Anda di halaman 1dari 43

MODUL PEMBELAJARAN

PRINSIP
PERENCANAAN JARLOKAT

1. TUJUAN PELATIHAN.
Setelah mengikuti Pelatihan, Siswa :
a.Mengetahui Faktor- faktor yang mempengaruhi permintaan Sambungan Telekomunikasi.
b.Memahami kegunaan Peramalan Demand (kebutuhan).
c.Memahami metode Peramalan dengan berbagai pendekatan.
d.Memahami metode dan langkah PERENCANAAN JARKAB

2. DEFINISI PERENCANAAN.
Langkah pertama proses managemen, untuk mengarahkan suatu potensi atau suatu kelompok
orang dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan / sasaran yang telah ditetapkan secara efektif
dan effisien.

3. PERENCANAAN JARKAB LOKAL


a. Prinsip Dasar Perencanaan Jarkab
Sub-sistem dalam sistem telekomunikasi .
Pembiayaannya yang besar. Sehingga Mutlak perlu perencanaan jarkab yang akurat.
Tahap pembuatan rancangan jarkab :
Rancangan dasar, Rancangan rinci, dan Perhitungan volume pekerjaan beserta laporannya.
b. Pokok Bahasan
Hasil Peramalan Demand, Perencanaan Jarlok Metalik, Penggambaran dan Penghitungan Volume.
c. Sumber Data
1. Eksternal
PEMDA, Dirjen CIPTA KARYA, Biro Pusat Statistik (BPS) , Pusat Data Bisnis Indonesia
(PDBI), Kantor Statistk Kecamatan/ Kabupaten/ Propinsi, Real Estate
Indonesia (REI), Himpunan Kawasan Industri (HKI), Departemen Perindustrian - Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), DPU.Bina Marga, PERUMKA, PDAM, PLN dll.
2. Internal
CORPORATE, DIVRE, KANDATEL
d. Jenis Data
1. Eksternal
Rencana Induk Kota (RIK), Rencana Umum/ Detail Tata Ruang Kota/ Perkotaan (RUTRK/
RDTK atau RUTRP) dan Rencana Bagian Wilayah Kota (RBWK), Data Populasi,
household, indeks ekonomi , Pekerja, Data property, Data Wilayah Pengembangan Zona
Industridan atau Bisnis , Data Utilitas umum dlsb.
2. Internal
Data Potensi Telepon (Datel dalam angka, Laporan unit pelaksana SISFO dlsb.), Gambar
Jaringan Kabel Existing( Peta dasar, Skema Kabel, Peta Lokasi, Layout Ruang MDF), Data
Master Plant Sentral
e. Pengolahan Data

4. PERENCANAAN JARINGAN KABEL.


a. JARINGAN AKSES.
1). Jaringan Lokal Akses Kabel Tembaga.
2). Jaringan Lokal Akses Kabel Fiber Optik.
3). Jaringan Lokal Akses Radio (WLL/RLL).

b. JARINGAN PENGHUBUNG.
1) Jaringan Kabel Penghubung Metalik.
2) Jaringan Kabel Penghubung PCM.
3) Jaringan Kabel Penghubung Fiber Optik.
4) Jaringan Penghubung Radio / Digital Micro wave.

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


5. PRINSIP- PRINSIP ISI PERENCANAAN JARINGAN KABEL LOKAL S/D DESAIN
SELESAI ADALAH :
a. Menentukan kebutuhan telepon (Menghitung DEMAND).
b. Membuat Rancangan Dasar ( BASIC DESIGN).
c. Membuat Rancangan Rinci ( DETAIL DESIGN )

6. KEGIATAN PERENCANAAN JARINGAN SANGAT PENTING DILAKUKAN AGAR:


a. Dapat melayani pelanggan / Calon pelanggan secara tepat dan cukup, untuk mencapai sasaran
Perusahaan.
b. Memudahkan Konstruksi, Instalasi, Pemeliharaan dan Operasional Jaringan Kabel.
c. Memudahkan pengontrolan konstruksi, Instalasi, Pemeliharaan dan Operasional Jaringan Kabel

7. DESAIN JARINGAN KABEL MELIPUTI:


a. RANCANGAN DASAR (BASIC DESIGN).
1) Hasil perhitungan Demand dengan dasar beberapa metoda.
2) Penentuan Batas area KP/DP, RK dan SENTRAL.
3) Pembundelan kabel dan penentuan Teknologi.
4) Penggambaran dan persetujuan.
b. RANCANGAN RINCI (DETAIL DESIGN).
1) Hasil survey rinci / detail, pengukuran dan konstruksi.
2) Penggambaran detail dan konstruksi.
3) Volume dan budget.
4) Penjadualan dan Recana kerja.

8. PERSYARATAN UMUM DESAIN.


a. Harus dapat mencakup keseluruhan Demand yang ada
b. Harus Efektif dan Efisien.
c. Menghindari kerugian investasi akibat pemanfaatan teknologi yang tidak tepat.
d. Mempunyai sifat mudah untuk dikembangkan.
e. Mempunyai kwalitas tinggi.

GARIS BESAR PEMBUATAN DESAIN JARINGAN KABEL


1. KATEGORI DESAIN JARINGAN KABEL.
a. DESAIN KABEL :
1) Peramalan Kebutuhan ( DEMAND).
2) Maksimum Kerugian Transmisi dan sinyal.
3) Desain Jaringan Kabel Primer dan Sekunder.
b. DESAIN STRUKTUR.
1) Desain struktur kabel, kabel tanah, kabel udara, Tiang temberang dsb.
2) Desain Jaringan Sipil, Duct, Manhole. dsb.

2. PERIODE DESAIN JARINGAN KABEL LOKAL.


a. Periode desain jaringan kabel perlu ditetapkan agar :
1) Kebutuhan Pelanggan dapat terkontrol.
2) Penambahan atau pembangunan Jaringan Kabel dapat dilakukan secara dini.

b. Periode desain yang diterapkan di PT.TELKOM adalah :


1) Peramalan Demand dibuat untuk periode 5, 10, 15, dan 20 tahun.
2) Pembangunan Kabel Sekunder untuk 15 - 20 Tahun.
3) Pembangunan Kabel Primer untuk 5 Tahun.
4) Pembangunan Kabel Duct/ Sipil untuk 20 Tahun.
5) Pembangunan Gedung Sentral untuk 20 Tahun.

3. STRUKTUR DESAIN JARINGAN KABEL


a. KABEL PRIMER.
1) Kabel Tanah.
2) Kabel Duct (Lengkap Konstruksi sipil duct sistim dan Manhole, Chamber, Rack dsb).
b. KABEL SEKUNDER.
1) Kabel Tanah Tanam Langsung.
2) Kabel Udara lengkap konstruksi.

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


PERAMALAN KEBUTUHAN (DEMAND).

1. Peramalan
Perkiraan tentang sesuatu yang akan terjadi pada waktu yang akan datang yang didasarkan pada
data yang ada pada waktu sekarang dan waktu lampau (historical data)
Tujuan Peramalan
Memberikan informasi dasar yang diperlukan untuk perencanaan
Perencanaan
1. Langkah pertama proses managemen, untuk mengarahkan suatu potensi atau suatu kelompok
orang dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan / sasaran yang telah ditetapkan secara
efektif dan effisien.
2. Tindakan pemilihan fakta dan usaha menghubungkannya serta pembuatan dan penggunaan
asumsi-asumsi mengenai waktu yang akan datang, dalam hal menggambarkan serta
memformulasikan sktifitas-aktifitas yang diusulkan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil
yang diinginkan.

2. Faktor yang mempengaruhi permintaan satuan sambungan telepon


a. Ekonomi
b. Kependudukan
c. Aktifitas Kawasan.
d. Internal Perusahaan.
3. Kegunaan Peramalan.
- Sebagai suatu cara untuk mengestimasikan keadaan dimasa yang akan datang.
- Penyusunan langkah-langkah dalam mengerjakan proyek.
- Untuk menentukan jangka perencanaan / umur hasil pembangunan.
4. Lingkup Pekerjaan Peramalan
a. Pengumpulan Data
- Data harus objektif - Data harus baru (up to date).
- Data harus bisa mewakili - Data harus relevan
- Kesalahan baku harus kecil.
Sumber Data : dari internal dan external.
b. Analisa Data.
- Data dipilih dan dianalisa.
- Membandingkan secara logis.
- Konfirmasi kondisi lapangan.
Hal penting untuk melakukan peramalan : Trend kebutuhan sekarang dan masa lalu, kondisi
ekonomi dan sosial dan karakteristik metode peramalan.
c. Perhitungan Peramalan
Perhitungan peramalan menggunakan dua metode pendekatan :
1) Metode Peramalan Makro
- Deret Berkala (Time Series)
- Regressi
- Perbandingan
2) Metode Peramalan Mikro
- Pendekatan dari faktor penetrasi
- Pendekatan dari sisi jumlah bangunan/fisik
- Pendekatan dari jenis aktivitas
5. Metode Pendekaran Secara Makro
a. Metode Time Series ( Deret Berkala)
Pola data trend dibedakan atas beberapa pola yaitu :
¨ Trend Linier / Least-square
¨ Trend Kuadratis
¨ Trend eksponensial
¨ Kurva logistik (kurva pearl-reed)
¨ Kurva Gompertz

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


¨ Trend Linier
Penggunaan cara ini apabila tingkat kenaikan /penurunan kebutuhan telepon pada tahun-
tahun yang akan datang diperkirakan konstan atau hampir sama dengan tingkat
perkembangan /penurunan pada tahun-tahun sebelumnya.

Bentuk umum persamaan trend linier :


Y’ = a + b X
Y’ = Variabel yang akan diramal (var. tak bebas)
X = Variabel bebas berupa periode waktu
a&b = Konstanta
Untuk mencari nilai konstanta a & b dapat digunakan
persamaan sebagai berikut :
Untuk Least Square dibuat å X = 0

¨ Trend Kuadratik
Y’ = a +bX + c X2
Untuk mencari nilai konstanta a, b dan c
menggunakan persamaan sebagai berikut :
an + b å X + c å X2= å Y
a å X + b å X2+ c å X3 = å XY
a å X2+ b å X3+ c å X4 = å X2Y
dimana : Y = Data yang akan diramalkan
X = Periode waktu ( untuk n ganjil : -x,-1,0,1,x dan n genap : -x,-3,-1,1,3,x )
n = Banyaknya waktu pengamatan .

