100 - Juklak Pemeriksaan Keuangan 2014 PDF
100 - Juklak Pemeriksaan Keuangan 2014 PDF
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4/K/I-XIII.2/7/2014
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN KEUANGAN
1
4. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
31/SK/I-VIII.3/8/2006 tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan,
Keputusan, dan Naskah Dinas pada Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia;
5. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 39/K/I-VIII.3/7/2007
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia;
6. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008
tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
05/K/I-XIII.2/2/2009 tentang Perubahan Atas Keputusan Badan
Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008 tentang Panduan
Manajemen Pemeriksaan;
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Pasal 2
a. BAB I : PENDAHULUAN
b. BAB II : GAMBARAN UMUM
c. BAB III : PERENCANAAN PEMERIKSAAN
d. BAB IV : PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
e. BAB V : PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
f. BAB VI : PEMERIKSAAN INTERIM
g. BAB VII : PENUTUP
Pasal 3
2
sebagaimana tercantum dalam Lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.
Pasal 4
Pada saat Keputusan ini mulai berlaku Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
04/K/I-XIII.2/5/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 5
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 16 Juli 2014
ttd ttd
Nizam Burhanuddin
3
LAMPIRAN : KEPUTUSAN BPK
NOMOR : 4/K/I-XIII.2/7/2014
TANGGAL : 16 JULI 2014
PETUNJUK PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN KEUANGAN
Tim Penyusun:
Daeng M. Nazier
Hery Subowo
Ria Anugriani
Dedy Eryanto
Airin Maulida Harahap
Endra Noviandy Sujadi
Erny Dwi Ekawati
Imammudin Achmad
Latiefah Lestari Dewi
M. Imam Asyhari
Suratriningtyas
Shokhifatunufus
Yoice Stefano
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksaan Keuangan
Jl. Gatot Subroto 21
Jakarta-10210
DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR ISI i
DAFTAR LAMPIRAN iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................................................. 2
C. Lingkup .......................................................................................................................... 2
D. Kedudukan Juklak Pemeriksaan Keuangan ................................................................... 2
E. Dasar Hukum Penyusunan Juklak ................................................................................. 3
F. Sistematika ..................................................................................................................... 4
i
BAB V PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
A. Umum ............................................................................................................................ 38
B. Penyusunan dan Pembahasan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan………………...… 39
C. Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan………….. 45
REFERENSI 51
ii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan
01 Untuk melaksanakan amanat UUD 1945 dan ketentuan di dalam tiga keuangan
paket Undang-Undang di bidang keuangan negara, serta Undang-
oleh BPK
Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan,
BPK melaksanakan pemeriksaan keuangan. Pemeriksaan tersebut
dilakukan terhadap laporan keuangan Pemerintah Pusat,
kementerian/lembaga negara, pemerintah daerah, Bank Indonesia (BI),
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan
negara.
02 Untuk melakukan pemeriksaan keuangan tersebut, BPK telah
menetapkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dan
Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP). SPKN dan PMP tersebut
perlu dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan agar ada keseragaman
pelaksanaan pemeriksaan keuangan di antara para Pemeriksa BPK. Oleh
karena itu, BPK perlu menyusun dan menetapkan Petunjuk Pelaksanaan
(Juklak) Pemeriksaan Keuangan.
Hubungan dengan
03 BPK telah menetapkan Juklak Pemeriksaan Keuangan dalam Keputusan pedoman dan standar
BPK Nomor 04/K/I-XIII.2/5/2008 tanggal 19 Mei 2008. Juklak tersebut pemeriksaan yang
lain
mengacu kepada SPKN, PMP, serta referensi terkait dari standar
pemeriksaan yang diterbitkan oleh International Organization of
Supreme Audit Institutions (INTOSAI), Asian Organization of Supreme
Audit Institutions (ASOSAI), dan Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP) yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI),
serta praktik internasional yang lazim (International Best Practices)
pada pemeriksaan keuangan sektor publik. Pemeriksaan
keuangan berbasis
Praktik internasional yang lazim tersebut diantaranya adalah risiko, berperspektif
lingkungan, dan e-
pengadaptasian Pemeriksaan Keuangan Berperspektif Lingkungan. Audit
Lingkungan adalah aset negara dan pengelolaan terhadap lingkungan
dilaksanakan dengan menggunakan uang negara. BPK sebagai
Pemeriksa ekstern Pemerintah memegang mandat UUD 1945 untuk
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dimana
berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara. Lingkup keuangan negara meliputi hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya
pelaksanaan hak dan kewajiban negara dalam pengelolaan lingkungan
hidup. BPK juga menerapkan pemeriksaan dengan berbasis risiko (Risk
Based Audit/RBA) dan pemeriksaan dengan pendekatan e-Audit. Ketiga
hal tersebut penting untuk diterapkan dalam rangka mewujudkan praktik
sustainability development pada pengelolaan lingkungan, efisiensi, dan
fokus pemeriksaan pada area berisiko, serta penggunaan transaksi
elektronik yang luas dalam pengelolaan keuangan negara.
04 Berdasarkan
4 hasil evaluasi dan monitoring oleh Direktorat Litbang BPK,
Keputusan BPK Nomor 04/K/I-XIII.2/5/2008 tentang Juklak
Pemeriksaan Keuangan perlu disempurnakan.
B. Tujuan
05 Tujuan Penyusunan
Tujuan Juklak Pemeriksaan Keuangan adalah: Juklak Pemeriksaan
1. meningkatkan profesionalisme, efektivitas, dan efisiensi Keuangan
pemeriksaan keuangan;
2. memberikan keseragaman pelaksanaan pemeriksaan keuangan; dan
3. memberikan pedoman agar Pemeriksa dapat menghasilkan LHP
sesuai dengan SPKN dan PMP.
C. Lingkup
06 Lingkup Juklak
Lingkup Juklak Pemeriksaan Keuangan ini meliputi tata cara Pemeriksaan
pelaksanaan pemeriksaan keuangan mulai dari tahap perencanaan hingga Keuangan
ke tahap pelaporan. Akan tetapi, Juklak Pemeriksaan Keuangan ini tidak
mengatur hal-hal yang bersifat teknis dalam pemeriksaan.
07 Petunjuk secara rinci dari beberapa langkah di Juklak Pemeriksaan
Keuangan diuraikan dalam Petunjuk Teknis (Juknis) terkait pemeriksaan
keuangan seperti Juknis Pemahaman dan Pengujian Sistem Pengendalian
Internal (SPI), Juknis Penilaian Risiko, Juknis Penetapan Batas
Materialitas, dan Juknis Metode Uji Petik.
08 Selain Juknis-juknis tersebut, Juklak Pemeriksaan Keuangan juga
berkaitan dengan Pedoman Pengelolaan Dokumentasi Pemeriksaan
Elektronik (PDPE) dan Juknis yang mengatur tentang pengelolaan
dokumentasi pemeriksaan secara elektronis.
