Anda di halaman 1dari 85

KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4/K/I-XIII.2/7/2014

TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN KEUANGAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 15


Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara, disebutkan bahwa Pemeriksaan yang
dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan diantaranya adalah
Pemeriksaan Keuangan;
b. bahwa untuk efisiensi dan efektivitas Pemeriksaan Keuangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, serta agar mendapat hasil
Pemeriksaan Keuangan yang sesuai dengan tujuan dan standar
Pemeriksaan Keuangan dan keseragaman metodologi Pemeriksaan
Keuangan, dipandang perlu menetapkan Petunjuk Pelaksanaan
Pemeriksaan Keuangan dengan suatu Keputusan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4654);
3. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4707);

1
4. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
31/SK/I-VIII.3/8/2006 tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan,
Keputusan, dan Naskah Dinas pada Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia;
5. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 39/K/I-VIII.3/7/2007
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia;
6. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008
tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
05/K/I-XIII.2/2/2009 tentang Perubahan Atas Keputusan Badan
Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008 tentang Panduan
Manajemen Pemeriksaan;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TENTANG


PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEUANGAN.

Pasal 1

Memberlakukan Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan di lingkungan Badan


Pemeriksa Keuangan.

Pasal 2

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 disusun


dengan sistematika sebagai berikut:

a. BAB I : PENDAHULUAN
b. BAB II : GAMBARAN UMUM
c. BAB III : PERENCANAAN PEMERIKSAAN
d. BAB IV : PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
e. BAB V : PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
f. BAB VI : PEMERIKSAAN INTERIM
g. BAB VII : PENUTUP

Pasal 3

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah

2
sebagaimana tercantum dalam Lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.

Pasal 4

Pada saat Keputusan ini mulai berlaku Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
04/K/I-XIII.2/5/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 5

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 16 Juli 2014

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
WAKIL KETUA, KETUA,

ttd ttd

HASAN BISRI RIZAL DJALIL

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Nizam Burhanuddin

3
LAMPIRAN : KEPUTUSAN BPK
NOMOR : 4/K/I-XIII.2/7/2014
TANGGAL : 16 JULI 2014

PETUNJUK PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN KEUANGAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
2014
PETUNJUK PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN KEUANGAN

Tim Penyusun:

Daeng M. Nazier
Hery Subowo
Ria Anugriani
Dedy Eryanto
Airin Maulida Harahap
Endra Noviandy Sujadi
Erny Dwi Ekawati
Imammudin Achmad
Latiefah Lestari Dewi
M. Imam Asyhari
Suratriningtyas
Shokhifatunufus
Yoice Stefano

Direktorat Litbang
Badan Pemeriksaan Keuangan
Jl. Gatot Subroto 21
Jakarta-10210
DAFTAR ISI

Hal
DAFTAR ISI i
DAFTAR LAMPIRAN iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................................................. 2
C. Lingkup .......................................................................................................................... 2
D. Kedudukan Juklak Pemeriksaan Keuangan ................................................................... 2
E. Dasar Hukum Penyusunan Juklak ................................................................................. 3
F. Sistematika ..................................................................................................................... 4

BAB II GAMBARAN UMUM


A. Pengertian Pemeriksaan Keuangan ................................................................................ 5
B. Dasar Hukum Pemeriksaan Keuangan ........................................................................... 5
C. Lingkup Pemeriksaan Keuangan .................................................................................... 6
D. Pemeriksaan Keuangan Berperspektif Lingkungan ....................................................... 6
E. Pemeriksaan Keuangan dengan Penerapan e-Audit ....................................................... 7
F. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ......................................................................... 8
G. Panduan Manajemen Pemeriksaan dan Kode Etik BPK RI ........................................... 8
H. Metodologi Pemeriksaan Keuangan ............................................................................... 8

BAB III PERENCANAAN PEMERIKSAAN


A. Umum ............................................................................................................................. 11
B. Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan ........................................... 13
C. Pemahaman Entitas dan Proses Bisnis ........................................................................... 14
D. Pemahaman Hasil Pemeriksaan Sebelumnya ................................................................. 18
E. Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal............................................................................... 19
F. Pemahaman atas Sistem Pengendalian Internal ............................................................. 20
G. Identifikasi dan Penilaian Risiko Awal .......................................................................... 22
H. Penetapan Batas Materialitas Awal ................................................................................ 23
I. Penentuan Metode Uji Petik ........................................................................................... 24
J. Pemenuhan Kebutuhan Pemeriksa ................................................................................. 25
K. Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kerja Perorangan…………………... 27

BAB IV PELAKSANAAN PEMERIKSAAN


A. Umum ............................................................................................................................. 29
B. Pengujian atas Sistem Pengendalian Internal ................................................................. 31
C. Penyesuaian Tingkat Risiko dan Tingkat Materialitas setelah Pengujian Pengendalian 32
D. Penyesuaian Prosedur Pengujian/Pemeriksaan .............................................................. 33
E. Pengujian Substantif ....................................................................................................... 34
F. Evaluasi Terhadap Pelaksanaan Pengujian Substantif ................................................... 34
G. Pelaksanaan Prosedur Tambahan ................................................................................... 35
H. Penyusunan dan Penyampaian Temuan Pemeriksaan dan Jurnal Penyesuaian.............. 35
I. Perolehan Surat Representasi ......................................................................................... 36
J. Pelaksanaan Prosedur Analitis Akhir ............................................................................. 36
K. Penilaian Risiko dan Materialitas Akhir ......................................................................... 37

i
BAB V PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
A. Umum ............................................................................................................................ 38
B. Penyusunan dan Pembahasan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan………………...… 39
C. Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan………….. 45

BAB VI PEMERIKSAAN INTERIM


A. Pengertian Pemeriksaan Interim .................................................................................... 47
B. Tujuan Pemeriksaan Interim .......................................................................................... 47
C. Lingkup Pemeriksaan Interim ....................................................................................... 47
D. Metodologi Pemeriksaan Interim ................................................................................... 47

BAB VII PENUTUP


A. Pemberlakuan Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan ...................................... 50
B. Perubahan Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan............................................ 50
C. Pemantauan Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan.......................................... 50

REFERENSI 51

ii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN III.1. Pemahaman Tujuan dan Harapan Penugasan


LAMPIRAN III.2. Pemahaman Entitas
LAMPIRAN IV.1. Perhitungan Materialitas Perencanaan (PM)
LAMPIRAN IV.2. Contoh Penetapan Tolerable Misstatement
LAMPIRAN IV.3. Perubahan Perhitungan Materialitas

iii
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1.1. Kedudukan Juklak Keuangan dalam Pedoman Pemeriksaan BPK……..…… 3


GAMBAR 2.1. Metodologi Pemeriksaan Keuangan…………………………………............. 9
GAMBAR 3.1. Langkah-langkah dalam Tahap Perencanaan Pemeriksaan Keuangan............. 12
GAMBAR 4.1. Langkah-langkah dalam Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan............. 30
GAMBAR 5.1. Langkah-langkah dalam Tahap Pelaporan Pemeriksaan Keuangan………..... 38
GAMBAR 6.1. Metodologi Pemeriksaan Interim pada Pemeriksaan Keuangan…………..… 48

iv
Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab I

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan
01 Untuk melaksanakan amanat UUD 1945 dan ketentuan di dalam tiga keuangan
paket Undang-Undang di bidang keuangan negara, serta Undang-
oleh BPK
Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan,
BPK melaksanakan pemeriksaan keuangan. Pemeriksaan tersebut
dilakukan terhadap laporan keuangan Pemerintah Pusat,
kementerian/lembaga negara, pemerintah daerah, Bank Indonesia (BI),
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan
negara.
02 Untuk melakukan pemeriksaan keuangan tersebut, BPK telah
menetapkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dan
Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP). SPKN dan PMP tersebut
perlu dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan agar ada keseragaman
pelaksanaan pemeriksaan keuangan di antara para Pemeriksa BPK. Oleh
karena itu, BPK perlu menyusun dan menetapkan Petunjuk Pelaksanaan
(Juklak) Pemeriksaan Keuangan.
Hubungan dengan
03 BPK telah menetapkan Juklak Pemeriksaan Keuangan dalam Keputusan pedoman dan standar
BPK Nomor 04/K/I-XIII.2/5/2008 tanggal 19 Mei 2008. Juklak tersebut pemeriksaan yang
lain
mengacu kepada SPKN, PMP, serta referensi terkait dari standar
pemeriksaan yang diterbitkan oleh International Organization of
Supreme Audit Institutions (INTOSAI), Asian Organization of Supreme
Audit Institutions (ASOSAI), dan Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP) yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI),
serta praktik internasional yang lazim (International Best Practices)
pada pemeriksaan keuangan sektor publik. Pemeriksaan
keuangan berbasis
Praktik internasional yang lazim tersebut diantaranya adalah risiko, berperspektif
lingkungan, dan e-
pengadaptasian Pemeriksaan Keuangan Berperspektif Lingkungan. Audit
Lingkungan adalah aset negara dan pengelolaan terhadap lingkungan
dilaksanakan dengan menggunakan uang negara. BPK sebagai
Pemeriksa ekstern Pemerintah memegang mandat UUD 1945 untuk
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dimana
berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara. Lingkup keuangan negara meliputi hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya
pelaksanaan hak dan kewajiban negara dalam pengelolaan lingkungan
hidup. BPK juga menerapkan pemeriksaan dengan berbasis risiko (Risk
Based Audit/RBA) dan pemeriksaan dengan pendekatan e-Audit. Ketiga
hal tersebut penting untuk diterapkan dalam rangka mewujudkan praktik
sustainability development pada pengelolaan lingkungan, efisiensi, dan
fokus pemeriksaan pada area berisiko, serta penggunaan transaksi
elektronik yang luas dalam pengelolaan keuangan negara.
04 Berdasarkan
4 hasil evaluasi dan monitoring oleh Direktorat Litbang BPK,
Keputusan BPK Nomor 04/K/I-XIII.2/5/2008 tentang Juklak
Pemeriksaan Keuangan perlu disempurnakan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 1


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab I

B. Tujuan
05 Tujuan Penyusunan
Tujuan Juklak Pemeriksaan Keuangan adalah: Juklak Pemeriksaan
1. meningkatkan profesionalisme, efektivitas, dan efisiensi Keuangan
pemeriksaan keuangan;
2. memberikan keseragaman pelaksanaan pemeriksaan keuangan; dan
3. memberikan pedoman agar Pemeriksa dapat menghasilkan LHP
sesuai dengan SPKN dan PMP.

C. Lingkup
06 Lingkup Juklak
Lingkup Juklak Pemeriksaan Keuangan ini meliputi tata cara Pemeriksaan
pelaksanaan pemeriksaan keuangan mulai dari tahap perencanaan hingga Keuangan
ke tahap pelaporan. Akan tetapi, Juklak Pemeriksaan Keuangan ini tidak
mengatur hal-hal yang bersifat teknis dalam pemeriksaan.
07 Petunjuk secara rinci dari beberapa langkah di Juklak Pemeriksaan
Keuangan diuraikan dalam Petunjuk Teknis (Juknis) terkait pemeriksaan
keuangan seperti Juknis Pemahaman dan Pengujian Sistem Pengendalian
Internal (SPI), Juknis Penilaian Risiko, Juknis Penetapan Batas
Materialitas, dan Juknis Metode Uji Petik.
08 Selain Juknis-juknis tersebut, Juklak Pemeriksaan Keuangan juga
berkaitan dengan Pedoman Pengelolaan Dokumentasi Pemeriksaan
Elektronik (PDPE) dan Juknis yang mengatur tentang pengelolaan
dokumentasi pemeriksaan secara elektronis.

D. Kedudukan Juklak Pemeriksaan Keuangan

09 Kedudukan Juklak Keuangan dalam pedoman pemeriksaan BPK


ditunjukkan dalam Gambar 1.1 berikut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 2


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab I

Gambar 1.1. Kedudukan Juklak Keuangan dalam Pedoman Pemeriksaan BPK

E. Dasar Hukum Penyusunan Juklak

10 Dasar hukum penyusunan juklak pemeriksaan keuangan adalah sebagai Dasar hukum
berikut:
1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4654);
3. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4707);
4. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 31/SK/I-
VIII.3/8/2006 tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan,

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 3


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab I

Keputusan, dan Naskah Dinas pada Badan Pemeriksa Keuangan


Republik Indonesia;
5. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 39/K/I-
VIII.3/7/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;
6. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008
tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
05/K/I-XIII.2/2/2009 tentang Perubahan atas Keputusan Badan
Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008 tentang Panduan
Manajemen Pemeriksaan;
7. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 09/K/I-
XIII.2/7/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Penyusunan
atau Penyempurnaan Pedoman Pemeriksaan dan Non Pemeriksaan;

F. Sistematika

11 Petunjuk pelaksanaan pemeriksaan atas laporan keuangan ini disusun Sistematika


Pembahasan
dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Gambaran Umum
Bab III : Perencanaan Pemeriksaan
Bab IV : Pelaksanaan Pemeriksaan
Bab V : Pelaporan Hasil Pemeriksaan
Bab VI : Pemeriksaan Interim
Bab VII : Penutup
Referensi
Lampiran-Lampiran

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 4


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab II

BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Pengertian Pemeriksaan Keuangan

01 0Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk Pengertian


Pemeriksaan
1memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) apakah Keuangan
laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
Pemeriksaan keuangan dilakukan oleh BPK dalam rangka memberikan
pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan pemerintah (Penjelasan UU Nomor 15 Tahun
2004, Bagian I. Umum, B. Lingkup Pemeriksaan BPK).

B. Dasar Hukum Pemeriksaan Keuangan

02 Dalam melakukan pemeriksaan keuangan, Pemeriksa memperhatikan Dasar Hukum


Pemeriksaan
dasar hukum dilakukannya pemeriksaan tersebut yaitu: Keuangan
1. Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia,
Amandemen ke-3, Pasal 23E ayat (1);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4357);
3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4132);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4297);
6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
8. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4654);

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 5


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab II

9. Peraturan perundang-undangan yang tidak tercantum di atas, tetapi


terkait dengan dasar pemeriksaan keuangan diungkapkan di dalam
program pemeriksaan.

C. Lingkup Pemeriksaan Keuangan

03 0Lingkup Pemeriksaan Keuangan yang diatur dalam Juklak Pemeriksaan Lingkup


Pemeriksaan
3Keuangan ini meliputi pemeriksaan atas laporan keuangan, yang terdiri Keuangan BPK
dari:
1. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat;
2. Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga;
3. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah;
4. Laporan Keuangan Bank Indonesia;
5. Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN);
6. Laporan Keuangan Badan Layanan Umum;
7. Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD);
8. Laporan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD); dan
9. Laporan Keuangan Lembaga atau Badan Lain yang mengelola
keuangan negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

D. Pemeriksaan Keuangan Berperspektif Lingkungan

04 Dalam rangka ikut mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan


berwawasan lingkungan, BPK perlu memperhatikan aspek-aspek
lingkungan hidup dalam melaksanakan pemeriksaannya. BPK perlu
mempertimbangkan apakah entitas yang diperiksa telah memperhatikan
dan menjaga kelestarian lingkungan hidup dalam pemanfaatan dan
pengelolaan sumber daya alam negara.
05 Pemeriksaan keuangan berperspektif lingkungan adalah pemeriksaan atas Definisi
keterkaitan isu lingkungan dengan penyajian laporan keuangan.