¨ Trend Eksponensial
Trend eksponensial dipergunakan untuk
meramalkan pola data yang kenaikannya/
penurunannya sangat cepat (konstan secara
logaritmis).
Bentuk persamaan trend eksponensial ini adalah :
Y= a.bx
dimana a dan b adalah konstanta

¨ Kurva Logistik

K
Y’ =
1 + me-bt
dimana : m>0 , b>0
a =å Yi / n ; b = å Xi.Yi / å Xi

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


¨ Kurva Gompertz

Y’ = K - a . bX
dimana : a>0 , 1>b>0
a =å Yi / n ; b = å Xi.Yi / å Xi

Persamaan Linier dan Kwadratik Lebih


Cocok untuk peramalan Jangka Panjang,
sedangkan persamaan eksponential,
Gomperzt dan logistik untuk Peramalan
Jangka pendek.

b. Metode Regresi
¨ Faktor = hubungan sebab akibat dengan satu atau lebih variabel bebas
¨ Tujuan = Untuk mendapatkan bentuk hubungan antara variabel bebas dan variabel tak bebas
(variabel yang akan diramal).
Pada metode regresi ini terdapat dua trend regresi yaitu :
¨ Regresi Linier
- Sederhana
- Berganda
¨ Regresi non linier
- Sederhana
- Berganda

1) Pemeriksaan Koefisien Korelasi (r)


Peramalan dapat dijalankan jika terdapat korelasi antara variabel X dan Y.
Korelasi memenuhi syarat apabila koefisien korelasi r tidak sama dengan 0 (r # 0)
Jika r = 0 atau mendekati 0 maka hubungan variabel X dan Y sangat lemah atau tidak ada
hubungan sama sekali.
Jika r = mendekati +1 atau -1maka hubungan variabel X dan Y sangat kuat.
Jika r positif maka korelasi variabel X dan Y bersifat searah / berbanding lurus.
Jika r negatif maka korelasi X dan Y bersifat dua arah atau berbanding terbalik.

Rumus r adalah :

2) Regresi Linier
Penerapan garis regresi linier diterapkan melalui titik-titik koordinat diagram pencar
a) Sederhana (terdapat 1 var. bebas)
Y’ = a + b X
Y’ = Variabel tak bebas misal Jumlah permintaan telepon
X = Variabel bebas misal PDRB, Jumlah penduduk dll
a&b = Konstanta

b) Berganda (terdapat lebih dari 1 var. bebas)


Y’ = a + b X1 + cX2 + ...
Y’ = Variabel tak bebas misal Jumlah permintaan telepon
X1,X2,... = Variabel bebas misal PDRB, Jumlah penduduk, Tarif, dll
a,b & c = Konstanta

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


å Y = n.a + båX1 + cåX2 +…
åX1.Yi = aåX1 + båX1 + cåX1.X2 + …
2

åX2.Yi = aåX2 + båX1.X2 + cåX22 +…

Hubungan antara 2 Variable tersebut adalah digambarkan dengan titik X, Y sbb :


1). Hubungan Garis Positif. 2). Hubungan positip tersebar. 3). Hubungan Negatif.

4). Hubungan Kurva Positip 5) Hubungan Kurva negatif 6). Ada Hubungan Kurva.

7). Tidak ada Hubungan.

3) Regresi Non Linier


Jika kecenderungan pertumbuhan tidak linier, maka penerapan dengan cara regresi non linier
merupakan alternatif untuk menyelesaikan peramalan.
Persamaan umum adalah :
Y’ = a + bX + c X2
dimana : Y = Variabel tak bebas
X = Variabel bebas
a, b dan c = konstanta
Untuk mencari nilai konstanta a, b dan c digunakan persamaan
berikut : a.n + båX + cåX2 = å Y
aåX + båX2 + cåX3 = å X.Y
aåX2 + båX3 + cåX4 = åX2.Y
c. Metode Perbandingan
1) Metode Ekonomi Makro
¨ Faktor - faktor dominan yang diperhitungkan :
- Trend kepadatan penduduk.
- PDRB.
- Jumlah penduduk.
¨ Formula dasar sebagai berikut : Log Y = a + b log X
Y = Kepadatan telepon perseratus penduduk pada tahun yang diramalkan.
` X = PDRB perkapita.
a & b = Konstanta yang dicari.

2) Metode Hasil Study ECAFE/ESCAP


Seperti kita ketahui kenaikan demand telepon untuk daerah / kawasan yang berkesesuaian dan
tingkat ekonominya relatif sama adalah hampir sama sehingga data- data hasil penelitian
dibeberapa tempat dapat digunakan sebagai pembanding.

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


Maka sebagai dasar pertimbangan pengenalan formula ini adalah dari hasil study yang dilakukan
oleh ECAFE / ESCAP yang menentukan bahwa untuk negara- negara berkembang tiap US$
100,000 PBD dibutuhkan 4 satuan sambungan telepon.
Formula yang diperkenalkan adalah :
- Peramalan demand telepon dengan memperhitungkan diferensiasi tarif
- Peramalan demand telepon berdasarkan PDRB.

Gambar . 7 . Contoh hubunggan Kepadatan Telepon dan National income dari 58 negara.

Tabel 1. Pendapatan dibanding kepadatan.

6. METODE PENDEKATAN SECARA MIKRO


Peramalan dengan pendekatan mikro adalah peramalan permintaan satuan sambungan telepon yang
didasarkan atas data permintaan yang diperoleh dari hasil survey lapangan dengan
mempertimbangkan pertumbuhan permintaan pelanggan pada waktu yang akan datang berdasarkan
estimasi pertumbuhan ekonomi daerah-daerah dengan luas tertentu.
Pengelompokan langganan berdasarkan pada :
· Lokasi serta jumlah langganan yang ada
· Lokasi serta jumlah langganan yang mungkin ada :
- Sudah ada bangunan akan tetapi belum ada telepon
- Adanya pembangunan gedung-gedung baru
· Kenaikan jumlah telepon sehubungan dengan naiknya pendapatan penduduk dan atau
naiknya jumlah penduduk
· Peramalan kebutuhan telepon disini daerah pelayanan sentral dibagi dalam blok-blok yang
sama ( grid )

a. Langkah-langkah peramalam demand secara mikro


¨ Persiapan Survey
¨ Survey pengumpulan data
¨ Survey klasifikasi bangunan

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


¨ Survey Teknik
¨ Perhitungan faktor penetrasi
¨ Perhitungan pertumbuhan bangunan
¨ Perhitungan demand forecast untuk gedung bertingkat
¨ Perhitungan demand forecast untuk gedung perkantoran
¨ Perhitungan demand forecast untuk gedung kawasan industri
¨ Perhitungan demand forecast untuk klasifikasi bangunan lainnya
¨ Perhitungan demand forecast untuk seluruh daerah pelayanan STO
¨ Perbandingan hasil peramalan demand makro dan mikro
¨ Persiapan Survey
a). Tentukan grid
Ukuran grid : menurut CCITT 250 mx250 m s/d 500 mx500 m
PT.Telkom --> DKI : 510 m x 510 m
--> Non DKI : 500 m x 500 m
Upayakan garis grid berimpit dengan garis batas administrasi pemerintahan (untuk
mempermudah pengumpulan data)
Grid sampling untuk menghitung FP(t=0) diambil 15% s/d 20% jumlah total grid efektif
secara acak terpilih.

b). Buat klassifikasi bangunan


Klassifikasi harus dapat mengakomodir semua jenis bangunan yang terdapat didaerah yang
akan diramal
Perbedaan antara satu klassifikasi dengan klassifikasi lainnya harus jelas (untuk memudahkan
surveyor)
c). Buat kuesioner
Kuesioner merupakan suatu daftar pertanyaan untuk menggali informasi dari kastamer. Disini
informasi yang diharapkan akan diperoleh adalah :
> Tingkat kebutuhan publik (baik yang sudah mempunyai satuan sambungan existing maupun
belum)
> Tingkat kemampuan ekonomi publik dalam membeli produk yang ditawarkan
d). Estimasi tingkat pertumbuhan ekonomi untuk tahun peramalan
e). Siapkan data klem KP dan daftar tunggu (Untuk kemudahan dalam mengetahui data pelanggan
existing)
Demand = Faktor Penetrasi x Jumlah Bangunan
¨ Survey Lapangan / Map Survey
Informasi yang diperlukan untuk Map Survey adalah :
· Letak dan batas daerah pelayanan sentral
· Letak dan batas daerah pelayanan RK
· Jumlah bangunan untuk masing-masing jenis klassifikasi
· Jumlah permintaan satuan sambungan tiap bangunan
· Pencocokan peta dengan kondisi saat ini
· Pengenalan situasi lapangan
· Lokasi bangunan penting
· Rencana mengenai
- Pengembangan daerah baru
- Pembangunan gedung/area perumahan perindustrian, pertokoan,dll.

¨ Survey Klasifikasi Bangunan


· Klasifikasi bangunan bukan pemukiman
· Klasifikasi pemukiman biasa
· Klasifikasi bangunan apartemen
· Klasifikasi perkantoran dan perdagangan swasta
· Klasifikasi perdagangan / agen biro jasa
· Klasifikasi Perindustrian
· Klasifikasi perkantoran pemerintah, dll.

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


Penentuan Faktor Penetrasi
Faktor Penetrasi (FP) adalah nilai yang menunjukkan jumlah kebutuhan satuan sambungan telepon
untuk satu bangunan.

a) Keadaan saat ini (t=0)


Dari hasil survey lapangan untuk sample grid sebanyak ± 20% hitung :
 jumlah kebutuhan satuan sambungan telepon pada setiap klassifikasi bangunan (existing +
daftar tunggu + suppressed demand) untuk tiap grid sample
 jumlah bangunan untuk tiap klassifikasi pada setiap grid sample
 hitung FP(t=0) untuk tiap jenis klassifikasi bangunan setiap grid sample.