10 Dasar hukum penyusunan juklak pemeriksaan keuangan adalah sebagai Dasar hukum
berikut:
1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4654);
3. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4707);
4. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 31/SK/I-
VIII.3/8/2006 tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan,
F. Sistematika
BAB II
GAMBARAN UMUM
07 Contoh LHP
dengan
Ilustrasi 1: Contoh Pemeriksaan atas Laporan Keuangan dengan perspektif
memperhatikan perspektif lingkungan yang dilakukan oleh BPK. lingkungan
09 E-Audit adalah sebuah sistem yang membentuk sinergi antara sistem Pengertian
e-Audit
informasi internal BPK (e-BPK) dengan sistem informasi milik entitas
pemeriksaan (e-Auditee) melalui sebuah komunikasi data online antara e-
BPK dengan e-Auditee dan membentuk pusat data pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara di BPK.
E-Audit yang dibangun BPK adalah perwujudan BPK Sinergi yang
memiliki unsur berikut:
1. sistem yang membentuk sinergi antara e-BPK dan e-Auditee;
2. komunikasi data online antara e-BPK dengan e-Auditee; dan
3. pusat data pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
10 Sistem e-Audit mampu memfasilitasi Pemeriksa untuk mempermudah
kegiatan pemeriksaan, yaitu antara lain dalam pemerolehan data dan
pengujian transaksi dengan efektif dan efisien. Dengan memanfaatkan
sistem e-Audit, Pemeriksa dapat mengumpulkan data dari entitas, baik
ketika proses pemeriksaan maupun diluar proses pemeriksaan. Hasil dari
pengumpulan data tersebut akan membentuk suatu pusat data
pengelolaan keuangan negara di BPK yang sekaligus akan
mengoptimalkan pengelolaan database keuangan negara di BPK. Data
yang terkumpul di pusat data BPK dapat dimanfaatkan Pemeriksa setiap
saat.
11 Penerapan e-Audit bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan kualitas Tujuan dan
Manfaat
pemeriksaan keuangan negara. Sedangkan manfaat yang ingin dicapai
dari penerapan e-Audit adalah:
1. meningkatkan efisiensi kegiatan pemeriksaan;
2. meningkatkan efektifitas pelaksanaan kegiatan pemeriksaan;
3. membentuk pusat data pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara; dan
4. penerapan konsep link and match data entitas pemeriksaan.
12 Dengan penerapan e-Audit, diharapkan dapat tercapainya kegiatan
pemeriksaan yang efektif dan efisien dengan menciptakan suatu sinergi
secara elektronik. Sinergi tersebut dapat memperdalam perencanaan
BAB III
PERENCANAAN PEMERIKSAAN
A. Umum
01 0
Sesuai dengan SPKN, pemeriksaan harus direncanakan dengan sebaik-
1
baiknya. Perencanaan pemeriksaan dilakukan untuk mempersiapkan
Program Pemeriksaan (P2) yang akan digunakan sebagai dasar bagi
pelaksanaan pemeriksaan sehingga pemeriksaan dapat berjalan secara
efisien dan efektif.
02 0
Tahap perencanaan pemeriksaan meliputi 10 (sepuluh) langkah kegiatan, Tahap
perencanaan
2
yaitu: pemeriksaan
terdiri dari 10
1. Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan; (sepuluh) langkah
2. Pemahaman atas Entitas dan Proses Bisnis;
3. Pemahaman Hasil Pemeriksaan Sebelumnya;
4. Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal;
5. Pemahaman atas Sistem Pengendalian Internal;
6. Identifikasi dan Penilaian Risiko Awal;
7. Penetapan Batas Materialitas Awal;
8. Penentuan Metode Uji Petik;
9. Pemenuhan Kebutuhan Pemeriksa; dan
10. Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kegiatan
Perorangan.
03 Masing-masing aktivitas dalam tahap perencanaan dijabarkan manfaat
dan sifat/jenis dokumentasinya dalam Gambar 3.1 berikut.
Dokumen Prosedur
Pelaksanaan Prosedur Analitis
Analitis Awal Melakukan prosedur analitis
Pemahaman SPI
Matriks Risiko
SPAP SA Seksi 312
PSA No.25
Pengendalian (MRP)
Penentuan Metode Uji Menetapkan metode uji petik Metode uji Petik
Petik dan ukuran sampel
Program Pemeriksaan
Penyusunan Program
Pemeriksaan dan
Program Kegiatan Menyusun P2 dan PKP
Perorangan Program Kegiatan
Perorangan
menentukan area yang ingin ditelaah lebih dalam. Penilaian awal ini
juga dapat digunakan untuk mempertimbangkan Pemeriksa yang
akan ditugaskan dalam pemeriksaan tersebut.
3. Penetapan tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan.
Tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan yang telah dirumuskan,
didokumentasikan secara tertulis dan ditandatangani oleh Ketua Tim,
Pengendali Teknis, Penanggung Jawab, atau Pemberi Tugas.
10 0
Pemeriksa harus menyadari bahwa harapan yang tidak realistis atau
7
harapan di luar kemampuan Pemeriksa yang ada dapat berakibat tidak
tercapainya tujuan penugasan. Untuk harapan yang realistis namun di
luar kemampuan Pemeriksa (misal: jadwal yang ketat, aturan baru yang
harus direviu tetapi belum ada anggota tim yang ahli tentang aturan
tersebut, dan sebagainya), Pemeriksa harus bekerja sama dengan Pemberi
Tugas untuk membuat suatu rencana pencapaian harapan tersebut selama
periode waktu yang disepakati.
11 0
Selama pemeriksaan, Pemeriksa selalu memantau pencapaian tujuan Memantau
Pencapaian Tujuan
8
pemeriksaan dan harapan penugasan dengan target pelaksanaan yang dan Harapan
disepakati dalam formulir pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan Penugasan
penugasan.
12 0
Dokumentasi hasil langkah pemahaman atas tujuan pemeriksaan dan Dokumentasi
9
harapan penugasan merupakan suatu rangkuman mengenai
pengidentifikasian tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan Pemeriksa
dengan Pemberi Tugas dan rencana untuk melakukan pemeriksaan.
Dokumentasi tersebut berupa formulir pemahaman tujuan pemeriksaan
dan harapan penugasan.
Contoh dokumentasi pemahaman tujuan dan harapan penugasan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III.1 sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Keputusan ini.
33 Tujuan dari prosedur ini adalah untuk membantu Pemeriksa dalam Tujuan
merencanakan sifat, saat, dan lingkup untuk prosedur-prosedur lainnya di
tahap selanjutnya atau prosedur pemeriksaan yang akan digunakan untuk
memperoleh bukti-bukti pemeriksaan untuk saldo akun atau kelas
transaksi tertentu.
34 Input yang diperlukan dalam tahap ini antara lain: Input
pos keuangan sebelum melakukan prosedur analitis yang lebih rinci atau
prosedur subtantif.
