Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL PADA IBU NIFAS DALAM

MENGHADAPI ASI BELUM KELUAR PADA 0-3 HARI PASCASALIN

(Psychosocial Nursing Care for Mother who can’t Produce Breast Milk on 0-3rd days of
Postpartum Period)

Sherly Jeniawaty*, Sri Utami*, Queen Khoirun Nisa’ Mairo*


*Poltekkes Kemenkes Surabaya
Email: sherlyjeniawaty@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Faktor utama pembentuk harapan adalah pengalaman masa lalu. Asuhan keperawatan yang akrab akan
meningkatkan tercapainya harapan yang realistis. Pengalaman terdahulu memunculkan pengetahuan yang lebih rinci tentang
layanan dan mempromosikan harapan tentang perawatan untuk periode post partum dan menyusui. Penelitian ini bertujuan
untuk mengeksplorasi pengalaman dan harapan asuhan keperawatan psikososial bagi ibu pada periode postpartum untuk
menangani ASI belum keluar di 0-3 hari setelah melahirkan di Puskesmas Tanah Kali kedinding Surabaya. Metode:
Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan hermaneutic-fenomenologis. Subyek penelitian adalah wanita dengan
periode postpartum lebih dari 3 hari sampai 2 minggu setelah melahirkan. Sampel dipilih dengan teknik purposive sampling.
Data diolah menggunakan analisis collaizi. Hasil: Hasil dikelompokkan menjadi pengalaman merasa "keluhan fisik dan
psikologis" ketika susu belum keluar, dan harapan pada perawatan psikososial untuk mengatasi ASI belum keluar. Diskusi:
Selanjutnya, disimpulkan bahwa keperawatan psikososial perawatan yang diberikan ketika susu belum keluar, bisa menjadi
pengalaman ibu dalam rangka mencapai keberlanjutan keberhasilan menyusui.
Kata kunci: ASI, pengalaman, harapan, asuhan keperawatan psikososial

ABSTRACT
Introduction: The first factor as forming expectations was past experience. Familiarity with nursing care services would
increase the likelihood of a realist expectations. Previous experience gave rise to more detailed knowledge about the services
and promoting expectations about nursing care for post partum and breastfeeding period. This study aimed to explore the
experiences and expectations of psychosocial nursing care for mothers in the postpartum period in order to deal with breast
milk has not come out in 0-3 days postnatal in Public Health Center of Tanah Kali Kedinding Surabaya. Method: This
qualitatif study used hermaneutic-phenomenological approach. Subjects were women with postpartum period was more of 3
days to 2 weeks after delivery. Samples were selected by purposive sampling technique. Data was processed using analysis of
collaizi. Results: Results are grouped into the experience felt “physical and psychological complaints” when the milk has not
come out, and expectation on psychosocial nursing care in order to deal with breast milk has not come out. Discussion:
Furthermore, it was concluded that psychosocial nursing care given when the milk has not come out, can become mother’s
experiences in order to achieve sustainability of successful breastfeeding.
Keywords: breast milk, experience, expectation, psychosocial nursing care

PENDAHULUAN eksklusif (39,8%), menyusui predominan (5,1


%) dan menyusui parsial (55,1%). SDKI tahun
MDGs yang memiliki target untuk
2012 menunjukkan cakupan ASI di Indonesia
mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan
mengalami peningkatan menjadi 42% dari
masyarakat anggota deklarasi telah berakhir
32% dari data SDKI 2007. Akan tetapi, perlu
pada akhir 2015. Setelah itu, Indonesia harus
diketahui bahwa cakupan presentase ini masih
melanjutkan perjuangan pembangunan dengan
dibawah 50% sebagaimana target cakupan
misi SDGs atau Sustainable Development
yang ditentukan oleh WHO. Saat ini angka
Goals (tujuan pembangunan berkelanjutan)
kelahiran di Indonesia yang mencapai 4,7 juta
tahun 2016-2030 yang salah satu target
per tahun, sehingga bisa diambil kesimpulan
lanjutan dari MDGs yaitu meningkatkan
bayi yang menerima ASI tidak mencapai
tingkat pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan
separuhnya (R. 2015)
pertama sampai setidaknya 50%.
Menurunnya angka pemberian ASI
Pusat Data dan Informasi (Pusdatin)
dapat disebabkan oleh berbagai hal, baik yang
Kemenkes 2015 menunjukkan cakupan ASI
berasal dari faktor ibu, bayi, maupun
Eksklusif baru sebesar 54,3 persen dari target
lingkungan. Faktor yang berhubungan dengan
80 persen, sedangkan Riskesdas 2013 prosentase
ibu menjadi salah satu bagian penting dalam
menyusui pada bayi 0 bulan adalah menyusui
261
Jurnal Ners Vol. 11 No. 2 Oktober 2016: 261-268