06 Isu lingkungan yang terkait dengan penyajian laporan keuangan antara


lain apakah laporan keuangan telah menyajikan secara wajar hal-hal
sebagai berikut:
1. pendapatan negara bukan pajak atau pendapatan lain-lain sebagai
kompensasi atas pencemaran atau kerusakan lingkungan;
2. biaya-biaya untuk mencegah, mengurangi atau memperbaiki
kerusakan lingkungan, melakukan konservasi atas sumber daya yang
dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui;
3. aset-aset yang diperoleh untuk peningkatan pengelolaan dan kualitas
lingkungan hidup misalnya, ruang terbuka hijau, unit pengelolaan
limbah, dan lain-lain;
4. kewajiban-kewajiban yang timbul sebagai konsekuensi akibat
pelanggaran hukum dan peraturan lingkungan, dan akibat kewajiban
eksplisit yang diwajibkan oleh negara; dan
5. cadangan-cadangan untuk dana-dana pengelolaan lingkungan
termasuk jaminan-jaminan pengelolaan lingkungan misalnya jaminan
reklamasi dan penutupan tambang.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 6


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab II

07 Contoh LHP
dengan
Ilustrasi 1: Contoh Pemeriksaan atas Laporan Keuangan dengan perspektif
memperhatikan perspektif lingkungan yang dilakukan oleh BPK. lingkungan

Dalam LHP atas LKPD Kabupaten Kolaka TA 2010, BPK mengungkapkan


salah satu temuan terkait pengelolaan jaminan reklamasi dan penutupan
tambang tidak sesuai ketentuan. Pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP)
belum menyetorkan jaminan reklamasi tambang minimal sebesar
Rp56.100.000.000,00.
Kondisi tersebut mengakibatkan pemulihan lingkungan hidup atas lahan
terganggu akibat dari kegiatan pertambangan seluas 754 hektar pada
Kabupaten Kolaka, tidak terjamin pelaksanaannya minimal
Rp56.100.000.000,00.
Sumber: LHP BPK Nomor: 22/LHP/XIX.KDR/06/2011 Tanggal 17 Juni 2011

08 Pemeriksaan berperspektif lingkungan dijelaskan dengan lebih lengkap


dan detil secara khusus dalam suatu Seri Panduan Pemeriksaan
Berperspektif Lingkungan.

E. Pemeriksaan Keuangan dengan Penerapan E-Audit

09 E-Audit adalah sebuah sistem yang membentuk sinergi antara sistem Pengertian
e-Audit
informasi internal BPK (e-BPK) dengan sistem informasi milik entitas
pemeriksaan (e-Auditee) melalui sebuah komunikasi data online antara e-
BPK dengan e-Auditee dan membentuk pusat data pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara di BPK.
E-Audit yang dibangun BPK adalah perwujudan BPK Sinergi yang
memiliki unsur berikut:
1. sistem yang membentuk sinergi antara e-BPK dan e-Auditee;
2. komunikasi data online antara e-BPK dengan e-Auditee; dan
3. pusat data pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
10 Sistem e-Audit mampu memfasilitasi Pemeriksa untuk mempermudah
kegiatan pemeriksaan, yaitu antara lain dalam pemerolehan data dan
pengujian transaksi dengan efektif dan efisien. Dengan memanfaatkan
sistem e-Audit, Pemeriksa dapat mengumpulkan data dari entitas, baik
ketika proses pemeriksaan maupun diluar proses pemeriksaan. Hasil dari
pengumpulan data tersebut akan membentuk suatu pusat data
pengelolaan keuangan negara di BPK yang sekaligus akan
mengoptimalkan pengelolaan database keuangan negara di BPK. Data
yang terkumpul di pusat data BPK dapat dimanfaatkan Pemeriksa setiap
saat.
11 Penerapan e-Audit bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan kualitas Tujuan dan
Manfaat
pemeriksaan keuangan negara. Sedangkan manfaat yang ingin dicapai
dari penerapan e-Audit adalah:
1. meningkatkan efisiensi kegiatan pemeriksaan;
2. meningkatkan efektifitas pelaksanaan kegiatan pemeriksaan;
3. membentuk pusat data pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara; dan
4. penerapan konsep link and match data entitas pemeriksaan.
12 Dengan penerapan e-Audit, diharapkan dapat tercapainya kegiatan
pemeriksaan yang efektif dan efisien dengan menciptakan suatu sinergi
secara elektronik. Sinergi tersebut dapat memperdalam perencanaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 7


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab II

pemeriksaan, memperluas cakupan pemeriksaan, efisiensi pelaksanaan


field-audit, mempercepat pemenuhan kebutuhan pusat data pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara dan pemenuhan kebutuhan
keterkaitan data antar entitas serta meningkatkan validitas dan akurasi
proses pemeriksaan melalui pemanfaatan data hasil link and match intra
dan antar entitas secara online realtime. Selain itu penerapan e-Audit
dapat mendukung penerapan RBA.

F. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

13 0Pemeriksaan keuangan dilaksanakan berdasarkan Standar Pemeriksaan Standar


Pemeriksaan
4Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan dalam Peraturan BPK Nomor Keuangan
1 Tahun 2007, khususnya Pernyataan Standar Pemeriksaan (PSP) Nomor
01 tentang Standar Umum Pemeriksaan, PSP 02 tentang Standar
Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan, dan PSP 03 tentang Standar
Pelaporan Pemeriksaan Keuangan.

G. Panduan Manajemen Pemeriksaan dan Kode Etik BPK RI

14 0Manajemen pemeriksaan keuangan didasarkan pada Panduan Panduan


Manajemen
5Manajemen Pemeriksaan (PMP) yang ditetapkan oleh BPK dalam Pemeriksaan
Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008 Keuangan
tanggal 19 Februari 2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Badan Pemeriksa
Keuangan Nomor 05/K/I-XIII.2/2/2009 tanggal 26 Agustus 2009 tentang
Perubahan atas Keputusan BPK Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008 tentang
Panduan Manajemen Pemeriksaan.
15 Kode etik pemeriksaan didasarkan pada Kode Etik BPK RI yang Kode Etik
Pemeriksaan
ditetapkan dalam Peraturan BPK Nomor 2 Tahun 2011 tentang Kode
Etik BPK RI.

H. Metodologi Pemeriksaan Keuangan

16 0Metodologi pemeriksaan keuangan menggunakan pendekatan Metodologi


Pemeriksaan
6pemeriksaan berbasis risiko. Agar pelaksanaannya dapat berjalan secara Keuangan
sistematis, maka pelaksanaannya dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan, yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan.
Pemeriksaan dengan pendekatan berbasis risiko ini memberikan fokus
perhatian pada area-area berisiko tinggi. Penilaian risiko tersebut
dilakukan pada tingkat entitas, siklus, kemudian diturunkan pada tingkat
akun sehingga pemeriksaan dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan
efisien. Langkah-langkah dalam metodologi pemeriksaan keuangan
dengan pendekatan pemeriksaan berbasis risiko ditunjukkan dalam
Gambar 2.1 berikut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 8


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab II

METODOLOGI PEMERIKSAAN KEUANGAN


Ukuran Kinerja Pemeriksaan:
- Standar Pemeriksaan
- Panduan Manajemen Pemeriksaan
- Tujuan dan Harapan Penugasan

PERENCANAAN PELAKSANAAN PELAPORAN

Pemahaman Tujuan Pelaksanaan


Pemeriksaan dan Penetapan Batas Pengujian
Harapan Materialitas Awal Pengendalian Penyusunan dan
Penugasan Internal Pelaksanaan Prosedur Pembahasan KHP
Tambahan jika
diperlukan
Pemahaman Penyesuaian
Entitas & Proses Penentuan Metode Tingkat Risiko dan
Bisnis Uji Petik Tingkat Materialitas
Penyusunan dan Penyusunan
setelah uji Konsep Akhir dan
Penyampaian Temuan
pengendalian Penyampaian LHP
Pemeriksaan dan
Pemahaman Hasil Jurnal Penyesuaian
Pemeriksaan Pemenuhan
Sebelumnya Kebutuhan
Pemeriksa Penyesuaian
Prosedur Pengujian
Perolehan Surat
Representasi
Pelaksanaan
Prosedur Analitis
Penyusunan
Awal Pelaksanaan
Program
Pemeriksaan dan Pengujian
Program Kegiatan Substantif (bisa Pelaksanaan Prosedur
Perorangan juga menggunakan Analitis Akhir
Pemahaman atas hasil uji
Sistem pengendalian)
Pengendalian
Intern

Evaluasi terhadap Penilaian Risiko dan


pelaksanaan Materialitas Akhir
Identifikasi dan pengujian substantif
Penilaian Risiko
Awal

SUPERVISI – KENDALI DAN PENJAMINAN MUTU


(Supervision, Quality Control & Assurance)

Gambar 2.1. Metodologi Pemeriksaan Keuangan

17 0Tahap perencanaan pemeriksaan meliputi 10 (sepuluh) langkah kegiatan, Tahap


perencanaan
7yaitu: pemeriksaan
terdiri dari 10
1. Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan; (sepuluh)
2. Pemahaman Entitas dan Proses Bisnis; langkah
3. Pemahaman Hasil Pemeriksaan Sebelumnya;
4. Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal;
5. Pemahaman atas Sistem Pengendalian Internal;
6. Identifikasi dan Penilaian Risiko Awal;
7. Penetapan Batas Materialitas Awal;
8. Penentuan Metode Uji Petik;
9. Pemenuhan Kebutuhan Pemeriksa; dan
10. Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kegiatan
Perorangan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 9


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab II

18 0Tahap pelaksanaan pemeriksaan meliputi 10 (sepuluh) langkah kegiatan, Tahap pelaksanaan


pemeriksaan
8yaitu: terdiri dari 10
(sepuluh)
1. Pelaksanaan Pengujian Pengendalian Internal; langkah
2. Penyesuaian Tingkat Risiko dan Tingkat Materialitas Setelah
Pengujian Pengendalian;
3. Penyesuaian Prosedur Pengujian;
4. Pelaksanaan Pengujian Substansif;
5. Evaluasi Terhadap Pelaksanaan Pengujian Substantif;
6. Pelaksanaan Prosedur Tambahan jika diperlukan;
7. Penyusunan dan Penyampaian Temuan Pemeriksaan dan Jurnal
Penyesuaian;
8. Perolehan Surat Representasi;
9. Pelaksanaan Prosedur Analitis Akhir; dan
10. Penilaian Risiko dan Materialitas Akhir.
19 0 Tahap pelaporan pemeriksaan meliputi 2 (dua) langkah kegiatan, yaitu: Tahap pelaporan
terdiri dari 2 (dua)
9 Penyusunan dan Pembahasan Konsep Hasil Pemeriksaan (KHP), dan langkah
Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian LHP.
20 1 Ukuran kinerja yang digunakan untuk menilai keberhasilan pemeriksaan
0 keuangan adalah SPKN, PMP, dan Tujuan Harapan Penugasan. Selain
itu, kegiatan supervisi dan pengendalian mutu dilakukan terhadap
seluruh tahapan pemeriksaan keuangan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 10


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab III

BAB III
PERENCANAAN PEMERIKSAAN

A. Umum

01 0
Sesuai dengan SPKN, pemeriksaan harus direncanakan dengan sebaik-
1
baiknya. Perencanaan pemeriksaan dilakukan untuk mempersiapkan
Program Pemeriksaan (P2) yang akan digunakan sebagai dasar bagi
pelaksanaan pemeriksaan sehingga pemeriksaan dapat berjalan secara
efisien dan efektif.
02 0
Tahap perencanaan pemeriksaan meliputi 10 (sepuluh) langkah kegiatan, Tahap
perencanaan
2
yaitu: pemeriksaan
terdiri dari 10
1. Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan; (sepuluh) langkah
2. Pemahaman atas Entitas dan Proses Bisnis;
3. Pemahaman Hasil Pemeriksaan Sebelumnya;
4. Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal;
5. Pemahaman atas Sistem Pengendalian Internal;
6. Identifikasi dan Penilaian Risiko Awal;
7. Penetapan Batas Materialitas Awal;
8. Penentuan Metode Uji Petik;
9. Pemenuhan Kebutuhan Pemeriksa; dan
10. Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kegiatan
Perorangan.
03 Masing-masing aktivitas dalam tahap perencanaan dijabarkan manfaat
dan sifat/jenis dokumentasinya dalam Gambar 3.1 berikut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 11


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab III

04 AKTIVITAS MANFAAT DOKUMENTASI

Pemahaman Tujuan Memahami tujuan pemeriksaan dan Pemahaman Tujuan


Pemeriksaan dan Harapan harapan penugasan dari pemberi & Harapan Penugasa
Penugasan tugas
SPAP SA Seksi 311 – PSA No.05

Pemahaman Entitas & Memahami organisasi dan proses Hasil Pemahaman


Proses Bisnis kerja entitas secara umum Entitas
SPAP SA Seksi 311 & 318 – PSA No. 05 & 67

Pemahaman Hasil Analisis Hasil


Identifikasi pelaksanaan tindak lanjut atas
Pemeriksaan Pemeriksaan
rekomendasi BPK dan mempelajari
Sebelumnya
Sebelumnya dampaknya terhadap laporan keuangan

SPAP SA Seksi 311 – PSA No. 05

Dokumen Prosedur
Pelaksanaan Prosedur Analitis
Analitis Awal Melakukan prosedur analitis

SPAP SA Seksi 329 – PSA No. 22

Pemahaman SPI

Pemahaman atas Sistem Mempertimbangkan kelima komponen


pengendalian pada level entitas dan di
Pengendalian Intern
level aktivitas/siklus Dokumentasi Proses

SPAP SA Seksi 319 – PSA No.69

Matriks Risiko Bisnis


(MRB)

Menilai risiko termasuk risiko kecurangan


Identifikasi dan Penilaian dan menganalisis bagaimana dampaknya Fraud Risk Assesstment
(FRA)
Risiko Awal terhadap laporan keuangan

Matriks Risiko
SPAP SA Seksi 312
PSA No.25
Pengendalian (MRP)

Penetapan Batas Penetapan


Menentukan materialitas Materialitas Awal
Materialitas Awal awal untuk entitas

SPAP SA Seksi 311 & 312 – PSA No. 05 & 25

Penentuan Metode Uji Menetapkan metode uji petik Metode uji Petik
Petik dan ukuran sampel

SPAP SA Seksi 350 – PSA No.26

Pemenuhan Kebutuhan Konsep Surat Tugas/


Analisis kebutuhan sumber Risalah Pembahasan
Pemeriksa daya pemeriksaan

SPAP SA Seksi 311 – PSA No.05

Program Pemeriksaan
Penyusunan Program
Pemeriksaan dan
Program Kegiatan Menyusun P2 dan PKP
Perorangan Program Kegiatan
Perorangan

SPAP SA Seksi 311 – PSA No.05

Gambar 3.1: Langkah-langkah dalam tahap perencanaan pemeriksaan keuangan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 12


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab III

B. Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan

05 Pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan dilakukan untuk Tujuan


mengetahui hasil akhir dan sasaran pemeriksaan yang diharapkan
Pemberi Tugas serta mengetahui kriteria pengukuran kinerja penugasan.
Pemahaman tersebut dilakukan dengan melakukan komunikasi dengan
Pemberi Tugas oleh Pemeriksa1).
06 Input yang diperlukan dalam tahap ini antara lain: Input
1. laporan hasil pemeriksaan tahun sebelumnya;
2. laporan hasil pemantauan tindak lanjut;
3. survei pendahuluan atas entitas atau objek yang baru pertama kali
diperiksa;
4. database entitas; dan
5. hasil komunikasi dengan Pemeriksa sebelumnya.
Arahan dan pesan dari Badan atau Kepala Perwakilan (untuk
pemeriksaan pada BPK Perwakilan) yang disampaikan dalam
forum/workshop persiapan pemeriksaan juga dapat digunakan sebagai
masukan untuk harapan penugasan.
07 0
Tujuan pemeriksaan keuangan adalah untuk memberikan keyakinan yang
4
memadai (reasonable assurance) apakah Laporan Keuangan telah
disajikan secara wajar dalam semua hal yang material, sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
dengan memperhatikan:
1. kesesuaian Laporan Keuangan dengan Standar Akuntansi;
2. kecukupan pengungkapan;
3. kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan; dan
4. efektivitas SPI.
08 0
Dalam rangka pencapaian tujuan pemeriksaan tersebut, Pemberi Tugas
5
mempunyai harapan-harapan penugasan (expectation). Harapan dari
Pemberi Tugas tersebut harus didokumentasikan. Dokumentasi atas
harapan penugasan menjadi salah satu dasar dalam penyusunan P2 dan
penentuan kebutuhan pemeriksaan.
09 0
Langkah-langkah pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan Langkah-langkah
pemahaman tujuan
6
penugasan meliputi: pemeriksaan dan
1. Pembahasan dan pengomunikasian dengan Pemberi Tugas. harapan penugasan
Pemeriksa bersama-sama dengan Pemberi Tugas membangun
pemahaman yang jelas dan dapat dijadikan dasar dalam
mendefinisikan, memprioritaskan, dan mengukur kinerja Pemeriksa
dalam pelaksanaan penugasan.
2. Pengajuan tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan.
Langkah ini dilakukan oleh Pemeriksa dengan membuat penilaian
(pengkajian awal) atas entitas dan memutakhirkan pengetahuan
mengenai lingkup kerja entitas. Pemeriksa juga mempertimbangkan
hasil pemeriksaan tahun lalu, catatan pertemuan-pertemuan
sebelumnya, dan diskusi-diskusi dengan entitas. Pertimbangan awal
mengenai informasi tersebut memungkinkan Pemeriksa untuk
mempersiapkan pembicaraan dengan Pemberi Tugas dan
1
Pemeriksa pada langkah ini adalah Ketua Tim, Pengendali Teknis, dan Penanggung Jawab pada Tim Persiapan
Pemeriksaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 13


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab III

menentukan area yang ingin ditelaah lebih dalam. Penilaian awal ini
juga dapat digunakan untuk mempertimbangkan Pemeriksa yang
akan ditugaskan dalam pemeriksaan tersebut.
3. Penetapan tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan.
Tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan yang telah dirumuskan,
didokumentasikan secara tertulis dan ditandatangani oleh Ketua Tim,
Pengendali Teknis, Penanggung Jawab, atau Pemberi Tugas.
10 0
Pemeriksa harus menyadari bahwa harapan yang tidak realistis atau
7
harapan di luar kemampuan Pemeriksa yang ada dapat berakibat tidak
tercapainya tujuan penugasan. Untuk harapan yang realistis namun di
luar kemampuan Pemeriksa (misal: jadwal yang ketat, aturan baru yang
harus direviu tetapi belum ada anggota tim yang ahli tentang aturan
tersebut, dan sebagainya), Pemeriksa harus bekerja sama dengan Pemberi
Tugas untuk membuat suatu rencana pencapaian harapan tersebut selama
periode waktu yang disepakati.
11 0
Selama pemeriksaan, Pemeriksa selalu memantau pencapaian tujuan Memantau
Pencapaian Tujuan
8
pemeriksaan dan harapan penugasan dengan target pelaksanaan yang dan Harapan
disepakati dalam formulir pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan Penugasan
penugasan.
12 0
Dokumentasi hasil langkah pemahaman atas tujuan pemeriksaan dan Dokumentasi

9
harapan penugasan merupakan suatu rangkuman mengenai
pengidentifikasian tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan Pemeriksa
dengan Pemberi Tugas dan rencana untuk melakukan pemeriksaan.
Dokumentasi tersebut berupa formulir pemahaman tujuan pemeriksaan
dan harapan penugasan.
Contoh dokumentasi pemahaman tujuan dan harapan penugasan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III.1 sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Keputusan ini.