37 Teknik Prosedur Analitis Awal biasanya meliputi perbandingan saldo Teknik prosedur
analitis
yang tercatat dengan data-data lainnya (seperti saldo keuangan tahun
yang lalu, saldo akun-akun yang berhubungan, atau pos-pos sejenis pada
tahun lalu), penggunaan rasio-rasio atau hal lainnya yang masih
berhubungan, dan analisis terhadap industri/kegiatan entitas. Setiap
perbedaan-perbedaan yang diidentifikasi sebagai hasil dari prosedur-
prosedur ini akan dievaluasi lagi untuk melihat apakah dibutuhkan
perluasan prosedur pemeriksaan dalam area pemeriksaan tertentu.
Pemeriksa haruslah mendokumentasikan penemuan-penemuannya
sebagai bahan pertimbangan selanjutnya.
38 Prosedur Analitis Awal didokumentasikan dalam dokumen Prosedur Dokumentasi
Analitis. Langkah-langkah dan pendokumentasian prosedur analitis awal
dibahas secara lebih rinci dalam suatu Seri Panduan Prosedur Analitis
dalam Pemeriksaan Keuangan.
39 Sistem Pengendalian Internal, yang selanjutnya disebut SPI, adalah suatu Definisi
proses integral yang didesain dan diimplementasikan oleh pimpinan dan
seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan yang memadai terhadap
pencapaian tujuan entitas terkait dengan:
1. efektivitas dan efisiensi operasi;
2. keandalan dari laporan keuangan;
3. ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan; dan
4. pengamanan aset.
40 Pemahaman atas SPI bertujuan mengkaji pengendalian internal yang Tujuan
diterapkan oleh entitas dalam menjalankan kegiatannya secara efektif dan
efisien serta mengkaji kemungkinan terjadinya kesalahan dan kecurangan
(misstatement dan fraud).
Dalam tahap ini, Pemeriksa juga melakukan penilaian kemungkinan
salah saji yang disebabkan oleh hal-hal terkait risiko lingkungan SPI.
Entitas terperiksa dapat menerapkan pengendalian lingkungan
internalnya secara berbeda-beda, sesuai dengan besarnya risiko
lingkungan SPI yang mereka hadapi. Entitas dengan risiko lingkungan
SPI yang kecil/rendah dapat menyatukan pengendalian internal terkait
lingkungan SPI dengan pengendalian internal reguler yang mereka
miliki, sedangkan entitas dengan risiko lingkungan SPI yang besar
mungkin harus memiliki pengendalian internal yang khusus didesain
untuk mengendalikan risiko lingkungan SPI.
41 Dalam memahami SPI entitas, data dan informasi yang dibutuhkan antara Input
lain:
1. struktur organisasi;
2. seluruh uraian pekerjaan yang terkait pelaporan keuangan;
3. prosedur operasi standar (Standard Operating Procedure/SOP);
4. kebijakan akuntansi;
5. kebijakan dan keputusan penting yang ditetapkan oleh pimpinan
entitas;
3
ISSAI 5120 Environment Audit and Regularity Audit
44 Tujuan tahap ini adalah melakukan pengkajian atas penilaian risiko- Tujuan
risiko pemeriksaan agar dapat disusun prosedur pemeriksaan yang fokus
pada area berisiko tinggi yang disebabkan oleh salah saji ataupun fraud,
sehingga proses pemeriksaan menjadi lebih efektif dan efisien.
45 Input yang diperlukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut. Input
58 Tujuan tahap ini adalah Pemeriksa menentukan metode dan teknik Tujuan
pemilihan uji petik yang tepat dalam pengujian yang akan
dilaksanakannya.
59 Input yang diperlukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut. Input
1. hasil penelaahan umum atas entitas;
2. hasil pemahaman SPI;
3. hasil penilaian risiko pemeriksaan atas setiap akun atau kelompok
akun;
4. kertas kerja hasil pemeriksaan sebelumnya (jika kali ini merupakan
pemeriksaan tahun kedua dan selanjutnya) terutama mengenai
penilaian risiko dan materialitas; dan
5. data laporan keuangan entitas.
60 Pemeriksa menentukan metode uji petik berdasarkan pertimbangan
profesional. Uji petik merupakan elemen uji yang diambil oleh
Pemeriksa untuk memberikan keyakinan tentang kualitas informasi yang
disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Metode uji petik
yang dilakukan dapat menggunakan metode statistik atau nonstatistik.
61 Penentuan uji petik dengan metode statistik dalam pengujian Metode Statistik
pengendalian dilakukan dengan metode attribute sampling, sedangkan
dalam pengujian substantif menggunakan metode variable sampling.
62 Penentuan uji petik dengan metode nonstatistik ditentukan oleh Metode
Nonstatistik
pertimbangan profesional Pemeriksa dengan memperhatikan, antara lain
cakupan dan lingkup pemeriksaan, risiko dan tingkat materialitas, sistem
akuntansi yang diselenggarakan oleh entitas yang diperiksa, serta dengan
memperhatikan asas manfaat (cost and benefit).
4
Auditing & Assurance Services : An Integrated Approach, “Materiality and Risk”, Elder/Beasley/Arens, pg. 249
63 Penggunaan metode uji petik baik metode statistik maupun nonstatistik Dokumentasi
harus didokumentasikan di dalam KKP. Dokumentasi tersebut antara lain
mengungkapkan alasan penggunaan dan gambaran umum metode uji
petik tersebut.
64 Langkah-langkah dan pendokumentasian penentuan metode uji petik
akan dibahas secara lebih rinci dalam Juknis Penentuan Metode Uji
Petik.
70 Berdasarkan hal di atas maka dalam rangka pemeriksaan keuangan dapat Kualifikasi
Pemeriksa
ditentukan kebutuhan kualifikasi Pemeriksa sebagai berikut:
1. Tim Pemeriksa secara kolektif harus memiliki pemahaman yang
cukup atas standar akuntansi dan pengetahuan yang memadai atas
pemeriksaan keuangan;
2. komposisi Tim Pemeriksa, paling tidak satu orang memiliki register
akuntan;
3. Ketua Tim harus memiliki pengalaman yang memadai paling tidak
satu kali melakukan pemeriksaan keuangan. Apabila entitas yang
diperiksa cukup besar lingkup dan sasarannya, maka Ketua Tim
dapat dibantu dengan beberapa Ketua Subtim yang telah memiliki
kualifikasi yang sama dengan Ketua Tim;
4. Pengendali Teknis harus memiliki pengetahuan dan pengalaman
pemeriksaan terkait dengan pemeriksaan keuangan dan/atau pernah
menjadi Ketua Tim Pemeriksa paling tidak satu kali dan/atau
menduduki jabatan struktural dan/atau menduduki jabatan fungsional
paling tidak Ketua Tim Senior;
5. Penanggung Jawab pemeriksaan keuangan adalah Pemeriksa yang
memiliki register akuntan dan memiliki pengalaman yang memadai
melakukan pemeriksaan keuangan atau memiliki jabatan
struktural/fungsional. Apabila entitas yang diperiksa cukup besar
lingkup dan sasarannya, maka Penanggung Jawab dapat dibantu oleh
Wakil Penanggung Jawab yang telah memiliki kualifikasi yang sama
dengan Penanggung Jawab; dan
6. apabila entitas terperiksa telah mampu menyusun laporan keuangan
dengan menggunakan sistem informasi yang terintegrasi, maka
sangat dianjurkan dalam penyusunan komposisi Tim untuk
mempertimbangkan agar menugaskan Pemeriksa yang memiliki
pengetahuan dan keahlian di bidang TI dan/atau pemeriksaan TI.