menurunnya tingkat pemberian ASI bagi hermeneutika-fenomenologi. Subjek penelitian


bayinya. Faktor yang dapat mempengaruhi ibu adalah ibu nifas yang masa nifasnya lebih dari
untuk tidak memberikan ASI kepada bayinya 3 hari dan maksimal 2 minggu setelah
antara lain produksi ASI yang kurang, persalinan. Sampel dipilih dengan purposive
pemahaman ibu yang kurang tentang tata sampling. Pengumpulan data untuk penelitian
laksana laktasi yang benar, ibu ingin menyusui ini dilakukan melalui suatu wawancara
kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi), mendalam antara peneliti dan sumber
bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding informasi, karena sumber data utama dalam
(pemberian air gula/dekstrosa, susu formula penelitian dengan pendekatan fenomenologi
pada hari hari pertama kelahiran), masalah berasal dari percakapan mendalam antara
pada ibu (puting lecet, puting luka, payudara peneliti dan informan (Polit & Hungler 2001).
bengkak, mastitis dan abses), ibu hamil lagi Analisis data menggunakan langkah analisa
padahal masih menyusui, ibu bekerja, tingkat Collaizi dan triangulasi.
pendidikan dan adanya kelainan pada bayi
(bayi sakit, abnormalitas bayi), serta faktor HASIL
psikologis ibu.
Analisis tema dilakukan pada semua
Di Indonesia banyak terjadi kegagalan
data transkrip yang dikumpulkan dari
dalam pemberian ASI eksklusif karena
wawancara mendalam terhadap informan.
kekeliruan dalam praktek pemberian ASI
Berdasarkan analisis tersebut didapatkan 11
dalam 3 hari pertama kelahiran bayi. Tiga hari
kelompok tema, yaitu (1) pengalaman
pertama kelahiran bayi merupakan masa yang
merasakan keluhan fisik saat ASI belum
sangat penting dalam keberhasilan pemberian
keluar, (2) keluhan psikologis saat ASI belum
ASI, karena pada saat ini menentukan apakah
keluar, (3) Upaya mengatasi saat ASI belum
pemberian ASI eksklusif akan berhasil atau
keluar, (4) respon keluarga saat ASI belum
tidak, demikian juga untuk keberhasilan
keluar, (5) pengalaman memperoleh asuhan
menyusui selanjutnya.
kebidanan fisik saat ASI belum keluar, (6)
Penelitian ini dilakukan wilayah kerja
pengalaman dan persepsi memperoleh asuhan
Puskesmas Tanah Kali Kedinding Surabaya
kebidanan psikososial saat ASI belum keluar
karena termasuk Puskesmas PONED (Pelayanan
dan (7) harapan terhadap asuhan kebidanan
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) yang
psikososial saat ASI belum keluar.
angka persalinannya lebih tinggi diantara 8
Pengalaman informan dalam
puskesmas PONED lainnya (Tanjungsari,
menghadapi ASI belum keluar, beberapa ibu
Simomulyo, Balongsari, Sememi, Medokan
merasakan keluhan fisik berupa nyeri pada
Ayu, Banyu Urip, Jagir) dan Puskesmas Tanah
payudara dan ada yang merasakan kosong
kali Kedinding untuk cakupan ASI masih
pada payudara artinya tidak merasakan sakit
dibawah target propinsi jawa timur sebesar
pada payudara. Seperti pernyataan informan
75% dan target nasional sebesar 80% yaitu
berikut ini:
54,95%.
“......hari pertama merasa nyerinya tidak
Bidan memegang peranan kunci
seberapa hanya kemeng tapi ASI belum
terkait pemberian asuhan fisik maupun psikis
keluar juga, setelah hari kedua bertambah
masa nifas yang mendukung peningkatan
sakit tapi tetap belum keluar, setelah hari
kondisi ibu kearah yang lebih positif, ibu yang
ketiga sudah keluar tetapi sedikit....”(P1)
berada pada kondisi kesulitan menyusui 0-3
Keluhan nyeri pada payudara ini sekitar
hari pascasalin memerlukan seseorang yang
hari ketiga atau keempat sesudah ibu
dapat memberinya pemahaman tentang proses
melahirkan, payudara sering terasa lebih
yang sedang dialaminya dan membantunya
penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu
untuk tetap berada kondisi yang lebih stabil
disebut engorgement (payudara bengkak),
yang artinya ibu tetap memberikan ASI secara
yang disebabkan oleh adanya statis di vena dan
eksklusif (Moody et al. 2006).
pembuluh darah bening. Ini merupakan tanda
bahwa ASI mulai banyak disekresi. Jika dalam
BAHAN DAN METODE
keadaan tersebut ibu menghindari menyusui
Jenis penelitian yang digunakan adalah karena alasan nyeri, lalu memberi prelacteal
penelitian kualitatif dengan pendekatan feeding (makanan tambahan) pada bayi,
262
Asuhan Keperawatan Psikososial pada Ibu Nifas (Sherly Jeniawati, dkk)

