

tersebut supaya terbentuk ion positif. Ini juga berlaku untuk unsur-unsur yang

biasanya membentuk ion-ion negatif (sebagai contoh, klor) atau unsur-unsur yang

tidak pernah membentuk ion (sebagai contoh, argon). spektrometer massa ini selalu

bekerja hanya dengan ion positif.

Tahap kedua : Percepatan

Ion-ion tersebut dipercepat supaya semuanya mempunyai energi kinetik yang sama.

Tahap ketiga : Pembelokan


Ion-ion tersebut dibelokkan dengan menggunakan medan magnet,

pembelokan yang terjadi tergantung pada massa ion tersebut. Semakin ringan

massanya, akan semakin dibelokan. Besarnya pembelokannya juga tergantung pada

besar muatan positif ion tersebut. Dengan kata lain, semakin banyak elektron yang

ediambilf pada tahap 1, semakin besar muatan ion tersebut, pembelokan yang terjadi

akan semakin besar.

Tahap keempat : Pendeteksian

Sinar-sinar ion yang melintas dalam mesin tersebut dideteksi dengan secara elektrik.

Gambar 1. Diagram spektrometer massa

Keadaan hampa udara

Penting bagi ion-ion yang telah dibuat dalam ruang ionisasi untuk dapat

bergerak lurus dalam mesin tanpa bertabrakan dengan molekul2 udara.


Ionisasi

Gambar 2. Tahap ionisasi

Sampel yang berbentuk gas (vaporised sample) masuk ke dalam ruang

ionisasi. Kumparan metal yang dipanaskan dengan menggunakan listrik

emelepaskanf elektron-elektron yang ada pada sampel dan elektron-elektron lepas itu

menempel pada perangkap elektron (electron trap) yang mempunyai muatan positif.

Partikel-partikel dalam sample tersebut (atom atau molekul) dihantam oleh

banyak sekali elektron-elektron, dan beberapa dari tumbukan tersebut mempunyai

energi cukup untuk melepaskan satu atau lebih elektron dari sample tersebut sehingga

sample tersebut menjadi ion positif. Kebanyakan ion-ion positif yang terbentuk itu

mempunyai muatan +1 karena akan jauh lebih sulit untuk memindahkan elektron lagi

dari sample yang sudah menjadi ion positif. Ion-ion positif yang terbentuk ini ediajak

keluarf dan masuk ke bagian mesin yang merupakan sebuah lempengan metal yang

bermuatan positif (Ion repellel).

Percepatan
Gambar 3. Tahap percepatan

Ion-ion positif yang ditolak dari ruang ionisasi yang sangat positif itu akan melewati

3 celah, dimana celah terakhir itu bermuatan 0 V. Celah yang berada di tengah

mempunyai voltase menengah. Semua ion-ion tersebut dipercepat sampai menjadi

sinar yang sangat terfokus.

Pembelokkan

Gambar 4. Tahap pembelokkan

Ion yang berbeda-beda akan dibelokkan secara berbeda pula oleh medan

magnet. Besarnya pembelokan yang dialami oleh sebuah ion tergantung pada:
1. Massa ion tersebut.

Ion-ion yang bermassa ringan akan dibelokkan lebih daripada ion-ion yang bermassa

berat.

2. Muatan ion.

Ion yang mempunyai muatan +2 (atau lebih) akan dibelokkan lebih daripada ion-ion

yang bermuatan +1.

Dua faktor diatas digabungkan ke dalam perbandingan massa/muatan.

Perbandingan ini mempunyai simbol m/z (atau m/e)

Pendeteksian

Pada gambar diatas, hanya sinar B yang bisa terus melaju sampai ke

pendetektor ion. Ion-ion lainnya bertubrukan dengan dinding dimana ion-ion akan

menerima elektron dan dinetralisasi. Pada akhirnya, ion-ion yang telah menjadi netral

tersebut akan dipisahkan dari spektrometer massa oleh pompa vakum.