71 Langkah-langkah dalam melakukan pemenuhan kebutuhan Pemeriksa, Langkah-langkah
pemenuhan
antara lain: kebutuhan
1. mengidentifikasi peran dan kebutuhan penugasan Pemeriksa
Dari pemahaman atas tujuan dan harapan penugasan yang telah
ditetapkan, Pemeriksa mengidentifikasi peran-peran yang diperlukan
dalam Tim Pemeriksa. Langkah-langkah tersebut berupa:
a. mengidentifikasi peran;
b. mempertimbangkan keahlian yang dibutuhkan; dan
c. mengomunikasikan tugas;
2. mendistribusikan penugasan kepada Pemeriksa; dan
3. mempertimbangkan kebutuhan jasa tenaga ahli dari luar Tim
Pemeriksa.
72 Dalam pertemuan yang membicarakan pengenalan penugasan, Penanggung
Jawab
Penanggung Jawab menginformasikan kepada Tim Pemeriksa yang akan menginformasikan
melaksanakan pemeriksaan tentang kebutuhan dan harapan penugasan, harapan
kriteria pengukuran nilai, hasil pemeriksaan/penyelesaian penugasan penugasan, kriteria
pengukuran, dan
yang diharapkan dan telah disetujui bersama Pemberi Tugas. Hal ini penyelesaian
membantu seluruh Tim untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik penugasan
mengenai entitas dan untuk mendapatkan keyakinan bahwa masing-
terkini/yang ada.
79 Berdasarkan paket P2 yang telah disetujui, Ketua Tim melakukan Penyusunan PKP
pembagian tugas kepada masing-masing Anggota Tim atas langkah
pemeriksaan yang terdapat dalam P2. Para Anggota Tim Pemeriksa
kemudian menyusun konsep PKP yang merupakan penjabaran dari P2
dan mengajukannya kepada Ketua Tim untuk direviu. Setelah
memperhatikan pertimbangan Pengendali Teknis, Ketua Tim Pemeriksa
menyetujui konsep PKP. Bentuk P2 dan PKP mengacu kepada PMP.
BAB IV
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
A. Umum
01 0
Pelaksanaan pemeriksaan merupakan realisasi atas perencanaan
1
pemeriksaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tahap Pelaksanaan
pemeriksaan meliputi 10 (sepuluh) langkah kegiatan, yaitu:
1. Pelaksanaan Pengujian Pengendalian Internal;
2. Penyesuaian Tingkat Risiko dan Tingkat Materialitas Setelah
Pengujian Pengendalian;
3. Penyesuaian Prosedur Pengujian;
4. Pelaksanaan Pengujian Substansif;
5. Evaluasi Terhadap Pelaksanaan Pengujian Substantif;
6. Pelaksanaan Prosedur Tambahan jika diperlukan;
7. Penyusunan dan Penyampaian Temuan Pemeriksaan dan Jurnal
Penyesuaian;
8. Perolehan Surat Representasi;
9. Pelaksanaan Prosedur Analitis Akhir; dan
10. Penilaian Risiko dan Materialitas Akhir.
02 Masing-masing aktivitas dalam tahap pelaksanaan dijabarkan manfaat
dan sifat/jenis dokumentasinya dalam Gambar 4.1 berikut.
Menyesuaikan PENYESUAIAN
Penyesuaian Prosedur prosedur pengujian PROSEDUR P2
Pengujian sesuai hasil pengujian
SPI
LTP
Penyusunan dan
Penyampaian Temuan Menyusun dan
Pemeriksaan dan membahas TP Risalah Rapat
Pembahasan
Jurnal Penyesuaian LTP
SPKN PSP 02 par.23
MANAGEMENT
Perolehan Surat Meminta Management REPRESENTATION
Representasi Representation Letter LETTER
KKP PROSEDUR
Pelaksanaan Prosedur Melaksanakan ANALITIS AKHIR
Analitis Akhir prosedur analitis akhir
MRB AKHIR
Menilai tingkat risiko
akhir (menentukan
detection risk/residual MRP AKHIR
Penilaian Risiko dan risk)
Materialitas Akhir
Menilai materialitas FRA AKHIR
akhir terhadap
SPAP SA Seksi 312 – PSA No.25 keseluruhan laporan MATERIALITAS
keuangan AKHIR
seperti:
1. perubahan ruang lingkup pemeriksaan; dan
2. informasi tambahan tentang entitas yang diperiksa selama
berlangsungnya pekerjaan lapangan, misalnya ditemukan adanya
indikasi terjadi kecurangan.
18 Pemeriksa harus menggunakan pertimbangan profesional dan asas
konservatisme untuk menurunkan tingkat materialitas lebih rendah dari
tingkat materialitas awal yang telah ditetapkan sebelumnya.
19 Perubahan tersebut harus disetujui oleh Penanggung Jawab dan
dikomunikasikan secara tertulis kepada Pemberi Tugas.
20 Pemeriksa harus mendokumentasikan setiap pertimbangan profesional Dokumentasi
beserta cara perhitungan yang dilakukannya dalam menetapkan tingkat
materialitas. Dokumentasi tersebut diperlukan dalam proses reviu dan
persetujuan dari Pengendali Teknis dan Penanggung Jawab pemeriksaan.
21 Contoh dokumentasi perhitungan materialitas perencanaan (PM),
penetapan TM, perubahan perhitungan materialitas sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IV.1, Lampiran IV.2, dan Lampiran IV.3
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
22 Langkah-langkah dan pendokumentasian dalam tahap ini akan dibahas
lebih rinci dalam Juknis Penetapan Batas Materialitas.
E. Pengujian Substantif
28 Pada saat melakukan pengujian pengendalian, Pemeriksa dapat sekaligus Dual Purpose Test
melakukan pengujian substantif. Pengujian substantif yang dilakukan
secara bersamaan saat melakukan pengujian pengendalian dinamakan
pengujian dengan tujuan ganda (dual purpose test). Apabila Pemeriksa
telah melakukan pengujian dengan tujuan ganda tersebut, maka
Pemeriksa bisa menggunakan hasil dari pengujian pengendalian yang
sudah dilakukan tersebut.