keadaan tersebut justru berlanjut. Payudara menyebabkan bayi sulit mengisap sampai
akan bertambah bengkak atau penuh, karena areola dan isapan hanya pada putingnya saja.
sekresi ASI terus berlangsung, sementara bayi Keluarnya ASI umumnya keluar setelah
tidak disusukan, sehingga tidak terjadi hari ketiga, namun ada beberapa informan
perangsangan pada puting susu yang yang mengalami bahwa ASI nya baru keluar
mengakibatkan refleks oksitosin tidak terjadi sekitar hari ke lima:
dan ASI tidak dikeluarkan, hal ini akan “..ASI saya ndak keluar sama sekali sampai
mengakibatkan ASI tidak keluar. hari ke lima, keluar sedikit tapi ndak keluar
Ada beberapa informan yang tidak lagi sampai sekarang, sedih, bersalah,
merasakan keluhan pada payudaranya dan kecewa, rasane ndak bisa jadi ibu, padahal
merasakan kalau payudaranya kosong setelah saya ingin menyusui karena saya tidak
melahirkan. Berikut pernyataan informan bila bekerja, sedih rasanya bu, tapi yah gimana
ditanya apa yang dikeluhkan secara fisik saat lagi..”(P11).
ASI belum keluar oleh peneliti : Ibu memiliki kemampuan yang berbeda-
“...... saya tidak merasakan susu saya sakit, beda dalam memberikan ASI akan tetapi pada
ngrangsemi atau menteng-menteng, biasa dasarnya ibu memiliki kemampuan yang cukup
saja, kosong rasanya, ASI saya ndak keluar untuk pasokan ASI. Beberapa ibu yang baru
sama sekali...”(P8) melahirkan terkadang baru dapat memberikan
Namun setelah hari kedua dan ketiga ibu sudah ASI pada hari ketiga atau keempat setelah
mulai merasakan kalau nyeri pada sekitar melahirkan. Meskipun demikian umumnya
payudara, pernyataan informan tersebut kondisi keterlambatan ASI hanya dialami oleh
sebagai berikut: ibu dikelahiran bayi pertama.
“......hari pertama sampai kedua tidak sakit Nyeri payudara dan perasaan ASI
pas hari ketiga baru ngrangsemi dan keluar kosong menjadi keluhan pada ibu saat ASI
ASI sedikit...”(P3) belum keluar, beberapa juga mengeluh nyeri
Walau ASI sudah berproduksi sejak pada puting susunya sedangkan keluhan
hamil 20 minggu, namun tidak keluar dari kelelahan fisik menjadi keluhan utama yang
payudara, atau hanya keluar setetes-setetes dialami oleh semua ibu menyusui pada saat
yang ditemui saat hamil semakin besar adalah mengalami ASI belum keluar. Pernyataan
karena adanya hormone kehamilan yang tersebut sebagai berikut :
menahannya, dan hormone kehamilan ini “.... setelah melahirkan kondisi saya gemetar,
berpusat pada ari-ari. Dimana saat ibu ndredek semua badan saya, rasane lemes bu,
melahirkan, dan ari-ari ibu lepas dari rahim, persalinannya dipacu jadi rasane kesel, ASI
lalu kadar hormone kehamilan yang turun, saya belum keluar jadi ya ndak disusoni
maka ASI dapat keluar dari payudara Ibu. setelah nglahirkan....”(P4)
Namun terdapat jeda sampai 3 hari atau 72 jam
pasca bersalin, karena sisa hormon kehamilan PEMBAHASAN
yang masih tersisa di pembuluh darah ibu dan
Pengalaman merasakan keluhan fisik saat
akan semakin hilang dalam jangka waktu 3
ASI belum keluar
hari pasca bersalin, selain keluhan nyeri
Hasil wawancara didapatkan beberapa
payudara ada juga informan yang mengeluh
ibu mengeluhkan kalau payudaranya terasa
lecet dan nyeri di sekitar puting, pernyataan
nyeri dan beberapa merasakan tidak nyeri,
informan tersebut adalah sebagai berikut :
sedangkan untuk kelelahan, semua ibu yang
“......walah ngrangsemi bu, tapi belum
mengeluh ASI nya belum keluar merasakan
keluar, menteng-menteng rasane sakit bu trus
kalau dirinya merasa kelelahan setelah
putingnya lecet malah nyeri rasanya tapi
melewati persalinan, ibu merasakan kalau
belum keluar susune malah yang keluar
dalam proses persalinannya berjalan lama,
darah, perih nek disenggol bu.....”(P2)
sehingga menguras tenaganya.
Keadaan lecet pada puting dapat
Secara umum faktor fisik kesehatan
disebabkan oleh tekhnik menyusui yang
ibu menyusui dapat menyebabkan ASI belum
kurang benar serta perawatan payudara yang
keluar secara langsung setelah proses persalinan.
menggunakan sabun, lotion, cream, alkohol
Faktor fisik kesehatan ibu menyusui yang
yang dapat mengiritasi puting susu serta tali
dirasakan ibu saat ASI beum keluar antara lain
lidah (frenulum linguae) bayi pendek, sehingga
263
Jurnal Ners Vol. 11 No. 2 Oktober 2016: 261-268