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


b) Keadaan 5,10,15 tahun mendatang ( FP Future )
Untuk daerah pertumbuhan sst-nya normal --> linier
Rumus yang digunakan untuk mencari FP Future adalah :
FP(t) = FP(0) {1 + t.r}
dimana :
FP(t) = Faktor penetrasi ditahun ke-t
FP(0) = Faktor penetrasi saat ini
t = Rentang waktu peramalan
r = rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi (PDRB)

Untuk daerah yang pertumbuhan sst-nya pesat ---> Exponential


Rumusnya adalah :
FP(t) = FP(0) {1+r}t

Batasan :
Untuk pemilihan perhitungan FP Future (peramalan) perlu diperhatikan batasan- batasan
yang berlaku :
 FP future hasil perhitungan lebih kecil dari FPmaksimum, maka untuk perhitungan demand
selanjutnya digunakan FP hasil perhitungan (FP nya dapat diterima )
 FP future hasil perhitungan lebih besar dari FP maksimum, maka perhitungan
selanjutnya digunakan FP maksimum

Perhitungan Jumlah Bangunan


a) Pertumbuhan Bangunan Perumahan
Pertumbuhan disini ada dua jenis, yaitu :
- Rumah baru
- Renovasi (sehingga klasifikasinya bergeser)
Jumlah Rumah(t) = Jumlah penduduk (t) / HouseHold (t).
b) Pertumbuhan Bangunan Kantor / Industri kecil.
c) Pertumbuhan Bangunan lainnya.
Untuk bangunan besar seperti Industri, perumahan, Plaza, Hotel atau grup grup usaha dilakukan
dengan wawancara atau penyelidikan langsung.
Perhitungan Kebutuhan Telepon Untuk Gedung Bertingkat
a) Gedung bertingkat existing :
Luas gedung = Luas lantai X jumlah lantai X 0,7
(0,7 adalah faktor untuk luas efektif bangunan )
Kebutuhan telepon awal diperoleh dari hasil wawancara langsung
b) Gedung yang mau / baru dibangun :
Untuk gedung yang diketahui luas lahannya,
Luas gedung = Luas lahan x 0,6 x jumlah lantai x 0,7

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


Perhitungan demand secara mikro
Setelah diramalkan faktor penetrasi dan jumlah bangunan untuk tiap klassifikasi per grid setiap
tahun peramalan ( 0, 5, 10,15 dan 20 tahun), maka dihitung Demand tiap grid

Demand(t) = faktor penetrasi(t) x jumlah bangunan(t)


Demand total = Demand grid_1 + Demand grid_2 + … + Demand grid_n
Bandingkan hasil permalan mikro dengan makro
 Jika deviasi hasil peramalan demand mikro dan makro : < 15%, maka hasil mikrodapat
digunakan sebagai dasar pembuatan perencanaan jaringan kabel.
 Jika deviasi hasil peramalan demand mikro dan makro : > 15 % maka hasil peramalan harus
diperiksa ulang.
<< Metode Kriteria Dan Legenda Penggambaran (Gartek Kls1 / Lihat di bagian bawah modul ini) >>

RANCANGAN DASAR

PEMBUATAN RANCANGAN DASAR.

1. SISTIM JARINGAN KABEL


2. Penentuan Batas Daerah Pelayanan Sentral
a. Pelayanan Sentral Tunggal (Mono Exchange Area)
- Batas daerah administrasi kota, Penyebaran demand, Usahakan menggunakan batas alami
(jalan raya, sungai, rel kereta api), Syarat batas transmisi dan signal.
b. Pelayanan sentral jamak (Multi Exchange Area)
- Pengelompokkan demand dan konsentrasi demand, Segi geografis, Segi ekonomis, Syarat
batas transmisi dan signal

3. Penentuan Batas Daerah Pelayanan RK


a. Untuk Rencana Pembangunan Jaringan kabel telepon baru
- Hindari menyeberangi rel kereta api, jalan-jalan utama & sungai-2 besar
- Letak garis batas pelayanan

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


b. Untuk Rencana Perluasan Jaringan kabel telepon
- Pertimbangan diatas ditambah dengan pertimbangan batas daerah pelayanan RK lama dalam
daerah pelayanan sentral ybs.
- RK lama yang tidak cukup menampung demand.
4. Penentuan Lokasi Sentral
a. Untuk Sentral Telepon Tunggal (Mono Exchange)
b. Untuk Sentral Telepon Jamak (Multi Exchange)
c. Cara Penentuan lokasi teoritis sentral telepon.

Untuk menentukan lokasi teoritis Sentral Telepon langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1). Peta suatu daerah Sentral Telepon dibagi kedalam Grid-grid lengkap dengan jumlah
dimasing-masing grid telah dihitung sebagai hasil survey yang mana didasari pola demand.
2). Jumlah individu horizontal å H1, jumlah akumulatif horizontal, Akumulatif horizontal å H2,
jumlah individu vertikal å V1 dan jumlah akumulatif Vertikal å V2. Jumlah Total å H2 - å
V2.
3). Kemudian jumlah å H2 atau å V2 dibagi 2
4). Garis Pertemuan horizontal dan vertikal adalah Lokasi sentral secara teoritis.
Didalam kenyataan lokasi sentral secara teori harus diadakan pemeriksaan lagi, dengan
mempertimbangkan pada hal-hal Sbb:
- Tersedianya tanah kosong didalam daerah perkiraan.
- Harga Tanah.
- Peraturan Pemerintah setempat.

5. Penentuan Lokasi Rumah Kabel


a. Harus Memenuhi Persyaratan Ekonomis dan Teknis
b. Letak RK harus aman dari gangguan

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


6. Penentuan Lokasi/ plotting KP
a. Titik Pembagi Atas Tanah (TPAT)
- Di tengah daerah pelayanan TP
- Letak tiang TPAT tidak menghalangi dan membahayakan orang.
- Tersedia tempat petugas bekerja dengan tenang .
- Hindari yang tidak seimbang

b. Titik Pembagi Bawah Tanah (TPBT)


- Di tengah daerah pelayanan TP.
- Aman dari gangguan lalu-lintas kendaraan .
- Tidak merusak pemandangan.

PEMBUNDELAN KABEL DAN PENENTUAN RUTE KABEL


1. Prinsip Rancangan Konstruksi Jaringan Kabel
a. Struktur Jarkab Lokal
- Sistem RK.
- Sistem Catu Langsung.
b. Rangka Pembagi Utama
- Pemasangan RPU,.
- Kapasitas RPU.
- Cara terminasi pada RPU (Posisi kita menghadap RPU)
c. Cable Vault
- Dibuat pada gedung sentral . (Bebas Banjir)
- Berguna untuk menempatkan dan memasang rak kabel –
- Memudahkan pekerjaan menarik dan penyusunan kabel
d. Rak Kabel
- Dibuat dari konstruksi besi yang kuat .
- Pertimbangan dalam pemasangan dan penempatan rak kabel.
- Penambatan kabel pada rak-rak kabel dimulai - dari kiri ke kanan
e. Pekerjaan Sipil
1). Sistem duct
* Penggunaan.
* Tipenya .
* Ukuran. Æ dalam pipa PVC = 10 mm dan tebal dinding = 2 mm (Ö 4 mm)
Untuk semi duct, Æ dalam pipa PVC = 10 mm dan tebal dinding = 5,5 mm
* Jarak duct antar MH 200 m, dan rute tikungan £ 100 m
Perhatikan saat memilih rute duct yang akan dipasang pada jalan
* Jarak terdekat, tidak atau sedikit terdapat fasilitas/ saluran umum lainnya.
• Lebar dan tidak mengakibatkan hambatan serius selama pelaksanaan konstruksi
* Penentuan jumlah pipa duct
• Jumlah pipa duct : pipa duct pada rute itu sendiri, cadangan & bagian cable entrance
• Rumus untuk menentukan jumlah pipa duct :
Jp = ( 1,5 x N ) + T + J + R , dimana N = a + b + c
a = Penarikan kabel primer ke-1 (5 tahun)
b = Penarikan kabel primer ke-2 (10 tahun)
(Demand 20 thn-d)
c = ---------------------------------
K
d = Jumlah pair kabel primer s.d. penarikan ke-2 (10 tahun)
1,5 = Faktor keamanan untuk fluktuasi demand
R = Jumlah pipa cadangan (ditentukan sesuai dengan tabel)
K = Kapasitas kabel primer maksimum yang akan ditarik
T = Jumlah kabel Trunk
J = Jumlah kabel Junction

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


• Tabel Jumlah Pipa cadangan
Jumlah pipa duct Jumlah pipa cadangan
1 - 15 bh 1 bh
16 - 30 bh 2 bh
31 - 45 bh 3 bh
³ 46 bh 4 bh
• Jumlah Pipa duct pada bagian cable entrance.
Jumlah ³ 48 pipa. Jumlah yg melebihi minimum dihitung menurut kasus per kasus.
Persyaratan minimum ini tidak berlaku bagi sentral telepon gerak.
• Pengaturan dan Pemasangan pipa duct
Lihat spesifikasi P.T. TELKOM (dulu spesifikasi PERUMTEL No. CL-3004)
• Penentuan Lokasi Rute Duct.
• Kedalaman Rute Duct.
Daerah Jakarta, di pinggir jalan = 1,1 m (permukaan tanah s.d. bagian atas duct) dan di
jalan = 1,3 m. Di luar Jakarta, di pinggir jalan = 0,8 m dan di jalan = 1,0 m
2). Man hole
MH dibuat besar untuk tempat sambungan kabel, repeater, loading coil dan leluasa untuk 2
orang petugas bekerja.Tipe MH & ukurannya, lihat spek. P.T. TELKOM (dulu spesifikasi
PERUMTEL No.MH-2001)
3). Handhole
Saat ini ada 2 tipe hand hole yang digunakan.

2. Pembundelan Jaringan Kabel dan Penentuan Rute


a. Kabel Primer
* Jumlah kebutuhan kabel (3 - 7 tahun)
* Jumlah pairs tiap-tiap daerah pelayanan RK (3 - 7 tahun)
* Pengelompokkan dari unit-unit kabel (menurut Æ urat)
* Pasangan kabel (sesuai dengan nomor dari unit kabel).
Gunakan kabel berkapasitas besar (pertimbangan ekonomis dan penghematan pakai duct)
* Kabel yang digunakan
* Jenis kabel ( kabel jelly tanpa perisai STEL K-008/SII-06020-82 untuk duct dan kabel jelly
berperisai STEL K-007/SII-0617-82 untuk direct buried)
* Kapasitas kabel (STEL K-008 dan Kabel Foam skin Jelly Non Armoured STEL59 / POSTEL/88
untuk duct, sedangkan STEL K-007 dan Kabel Foam skin Jelly Armoured STEL 69/POSTEL/89
untuk direct buried)
b. Kabel Sekunder
- Jumlah Kebutuhan Kabel
- Daerah distribusi .
- Unit per daerah distribusi.
- Pasangan kabel
- Kabel cadangan.
- Kabel yang digunakan (STEL K-007 untuk direct buried dan STEL K-001 untuk tempat- tempat
yang masih banyak mengalami perubahan).
- Kapasitas kabel (STEL K-007 dan STEL K-001).
3. Penentuan Diameter Urat Kabel
a. Parameter Elektris
Dua parameter elektris yang menentukan pilihan Æ urat kabel :
* Transmission loss (dinyatakan dalam Reference Equivalent dari sistem Jarlok)
* Syarat batas sinyal dari sistem switching (dinyatakan dalam DC Loop resistance)
b. Persyaratan Transmisi dan Sinyal
* Transmisi Sending Corrected Reference Equivalent (SCRE) = 11,30 dB
Receiving Corrected Reference Equivalent (RCRE)= 2,00 dB
* Sinyal
Tipe switching R Jerat maksimum (W)EMD 1500 PRX 205 1800 MCX 1700 Digital 2000

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


c. Panjang Maksimum Saluran
Panjang maksimum saluran ditentukan oleh SCRE yakni sebesar 10,5 dB.
Perencanaan jarkab lokal telepon tidak boleh melampaui 10,5 dB
Tabel Syarat Transmisi dan sinyal.
Æ urat Jenis kabel Redaman saluran max. pada Pjng max. sal R.Loop
(mm) Primer/ Sekunder 800 Hz (dB/ Km) (Km) (Ohm)

0,4 P/S 3,45 3,0 300


0,6 P/S 1,82 5,7 130
0,8 P/S 1,28 8,2 73

PERSYARATAN PEMASANGAN JARINGAN KABEL.