Gambar 5. Tahap pendeteksian


Ketika sebuah ion menubruk kotak logam, maka ion tersebut akan

dinetralisasi oleh elektron yang pindah dari logam ke ion (gambar kanan). Hal ini

akan menimbulkan ruang antara elektron-elektron yang ada dalam logam tersebut,

dan elektron-elektron yang berada dalam kabel akan mengisi ruang tersebut. Aliran

elektron di dalam kabel itu dideteksi sebagai arus listrik yang bisa diperkuat dan

dicatat. Semakin banyak ion yang datang, semakin besat arus listrik yang timbul.

Secara umum, peralatan GC terdiri dari: 1) Injection System; 2) Oven; 3)

Control System; 4) Column; 5) Detector; dan 6) Data Acquisition System.

1. Injection system

Digunakan untuk memasukkan/menyemprot gas dan sample kedalam column. Ada

beberapa jenis injection system: 1) Packed column injector; umumnya digunakan

dengan package column atau capillary column dengan diameter yang agak besar;

injeksi dilakukan secara langsung (direct injection). 2) Split/Splitless capillary

injector, digunakan dengan capillary column; sebagian gas/sample dibuang melalui

split valve. 3) Temperature programmable cool on-column, digunakan dengan cool

capillary column, injeksi dilakukan secara langsung.

2. Oven

Digunakan untuk memanaskan kolom pada temperatur tertentu sehingga

mempermudah proses pemisahan komponen sampel.

3. Column

Berisi stationary phase dimana mobile phase akan lewat didalamnya sambil

membawa sample. Secara umum terdapat 2 jenis column, yaitu: 1) Packed column,

umumnya terbuat dari glass atau stainless steel coil dengan panjang 1 – 5 m dan
diameter kira-kira 5 mm. 2) Capillary column, umumnya terbuat dari purified silicate

glass dengan panjang 10-100 m dan diameter kira-kira 250 mm. Beberapa jenis

stationary phase yang sering digunakan: a) Polysiloxanes untuk nonpolar

analytes/sample. b) Polyethylene glycol untuk polar analytes/sample. c) Inorganic

atau polymer packing.

4. Control system

Berfungsi untuk: 1) Mengontrol pressure dan flow dari mobile phase yang masuk ke

column. 2) Mengontrol temperatur oven.

5. Detector

Berfungsi mendeteksi adanya komponen yang keluar dari kolom. Ada

beberapa jenis detektor, salah satunya adalah spektometer massa yang berfungsi

mengukur perbedaan rasio massa/muatan (m/e) dari ionisasi atom atau molekul untuk

menentukan kuantitasi atom atau molekul tersebut..

C. Bentuk output dari spektrometer massa.


Hasil dari pencatat diagram disederhanakan menjadi ediagram garisf. Ini
menunjukkan arus listrik yang timbul oleh beragam ion yang mempunyai
perbandingan m/z masing-masing.
Diagram garis Molybdenum (Mo) adalah sebagai berikut:
Garis tegak lurus itu menunjukkan besarnya arus listrik yang diterima oleh

alat pencatat arus yang berarti banyaknya ion datang ke detektor. Seperti yang anda

bisa lihat dari diagram diatas, ion yang paling banyak adalah ion yang mempunyai

perbandingan m/z 98. Ion-ion lainnya mempunyai perbandingan m/z 92,94,95,96,97

dan 100.

Ini berarti molybdenum mempunyai 7 macam isotop. Dengan menganggap

bahwa semua ion tersebut bermuatan +1 maka berarti massa dari ketujuh isotop

tersebut adalah 92,94,95,96,97 ,98 dan 100.