:kelelahan fisik, ibu merasakan lelah, capek adalah hormon prolaktin dan oksitosin. Bila
setelah mengalami proses persalinan dari mulai ibu dalam kondisi stress, kebingungan, pikiran
proses kala 1 sampai dengan kala 2, kontraksi kacau takut maupun cemas akan mempengaruhi
yang dialami dan dirasakan ibu tergantung dari pelepasan oksitosin dari neurohipofise sehingga
koping ibu. Ibu yang mengalami proses terjadi bloking pada reflek let down. Kondisi
persalinan yang panjang, lelah, nyeri, akan emosional distress yang dialami seorang ibu
mempengaruhi refleks oksitosin yang akhirnya akan mempengaruhi pelepasan hormon adrenalin
menekan pengeluaran ASI. Proses persalinan (epineprin) yang menyebabkan vasokonstriksi
yang panjang akan menyebabkan kelelahan pembuluh darah alveoli, sehingga oksitosin
fisik pada ibu, yang akan mempengaruhi tidak dapat mencapai mioepitelium (T et al.
pelepasan oksitosin dari neurohipofise sehingga 1994).
terjadi blocking pada reflek let down (T et al. Kondisi psikis bisa terganggu karena
1994). setelah melahirkan ibu memerlukan adaptasi
Nyeri pada daerah payudara, perasaan pada peran baru dan tanggung jawab menjadi
nyeri yang hebat dapat menyebabkan timbulnya seorang ibu. Dari kebiasaan ibu yang dapat
masalah yaitu ASI tidak keluar, dan akan tidur dengan nyenyak di malam hari, harus
keluar bila dilakukan perawatan payudara serta sering terbangun oleh tangisan bayi yang haus
penghisapan yang adekuat. Keadaan nyeri ataupun mengompol. Keesokan harinya ibu
payudara bila tidak segera ditangani akan harus menjalani aktifitas sebagai ibu rumah
menimbulkan masalah baru yaitu pengeluaran tangga, hal tersebut akan bertambah parah
yang tidak lancar akibat sumbatan ASI yang apabila tidak adanya dukungan keluarga untuk
tidak dihisap bayinya, adakalanya bayi setelah membantu merawat bayi dan mengerjakan
lahir tidak mau menghisap dan masih tidak pekerjaan rumah tangga. Perasaan bersalah
sadar, hal ini akibat efek pembiusan dan juga akan timbul ketika ibu merasa tidak bisa
adanya kesulitan saat kelahiran. Bayi baru lahir memberi ASI pada bayinya. Oleh karena itu,
yang mengalami stres saat kehamilan dan diharapkan ibu mampu beradaptasi dengan
persalinan bisa menjadi sangat lemah dan baik agar ibu bisa menjalani tanggung jawab
mengantuk untuk menghisap secara efektif barunya, tanpa ada perasaan tertekan ataupun
pada susu, bahkan jika kapasitas laktasional bersalah.
dari ibu cukup, maka akan menimbulkan Taking in, periode ini terjadi 1–2 hari
gangguan laktogenesis apabila pengeluaran sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya
tidak adekuat (Guyton & Hall 1996). pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada
Pada payudara yang tidak ada rasa nyeri kekhawatiran akan tubuhnya sehingga cenderung
dan terasa kosong, ibu akan mendapatkan pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan
pengeluaran ASI nya belum keluar lebih lama yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada
ada yang empat hari baru keluar, ada yang lima luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang
hari baru keluar,dan ibu yang merasakan nyeri perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat
pada payudara setelah melahirkan akan cukup, komunikasi yang baik dan asupan
mendapati ASI nya keluar hari berikutnya, nutrisi. Gangguan psikologis yang dapat dialami
artinya bila ibu merasa ngrangsemi atau oleh ibu pada fase ini adalah: kekecewaan pada
merasakan nyeri pada payudaranya akan bayinya, ketidaknyamanan sebagai akibat
mendapatkan lebih cepat air susunya keluar perubahan fisik yang dialami, rasa bersalah
lebih awal. karena belum menyusui bayinya, kritikan suami
atau keluarga tentang perawatan bayinya.
Pengalaman merasakan keluhan psikis saat Taking hold, periode ini berlangsung
ASI belum keluar pada hari 2–4 post partum, ibu menjadi
Penelitian ini sejalan dengan hasil perhatian pada kemampuannya orang tua yang
penelitian Dewey (2001) dari ibu yang sukses dan meningkatkan tanggung jawabnya
mengalami stres saat kehamilan dan persalinan terhadap bayi. Ibu merasa khawatir akan
mengalami masalah ASI belum keluar saat ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab
masa nifas atau pascasalin. Kadar hormon dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih
estrogen dan progesteron menurun segera sensitive sehingga mudah tersinggung. Hal
setelah plasenta lahir, dua hormon yang yang perlu diperhatikan adalah komunikasi
bertanggung jawab dalam dalam proses laktasi yang baik, dukungan dan pemberian
264
Asuhan Keperawatan Psikososial pada Ibu Nifas (Sherly Jeniawati, dkk)

penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang menjalani pelatihan khusus dalam penggunaan


perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan antara dan pemberian dosis yang tepat.Untuk
lain: mengajarkan cara perawatan bayi, cara perawatan payudara mulai dari pemijatan dan
menyusui yang benar, cara perawatan luka melakukan senam payudara saat hamil dan
jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan pascamelahirkan, hal ini dapat membantu
gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain. meningkatkan produksi ASI saat ibu
Letting go, periode ini sangat menyusui.
berpengaruh terhadap waktu dan perhatian Tindakan psikis yang dilakukan
yang diberikan oleh keluarga ,Ibu mengambil berupa memberi motivasi, dukungan pada ibu
tanggung jawab terhadap perawatan bayi, saat mengalami masalah ASI belum keluar,
Depresi post partum umumnya terjadi pada dukungan tersebut berupa nasehat dan tindakan
periode ini Fase ini merupakan fase menerima untuk membantu perawatan sebagai seorang
tanggungjawab akan peran barunya. Fase ini ibu dengan membantu menyiapkan makanan
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu pendamping ASI yaitu adanya tuntutan untuk
sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan segera menyusui yang membuat ibu tertekan.
ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan Suasana hati yang nyaman dan gembira sangat
akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa mempengaruhi produksi ASI. Sebaliknya hati
percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri yang stress (misalnya baru beradaptasi dengan
dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan si bayi ketika baru pertama punya anak,
bayinya. tuntutan yang tinggi untuk segera dapat
menyusui atau stress karena pekerjaan) dapat
Upaya mengatasi keluhan saat ASI belum menghambat produksi ASI (J 2015).
keluar Tindakan spiritual merupakan pengalaman
Upaya mengatasi ASI belum keluar informan terakhir, hal ini berupa perasaan
sesuai dengan pengalaman informan, terdiri pasrah atas segala sesuatu yang terjadi yaitu
dari beberapa macam yaitu dengan tindakan dengan selalu memanjatkan doa agar proses
fisik, tindakan psikis dan tindakan spiritual. perawatan yaitu pemberian ASI berjalan
Tindakan fisik yang dilakuakan lancar.
informan yaitu dengan minum obat pelancar
ASI, perawatan payudara, pemberian nutrisi Respon keluarga saat ASI belum keluar
berupa makanan misalnya makan kacang tanah Respon keluarga saat ASI ibu belum
dan spriet, makan sayur luntas atau sayur keluar, yaitu dengan memberi dukungan
sayuran dan pijat pada tubuh untuk emosional, dan memberi bantuan fisik, namun
menghilangkan kelelahan fisik. Menurut (J juga ada beberapa informan megatakan bahwa
2015) mengatakan bahwa konsumsi sayuran keluarga merasa bingung dan cemas.
beberapa makanan terbukti memperbanyak Dukungan emosional dapat diperoleh
ASI. Yang umum digunakan adalah pepaya, dari keluarga terutama suami. Tidak akan ada
daun katuk, buah pare, wortel, bayam, bawang artinya motivasi yang kuat dari dalam diri si
putih dan kacang-kacangan adalah beberapa ibu untuk memberikan yang terbaik untuk
contoh makanan yang baik untuk ibu buah hati yaitu ASI, jika suami atau ayah si
menyusui. Cukupi kebutuhan gizi ibu dan bayi beserta seluruh keluarga (orang tua/
sebisa mungkin hindari penggunaan suplemen mertua, saudara) tidak memberi dukungan
atau obat-obatan sebagai cara memperbanyak (Moody et al. 2006).
ASI. Hal ini sejalan dengan pernyataan Memberi bantuan fisik pada ibu juga
(Varney et al. 2008) yang mengatakan banyak merupakan respon keluarga saat mengalami
budaya memiliki galaktogogue (zat yang masalah ASI. Disini sebetulnya peran besar
dianggap dapat meningkatkan suplai susu). ayah. Jika Ayah mendukung maka ASI akan
Tidak terdapat bukti bahwa konsumsi lancar atau sebaliknya. Mendukung bisa dengan
minuman herbal atau makanan tertentu akan berbagai cara mulai dari menyemangati istri
meningkatkan suplai susu, bahkan jamu-jamu hingga hal-hal lain seperti menyendawakan
tertentu dapat membahayakan. Herbal dan bayi setelah menyusui, menggendong bayi
obat pelancar ASI harus digunakan sama untuk disusukan ke ibunya serta membantu
halnya dengan medikasi lain dan harus menyiapkan perawatan yang diperlukan ibu (J
diresepkan hanya oleh orang-orang yang telah 2015).
265
Jurnal Ners Vol. 11 No. 2 Oktober 2016: 261-268