29 Pengujian ini meliputi pengujian subtantif atas transaksi dan saldo-saldo
akun/perkiraan serta pengungkapannya dalam laporan keuangan yang
diperiksa. Pengujian tersebut memperhatikan kesesuaian dengan standar
akuntansi pemerintahan, kecukupan pengungkapan, efektivitas SPI, dan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan termasuk peraturan
perundang-undangan terkait lingkungan.
30 Pengujian subtantif atas transaksi dan saldo dilakukan setelah Pemeriksa
memperoleh laporan keuangan entitas yang diperiksa. Pengujian
subtantif atas transaksi dan saldo dapat juga dilakukan pada pemeriksaan
interim, tetapi hasil pengujian tersebut perlu direviu lagi pada saat
pelaksanaan pemeriksaan terinci.
31 Pengujian subtantif transaksi dan saldo dilakukan untuk meyakini asersi
manajemen atas laporan keuangan pihak yang diperiksa, yaitu:
1. keberadaan dan keterjadian;
2. kelengkapan;
3. hak dan kewajiban;
4. penilaian dan pengalokasian; dan
5. penyajian dan pengungkapan.
32 Tujuan dilakukan prosedur substantif adalah untuk mendeteksi salah saji Tujuan
baik secara individu maupun gabungan yang menyebabkan salah saji
material pada tingkat asersi di laporan keuangan.
33 Prosedur substantif yang dirancang, harus responsif terhadap risiko salah
saji material yang telah dinilai. Prosedur substantif harus dirancang dan
dilakukan pada seluruh asersi relevan yang terkait dengan penilaian
risiko atas kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan untuk
mengantisipasi risiko yang tidak teridentifikasi pada tahap identifikasi
dan penilaian risiko.
34 Apabila hasil pengujian pengendalian mengindikasikan bahwa
implementasi SPI tidak efektif, maka Pemeriksa harus mengevaluasi
kembali apakah sifat, saat, dan luas prosedur substantif yang dirancang
sudah tepat.
35 Prosedur substantif meliputi pengujian terinci (test of details) atas
transaksi, saldo akun pengungkapan, dan prosedur analitis.
36 Kecukupan pengungkapan catatan atas laporan keuangan (CaLK)
mengacu pada SAP, SAK, SAK-ETAP, dan SAS sesuai dengan lingkup
pemeriksaan keuangannya. Kecukupan pengungkapan dalam CaLK juga
meliputi pengungkapan atas isu lingkungan yang terkait dengan
penyajian laporan keuangan.
37 Jenis pengujian apakah prosedur pengujian terinci atau prosedur analitis, Sifat, saat, dan
luas prosedur
ditentukan dari tingkat risiko salah saji material. Semakin tinggi risiko substantif yang
salah saji material atas asersi tertentu, maka keandalan bukti pemeriksaan dirancang
yang diperlukan semakin tinggi. Semakin jauh rentang waktu antara
pengujian yang dilakukan saat interim dengan akhir tahun, maka semakin
tinggi risiko salah saji yang ditemui saat akhir tahun. Semakin besar
risiko salah saji material, maka semakin luas prosedur substantif yang
dirancang.
1. himpunan TP/LTP;
2. tanggapan resmi dan tertulis; dan
3. surat penyampaian TP.
BAB V
PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
A. Umum
02 Pelaporan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan meliputi 2 (dua) Langkah tahap
pelaporan hasil
langkah kegiatan, yaitu Penyusunan dan Pembahasan Konsep Laporan pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan, dan Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian
Laporan Hasil Pemeriksaan.
03 Aktivitas dalam tahap pelaporan ditunjukkan dalam Gambar 5.1 berikut.
04
AKTIVITAS MANFAAT DOKUMENTASI
RISALAH
PEMBAHASAN
INTERNAL
KHP
SURAT
PENYAMPAIAN
KHP
SURAT
PENYAMPAIAN
LHP
5
Buletin Teknis 01: Pelaporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah. (2012). Badan Pemeriksa Keuangan RI.
6
Ibid. Tanggal laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan adalah tanggal pertemuan akhir pemeriksaan keuangan
(exit meeting). Tanggal Exit meeting ditetapkan sebagai tanggal berakhirnya pekerjaan lapangan. Jika setelah pekerjaan
lapangan sampai dengan penerbitan Laporan Hasil Pemeriksaan ada kejadian-kejadian yang menurut Pemeriksa layak
dipertimbangkan atau dapat mempengaruhi persepsi pembaca laporan pemeriksaan maka bisa diberikan tanggal ganda
(dual date), misalnya untuk catatan no. xx berlaku tanggal XX bulan YY tahun 20ZZ.
7
Konsulen hukum di Kantor Pusat adalah Ditama Binbangkum sedangkan untuk BPK Kantor Perwakilan, konsultasi hukum
dapat dilakukan dengan Sub Bagian Hukum Humas pada Kantor Perwakilan atau dengan Ditama Binbangkum di BPK Kantor
Pusat.
21 Pelaporan SPI meliputi efektivitas SPI terkait laporan keuangan. Pelaporan Sistem
Pengendalian
Pengungkapan temuan pengendalian internal yang perlu dilaporkan Internal
dilakukan sebagai berikut:
1. apabila temuan pengendalian internal tersebut secara material
berpengaruh pada kewajaran laporan keuangan, Pemeriksa
mengungkapkan uraian singkat temuan tersebut dalam LHP yang
memuat opini atas kewajaran laporan keuangan sebagai alasan
pemberian opini dan diungkap dalam CaLK pada akun terpengaruh;
2. pengungkapan semua temuan pengendalian internal secara terinci
dilaporkan dalam laporan atas pengendalian internal dalam kerangka
pemeriksaan laporan keuangan; dan
3. pengungkapan risiko-risiko kecurangan terutama risiko yang belum
sepenuhnya dimitigasi (diantisipasi) oleh pengendalian yang ada, dan
pemahaman Pemeriksa mengenai pengendalian umum dan aplikasi
TI.
22 Laporan atas SPI dalam kerangka pemeriksaan laporan keuangan ini Format Laporan
atas Pengendalian
bersifat opsional yang berarti diterbitkan jika dan hanya jika ditemukan Internal
kelemahan-kelemahan SPI selama pelaksanaan pemeriksaan. Laporan ini
memuat:
1. Resume yang memuat:
a. judul “Resume”;
b. dasar pemeriksaan;
c. standar pemeriksaan serta kewajiban pelaporan atas
ketidakpatuhan yang ditemukan;
d. paragraf tentang rujukan LHP yang memuat opini dan LHP
kepatuhan;
e. pokok-pokok temuan SPI;
f. rekomendasi yang diberikan;
g. tempat dan tanggal penandatanganan LHP; dan
h. tanda tangan, nama penanda tangan, dan nomor register akuntan.
