Dosen Pengampu :
Dr. Sugeng, M. Pd
Oleh :
FEBI TASYA RAMADHANTI
NIM. 1605045037
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul ”Apakah Menjadi Guru
Matematika Itu Menantang ?”.
1. Yang terhormat Bapak Dr. Sugeng, M. Pd selaku dosen mata kuliah Profesi
Pendidikan yang telah memberikan bimbingan kepada penulis.
2. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika - Universitas
Mulawarman dan semua pihak yang telah membantu penulis.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya
penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan berikutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan ................................................................................................. 3
D. Manfaat ............................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................4
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehadiran guru dalam proses pembelajaran memegang peranan
yang penting, peranan guru sampai sekarang belum dapat tergantikan oleh
teknologi atau alat yang sangat modern sekalipun. Hal ini karena, banyak
unsur-unsur manusiawi seperti sikap, perasaan, motivasi dan keteladanan,
yang diharapkan dari hasil proses pembelajaran, yang tidak dapat dicapai
melalui peran guru. Guru juga disebut sebagai pendidik. Menurut
Poerwadarminta, pendidik berarti orang yang mendidik, dengan kata lain
pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang pendidikan.
Guru memiliki tugas yang berat, namun mulia. Hal ini karena, pada
dirinya tertumpu beban dan tanggung jawab untuk menyiapkan masa depan
yang lebih baik. Selain itu pula, guru memiliki tugas seperti yang
dikemukakan oleh an-Nahlawi, bahwa seorang guru tidak hanya
mengajarkan ilmu pengetahuan, tapi lebih dari itu, di mana ia juga
mengemban tugas memelihara kesucian manusia. Kemudian, an-Nahlawi
menguraikan bahwa ada dua tugas pokok guru, di antaranya,
yaitu: Pertama, Tugas pensucian. Guru hendaknya membersihkan jiwa
peserta didik agar dapat mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhkan
diri dari keburukan, dan menjaganya agar tetap berada pada
fitrahnya. Kedua, Tugas pengajaran, guru memiliki tugas menyampaikan
berbagai ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didiknya agar
diamalkannya dalam kehidupannya.
Pada kenyataanya, tugas seorang guru khususnya guru matematika
sebagai seorang yang professional memang berat, sebagai seorang yang
professional, seorang guru matematika harus memiliki atau minimal
menyandang empat kompetensi, yaitu pedagogi, akademis, kepribadian
dan sosial. Seorang guru dianggap kompeten jika memiliki persyaratan
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah :
1. Apakah menjadi guru matematika menantang ?
2. Apa tantangan yang dihadapi seorang guru matematika ?
3. Bagaimana solusi bagi guru matematika dalam menghadapi tantangan?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang akan dibahas, maka tujuan dari
makalah ini adalah :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan apakah menjadi guru matematika
menantang?
2. Mahasiswa dapat menjelaskan apakah menjadi guru matematika itu
menantang dan dapat menjelaskan tantangan yang dihadapi guru
matematika.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan solusi bagi guru matematika dalam
menghadapi tantangan.
D. Manfaat
Membantu mahasiswa agar dapat memahami tantangan apa saja
yang dihadapi seorang guru matematika dan memacu semangat mahasiswa
sebagai calon pendidik untuk menjadi seorang guru matematika yang
profesional.
4
BAB II
PEMBAHASAN
sendiri. Ditambah lagi perilaku siswa yang agresif. Semua itu semakin
menjauhkan hubungan antara guru dan siswa.
3. Membuat Hubungan Konteks Dunia Nyata
Menurut Budi Murtiyasa (2015: 38), kelemahan pembelajaran
matematika saat ini para siswa tidak dapat menghubungkan konsep-
konsep matematika di sekolah dengan pengalaman mereka sehari-hari.
Pembelajaran matematika terlalu formal, kurang mengkaitkan dengan
makna, pemahaman, dan aplikasi dari konsep-konsep matematika, serta
gagal dalam memberikan perhatian yang cukup terhadap kemampuan
penalaran dan pemecahan masalah (NCTM, 2014). Sementara Callison
(2013) menyebutkan bahwa para siswa membutuhkan pengembangan
kemampuan praktis matematika seperti pemecahan masalah, membuat
hubungan, memahami berbagai representasi dari ide-ide matematika,
mengkomunikasikan proses pemikiran mereka, dan menjelaskan
penalaranpenalaran yang mereka lakukan. Standar kurikulum matematika
sekarang secara eksplisit menekankan hubungan (connection) sebagai
salah satu proses penting dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran
harus membuat siswa dapat mengenal dan menggunakan dalam konteks
di luar matematika. Hal ini termasuk membuat hubungan terhadap“dunia
nyata”, yaitu dunia di luar kelas. Oleh karena itu, menurut Chapman
(2012) guru diharapkan menyiapkan sistuasi dunia real dan konteksnya
untuk siswa guna membuat ide-ide matematika masuk akal, bisa diterima
siswa. Dengan demikian akan memberikan kesempatakan kepada siswa
untuk mengenal dan mengapresiasi hubungan matematika dengan
kehidupannya.