C. Pemahaman Entitas dan Proses Bisnis

13 Aktivitas pemahaman entitas dan proses bisnis bertujuan untuk Tujuan


mendapatkan pemahaman yang mendalam dan memadai mengenai
proses kerja secara umum dan risiko terkait dari tiap proses kerja spesifik
entitas yang diperiksa, serta untuk mengidentifikasi dan memahami hal-
hal penting yang harus dipenuhi oleh entitas dalam mencapai tujuan.
14 Input yang diperlukan dalam aktivitas ini, antara lain sebagai berikut: Input

1. Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) sebelumnya. Apabila pemeriksaan


merupakan pemeriksaan tahun kedua dan selanjutnya, terutama
tentang informasi umum yang telah dikumpulkan pada tahun lalu
mengenai entitas yang diperiksa untuk memastikan apakah
informasi umum itu masih berlaku atau harus dimutakhirkan;
2. Komunikasi dengan Pemeriksa terdahulu;
3. Peraturan perundang-undangan yang secara signifikan berpengaruh
terhadap entitas;
4. Hasil survei pendahuluan apabila entitas pertama kali diperiksa;
5. Laporan hasil pengawasan internal;
6. Database entitas, database entitas dapat diperoleh melalui pusat
data BPK dengan mekanisme e-audit; dan
7. Informasi lain yang relevan dari lembaga sumber, seperti

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 14


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab III

pengumuman di media, kutipan situs internet, dan lain-lain.


15 Pada aktivitas ini, Pemeriksa harus mengidentifikasi paling tidak satu Perspektif
Lingkungan
dari 3 (tiga) kategori entitas berperspektif lingkungan sebagai berikut2:
1. Entitas yang kegiatannya secara langsung maupun tidak langsung
memengaruhi lingkungan baik secara positif maupun negatif;
2. Entitas mempunyai kekuatan atau kuasa untuk membuat atau
memengaruhi formulasi kebijakan lingkungan baik secara
internasional, nasional, maupun lokal; dan
3. Entitas mempunyai kekuasaan untuk mengawasi dan mengendalikan
kegiatan lingkungan.
Namun demikian, Pemeriksa harus memperhatikan secara keseluruhan
proses kerja entitas yang memiliki konsekuensi terhadap lingkungan,
walaupun entitas yang terperiksa tidak masuk dalam salah satu kategori
di atas.
16 Langkah-langkah dalam aktivitas ini antara lain: Langkah-langkah
untuk memperoleh
1. mendapatkan pemahaman yang mutakhir mengenai faktor – faktor pemahaman
internal dan eksternal yang memengaruhi entitas; entitas
2. memperoleh pengetahuan mengenai pengaruh stakeholders utama
terhadap entitas;
3. mengidentifikasi dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan
lingkungan yang mungkin mempunyai dampak signifikan pada
laporan keuangan entitas;
4. memahami tujuan dan sasaran entitas dan pengembangan strategi
usaha untuk mencapainya;
5. mengidentifikasi faktor sukses yang penting (critical success
factors) bagi pencapaian tujuan entitas;
6. mengidentifikasi dan mendapatkan gambaran umum proses kerja
entitas;
7. mengidentifikasi proses kerja strategis entitas; dan
8. memahami bagaimana manajemen mengendalikan proses kerja
strategisnya untuk mencapai faktor penentu keberhasilan (critical
success factor - CSF) entitas.
17 Pemeriksa harus memperoleh pemahaman yang mutakhir mengenai 1. Mendapatkan
pemahaman yang
faktor-faktor internal dan eksternal yang memengaruhi entitas. Faktor mutakhir
internal dan eksternal yang berpengaruh atas entitas tersebut adalah mengenai
peraturan perundang-undangan, organisasi, pengelolaan sistem keuangan pengaruh
lingkungan
baik itu manual maupun elektronik, praktik-praktik akuntansi dan terhadap entitas
kewajiban pelaporan keuangan, dampak lingkungan, sosial, ekonomi,
dan pertimbangan politik.
Faktor-faktor internal dan eksternal entitas tersebut merupakan sumber
informasi bagi Pemeriksa untuk menganalisis indikasi penting adanya
potensi risiko salah saji atas laporan keuangan. Pemeriksa dapat
mengidentifikasi dan mempertimbangkan risiko tersebut melalui
pemahaman kegiatan/operasi utama entitas serta faktor internal dan
eksternal yang memengaruhi kegiatan/operasi tersebut.
18 Pada tahap persiapan, Pemeriksa dapat memperoleh pengetahuan Sumber
pemahaman
mengenai faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh pada lingkungan entitas
entitas dari berbagai sumber, di antaranya:
1. pengalaman sebelumnya dengan entitas dan industri/lingkup
kerjanya;
2
ISSAI 5110, “Guidance on Conducting Audit Activities with an Environmental Perspective.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 15


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab III

2. diskusi dengan pegawai dan manajemen/pimpinan entitas;


3. survei pendahuluan apabila entitas pertama kali diperiksa;
4. peraturan perundang-undangan yang secara signifikan dapat
memengaruhi entitas;
5. laporan satuan pengawas internal;
6. database entitas yaitu database entitas dapat diperoleh melalui pusat
data BPK dengan mekanisme e-audit;
7. publikasi mengenai entitas yang berhubungan dengan
industri/lingkup kerja entitas; dan
8. entitas, lokasi, analisis mengenai dampak lingkungan, dan fasilitas
entitas yang diperiksa.
19 Pemeriksa harus memperoleh pengetahuan mengenai pengaruh 2. Memperoleh
pengetahuan
pemangku kepentingan (stakeholders) utama terhadap entitas. Pengaruh mengenai
pemangku kepentingan dapat memengaruhi entitas dalam merumuskan pengaruh
tujuan, sasaran, dan strategi. Tim persiapan Pemeriksa harus mengetahui stakeholders
utama terhadap
adanya potensi risiko salah saji material, ketidakwajaran laporan entitas
keuangan, dan risiko lingkup kerja entitas akibat dari pengaruh
pemangku kepentingan utama tersebut. Contoh pengaruh pemangku
kepentingan terhadap entitas dapat berupa tuntutan pencapaian kinerja
entitas, perubahan rencana strategis entitas, dan bentuk intervensi atas
operasional entitas.
20 Pemeriksa memahami tujuan dan sasaran entitas. Manajemen 3. Memahami
tujuan dan sasaran
menetapkan tujuan suatu bisnis atau lingkup kerjanya untuk memenuhi entitas
kebutuhan pemangku kepentingan dan harapannya sendiri. Tujuan
terkadang dapat bervariasi dan sulit untuk diukur. Untuk efektivitas,
entitas menjabarkan tujuan entitas ke dalam satu perangkat sasaran hasil
yang spesifik, terukur, dan dapat dicapai dalam suatu periode waktu yang
realistis. Berikut adalah contoh sasaran hasil:
1. meningkatkan pendapatan negara/daerah;
2. melayani publik dengan sigap dan tanggap;
3. memberikan dividen dan mencapai hasil operasi yang ditargetkan
oleh investor;
4. meningkatkan nilai kepada pemegang sahamnya;
5. menghasilkan produk atau layanan yang bermutu;
6. mengembangkan hubungan yang produktif dengan para penyalurnya;
7. menyediakan suatu jaminan dan memberi penghargaan kepada
karyawan, dan manajemen; dan
8. memperoleh penghargaan dari masyarakat tempat entitas itu
beroperasi.
21 Mengidentifikasi faktor penentu keberhasilan (critical success factors) 4.
Mengidentifikasi
bagi pencapaian tujuan entitas. Tujuan entitas dicapai melalui suatu faktor sukses yang
strategi tertentu yang memiliki faktor penentu keberhasilan. Pemeriksa penting bagi
harus dapat mengidentifikasi faktor penentu keberhasilan tersebut untuk pencapaian tujuan
entitas
memfokuskan pemeriksaan.
22 Pemeriksa mengidentifikasi dan mendapatkan gambaran umum proses 5.
Mengidentifikasi
kerja entitas dengan memahami bagaimana lingkup kerja/bisnis entitas dan pemahaman
diatur, dikelola, dan dikendalikan. Pemeriksa dapat meningkatkan gambaran
pemahaman terhadap lingkup kerja/bisnis entitas dengan cara umum proses kerja
entitas
memandangnya dari sudut yang sama dengan sudut pandang manajemen.
Hal ini juga meningkatkan pemahaman terhadap sasaran, tujuan, strategi,
dan isu-isu penting. Sudut pandang dari tingkat manajemen senior ke
bawah (top-down) membantu Pemeriksa memahami pengaturan dan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 16


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab III

proses entitas serta bagaimana hal-hal tersebut memengaruhi risiko kerja


dan laporan keuangan. Hal ini dapat membantu Pemeriksa dalam
mengembangkan pendekatan pemeriksaan yang lebih efektif dan efisien.
23 Pemeriksa mengidentifikasi proses kerja strategis entitas berdasarkan 6.
Mengidentifikasi
pemahaman Pemeriksa terhadap lingkup kerja entitas secara profesional. proses kerja
Sebuah proses dianggap penting jika tujuan dan/atau keluarannya strategis entitas
(output) secara langsung berhubungan dengan pencapaian faktor sukses.
Di lain pihak, sebuah proses tidak akan dinilai sebagai sebuah proses
kerja strategis jika tujuan proses tersebut tidak secara langsung
berhubungan dengan pencapaian faktor sukses. Pada saat
mengidentifikasi proses kerja strategis, Pemeriksa juga mengidentifikasi
dan memahami sistem Teknologi Informasi (TI) dan aplikasi bisnis yang
berpengaruh terhadap proses kerja strategis. Sampai tahap ini Pemeriksa
akan dapat mempertimbangkan area-area dari sistem informasi
operasional manajemen berbasis TI sebagai salah satu proses kerja
strategis yang difokuskan dalam pemeriksaannya dan kemungkinan
penerapan teknik-teknik Audit TI.
24 Pemeriksa harus memahami proses kerja strategis dalam memahami 7. Memahami
bagaimana
risiko kerja entitas. Memahami proses kerja strategis adalah penting pada manajemen
saat mempertimbangkan bagaimana dan apakah risiko lingkup kerja mengendalikan
dapat mengarah kepada kesalahan material dalam laporan keuangan proses kerja
strategis untuk
tahun berjalan, serta pada saat mempertimbangkan kelangsungan jangka mencapai faktor
panjang entitas (going concern), yang dapat memengaruhi pengungkapan sukses
kritikal entitas
laporan keuangan. Pada tahap ini Pemeriksa juga harus
mempertimbangkan risiko dampak lingkungan dan kewajiban lingkungan
yang mungkin timbul dari proses kerja strategis yang dilakukan oleh
entitas terperiksa.
25 Untuk memahami bagaimana manajemen entitas mengendalikan proses
kerja strategis tersebut, Pemeriksa mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. pelaporan keuangan, sistem atau pengelolaan operasi, dan kepatuhan
proses (implementasinya);
2. konsistensi tujuan pengendalian dengan pencapaian faktor sukses
strategis entitas;
3. efektivitas pengendalian proses-proses tersebut yang berhubungan
dengan pelaporan keuangan, operasi dan tujuan; dan
4. pandangan manajemen mengenai kekuatan dan risiko proses tersebut.
Pemeriksa juga mengidentifikasi setiap perubahan yang dibuat dalam
waktu dekat atau yang diantisipasi, yang berhubungan dengan Sumber
Daya Manusia (SDM) dan teknologi yang terlibat dalam proses kerja
strategis. Pemeriksa dapat memperoleh beberapa informasi tersebut saat
mendapatkan pemahaman umum atas proses kerja entitas.
26 Pemeriksa dapat mendokumentasikan mengenai lingkup kerja entitas Dokumentasi
dalam bentuk catatan, ringkasan mengenai kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman (SWOT), atau bukti-bukti sejenis. Pendokumentasian
pemeriksaan mencakup pula pemahaman Pemeriksa mengenai sasaran
tujuan, strategi, faktor sukses strategis utama, pengaruh internal dan
eksternal entitas, atau pengaruh pemangku kepentingan utama terhadap
tindakan pimpinan/manajemen entitas.
Dokumentasi gambaran entitas tersebut adalah yang mempunyai dampak
signifikan terhadap lingkup kerja entitas dan risiko laporan keuangan,

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 17


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab III

serta bagaimana pemahaman Pemeriksa akan hal-hal tersebut dapat


memengaruhi penilaian risiko secara gabungan (combined risk
assessment) atas risiko inheren dan risiko pengendalian, dan penentuan
strategi pemeriksaan.
Contoh dokumentasi pemahaman entitas dan hasil pemahaman entitas
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III.2. sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

D. Pemahaman Hasil Pemeriksaan Sebelumnya

27 Tujuan dari tahap ini adalah: Tujuan

1. memperoleh pemahaman lebih mendalam mengenai proses kerja


entitas dan risiko-risiko terkait berdasarkan hasil pelaksanaan tindak
lanjut atas rekomendasi BPK;
2. menilai pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi BPK; dan
3. menganalisis dampak pelaksanaan tindak lanjut terhadap laporan
keuangan yang diperiksa.
28 Input yang diperlukan dalam tahap ini antara lain: Input

1. laporan hasil pemeriksaan sebelumnya;


2. matriks dan resume pemantauan tindak lanjut atas pemeriksaan
sebelumnya;
3. hasil analisis pemantauan tindak lanjut;
4. laporan hasil pemantauan tindak lanjut;
5. hasil pemahaman umum atas entitas; dan
6. laporan hasil Audit TI, apabila pernah dilakukan pada entitas
terperiksa.
29 Pemantauan tindak lanjut adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan Definisi
Pemantauan Tindak
secara sistematis oleh BPK untuk menentukan bahwa pejabat telah Lanjut
melaksanakan rekomendasi hasil pemeriksaan dalam tenggang waktu
yang telah ditentukan oleh undang-undang.
30 Aktivitas pemahaman atas hasil pemeriksaan sebelumnya di dalam
petunjuk pelaksanaan ini berkenaan dengan hasil pemantauan tindak
lanjut yang terkait dengan hasil analisisnya saja dan tidak mengatur
mengenai mekanisme dan tata cara pemantauan tindak lanjut.
Mekanisme dan tata cara pemantauan tindak lanjut mengacu pada
ketetapan yang telah diatur dalam Keputusan BPK Nomor 1/K/I-
XIII.2/2/2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan dan Keputusan
BPK Nomor 5/K/I-XIII.2/2/2009 tanggal 26 Agustus 2009 tentang
Perubahan atas Panduan Manajemen Pemeriksaan dan Keputusan BPK
Nomor 1/K/I-XIII.2/3/2012 tentang Petunjuk Teknis Pemantauan Tindak
Lanjut Hasil Pemeriksaan.
31 Tindak lanjut yang dilaksanakan oleh entitas dapat pula mengindikasikan Risiko dari
pelaksanaan tindak
adanya risiko lain yang masih harus diperhatikan dalam pemeriksaan lanjut
tahun berjalan. Pemeriksa harus menyadari akan kemungkinan ini
terhadap risiko pemeriksaan yang dilakukan. Rekomendasi signifikan
atas hasil pemeriksaan tahun-tahun sebelumnya yang tidak atau belum
seluruhnya ditindaklanjuti harus menjadi bahan pertimbangan atas

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 18


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab III

pemeriksaan tahun berjalan.


