INDUSTRI PAKAN
DISUSUN OLEH
1. DIMPU HALOMOAN SITANGGANG 1713060065
2. ABDULLAH 1813060053
Latar belakang
Peternakan merupakan sumber pangan strategis sepanjang masa yang menyediakan daging, susu,
telur dan produk-produk olahannya. Karena itu pembangunan pertanian berbasis sektor peternakan
sangat strategis untuk dikembangkan.
Populasi ternak dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk
yang semakin bertambah.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian RI jumlah populasi
Ruminansia, Non-Ruminansia dan Unggas di Indonesia pada tahun 2008 adalah berturut-turut
40.667.000 ekor, 8.579.000 ekor dan 1.528.792.000 ekor.
Seiring dengan pertumbuhan jumlah populasi ternak, pertumbuhan industri pakan ternak juga
berkembang dengan pesat. Pada tahun 2007, pabrik pakan ternak yang tersebar di berbagai propinsi
di Indonesia memproduksi pakan ternak sebanyak 7.800.033 ton.
Tingginya permintaan pakan ternak pabrikan, membuat para ahli nutrisi pakan ternak berlomba-
lomba mencari formulasi produk pakan yang dapat menghasilkan produk daging, susu, telur berlipat
ganda
Pengertian Enzim dan peranan Enzim dalam industri pakan
Alasan utama penggunaan enzim dalam industri makanan ternak adalah untuk memeperbaiki nilai
nutrisinya. Semua binatang menggunakan enzim dalam mencerna makanannya, dimana enzim
tersebut dihasilkan baik oleh biantang itu sendiri maupun oleh mikroorganisme yang ada pada alat
pencernaannya. Namun demikian proses pencernaan tidak mencapai 100 % dari bahan makanan yang
dicerna, karena itu perlu ada suplemen enzim pada pakan untuk meningkatkan efisiensi
pencernaannya
Ada empat alasan utama untuk menggunakan enzim dalam industri pakan ternak (Bedford dan
Partridge, 2001) yaitu ;
1. Untuk memecah faktor anti-nutrisi yang terdapat di dalam campuran makanan.
2. Untuk meningkatkan ketersediaan pati, protein dan garam mineral yang terdapat pada
dinding sel yang kaya serat, karena itu tidak mudah dicerna oleh enzim pencernaan sendiri atau terikat
dalam ikatan kimia sehingga ternak tidak mampu mencerna (contoh: pospor dalam asam pitat)
3. Untuk merombak ikatan kimia khusus dalam bahan mentah yang biasanya tidak dapat dirombak
oleh enzim ternak itu sendiri.
4. Sebagai suplemen enzim yang diproduksi oleh ternak muda yang mana sistem pencernaannya
belum sempurna sehingga enzim endogeneous kemungkinan belum mencukupi.
5. Sebagai suplemen enzim yang diproduksi oleh ternak muda yang mana sistem pencernaannya
belum sempurna sehingga enzim endogeneous kemungkinan belum mencukupi.
Jenis – jenis Enzim dalam industri pakan ternak
Terdapat empat type enzim yang mendominasi pasar pakan ternak saat
ini yaitu enzim untuk memecah serat, protein, pati dan asam pitat
(Sheppi, 2001).
Enzim mempunya sifat yang unik, akan menunjukkan aktivitasnya pada kondisi
lingkungan yang cocok, baik pH maupun Suhu. Masing-masing jenis enzim mempunya
kisaran pH dan suhu optimalnya. Pelet pakan ternak dibuat melalui proses pemanasan
pada suhu tinggi, karena itu kestabilan enzim terhadap perlakuan panas pada industri
pakan sangat diperlukan.
Enzim bekerja sebagai katalisator untuk mempercepat suatu proses reaksi kimia, karena
itu aktivitasnya juga akan ditentukan oleh dosis enzim itu sendiri. Pemberian enzim
exogeneous harus mempertimbangkan juga enzim endogeneous yang sudah ada pada
hewan, karena itu sebelum membuat formulasi produk harus dilakukan penelitian
terlebih dahulu dan dilihat performance hewannya pada berbagai tingkatan umur.
Metoda analisis yang mudah dan tepat untuk menentukan jumlah enzim yang aktif juga
merupakan suatu tantangan yang perlu mendapatkan perhatian dari para ilmuwan.
Walaupun telah terbukti bahwa suplemen enzim dapat meningkatkan produksi ternak,
namun karena untuk mendapatkan enzim itu sendiri tidak mudah maka produk pakan
ternak berenzim harganya menjadi mahal, karena itu komponen biaya lain dari produksi
pakan sedapat mungkin dapat ditekan sehingga akan menurunkan harga pakan ternak
berenzim.
PENUTUP
Pada prinsipnya penambahan enzim dalam pakan bertujuan untuk menyingkirkan
faktor anti nutrisi yang lazim terdapat dalam bahan baku asal tanaman. Peranan
anti nutrisi dalam bentuk menghambat pencernaan nutrisi yang mengarah pada
menurunnya enerji metabolis bahan, pertumbuhan yang rendah, konversi pakan
yang buruk, kotoran basah yang menghasilkan telur-telur yang kotor dan masalah
sampah. Tujuan lain adalah untuk meningkatkan daya cerna bahan, membuat
nutrisi-nutrisi tertentu secara biologis lebih tersedia, dan mengurangi dampak
pencemaran yang ditimbulkan oleh kotoran unggas (ayam).
Penambahan enzim pada pakan ternak telah terbukti meningkatkan daya cerna
makanan, namun demikian karena dalam proses produksi pakan ternak
menggunakan suhu yang cukup tinggi, maka diperlukan enzim-enzim yang sifatnya
tahan terhadap suhu tinggi. Explorasi enzim-enzim pemecah pati, protein, asam
phytat masih sangat terbuka luas mengingat di daerah tropis merupakan
megadiversitas tidak menutup kemungkinan banyak mikroorganisme yang
menghasilkan enzim-enzim yang dimaksud.
DAFTAR PUSTAKA
Bath, MK and GP Hazlewood. 2001. Enzymology and Other Characteristics of Cellulases and
Xylanases. In Enzimes in Farm Animal Nutrition. Bedford, MR and GG Patridge (Eds). CABI
Publishing. UK
Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Statistik Peternakan 2007. Dirjen Peternakan Departemen
Pertanian RI.
Pugh, R and Chalfont D, 1993. The Scope for Enzymes in Commercial Feed Formulations. In Asia
Pacific Lecture Alltech.
Richana, N. 2002. Produksi dan Prospek Enzim Xilanase dalam Pengembangan Bioindustri di
Indonesia. Buletin AgroBio 5(1):29-36, 2002
Maenz, D.D. 2001. Enzimatic Characteristics of Phytases as they Relate to Their Use in Animal Feeds.
In Enzimes in Farm Animal Nutrition. Bedford, MR and GG Patridge (Eds). CABI Publishing. UK
PoultryIndonesia.Com. Tingkatkan Performa Ayam Dengan enzim Xilanase.
www.poultryindonesia.com
Sheppy, C. 2001. The Current Feed Enzyme Market and Likely Trends. In Enzimes in Farm Animal
Nutrition. Bedford, MR and GG Patridge (Eds). CABI Publishing. UK
Samadi. 2004. “Feed Quality for Food Safety”, Kapankah di Indonesia?. Inonasi Online. Vol 2 (XVI).