Budi Murtiyasa (2015: 39-40) mengemukakan bahwa guru
sekarang didorong untuk membantu siswanya membuat hubungan yang
lebih realistis antara matematika dengan kehidupan sehingga membuat
matematika lebih bermakna. Tetapi menghubungkan matematika dengan
kehidupan sehari-hari tidak selalu mudah.Hal ini berarti para guru juga
membutuhkan kemampuan untuk dapat mengenali dan memahami
8
trigonometri, (4) probabilitas, (5) statistik dan analisis data, (6) barisan dan
deret, (7) teori bilangan, (8) matriks dan vektor, (9) irisan kerucut, (10)
kalkulus, (11) matematika diskrit, (12) geometri non-euclid, dan (13)
argumentasi dan bukti.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan
dengan pemahaman peserta didik dan pengelolaan pembelajaran yang
mendidik dan dialogis. Secara substantif kompetensi ini mencakup
kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi pedagogik secara umum menuntut guru mampu mengelola
pembelajaran bidang studi yang diampu. Pendekatan pembelajaran
matematika yang tepat dapat mendorong para siswa mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang matematika sehingga dapat sukses dalam
belajar matematika. Pendekatan pembelajaran yang disarankan dalam
pembelajaran matematika yaitu pendekatan kontruktivisme. Dalam kurikulum
2013 dikenal dengan pendekatan saintific, yang sebenarnya merupakan
implementasi dari teori belajar konstruktivisme.
Prinsip-prinsip konstruktivisme di antaranya meliputi: (1)
pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, (2) pengetahuan tidak dapat
dipindahkan dari guru ke murid, (3) murid aktif mengkontruksi secara terus
menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah, (4) guru sekedar
membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses kontruksi berjalan
lancar. Oleh karena itu, menurut Mahmud (2015: 38) diperlukan perubahan
peran guru dalam pembelajaran dikelas, dari penceramah ke fasilitator. Pada
Tabel 1, sebagai fasilitator salah satu peran guru adalah memfasilitasi para
siswanya belajar dalam kelompok. Dengan belajar dalam kelompok
memungkinkan terjadinya belajar kooperatif (kemauan untuk saling
membantu) dan belajar kolaboratif (bekerjasama untuk mencapai tujuan).
Penceramah Fasilitator
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan uraian Studi TIMSS dan PISA bahwa kelemahan siswa
dalam menghubungkan konsep-konsep matematika yang bersifat formal
dengan permasalahan dalam dunia nyata serta seiring dengan
berkembangnya penggunaan teori konstruktivisme dan kemajuan TIK
dalam pembelajaran, menuntut perubahan peran dan cara guru dalam
menyampaikan materi pelajaran, dapat disimpulkan menurut penulis
bahwa menjadi guru matematika itu menantang.
2. Beberapa tantangan mendasar yang dihadapi seorang guru matematika,
yaitu implementasi kurikulum baru, problem pengelolaan kelas, membuat
hubungan konteks dunia nyata, problem komunikasi, dan penerapan
teknologi dalam pembelajaran.
3. Dalam menghadapi tantangan selama proses pembelajaran, guru
matematika perlu menyiapkan berbagai solusi pada setiap jenis tantangan
yang dihadapi. Solusi yang dipilih yaitu solusi yang sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi, tepat, cerdas, dan efektif, serta dapat
menjawab tantangan di masa depan.
B. Saran
Dalam menghadapi tantangan selama proses pembelajaran, guru
matematika perlu menyiapkan berbagai solusi pada setiap jenis tantangan
yang dihadapi. Sehingga guru dapat menjadi sosok yang menyenangkan bagi
siswa, dapat merebut hati murid, pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan
lancar dan efektif, sert guru dapat menjawab tantangan di masa depan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Khalifah, Mahmud., dkk. 2015. Menjadi Guru yang Dirindu. Surakarta: Ziyad
Books.
Wahyono, Joko. 2012. Cara Ampuh Merebut Hati Murid. Jakarta: Erlangga.