Anda di halaman 1dari 9

STUDI ANALISIS KONSERVASI BANGUNAN TUA DI PUSAT KOTA BANDA ACEH

(STUDI KASUS: SENTRAL TELFON, PUTROE PHANG, TAMAN BUSTANUSSALATIN)

1. PENDAHULUAN

Kota Banda Aceh merupakan ibukota provinsi


Aceh yang pernah mengalami peristiwa sejarah tertentu.
Lanskap Kota Banda Aceh terbentuk melalui
perkembangan kota sejak masa Kerajaan Aceh hingga
masa Kemerdekaan Republik Indonesia. Perkembangan
tersebut meninggalkan elemen-elemen yang
mempunyai nilai sejarah penting yang berupa monumen
atau tugu (Pintoe Khop, Kandang, Gunongan,
Menara/Tugu Modal, Pesawat RI 001 Seulawah, Tugu
Peringatan Tsunami dan Tugu Aceh Thanks The World)
serta situs (Taman Putroe
Phang, Makam Sultan Iskandar Muda, Museum Aceh,
Pendopo, Pemakaman Belanda, Mesjid Raya
Baiturrahman dan Museum Tsunami). Elemen-elemen
tersebut terkonsentrasi pada kawasan Pusat Kota Banda
Aceh. Dari beberapa objek diatas, penulis memilih 3
objek untuk diteliti lebih lanjut, yaitu: Taman
Bustanussalatin, Taman Putroe Phang, dan Sentral
Telepon.

BEBERAPA BANGUNAN TUA DI PUSAT KOTA BANDA ACEH:


A. Situs Cagar Budaya Sentral Telepon / Kantor Telepon Pssi

K
antor
Telpon ini adalah sentra telepon pertama yang dibangun pemerintah kolonial di Hindia Belanda
(Indonesia sekarang). Kantor telepon belanda adalah sebuah bangunan bergaya Eropa. Kemungkinan
besar, bangunan dua lantai ini dibangun pada tahun 1903. Karena, di bagian atas bangunan, di dekat
ventilasi jendela, tertulis tahun 1903.

Gedung dengan luas bangunan 18,7 m² yang berdiri di atas lahan seluas 932 m² ini, memiliki
gaya arsitektur Kolonial akan tetapi sudah dipadukan dengan kondisi tropis di Hindia Belanda. Hal ini
ditandai dengan pintu dan jendela yang lumayan besar dan berjalusi untuk pintunya. Bagian jendela
dan pintu jelas sekali bercita rasa dan bergaya Eropa dengan model bagian atas berupa setengah
lingkaran. Bagian lantai satu bangunan seluruhnya terbuat dari beton. Sedangkan bangunan lantai
dua dibangun semi permanen yang sekaligus bisa berfungsi sebagai gardu pandang juga. Gedung
putih ini berbentuk segi delapan.

Kini, bangunan yang diteduhi oleh pohon trembesi itu,


dijadikan kantor Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia
(PSSI), Aceh. Kantor telepon Koetaradja ini disebut Belanda
sebagai kantor cabang Kraton. Karena , bangunan berlantai
dua ini dibangun di bekas kawasan Kraton Kerajaan Aceh. Dari
kantor ini, beberapa daerah di Aceh dapat dihubungi seperti
Meulaboh, Lamno, Bireuen,dll Tak hanya sebagian kawasan
Aceh, dari kantor telepon ini, juga ada jaringan telepon yang
dapat dipakai untuk berkomunikasi ke beberapa kota di
Sumatera Utara.

