Anda di halaman 1dari 3

SOLUSI KOMPREHENSIF MENANGANI PROBLEM GANGGUAN PRODUKSI

KARENA INFEKSI VIRUS & GANGGUAN PENCERNAAN


PRODUKSI PADA AYAM PETELUR

FENOMENA Problem / kasus gangguan produksi dengan pola 90/40 bahkan ada juga yang
awal produksi-nya lebih dari 90-an persen turun dalam hitungan waktu sangat singkat
menjadi 30%-an yang terjadi belakangan ini pada ayam petelur, mendasarkan pada
pengamatan dan analisa dibeberapa peternakan / lokasi peternakan yang bermasalah dengan
problem tersebut, dan kami menyimpulkan ada beberapa faktor utama yang disinyalir
sebabai akar masalah dan faktor pemicu kasus tersebut bisa terjadi, yakni: 1) Berkenaan
dengan kualitas pakan (dugaan mikotoksikosis yang menyebabkan terjadinya
immunosupresi), 2) Karena lemahnya praktek BIOSEKURITI yang diterapkan dilapangan
sebelum terjadinya kasus serta 3) Problem wet droping (kotoran cenderung basah)
berkepanjangan dialami kelompok ayam yang bermasalah tersebut sebelum terjadinya kasus
infeksi virus + infeksi sekunder oleh bakteri.

Berkaitan dengan kualitas pakan yang disinyalir sebagai salah satu pemicu problem tersebut,
dari analisa & pemeriksaan laboratorium yang dilakukan, ditemukan adanya cemaran
beberapa jenis mikotoksin (aflatoksin, fumonisin, zearalenon, ochratoksin dan T-2 toksin)
yang ada dalam sediaan pakan yang dibuat / diberikan pada ayam yang bermasalah dengan
problem 90/40 tersebut. Adanya polikontaminasi mikotoksin dalam level rendah dari
masing-masing jenis mikotoksin yang mencemari pakan tersebut dan diberikan dalam jangka
waktu cukup panjang pada ayam, menyebabkan terjadinya gangguan stuktur dinding saluran
pencernaan, gizzard erotion (lesi pada gizzard), gangguan fungsi hati dan juga gangguan
fungsi organ penghasil zat kebal tubuh (limpa, thymus dan sumsum tulang), sehingga
menyebabkan terjadinya IMMUNOSUPRESI. Terjadinya IMMUNOSUPRESI oleh karena
mikotoksikosis tersebut menyebabkan ayam menjadi PEKA terhadap infeksi berbagai agen
penyakit.

Faktor pemicu lainnya terjadi karena ayam mengalami gangguan pencernaan


berkepanjangan, dimana ayam mengalami wet droping (kotoran basah), ammonia tinggi
dalam lingkungan kandang dan populasi lalat yang tidak terkontrol sebagai vektor
penyebaran agen penyakit, termasuk juga vektor dari cacing pita.

Lemahnya praktek BIOSEKURITI yang semestinya secara konsisten harus dilakukan


menyebabkan tingginya tingkat tantangan (challenge) agen penyakit yang ada di lingkungan
peternakan, menyebabkan tingkat patogenitas dan virulensi virus penyebab infeksi penyakit
menjadi meningkat, sehingga menyebabkan infeksi dan gangguan produksi pada ayam.

Dari adanya faktor pemicu tersebut diatas, membuat terjadinya penurunan status kekebalan
tubuh ayam (immunosupresi), sehingga ayam menjadi sangat peka terhadap infeksi agen
penyakit, baik yang disebabkan oleh infeksi virus maupun bakteri dan atau infeksi campuran
oleh virus dan bakteri.

Penyebab sendiri dari agen infeksius yang menyebabkan gangguan produksi dimana
produksi-nya turun secara signifikan mulai dari 90-an persen menjadi 40-an persen atau
bahkan ada yang drop produksi-nya sampai 30-an persen, diantaranya ada yang disebabkan
oleh infeksi virus AI (baik H9N2 maupun H5N1), atau oleh infeksi virus IB, ND, EDS dan juga
IBH serta ada juga karena infeksi kuman Salmonella & E.coli (Kolibasilosis) dan Coryza.

SOLUSI penanganan dan juga sekaligus untuk mencegah jangan sampai problem tersebut
diatas terulang kembali, ada beberapa tindakan yang kami bisa sarankan untuk dilakukan,
diantaranya:

1. Jalankan praktek BIOSEKURITI, yakni lakukan secara konsisten sanitasi = menjaga


kebersihan lingkungan peternakan, membatasi pihak luar (TS obat hewan / orang luar)
utk keluar masuk lokasi peternakan dan lakukan juga program DISINFEKSI (bisa dengan
menggunakan produk D4+) secara rutin pada lingkungan sekitar peternakan untuk tujuan
mengurangi cemaran kuman / virus yang ada dalam lingkungan peternakan maupun
didalam kandang, baik pada saat periode istirahat kandang maupun saat ada ayam-nya
didalam kandang.

