LP Teori Askep Kista Ovary
LP Teori Askep Kista Ovary
1.1.2 Etiologi
Kista ovarium belum diketahui secara jelas dan pasti, tetapi diperkirakan karena
ada kemungkinan korpus luteum gravidatatis ikut terangkat. Korpus luteum adalah
organ fisiologis lain yang berpotensi nengalami pembentukan kista dan perdarahan,
suatu folikel yang matang tidak dilepaskan sel telur sehingga menetap dan membesar
selama siklus ovulasi tumbuh atau berkembang dari folikel kista sederhana (normal)
yang dipengaruhi proses antresia folikel, korpus luteum yang mengalami hematoma.
1.1.3 Fisiologis
Ovarium merupakan kelenjar terbentuk buah kenari terletak dikiri dan kanan
uterus dibawah tuba uterin dan terikat disebelah belakang oleh ligamentum latum
uterus. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan. Ovarium
disebut juga indung telur, didalamnya terdapat jaringan bulbus dan jaringan tubulus
yang menghasilkan telur (ovum), ovarium ini hanya terdapat pada wanita letaknya di
dalam pelviks sebelah kiri, kanan uterus. Jaringan yang banyak mengandung kapiler
darah dan serabut kapiler saraf. Pada umumnya bentuk kista-kista kecil banyak
ditemukan di ovarium yaitu dalam folikel dan korpus luteum. Selama proses ovulasi
folikel-folikel yang sudah matang akan melepaskan satu telur. Tapi pada pembentukan
kista, pada proses ovulasi folikel tidak dapat mengeluarkan telur sehingga folikel
membesar dan menjadi kista. Selain itu korpus luteum adalah organ fisiologis lain yang
berpotensi mengalami pembentukan kista pada perdarahan korpus luteum persistem
jarang didapatkan pada wanita yang tidak hamil. Bila kemudian telah disingkirkan maka
pembesaran salah satu ovarium dapat akibat pembentukan kista dalam pusat luteum
yang gagal mengecil.
1.1.4 Patofisiologi
Ovulasi
Resiko Kerusakan
infeksi integritas
kulit
1.1.8 Penatalaksanaan
1) Pada kista ovarium dengan keluhan nyeri perut dilakukan laparatomi
2) Pada kista pvarium asimtomatik besarnya lebih dari 10 cm dilakukan laparatomi
3) Kista yang kecil (< 5 cm) umumnya tidak memerlukan tindakan operatif
4) Kista 5-10 cm memerlukan observasi jika menetap atau membesar dilakukan
laparatomi
5) Jika pada laparatomi ada kecurigaan keganasan, pasien perlu dirujuk ke rumah sakit
yang lebih lengkap untuk evaluasi dan penanganan selanjutnya.
6) Observasi klinis pasien
7) Pengukuran kadar hematorit dan hemoglobin
8) Pencegahan komplikasi serius yang timbul dari pembedahan
2) Kriteria hasil :
(1) Perasaan takut atau cemas berkurang
(2) Pasien tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat diatasi.
(3) Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan
partisipasi aktif dalam aturan terapeutik
3) Implementasi dan rasional
(1) Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
R: Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta kesalahan konsep
tentang diagnosis.
(2) Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan
perasaan atau menolak bicara.
R: Membantu pasien untuk merasa diterima pada adanya kondisi tanpa perasaan dihakimi
dan meningkatkan rasa kontrol.
(3) Pertahankan kontak sering dengan pasien
R: Memberikan keyakinan pada pasien bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak berikan
respek dan penerimaan individu mengembangkan kepercayaan.
(4) Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis. Hindari memperdebatkan
tentang persepsi pasien terhadap situasi.
R: Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat pilihan atau
keputusan berdasarkan realita.
(5) Jelaskan prosedur, berikan untuk bertanya dan jawaban jujur
R: Informasi akurat memungkinkan pasien menghadapi situasi lebih efektif dengan
realitas, karena dapat menurunkan ansietas dan rasa takut karena ketidaktahuan.