32 Dokumentasi dari pemahaman atas hasil pemeriksaan sebelumnya Dokumentasi

dituangkan dalam Formulir Pemahaman Entitas sebagaimana tercantum


dalam Lampiran III.2. sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
Keputusan ini. Dokumentasi berupa narasi analisis dapat dituangkan
dalam bagian IX. Dampak dari lingkungan entitas terhadap risiko bidang
kerja dan laporan keuangan, atau dengan menambahkan bagian baru
dalam Formulir Pemahaman Entitas.

E. Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal

33 Tujuan dari prosedur ini adalah untuk membantu Pemeriksa dalam Tujuan
merencanakan sifat, saat, dan lingkup untuk prosedur-prosedur lainnya di
tahap selanjutnya atau prosedur pemeriksaan yang akan digunakan untuk
memperoleh bukti-bukti pemeriksaan untuk saldo akun atau kelas
transaksi tertentu.
34 Input yang diperlukan dalam tahap ini antara lain: Input

1. kertas kerja pemeriksaan sebelumnya (jika kali ini merupakan


pemeriksaan tahun kedua dan selanjutnya) terutama tentang hal-hal
signifikan dan risiko keuangan entitas;
2. laporan keuangan tahun sebelumnya;
3. diskusi dengan karyawan dan manajemen entitas;
4. hasil pemahaman entitas;
5. hasil pemantauan tindak lanjut pemeriksaan tahun sebelumnya; dan
6. sumber-sumber informasi lainnya baik data keuangan maupun
nonkeuangan entitas, contoh: Laporan Keuangan
Interim/Semesteran/Triwulanan tahun berjalan.
35 Pemeriksa melakukan analisis keseluruhan atas informasi keuangan dan Analisis
keseluruhan atas
nonkeuangan disertai dengan informasi yang didapatkan dari pemahaman informasi
entitas mengenai kegiatan keuangan dan operasi. Prosedur Analitis keuangan
keseluruhan yang terarah akan membantu Pemeriksa dalam
mengidentifikasi area-area yang berisiko tinggi yang membutuhkan
pemeriksaan yang mendalam dibandingkan area-area yang berisiko
rendah. Oleh karena itu, keseluruhan Prosedur Analitis dirancang untuk
memberikan penjelasan atas perubahan-perubahan yang terjadi, baik
yang sudah diduga sebelumnya maupun tidak terduga, jumlah yang
tertera dalam laporan keuangan, indikator-indikator penyajian, tren laba
perusahaan, atau hal-hal yang berhubungan dengan keuangan.
36 Keseluruhan Prosedur Analitis yang dilakukan akan meningkatkan Pemahaman
dampak kejadian
pemahaman Pemeriksa atas dampak dari kejadian penting dan kegiatan penting dan
operasi/kerja entitas, kondisi keuangan, dan kemampuan keuangan transaksi yang
entitas. Pemahaman serta pengetahuan akan bidang usaha atau kegiatan tidak biasa pada
laporan keuangan
entitas akan membantu Pemeriksa dalam mengembangkan pemahaman
atas akun, dan segala hal yang berhubungan dengan keuangan pada
keseluruhan periode pemeriksaan. Pemahaman ini akan membantu
Pemeriksa untuk mengidentifikasi transaksi-transaksi yang tidak biasa,
dan untuk menilai kewajaran dari perhitungan saldo akun-akun atau pos-

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 19


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab III

pos keuangan sebelum melakukan prosedur analitis yang lebih rinci atau
prosedur subtantif.
37 Teknik Prosedur Analitis Awal biasanya meliputi perbandingan saldo Teknik prosedur
analitis
yang tercatat dengan data-data lainnya (seperti saldo keuangan tahun
yang lalu, saldo akun-akun yang berhubungan, atau pos-pos sejenis pada
tahun lalu), penggunaan rasio-rasio atau hal lainnya yang masih
berhubungan, dan analisis terhadap industri/kegiatan entitas. Setiap
perbedaan-perbedaan yang diidentifikasi sebagai hasil dari prosedur-
prosedur ini akan dievaluasi lagi untuk melihat apakah dibutuhkan
perluasan prosedur pemeriksaan dalam area pemeriksaan tertentu.
Pemeriksa haruslah mendokumentasikan penemuan-penemuannya
sebagai bahan pertimbangan selanjutnya.
38 Prosedur Analitis Awal didokumentasikan dalam dokumen Prosedur Dokumentasi
Analitis. Langkah-langkah dan pendokumentasian prosedur analitis awal
dibahas secara lebih rinci dalam suatu Seri Panduan Prosedur Analitis
dalam Pemeriksaan Keuangan.

F. Pemahaman atas Sistem Pengendalian Internal

39 Sistem Pengendalian Internal, yang selanjutnya disebut SPI, adalah suatu Definisi
proses integral yang didesain dan diimplementasikan oleh pimpinan dan
seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan yang memadai terhadap
pencapaian tujuan entitas terkait dengan:
1. efektivitas dan efisiensi operasi;
2. keandalan dari laporan keuangan;
3. ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan; dan
4. pengamanan aset.
40 Pemahaman atas SPI bertujuan mengkaji pengendalian internal yang Tujuan
diterapkan oleh entitas dalam menjalankan kegiatannya secara efektif dan
efisien serta mengkaji kemungkinan terjadinya kesalahan dan kecurangan
(misstatement dan fraud).
Dalam tahap ini, Pemeriksa juga melakukan penilaian kemungkinan
salah saji yang disebabkan oleh hal-hal terkait risiko lingkungan SPI.
Entitas terperiksa dapat menerapkan pengendalian lingkungan
internalnya secara berbeda-beda, sesuai dengan besarnya risiko
lingkungan SPI yang mereka hadapi. Entitas dengan risiko lingkungan
SPI yang kecil/rendah dapat menyatukan pengendalian internal terkait
lingkungan SPI dengan pengendalian internal reguler yang mereka
miliki, sedangkan entitas dengan risiko lingkungan SPI yang besar
mungkin harus memiliki pengendalian internal yang khusus didesain
untuk mengendalikan risiko lingkungan SPI.
41 Dalam memahami SPI entitas, data dan informasi yang dibutuhkan antara Input
lain:
1. struktur organisasi;
2. seluruh uraian pekerjaan yang terkait pelaporan keuangan;
3. prosedur operasi standar (Standard Operating Procedure/SOP);
4. kebijakan akuntansi;
5. kebijakan dan keputusan penting yang ditetapkan oleh pimpinan
entitas;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 20


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab III

6. anggaran tahunan, misalnya: Rencana Kerja dan Anggaran


Pemerintah (RKAP), Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (RAPBN), Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga
(RKA-KL), Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(RAPBD), Rencana Kerja Pemerintah – Satuan Kerja Perangkat
Daerah (RKP-SKPD), dan lain-lain;
7. laporan pertanggungjawaban, misalnya: Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Laporan Triwulan dan
Semester BUMN/D, dan lain-lain);
8. laporan, kertas kerja pengawasan internal, dan program pengawasan
internal, misal: Laporan Aparat Pengawas Internal Pemerintah
(LAPIP), Laporan SPI, Program Kerja Pemeriksaan Tahunan (PKPT)
BUMN, dan lain-lain;
9. peraturan perundang-undangan yang berpengaruh terhadap pelaporan
keuangan entitas, termasuk peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan lingkungan.
Namun demikian Pemeriksa tidak diharuskan memiliki kemampuan
profesional untuk menentukan patuh tidaknya entitas terperiksa
terhadap peraturan dan perundang-undangan terkait lingkungan.
Dengan pengetahuan dari berbagai pelatihan, pengalaman,
pemahaman entitas yang dimiliki Pemeriksa, serta jasa dari tenaga
ahli di bidang lingkungan, Pemeriksa dapat menentukan kepatuhan
entitas terperiksa terhadap peraturan dan perundang-undangan terkait
lingkungan3;
10. dokumen yang berisi komitmen entitas dalam menjalankan kegiatan
yang terkait lingkungan, kebijakan, dan pencapaian dalam mengelola
hubungan antara proses bisnis dan risiko lingkungan;
11. khusus untuk entitas yang telah menggunakan TI, maka Pemeriksa
harus memiliki pemahaman terhadap dokumen pengendalian terkait
penggunaan TI seperti Pengendalian Umum (General Control) dan
Pengendalian Aplikasi (Application Control); dan
12. informasi dan data lain yang relevan.
42 Hasil pemahaman SPI didokumentasikan dalam bentuk: Dokumentasi
pemahaman SPI
1. narasi siklus transaksi;
2. bagan alir (flowchart) siklus transaksi; dan
3. kuesioner SPI.
43 Langkah-langkah dan pendokumentasian pemahaman SPI ini akan
dibahas lebih rinci dalam Juknis Pemahaman dan Pengujian Sistem
Pengendalian Internal.

3
ISSAI 5120 Environment Audit and Regularity Audit

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 21


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab III

G. Identifikasi dan Penilaian Risiko Awal

44 Tujuan tahap ini adalah melakukan pengkajian atas penilaian risiko- Tujuan
risiko pemeriksaan agar dapat disusun prosedur pemeriksaan yang fokus
pada area berisiko tinggi yang disebabkan oleh salah saji ataupun fraud,
sehingga proses pemeriksaan menjadi lebih efektif dan efisien.
45 Input yang diperlukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut. Input

1. kertas kerja pemeriksaan sebelumnya (jika kali ini merupakan


pemeriksaan tahun kedua dan selanjutnya) terutama mengenai
penilaian risiko;
2. hasil penelaahan umum atas entitas;
3. Matriks Risiko Bisnis entitas;
4. hasil Fraud Risk Assessment;
5. hasil pemahaman atas IT Risk Assesment;
6. hasil diskusi dengan pimpinan/manajemen entitas atau Komite
Audit entitas yang pernah dilakukan;
7. hasil diskusi dengan personil satuan kerja pengawasan internal yang
pernah dilakukan dan hasil reviu laporan hasil pengawasan internal;
dan
8. hasil pemahaman atas SPI.
46 Pemeriksa mengumpulkan informasi dan bukti pemeriksaan yang telah Pengumpulan
informasi dan
diperoleh melalui langkah-langkah sebelumnya dan menggunakan bukti bukti pemeriksaan
pemeriksaan dan informasi itu untuk membuat penilaian tentang risiko
inheren, risiko pengendalian, ataupun risiko deteksi, yang dihubungkan
dengan masing-masing akun/siklus signifikan dan asersi terkait.
Dengan demikian Pemeriksa dapat menentukan sifat, pemilihan waktu,
dan luas dari prosedur pemeriksaan berdasarkan penilaian risiko secara
gabungan tersebut.
47 Pemeriksa melakukan penilaian risiko untuk setiap saldo akun atau Prosedur
kelompok akun maupun siklus yang signifikan. Prosedur penilaian awal penilaian risiko
tentang risiko ini kemudian dihadapkan untuk setiap asersi laporan
keuangan. Langkah-langkah yang akan dilaksanakan antara lain:
1. menetapkan tingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima
Pemeriksa (Acceptable Audit Risk) untuk tingkat laporan keuangan
entitas.
2. memperoleh pemahaman dan penilaian tentang risiko terjadinya
kesalahan penyajian laporan keuangan (risk of misstatement in
financial statement)
a. penilaian risiko inheren. Dalam melakukan penilaian atas risiko
inheren, Pemeriksa perlu mempertimbangkan adanya risiko
yang berkaitan dengan lingkungan alam, yakni yang merupakan
risiko salah saji material pada laporan keuangan yang
disebabkan oleh masalah lingkungan, misalnya timbulnya
kerusakan alam/lingkungan hidup akibat dari aktivitas tertentu
yang dilakukan oleh entitas;
b. penilaian risiko pengendalian;
c. mempertimbangkan pengaruh risiko terjadinya kecurangan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 22


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab III

(fraud) pada saat penilaian risiko inheren dan risiko


pengendalian;
3. menetapkan risiko deteksi;
4. menentukan sifat, saat, dan luas prosedur pemeriksaan untuk
mendapat bukti pemeriksaan selanjutnya. Penentuan sifat, saat dan
luas dari prosedur pemeriksaan dapat didasarkan pada interpretasi
risiko deteksi yang diperoleh dari formula risiko pemeriksaan; dan
5. merencanakan pengujian terinci (test of details).
48 Pemeriksa mendokumentasikan hasil penilaian risiko dalam Matriks Dokumentasi
Risiko Bisnis (MRB) Entitas, Matriks Risiko Pengendalian (MRP),
matriks/formulir penilaian risiko kecurangan, dan formulir penilaian
risiko tingkat akun.
49 Langkah-langkah dan pendokumentasian penilaian risiko akan dibahas
secara lebih rinci pada Juknis Penilaian Risiko Pemeriksaan
Keuangan.

H. Penetapan Batas Materialitas Awal

50 Tujuan tahap ini adalah Pemeriksa menentukan batasan materialitas Tujuan


dalam perencanaan pemeriksaan yang akan dilakukan.
51 Input yang diperlukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut. Input

1. hasil penelaahan umum atas entitas;


2. hasil pemahaman SPI;
3. hasil penilaian risiko pemeriksaan;
4. kertas kerja hasil pemeriksaan sebelumnya (jika kali ini merupakan
pemeriksaan tahun kedua dan selanjutnya) terutama mengenai
penilaian risiko dan materialitas; dan
5. data laporan keuangan entitas.
52 Pemeriksa menetapkan batas materialitas pemeriksaan keuangan. Penetapan batas
materialitas awal
Materialitas merupakan besaran informasi akuntansi yang apabila terjadi
penghilangan atau kesalahan penyajian dalam laporan keuangan akan
mengubah atau memengaruhi pengambilan keputusan.
Dalam mengembangkan strategi pemeriksaan, Pemeriksa
mengklasifikasikan materialitas dalam 2 (dua) kelompok:
1. perencanaan tingkat materialitas (Planning Materiality/PM) yang
berhubungan dengan laporan keuangan secara keseluruhan; dan
2. kesalahan tertoleransi (Tolerable Misstatement/TM) yang
berhubungan dengan akun-akun atau pos-pos keuangan secara
individual.
53 Nilai materialitas awal (PM) merupakan nilai maksimum yang menjadi
batas pemeriksa untuk meyakini bahwa semua salah saji yang diatas nilai
tersebut dianggap material dan dapat mempengaruhi keputusan dari
pihak-pihak yang berkepentingan. Materialitas ini ditetapkan untuk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 23


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab III

tingkat keseluruhan laporan keuangan. 4


54 Penetapan nilai materialitas awal secara kuantitatif meliputi tahapan:
1. penentuan dasar (basis) penetapan materialitas;
2. penentuan tingkat (rate) materialitas;
3. penetapan nilai materialitas awal; dan
4. penetapan kesalahan yang dapat ditoleransi.
55 Selain menentukan jumlah PM dan TM, Pemeriksa juga menentukan Nominal Jurnal
Koreksi
jurnal usulan koreksi yang akan diajukan kepada entitas. Nominal jurnal
koreksi yang diusulkan Pemeriksa menggunakan pertimbangan prinsip
materialitas.
56 Pemeriksa mendokumentasikan dalam strategi pemeriksaan hal-hal Dokumentasi
mengenai perencanaan materialitas, kesalahan tertoleransi, dan jumlah
nominal yang dibukukan di dalam Koreksi Pemeriksaan.
57 Langkah-langkah dan pendokumentasian penetapan materialitas awal ini
akan dibahas secara lebih rinci dalam Juknis Penetapan Batas
Materialitas Pemeriksaan Keuangan.