Bingung dan cemas juga merupakan dirinya merasa lelah karena setelah melalui
respon yang dialami beberapa informan proses persalinan, dan ibu mengakui kalau
keluarga, hal ini merupakan termasuk respon untuk menyusui bayinya menunggu bayinya
negatif yang muncul saat ASI ibu belum bangun sendiri.
keluar.Tuntutan yang tinggi dari keluarga Perawatan payudara merupakan salah
untuk segera menyusui akan membuat suasana satu asuhan kebidanan yang menurut beberapa
hati tidak nyaman dan tidak rileks, minimalisir informan yang dianjurkan oleh ibu saat
perasaan stress, bantu ibu untuk rileks dan mengalami ASI belum keluar.Perawatan
mengajak ibu untuk melakukan atau payudara seperti melakukan pemijatan dan
mengerjakan hal-hal yang menyenangkan senam payudara serta kompres air hangat dan
perasaan ibu, mengajak memikirkan hal-hal dingin, berfungsi untuk menjaga bentuk
yang gembira (J 2015). payudara dan merangsang serta meningkatkan
produksi ASI (Dr. Widodo J,2015).
Pengalaman memperoleh asuhan keperawatan Rangsangan otot-otot payudara diperlukan
fisik saat ASI belum keluar untuk memperbanyak air susu ibu dengan
Pengalaman memperoleh asuhan mengaktivasi kelenjar-kelenjarnya.otot-otot
kebidanan fisik saat ASI belum keluar yaitu payudara terdiri dari otot-otot polos. Dengan
semua informan mengungkapkan adanya adanya rangsangan, otot-otot akan berkontraksi
asuhan kebidanan yang diberikan bidan dengan lebih dan kontraksi ini diperlukan dalam
menasehati untuk memberikan ASI tanpa laktasi.rangsangan pada payudara dapat
jadwal on demand, dan beberapa informan dilakukan dengan masase atau mengurut atau
mengingat bahwa dirinya pernah diberikan menyiram payudara dengan air hangat dan
nasehat untuk melakukan perawatan payudara dingin secara bergantian (B.R 1997). Namun
serta pentingnya nutrisi dan asupan cairan. pengalaman beberapa informan untuk caranya
Menyusui 2-3 jam, adalah cara terbaik sering informan mengatakan kalau tidak tau
memperbanyak ASI, bayi yang baru lahir caranya, dan jarang melakukannya.
membutuhkan susu setiap 2-3 jam, tanpa Nutrisi dan asupan cairan sangat
peduli siang atau malam hari. Produksi ASI penting diperhatikan untuk ibu menyusui.
pada tubuh wanita mengikuti prinsip supply Pengalaman beberapa ibu saat ASI belum
dandemand, artinya tubuh memproduksi ASI keluar, asuhan kebidanan yang diberikan bidan
sesuai dengan kebutuhan bayi. Jadi bila ibu yaitu dengan menganjurkan ibu untuk tidak
rutin menyusui setiap 2-3 jam sampai bayi tarak makanan dan minuman kecuali kalau ibu
kenyang, payudara akan mengirim perintah ke alergi terhadap makanan tertentu sebaiknya
otak untuk memproduksi ASI sebanyak dihindari. Makanan diperlukan oleh ibu dalam
kebutuhan tersebut. Produksi ASI akan jumlah lebih banyak dari hamil sampai dengan
bertambah dalam waktu 3-7 hari sesuai menyusui, jadi ibu dianjurkan untuk tidak diet
instruksi tersebut.Bila ibu tidak konsisten dan (Walsh 2001). Diet yang tidak sehat sehingga
jarang menyusui, produksi ASI pun tidak akan menyebabkan dehidrasi dapat mempengaruhi
terjadi atau berkurang. Produksi ASI dipengaruhi kualitas dan kuantitas ASI. Pastikan untuk
oleh hormon prolaktin yang jumlahnya selalu memenuhi kebutuhan nutrisi saat
ditentukan oleh seberapa banyak dan sering menyusui dan konsumsi air putih 8 gelas
ASI dikeluarkan dari payudara ibu, baik sehari. Namun hal ini diakui informan kalau
dengan menyusui atau memerah ASI. porsi untuk makanan tidak mengalami jumlah
Sehingga apabila ASI jarang dikeluarkan peningkatan sampai dua kali lipat.
dengan sendirinya ASI akan menurun atau
berhenti.Memompa ASI bisa menjadi salah Pengalaman dan persepsi memperoleh
satu cara untuk memperbanyak produksi ASI asuhan keperawatan psikososial saat ASI
(Varney et al. 2008). belum keluar
Semua informan memang mengatakan Pengalaman memperoleh asuhan
diberi nasehat untuk sering menyusui oleh kebidanan psikososial saat ASI belum keluar
bidan, namun hal ini diakui oleh informan yaitu sebagian besar informan mengungkapkan
bahwa untuk menyusui bayinya, ibu kasihan adanya asuhan kebidanan yang diberikan bidan
untuk membangunkan bayinya dan merasa dengan melaksanakan IMD setelah bayi lahir
nyaman kalau anaknya tidur dulu, karena saat persalinan, rawat gabung, memberikan
266
Asuhan Keperawatan Psikososial pada Ibu Nifas (Sherly Jeniawati, dkk)