(6) Jelaskan pengobatan yang dianjurkan, tujuannya, potensial efek samping membantu
pasien menyiapkan pengobatan.
R: Pengobatan dapat meliputi pembedahan sehingga diharapkan pasien benar-benar siap
untuk melaksanakannya
Post op
1.2.2.3 Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder terhadap
tindakan operasi SOD.
1) Tujuan
Nyeri berkurang dalam waktu 2 x 24 jam setelah dilakukan tindakan operasi
2) Kriteria hasil
(1) Nyeri dapat hilang atau terkontrol
(2) Keadaan umum pasien baik
(3) Pasien tampak tenang
4) Intervensi
(1) Kaji nyeri, catat lokasi
R: Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan
(2) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
R: Lingkungan yang tenang dan nyaman membuat pasien merasa aman dan yakin bahwa
ia dirawat dengan baik.
(3) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
R: Mengurangi ketegangan abdomen sehingga dapat mengurangi nyeri
(4) Pantau TTV
R: Untuk mengenal dan mengetahui penyimpanan dari perkembangan keadaan pasien
secara dini.
1.2.2.5 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada kulit,
pengangkatan bedah kulit atau jaringa
1) Tujuan : Luka operasi mencapai penyembuhan tepat pada waktunya
2) Kriteria hasil :
(1) Tercapainya penyembuhan luka
(2) Mencegah komplikasi
(3) Tidak timbul jaringan
3) Intervensi :
(1) Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit
R: Mengobservasi adanya kegagalan proses penyembuhan luka
(2) Anjurkan pasien untuk tidak menyentuh daerah luka
R: Mencegah kontaminasi luka
(3) Secara hati-hati lepaskan perekat dan pembalut saat mengganti balutan
R: Mengurangi resiko trauma kulit
(4) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
R: Diberikan secara profilaksis atau untuk mengobati infeksi khusus dan meningkatkan
penyembuhan.
1.2.2.6 Resti infeksi berhubungan dengan trauma jaringan pembedahan, prosedur invasif
1) Tujuan : Tidak terjadi infeksi selama perawatan di rumah sakit
2) Kriteria hasil :
(1) Suhu tubuh pasien dalam batas normal (36 – 37 o C)
(2) Tidak ada tanda infeksi
(3) Tidak ada pus pada luka pasien
3) Implementasi dan Rasional :
(1) Observasi TTV
R: Dapat mengidentifikasi terjadi infeksi
(2) Lakukan tindakan keperawatam luka secara antiseptik dan septik
R: Mencegah kontaminasi luka
(3) Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat atau membesar
R: Keadaan rembesan dapat menandakan hematoma, gangguan penyatuaan jahitan atau
desisiensi luka
(4) Dorong masukan cairan oral dan diit tinggi kalori protein, vitamin C dan zat besi
R: Mempercepat proses penyembuhan
(5) Bersihkan luka dan ganti balutan bila basah
R: Lingkungan lembab merupakan media paling baik untuk pertumbuhan bakteri
(6) Tingkatkan istirahat
R: Istirahat menurunkan proses metabolisme, memungkinkan O 2 dan nutrien digunakan
untuk penyembuhan
1.2.3 Evaluasi
1) Pasien menyatakan ansietas terkontrol
2) Pasien dapat memahami kondisinya
3) Nyeri berkurang dalam waktu 2 x 24 jam setelah dilakukan tindakan operasi
4) Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain
5) Tidak ada tanda kerusakan jaringan
6) Pasien menunjukkan tidak ada proses infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Bagian obstetric dan Ginekologi F.K. Unpad. 1993. Ginekologi Elster : Bandung
Carpenito, Lynda Juall (2000). Diagnosa Keperawatan. Terjemahan Monica Ester. Edisi 8. EGC.
Jakarta.
Doenchoelter, Johan H (1988). Ginekologi Greeenhill. Terjemahan Chandra Sanusi. Edisi 120.
EGC. Jakarta.
Kamus Kedokteran Dorland. Cetakan I. 1998. Terjemahan Poppy Kumala. EGC. Jakarta.
Media Aesculapius. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Media Aesculapius.
FKUI.