I. Penentuan Metode Uji Petik

58 Tujuan tahap ini adalah Pemeriksa menentukan metode dan teknik Tujuan
pemilihan uji petik yang tepat dalam pengujian yang akan
dilaksanakannya.
59 Input yang diperlukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut. Input
1. hasil penelaahan umum atas entitas;
2. hasil pemahaman SPI;
3. hasil penilaian risiko pemeriksaan atas setiap akun atau kelompok
akun;
4. kertas kerja hasil pemeriksaan sebelumnya (jika kali ini merupakan
pemeriksaan tahun kedua dan selanjutnya) terutama mengenai
penilaian risiko dan materialitas; dan
5. data laporan keuangan entitas.
60 Pemeriksa menentukan metode uji petik berdasarkan pertimbangan
profesional. Uji petik merupakan elemen uji yang diambil oleh
Pemeriksa untuk memberikan keyakinan tentang kualitas informasi yang
disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Metode uji petik
yang dilakukan dapat menggunakan metode statistik atau nonstatistik.
61 Penentuan uji petik dengan metode statistik dalam pengujian Metode Statistik
pengendalian dilakukan dengan metode attribute sampling, sedangkan
dalam pengujian substantif menggunakan metode variable sampling.
62 Penentuan uji petik dengan metode nonstatistik ditentukan oleh Metode
Nonstatistik
pertimbangan profesional Pemeriksa dengan memperhatikan, antara lain
cakupan dan lingkup pemeriksaan, risiko dan tingkat materialitas, sistem
akuntansi yang diselenggarakan oleh entitas yang diperiksa, serta dengan
memperhatikan asas manfaat (cost and benefit).

4
Auditing & Assurance Services : An Integrated Approach, “Materiality and Risk”, Elder/Beasley/Arens, pg. 249

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 24


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab III

63 Penggunaan metode uji petik baik metode statistik maupun nonstatistik Dokumentasi
harus didokumentasikan di dalam KKP. Dokumentasi tersebut antara lain
mengungkapkan alasan penggunaan dan gambaran umum metode uji
petik tersebut.
64 Langkah-langkah dan pendokumentasian penentuan metode uji petik
akan dibahas secara lebih rinci dalam Juknis Penentuan Metode Uji
Petik.

J. Pemenuhan Kebutuhan Pemeriksa

65 Langkah ini dilakukan dengan tujuan: Tujuan

1. menyusun Tim Pemeriksa dengan komposisi keahlian yang sesuai


dengan kebutuhan penugasan;
2. memberi tahu Anggota Tim Pemeriksa mengenai penugasan yang
akan dilakukan, yang meliputi tujuan pemeriksaan, lingkup
pemeriksaan, harapan Pemberi Tugas, dan ukuran kinerja
pemeriksaan; dan
3. membagi tugas pemeriksaan sesuai keahlian masing-masing dan
mendapatkan komitmen dari anggota Pemeriksa akan peran mereka
dalam penyelesaian tugas dan memenuhi harapan Pemberi Tugas
agar dapat dilaksanakan pemeriksaan yang efektif dan efisien.
66 Input yang diperlukan dalam langkah pemenuhan kebutuhan Pemeriksa Input
ini adalah:
1. KKP sebelumnya, apabila pemeriksaan merupakan pemeriksaan
tahun kedua dan selanjutnya terutama tentang hal-hal spesifik yang
cukup signifikan yang harus diperiksa (misalnya, perpajakan,
teknologi informasi entitas, dan aspek lingkungan);
2. Formulir Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan;
3. Hasil pemahaman atas SPI;
4. Hasil penilaian risiko pemeriksaan atas akun/siklus; dan
5. Profil SDM pemeriksa (ketersediaan dalam jumlah, peran, jabatan,
dan kriteria lainnya).
67 SPKN mengatur bahwa Pemeriksa secara kolektif harus memiliki Secara kolektif
memiliki
kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan pemeriksaan, kecakapan
memenuhi persyaratan pendidikan berkelanjutan, dan memenuhi profesional
persyaratan kemampuan/keahlian Pemeriksa. SPKN juga mengatur dan independen
bahwa dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan,
organisasi Pemeriksa, dan Pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan
penampilan dari gangguan pribadi, eksternal, dan organisasi yang dapat
memengaruhi independensi.
68 Selain itu, Pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan keuangan harus Keahlian di bidang
memenuhi kualifikasi tambahan, yaitu memiliki keahlian di bidang akuntansi dan
akuntansi dan pemeriksaan, memahami prinsip akuntansi yang berlaku pemeriksaan
umum yang berkaitan dengan entitas yang diperiksa, dan sebaiknya
memiliki sertifikasi keahlian.
69 Khusus bagi Pemeriksa yang berperan sebagai Penanggung Jawab Penanggung
Jawab harus
pemeriksaan keuangan, ia harus memiliki sertifikasi keahlian yang diakui memiliki
secara profesional. sertifikasi keahlian

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 25


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab III

70 Berdasarkan hal di atas maka dalam rangka pemeriksaan keuangan dapat Kualifikasi
Pemeriksa
ditentukan kebutuhan kualifikasi Pemeriksa sebagai berikut:
1. Tim Pemeriksa secara kolektif harus memiliki pemahaman yang
cukup atas standar akuntansi dan pengetahuan yang memadai atas
pemeriksaan keuangan;
2. komposisi Tim Pemeriksa, paling tidak satu orang memiliki register
akuntan;
3. Ketua Tim harus memiliki pengalaman yang memadai paling tidak
satu kali melakukan pemeriksaan keuangan. Apabila entitas yang
diperiksa cukup besar lingkup dan sasarannya, maka Ketua Tim
dapat dibantu dengan beberapa Ketua Subtim yang telah memiliki
kualifikasi yang sama dengan Ketua Tim;
4. Pengendali Teknis harus memiliki pengetahuan dan pengalaman
pemeriksaan terkait dengan pemeriksaan keuangan dan/atau pernah
menjadi Ketua Tim Pemeriksa paling tidak satu kali dan/atau
menduduki jabatan struktural dan/atau menduduki jabatan fungsional
paling tidak Ketua Tim Senior;
5. Penanggung Jawab pemeriksaan keuangan adalah Pemeriksa yang
memiliki register akuntan dan memiliki pengalaman yang memadai
melakukan pemeriksaan keuangan atau memiliki jabatan
struktural/fungsional. Apabila entitas yang diperiksa cukup besar
lingkup dan sasarannya, maka Penanggung Jawab dapat dibantu oleh
Wakil Penanggung Jawab yang telah memiliki kualifikasi yang sama
dengan Penanggung Jawab; dan
6. apabila entitas terperiksa telah mampu menyusun laporan keuangan
dengan menggunakan sistem informasi yang terintegrasi, maka
sangat dianjurkan dalam penyusunan komposisi Tim untuk
mempertimbangkan agar menugaskan Pemeriksa yang memiliki
pengetahuan dan keahlian di bidang TI dan/atau pemeriksaan TI.
71 Langkah-langkah dalam melakukan pemenuhan kebutuhan Pemeriksa, Langkah-langkah
pemenuhan
antara lain: kebutuhan
1. mengidentifikasi peran dan kebutuhan penugasan Pemeriksa
Dari pemahaman atas tujuan dan harapan penugasan yang telah
ditetapkan, Pemeriksa mengidentifikasi peran-peran yang diperlukan
dalam Tim Pemeriksa. Langkah-langkah tersebut berupa:
a. mengidentifikasi peran;
b. mempertimbangkan keahlian yang dibutuhkan; dan
c. mengomunikasikan tugas;
2. mendistribusikan penugasan kepada Pemeriksa; dan
3. mempertimbangkan kebutuhan jasa tenaga ahli dari luar Tim
Pemeriksa.
72 Dalam pertemuan yang membicarakan pengenalan penugasan, Penanggung
Jawab
Penanggung Jawab menginformasikan kepada Tim Pemeriksa yang akan menginformasikan
melaksanakan pemeriksaan tentang kebutuhan dan harapan penugasan, harapan
kriteria pengukuran nilai, hasil pemeriksaan/penyelesaian penugasan penugasan, kriteria
pengukuran, dan
yang diharapkan dan telah disetujui bersama Pemberi Tugas. Hal ini penyelesaian
membantu seluruh Tim untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik penugasan
mengenai entitas dan untuk mendapatkan keyakinan bahwa masing-

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 26


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab III

masing Anggota Tim memahami peran yang akan dijalankannya dalam


pelaksanaan pemeriksaan.
73 Apabila penugasan merupakan pemeriksaan berkala, maka dalam Diskusi
pencapaian
pertemuan tersebut dapat didiskusikan hal-hal tentang tercapai atau tidak pemeriksaan
tercapai harapan Pemberi Tugas pada penugasan sebelumnya. Dalam sebelumnya
pertemuan tersebut juga dibahas mengenai bagaimana Tim dapat
merespon kebutuhan dan harapan Pemberi Tugas yang belum tercapai.
Pemeriksa mempertimbangkan sumber daya yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan dan harapan tersebut.
74 Dokumentasi dalam tahap pemenuhan kebutuhan Pemeriksa ini dapat Dokumentasi
berupa risalah pembahasan dan konsep surat tugas pemeriksaan.

K. Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kerja


Perorangan

75 Tujuan penyusunan P2 dan PKP adalah merangkum seluruh tahapan Tujuan


perencanaan ke dalam suatu dokumentasi formal untuk mendapat
pengesahan.
76 Input yang diperlukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut: Input

1. hasil penelaahan umum atas entitas;


2. hasil pemahaman dan pengujian pengendalian;
3. hasil penilaian risiko pemeriksaan;
4. strategi pemeriksaan;
5. hasil penetapan batas materialitas;
6. hasil penentuan metode uji petik;
7. Rencana Kerja Pemeriksaan; dan
8. hasil penentuan kebutuhan Tim Pemeriksa.
77 P2 dipersiapkan atau diperbaharui pada masing-masing penugasan untuk Pembaharuan P2
untuk masing-
prosedur pengujian atas pengendalian internal dan pemeriksaan masing penugasan
substantif atas akun atau pos-pos keuangan signifikan yang terkait. P2
mengkonversikan strategi pemeriksaan yang dibuat menjadi suatu
deskripsi komprehensif mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Lebih
lanjut, P2 tersebut harus diperiksa dan disetujui oleh Penanggung Jawab
sebelum pelaksanaan pekerjaan.
P2 menjelaskan secara terperinci jenis, waktu, dan luas prosedur
pemeriksaan (misalnya prosedur yang akan dilakukan, banyaknya
transaksi yang akan diuji atau jumlah uang yang akan diverifikasi, dan
kapan prosedur tersebut akan dilakukan).
78 P2 yang disusun pada saat perencanaan sifatnya tentatif, artinya masih
dapat berubah apabila pada tahap pelaksanaan diperlukan pemutakhiran
baik berupa penambahan, pengurangan, atau perubahan atas langkah-
langkah atau prosedur pemeriksaan yang disesuaikan dengan kondisi

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 27


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab III

terkini/yang ada.
79 Berdasarkan paket P2 yang telah disetujui, Ketua Tim melakukan Penyusunan PKP
pembagian tugas kepada masing-masing Anggota Tim atas langkah
pemeriksaan yang terdapat dalam P2. Para Anggota Tim Pemeriksa
kemudian menyusun konsep PKP yang merupakan penjabaran dari P2
dan mengajukannya kepada Ketua Tim untuk direviu. Setelah
memperhatikan pertimbangan Pengendali Teknis, Ketua Tim Pemeriksa
menyetujui konsep PKP. Bentuk P2 dan PKP mengacu kepada PMP.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 28


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab IV

BAB IV
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

A. Umum

01 0
Pelaksanaan pemeriksaan merupakan realisasi atas perencanaan
1
pemeriksaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tahap Pelaksanaan
pemeriksaan meliputi 10 (sepuluh) langkah kegiatan, yaitu:
1. Pelaksanaan Pengujian Pengendalian Internal;
2. Penyesuaian Tingkat Risiko dan Tingkat Materialitas Setelah
Pengujian Pengendalian;
3. Penyesuaian Prosedur Pengujian;
4. Pelaksanaan Pengujian Substansif;
5. Evaluasi Terhadap Pelaksanaan Pengujian Substantif;
6. Pelaksanaan Prosedur Tambahan jika diperlukan;
7. Penyusunan dan Penyampaian Temuan Pemeriksaan dan Jurnal
Penyesuaian;
8. Perolehan Surat Representasi;
9. Pelaksanaan Prosedur Analitis Akhir; dan
10. Penilaian Risiko dan Materialitas Akhir.
02 Masing-masing aktivitas dalam tahap pelaksanaan dijabarkan manfaat
dan sifat/jenis dokumentasinya dalam Gambar 4.1 berikut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 29


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab IV

03 AKTIVITAS MANFAAT DOKUMENTASI

Melakukan KKP PENGUJIAN


Pelaksanaan Pengujian SPI
walkthrough dan
Pengendalian Internal
menguji SPI
SPAP SA Seksi 319 – PSA No.69

Menilai kembali PENYESUAIAN


Penyesuaian Tingkat tingkat risiko dan MRB, MRP, FRA,
Risiko dan Tingkat DAN TINGKAT
Menyesuaikan
Materialitas setelah uji MATERIALITAS
pengendalian tingkat Materialitas
setelah uji
SPAP SA Seksi 312 – PSA No.25
pengendalian

Menyesuaikan PENYESUAIAN
Penyesuaian Prosedur prosedur pengujian PROSEDUR P2
Pengujian sesuai hasil pengujian
SPI

Pelaksanaan Pengujian Melakukan pengujian


KKP PENGUJIAN
Substantif (bisa juga SUBSTANTIF
substantif atas
menggunakan hasil uji transaksi dan saldo
pengendalian)

Melaksanakan KKP PENGUJIAN


Evaluasi terhadap
Evaluasi terhadap SUBSTANTIF
pelaksanaan pengujian
substantif pelaksanaan prosedur
pengujian substantif

Pelaksanaan Prosedur Melaksanakan KKP PENGUJIAN


Tambahan jika prosedur pengujian TAMBAHAN
diperlukan tambahan
SPKN PSP 02 par.19

LTP
Penyusunan dan
Penyampaian Temuan Menyusun dan
Pemeriksaan dan membahas TP Risalah Rapat
Pembahasan
Jurnal Penyesuaian LTP
SPKN PSP 02 par.23

MANAGEMENT
Perolehan Surat Meminta Management REPRESENTATION
Representasi Representation Letter LETTER

SPAP SA Seksi 333 – PSA No.17

KKP PROSEDUR
Pelaksanaan Prosedur Melaksanakan ANALITIS AKHIR
Analitis Akhir prosedur analitis akhir

SPAP SA Seksi 329 – PSA No.22

MRB AKHIR
Menilai tingkat risiko
akhir (menentukan
detection risk/residual MRP AKHIR
Penilaian Risiko dan risk)
Materialitas Akhir
Menilai materialitas FRA AKHIR
akhir terhadap
SPAP SA Seksi 312 – PSA No.25 keseluruhan laporan MATERIALITAS
keuangan AKHIR

Gambar 4.1: Langkah-langkah dalam tahap pelaksanaan pemeriksaan keuangan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 30