2. Gambaran umum SPI dalam Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan.
TP atas Sistem Pengendalian Internal dengan mengungkapkan:
1. kondisi yang perlu dijelaskan;
2. kriteria dan atau kondisi yang seharusnya terjadi;
3. akibat (dampak) yang akan terjadi karena adanya varian/perbedaan
antara kondisi dan kriteria;
4. sebab (alasan) terjadinya varian/perbedaan antara kondisi dan
kriteria;
5. tanggapan instansi;
6. sanggahan atas tanggapan intansi jika tidak sesuai dengan kondisi;
dan
7. rekomendasi.
23 Konsep LHP yang telah mendapat reviu oleh Pengendali Teknis diajukan Pembahasan
konsep LHP
kepada Penanggung Jawab untuk dibahas.
Pembahasan konsep LHP meliputi penentuan opini, keandalan temuan
30 Apabila tidak ada tanggapan dari Pimpinan Entitas yang diperiksa sampai Tidak ada
tanggapan dari
dengan batas waktu penyampaian tanggapan, maka pada bagian Kondisi entitas
di LHP harus dinyatakan bahwa BPK telah menyampaikan konsep akhir
LHP kepada entitas, namun sampai dengan batas waktu yang ditentukan,
BPK tidak memperoleh tanggapan dari entitas yang diperiksa atas konsep
LHP tersebut.
Penanggung Jawab, dan formulir rencana aksi yang telah diisi oleh
entitas.
1. konsep LHP;
4. risalah diskusi.
34 Berdasarkan tanggapan atas konsep LHP tersebut, Tim Pemeriksa
menyusun konsep akhir LHP. Setelah disupervisi dan disetujui oleh
Pengendali Teknis, konsep akhir tersebut kemudian ditandatangani oleh
Penanggung Jawab LHP. Konsep akhir LHP terdiri dari LHP, konsep
surat keluar, dan lembar kendali mutu.
35 Konsep akhir disampaikan kepada Pemberi Tugas melalui Tortama/Kalan
untuk dibahas.
36 Penanggung Jawab pemeriksaan bersama dengan Pengendali Teknis, dan Pembahsan
Konsep Akhir
Ketua Tim membahas konsep akhir LHP laporan keuangan dengan LHP
Pemberi Tugas untuk mendapatkan arahan dan persetujuan. Pembahasan
meliputi opini pemeriksaan, rencana aksi, dan informasi rahasia dan
indikasi Tindak Pidana Korupsi apabila ada.
37 Setelah mendapatkan persetujuan, LHP atas laporan keuangan Persetujuan LHP
ditandatangani oleh Penanggung Jawab. Berdasarkan LHP tersebut,
Pemberi Tugas yaitu Badan/kuasanya yang memenuhi syarat
menandatangani surat keluar.
38 LHP laporan keuangan diberi tanggal sesuai dengan tanggal akhir Pemberian
Tannggal di
pekerjaan lapangan. Laporan
42 LHP yang telah ditandatangani tersebut dan surat keluar yang telah Penyampaian LHP
ditandatangani Pemberi Tugas, disampaikan kepada pemilik kepentingan
atau wakil pemilik/stakeholders, pimpinan/pengurus entitas yang
diperiksa dan pihak lain yang telah ditentukan dalam P2.
Laporan tersebut disampaikan pula kepada Anggota Pembina Utama
Keuangan Negara, Auditor Utama Keuangan Negara, Inspektur Utama,
dan Kaditama Revbang.
43 Seluruh hasil kegiatan penyusunan LHP didokumentasikan. Bentuk Dokumentasi
dokumentasi dapat berupa surat keluar, risalah diskusi, surat pengantar
LHP, dan lembar reviu pengendalian mutu.
Dokumentasi surat keluar, risalah diskusi, surat pengantar LHP, dan
lembar reviu pengendalian mutu mengacu pada PMP dan Juklak Sistem
Pemerolehan Keyakinan Mutu.
BAB VI
PEMERIKSAAN INTERIM
1. SPI;
2. kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan;
3. transaksi periode interim;
4. pemantauan tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan sebelumnya;
5. analisis risiko; dan
6. informasi lainnya yang signifikan yang terkait dengan laporan
keuangan.
1. Pengujian SPI
1. Hasil Pelaksanaan Pengujian SPI
BAB VII
PENUTUP
A. Pemberlakuan Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan
01 Juklak Pemeriksaan Keuangan mulai berlaku saat ditetapkan dengan Pemberlakuan
Keputusan BPK tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan
Keuangan.
KETUA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
WAKIL KETUA, REPUBLIK INDONESIA,
ttd ttd
Nizam Burhanuddin
REFERENSI
Arens, A. A., Beasley, M. S., dan Elder, R. J. (2010), Auditing and Assurance Services: An
Integrated Approach, 13th Global Edition, New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Badan Pemeriksa Keuangan RI (2007). Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Peraturan Badan
Pemeriksa Keuangan Nomor 1 tahun 2007, tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN), Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4707.
____ (2007). Struktur Organisasi Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Keputusan
Ketua BPK Nomor34/K/I-VIII.3/6/2007 tentang Struktur Organisasi Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia.
____ (2007). Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia. Keputusan Ketua BPK Nomor39/K/I-VIII.3/7/2007 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
____ (2008). Panduan Manajemen Pemeriksaan. Keputusan BPK Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008
tanggal 19 Februari 2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaaan.
____ (2008). Petunjuk Pelaksaan Pemeriksaan Keuangan. Keputusan BPK Nomor 04/K/I-
XIII.2/5/2008 tanggal 19 Mei 2008.
____ (2009). Perubahan atas Panduan Manajemen Pemeriksaaan. Keputusan BPK Nomor 5/K/I-
XIII.2/2/2009 tanggal 26 Agustus 2009 tentang Perubahan atas Panduan Manajemen
Pemeriksaaan.
____ (2012). Petunjuk Teknis Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan. Keputusan BPK
Nomor 1/K/I-XIII.2/3/2012 tentang Petunjuk Teknis Pemantauan Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan.
____ (2011). Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksaan Keuangan
Nomor.22/LHP/XIX.KDR/06/2012 tanggal 17 Juni 2011.
Boynton, W., C., dan Johnson, R., N. (2006), Modern Auditing: Assurance Services and The
Integrity of Financial Reporting, 8th Edition, Hokoben: John Wiley & Sons Inc.
Direktorat Utama Perencanaan Evaluasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan – Badan
Pemeriksa Keuangan RI (2010). Seri Panduan Pemeriksaan Berperspektif Lingkungan.
Institut Akuntan Publik Indonesia (2011). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: PT
Salemba Empat.
International Organization of Supreme Audit Institution (INTOSAI). International Standards of
Supreme Audit Institutions (ISSAI) 5110. Guidance on Conducting Audit Activities with an
Environmental Perspective.
____ International Standards of Supreme Audit Institutions (ISSAI) 5120. Environment Audit and
Regularity Audit.
