Anda di halaman 1dari 15

Latar Belakang

1. Mahalnya harga bahan baku pakan


2. Isu global terhadap pencemaran nitrogen dari industri
peternakan ayam
3. Kemarau Panjang menyebabkan langkanya bahan pakan
4. Kondisi global seperti perang dan meningkatnya nilai US
Dollar terhadap rupiah, sebabkan meningkatnya harga
bahan baku impor
5. Meningkatnya suhu lingkungan, menyebabkan
meningkatnya challage pada ternak terutama terkait heat
stress
SOLUSI?

Melalui Rekayasa proses

&
Formulasi Rendah Protein
Rekayasa Proses
1. Dilakukan dengan memfermentasi bahan pakan dengan
kecernaan rendah. Atau,
2. Melakukan hidrolisa menggunakan enzim di luar tubuh ayam
untuk bahan pakan dengan kecernaan rendah, atau
3. Memperkecil partikel size dengan menggiling bahan pakan
kecernaan rendah menggunakan diskmill

Untuk poin 1 dan 2, hanya bisa digunakan untuk peternak dengan


populasi kurang dari 100 ribu ekor karena jika produksi pakan sudah
lebih dari 350 ton per bulan, proses fermentasi atau hidrolisa
membutuhkan tempat yang cukup luas

Untuk poin 3 dapat dilakukan untuk produksi pakan yang cukup


banyak dengan penambahan 1 mesin berupa diskmill atau fulverizer
setelah hammermill atau sebelum mixer.
Memperkecil Particle Size
1. Dilakukan dengan membuat bahan-bahan yang kecernaannya
rendah seperti katul, pollard, bungkil sawit, copra, onggok, dll
digiling menggunakan diskmill
2. Proses ini untuk mendapatkan partikel size yang kecil seperti
tepung
3. Dengan partikel size yang kecil, diharapkan enzim di dalam
pencernaan ayam akan dapat mencerna lebih maksimal
Masalah:
Dengan halusnya bahan tersebut, dikhawatirkan bahan pakan
banyak yang tercecer sehingga menyebabkan FCR menjadi bengkak
Solusi:
1. Untuk yang memiliki mesin pellet dan crumble, bahan2 tersebut
dapat dipellet dan/atau di-crumble
2. Untuk yang self-mixing, dapat menambahkan air pada pakan
hingga mamel, setiap akan memberikan makan pada ayam.
Formulasi Rendah Protein
1. Biaya formulasi pakan banyak terserap pada crude protein
2. Crude Protein tidak semuanya diserap oleh tubuh ayam,
Sebagian akan dibuang dalam bentuk kotoran
3. Penyerapan bahan makanan pada tubuh ayam dalam bentuk zat
sederhana seperti monosakarida, asam lemak, dan asam amino.
4. Untuk Formulasi rendah protein ini dapat dilakukan dengan
Crude Protein 16-16.5%
5. Energy sebesar 2650 kkal/kg namun menaikkan tingkat Pospor
terserap (Available Phosphor) sebesar 0.2%
6. Peningkatan Pospor terserap ini bertujuan supaya pengurangan
energy dapat maksimal digunakan, karena energy sel berupa
ATP (Adenosin Triphosphat), dimana Phospat didapat dari
Pospor. Sehingga berapapun minyak yang diberikan, jika
kekurangan phosphor, tidak akan menjadi energi (ATP)
Formulasi Rendah Protein
7. Pengurangan Crude Protein disubsidi dengan memfokuskan
formulasi pada digestibility Amino Acid (Asam Amino terserap)
8. Pencapaian target asam amino terserap ini disupplai oleh asam
amino sintetis seperti Metionin, Lysin, treonin, tryptophan,
arginin, valin, dan isoleusin.
9. Target standar adalah metionin terserap (metionin digest),
selanjutnya untuk lisin, treonin, triptophand, arginin, valin, dan
isoleusin mengikuti standar keseimbangan asam amino
sebagaimana manual dari produsen bibit ayam.
10. Untuk Asam amino lainnya (non essensial) yang tidak dapat
dilengkapi oleh asam amino sintetis disupplai dengan
penambahan peptide atau post biotik
11. Penambahan asam amino sintetis Glisin diperlukan jika
memungkinkan
12. Penambahan asam glutamate diperlukan dengan penambahan
MSG (mono sodium glutamate) atau Mecin jika memungkinkan
Lysin
1. Merupakan asam amino pembatas kedua.
2. Lisin dalam diet pakan berguna untuk menjaga kekebalan
tubuh, dan fungsi saluran pencernaan
3. Peningkatan kadar lisin meningkatkan produksi telur, berat telur,
dan efesiensi konversi pakan (menurunkan FCR)

Methionin
1. Merupakan asam amino pembatas pertama
2. Dalam system metabolism sebagai donor metil, pembentukan
koenzim, dan sebagai precursor sistein.
3. Pada ayam petelur, penambahan metionin sintetis dapat
memenuhi kebutuhan sistein karena sistein dapat dibentuk dari
metionin, begitu sebaliknya.
Treonin
1. Berguna dalam produksi mucus usus
2. Berperan dalam pembentukan antibody
3. Treonin dalam pakan yang kurang dari 0.42% (4.2 g/kg) akan
menurunkan feed intake