B. Rambut

Rambut merupakan salah satu bagian tubuh yang memiliki bentuk seperti

benang yang tumbuh dari akar rambut yang ada dalam lapisan dermis dan melalui

saluran folikel rambut ke luar dari kulit. Komponen kimia rambut terdiri atas 0.1-5

pigmen (melanin), 1-9% lemak, dan 65-95% protein serta komponen-komponen

lainnya seperti polisakarida dan air (Kintz, 2007). Clay et al., (1940) menemukan

bahwa dalam rambut yang berwarna hitam mengandung lebih banyak kandungan

protein sistein (Asquith, 1977)

C. Analisis Rambut Menggunakan GC-MS pada Kasus Forensik

Pada tahun 2014 telah terjadi berbagai macam kasus keracunan dan

penyalahgunaan obat-obatan. Berdasarkan data yang dikutip dari website Badan

Pengawas Obat dan Makanan, pada tahun 2014 mengenai kasus keracunan diperoleh

hasil bahwa keracunan disebabkan oleh beberapa salah satunya adalah

penyalahgunaan obat-obatan selain NAPZA.


Monitoring senyawa obat dalam tubuh dapat dilakukan melalui cairan tubuh

seperti urin, keringat, saliva dan darah. Rambut dalam berbagai kasus kriminal

digunakan untuk mengetahui kecocokan deoxyribonucleic acid (DNA) namun rambut

juga dapat digunakan sebagai pilihan dalam melakukan analisis senyawa obat

didalam tubuh. Kelebihan penggunaan spesimen rambut dibandingkan urin dan darah

untuk menganalisis obat adalah rambut memiliki informasi keberadaan obat yang

lebih lama dengan rentang waktu minggu hingga bulan dibandingkan pada urin atau

darah yang hanya mendeteksi dengan kisaran waktu beberapa jam hingga beberapa

hari (Kintz, 2000). Menggunakan spesimen rambut dengan panjang rambut yang

berbeda yakni 0-3 cm, 3-6 cm, 6-9 cm, 9-12 cm untuk menganalisis

Tetrahydrocanabinol (THC). Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa konsentrasi

rata-rata THC pada panjang 0-3 cm lebih besar dibandingkan 9-12 cm.

1. Metode analisa rambut

Beberapa metode analisa untuk mendeteksi dan menghitung kadar kokain dan

metabolitnya di dalam tubuh, tapi tidak ada satu pun yang diterima sebagai standar.

Umumnya, setiap prosedur memiliki langkah yang sama yaitu : pengumpulan

spesimen, pencucian sampel, ekstraksi dari sampel, immunoassay screening dan

konfirmasi atau penghitungan menggunakan berbagai macam metode. Perbedaan

mendasar dari beberapa metode tersebut adalah dalam persiapan sampel yaitu dalam

pencucian dan ekstraksi sampel rambut. Dalam penelitian ini digunakan metode

“Penetapan kadar acetaminophen pada spesimen rambut manusia menggunakan

instrumen GC-MS. Sampel rambut diambil pada panjang 0-3 cm, 0-6 cm dan 0-10

cm pada 10 orang pasien yang mendapatkan terapi parasetamol. Preparasi sampel


terdiri dari tahap dekontaminasi, destruksi, ekstraksi dan derivatisasi pada masing-

masing spesimen rambut. Kemudian ekstrak diinjeksikan pada sistem GC-MS.

A. Prosedur pengambilan sampel rambut

Analisis pada rambut dilakukan pada 10 orang pasien (sukarelawan) yang

mendapatkan terapi tablet parasetamol yang sama pada dosis terapi. Masing-masing

spesimen rambut dipotong dengan panjang 0-3 cm, 0-6 cm dan 0-10 cm.

Setiap helai rambut diperoleh dengan cara rambut digunting menggunakan gunting

stainless steel. Rambut diambil pada bagian depan, atas, samping kanan, samping

kiri, dan bagian belakang. Kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik dan

disimpan pada suhu ruang (Wijayaputra, 2011)

Sebanyak 200 mg spesimen rambut ditimbang. Kemudian didekontaminasi

dengan 5 mL diklorometana selama 2 menit pada suhu ruang, 5 mL air hangat selama

2 menit dan 5 mL diklorometana selama 2 menit (Saito, 2008). Setelah

didekontaminasi, spesimen rambut digunting menjadi kecil dan diinkubasi pada 450C

selama 2 jam dalam 1 mL metanol. Kemudian lapisan air ditampung dan

disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 5 menit (Wijayaputra, 2011).