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab IV

B. Pengujian atas Sistem Pengendalian Internal

04 Pengujian terhadap SPI meliputi pengujian yang dilakukan Pemeriksa


terhadap efektivitas desain dan implementasi SPI. Dalam pengujian
desain SPI, Pemeriksa mengevaluasi apakah SPI telah didesain secara
memadai dan dapat meminimalisasi secara relatif salah saji dan
kecurangan. Sementara itu, pengujian implementasi SPI dilakukan
dengan melihat pelaksanaan pengendalian pada kegiatan atau transaksi
yang dilakukan oleh pihak yang terperiksa.
05 Pengujian SPI merupakan dasar pengujian substantif selanjutnya, dimana Dasar Pengujian
Substantif
pengujian SPI dilakukan berdasarkan hasil yang diperoleh dari
pemahaman atas SPI yang diakukan pada tahap perencanaan
pemeriksaan.
06 0
Hasil pengujian SPI digunakan untuk menentukan strategi pengujian Manfaat Pengujian
Sistem
4
transaksi laporan keuangan entitas yang diperiksa dan meliputi 2 (dua) Pengendalian
hal: Internal
1. Pengujian Substantif Mendalam
Pengujian substantif mendalam dilakukan apabila Pemeriksa
menyimpulkan bahwa SPI secara keseluruhan lemah atau risiko
pengendaliannya tinggi. Dalam hal ini, Pemeriksa langsung
melakukan pengujian substantif atas transaksi dan saldo dengan
sampel yang luas; dan
2. Pengujian Substantif Terbatas
Pengujian substantif terbatas dilakukan apabila Pemeriksa
menyimpulkan bahwa SPI secara keseluruhan baik/efektif atau risiko
pengendaliannya rendah.
07 0 pengujian SPI juga digunakan untuk menentukan asersi-asersi dari
Hasil
5
laporan keuangan entitas yang terperiksa, seperti:
1. keberadaan dan keterjadian;
2. kelengkapan;
3. hak dan kewajiban;
4. penilaian dan pengalokasian; dan
5. penyajian dan pengungkapan.
Apabila entitas yang diperiksa menyelenggarakan sistem akuntansi
berbasis TI, maka pengujian juga dilakukan terhadap pengendalian TI
tersebut yang meliputi pengujian atas: pengendalian umum dan
pengendalian aplikasi.
08 Seluruh pengkajian Pemeriksa mengenai pengendalian internal di tingkat Dokumentasi
entitas dan tingkat siklus transaksi akuntansi serta risiko adanya
kecurangan harus didokumentasikan. Tim dapat mengembangkan suatu
rangka kerja (template) yang membantu mendefinisikan pengendalian
internal dan risiko kecurangan. Tim juga diharapkan mendokumentasikan
pemahaman mengenai pengendalian internal dengan pendekatan 5 (lima)
komponen SPI dari COSO (The Committee of Sponsoring Organization),
risiko-risiko kecurangan terutama risiko yang belum sepenuhnya
dimitigasi (diantisipasi) oleh pengendalian yang ada (termasuk rencana
prosedur pemeriksaan atas risiko ini), dan pemahaman Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 31


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab IV

mengenai pengendalian umum dan pengendalian aplikasi TI.


09 Pemeriksa harus melakukan pengujian atas pengendalian internal pada
saat pemeriksaan interim. Apabila tidak ada pemeriksaan interim atas
entitas yang diperiksa, maka Pemeriksa harus melakukan pengujian
pengendalian pada tahap pelaksanaan pemeriksaan terinci, namun dengan
mempertimbangkan kecukupan waktu, skala prioritas, dan faktor risiko
pemeriksaan lainnya.
10 Langkah-langkah dan pendokumentasian dalam tahap ini akan dibahas
lebih rinci dalam Juknis Pemahaman dan Pengujian Sistem
Pengendalian Internal.

C. Penyesuaian Tingkat Risiko dan Tingkat Materialitas Setelah


Pengujian Pengendalian

11 Setelah dilakukan pengujian pengendalian, Pemeriksa harus Penyesuaian


Tingkat Risiko
mengevaluasi kembali tingkat risiko yang ditetapkan dengan
mempertimbangkan hasil dari pengujian pengendalian. Evaluasi risiko
tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan interim/pendahuluan. Risiko
pengendalian dan risiko deteksi yang telah ditetapkan di tahap
identifikasi dan penilaian risiko awal dapat berubah dan harus
dimutakhirkan dengan mempertimbangkan hasil dari pengujian
pengendalian.
12 Apabila hasil pengujian pengendalian mendukung penilaian risiko
pengendalian awal yang telah ditetapkan adalah rendah atau sedang, dan
membuktikan bahwa pengendalian internal entitas yang diperiksa efektif,
maka tingkat risiko yang digunakan adalah seperti yang telah ditetapkan
oleh Pemeriksa pada tahapan identifikasi dan penilaian risiko awal di
tahap perencanaan. Apabila dari pengujian pengendalian internal
mengindikasikan bahwa pengendalian internal entitas tidak efektif atau
ditemukan adanya indikasi kecurangan (fraud), maka tingkat risiko
pengendalian yang telah ditetapkan pada tahap penilaian risiko awal
harus dipertimbangkan kembali untuk disesuaikan/dimutakhirkan.
13 Penyesuaian terhadap tingkat risiko pengendalian akan berpengaruh juga
terhadap tingkat risiko deteksi yang ditetapkan.
14 Indikasi terjadinya kecurangan (fraud) yang terdeteksi dari hasil Penyesuaian risiko
kecurangan dan
pengujian pengendalian berpengaruh signifikan terhadap risiko risiko pemeriksaan
pemeriksaan secara keseluruhan dan tingkat materialitas yang ditetapkan.
15 Tingkat materialitas yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan perlu Penyesuaian
Tingkat
dinilai lagi kesesuaiannya di tahap pelaksanaan. Apabila diperlukan, Materialitas
tingkat materialitas yang telah ditentukan pada tahap perencanaan
tersebut dapat diubah/diperbarui.
16 Perubahan tingkat materialitas dapat dipengaruhi oleh faktor kualitatif,
antara lain karena ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan, hasil pengujian pengendalian internal, dan hasil analisis risiko
kecurangan, yang kesalahannya berdampak signifikan terhadap penyajian
laporan keuangan.
17 Materialitas awal dimungkinkan untuk direvisi pada saat pekerjaan
lapangan pemeriksaan karena adanya hal-hal lain yang signifikan,

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 32


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab IV

seperti:
1. perubahan ruang lingkup pemeriksaan; dan
2. informasi tambahan tentang entitas yang diperiksa selama
berlangsungnya pekerjaan lapangan, misalnya ditemukan adanya
indikasi terjadi kecurangan.
18 Pemeriksa harus menggunakan pertimbangan profesional dan asas
konservatisme untuk menurunkan tingkat materialitas lebih rendah dari
tingkat materialitas awal yang telah ditetapkan sebelumnya.
19 Perubahan tersebut harus disetujui oleh Penanggung Jawab dan
dikomunikasikan secara tertulis kepada Pemberi Tugas.
20 Pemeriksa harus mendokumentasikan setiap pertimbangan profesional Dokumentasi
beserta cara perhitungan yang dilakukannya dalam menetapkan tingkat
materialitas. Dokumentasi tersebut diperlukan dalam proses reviu dan
persetujuan dari Pengendali Teknis dan Penanggung Jawab pemeriksaan.
21 Contoh dokumentasi perhitungan materialitas perencanaan (PM),
penetapan TM, perubahan perhitungan materialitas sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IV.1, Lampiran IV.2, dan Lampiran IV.3
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
22 Langkah-langkah dan pendokumentasian dalam tahap ini akan dibahas
lebih rinci dalam Juknis Penetapan Batas Materialitas.

D. Penyesuaian Prosedur Pengujian/Pemeriksaan

23 Hasil pengujian pengendalian dan penyesuaian tingkat risiko dan tingkat


materialitas di tahap pelaksanaan ini akan berpengaruh terhadap sifat,
saat, dan luas lingkup prosedur pemeriksaan yang dirancang.
Penyesuaian prosedur pemeriksaan dilakukan dengan
mempertimbangkan hasil pengujian pengendalian baik yang mendukung
bukti SPI yang efektif maupun yang menunjukkan ketidakefektifan SPI
entitas.
24 Apabila berdasarkan hasil pengujian pengendalian Pemeriksa menilai
risiko pengendalian rendah atau sedang, maka Pemeriksa dapat
mempertimbangkan untuk melakukan uji substantif terbatas. Sebaliknya,
Pemeriksa harus mempertimbangkan untuk melakukan uji substantif
secara mendalam apabila hasil pengujian pengendalian menghasilkan
risiko pengendalian tinggi.
25 Setelah pengujian pengendalian, apabila hasilnya mendukung efektifitas
SPI entitas, maka Pemeriksa dapat tetap menggunakan tingkat risiko
pengendalian yang sama dengan risiko pengendalian awal dan tidak perlu
mempertimbangkan kembali luas pengujian substantif yang telah
dirancang.
26 Apabila dari hasil pengujian pengendalian menunjukkan bahwa
pengendalian internal entitas atas suatu siklus tertentu tidak efektif, maka
Pemeriksa merevisi risiko pengendalian menjadi tinggi dan
menyesuaikan prosedur pemeriksaan yang telah dirancang dengan
mempertimbangkan menambah prosedur pengujian substantif atau
melakukan pengujian substantif mendalam atas akun-akun terkait.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 33


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab IV

Pemeriksa juga dapat menyusun temuan sementara atas kelemahan-


kelemahan material pengendalian yang teridentifikasi dari pengujian atas
SPI entitas. Dampak dari kelemahan pengendalian tersebut dapat
diidentifikasi setelah dilakukan pengujian substantif.
27 Apabila berdasarkan hasil pengujian pengendalian terdapat
indikasi/potensi terjadinya kecurangan, maka berdasarkan SPKN PSP 02
Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan (paragraf 19), Pemeriksa
harus memodifikasi prosedur pemeriksaan yang dirancang dan
menerapkan prosedur pemeriksaan tambahan untuk memastikan bahwa
kecurangan telah terjadi dan menentukan dampaknya terhadap kewajaran
laporan keuangan.

E. Pengujian Substantif

28 Pada saat melakukan pengujian pengendalian, Pemeriksa dapat sekaligus Dual Purpose Test
melakukan pengujian substantif. Pengujian substantif yang dilakukan
secara bersamaan saat melakukan pengujian pengendalian dinamakan
pengujian dengan tujuan ganda (dual purpose test). Apabila Pemeriksa
telah melakukan pengujian dengan tujuan ganda tersebut, maka
Pemeriksa bisa menggunakan hasil dari pengujian pengendalian yang
sudah dilakukan tersebut.
29 Pengujian ini meliputi pengujian subtantif atas transaksi dan saldo-saldo
akun/perkiraan serta pengungkapannya dalam laporan keuangan yang
diperiksa. Pengujian tersebut memperhatikan kesesuaian dengan standar
akuntansi pemerintahan, kecukupan pengungkapan, efektivitas SPI, dan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan termasuk peraturan
perundang-undangan terkait lingkungan.
30 Pengujian subtantif atas transaksi dan saldo dilakukan setelah Pemeriksa
memperoleh laporan keuangan entitas yang diperiksa. Pengujian
subtantif atas transaksi dan saldo dapat juga dilakukan pada pemeriksaan
interim, tetapi hasil pengujian tersebut perlu direviu lagi pada saat
pelaksanaan pemeriksaan terinci.
31 Pengujian subtantif transaksi dan saldo dilakukan untuk meyakini asersi
manajemen atas laporan keuangan pihak yang diperiksa, yaitu:
1. keberadaan dan keterjadian;
2. kelengkapan;
3. hak dan kewajiban;
4. penilaian dan pengalokasian; dan
5. penyajian dan pengungkapan.

F. Evaluasi Terhadap Pelaksanaan Pengujian Substantif

32 Tujuan dilakukan prosedur substantif adalah untuk mendeteksi salah saji Tujuan
baik secara individu maupun gabungan yang menyebabkan salah saji
material pada tingkat asersi di laporan keuangan.
33 Prosedur substantif yang dirancang, harus responsif terhadap risiko salah

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 34


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab IV

saji material yang telah dinilai. Prosedur substantif harus dirancang dan
dilakukan pada seluruh asersi relevan yang terkait dengan penilaian
risiko atas kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan untuk
mengantisipasi risiko yang tidak teridentifikasi pada tahap identifikasi
dan penilaian risiko.
34 Apabila hasil pengujian pengendalian mengindikasikan bahwa
implementasi SPI tidak efektif, maka Pemeriksa harus mengevaluasi
kembali apakah sifat, saat, dan luas prosedur substantif yang dirancang
sudah tepat.
35 Prosedur substantif meliputi pengujian terinci (test of details) atas
transaksi, saldo akun pengungkapan, dan prosedur analitis.
36 Kecukupan pengungkapan catatan atas laporan keuangan (CaLK)
mengacu pada SAP, SAK, SAK-ETAP, dan SAS sesuai dengan lingkup
pemeriksaan keuangannya. Kecukupan pengungkapan dalam CaLK juga
meliputi pengungkapan atas isu lingkungan yang terkait dengan
penyajian laporan keuangan.
37 Jenis pengujian apakah prosedur pengujian terinci atau prosedur analitis, Sifat, saat, dan
luas prosedur
ditentukan dari tingkat risiko salah saji material. Semakin tinggi risiko substantif yang
salah saji material atas asersi tertentu, maka keandalan bukti pemeriksaan dirancang
yang diperlukan semakin tinggi. Semakin jauh rentang waktu antara
pengujian yang dilakukan saat interim dengan akhir tahun, maka semakin
tinggi risiko salah saji yang ditemui saat akhir tahun. Semakin besar
risiko salah saji material, maka semakin luas prosedur substantif yang
dirancang.

G. Pelaksanaan Prosedur Tambahan

38 Prosedur pemeriksaan tambahan dapat dilakukan apabila diperlukan.


Prosedur tambahan dilakukan apabila Pemeriksa merasa bahwa bukti
yang diperoleh dari hasil pengujian substantif dirasa belum memadai dari
segi kecukupan dan ketepatan sehingga Pemeriksa perlu memperoleh
tambahan bukti lagi untuk mendukung opininya.
39 Prosedur pemeriksaan tambahan juga dapat dilakukan apabila Pemeriksa
ketika dalam proses pengujian pengendalian atau pengujian substantif
menemukan indikasi terjadi kecurangan.

H. Penyusunan dan Penyampaian Temuan Pemeriksaan dan Jurnal


Penyesuaian

40 Tujuan tahap ini adalah menyampaikan temuan-temuan pemeriksaan Tujuan


hasil pembahasan sebagai tahap akhir dari pemeriksaan di lapangan.
41 Input yang diperlukan dalam tahap ini adalah antara lain: Input

1. himpunan TP/LTP;
2. tanggapan resmi dan tertulis; dan
3. surat penyampaian TP.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 35


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab IV

42 Pemeriksa dalam hal ini Ketua Tim menyampaikan himpunan TP (LTP)


yang telah disertai tanggapan resmi tertulis kepada pihak yang diperiksa.
Penyampaian LTP ditandai dengan ditandatanganinya surat penyampaian
LTP oleh Ketua Tim dan Pimpinan Entitas terperiksa. Penyampaian LTP
tersebut merupakan akhir dari pekerjaan lapangan pemeriksaan
keuangan.
Dalam tahap ini, LTP bukan merupakan laporan pemeriksaan, melainkan
kumpulan indikasi permasalahan yang ditemukan selama pelaksanaan
pemeriksaan. Tahap ini merupakan batas tanggung jawab Pemeriksa
terhadap kondisi laporan keuangan yang diperiksa. Pemeriksa tidak
dibebani tanggung jawab atas suatu kondisi yang terjadi setelah tanggal
pekerjaan lapangan tersebut. Oleh karena itu, tanggal penyampaian LTP
tersebut merupakan tanggal laporan hasil pemeriksaan.