1. SAMBUNGAN KABEL.
a. JENIS SELONGSONG.
1). Sambungan Mekanik : - Untuk Cable duct baik kering, jeli maupun dengan tekanan gas.
- Penempatan lebih berhati-hati dan ditempatkan pada
Manhole /HH.
2). Sambungan Panas : - Untuk kabel tanah tanam langsung.
Kerut - Lebih mudah dilakukan dengan peralatan yang lebih sederhana.
b. JENIS CONNECTOR : -TYPE : Be Wire connector.
Multi wire connector.
- BAHAN PENGISI :-Tanpa bahan pengisi (tidak disarankan ).
- Menggunakkan bahan pengisi jeli (disa -
rankan digunakan).
- DIAMETER URAT : - Diameter urat kabel diisyaratkan sama
besarnya (homogen).

2. STANDART KABEL METALIC.


a. KABEL DUCT.
Diameter 0,4 Kaps : 200 s/d 2400
0,6 Kaps : 300 s/d 1400
0,8 Kaps : 300 s/d 800
b. KABEL TANAM LANGSUNG.
Diameter 0,4 Kaps : 100 s/d 2400
0,6 Kaps : 100 s/d 1400
0,8 Kaps : 100 s/d 800
c. KABEL UDARA
Diameter 0,6 Kaps : 10 s/d 120
0,8 Kaps : 10 s/d 120
1,0 Kaps : 10 s/d 120

d. BAHAN PENGSISI SELONGSONG


1). Dengan bahan pengisi.(Jeli, Olie dan Gas ).
2). Tanpa bahan pengisi .

3. RUMAH KABEL.
SPESIFIKASI TELKOM STEL-L-005 /R.1.A, B, C, D
a. Fungsi RK : - Menyambung Kabel Primer dan Kabel Sekunder.
- Berfungsi sebagai titik pengetesan
b. Persyaratan Rumah Kabel.
1). Mudah dipasang.
2). Bisa ditingkatkan pada kapasitas tertentu.
3). Mempunyai dimensi (ukuran) yang relatif kecil.
@. &@%!% >>> PNA -- KTSP
4). Kuat terhadap kerusakan mekanik.
5). Tahan Terhadap Cuaca.
6). Dapat dikunci.
c. KAPASITAS RK.
1). Untuk Demand 10 s/d 20 Tahun.
2). Kapasitas 2400 pasang (pair).
P : 800 s/d 1000 pair .( maksimum 1000 ss).
S : 1200 s/d 1400 pair
3). Kapasitas 1600 pasang (pair).
P : 300 s/d 600 pair . (maksimum 600 ss).
S : 500 s/d 800.pair.
4). Kapasitas 800 pasang (pair).
P : 300 pair (maksimum).
S : 400 pair
d. TERMINAL BLOK DAN KABEL EKOR
1) Kapasitas 100 pasang.
2) Dengan Tail cable atau tanpa tail kabel.
3) Jenis : Tekan Sisip, solder, slotted/plintir dsb.
e. TAIL CABLE.
1). Untuk kerapian Terminal Blok RK.
2). Kapasitas setiap Tail Kabel minimal 100 Pair.
3). Penyambungan Kabel dilakukan di Hand Hole.

4. KOTAK PEMBAGI (KP).


a. Titik Pembagi Atas Tanah (TPAT).
1). Lokasi :
* Demand masih mengalami perubahan.
* Daerah tidak cocok / tidak memungkinkan dipasang kabelDistribusi bawah tanah.
2). Jenis TPAT :
* KP (Kotak Pembagi).
* Dipasasng pada tiang telepon 7 meter.
* Cara Pemasangan agar berpedoman pada PPJT PT.TELKOM 2000
* T.P (Tiang Pembagi).
* Terminal Blok dipasang pada tiang .
* Terlihat lebih rapi.
3). Peralatan TPAT.
a). KP kapasitas 10 (maksimum terisi 8ss) dan 20 (maksiumum terisi 16 ss sesuai STEL-L-
004.
b). TP kapasitas 10 dan 20 sesuai STEL-L-006.
c). Tiang Telepon panjang 7 m harus sesuai spesifikasi TELKOM STEL -L-003.

b. Titik Pembagi Bawah Tanah (TPBT).


1) Lokasi
a). Daerah Permanen.
b). Daerah yang mensyaratkan kerapian lingkungan.
c). Daerah-daerah yang letaknya tinggi dan bebas banjir.
2) Jenis TPBT (Cara Pemasangan sesuai dengan PPJT.06/1995.
a). Terminal Post (Tabung Pembagi).
b). Titik Pembagi dalam Handhole.
3) Kapasitas.
Kapasitas 10 pasang maksimum terisi 8 ss.
Kapasitas 20 pasang maksimum terisi 16 ss.

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


5. JARINGAN DISTRIBUSI.
Saluran yang menghubungkan dari Titik Pembagi (Kotak Pembagi) ke Pelanggan.
a. Saluran Penanggal.
1). Atas Tanah..
Cara Pemasangan sesuai Buku Pedoman Pemasangan Jaringan Telekomukasi PPJT.06/ 1995
2). Bawah Tanah.
Cara Pemasangan sesuai Buku Pedoman Pemasangan Jaringan Telekomunikasi PPJT.07/1995
b. Pesawat Telepon.
Yang penting didalam pesawat telepon adalah kemampuan transmisi dan mengirim sinyal dalam
hubungannya dengan alokasi dari reference equivalent dalam jaringan telepon lokal.
c. Peralatan Terminal diluar pesawat telepon.

6. PERANGKAT PENGGANDA SALURAN.


Tujuannya adalah untuk menggandakan saluran / kabel karena kapasitas kabel tidak cukup sedangkan
kapasitas sentralnya masih tersedia.
Aspek yang mempengaruhi penentuan perlunya pengganda saluran.
a . Aspek ekonomis.
b. Aspek perencanaan.
c. Aspek teknis jaringan yang digunakan :
- Kwalitas jaringan harus baik yang ditentukan : Redaman transmisi, Nilai Cross talk.
- Jaringan kabel dianjurkan berdiameter homogen.

7. PERTIMBANGAN KONFIGURASI JARINGAN.


Konfigurasi Jaringan dibagi 2 : Konfigurasi Primer dan Konfigurasi Sekunder.
a. Syarat-syarat konfigurasi Jaringan kabel Lokal
1). Pertimbangan Teknis : Syarat batas transmisi dan sinyal.
Pengelompokan urat yang teratur dan kompak.
Alokasi pasangan secara berurutan.
2). Pertimbangan Ekonomis.
3). Pertimbangan Administratif :.
b. Pertimbangan konfigurasi Jaringan .
1). Jaringan kabel primer.
Jaringan kabel primer berhubungan dengan alokasi nomor pasangan (pair), penomoran rute
duct dan manhole yang secara skematik dapat digambarkan sebagai berikut :

a). Gambar.11. Alokasi nomor pasangan (pair).

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


@. &@%!% >>> PNA -- KTSP
c. Jangka waktu perencanaan jaringan kabel.
Tabel.5. Jangka Waktu Pranjarkab.

PEMBUATAN LAPORAN RANCANGAN DASAR

1. MAKSUD DAN TUJUAN.


Maksud Laporan Rancangan Dasar secara garis besar mengandung pokok – pokok rancangan dari
Jaringan Kabel Lokal.
Dengan tujuan disusun sebagai bentuk Laporan Rancangan Dasar.
2. SUSUNAN LAPORAN.
a. Hasil Peramalan Demand.
1). Hasil Perhitungan Demand 5, 10, 15 dan 20 Tahun.
2). Gambar Demand terdiri : Peta Dasar Demand dan Peta Lokasi Demand per Grid.

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


b. Dasar dan data - data Rancangan Dasar.
1). Dasar : Pedoman Perencanaan Jaringan Kabel Lokal.
Fundamental Technical Plan 1996.
2). Data-data:
- Daftar Langganan dan daftar calon pelanggan.
- Data Jaringan Kabel dan pemeliharaannya.
Catatan : Jaringan yang sudah berumur lebih 15 Tahun kondisi jelek dengan tidak
memenuhi spesifikasi harus diperhitngkan untuk diganti.
- Master Plan area PT.TELKOM.
- Tata kota.
- Data Statistik (Penduduk, ekonomi, dan PDRB dsb ).
c. Persyaratan teknik yang digunakan.
d. Gambar Basic Design.
1). Peta Dasar (Skala 1 : 5000 ) dengan Grid 100 mm x 100 mm (500 m x 500 m ) lengkap
dengan Jumlah Demand STO, Per Rumah Kabel.
2). Skema kabel Primer.
3). Skema Kabel Duct.
4). Skema Kabel Sekunder.
5). Lay out MDF.

3. LINGKUP PEKERJAAN PEMBUATAN GAMBAR.


a. Peta Umum/ Dasar. Skala 1 : 5000 dilengkapi grid 100 mm x 100 mm Yang memuat :
1) Gambar kota/ lokasi, nama dan rencana jalan, gedung/tempat yang penting, sungai
dan jalan / rel KA.
2). Letak sentral baru dan/ atau lama.
3). Batas sentral baru dan/ atau lama.
4). Letak dan batas daerah pelayanan Rumah Kabel (RK) baru dan / atau lama.
5). Ramalan kebutuhan sambungan telepon (demand) setiap daerah pelayanan RK.
6). Besarnya Redaman (attenuation) dan Tahanan Jerat (Loop Resistance) dari tempat-
tempat didaerah pelayanan RK yang letaknya terjauh dari sentral .
b. Peta Skema Duct.
Peta Skema duct dibuat tanpa skala yang memuat antara lain adalah :
1). Rencana rute duct baru dan rute duct lama yang berkaitan dengan rencana duct
baru baik untuk kabel primer maupun kabel junction.
2). Jumlah Pipa dan jarak antara MH/HH.
3). Letak dan Jarak Pemasangan perangkat transmisi yang dipasang pada jaringan
kabel Lokal.
4) Letak Rumah Kabel.
5) Posisi Rute duct dijalan yang ditunjukkan oleh cara penulisan nama jalan.

