Anda di halaman 1dari 5

1

PEMIKIRAN JOHANN HEINDRICH PESTALOZZI


BAGI PENDIDIKAN

Sumber diambil dari:


Buku Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen
Oleh: Robert R. Boehlke, Ph.D. dan sumber tambahan dari Internet.

1. Latar Belakang Tokoh


Pestalozzi lahir pada tanggal 12 Januari 1746 di Zürich dan meninggal pada
tanggal 17 Februari 1827 di Brugg. Ayahnya seorang dokter, yang meninggal pada
saat Pestalozzi berumur 6 tahun dan sejak itu dia diasuh oleh ibunya. Pada masa
kecilnya, Pestalozzi merupakan anak yang tidak begitu tertarik dengan tugas-tugas
belajar yang menggunakan metode menghafal di sekolah, tetapi dia lebih berminat
dengan tugas-tugas yang menggunakan daya imajinasi. Kelainan sifatnya itu
dipengaruhi:
a) selama masa kanak-kanak, keadaan tubuh Pestalozzi lemah sehingga
menyebabkan dia sering sakit-sakitan.
b) Hal ini kemudian menyebabkan dia tidak dapat bergaul dan bermain seperti
anak laki-laki pada umumnya dan lebih merasa aman dalam hubungan dengan
ibunya.
c) Di samping itu, fakta bahwa tidak adanya tokoh laki-laki yang mengambil
peran dalam keluarga Pestalozzi, membuat dirinya hidup dalam dunia
khayalan. Alhasil, Pestalozzi tampak memiliki kelainan sifat yang berbeda
dengan teman-teman sebayanya, sehingga akhirnya dia dijuluki Heindrich
2

(Hengki) Bodoh dari Kota Aneh.1 Tetapi apa yang terjadi kemudian muncul
sebuah pernyataan “seorang gagal yang amat berhasil” setelah dia dikenal
sangat berkontribusi dalam pendidikan.

Pada tahap awal perjalanan karirnya, Pestalozzi berkeinginan untuk mengikuti


jejak kakeknya yang adalah seorang pendeta Protestan yang melayani jemaat di
pedesaan. Keinginan ini berawal ketika Pestalozzi melihat adanya ketidakadilan dan
penindasan yang dilakukan oleh para penguasa terhadap rakyat di daerah itu.
Pestalozzi prihatin terhadap nasib mereka yang tertindas dan ingin menolong mereka
memperoleh pendidikan. Pendidikan yang memadai dianggap sebagai solusi untuk
keluar dari penindasan tersebut. Atas dorongan kakeknya, Pestalozzi masuk ke salah
satu perguruan tinggi. Akan tetapi, ketika menempuh proses pembelajaran di
perguruan tinggi, Pestalozzi lebih tertarik pada gaya penulisan dan pemikiran
pengarang klasik. Ia bahkan pernah menerjemahkan karangan bermutu tinggi milik
Demosthenes. Ketertarikannya terhadap filsafat kuno itu membuatnya ragu akan
tujuannya yang semula. Semakin ragu lagi ketika ia berkotbah di depan klasis dan
mendadak berhenti karena lupa isinya. Pengalaman buruk ini membuat Pestalozzi
mundur dari keinginannya untuk menjadi seorang pendeta.
Alternatif lain yang ia pilih untuk membantu kaum yang tertindas itu ialah
dengan menjadi seorang pengacara. Akan tetapi, usaha ini juga gagal karena ia dan
kelompoknya dianggap terlalu radikal dalam membela hak rakyat yang menerima
ketidakadilan. Kegagalan menjadi seorang pendeta dan pengacara ini tergantikan
dengan hadirnya seorang wanita yang 8 tahun lebih tua darinya, Anna Schulthess.
Wanita yang kemudian menjadi istrinya ini tak lain adalah tunangan sahabatnya
sendiri, Bluntschli, yang telah meninggal, bahkan sahabatnya ini juga yang
memberikan dia inspirasi dalam karya hidupnya dalam mengubah dunia pendidikan,
sebagai mana dia dikenal sebagai pendiri Sekolah Dasar Modern.

2. Dasar Filosofis dan Teologis


Dasar Filosofis Pendidikan yang dikembangkan oleh Pestalozzi ialah Ilmu
Jiwa, yakni dengan mengamati naradidik, agar sistem mengajar yang nantinya
digunakan dapat sesuai dengan kebutuhan naradidik itu sendiri. Dia memulai
penelitian sesuai dengan praduga bahwa kunci untuk membuka rahasia
perkembangan anak terletak dalam alam sendiri.

1 Robert R. Boehlke. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama


Kristen. BPK Gunung Mulia, Jakarta 2009, Hal. 190
3

Pestalozzi menganggap bahwa Alkitab sumber bagi hal-hal rohani, sehingga


dalam pandangan teologisnya, Pestalozzi memberikan penjelasan bahwa metode
pendidikan yang baik, perlu didasarkan pada beberapa point, antara lain:
a) Kepercayaan kepada Allah (dalam memahami ini, Pestalozzi memberikan
penggambaran bahwa manusia perlu bersandar kepada Allah sebagai pencipta
dan awal dari segala pengetahuan).
b) Alam sebagai pedoman (pemaparan tentang point ini lebih kepada penalaran
kita dalam menyesuaikan proses belajar kita kepada irama alami).
c) Yesus sebagai Juruselamat Dunia. (dalam pelayanan kepada sesama dilihat
sebagai contoh ideal).
d) Manusia memiliki jati diri dan tugas selama hidup di dunia, yang dibagi
kedalam lima point:
 Sebagai makhluk yang memiliki kepercayaan di mana di dalamnya
memiliki pengalaman beriman secara pribadi
 Yang memiliki sifat-sifat alamiah
 Merupakan makhluk sosial
 Bermoral
 Memiliki sifat ilahi.
e) Pengalaman Beriman Secara Pribadi.