I. Perolehan Surat Representasi

43 Sesuai SPAP SA Seksi 333 [PSA No.17] tentang Representasi


Manajemen, Pemeriksa harus memperoleh surat representasi yang
dilampiri dengan laporan keuangan. Surat representasi tersebut
menggambarkan representasi resmi dan tertulis dari pimpinan entitas atas
berbagai keterangan, data, informasi, dan laporan keuangan yang
disampaikan selama proses pemeriksaan berlangsung. Surat tersebut
merupakan bentuk tanggung jawab Pimpinan/Manajemen Entitas yang
diperiksa. Jika terjadi perubahan substansi isi surat representasi yang
dilakukan pimpinan entitas, maka Pemeriksa harus mempertimbangkan
apakah perubahan tersebut akan berdampak material terhadap
pertanggungjawaban pembuatan laporan keuangan. Hal tersebut akan
mempengaruhi opini.
44 Tujuan memperoleh representasi tertulis dari manajemen adalah untuk Tujuan
melengkapi prosedur pemeriksaan lain yang dilakukan Pemeriksa.
Representasi tersebut merupakan bagian dari bukti yang diperoleh
Pemeriksa, namun tidak merupakan pengganti bagi penerapan prosedur
pemeriksaan yang diperlukan untuk memperoleh dasar memadai bagi
pendapat Pemeriksa atas laporan keuangan.
45 Representasi harus dibuat per tanggal tidak lebih awal dari tanggal Prosedur Apabila
Surat
laporan pemeriksaan. Apabila surat representasi dan lampirannya tidak Representasi dan
diperoleh sampai dengan penerbitan LHP, Pemeriksa harus Lampirannya
mempertimbangkan dampak penolakan tersebut terhadap Tidak Diperoleh
Sampai Saat
kemampuannya untuk mengandalkan representasi manajemen yang lain. Penerbitan
Penolakan manajemen untuk melengkapi representasi tertulis merupakan Laporan
pembatasan terhadap lingkup pemeriksaan yang menghalangi Pemeriksa
untuk memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian dan biasanya
cukup menyebabkan Pemeriksa tidak memberikan pendapat. Surat
tersebut harus ditandatangani pimpinan entitas yang diperiksa dan diberi
tanggal yang sama dengan tanggal tanggal LHP.

J. Pelaksanaan Prosedur Analitis Akhir

46 Prosedur analitis akhir diterapkan untuk membantu Pemeriksa dalam Tujuan


menilai kesimpulan akhir yang diperoleh dan dalam mengevaluasi

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 36


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab IV

penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.


47 Pemeriksa harus menganalisis rasio keuangan dan mengevaluasi lebih
lanjut perbedaan material antara nilai yang diharapkan dengan yang
tercatat dalam laporan keuangan. Apabila penjelasan tentang perbedaan
tidak dapat diperoleh, maka Pemeriksa harus mempertimbangkan apakah
perbedaan tersebut baik secara individu maupun gabungan merupakan
salah saji material yang dapat mempengaruhi opini Pemeriksa terhadap
kewajaran penyajian laporan keuangan.

K. Penilaian Risiko dan Materialitas Akhir

48 Setelah pengujian pengendalian dan pengujian substantif, Pemeriksa Penilaian Risiko


dan Materialitas
harus mengevaluasi kembali tingkat risiko dan materialitas (PM dan TM) akhir
yang ditetapkan, apakah nilai tersebut masih sesuai/tepat untuk
digunakan. Apabila Pemeriksa masih menemukan salah saji material di
tingkat saldo akun maupun laporan keuangan secara keseluruhan yang
tidak dapat dikoreksi, maka Pemeriksa harus mempertimbangkan
kembali tingkat risiko dan materialitas yang ditetapkan. Penyesuaian
tingkat risiko dan materialitas tersebut akan berpengaruh terhadap
kesimpulan akhir Pemeriksa yaitu opini hasil pemeriksaan atas laporan
keuangan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 37


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab V

BAB V
PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

A. Umum

01 Hasil pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh Pemeriksa


dituangkan secara tertulis ke dalam suatu bentuk laporan yang disebut
sebagai Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). LHP merupakan bukti
penyelesaian penugasan bagi Pemeriksa yang dibuat dan disampaikan
kepada Pemberi Tugas, yakni BPK. Laporan tertulis berfungsi untuk:
1. mengomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pihak yang berwenang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. membuat hasil pemeriksaan terhindar dari kesalahpahaman;
3. membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk tindakan perbaikan
oleh instansi terkait; dan
4. memudahkan tindak lanjut untuk menentukan apakah tindakan
perbaikan yang semestinya telah dilakukan.

02 Pelaporan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan meliputi 2 (dua) Langkah tahap
pelaporan hasil
langkah kegiatan, yaitu Penyusunan dan Pembahasan Konsep Laporan pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan, dan Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian
Laporan Hasil Pemeriksaan.
03 Aktivitas dalam tahap pelaporan ditunjukkan dalam Gambar 5.1 berikut.
04
AKTIVITAS MANFAAT DOKUMENTASI

RISALAH
PEMBAHASAN
INTERNAL

Menyusun KHP dan


Penyusunan dan ACTION PLAN
Melakukan
Pembahasan KHP pembahasan KHP

KHP

SURAT
PENYAMPAIAN
KHP

Penyusunan Menyusun konsep


akhir LHP dan
Konsep Akhir dan menyiapkan surat
LAPORAN HASIL
Penyampaian LHP PEMERIKSAAN
penyampaian

SURAT
PENYAMPAIAN
LHP

Gambar 5.1: Langkah-langkah dalam tahap pelaporan pemeriksaan keuangan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 38


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab V

B. Penyusunan dan Pembahasan Konsep LHP


05 Penyusunan konsep LHP bertujuan untuk menuangkan secara tertulis Tujuan
seluruh hasil pemeriksaan untuk menjawab tujuan pemeriksaan yang
telah ditetapkan.
06 Input yang diperlukan dalam penyusunan konsep LHP antara lain: Input

1. Temuan Pemeriksaan (TP);


2. risalah diskusi pembahasan TP dan Ikhtisar koreksi;
3. Laporan Keuangan yang telah disesuaikan dengan iktisar koreksi;
dan
4. Worksheet.
07 Konsep LHP disusun oleh Ketua Tim Pemeriksa dan disupervisi/direviu Penyusunan
konsep LHP
oleh Pengendali Teknis.
08 Konsep LHP masih bersifat rahasia dan diberi tanda bayang (watermark) Konsep LHP
bersifat rahasia
“RAHASIA”. Penggunaan Konsep LHP dibatasi kepada Tim Pemeriksa
dan entitas yang diperiksa.
09 Di dalam penyusunan konsep LHP, hal-hal berikut menjadi perhatian
yaitu:
1. jenis LHP;
2. jenis opini;
3. dasar penetapan opini;
4. pelaporan tentang kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan;
5. pelaporan tentang SPI; dan
6. penanda tangan LHP.
10 Jenis laporan hasil pemeriksaan keuangan terdiri atas: Jenis LHP
Keuangan
1. LHP atas Laporan Keuangan;
2. LHP atas Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan; dan
3. LHP atas Sistem Pengendalian Internal.
11 Unsur pokok LHP atas LK meliputi5: Laporan utama
hasil pemeriksaan
1. judul, “Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan”;
2. dasar hukum pemeriksaan;
3. pernyataan bahwa Pemeriksa telah melakukan pemeriksaan;
4. unsur laporan keuangan yang diperiksa;
5. pernyataan bahwa laporan keuangan adalah tanggung jawab
manajemen dan tanggung jawab Pemeriksa terbatas pada opini
Pemeriksa atas laporan keuangan;
6. pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan berdasarkan SPKN;
7. pernyataan bahwa SPKN mengharuskan Pemeriksa merencanakan
dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan yang
memadai tentang kewajaran informasi keuangan yang disajikan

5
Buletin Teknis 01: Pelaporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah. (2012). Badan Pemeriksa Keuangan RI.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 39


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab V

dalam laporan keuangan;


8. pernyataan bahwa suatu pemeriksaan laporan keuangan meliputi
pengujian bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan
pengungkapan dalam laporan keuangan;
9. pernyataan bahwa Pemeriksa telah melakukan pengujian atas
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan
penilaian atas keandalan SPI yang berdampak material terhadap
penyajian laporan keuangan;
10. keyakinan Pemeriksa bahwa pemeriksaan yang dilakukan
memberikan dasar memadai untuk menyatakan opini;
11. pernyataan opini Pemeriksa atas laporan keuangan;
12. laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan dan laporan hasil pemeriksaan atas
SPI dimuat dalam laporan terpisah, namun merupakan satu kesatuan
dengan laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan, apabila
terdapat ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan dan kelemahan SPI yang dianggap sebagai kondisi yang
dapat dilaporkan;
13. tempat dan tanggal6 LHP atas laporan keuangan; dan
14. identitas penanda tangan dan tanda tangan (identitas kantor,
jabatan/peran, dan nama).
12 Apabila laporan tentang kepatuhan terhadap peraturan perundang- Penerbitan laporan
lainnya
undangan dan atau laporan atas efektivitas pengendalian internal
diterbitkan, maka LHP yang memuat opini harus menjelaskan bahwa
Pemeriksa juga menerbitkan laporan-laporan tersebut.
13 Terdapat 4 (empat) jenis opini atas kewajaran laporan keuangan yang Jenis Opini
dapat diberikan, yakni sebagai berikut:
1. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atau unqualified opinion.
Memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP).
2. Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atau qualified opinion.
Memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP,
kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungann dengan yang
dikecualikan.
3. Tidak Wajar (TW) atau adverse opinion.
Memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan
secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP.
4. Pernyataan Menolak Memberikan Opini atau Tidak
Memberikan Pendapat (TMP) /disclaimer opinion.
Memuat suatu pernyataan bahwa Pemeriksa tidak menyatakan

6
Ibid. Tanggal laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan adalah tanggal pertemuan akhir pemeriksaan keuangan
(exit meeting). Tanggal Exit meeting ditetapkan sebagai tanggal berakhirnya pekerjaan lapangan. Jika setelah pekerjaan
lapangan sampai dengan penerbitan Laporan Hasil Pemeriksaan ada kejadian-kejadian yang menurut Pemeriksa layak
dipertimbangkan atau dapat mempengaruhi persepsi pembaca laporan pemeriksaan maka bisa diberikan tanggal ganda
(dual date), misalnya untuk catatan no. xx berlaku tanggal XX bulan YY tahun 20ZZ.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 40


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab V

pendapat atas laporan keuangan.


Alasan yang menyebabkan menolak atau tidak dapat menyatakan
pendapat harus diungkapkan dalam LHP yang memuat opini tersebut.
14 Dasar penetapan opini atas Laporan Keuangan dilakukan dengan Dasar Penetapan
Opini
mempertimbangkan Pasal 16 UU Nomor 15 Tahun 2004 dan Standar
Pelaporan Pemeriksaan Keuangan pada SPKN.
Berdasarkan Penjelasan Pasal 16 ayat (1) UU Nomor 15 Tahun 2004,
opini merupakan pernyataan profesional Pemeriksa mengenai kewajaran
informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang
didasarkan pada kriteria:
1. kesesuaian dengan SAP;
2. kecukupan pengungkapan (adequate disclosure);
3. kepatuhan perundang-undangan; dan
4. efektivitas SPI.
Di samping itu, di dalam penetapan opini, Pemeriksa mempertimbangkan
SPKN, tingkat kesesuaian, dan kecukupan pengungkapan laporan
keuangan dikaitkan dengan tingkat materialitas yang telah ditetapkan,
tanggapan entitas atas hasil pemeriksaan, dan surat representasi.
Dalam proses penyusunan konsep LHP, Pemeriksa yang melakukan
pemeriksaan atas laporan keuangan harus mempertimbangkan dampak
hasil pemeriksaannya tersebut.
15 Pelaporan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan Pelaporan
Kepatuhan
didasarkan pada standar pemeriksaan. Kepatuhan terhadap Peraturan Terhadap
perundang-undangan yang dituangkan dalam LHP merupakan hasil Peraturan
pengujian kepatuhan yang dirancang oleh Pemeriksa untuk memberikan Perundang-
undangan
keyakinan memadai guna mendeteksi ketidakberesan yang material bagi
laporan keuangan, mendeteksi kesalahan/kekeliruan yang material dalam
laporan keuangan sebagai akibat langsung dari adanya unsur perbuatan
melanggar/melawan hukum yang material, dan untuk menumbuhkan
kewaspadaan terhadap kemungkinan telah terjadinya unsur perbuatan
melawan hukum baik secara langsung maupun tidak langsung.
16 Dalam hal ditemukan atau diduga ada unsur pelanggaran hukum, Pelanggaran
Hukum
Pemeriksa mengungkapkan unsur atau dugaan pelanggaran hukum
tersebut dalam LHP terkait dengan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan.
Temuan ketidakpatuhan yang mengandung unsur pelanggaran hukum
misalnya belanja perjalanan dinas fiktif, belanja atau pengadaan fiktif
lainnya, atau penggunaan uang/barang untuk kepentingan pribadi.
17 Apabila Tim Pemeriksa tidak memiliki keyakinan yang memadai maka Pengungkapan
Unsur
Penanggung Jawab dapat berkonsultasi dengan Tim Konsulen Hukum7 Pelanggaran
sebelum mengungkapkan unsur pelanggaran hukum dalam LHP. Hukum

7
Konsulen hukum di Kantor Pusat adalah Ditama Binbangkum sedangkan untuk BPK Kantor Perwakilan, konsultasi hukum
dapat dilakukan dengan Sub Bagian Hukum Humas pada Kantor Perwakilan atau dengan Ditama Binbangkum di BPK Kantor
Pusat.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 41


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab V

18 Pengungkapan ketidakpatuhan yang perlu dilaporkan sebagai berikut; Pengungkapan


Ketidakpatuhan
1. apabila ketidakpatuhan tersebut secara material berpengaruh pada
kewajaran laporan keuangan, Pemeriksa mengungkapkan uraian
singkat ketidakpatuhan tersebut dalam LHP yang memuat opini atas
kewajaran laporan keuangan sebagai alasan pemberian opini dan
diungkap dalam CaLK pada akun terpengaruh; dan
2. pengungkapan semua temuan terkait ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan yang ditemukan selama pemeriksaan
secara terinci dilaporkan dalam Laporan atas Kepatuhan dalam
kerangka pemeriksaan laporan keuangan.
Temuan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
diperoleh dari pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT) atau dari
pemeriksaan kinerja yang berpengaruh terhadap kewajaran Laporan
Keuangan juga perlu diungkapkan dalam Laporan atas Kepatuhan.
Temuan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan
meliputi ketidakpatuhan yang menyebabkan kerugian daerah/negara,
potensi kerugian daerah/negara, kekurangan penerimaan, administrasi,
ketidakhematan, dan ketidakefektifan.
19 LHP tentang kepatuhan dapat mengungkapkan ketidakpatuhan terhadap Isi LHP tentang
Kepatuhan
ketentuan peraturan perundang-undangan termasuk pengungkapan atas
penyimpangan administrasi, pelanggaran atas perikatan perdata, maupun
penyimpangan yang mengandung unsur tindak pidana dan
ketidakpatuhan yang signifikan.
20 Laporan atas Kepatuhan dalam Kerangka Pemeriksaan laporan keuangan Format LHP
tentang Kepatuhan
merupakan laporan tambahan yang sifatnya opsional yang berarti
diterbitkan jika dan hanya jika ditemukan ketidakpatuhan selama
Pemeriksa melakukan pemeriksaan keuangan.
Laporan ini memuat:
1. resume, yang memuat:
a. judul “Resume”;
b. dasar pemeriksaan;
c. standar pemeriksaan serta kewajiban pelaporan atas
ketidakpatuhan yang ditemukan;
d. paragraf tentang rujukan LHP yang memuat opini dan LHP atas
efektifitas SPI;
e. pokok-pokok temuan ketidakpatuhan;
f. rekomendasi yang diberikan;
g. tempat dan tanggal penandatanganan LHP; dan
h. tanda tangan, nama penanda tangan, dan nomor register akuntan.
2. hasil pemeriksaan yang memaparkan semua temuan-temuan
ketidakpatuhan yang memuat:
a. kondisi yang perlu dijelaskan;
b. kriteria dan atau kondisi yang seharusnya terjadi;
c. akibat (dampak) yang akan terjadi karena adanya
varian/perbedaan antara kondisi dan kriteria;
d. sebab (alasan) terjadinya varian/perbedaan antara kondisi dan
kriteria;
e. tanggapan instansi;
f. sanggahan atas tanggapan instansi jika tidak sesuai dengan
kondisi; dan
g. rekomendasi.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 42