Dalam buku petunjuk telepon yang diterbitkan Belanda


pada 20 April 1933, jangkauan telepon dari Koetaradja,
disebutkan dapat mencapai Medan, Asahan, Rantau Prapat,
Tanjungpura dan Berastagi. Dalam buku panduan ini juga
dijelaskan tarif telepon antar kota tujuan . Tarif dihitung
berdasarkan 3 menit percakapan. Setelah Belanda hengkang
dari Aceh dan digantikan Jepang, bangunan ini tetap
digunakan. Sampai menjelang tahun 1960 setelah Indonesia
merdeka, bangunan ini masih dipakai sebagai Kantor Telepon
Militer Kodam I/Iskandarmuda yang disebut Wiserbot (WB)
Taruna. Sebelum dipakai oleh PSSI, gedung ini dipakai KONI
dan juga kantor Surat Kabar Atjeh Post.

Timeline Sejarah Situs Cagar Budaya Sentral Telepon


B. Taman Sari/Bustanussalatin

Taman yang bernama awal Taman Ghairah ini


merupakan taman istana tempat bermain keluarga
kerajaan. Taman ini sudah ada sejak abad ke 17 zaman
kerajaan Aceh Darussalam tepatnya tahun 1514 Masehi.
Dulu dikenal dengan sebutan Bustanussalatin yaitu taman
raja-raja. Taman seluas 3.000 meter persegi tersebut,
dulu luasnya mencapai 1/3 Kota Banda Aceh.
Bustanussalatin terbentang di sepanjang Krueng Daroy
yang melintasi Gunongan, Pinto Khop, Kandang, hingga
Pulau Gajah, dan Masjid Raya.

Namun, ketika penjajahan Belanda dimulai,


perlahan kawasan ini berubah. Semakin berubah saat
masa kemerdekaan. Komplek Taman Bustanulssalatin pun
perlahan terburai tidak lagi berada di dalam satu
kawasan. Pembangunan jalan raya mengakibatkan
beberapa objek, seperti Gunongan, Pinto Khop, dan
Masjid Raya Baiturahman terpisah jarak. Dan semua
bangunan di area ini rusak usai gempa dan tsunami yang meluluh lantakkan Aceh pada 26 Desember
2004 silam. Hingga hanya menyisakan tugu proklamasi dan tower air. Bustanulssaltin merupakan
nama kitab yang artinya taman raja-raja. Yang ditulis oleh seorang ulama besar dimasa kerajaan
Aceh Darussalam abad XVII M, ulama yang sangat jaya di masa pemerintahan Iskandar Thani, yaitu
Nuruddin Ar-raniry.

Garis waktu

Gambar A.1. Taman Sari pada tahun 1905 Gambar A.2. Taman Sari pada tahun 1970 Gambar A.3. Taman Sari sebelum
Sumber: http://hack87.blogspot.co.id/2013/04/kenangan-sejarah-
banda-aceh-tempoe.html
Sumber: https://acehlandtours.com/potret-sejarah-banda-aceh/
tsunami
Sumber: https://acehlandtours.com/potret-sejarah-banda-aceh/
Gambar A.4. Taman Sari sebelum tsunami Gambar A.5. Taman Sari sesudah tsunami
Sumber: https://acehlandtours.com/potret-sejarah-banda-aceh/ Sumber: .kebudayaanindonesia.com

Monumen di Taman Sari

 Tower Air Taman Sari (Post Colonial)

Tower ini dibangun pada tahun 1982 oleh pemerintah, namun


tidak pernah difungsikan karena pada awal pembangunan
tower ini bocor, sehingga pada tahun 2007, tower ini
dihancurkan. Dikarenakan banyak sisi bangunan yang hancur
akibat gempa dan tsunami yang terjadi pada tahun 2004 di
Aceh. Berdasarkan Bpk Nurdin sebagai narasumber
mengatakan bahwa salah satu alasan tower ini dibuat adalah
untuk menyambut pembukaan MTQ Nasional pertama di Banda
Aceh oleh Soeharto. Pada saat itu, dibuat tulisan Arab Allah di
bagian atas, sehingga pada saat tombol yang terhubung dengan tulisan tersebut ditekan oleh Bpk
Soeharto, akan muncul tulisan tersebut bersinar dari atas Tower.
Untuk membangun tower tersebut, dikeluarkan biaya yang sangat besar sekitar 3,5 M.