Triptophan
1. Berperan dalam produksi metabolit seperti
a. Seretonin
b. Indoleamin 2,3-dioksigenase
Adalah immunomodulator set T untuk meningkatkan
toleransi immunologis
c. Asam Kuinolinat
dikenal juga sebagai asam piridin-2.3-dikarboksilat yaitu
asam dikarboksilat dengan gugus piridin
Indoleamin 2.3 dioksigenase dan asam kuinolinat berperan
dalam kekebalan tubuh dan metabolism karbohidrat dan lipid.
Triptophan
2. Berperan dalam mengatasi stress
3. Meningkatkan nafsu makan
4. Bersama asam amino fenilalanin dan tirosin terlibat dalam
sintesis neurotransmitter utama seperti serotonin, dopamine,
noradrenalin, yang mempengaruhi perilaku unggas
5. Merupakan precursor serotonin. Rendahnya kadar serotonin
akan menyebabkan kanibalisme yaitu ayam akan mematuk bulu
kawannya.
6. Merupakan pembatas dalam sintesis protein

Kunci:
Triptophan penting dalam diet low protein

Kelebihan tryptophan jika difermentasi oleh bakteri di Caeca akan


hasilkan Indole dan Skatole yang menghambat pembentukan ATP di
mitokondria. Jadi perhatikan komposisi tryptophan yang seimbang
BCAA (Branched-Chain Amino Acids)
1. Asupan Valin dan Isoleusin penting untuk menjaga kekebalan
usus, kapasitas antioksidan.
2. Mengatur metabolisme asam lemak di hati
3. Isoleusin yang kurang dari 4.0 g/kg atau lebih dari 8.1 g/kg akan
menurunkan feed intake
Arginin
1. Meningkatkan kinerja dan kekebalan pada ayam petelur
2. Merupakan precursor protein, kreatin, prolin, poliamina, dan
Nitric Oxide (NO).
3. Perangsang nafsu makan
4. Asupan Arginin yang lebih dari 12.7 g/kg akan menurunkan feed
intake
5. Merangsang sekresi hormon luteinisasi dan berdampak positif
terhadap perkembangan folikel dan ovulasi
6. Meningkatkan pelepasan insulin
Arginin
7. Miningkatkan hormon pertumbuhan
8. Meningkatkan faktor pertumbuhan seperti insulin-I
9. Asupan Arginin sebanyak 14.4 g/kg akan berdampak positif
pada perkembangan vili usus
10. Antagonis dengan lisin sehingga jumlahnya harus
memperhatikan keseimbangan asam amino
Glisin
1. Berguna dalam sintesis purin, hemoglobin (heme) yang juga
penting dalam pewarnaan kerabang telur, glutathione, kreatin.
2. Berperan dalam metabolisme garam empedu
3. Berperan dalam eksresi asam urat
4. Diet 10 g/kg atau 14.6-16.2 g/kg setara dengan 16.9 protein
kasar
5. Meningkatkan feed intake
6. Meningkatkan berat telur
7. Meningkatkan kecernaan lemak
Asam Glutamat
1. Asupan asam glutamate sebanyak 23 g/kg akan berdampak
positif pada penyerapan kalsium yang berdampak pada
pembentukan kerabang telur dan pembentukan tulang
2. Sangat penting pada ayam petelur
3. Jumlahnya tidak boleh lebih dari 30 mg/kg berat badan atau
tidak boleh lebih dari 150 g/ton pakan
4. Kelebihan asam glutamate akan meningkatkan mukosa usus dan
menyebabkan iritasi usus, serta meningkatkan kerja hati (hati
menjadi rapuh)
Peptida (Asam Amino Terikat)
1. Penambahan peptida dibutuhkan dalam formulasi pakan low
protein
2. Penambahan peptida pada diet low protein akan meningkatkan
kinerja dengan mempertahankan berat telur, produksi telur dan
FCR.
Peptida (Asam Amino Terikat)
3. Osonka dkk. (1947) mengemukakan bahwa metionin dalam
bentuk peptide akan lebih mempengaruhi kandungan protein
telur dibandingkan metionin sintetis, yang menunjukkan bahwa
metionin dalam bentuk peptida mungkin lebih unggul untuk
memasok magnum selama 3 jam setelah ovulasi.
4. Suplementasi peptida memberikan efek menguntungkan pada
berat telur. Gugus nitrogen yang tidak mencukupi khususnya
pada diet rendah protein kasar ketika sel telur berada di
magnum mungkin memicu bobot telur lebih rendah, meskipun
pakannya ditambah dengan tingkat asam amino sintetis yang
memadai (Penz dan Jensen, 1991; Leeson dan Caston, 1996; Ji
dkk., 2014).
5. Suplementasi peptida sebagai sumber asam amino non esensial
dapat bermanfaat dalam mempertahankan kinerja ayam
petelur pada pakan rendah protein kasar.

Anda mungkin juga menyukai