Komite Standar Pemeriksaan Keuangan BPK RI (2012). Buletin Teknis 01: Pelaporan Hasil
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah. Keputusan BPK Nomor 4/K/I-
XIII.2/9/2012 tentang buletin Teknis Nomor 01 Pelaporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan
Keuangan Pemerintah.
Republik Indonesia (2003). Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4286.
____ (2004). Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400.
____ (2006). UU No.15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4654.
No. Indeks
Dibuat oleh : [Initial]1/[tgl/bln/tahun]
Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan
Direviu oleh : [Initial]2/[tgl/bln/tahun]
.................................................
Disetujui oleh : [Initial]3/[tgl/bln/tahun]
Tahun Buku ..........
BPK RI
I. Tujuan Penugasan
Tujuan pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten ABC
Tahun Anggaran (TA) 20x1 adalah pemberian opini atas kewajaran LKPD tersebut
berdasarkan:
1. kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan atau prinsip-prinsip
akuntansi yang ada pada berbagai peraturan perundang-undangan;
2. kecukupan pengungkapan (adequate disclosure);
3. efektivitas sistem pengendalian intern; dan
4. kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
1
Ketua Tim Pemeriksaan
2
Pengendali Teknis
3
Penanggung Jawab
KETUA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
WAKIL KETUA, REPUBLIK INDONESIA,
ttd ttd
Nizam Burhanuddin
PEMAHAMAN ENTITAS
4
Ketua Tim Pemeriksaan
5
Pengendali Teknis
6
Penanggung Jawab
IX. Dampak Lingkungan Entitas terhadap Risiko Bidang Kerja dan Laporan Keuangan
X. Pejabat
Nama Jabatan
Pemerintah Kabupaten ABC didirikan pada Tahun 2003 berdasarkan Undang-Undang No. 2 Tahun
2003 tentang Pembentukan Kabupaten ABC dan Kabupaten XYZ di Provinsi A melalui Rapat
Paripurna DPR RI tanggal 8 April 2003, dengan luas wilayah 5.066,96 Km2 (506.696 Ha) atau
13,50 persen dari total luas Provinsi A dengan jumlah penduduk sebanyak 267.913 jiwa (hasil
Sensus Penduduk Indonesia 2010). Wilayah Kabupaten ABC berbatasan dengan ...
Penduduk Kabupaten ABC menempati 7.831 Ha yang digunakan sebagai pemukiman, selebihnya
digunakan untuk pertambangan, perairan darat, padang rumput dan tanah terbuka.
Organisasi Pemerintah Kabupaten ABC terdiri dari 39 SKPD dengan struktur organisasi yang telah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 14, 15, 16, 17, 18 dan 31 Tahun 2007 dan terakhir kali
diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2011.
...dst...
Pendapatan Pemerintah Kabupaten ABC dalam TA 2010 dan TA 2011 masing-masing sebesar
Rp621.101.796.441,75 dan Rp878.577.525.198,00, bersumber dari Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah, dengan perincian sebagai berikut:
Jumlah (Rp)
Jenis Pendapatan
TA 2010 TA 2011
Pendapatan Asli Daerah 18.093.581.123,75 29.599.131.622,00
Dana Perimbangan 496.445.447.658,00 684.293.359.862,00
Lain-Lain Pendapatan yang Sah 106.562.767.660,00 164.685.033.714,00
Jumlah Pendapatan 621.101.796.441,75 878.577.525.198,00
Berdasarkan data tersebut di atas, maka kemampuan Pendapatan Asli Daerah untuk pelaksanaan
program dan kegiatan pada Pemerintah Kabupaten ABC untuk TA 2010 dan TA 2011 masing-
masing hanya sebesar 2,9% dan 3,4% dari total pendapatan. Kontribusi terbesar untuk mendukung
pelaksanaan program dan kegiatan dalam TA 2010 dan TA 2011 bersumber dari Dana
Perimbangan, yaitu masing-masing sebesar 79,9% dan 77,9% dari total Pendapatan.
Perkembangan Pendapatan Daerah, Belanja Daerah serta Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan
pada Pemerintah Kabupaten ABC dari TA 2010 ke TA 2011 adalah sebagai berikut:
7
Ketua Tim Pemeriksaan
8
Pengendali Teknis
9
Penanggung Jawab
Dari data di atas tampak bahwa perkembangan yang signifikan dari TA 2010 ke TA 2011 adalah
belanja bantuan keuangan yaitu sebesar 90,44%, sedangkan penurunan yang signifikan adalah
belanja tak terduga yaitu sebesar 97,21%.
Pendapatan Pemerintah Kabupaten ABC dalam TA 2010 dan TA 2011 masing-masing sebesar
Rp621.101.796.441,75 dan Rp878.577.525.198,00, bersumber dari Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah, dengan perincian sebagai berikut:
Jumlah (Rp)
Jenis Pendapatan
TA 2010 TA 2011
Pendapatan Asli Daerah 18.093.581.123,75 29.599.131.622,00
Dana Perimbangan 496.445.447.658,00 684.293.359.862,00
Lain-Lain Pendapatan yang Sah 106.562.767.660,00 164.685.033.714,00
Jumlah Pendapatan 621.101.796.441,75 878.577.525.198,00
1. Peraturan Umum:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara;
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara;
Faktor Sosial:
Faktor sosial (pembangunan Bidang Sosial) yang ikut mempengaruhi Pemerintah Daerah,
khususnya dalam pelaksanaan belanja daerah antara lain:
1. Pembinaan dan Penyantunan kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial. Sasaran ini
dimaksudkan mengurangi jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial melalui pembinaan
dan pemberian santunan.
2. Terkendalinya sedini mungkin bencana alam serta tertanganinya masyarakat korban bencana.
Sasaran ini dimaksudkan sebagai upaya tanggap darurat dan deteksi dini dari Pemerintah
Daerah dan masyarakat dalam penanganan masalah bencana alam dengan mengadakan kegiatan
pelatihan penanganan bencana. Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh tenaga yang
profesional dan terampil dalam penanganan bencana alam seperti banjir dan kebakaran.
3. Dst...
Faktor politik:
Terjadinya perubahan yang signifikan baik menyangkut prosedur penyusunan anggaran, struktur
pengelola keuangan maupun istilah-istilah yang digunakan dalam penyusunan dan pelaksanaan
APBD Tahun Anggaran 20xx.