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


c. Skema Kabel Primer.
Skema kabel Primer Memuat.
1). Gambar rencana kabel primer (setiap rute kabel Primer dari RPU sampai dengan RK harus
digambar).
2). Kapasitas dan diameter urat kabel termasuk cadangan kabel.
3). Nomor kabel primer dan MH/HH.
4). Tempat penyambungan kabel (Kabel yang melalui duct disesuaikan dengan lokasi MH/HH.
5). Jenis Kabel Primer : ( Kabel Duct dan Kabel Tanam Langsung).
6). Letak nomor dan kapasitas RK tersambung dengan kabel Primer P, nomor, jumlah pair
kabel Primer dan kabel sekunder yang tersambung pada RK tersebut.
7). Posisi rute kabel primer/ junction dijalan yang ditunjukkan oleh cara penulisan nama jalan.
8). Besarnya Redaman dan Tahanan Jerat dari TP/KP yang letaknya terjauh dalam daerah
pelayanan RK.
d. Skema Sistem Alarm Tekanan Gas.
1). Rencana kabel primer / junction (digambar untuk tiap rute kabel primer dari RPU sampai
Rumah kabel dan kabel junction).
2). Kapasitas dan diameter urat kabel termasuk urat kabel cadangan.
3). Nomor Kabel primer dan nomor MH / HH.
4). Tempat Penyambungan Kabel.
5). Jenis kabel :
Kabel Duct (Duct kabel).
6). Letak, nomor dan kapasitas RK, tersambung dengan kabel primer P nomor, jumlah
pasangan (pair) kabel primer dan kabel sekunder yang tersambung pada RK tersebut.
7). Posisi rute kabel primer dijalan yang ditunjukkan oleh cara penulisan nama jalan .
8). Letak dan jarak dari : GS (gas seal), CA (Contaktor alarm), TP (test point), FM (Flow
meter) GE (Gas entry), BP (By Pass Valve).
e. Gambar Penyusunan kabel Primer pada RPU (tanpa skala).
Gambar penyusunan kabel Primer pada RPU ini digambar pada kertas ukuran A1 yang
memuat:
1). Gambar RPU baru dan / atau lama lengkap dengan ukuran ukurannya (digambar dari 3
arah : samping, depan dan atas).
2). Jumlah Pipa yang ada pada cable entrance.
3). Jalan kabel primer / junction (cable run).
4). Terminasi kabel primer/junction pada terminal strip di RPU.
5). Nomor dan Kapasitas dari kabel primer / junction.
6). Nomor dari terminal strip.
7). Letak dari kompresor, Flow meter dan pipa saluran gas kering.
f. Lembar persetujuan ;
1). Buku Laporan Rancangan Dasar ini harus disetujui oleh penanggung jawab program dan
mendapat persetujuan managemen, termasuk gambar-gambar.
2). Setelah mendapatkan persetujuan baru dapat dilanjutkan menjadi Rancangan Rinci atau
Detail Desain.

PEMBUATAN RANCANGAN RINCI

1. DASAR RANCANGAN.
Dasar Rancangan pembuatan rancangan jaringan kabel telepon dilaksanakan berpedoman kepada
Rancangan Dasar yang telah disetujui oleh manajemen. Sehingga pembuatan Rancangan rinci adalah
penjabaran Rancangan dasar yang dibuat secermat mungkin, apabila perlu pada saat pembuatan
rancangan ini selalu mencari informasi dari PEMDA setempat agar arah pembangunan tidak banyak
berubah.

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


2. LINGKUP PEKERJAAN .
a. SURVEY LAPANGAN .
1). Pemilihan dan Penentuan tempat (alamat) yang tepat untuk :
a). Rumah Kabel (Penempatan yang aman untuk perangkat dan pekerja, disarankan pada
tikungan minimal jarak 30 m dari sudut.
b). Titik Pembagi (penempatan yang aman untuk perangkat / tiang dan pekerja, disarankan
diletakkan di antara 2 (dua) rumah / jarak terpendek.
c). Rute Kabel Primer dan Sekunder berdasarkan rencana distribusi dn konfigurasi jaringan
kabel, aman terhadap tegangan listrik dihindarkan satu rute, kalau satu rute jarak untuk
tegangan 20 Kv adalah minimal 1 m, dicari galian yang termurah.
d). Peralatan SATG (GE, GC, CA, TP).
e). Rute Duct kabel dengan pertimbangan sebagai berikut:
- Faktor keamanan umum (lalulintas dan lain-lain).
- Sedapat mungkin tidak berada satu sisi jalan dengan rute PLN dan instalasi lain yang
membahayakan
- Galian yang lebih murah dan mudah .
- Menghindari tikungan yang terlalu tajam.
- Menghindari lintasan penyeberangan jalan dan sungai yang sulit sehingga biayanya
mahal.
f). Letak dan rute MH/HH dengan pertimbangan sebagi berikut:
- Faktor Keamanan (Lalu lintas dsb).
- Faktor kelancaran kerja/ pelaksanaan pembangunan
- Jarak antara MH/HH maksimum 200 m.
- Perkiraan pelebaran jalan.
- Perluasan rute duct dikemudian hari.
2). Pemilihan dan Penentuan tempat (alamat) yang tepat untuk :
a). Rumah Kabel.
b). Titik Pembagi (Kotak Pembagi, Tiang Pembagi, tabung pembagi, titik pembagi dalam
Handhole, RPU di gedung-gedung dll.
c). Tiang Telepon (7m, 8m, 9m ).

b. KONSTRUKSI.
1). Pengukuran :
Adalah mengukur semua jarak yang menyangkut.
a). Panjang kabel yang digunakan menurut jenis dan diameter uratnya.
b). Jenis Galian yang dilalui oleh rencana rute kabel tersebut.
c). Rute Duct Kabel dengan catatan bahwa pengukuran sedapat mungkin dilakukan berulang
kali untuk mendapatkan rancangan yang paling baik lengkap dengan levelling ketinggian
rute.
2). Menghitung peralatan yang diperlukan.
a). Kabel dan alat bantunya.
b). RK dan TP beserta alat bantunya.
c). Sistim Alarm dengan tekanan gas.
3). Pemilihan Kapasitas, Jenis dan diameter kabelnya.
a). Pemilihan Kapasitas kabelnya berdasarkan : Pengelompokan Catuan, Konfigurasi jarkab,
kemampuan produksi jaringan kabel.
b). Jenis Kabel ditentukan oleh penggunaannya.
- Malalui duct : menggunakan kabel duct (duct kabel).
- Ditanam langsung : menggunakan kabel tanam langsung.
- Dipasang didalam rumah : menggunakan kabel rumah / kabel PVC (indoor cable).
c). Diameter Urat Kabel.
Menghitung ukuran diammeter urat kabel yang akan dipergunakan harus berpedoman
pada:
- Syarat batas transmisi dan sinyal dari sistim jaringan lokal.
- Diameter urat kabel untuk kabel primer dan sekunder harus sama (homogen).

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


3. PENYUSUNAN / PEMBUATAN GAMBAR RANCANGAN RINCI.
a. Peta Dasar;
Skala peta 1: 5.000 dengan grid 100mmx100mm( 500mx500m digambar diatas kertas ukuran A0
paling banyak, yang memuat:
1). Gambar, nama dan rencana jalan, sungai dan rel kereta api.
2). Letak sentral baru dan atau lama.
3). Batas daerah pelayanan sentral baru dan/ atau lama.
4). Letak dan Batas pelayanan RK baru dan/ atau lama.
5). Letak Titik Pembagi baru dan atau / lama.
6). Rencana rute kabel primer dari sentral (RPU) ke RK-RK.
7). Ramalan kebutuhan sambungan telepon untuk tiap daerah pelayanan RK (periode 0, 5, 10 dan
15 Tahun).
b. Skema Duct (Tanpa Skala).
Digambar pada kertas ukuran A1 atau Ao yang memuat :
1). Rancangan rute duct untuk junction dan /atau primer.
2). Jumlah Pipa dan jarak MH/HH.
3). Nomor rute duct, type dan nomor MH/HH.
4). Letak dan jarak rencana pemasangan perangkat transmisi yang dipasang pada jaringan kabel.
5). Letak Kapasitas dan nomor RK.
6). Posisi rute duct disisi jalan raya yang ditunjukkan dengan cara penulisan nama jalan.
c. Skema Kabel Primer (Tanpa Skala).
Digambar diatas kertas berukuran A0 bila gambarnya besar, dan dapat juga digambar dikertas A1
pada gambarnya yang lebih kecil, gambar ini memuat.
1). Rencana kabel primer yang digambar untuk tiap rute kabel primer dari RPU sampai dengan
RK (Untuk DCL dari RPU sampai dengan terminal akhir).
2). Kapasitas dan diameter urat kabel termasuk urat kabel cadangan.
3). Nomor kabel primer dan nomor MH/HH.
4). Panjang tiap segmen kabel dan tempat penyambungan kabel.
5). Jenis Kabel : Kabel duct atau kabel tanam langsung.
6). Letak , nomor dan kapasitas RK, termasuk dengan kabel Primer P nomor, Jumlah pair kabel
primer dan sekunder yang tersambung pada RK tersebut.
7). Posisi rute kabel primer/junction disisi jalan yang ditunjukkan oleh cara penulisan nama jalan.
8). Besarnya redaman (attenuattion) dan tahanan jerat (Loop Resistance) untuk tempat-tempat
yang terjauh didalam tiap daerah pelayanan RK (diukur dari RPU ke RK dan RK ke TP).

d. Peta Alarm Tekanan Gas.


Digambar diatas kertas berukuran A0 yang memuat.
1). Rencana kabel Primer/ junction yang digambar untuk tiap rute kabel primer dari RPU sampai
dengan RK.
2). Kapasitas dan diameter urat kabel termasuk urat kabel cadangan.
3). Nomor kabel primer dan MH/HH.
4). Panjang tiap-tiap segmen kabel dan tempat penyambungan kabel (untuk sistem kabel duct
pada lokasi MH/HH).
5). Jenis Kabel : Kabel duct , Kabel tanam langsung.
6). Letak, nomor dan kapasitas RK, tersambung dengan kabel primer P nomor…… jumlah
pasangan (pair) kabel primer dan kabel sekunder yang diterminasikan pada kabel tersebut.
7). Posisi rute kabel primer pada sisi jalan yang ditunjukkan oleh cara penulisan nama jalan.
8). Letak dan jarak dari : GS, CA, TP, FM, GE, BP.

e. Peta Lokasi Kabel Primer Duct.