suport, mengizinkan suami serta keluarga eksklusif, khususnya pengaruh sosial yang
untuk menemani, menciptakan suasana tenang tidak mendukung pemberian ASI seperti
dan nyaman, kemudian mengikutsertakan adanya larangan pemberian kolostrum. Petugas
keluarga dalam perawatan ibu dan bayi. kesehatan memberikan pengetahuan tentang
Menempatkan bayi di payudara ibu manfaat pemberian ASI, serta keuntungan bagi
segera setelah lahir atau Inisiasi Menyusui bayi dan ibu. Keluarga dilibatkan untuk
Dini, hal ini dapat membantu pengeluaran memberi dukungan kepada ibu, menciptakan
plasenta secara alami, begitu plasenta keluar, suasana yang menyenangkan dan memberikan
hormon pembuat susu akan berproduksi yaitu semangat yang besar bagi ibu untuk
prolaktin. Hormon ini memicu payudara untuk memberikan ASI. Keluarga harus menjauhkan
memproduksi susu dan juga memiliki efek permasalahan dari dalam hati ibu, menjaga
menenangkan dan merilekskan ibu.Ada bukti emosi, kecemasan dan kepanikan yang
bahwa bayi yang segera menyusu setelah lahir berlebihan demi kelancaran dan
mempunyai kemungkinan dua kali lebih besar keberhasilan pemberian ASI (Vivian 2011).
untuk tetap menyusu di akhir minggu kedua
dibandingkan bayi yang menyusu lebih lambat Harapan Asuhan Keperawatan saat
(White,A,Freeth, S,O’Brien,M,1992) Menghadapi ASI belum keluar
Mendukung roming in atau rawat Harapan asuhan keperawatan psikososial
gabung akan membantu memberikan suasana saat ASI belum keluar yaitu sebagian besar
yang menyenangkan, tenang dan nyaman akan informan mengungkapkan ingin diberikan adanya
membantu saat-saat berduaan dan terciptanya asuhan keperawatan psikososial yang tidak
hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Ibu memaksa dan disesuaikan dengan keadaan
sebaiknya dijauhkan dari ketidaknyamanan dirinya artinya diberikan pilihan, memberikan
psikologis seperti emosi, panik, kecemasan dan konseling sekaligus mempraktikkannya,
kekhawatiran berlebihan. Ibu yang mengalami dukungan dari petugas berupa kata-kata yang
ganggua psikologis ini, sebaiknya berusaha meyakinkan sehingga dapat membangun
dengan motivasi dan dorongan dari dirinya kepercayaan diri dalam menyusui bayinya,
sendiri untuk mengatasi masalah-masalah menginginkan sosok petugas yang mampu
psikologis yang timbul. Ibu memerlukan menenangkan dirinya sehingga sabar untuk
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak tidak tergesa-gesa memberi formula tanpa ada
yang menolong ibu agar dapat melewati masa indikasi, mendapatka pelayanan dari petugas
sulit yang dihadapinya, salah satunya adalah yang ahlinya atau kompeten yang sudah
oleh petugas kesehatan (Vivian, 2011). berpengalaman, petugas cepat tanggap untuk
Memberikan suport, mengizinkan suami segera memberikan solusi penyelesaian, jangan
serta keluarga untuk menemani, menciptakan sampai ibu dan keluarga mengambil alternatif
suasana tenang dan nyaman, kemudian sendiri yang seharusnya tidak diperbolehkan
mengikutsertakan keluarga dalam perawatan diberikan pada bayinya.
ibu dan bayi. Peran bidan sangat penting dalam Asuhan Keperawatan yang diberikan 0-3
memberikan asuhan kebidanan di dalam hari pascasalin akan menentukan keberhasilan
membantu seorang ibu untuk menyusui dengan menyusui dan menjadikan sebuah pengalaman
nyaman dan menentukan keberhasilan serta harapan untuk menyusui selanjutnya.
menyusui selanjutnya secara eksklusif. Wanita Pengalaman pertama menyusui dapat
yang baru melahirkan atau pascasalin menimbulkan perasaan yang sangat kuat,
membutuhkan banyak dukungan emosional pengalaman yang sensual dan memuaskan,
dan praktikal, pada hari-hari pertama di rumah unik bagi setiap wanita dan bagi beberapa
bersalin maupun di rumah, dukungan ini tidak wanita, pengalamannya tidak bisa diungkapkan
hanya bisa dari bidan sebagai petugas dengan kata-kata (J 2015).
kesehatan tetapi juga didapat dari pasangan,
keluarga atau teman. (Jane Moody, 2006) SIMPULAN DAN SARAN
Petugas kesehatan dalam memberikan
Simpulan
dukungan kepada ibu menyusui, memiliki
peran dalam penyuluhan dan memberikan Asuhan keperawatan psikososial harus
dorongan kepada ibu dengan cara menyampaikan selalu dipegang oleh petugas kesehatan dalam
informasi tentang keberhasilan pemberian ASI rangka keberhasilan menyusui secara eksklusif
267
Jurnal Ners Vol. 11 No. 2 Oktober 2016: 261-268