Penegakan integritas dan etika, komitmen terhadap kompetensi, pendelegasian wewenang dan
tanggung jawab, peningkatan aktivitas pengendalian, perbaikan informasi dan komunikasi serta
aktivitas pemantauan yang dilakukan di lingkungan Pemerintah Kabupaten ABC menunjukkan
bahwa Pemerintah Kabupaten ABC memiliki itikad yang baik dalam memperbaiki pengelolaan
keuangan daerah. Usaha yang dilakukan untuk meminimalkan risiko bidang kerja dan laporan
keuangan cukup baik namun masih memiliki beberapa kelemahan, di antaranya pada Tahun 2011
Pemerintah Kabupaten ABC belum menggunakan aplikasi sistem informasi dalam penatausahaan
keuangan daerah. Penyusunan Laporan Keuangan dilakukan secara manual dengan Microsoft
Office. Penyusunan LRA dilakukan oleh masing-masing SKPD dan penyusunan Neraca, LAK dan
CALK masih terpusat di Bagian Keuangan. Selain itu masih terdapat keterlambatan atas
penyetoran pendapatan Tahun 2011 oleh Bendahara Penerimaan dan pengembalian Sisa UYHD
oleh bendahara Pengeluaran. Terdapat pula pencairan Belanja Hibah TA 2011 yang baru dicairkan
di TA 2012. Hal ini harus mendapat perhatian Pemerintah Daerah guna meningkatkan kualitas
penatausahaan keuangan di tahun berikutnya.
Kesimpulan*:
Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABC telah secara rutin diperiksa oleh BPK-RI.
Perkembangan yang baik ditunjukkan dengan menurunnya jumlah hal-hal yang mempengaruhi
kewajaran laporan keuangan dalam opini wajar dengan pengecualian, dari tahun ke tahun. Namun
dengan mempertimbangkan integritas personil, serta tingkat kerentanan terhadap penyalahgunaan
aset maupun tingkat kecurangan dalam laporan keuangan dapat disimpulkan bahwa secara
Contoh ini menambahkan kesimpulan dan unsur tata kelola penyusunan laporan keuangan daerah. Kedua poin tersebut
tidak disyaratkan dalam format baku, namun diperbolehkan apabila pemeriksa menambahkan poin-poin penjelasan
lainnya yang dirasa diperlukan sesuai dengan kondisi masing-masing entitas terperiksa.
KETUA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
WAKIL KETUA, REPUBLIK INDONESIA,
ttd ttd
Nizam Burhanuddin
No. Indeks
Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Dibuat oleh :
.............(nama entitas)..................
Tahun…….. Direviu oleh :
Disetujui oleh :
BPK RI
KETUA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
WAKIL KETUA, REPUBLIK INDONESIA,
ttd ttd
Nizam Burhanuddin
BPK RI
Perhitungan PM
Jumlah yang mendasari : Total Belanja
Tingkat Materialitas : 3%
Planning Materiality : 21.270
Pertimbangan lain *)
Alokas
Nilai Alokasi TM
Akun- i TM
dalam Ro Berdasarkan
akun (denga I C Cata Ukuran
Laporan M pertimbanga
yang n R R tan sampel
Keuanga M n profesional
diaudit rumus
n pemeriksa
)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
NERACA
ASET
ASET LANCAR
256.000 - -
INVESTASI
JANGKA
PANJANG - -
Investasi
Nonpermanen 20.000 20.000 248 M T T 200
TOTAL 785.000 - -
DANA
CADANGAN - -
Tuntutan R R
Perbendaharaan 10.000 10.000 124 R 100
TOTAL 27.000 - -
TOTAL 50.000 - -
KEWAJIBAN
JANGKA
PANJANG - -
Utang Dalam
Negeri 50.000 50.000 621 T T T 500
TOTAL 350.000 -
TOTAL
KEWAJIBAN 400.000 -
EKUITAS DANA -
-
EKUITAS DANA
LANCAR -
SAL 35.000 -
Sisa Lebih
Pembiayaan
Anggaran (Silpa) 50.000 -
1.713.00
TOTAL 1.313.000 0 -
LRA
PENDAPATAN
PENDAPATAN
ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak
Daerah 190.000 190.000 2.359 T T T 2.000
Pendapatan
Retribusi Daerah 75.000 75.000 931 T T T 700
Pendapatan Hasil
Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan 60.000 60.000 745 T T T 500
Lain-lain PAD
yang Sah 50.000 50.000 621 T T T 400
PENDAPATAN
TRANSFER -
TRANSFER
PEMERINTAH
PUSAT-DANA
PERIMBANGAN -
Dana Bagi Hasil
Pajak 80.000 80.000 993 M M M 800
Dana Bagi Hasil
Sumber Daya
Alam 90.000 90.000 1.118 M M M 1.000
Dana Alokasi
Umum 100.000 100.000 1.242 M M M 1.100
Dana Alokasi
Khusus 60.000 60.000 745 M M M 600
TRANSFER
PEMERINTAH
PUSAT-
LAINNYA -
Dana Otonomi
Khusus - - -
T T
Belanja Barang 50.000 50.000 621 T 400
TRANSFER
BAGI HASIL KE
KABUPATEN/K
OTA/DESA -
Penerimaan R R
Pinjaman Daerah 30.000 30.000 373 R 400
Penerimaan
Kembali
Pemberian
Pinjaman Daerah 100.000 100.000 1.242 R R R 1.200
Penerimaan
Kembali Piutang
Daerah 50.000 50.000 621 R R R 600
TOTAL 500.000 -
PENGELUARAN
PEMBIAYAAN -
Pembentukan Dana
Cadangan 66.000 66.000 820 R R R 800
Penyertaan Modal
(Investasi)
Pemerintah Daerah 100.000 100.000 1.242 R R R 1.200
Pembayaran Pokok
Utang 200.000 200.000 2.483 R R R 2.500
Pemberian
Pinjaman Daerah 150.000 150.000 1.863 R R R 1.800
TOTAL 516.000
PEMBIAYAAN
NETTO (16.000)
**) Risk Of Material Misstatement (RoMM) merupakan gabungan antara risiko bawaan (IR) dan
risiko pengendalian (CR).
***) TE = PM * N
T
TE = Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi.
PM = Materialitas awal.
N = Nilai akun.
T = Total nilai akun-akun pada Neraca.
1) Saldo kas harus benar-benar akurat dan tidak dibenarkan ada salah saji sekecil apapun sehingga
dilakukan pengujian secara populasi dan tidak ada alokasi TE untuk akun ini.
2) Hasil pemeriksaan tahun-tahun sebelumnya menunjukan bahwa pengamanan aset tetap berupa tanah
masih belum memadai sehingga terdapat tanah yang tidak didukung dengan bukti kepemilikan dan
terdapat tanah yang dikuasai oleh pihak ketiga.
KETUA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
WAKIL KETUA, REPUBLIK INDONESIA,
ttd ttd
Nizam Burhanuddin
No. Indeks
Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Dibuat oleh :
...............(nama entitas)...........
Tahun…….. Direviu oleh :
Disetujui oleh :
BPK RI
Batas Materilaitas yang baru : [nilai materialitas baru yang disesuaikan dengan kondisi
yang ditemukan pada tahap pelaksanaan pemeriksaan]
KETUA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
WAKIL KETUA, REPUBLIK INDONESIA,
ttd ttd
Nizam Burhanuddin