Digambar diatas kerta ukuran A1 menurut dengan skala 1:1000. Yang memuat :
Gambar rute kabel primer duct dan cukup digambar satu alur kabel saja pada sisi jalan yang akan
dilalui kabel primer tersebut, disertai keterangan:
1). Nomor, kapasitas dan diameter urat kabel dari tiap kabel primer yang melalui rute kabel
tersebut (disebutkan urat kabel yang mati bila ada).
2). Jarak alur kabel menurut jenis galian rute duct.

f. Peta Lokasi Kabel Tanam Langsung.


@. &@%!% >>> PNA -- KTSP
Digambar diatas kertas ukuran A1 menurut grid dengan skala 1:1000(500mmx500mm). Bila
sistem jaringan kabel yang direncanakan menggunakan kabel primer tanam langsung, maka
gambar rute kabel primer tersebut dijadikan satu alur dengan gambar rute kabel sekunder,
termasuk kabel cadangan.. Gambar lokasi kabel tanam langsung yang memuat
1). Nomor, kapasitas dan diameter urat kabel (kabel primer dan kabel sekunder) yang melalui rute
kabel tersebut.
2). Jarak dari alur kabel menurut jenis galiannya.
3). Letak dan nomor RK.
4). Letak, nomor dan kapasitas TP.
5). Posisi rute alur kabel pada sisi jalan yang dilalui yang ditunjukkan oleh cara penulisan nama
jalan.

g. Peta Lokasi Kabel Sekunder .


Digambar diatas kertas ukuran A1 dengan skala 1: 1000 menurut grid yang memuat.
1). Gambar rencana kabel sekunder (cukup digambar satu rute alur kabel saja pada sisi jalan yang
dilalui rute kabel tersebut termasuk kabel cadangan dan pada rute kabel tersebut diberi catatan:
- Nomor, kapasitas dan diameter urat kabel dari tiap kabel sekunder yang melalui rute ter
sebut.
- Jarak dari alur kabel menurut jenis galiannnya.
2). Letak dan nomor RK.
3). Letak, nomor dan kapasitasTP.
4). Posisi rute alur kabel pada sisi jalan yang digambarkan dengan cara penulisan nama jalan.
h. Gambar penyusunan kabel primer pada RPU.
Digambar pada kertas A1 tanpa skala yang memuat:
1). Gambar RPU baru dan/ atau lama lengkap dengan ukuran-ukurannya digambar dari 3 arah :
Samping, depan dan atas).
2). Jumlah pipa yang ada pada cable entrance.
3). Jalan kabel primer/ junction (cable run).
4). Terminasi kabel primer / junction pada terminal strip di RPU.
5). Nomor dan kapasitas dari kabel dari kabel primer / junction.
6). Nomor dan terminal strip.
7). Letak dari kompresor, flow meter dan pipa saluran gas kering.

4. PENGHITUNGAN VOLUME.
a. UMUM.
Perhitungan volume material dan pekerjaan dilakukan setelah gambar rancangan
dasar (basic design) dan rancangan rinci (detail design) disetujui oleh pejabat yang
berwenang.
Perhitungan dilakukan berdasarkan gambar rancangan.
Hasil akhir dari proses perhitungan dimasukkan dalam model Plan unit.

b. PENGHITUNGAN VOLUME.
Perhitungan volume material maupun instalasi jaringan kabel lokal dibuat berdasarkan gambar -
gambar rancangan jaringan sebagai berikut :
1). Berdasarkan gambar skema kabel primer dapat dihitung material :
- Material Kabel primer.
- Alat sambung.
- Rumah Kabel lengkap dengan terminalnya.
2). Berdasarkan skema kabel sekunder dapat dihitung material :
- Material Kabel Sekunder.
- Alat Sambung .
- Kotak Pembagi lengkap dengan terminalnya.
- Tiang Telepon KP / Tiang rute beserta kelengkapannya
- Temberang sokong , tarik dan kelengkapannya.
- Sambungan pembagi atas / bawah tanah.
- Tanda rute tanda sambung.

3). Berdasarkan gambar skema duct dapat dihitung jumlah pipa, jarak dan type MH/HH.
4). Berdasarkan skema kabel primer dengan SATG dapat dihitung jumlah komponen SATG.
@. &@%!% >>> PNA -- KTSP
5). Berdasarkan lokasi kabel primer, sekunder dan duct dihitung jumlah galian dan komposinya,
6). Berdasarkan gambar konstruksi dihitung kebutuhan material untuk lintasan dengan konstruksi
yang diperlukan.
7). Berdasarkan gambar RPU, dihitung material rak yang diperlukan , terminal strip 100” untuk
MDF, perluasan MDF, Cable chamber dan cable vault dan pekerjaan lain yang berkaitan
dengan RPU.
8). Berdasarkna data kebutuhan material diturunkan volume pekerjaan untuk penggalian,
perbaikan kembali, penarikan kabel, pemasangan tiang dan kelengkapannya, pemasangan
temberang, RK , KP, sambungan pembagi atas/bawah tanah, pembuatan rangka pembagi
utama dan pekerjaan MDF lainnya, pemasangan / pembuatan duct kabel MH/HH dan
pekerjaan MDF lainnya, pemasangan/pembuatan duct kabel, MH/HH dan pekerjaan pekerjaan
sipil lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan pembangunan jarkab.

c. REKAPITULASI PERHITUNGAN VOLUME


1). Dari perhitungan -perhitungan tersebut diatas disusun rekapitulasi kebutuhan material
kabel dan kelengkapannya dan diisikan kedalam format plan unit.
2). Juga disusun rekapitulai untuk pekerjaan jasa instalasi menurut jenis pekerjaannya.

d. PROGRAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN.


Sebagai tahap akhir maka disusunlah Laporan Rancangan Jarkab, yang selanjutnya untuk
pembangunan disusunlah dokumen untuk penyusunan program sbb:
1). Laporan survey.
2). Penentuan keputusan spesifikasi yang diambil untuk desain , material dan pekerjaan.
3). Gambar Rancangan Rinci yang terdiri:
- Peta Dasar.
- Peta Skema kabel primer dan duct.
- Peta Lokasi kabel primer dan duct.
- Peta Skema kabel Sekunder
- Peta Lokasi kabel sekunder
- Lay out MDF
- Konstruksi Duct dan Jembatan.
4). Rencana kerja :
- Rencana Jadwal pelaksanaan.
- Rencana pemasukan material / bahan - bahan.
- Rencana peyerapan tenaga.
- Network planing.
Dsb.
Hal ini akan dibahas tersendiri didalam pelatihan pengawasan lapangan.

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


Gbr 1. Manajemen Konstruksi

Gbr 2. Keempat Pilar dari Manajemen Konstruksi

Gbr 3. Keterkaitan kualitas , Biaya, Waktu

Gbr 4. Putaran Aktifias Manajemen Konstruksi

Prosedur Managemen Proyek


secara lebih rinci adalah :

Langkah Pertama : Menyusun Rencana


1). Melengkapi dokumen konstruksi yang akan dikerjakan.
2). Membuat Rencana Kemajuan Proyek.
@. &@%!% >>> PNA -- KTSP
3). Membuat rencana kebutuhan dan penggunaan (tenaga kerja, material, anggaran, dll.)
4). Membuat rencana managemen kualitas.
5). Membuat rencana management keselamatan kerja.
6). Menyusun organisasi proyek dan penaggung jawab serta pembagian tugas masing-masing.

Langkah ke 2 : Pelaksanaan Konstruksi


1). Menetapkan Managemen Waktu ( Manajemen Kemajuan Proyek ).
2). Melaksanakan Manajemen kualitas.
3). Menerapkan Managemen Keselamatan Kerja.
4). Mengelola Dana ( Keungan ).
5). Mengatur penyediaan dan penggunaan tenaga kerja, material dan peralatan dan mesin.

Langkah ke 3 : Melakukan kontrol.


1). Pengumpulan dan penyusunan dokumen hasil kerja.
2). Pengontrolan dokumen hasil kerja dengan keadaan nyata di lapangan.
3). Pembuatan laporan konstruksi.
4). Melaksanakan perbaikan-perbaikan.
Cacatan : Dalam laporan hasil pekerjaan perlu dilampirkan gambar akhir pelaksanaan.

Makna Manajemen Perkembangan Proyek


Secara umum.
Merencanakan dan menangani seluruh kegiatan pelaksanaan proyek agar :
a. Berlangsung teratur.
b. Tepat waktu.
c. Kualitas sesuai.
d. Aman.
e. Ekonomis.
Dari Sudut Pemberi Tugas.
Pengolahan pelaksanaan proyek agar:
a. Tepat waktu.
b. Kualitas baik.
c. Aman. Rencana Kemajuan Proyek
Dari Sudut Kontraktor.
a. Tepat waktu.
b. Kualitas cukup.
c. Aman.
d. Ekonomis.

Rencana Kemajuan / Perkembangan Proyek

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


 Rencana Perkembangan Proyek bertujuan untuk menjamin bahwa seluruh pekerjaan akan tepat
waktu.
 Didalam setiap proses terkandung kualitas konstruksi dan memerlukan material, tenaga, biaya dan
lainnya. Hasil akhirnya sangat tergantung kepada kecermatan

Rencana Perkembangan Proyek yang dibuat.


 Isi dari Rencana Perkembangan Proyek adalah :
1. Ketepatan antara pelaksanaan tiap bagian proyek.
2. Penetapan waktu pelaksanaan yang tepat yang diperlukan dalam tiap bagian proyek.
3. Kecermatan dalam menyusun rencana pelaksanaan.(lihat Prosedur Managemen Proyek
secara lebih rinci)
 Hal-hal yang diperlukan dalam menyusun Rencana Perkembangan Proyek :
1. Usahakan agar selama masa konstruksi (nantinya), tingkat kepentingan keempat faktor
manajemen tetap seimbang.
2. Aturlah agar setiap proses konstruksi tetap dalam jadwal yang tepat, sehingga seluruh
pekerjaan dapat diselesaikan dalam batas waktu yang telah ditetapkan.

Tabel Rencana Perkembang Proyek.