Supernatan yang diperoleh diambil dan diuapkan menggunakan nitrogen. Residu

yang diperoleh kemudian diderivatisasi. Sebanyak 10 μL BSTFA dengan TMCS 1 %

ditambahkan ke residu. Tabung disegel dan dipanaskan pada 60oC selama 20 menit.

Setelah derivatisasi, spesimen didinginkan sampai suhu kamar. Sebanyak 1 μL

spesimen hasil derivatisasi disuntikkan ke dalam sistem GC-MS.


B. Pembuatan larutan standar

Sebanyak 1 mg standar parasetamol ditimbang, kemudian dilarutkan dengan

metanol (98%) dalam labu ukur 10 mL hingga tanda batas sehingga diperoleh larutan

standar parasetamol dengan konsentrasi 100 ppm. Kemudian larutan standar

parasetamol 100 ppm dipipet berturut-turut 0,3 mL; 0,7 mL; 1 mL; 1,5 mL dan 2 mL,

dimasukkan masing-masing dalam labu 10 mL dan ditambahkan metanol 98% hingga

tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi larutan standar yakni 3 ppm, 7 ppm, 10

ppm, 15 ppm dan 20 ppm. Seluruh larutan standar diderivatisasi sebelum diinjeksikan

ke sistem GC-MS.

C. Analisis data

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan berupa kromatogram dengan

puncak (peak), waktu retensi (tR) dan luas puncak yang kemudian dilakukan

perhitungan untuk validasi metode dan konsentrasi senyawa parasetamol. Konsentrasi

senyawa acetaminophen dalam spesimen rambut diperoleh dengan cara luas puncak

spesimen diplotkan dalam persamaan regresi linier standar sehingga diperoleh

konsentrasi acetaminophen dalam spesimen rambut pasien. Kemudian dilakukan uji

statistic regresi linier sederhana menggunakan software IBM SPSS Statistics 24.

2. Hasil Analisis

Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa pada blanko tidak ditemukan puncak

yang merupakan senyawa acetaminophen, sedangkan pada larutan standar

terkonsenrasi menunjukkan puncak senyawa acetaminophen dalam bentuk derivatnya

yakni acetaminophen-TMS pada waktu retensi 18.10 pada mode Full Scan dan 18.09

pada mode SIM (Selected Ion Monitoring).


Mode Full Scan merupakan motode untuk menganalisis keseluruhan senyawa

dalam sampel, sedangkan mode SIM merupakan mode operasi tanpa merekam

keseluruhan spektra, namun hanya ion-ion tertentu (Moffat, et al., 2004). Mode Full

Scan dilakukan terlebih dahulu guna memastikan senyawa apa yang terdapat dalam

sampel tersebut, kemudian jika senyawa yang dicari telah ditemukan maka dilakukan

analisis dengan mode SIM, mode SIM relatif lebih peka dikarenakan dengan mode

SIM senyawa-senyawa dengan ion-ion fragmentasi yang diinginkan atau dengan

kelimpahan yang tinggi saja yang akan dideteksi walaupun konsentrasinya relatif

rendah.

Pada penelitian ini digunakan ion fragmentasi 166, 181, dan 223 karena

memiliki kelimpahan relative lebih tinggi dan spesifik. Hal ini terbukti bila ditinjau

dan membandingkan hasil analisis full scan dan SIM. Pada mode full scan semua

senyawa yang ada pada ekstrak terdeteksi oleh instrumen, namun pada mode SIM

hanya terlihat 1 puncak yang merupakan acetaminophen-TMS.

