Taman Sari merupakan peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam pada abad ke-17 di masa
Sultan Iskandar Tsani. Dahulunya, Taman Sari bernama Taman Ghairah yang merupakan
taman istana untuk para keluarga raja yang dilengkapi dengan berbagai jenis tumbuhan bunga
dan buah-buahan. Taman Ghairah pada saat itu, mencangkup Taman Putro Phang (Pinto
Khop), Gunongan, dan Kandang Sultan Iskandar Tsani. Dalam perkembangannya,
pembangunan jalan raya membuat objek ini terpisah jaraknya.
Pada tahun 2004, gelombang tsunami menghancurkan taman dan hanya menyisahkan Tugu
Proklamasi. Kemudian, Walikota Banda Aceh bersama Presiden Catholic Relief Services Mr.
Kenneth Hackett membangun kembali Taman Sari untuk masyarakat Aceh dan untuk
mengenang korban tsunami 26 Desember 2004 silam yang diresmikan pada 7 Maret 2007.
Setelah mengalami pembugaran pada tahun 2017, Taman Sari berganti nama menjadi Taman
Bustanussalatin. Jika ditelusuri, arti dari Bustanussalatin merupakan nama kitab yang
memiliki arti taman raja-raja. Kitab tersebut ditulis oleh seorang ulama besar dimasa
Kerajaan Aceh Darussalam yaitu Nuruddin Ar-raniry, seorang ulama yang sangat jaya pada
masa pemerintahan Iskandar Tsani di abad ke-17.
Taman Sari adalah salah satu dari beberapa taman kota yang terletak di Gampong Baru
Kecamatan Baiturahman Kota Banda Aceh. Taman Sari merupakan alternatif ruang publik
kota bagi masyarakat. Selain sebagai taman kota yang merupakan bagian dari upaya
penyediaan ruang terbuka hijau, Taman Sari juga berperan sebagai taman wisata yang
digunakan sebagai ruang sosialisasi dan rekreasi warga Kota Banda Aceh. Taman Sari
sebagai ruang terbuka publik yang ada di Kota Banda Aceh merupakan salah satu tempat
rekreasi keluarga yang sering dikunjungi. Pada tempat tersebut masyarakat dapat berinteraksi.
Taman Sari memiliki kekurangan pada beberapa fasilitas estetika taman yang berupa bangku
tempat duduk yang seharusnya disiasati dengan sarana yang multi fungsi dan alami, gazebo
yang juga multi fungsi dan alami, lampu taman seharusnya memakai lampu taman tenaga
surya, jalan setapak seharusnya dapat menghubungkan ke semua zona, untuk menghindari
banyaknya pengerasan, jalan setapak bisa dibangun menyerupai jembatan hingga rumput bisa
tetap bisa tumbuh di bawah jalan setapak tersebut.
Taman Sari belum berperan sebagai pembentuk estetika Kota Banda Aceh, baik dilihat dari
Dari aspek penataan taman, peletakan sarana dan prasaran, dan lokasi taman yang menarik
(Point of Interest). Merujuk pada kenyataan Taman Sari masih jauh dari solusi yang penulis
berikan, maka berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan kenyataan bahwa fungsi
Taman Sari bukanlah sebagai taman kota melainkan sebagai tempat bermain, tempat
bersantai, tempat persinggahan atau menunggu.
Taman Sari tidak memiliki aplikasi perancangan lansekap dengan baik. Hal ini dapat ditinjau
dari komposisi elemen lansekapnya, baik hard material maupun soft material. Karakteristik
visual atau estetika erat kaitannya dengan rekreasi. Ukuran bentuk, warna dan ekstur tanaman
serta unsur komposisi dan hubungannya dengan elemen- elemen sekitarnya merupakan faktor
yang mempengaruhi kualitas estetika. Penataan taman selain memberikan hasil utama dan
sebagai sumber air juga merupakan sarana untuk berekreasi.
Suatu penataan soft material berupa vegetasi dapat berfungsi dengan baik misalnya sebagai
pembentuk ruang, pengendalian suhu udara, memperbaiki kondisi tanah. Penataan tanaman
yang berhasil adalah apabila vegetasi itu berfungsi menarik. Struktur vegetasi berstrata
banyak ternyata paling efektif menanggulangi masalah taman kota seperti suhu udara,
kebisingan, debu, dan kelembaban. Hasil analisis dari pendapat para pakar Taman Sari belum
memiliki vegetasi yang berfungsi dengan baik segai taman kota, pengerasan yang terlalu
banyak membuat Taman Sari menjadi kurang asri.
Penataan hard material yang terdiri dari penyediaan furniture yang berupa bangunan serba
guna, tempat duduk, bangku, lampu taman, kolam, tempat sampah, gazebo, dan tempat parkir
berada dalam kondisi yang cukup baik. Sebagian komposisi furniture taman tidak didesain
sesuai standar kearsitekturan. Namun Taman Sari tetap memiliki keindahan-keindahan pada
desain bangunan dan taman sehingga masih banyak diminati oleh masyarakat, terbukti
dengan banyaknya pengunjung.
Hasil pengukuran areal taman yang dilakukan di Taman Sari menunjukkan bahwa jarak
antara bangku taman sejauh 66 meter, idealnya berjarak 10 meter. Jarak tong sampah taman
56 meter, seharusnya berjarak 25 meter dan jarak tanaman hanya 3 meter. Sementara jarak
pohon sudah memadai yakni sejauh 5 meter dan jarak antara lampu taman juga sudah ideal
yaitu 15 meter. Sedangkan luas areal pengerasan dengan total Panjang 163 meter dan lebar
11,24 meter
.
ASPEK SOSIAL POLITIK DAN BUDAYA
Darmawan, E. 2009. Ruang Publik Dalam Arsitektur Kota. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponogoro.
Anonim, 2017, Profil Taman Sari. Banda Aceh: Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan
Keindahan Kota Banda Aceh.
Hariyono dan Sukawan AM., 2012. Kajian Lapangan Ngurah Rai Sebagai Taman Kota Di
Kota Singaraja. Tesis Program Magister Prograam Studi Arsitektur Program Pascasarjana
Universitas Udayana.
Hariyono, P. 2012. Sosiologi Kota Untuk Arsitek. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/ PRT/M/2008 tentang Ruang Terbuka Hijau
Taman Kota di Kawasan Perkotaan.
Purnomo, A.B. 2009. Teknik Kuantitatif Untuk Arsitektur dan Perancangan Kota, Jakarta:
Rajawali Pers.
Rutledge, Albert. J. 2007. Anatomy of Park, The essential of recreation area planning and
design. New York: Mc Graw Hill Book Company.
Sugini, 2006. Pemaknaan Istilah-Istilah Kualitas Kenyamanan Thermal Ruang alam Kaitan
Dengan Parameter Iklim Ruang. Jurnal.
Supriyatno, Budi. 2009. Manajemen Tata Ruang. Tangerang : CV. Media Brilian.