• Menyusun Rencana Kemajuan.
• Membuat Tabel Pelaksanaan bentuk grafik ( berbentuk kurva ).
• Sebaiknya digunakan 2(dua) macam tabel :
1. Tabel Rencana Kemajuan Dasar.
2. Tabel Rencana Kemajuan Rinci.
• Tabel Rencana Kemajuan Dasar hanya untuk mengelola proyek yang kecil dan sederhana
prosesnya.
Untuk mengelola proyek yang berskala cukup besar, tidak mungkin hanya menggunakan Tabel
Rencana Kemajuan Dasar.
• Dalam pengelolaan proyek yang sebenarnya, lebih sering dipakai Tabel Rencana Kemajuan Rinci
yang terdiri dari 3 (tiga) macam bentuk, yaitu :
1. Diagram Jaringan Kerja ( Network Planning ).
2. Diagram Batang ( Bar Chart ).
3. Diagram Grafik ( Kurva S )
• Yang perlu diperhatikan.
Pada macam tabel apapun, yang penting kita akan mudah memonitor jalannya proyek, yaitu
dengan membandingkan antara rencana yang dibuat dengan kemajuan sebenarnya yang dicapai
dalam pelaksanaan.

Diagram Jaringan Kerja ( Network Planning ).


• Manajemen Proyek dengan diagram grafik hanya efektif untuk konstruksi yang tidak terlalu besar
dan rumit.
• Untuk konstruksi yang besar tidak memadai.
• Diagram jaringan kerja suatu metode ilmiah dikembangkan untuk melengkapi metode Bar Chart
dan Diagram grafik.

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


@. &@%!% >>> PNA -- KTSP
Diagram Batang ( Bar Chart ).
Keuntunga.
- Mudah dibuat.
- Mudah digunakan.
- Mudah untuk mengetahui kemajuan kerja.
Kerugian.
- Sulit melihat hubungan keseluruhan pekerjaan.
- Sulit memastikan pekerjaan manayang dominan.
Prosedur pembuatan Diagram Batang.
a). Urutkan pekerjaan yang membentuk keseluruhan konstruksi.
b). Isi kolom waktu secara horisontal.
c). Tentukan waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan setiap proses konstruksi.
d) Bagi waktu untuk pelaksanaan setiap proses konstruksi agar dapat menetapkan batas
waktu dan penyelesaian seluruh proses konstruksi dalam batas jangka waktu pelaksanaan
secara efektif dan efisien.

Diagram Batang

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


Gambar 10. Bar Chart

Diagram Grafik ( Kurva S )


Prosedur Pembuatan.
a). Membuat grafik batang.
b). Menghitung prosentase biaya tiap proses.
c). Menghitung prosentase kemajuan tiap kolom waktu.
d). Menghitung jumlah komulatif prosentase kemajuan tiap kolom waktu.

Gambar 11. Kurva “ S “

Graph Type Process Table

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


Gambar 12. Macam-macam Bentuk Kurva

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


Gambar 13. Kurva Kuantitas

Gambar 14. Kurva Pisang

Yang perlu diperhatikan.


1. Periksa apakah kurva berada didalam wilayah toleransi dalam kurva pisang. Jika belum, berarti
rencana yang dibuat tidak rasional dan memerlukan revisi.
2. Jika kurva telah berada dalam wilayah toleransi, pastikan volume kerja sudah normal pada
pertengahan waktu pelaksanaan dan aturlah bentuk kurva supaya moderat.
3. Selama masa konstruksi, jika kurva pelaksanaan sudah berada dalam batas bawah, perbaikan harus
dilakukan secepatnya.
4. Jika kurva pelaksanaan sudah sangat dekat dengan batas bawah pada kurva pisang, berarti
terjadi kelambatan proses yang kritis. Dan jika percepatan kerja tidak dapat dihindarkan, perlu
adanya inspeksi untuk memastikan tindakan apa yang paling ekonomis untuk percepatan
konstruksi tersebut.
5. Untuk mengatur kemajuan biasanya digunakan kedua-duanya, baik tipe Bar Chart maupun tipe
grafik.

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


METODE KRITERIA DAN LEGENDA
PENGGAMBARAN

5.1 Metode Penggambaran


Dalam rancangan jaringan kabel, gambar rancangan sangat diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan fisik nantinya. Maka gambar yang dibuat harus jelas dan benar juga rapi, sehingga
perlu pemahaman yang harus ditaati seperti hal- hal sbb

5.1.1 Cara penarikan garis dan penulisan huruf / angka


 Cara penarikan garis
Yang dimaksud dengan penarikan garis yang baik adalah rata tebal dan tipisnya,
sambungan garis yang satu degan yang lain tidak kelihatan dan sesuai dengan ukuran
yang ditentukan, maka diperlukan pena rapido, penggaris, sablon dsbnya.

 Cara penulisan huruf / angka


Penulisan huruf dan angka yang baik adalah rata serta ketebalannya sesuai dengan
ketentuan dengan ukuran yang ditentukan serta perlu kejelasan dan kerapian, spasi
antara huruf dengan huruf atau angka harus sama jaraknya.

5.1.2 Ukuran kertas gambar dan ketebalan kertas kalkir


 Ukuran kertas gambar
 Ukuran kertas
 A0 = 1188 mm x 840 mm
 A1 = 840 mm x 594 mm
 A2 = 594 mm x 420 mm
 A3 = 420 mm x 297 mm
 A4 = 297 mm x 210 mm
 Ukuran luas kertas
1
 A1 = ---- x A0
2
1
 A2 = ---- x A1
2
1
 A3 = ---- x A2
2
1
 A4= ---- x A3
2

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti gambar dibawah ini.

A2
A1
A3 A4
A4
Gbr : Ukuran kerta gambar
 Ketebalan kertas kalkir
Ketebalan kertas kalkir adalah 80/85 gram. Khusus untuk gambar yang berukuran A0
dianjurkan dengan ketebalan 100/105 dengan maksud lebih kuat, tidak mudah sobek
dan kusut serta lebih mudah dan lancar digambar
 Penggunaan kertas kalkir
 Kertas kalkir ukuran A0 digunakan untuk :
 Peta Umum dan Dasar
 Skema Duct
 Skema kabel primer
 Skema SATG
 Gambar lain yang dianggap perlu
Untuk mengetahui ukuran kertas dan ukuran gambar dapat dilihat seperti dibawah ini
10 mm

30 mm

Gb : Ukuran kertas dan gambar A0

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


Keterangan :
Arah atas dari gambar adalah arah utara
A = Kolom nama gambar
B = Kotak penulisan demand daerah pelayanan STO yang bersangkutan

 Kertas kalkir ukuran A1 digunakan untuk menggambar :

 Skema kabel sekunder


 Peta lokasi duct kabel / kabel primer
 Peta lokasi kabel sekunder / lokasi kabel (untuk sistem jaringan
kabel tanam langsung.
 Dan lain lain yang dianggap perlu

Ada perbedaan ukuran gambar skema kabel sekunder dengan peta lokasi.
Pada peta lokasi harus disesuaikan dengan luas dari grid peta. Untuk jelasnya lihat gambar
dibawh ini

10 mm Garis Luar
tebal 0,3 mm

30 mm Frame
tebal
1,0 mm

Gb ; Ukuran kerta A1 untuk skema Kabel Sekunder

10 mm Garis luar
Ruang tempat tebal 0,3 mm
gambar penampang
Format Grid jalan
Luas 500 mm x 500 mm
30 mm Frame
tebal
1,0 mm
Garis batas
Tebal
0,8 mm

Gbr.4 : Ukuran kertas A1 untuk peta lokasi duct / Kabel Primer dan Sekunder

 Pembuatan kolom nama gambar dan persetujuan


 Bentuk dan ukuran
Setiap peta / gambar harus dilengkapi dengan kolom nama
gambar dan kolom persetujuan yang bentuk dan ukurannya
seperti gambar dibawah ini :

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


10
PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA
REVISI DAERAH STO PETA
15

NAMA TANGGAL SKALA 10


DIGAMBAR
DIPERIKSA 10
DISETUJUI
NAMA KONTRAKTOR : PT. ……………….. 5
15 15 20 15 15 15 35

Gbr 5 : Bentuk ukuran nama gambar

120

MENYETUJUI
Nomor KABAGPRAN DIVRE- I
Grid

…………………..
NIK
60 60

GBR 6 : Bentuk Ukuran kolom persetujuan untuk gambar format A1

130

MENGETAHUI MENYETUJUI
KABIDREN DIVRE- II KASUBIDREN DIVRE-II

50,0

……………………………….. ……………………………
NIK. NIK.

65 65

GBR.7 / : Bentuk ukuran kolom persetujuan untuk gambar format A0

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


 Penempatan
Kolom nama gambar ditempatkan pada sudut kanan bawah darin gambar yang
dimaksud, sedang gambar kolom persetujuan pada gambar format A0
ditempatkan diatas kolom nama gambar. Sedang pada gambar pada format A1
ditempatkan disebelah kiri dari kolom nama gambar.

 Skala dan penomoran gambar


Gambar skala dapat memperbesar yaitu dari 1:5000 menjadi 1:1000 atau
memperkecil dari 1 : 1000 menjadi 1 : 5000.

Penomoran gambar terdiri dari :


Singkatan nama STO.
Nomor Grid.
Nomor urut gambar.