Saran Moody, J., Jane, B. & Karen, H., 2006.


Menyusui Cara Mudah, Praktis &
Pembentukan Kelompok Pendukung
Nyaman, Jakarta: Arcan.
ASI (KP-ASI) perlu disosialisasikan dalam
rangka peningkatan cakupan ASI di wilayah Polit, D.F. & Hungler, B.P., 2001. Nursing
kerja Puskesmas Tanah Kalikedinding research: Principles and methods 6th ed.,
Surabaya. Bagi ibu menyusui, menumbuhkan Philadelphia: Lippincott.
keyakinan kuat atau kepercayaan dirinya bahwa
R., W., 2015. Cakupan ASI 42 Persen, Ibu
mampu untuk menyusui dan sabar dalam
Menyusui Butuh Dukungan. Kompas.
menghadapi masalah ASI belum keluar,
memberi pengertian bahwa ASI belum keluar T, U. et al., 1994. Influence of psychological
0-3 hari pascasalin adalah hal yang fisiologis, stress on suckling-induced pulsatile oxytocin
serta jangan tergesa-gesa untuk mengambil release. University of Tokushima Japan.
keputusan untuk memberi formula bila kondisi Varney, H., Kriebs & Carolyn, 2008. Buku
bayi normal. Ajar Asuhan Kebidanan 4th ed., Jakarta:
EGC.
KEPUSTAKAAN
Vivian, 2011. Asuhan Kebidanan pada ibu
B.R, S., 1997. Mayes Midwifery, London: nifas, Jakarta: Salemba Medika.
Bailirre Tindall.
Walsh, L. V., 2001. Midwifery, New York:
Guyton & Hall, 1996. Fisiologi Kedokteran, Saunders Company.
Jakarta: EGC.
J, W., 2015. Permasalahan Pemberian ASI.
Available at: www.asilaktasi.com.

268

Anda mungkin juga menyukai