Pada larutan standar acetaminophen 20 ppm yang diinjeksikan ke dalam

sistem GC-MS tanpa perlakuan derivatisasi, diperoleh hasil puncak yang tidak

beraturan dan cenderung lebih dari 1 puncak. Hal ini dapat disebabkan senyawa

acetaminophen tidak stabil pada suhu tinggi sehingga dapat terdekomposisi parsial

yang menyebabkan terdapat beberapa puncak acetaminophen yang sama namun

dengan waktu retensi yang berbeda, sehingga konsentrasi senyawa menjadi tidak

dapat diketahui melalui peak area. Maka metode tanpa derivatisasi kurang laik

digunakan dalam menganalisis senyawa acetaminophen menggunakan GC-MS.


Pada larutan standar acetaminophen 20 ppm yang diinjeksikan ke dalam

sistem GC-MS dengan perlakuan derivatisasi, diperoleh hanya 1 puncak untuk

senyawa acetaminophen, yakni dalam bentuk acetaminophen-TMS. Acetaminophen-

TMS (C11H17NO2Si) merupakan derivat acetaminophen akibat pergantian gugus H

dengan Trimetilsilil (Si(CH3)3) pada molekul NH. Perubahan senyawa menyebabkan

terjadinya perubahan berat molekul (BM). Senyawa acetaminophen-TMS memiliki

BM 223.34 g/mol dengan ion fragmentasi yang memiliki kelimpahan tertinggi antara

lain : 166, 181, dan 223.

3. Hasil analis pada rambut

Analisis dilakukan pada 10 sukarelawan yang mendapatkan terapi

acetaminophen kemudian diambil spesimen rambutnya pada panjang 0-3 cm, 0-6cm

dan 0-10 cm untuk dianalisis. Dari 10 orang subyek penelitian, 2 diantaranya tidak

terdeteksi senyawa acetaminophen, sedangkan 8 lainnya terdeteksi senyawa

acetaminophen dalam bentuk acetaminophen-TMS. Sebagai pembanding maka

digunakan sampel blanko yang diperoleh dari sukarelawan yang tidak mendapatkan

terapi acetaminophen dan dibuat larutan standar acetaminophen dengan konsentrasi

tertentu. Gambar 4.1 merupakan kromatogram blanko (full scan)