Nomor jenis gambar misalnya


Gambar I = Peta dasar / Umum.
Gambar II = Skema Duct Kabel.
Gambar III = Skema Kabel Primer
Gambar IV = Skema SATG.
Gambar V = Lokasi Duct Kabel/Kabel Primer.
Gambar VI = Skema Kabel sekunder.
Gambar VII = Peta Lokasi Kabel Sekunder.
Gambar VIII = Kabel Primer di RPU.
Nomor Grid
Dimulai dari kolom paling atas dari kiri kekanan, dan kemudian kolom
berikutnya kembali dari kiri kekanan dan seterusnya.
Nomor grid hanya terdapat pada :
Gambar Peta Lokasi Duct atau Kabel Primer.
Gambar Peta Lokasi Kabel Sekunder

Nomor lengkap dari gambar tsb sbb :

Untuk jenis gambar nomor : I,II,II,IV,VI,VII


Singkatan Nama STO/Jenis Gambar/Nomor Grid/Nomor Urur Gbr
Contoh : SM1/I/-?2

Untuk jenis gambar nomor V dan VII


Singkatan nama STO/Jenis gambar/Nomor Grid/ Nomor Urut gambar
Contoh : SM1/V/15/30
 Metode penggambaran
 Peta Dasar
Peta dasar (Key Map) merupakan suatu penyatuan dari gambar lokasi
dalam bentuk grid, lengkap dengan batas daerah pelayanan sentral dan
Rumah Kabel (RK), maka harus digambarkan :
- Semua jaringan jalan, jembatan, rel KA, sungai, taman
- Letak kantor / sentral, RK lama atau yang direncanakan
- Rute alur kabel primer yang direncanakan
- Letak TP lama atau yang direncanakan, dan untuk TP kapasitas 10”
tidak perlu ditulis, kecuali TP kapasitas 20”, 30”, 40”, 50”, 60” dst
perlu ditulis.
- Demand Telepon periode 0 th, 5 th, 10 th dan 15 tahun mendatang
- Pada kertas ukuran A0 dan ketebalan kertas 100/105 gram dengan
skala 1:5000

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


 Skema Kabel Primer
Menggambarkan rute kabel yang menghubungkan sentral telepon ke
masing-masing RK dalam daerah pelayanan sentral.
Ada 2 skema kabel primer yaitu Kabel Primer Duct dan Kabel Primer
Tanam Langsung.
 Skema SATG
Dibuat atas dasar skema kabel primer duct, dengan ketentuan sbb:
GE, FM, CP dipasang pada RPU
GS dipasang setiap ujung kabel dan sambungan canag bila
dikehendaki.
TP dipasang pada setiap sambungan kabel dengan ketentuan jarak +/-
300 meter dipasang Test Point.
CA dipasang pada sambungan kabel dengan jarak +/- 1500 meter, dan
pada setiap RK paling ujung dari kabel primer ybs.
 Gambar Skema Kabel Sekunder
Dibuat setiap daerah pelayanan Rumah Kabel (RK), dengan ketentuan :
- Pembagian pasangan (pair) kabel harus disesuaikan dengan
pembagian TP pada lokasinya.
- Bila menggunakan KU harus diberi tanda pada nama kabel.
- Kabel sekunder lama yang tidak ada kaitannya tidak perlu digambar.
 Gambar Peta Lokasi Kabel.
Menggambarkan tentang keadaan daerah yang akan direncanakan
untuk dibangun / diperluas jaringan kabelnya secara rinci, lengkap
dengan jaringan jalan yang ada dan direncanakan.
Skala 1 : 1000
Peta Lokasi Kabel Primer Duct memuat :
- Nama, nomor, kapasitas dan diameter urat masing-masing kabel.
- Panjang segmen antara Manhole / Handhole.
- Nama / Type dan nomor MH / HH
- Jumlah pipa duct pada sisi jalan.
- Letak, nomor dan kapasitas RK
- Posisi rute kabel duct pada sisi jalan.
- Untuk perluasan kabel lama tak perlu digambar.
Peta Lokasi Kabel primer Tanam Langsung memuat :
- Panjang alur kabel primer menurut jenis galiannya.
- Untuk perluasan, kabel lama cukup ditunjukan jumlah kabel lama
pada rute kabel rencana.

 Peta lokasi Kabel Sekunder


Kabel Tanah.
Untuk menunjukan panjang alur kabel menurut jenis ggaliannya pada
setiap bagian dituliskan jaraknya :
Contoh :
Pada Aspal panjang alur 300 meter ditulis A-300,0
Pada tanah panjang alur 100 meter ditulis t- 100,0
Pda Trotor panjang alur 100 meter ditulis T-100,0
Kabel Udara
Digambarkan/dituliskan panjang kabel tiap gawang, dan rute tiang
tumpuan, perlu dicantumkan jelas seperti : temberang
tarik/sokong/labrang atau seberang

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


DEFINISI SIMBOL PENJELASAN
A. UMUM
1. SENTRAL TELEPON SUDUT “A” = 75°
TEBAL TULISAN = 0,4 mm

2. BATAS DAERAH PELAYANAN SEN- TEBAL GARIS = 0,6 mm


TRAL-SENTRAL TELEPON
8 mm 8 mm

3. BATAS DAERAH PELAYANAN RK/DCL TEBAL GARIS = 0,4 mm


5 mm 5 mm

4. BATAS DAERAH PELAYANAN RE- TEBAL GARIS = 0,4 mm


MOTE TERMINAL 5 mm 5 mm

5. ALUR KABEL TEBAL GARIS = 0,6 mm

6. REL KERETA API

7. PERKIRAAN KEBUTUHAN TELE-PON

7.1 PER DAERAH PELAYANAN RA RA = NAMA RK/DCL


RK /DCL 1982 a a = DEMAND SAAT INI
1987 b b = PERKIRAAN DEMAND 5 TH
1992 c MENDATANG
1997 d c = PERKIRAAN DEMAND 10 TH
MENDATANG
d = PERKIRAAN DEMAND 15 TH
MENDATANG

7.2 PER DAERAH PELAYANAN KLEN- KLENDER = NAMA SENTRAL


SENTRAL TELEPON DER TELEPON
a = DEMAND SAAT INI
1982 a
1987 b b = PERKIRAAN DEMAND 5 TH
MENDATANG
1992 c = PERKIRAAN DEMAND 10 TH
c
1997 d MENDATANG
d = PERKIRAAN DEMAND 15 TH
MENDATANG

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


DEFINISI SIMBOL PENJELASAN
B. TERMINAL KABEL

1. RANGKA PEMBAGI UTAMA (RPU) BARU TEBAL GARIS = 0.6 mm


LAMA TEBAL GARIS = 0.2 mm

2. RUMAH KABEL (RK) RK BARU TEBAL GARIS = 0.6 mm


RK LAMA TEBAL GARIS = 0.4 mm
6 mm 10 mm DIAMETER LINGKARAN LUAR = 10
mm
DIAMETER LINGKARAN DA-LAM =
6 mm

3. DAERAH CATU LANGSUNG (DCL) BARU TEBAL GARIS = 0.6 mm


LAMA TEBAL GARIS = 0.2 mm

4. REMOTE TERMINAL (RT)

a. REMOTE TERMINAL DIPASANG DI


LUAR GEDUNG (OUTDOOR) RT BARU TEBAL GARIS = 0.6 mm
6 mm 10 mm RT LAMA TEBAL GARIS = 0.2 mm

b. REMOTE TERMINAL DIPASANG DI 4 mm


DALAM GEDUNG (INDOOR)

4 mm
4.1 KOTAK PEMBAGI
4.1.1KP TIANG
a. TANPA PELINDUNG

BARU 4 mm

LAMA 4 mm

b. DENGAN PELINDUNG

BARU

LAMA
RA 04 = NOMOR LAMA
RA 04
c. KP TIANG DIUBAH / DI- 4 mm RA 10 = NOMOR BARU
GANTI DENGAN TP BA-
5 mm
WAH TANAH RA 10

RA 06 = NOMOR LAMA
d. KP TIANG DIGANTI NO- RA 06
MOR RA 08 = NOMOR BARU
RA 08

e. KP BARU PADA TIANG 4 mm


LAMA

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


DEFINISI SIMBOL PENJELASAN
4.1.2KP DINDING
a. KP DINDING BARU TEBAL GARIS = 0,6 mm
LUAR
LAMA TEBAL GARIS = 0,2mm
BARU

LAMA

b. KP DINDING BARU TEBAL GARIS = 0,6 mm


DALAM
LAMA TEBAL GARIS = 0,2mm
BARU

LAMA

4.1.3TERMINAL POST /
PILAR / TIANG
PEMBAGI

BARU

LAMA

5. CONTOH TERMINASI P1, P2 = NAMA/NOMOR KABEL


KABEL P1 KK 1200/0,6-120.0 PRIMER
5.1 DI RANGKA PEMBAGI KK = IDENTITAS UNTUK KABEL
UTAMA KK 800/0,6-120.0 KERING
a. KABEL DUCT P2 1200/0,6 , 800/0,6 = KAP KABEL
DUCT

P1
KT 600/0,6-120.0 KT = IDENTITAS UNTUK KABEL
b. KABEL TANAH P2 TANAH
KT400/0,6-120.0 600/0,6 , 400/0,6 = KAP KABEL
TANAH
KT 200/0,6-5.0
P1 (1-200) RA = NAMA RUMAH KABEL
5.2 DI RUMAH KABEL
1600 = KAPASITAS RK
(RK )
a. KABEL PRIMER
KT 100/0,6-5.0 300 = KAP KABEL PRIMER
P1 (201-300) YANG MASUK RK
500 = KAP KABEL SEKUNDER
RA 1600 YANG KELUAR RK
P1(1-200) = PAIR KABEL PRIMER
P1 DARI 1 S/D 100
P1(201-300) = PAIR KABEL
PRIMER P1DARI 201 S/D 300

b. KABEL S1 (1-200) = PAIR KABEL SEKUN-


SEKUNDER KT 200/0,6-125.0 DER S1 DARI 1 S/D 200
S1 (1 - 200)

KT 200/0,6-160.0
S2 (1 - 200) S2 (1-200) = PAIR KABEL SEKUN-
DER S2 DARI 1 S/D 200

RA 1600 KT 100/0,6-105.0
S3 (1 - 100)
S3 (1-100) = PAIR KABEL SEKUN-
300 / 500 DER S3 DARI 1 S/D 100

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP


DEFINISI SIMBOL PENJELASAN
5.3 DI DAERAH CATU DCL=DAERAHCATU LANGSUNG
LANGSUNG ( DCL )
KK 400/0,6-150.0 A =NAMA DCL
a. KABEL PRIMER
P1 (401-800)
MENUJU DCL
DCL-A
A01-100”
A01,A02,A03 = NAMA/NOMOR
b. KABEL PRIMER P1(801-900) KOTAK PEMBAGI
MENUJU KP
KT 100/0,6-85.0 100” , 200” = KAPASITAS KOTAK
P1 (801-900) A02-200” PEMBAGI
P2(901-1100)
KT 100/0,6-85.0
P2 (901-1100)

KT 100/0,6-85.0
P1 (1101-1200)

A03-100”
P3(1101-1200)

5.4 DI KOTAK PEMBAGI MK.NO. 42


MK NO 42, MK TOKO LARIS = LE-
a. KP TIANG RA05-10”
RA06-20” TAK LOKASI KP
S1(51-60) S1(41-50)

KT 100/0,6-65.0
S1 (41-50)
b. KP DINDING
JL. MAWAR MAWAR, PANCORAN 1 = NAMA
MK.TOKO JALAN YANG DILALUI KABEL
RA21-20”
S1(151-160)
RA20-20”
S1(161-180)
KT 100/0,6-65.0
S1 (41-50)

JL. PANCORAN 1

@. &@%!% >>> PNA -- KTSP

Anda mungkin juga menyukai