2. Gunakan bahan baku pakan yang berkualitas baik untuk membuat ransum/pakan lengkap
buat ayam, seperti memilih Dedak, MBM dan juga Jagung serta Bungkil Kedele yang
berkualitas baik, dimana sangat minim cemaran toksin-nya (seperti mikotoksin)

3. Tambahkan anti-mikotoksin / toksin absorbent yang punya kemampuan mengikat secara


optimal semua jenis mikotoksin / toksin (seperti FUSION DYAD atau ALVITOX BIO) dalam
campuran pakan untuk mencegah ayam dari efek mikotoksin / toksin yang menyebabkan
immunosupresi (melemahnya sistem kekebalan tubuh ayam)

4. Untuk mengatasi dan mencegah wet droping (kotoran ayam yang keluar dari KLOAKA
seperti diare / feces-nya pecah dan basah), melalui pakan (dicampurkan dalam sediaan
pakan) disarankan pemakaian ECOFILTRUM untuk mengatasi diare dan menyerap racun
dan dibarengi dengan pemberian BPS PLUS (produk sodium butyrate double buffer yang
di-design khusus untuk pemakaian pada unggas & hewan kecil), berfungsi untuk
memperbaiki kondisi vili2 usus yang rusak akibat keracunan atau pemberian antibiotik
(AGP) secara terus menerus sebelumnya, serta dikombinasi dengan pemberian ACITEC A-
GR (assential oils + organic acid) yang berfungsi sebagai pengganti AGP untuk menekan
populasi kuman Entero-phatogen pada saluran pencernaan bagian bawah (Illium &
Colon). Adapun rekomendasi pemberian dari kedua produk tersebut diatas, sebagai
berikut:

• ECOFILTRUM diberikan dengan dosis : 1 kg per ton pakan


• BPS PLUS diberikan dengan dosis : 500 gram per ton pakan
• ACITEC A-GR diberikan dengan dosis : 250 gram per ton pakan

5. Bila terjadi kasus 90/40 tersebut kuat dugaan-nya karena infeksi virus, maka untuk
mempercepat proses kesembuhan ayam dari serangan virus IB tersebut, melalui air
minum dapat diberikan produk LICOROL (produk essential oli) yang mengadung
EUCALIPTUS sebagai anti-virus, dan juga MENTHOL sebagai anti-mikrobial dan juga
mencegah pembentukan eksudat pada saluran pernafasan, sehingga ayam mudah
bernafas (untuk menghirup sebanyak mungkin oksigen) serta mengadung SAPONIN untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh ayam tersebut. Untuk mencegah infeksi sekunder
oleh bakteri yang dapat memperparah problem pernafasan, pemberian LICOROL dapat
digabungkan dengan pemberian produk essential oli lainnya, seperti: GARLICON atau
HYDROCAP AA.

Berikan LICOROL dengan dosis: 1 ml per 4 liter air minum dan juga digabungkan dengan
HYDROCAP AA dengan dosis: 1 ml per 4-5 liter air minum, selama 5 hari berturut-turut
(mulai dari jam 6 / 7 pagi sampai jam 6 sore = selama 12 jam setiap hari)

6. Lakukan vaksinasi dengan menggunakan vaksin apapun yang berkualitas baik dan waktu
vaksinasi yang sesuai anjuran pabrik pembuat vaksinnya.

7. Pastikan selalu memberikan ayam air minum yang telah disterilisasi dengan cara klorinasi
untuk mencegah penularan agen penyakit yang mencemari sumber air minum untuk
ayam. Pastikan kadar aktif klorin tetap tersedia dalam air minum yang siap diminum oleh
ayam pada level minimum 0.5 ppm dan maksimum 1 ppm.

8. Bila penyebab gangguan produksi 90/40 tersebut oleh karena infeksi bakteri, akan sangat
dianjurkan melakukan pengobatan secara tuntas menggunakan antibiotik dengan kualitas
terbaik dan disertai pemberian essential oils (seperti LICOROL + GARLICON / HYDROCAP)
yang membantu mencegah infeksi virus dan juga bakteri lainnya yang dapat
memperparah problem pencernaan maupun pernafasan.

Demikian SOLUSI KOMPREHENSIF yang dapat kami sampaikan, semoga dapat membantu
mengatasi dan juga sekaligus mencegah problem kesehatan dan gangguan propduksi yang
dihadapi pengusaha peternakan ayam petelur dilapangan.

Disajikan oleh
Drh. Wayan Wiryawan
PT. Farma SEVAKA NUSANTARA
& Pengurus / Anggota ADHPI (Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia)

Anda mungkin juga menyukai