 Tugu Proklamasi (Post Colonial)

Dahulunya tugu ini adalah patung replika dari salah satu


pemimpin dari Belanda, yang diruntuhkan dan diganti tugu
proklamasi setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan
pada tahun 1945. Tugu ini memiliki tulisan teks proklamasi di
ke dua sisinya. Hingga saat ini, tugu ini masih berdiri kokoh di
tengah-tengah Taman Sari.
PUTROE PHANG

Taman Putroe Phang adalah taman kota yang merupakan situs sejarah yang merupakan
bagian dari era kejayaan kesultanan Aceh. Taman seluas 2,4 Ha ini termasuk kedalam salah satu
komponen ruang terbuka hijau, yaitu Taman Hutan Kota, dimana posisinya berperan ganda sebagai
Taman Kota dan Hutan Kota.

Sejarah Kota Banda Aceh dimulai dari masa Kerajaan Aceh yang meninggalkan situs
sejarah berupa Taman Putroe Phang, Makam Sultan Iskandar Muda dan Museum Aceh. Pada masa
itu, Taman Putroe Phang merupakan bagian dari wilayah kompleks Istana Sultan Aceh di Banda
Aceh. Taman Putroe Phang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda (1907 – 1639) diperuntukkan bagi
permaisurinya Putroe Phang, seorang putri dari kerajaan Johor dan Kerajaan Pahang di Semenanjung
utara melayu, Malaysia. Sebagaimana tradisi pada zaman dahulu, kerajaan yang kalah perang harus
menyerahkan glodong pengareng – reng (Rampasan Perang), upeti dan pajak tahunan. Termasuk
juga menyerahkan putri kerajaan untuk diboyong seba- gai tanda takluk.

Putri kerajaan yang diboyong ini biasanya diperistri oleh raja


dengan tujuan untuk mempererat tali persaudaraan dari kerajaan
yang ditaklukkannya, sehingga kerajaan pemenang menjadi
semakin besar dan semakin kuat kedudukannya.Taman ini
bersama beberapa situs sejarah lainnya di sepanjang sungai
Krueng Daroy merupakan bagian dari komplek raksasa Istana
Kesultanan Aceh. Kitab Bustanus Salatin mencatat bahwa
terdapat taman seluas 1000 depa (kurang lebih 1,5 km persegi)
disebut Taman Ghairah yang berada di dalam lingkungan istana
Iskandar Muda. Saat pasukan Belanda menyerang Koetaradja (Banda Aceh), sebagian besar komplek
istana hancur. Berbagai peninggalan sejarah kejayaan Kesultanan Aceh pun rusak akibat serangan
tersebut. Disamping itu, seiring perjalanan waktu, sebagian tempat tersebut beralih fungsi sesuai
tata wilayah yang ada.
Salah satu fasilitas yang terdapat di Taman Putroe Phang adalah Bangunan Pinto Khop (Pintu
Biram Indrabangsa) yang secara bebas dapat diartikan dengan pintu mutiara keindraan atau
kedewaan/raja-raja, didalam kitab Busatanul Salatin disebut dengan dewala. Pintu khop merupakan
pintu penghubung antara istana dan Taman Putroe Phang. Selain itu pintu gerbang berbentuk
kubah ini adalah tempat beristirahat puteri setelah lelah berenang. Pintu ukir ini memiliki lebar 2 m,
panjang 2 m, serta tinggi 3 m, terletak tepat ditengah Sungai Darul Asyiki. Langit-langitnya atau
rongga pintu berbentuk lengkungan busur dengan ukiran barat-timur. Lalu, ornamen-ornamen yang
menghiasi bangunan ini juga didominasi oleh motif sulur-suluran. Bagian atapnya memiliki tiga
tingkatan, dengan ornamen dalam bingkai-bingkai. Puncaknya adalah mahkota dengan sudut
meruncing.
ANALISIS KONSERVASI