Pada larutan standar dengan konsentrasi 20 ppm muncul 1 puncak pada waktu
retensi 18.09 menit yang ditinjau berdasarkan Ion fragmentas dan library
C:\Database\wiley7n.l merupakan acetaminophen-TMS sedangkan pada blanko
terdapat puncak dengan waktu retensi 18.15 menit namun berdasarkan Ion
fragmentasi dan Library, senyawa tersebut adalah Piridinkarboksaldehid. Pada
sampel muncul puncak pada waktu retensi 18.19 menit dan berdasarkan ion
fragmentasi didukung Library senyawa tersebut merupakan Acetaminophen-TMS.
Gambar 4.2 Kromatogram senyawa acetaminophen pada larutan standar
(tanpa derivatisasi) menggunakan mode SIM.
Menunjukkan kromatogram senyawa acetaminophen pada sampel spesimen
rambut. Terlihat beberapa puncak lain selain puncak acetaminophen karena spesimen
rambut tersusun atas berbagai macam senyawa lain yang bersifat kompleks sehingga
memungkinkan bagi senyawa lainnya ikut terekstraksi dan terdeteksi.
Dari 8 subyek yang terdeteksi senyawa acetaminophen maka dilakukan
perhitungan untuk mengetahui kadar acetaminophen. Berdasarkan hasil perhitungan
diketahui pada panjang spesimen rambut 0-3cm konsentrasi acetaminophen 0,1761-
0,3392 ng/mg spesimen rambut, pada panjang spesimen rambut 0-6 cm diperoleh
hasil 0,2081-0.4845 ng/mg spesimen rambut dan pada panjang spesimen rambut 0-10
cm konsentrasi acetaminophen-TMS dalam sampel adalah 0,2473-0,5782 ng/mg
spesimen rambut. Kemudian dilakukan uji statistik regresi linier sederhana
menggunakan software IBM SPSS Statistics 24.
4. Contoh Kasus
Contoh: Ilustrasi kasus toksikologi forensik (data dikutif dari kasus yang masuk ke
Institut of Legal Medicine of Goerg August University, Göttingen,
Germany):
Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan dari penyidik dilaporkan telah
diketemukan mayat dikamar mandi sebuah cafe. Dilengan kanannya masih tertancap
jarum suntik. Hasil otopsi melaporkan terdapat baik bekas suntikan yang masih baru
maupun yang sudah menua dilengan kanan dan kiri, telapak tangan, kaki. Terdapat
udema paru-paru, dan bau aromatis dari organ tubuh seperti saluran cerna. Dokter
spesialisForensik menyimpulkan kematian diduga diakibatkan oleh keracunan obat-
obatan.
Hasil analisis toksikologi forensik:
Uji skrining menggunakan teknin immunoassay test (EMIT) terdeteksi positif
golongan opiat dan benzodiazepin. Dari penetapan kadar alkohol di darah dan urin
terdapat alkohol 0,1 promil dan 0,1 promil. Pada uji konfirmasi dengan
menggunakan alat GC-MS diperoleh hasil: - darah sebelum di hidrolisis:
- morfin: 0,200 μg/ml,
- kodein: 0,026 μg/ml
- darah setelah hidrolisis:
- morfin: 0,665 μg/ml,
- kodein: 0,044 μg/ml
- urin sebelum hidrolisis: - 6-asetilmorfin: 0,060 μg/ml,
- morfin: 0,170 μg/ml,
- kodein: 0,040 μgml
- urin setelah hidrolisis :
- morfin: 0,800 μg/ml,
- kodein: 0,170 μg/ml
Golongan benzodiazepin yang terdeteksi di darah
adalah: diazepam: 1,400 μg/ml; nordazepam: 0,086
μg/ml; oxazepam: 0,730 μg/ml; temazepam: 0,460 μg/ml
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Berdasarkan hasil dari makalah kami yaitu:
1. Forensik berasal dari bahasa Yunani Forensis yang berarti "debat" atau
"perdebatan. Forensik biasanya selalu dikaitkan dengan tindak pinada (tindak
melawan hukum).
2. Acetaminophen dapat dideteksi pada spesimen rambut menggunakan GC-MS.
3. Manfaat dari penggunaan GC-MS yaitu bisa membatu pihak yang berwajib
untuk mengungkap tindak kejahatan dan lebih memudahkan pihak
laboratorium forensik untuk menganalisis barang bukti baik berupa specimen
rambut, urin, saliva, dan semua organ tubuh dari manusia.

B. Saran
Semoga makalah kami bermanfaat untuk setiap pembaca dan bisa menimba
ilmu, segala kekurangan dari kami mohon dimaafkan, kritikan dan saran kami terima
yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Darmapatni, K., A., G., Achmad, dan Ni Made, S., 2016, Pengembangan Metode
Gc-Ms Untuk Penetapan Kadar Acetaminophen Pada Spesimen
Rambut Manusia, Jurnal Biosains Pascasarjana, Vol. 18 1-13.

Made, A., G., 2008, Analisis Toksikologi Forensik Dan Interpretasi Temuan Analisis,
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences, 1(1):47-55.

Wirasuta, I M.A.G., 2005, Peran Toksikologi forensik dalam penegakan hukum


kesehatan di Indonesia, dalam Wirasuta, I M.A.G., et al. (Ed.)
Peran kedokteran forensik dalam penegakan hukum di Indonesia.
Tantangan dan tuntuan di masa depan, Penerbit Udayana,
Denpasar.

Anda mungkin juga menyukai