3. Konsep-Konsep Pendidikan
Salah satu konsep yang ditekankan oleh Pestalozzi sebagai point penting
dalam pendidikan, yaitu peran orangtua sebagai pengajar pertama yang didapatkan
naradidik. Bagi Pestalozzi, orangtua haruslah berperan dalam menanamkan iman
dalam diri naradidik melalui kasih sayang yang diberikan dirumah. Melalui
pengalaman ini, orangtua dapat memberikan sebuah contoh yang nyata dalam
perlakuan mereka kepada naradidik yang dapat memberikan gambaran bahwa
beginilah kasih Allah kepada manusia. Sehingga harapan dari Pestalozzi bahwa
naradidik juga dapat membawa pengalaman imannya kedalam ruang pembelajaran
dikelas. Di mana proses pembelajaran yang ditawarkan oleh Pestalozzi bukanlah
proses pembelajaran yang sudah ada dan telah baku, akan tetapi Pestalozzi
memulainya dengan pengalaman-pengalaman dan kemudian berefleksi atas semua
pengalaman-pengalaman itu.
Dengan memakai metode pengalaman, maka Pestalozzi dalam merumuskan
dasar-dasar kurikulumnya menggunakan akal, tubuh dan hati, sebagai tiga point yang
penting dalam proses pembelajaran yang dianjurkan oleh Pestalozzi dengan
4

memanfaatkan pancaindera dari naradidik. Oleh sebab itulah, Pestalozzi berharap


agar pendidikan ini dapat dirasakan oleh setiap anak tanpa memandang status
sosialnya. Kesetaraan dalam menerima pendidikan itulah yang sebenarnya menjadi
point penting yang diinginkan oleh Pestalozzi bagi anak-anak, karena semua ini
merupakan sebuah dobrakan yang diberikan agar pendidikan dapat dirasakan oleh
semua golongan masyarakat.

4. Materi Pendidikan
Materi pendidikan yang digunakan oleh Pestalozzi sesuai dengan filosofis
pendidikannya adalah menggunakan hal-hal yang bersifat alami. Seperti benda yang
ada dilingkunga belajar, dapat dipergunakan sebagai media untuk membangun
pembelajaran. Dalam beberapa aksinya, Pestalozzi tidak terikat dengan sebuah
struktur belajar dalam kerangka kurikulum yang baku. Akan tetapi dalam
pengajarannya, Pestalozzi tidak pernah menambahkan materi pelajaran yang baru bila
pelajaran sebelumnya tidak dikuasai oleh peserta didik. Namun demikian dalam
pengembangan dan penerapannya, Pestalozzi selalu meletakkannya diatas:
a) Dasar Pendidikan Teologis
b) Dasar Ilmu Jiwa

c) Peran Pengajar

d) Peranan Orang Tua

5. Strategi Pendidikan
Strategi Pendidikan Pestalozzi tidak terpisah jauh dari konsep pendidikan
yang dia pegang. Selain dari menciptakan atau mengembalikan hubungan keluarga
diantara peserta didik sebagai sebuah keluarga belajar, sehingga masing-masing tidak
mengganggap sebagai pribadi yang dibeda-bedakan, Pestalozzi juga menerapkan
beberapa pola dan point yang dianggap penting dari hasil pengamatannya tentang
tugas dari seorang pengajar, antara lain:
a) Pengajar bertugas memberikan pengetahuan baru jika naradidik sudah
memahami pengetahuan yang telah diberikan sebelumnya
b) Pengajar bertugas memberikan tugas belajar dalam ruang lingkup yang
terbatas dan terarah agar naradidik dapat focus
c) Memanfaatkan pancaindera yang dimiliki naradidik dalam proses belajar-
mengejar
d) Mengelompokkan dan menggunakan tiga point penting dalam mengajar,
yaitu: jumlah, bentuk, dan bahasa
5

e) Mengembangkan nalar berpikir naradidik dalam menerima sebuah


pengetahuan
f) Melalui pengembangkan nalar berpikir naradidik dituntut untuk memupuk
perasaan dan penghargaan terhadap alam sekitarnya.
g) Menempatkan pengalaman jasmani dan akal dalam pengalaman moral dan
rohani.

6. Analisa Kritis (Kontribusi dan Kelemahan)


Sebagai kontribusi positif dalam dunia pendidikan pada masa kini, apa yang
telah dilakukan oleh Pestalozzi pada zamannya adalah studi banding terhadap semua
sistem yang meliputi konsep, materi dan kebijakan pendidikan di Indonesia. Hal
yang sangat menonjol adalah keprihatinan dan spirit yang mendorong Pestalozzi yang
kerap mendapat tantangan namun tetap berjuang meski dalam kekurangan yang
cukup berat. Apa yang telah dimulai oleh Pestalozzi khususnya yang menitik-
beratkan perhatian terhadap pendidikan anak dalam usia muda, telah menjadi acuan
belajar yang masih ditemukan diaplikasikan dalam proses belajar dimasa kini.
Sedangkan berbicara kelemahan, maka tentu beberapa pola belajar dan materi
yang digunakan dari Pestalozzi tentu sangat berbeda dengan inovasi belajar yang
terus mengalami perkembangan bentuk, metode dan tujuan akhir belajar pada masa
kini.

Anda mungkin juga menyukai