GEDUNG PSSI

N0 KRITERIA BOBOT KATAGORI NILAI NILAI TOTAL


1 Kelangkaan 5  Tidak langka 1 15
 Langka 3
2 Penguat kawasan 5  Bukan landmark 1 5
sekitanya  Landmark 3
3 Kelompok bangunan 4  Bangunan tunggal 1 4
 Bangunan berdekatan 2
 Komplek bagunan 3
4 Kecendrungan perubahan 3  Kecil 1 9
fungsi  Besar 3
5 Perubahan fisik bangunan 2  Perubahan struktur 1 0
 Perubahan denah 2
 Perubahan 3
warna/ornamen
6 Fungsi 1  Pribadi 1 2
 Komersial 2
 Umum 3
Total 35
Gambar : Table prnrntuan katagore konservasi pada bangunan PSSI

Berdasarkan hasil pembobotan yang diperoleh, tingkat kepentingan pelestarian bangunan


PSSI berada pada prioritas 2 dengan tingkat kepentingan pelestarian sedang.

TAMAN BUSTANUSSALATIN

N0 KRITERIA BOBOT KATAGORI NILAI NILAI TOTAL


1 Kelangkaan 5  Tidak langka 1 5
 Langka 3
2 Penguat kawasan 5  Bukan landmark 1 15
sekitanya  Landmark 3
3 Kelompok bangunan 4  Bangunan tunggal 1 12
 Bangunan berdekatan 2
 Komplek bagunan 3
4 Kecendrungan perubahan 3  Kecil 1 9
fungsi  Besar 3
5 Perubahan fisik bangunan 2  Perubahan struktur 1 4
 Perubahan denah 2
 Perubahan 3
warna/ornamen
6 Fungsi 1  Pribadi 1 3
 Komersial 2
 Umum 3
Total 48

Berdasarkan hasil pembobotan yang diperoleh, tingkat kepentingan Taman Bustanussalatin berada
pada prioritas 1 dengan tingkat kepentingan pelestarian tinggi.

TAMAN PUTROE PHANG

N0 KRITERIA BOBOT KATAGORI NILAI NILAI TOTAL


1 Kelangkaan 5  Tidak langka 1 15
 Langka 3
2 Penguat kawasan 5  Bukan landmark 1 15
sekitanya  Landmark 3
3 Kelompok bangunan 4  Bangunan tunggal 1 12
 Bangunan berdekatan 2
 Komplek bangunan 3
4 Kecendrungan perubahan 3  Kecil 1 3
fungsi  Besar 3
5 Perubahan fisik bangunan 2  Perubahan struktur 1 4
 Perubahan denah 2
 Perubahan 3
warna/ornamen
6 Fungsi 1  Pribadi 1 3
 Komersial 2
 Umum 3
Total 55

Berdasarkan hasil pembobotan yang diperoleh, tingkat kepentingan Taman Putro Phang
berada pada prioritas 1 dengan tingkat kepentingan pelestarian tinggi.

LEVEL KONSERVASI PRILAKU YANG DAPAT DITERAPKAN


I Tidak diperbolehkan untuk diubah
PELESTARIAN KUAT
II Dimungkinkan untuk diubah dengan segala perubahan kecil
PELESTARIAN SEDANG
III Dimungkinkan untuk diubah dengan segala perubahan sedang
PELESTARIAN LEMAH
IV Dimungkinkan untuk diubah dengan segala perubahan besar
BOLEH DIBONGKAR
LAYOUT RENCANA INSERTION PADA SENTRAL TELFON BANDA ACEH

Nama Bangunan: Pusat Informasi Kawasan Heritage

Fungsi: Sebagai sebuah tempat untuk menampung dan memberikan informasi mengenai kawasan
ataupun objek heritage yang ada di pusat Kota Banda Aceh kepada masyarakat luas.

Anda mungkin juga menyukai