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab V

21 Pelaporan SPI meliputi efektivitas SPI terkait laporan keuangan. Pelaporan Sistem
Pengendalian
Pengungkapan temuan pengendalian internal yang perlu dilaporkan Internal
dilakukan sebagai berikut:
1. apabila temuan pengendalian internal tersebut secara material
berpengaruh pada kewajaran laporan keuangan, Pemeriksa
mengungkapkan uraian singkat temuan tersebut dalam LHP yang
memuat opini atas kewajaran laporan keuangan sebagai alasan
pemberian opini dan diungkap dalam CaLK pada akun terpengaruh;
2. pengungkapan semua temuan pengendalian internal secara terinci
dilaporkan dalam laporan atas pengendalian internal dalam kerangka
pemeriksaan laporan keuangan; dan
3. pengungkapan risiko-risiko kecurangan terutama risiko yang belum
sepenuhnya dimitigasi (diantisipasi) oleh pengendalian yang ada, dan
pemahaman Pemeriksa mengenai pengendalian umum dan aplikasi
TI.
22 Laporan atas SPI dalam kerangka pemeriksaan laporan keuangan ini Format Laporan
atas Pengendalian
bersifat opsional yang berarti diterbitkan jika dan hanya jika ditemukan Internal
kelemahan-kelemahan SPI selama pelaksanaan pemeriksaan. Laporan ini
memuat:
1. Resume yang memuat:
a. judul “Resume”;
b. dasar pemeriksaan;
c. standar pemeriksaan serta kewajiban pelaporan atas
ketidakpatuhan yang ditemukan;
d. paragraf tentang rujukan LHP yang memuat opini dan LHP
kepatuhan;
e. pokok-pokok temuan SPI;
f. rekomendasi yang diberikan;
g. tempat dan tanggal penandatanganan LHP; dan
h. tanda tangan, nama penanda tangan, dan nomor register akuntan.
2. Gambaran umum SPI dalam Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan.
TP atas Sistem Pengendalian Internal dengan mengungkapkan:
1. kondisi yang perlu dijelaskan;
2. kriteria dan atau kondisi yang seharusnya terjadi;
3. akibat (dampak) yang akan terjadi karena adanya varian/perbedaan
antara kondisi dan kriteria;
4. sebab (alasan) terjadinya varian/perbedaan antara kondisi dan
kriteria;
5. tanggapan instansi;
6. sanggahan atas tanggapan intansi jika tidak sesuai dengan kondisi;
dan
7. rekomendasi.
23 Konsep LHP yang telah mendapat reviu oleh Pengendali Teknis diajukan Pembahasan
konsep LHP
kepada Penanggung Jawab untuk dibahas.
Pembahasan konsep LHP meliputi penentuan opini, keandalan temuan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 43


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab V

pemeriksaan yang diungkap, kesesuaian rekomendasi, dan kelayakan TP


yang dibatalkan untuk dimuat dalam konsep LHP. Pembahasan
penentuan opini dilakukan Tim Pemeriksa dengan Tim Reviu Opini yang
dapat dibentuk oleh masing-masing unit kerja terdiri dari Pejabat
Struktural yang membawahi Auditorat/Subauditorat dan Pemeriksa
Senior yang kompeten dengan pemberian opini Laporan Keuangan.
Pembahasan/diskusi dapat dihadiri oleh Pejabat Struktural dan Pemeriksa
lain. Setiap diskusi atas penyusunan konsep LHP yang dilakukan
dibuatkan suatu risalah diskusi penyusunan konsep LHP. Format Risalah
Diskusi Penyusunan Konsep LHP mengacu pada PMP.
24 Konsep LHP yang telah disetujui Penanggung Jawab disampaikan kepada Penyampaian
Konsep LHP
Pimpinan Entitas sebelum batas akhir waktu penyampaian laporan kepada pimpinan
keuangan yang telah diperiksa sesuai ketentuan yang berlaku bagi entitas, entitas
untuk mendapat tanggapan.
25 Konsep LHP yang disampaikan telah berisi opini hasil pemeriksaan dan
rekomendasi untuk temuan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan dan efektivitas pengendalian internal.
26 Penyampaian konsep LHP tersebut harus mempertimbangkan waktu bagi Waktu
penyampaian
entitas untuk melakukan pemahaman dan pembahasan bersama dengan konsep LHP
BPK dan proses penyelesaian LHP secara keseluruhan sebelum batas
akhir waktu penyampaian laporan keuangan yang telah diperiksa sesuai
ketentuan yang berlaku bagi entitas.
27 Konsep LHP disampaian kepada entitas yang diperiksa dengan surat Surat pengantar
konsep LHP dan
pengantar penyampaian konsep LHP dengan dilampiri formulir Rencana rencana aksi
Aksi. Format Surat Pengantar Penyampaian Konsep LHP dan format
Rencana Aksi sebagaimana telah diatur dalam PMP.
28 Apabila diperlukan, perolehan tanggapan entitas atas konsep LHP dapat Perolehan
tanggapan melalui
dilakukan melalui suatu pembahasan antara Pimpinan Entitas dengan pembahasan
Pemeriksa BPK. Pembahasan konsep LHP setelah memperoleh dengan BPK
persetujuan dari Pemberi Tugas.
Pembahasan konsep LHP dengan pejabat entitas yang diperiksa
diselenggarakan oleh Penanggung Jawab dan dilakukan untuk
membicarakan hasil pemeriksaan secara keseluruhan dan kemungkinan
tindak lanjut yang akan dilakukan.
Pembahasan konsep LHP dilakukan di Kantor BPK atau di Kantor Pusat
Entitas yang diperiksa atau dalam bentuk lainnya yang tidak bertentangan
dengan kode etik pemeriksaan.
29 Apabila Pemeriksa tidak sependapat dengan tanggapan Pimpinan Entitas Pemeriksa tidak
sependapatan
yang diperiksa, Penanggung Jawab dapat mengungkapkan dengan tanggapan
ketidaksetujuan atas tanggapan tersebut di dalam LHP. entitas

30 Apabila tidak ada tanggapan dari Pimpinan Entitas yang diperiksa sampai Tidak ada
tanggapan dari
dengan batas waktu penyampaian tanggapan, maka pada bagian Kondisi entitas
di LHP harus dinyatakan bahwa BPK telah menyampaikan konsep akhir
LHP kepada entitas, namun sampai dengan batas waktu yang ditentukan,
BPK tidak memperoleh tanggapan dari entitas yang diperiksa atas konsep
LHP tersebut.

31 Hasil kegiatan penyusunan dan pembahasan konsep LHP harus Dokumentasi


didokumentasikan. Bentuk dokumentasi dapat berupa risalah diskusi
penyusunan konsep LHP, konsep-konsep LHP, surat pengantar konsep
LHP, lembar reviu pengendalian mutu hasil reviu Pengendali Teknis dan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 44


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab V

Penanggung Jawab, dan formulir rencana aksi yang telah diisi oleh
entitas.

C. Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian LHP

32 Penyusunan dan penyampaian LHP bertujuan menyelesaikan konsep Tujuan


LHP yang telah mendapat tanggapan menjadi suatu laporan sebagai bukti
penyelesaian penugasan bagi Pemeriksa dan disampaikan kepada
Pemberi Tugas, Pimpinan Entitas, dan pihak lain yang berkepentingan.
33 Input yang diperlukan dalam penyusunan LHP antara lain adalah: Input

1. konsep LHP;

2. tanggapan tertulis dan resmi atas konsep LHP;

3. Rencana Aksi dari entitas; dan

4. risalah diskusi.
34 Berdasarkan tanggapan atas konsep LHP tersebut, Tim Pemeriksa
menyusun konsep akhir LHP. Setelah disupervisi dan disetujui oleh
Pengendali Teknis, konsep akhir tersebut kemudian ditandatangani oleh
Penanggung Jawab LHP. Konsep akhir LHP terdiri dari LHP, konsep
surat keluar, dan lembar kendali mutu.
35 Konsep akhir disampaikan kepada Pemberi Tugas melalui Tortama/Kalan
untuk dibahas.
36 Penanggung Jawab pemeriksaan bersama dengan Pengendali Teknis, dan Pembahsan
Konsep Akhir
Ketua Tim membahas konsep akhir LHP laporan keuangan dengan LHP
Pemberi Tugas untuk mendapatkan arahan dan persetujuan. Pembahasan
meliputi opini pemeriksaan, rencana aksi, dan informasi rahasia dan
indikasi Tindak Pidana Korupsi apabila ada.
37 Setelah mendapatkan persetujuan, LHP atas laporan keuangan Persetujuan LHP
ditandatangani oleh Penanggung Jawab. Berdasarkan LHP tersebut,
Pemberi Tugas yaitu Badan/kuasanya yang memenuhi syarat
menandatangani surat keluar.
38 LHP laporan keuangan diberi tanggal sesuai dengan tanggal akhir Pemberian
Tannggal di
pekerjaan lapangan. Laporan

39 Penandatangan LHP Keuangan adalah Penanggung Jawab pemeriksaan Penandatangan


LHP
yang ditetapkan dalam surat tugas. Kriteria dan kualifikasi
penandatangan/Penanggung Jawab pemeriksaan atas laporan keuangan
akan diatur kemudian dengan suatu aturan tertentu.
40 Apabila BPK menunjuk kantor akuntan publik untuk melakukan Penandatangan
LHP Akuntan
pemeriksaan atas laporan keuangan untuk dan atas nama BPK, maka Publik yang
penanda tangan LHP mengikuti ketentuan penunjukan KAP tersebut yang Ditunjuk BPK
akan diatur secara khusus atau mengikuti ketentuan sesuai surat tugas
yang dikeluarkan.
41 Penandatanganan laporan tersebut harus melalui kendali mutu (quality Kendali Mutu
dalam
control) secara berjenjang dari tingkat Pemeriksa, Ketua Tim Pemeriksa, Penandatanganan
Pengendali Teknis sampai dengan Penanggung Jawab Pemeriksaan yang Laporan
tertuang dalam KKP serta memenuhi proses keyakinan mutu (quality
assurance).

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 45


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab V

42 LHP yang telah ditandatangani tersebut dan surat keluar yang telah Penyampaian LHP
ditandatangani Pemberi Tugas, disampaikan kepada pemilik kepentingan
atau wakil pemilik/stakeholders, pimpinan/pengurus entitas yang
diperiksa dan pihak lain yang telah ditentukan dalam P2.
Laporan tersebut disampaikan pula kepada Anggota Pembina Utama
Keuangan Negara, Auditor Utama Keuangan Negara, Inspektur Utama,
dan Kaditama Revbang.
43 Seluruh hasil kegiatan penyusunan LHP didokumentasikan. Bentuk Dokumentasi
dokumentasi dapat berupa surat keluar, risalah diskusi, surat pengantar
LHP, dan lembar reviu pengendalian mutu.
Dokumentasi surat keluar, risalah diskusi, surat pengantar LHP, dan
lembar reviu pengendalian mutu mengacu pada PMP dan Juklak Sistem
Pemerolehan Keyakinan Mutu.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 46


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab VI

BAB VI
PEMERIKSAAN INTERIM

A. Pengertian Pemeriksaan Interim

01 Pemeriksaan interim adalah pemeriksaan yang dilakukan pada saat Pengertian


tahun buku masih berjalan dan belum berakhir/tutup buku. Apabila
pemeriksaan dilakukan pada tahun berikutnya setelah tahun anggaran
berakhir namun sebelum laporan keuangan diserahkan kepada BPK,
maka disebut sebagai pemeriksaan pendahuluan.

B. Tujuan Pemeriksaan Interim

02 Pemeriksaan interim bertujuan membantu Pemeriksa untuk Tujuan


mengetahui secara lebih dini hal-hal signifikan dan berisiko yang
dapat mempengaruhi laporan keuangan entitas. Pemeriksa dapat
memperoleh pemahaman tentang efektifitas SPI, memperkirakan
risiko pemeriksaan, dan luas lingkup pemeriksaan terinci yang akan
dilaksanakan pada saat laporan keuangan tersebut selesai disusun dan
diserahkan kepada BPK.

C. Lingkup Pemeriksaan Interim

03 Lingkup pemeriksaan interim laporan keuangan antara lain meliputi: Lingkup

1. SPI;
2. kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan;
3. transaksi periode interim;
4. pemantauan tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan sebelumnya;
5. analisis risiko; dan
6. informasi lainnya yang signifikan yang terkait dengan laporan
keuangan.

D. Metodologi Pemeriksaan Interim

04 Metodologi pemeriksaan interim atas laporan keuangan meliputi


pelaksanaan dan hasil identifikasi pemeriksaan interim seperti hasil
pelaksanaan pengujian SPI, analisis risiko, dan strategi pemeriksaan
terinci yang menjadi bahan penyusunan/pemutakhiran P2 terinci.
Langkah-langkah pemeriksaan pada tiap tahapnya dapat dilihat pada
Gambar 6.1 berikut:

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 47


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab VI

METODOLOGI PEMERIKSAAN INTERIM


PADA PEMERIKSAAN KEUANGAN

Ukuran Kinerja Pemeriksaan:


- Standar Pemeriksaan
- Panduan Manajemen Pemeriksaan
- Tujuan & Harapan Penugasan

PELAKSANAAN PEMERIKSAAN INTERIM HASIL IDENTIFIKASI PEMERIKSAAN INTERIM

1. Pengujian SPI
1. Hasil Pelaksanaan Pengujian SPI

2. Analisis Risiko 2. Pemutakhiran Matriks Risiko Bisnis

3. Pengujian Substantif Terbatas 3. Laporan Temuan Pemeriksaan (apabila ada)

SUPERVISI – KENDALI MUTU DAN PEMEROLEHAN KEYAKINAN MUTU


(Supervision, Quality Control & Quality Assurance)

Gambar 6.1. Metodologi Pemeriksaan Interim pada Pemeriksaan Keuangan

1. Pelaksanaan Pemeriksaan Interim


05 Tahap pelaksanaan pemeriksaan interim meliputi 3 (tiga) langkah
yaitu:
1. pengujian SPI;
2. analisis risiko; dan
3. pengujian substantif terbatas.
06 Pengujian SPI meliputi pula identifikasi ketidakpatuhan terhadap Pengujian SPI
peraturan perundangan yang berdampak material dilakukan terhadap
pengelolaan keuangan. Selain itu, Pemeriksa juga memperhatikan
hasil pemeriksaan sebelumnya dan tindak lanjut yang dilakukan oleh
entitas yang diperiksa.
07 Pemeriksa perlu untuk mempertimbangkan apakah perlu untuk Pertimbangan
pengujian SPI pada
melakukan pengujian SPI kembali pada pemeriksaan terinci untuk pemeriksaan terinci
sisa periode setelah pemeriksaan interim. Apabila Pemeriksa
mempertimbangkan untuk melakukan pengujian pengendalian
kembali pada pemeriksaan terinci, Pemeriksa dapat menggunakan
pengujian dengan tujuan ganda (dual purposes) pada langkah
pengujian substantif pada saat pemeriksaan terinci.
08 Pemeriksa melakukan evaluasi atas analisis risiko yang telah Analisis Risiko
ditetapkan pada tahap perencanaan dengan mempertimbangkan hasil
pengujian SPI di pemeriksaan interim. Analisis risiko tersebut akan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 48


Juklak Pemeriksaan Keuangan Bab VI

dievaluasi lagi pada saat pemeriksaan terinci dan apabila diperlukan,


dilakukan pemutakhiran atas tingkat risiko pemeriksaan yang
ditetapkan.
09 Pemeriksa juga dapat mempertimbangkan untuk melakukan Pengujian Subtantif
Terbatas
pengujian substantif terbatas, khususnya untuk menganalisis sejauh
mana tingkat pengendalian yang ada di entitas dalam proses
penyusunan laporan keuangan. Hasil dari pengujian subtantif terbatas
ini, akan ditinjau kembali pada saat pemeriksaan terinci dan menjadi
dasar untuk merancang prosedur pemeriksaan untuk pengujian saldo
akun-akun yang disajikan dalam laporan keuangan akhir tahun
entitas.
2. Hasil Identifikasi Pemeriksaan Interim
10 Pemeriksa mendokumentasikan hasil pengujian SPI dalam KKP. Penyusunan hasil
pengujian SPI
Dokumentasi hasil pengujian SPI dalam pemeriksaan interim antara
lain berupa Matriks Risiko Pengendalian (MRP) dan hasil penilaian
indikasi risiko kecurangan (Fraud Risk Assessment/FRA).
11 Apabila dalam pelaksanaan pemeriksaan interim ditemukan Pemutakhiran Matriks
Risiko Bisnis
perubahan kondisi entitas yang cukup signifikan dan berdampak
terhadap risiko pemeriksaan, maka Pemeriksa harus memutakhirkan
MRB entitas yang telah dibuat pada saat perencanaan pemeriksaan.
12 Pada tahap ini, Pemeriksa menyusun hasil temuan pemeriksaan Penyusunan laporan
temuan pemeriksaan
mengungkapkan kondisi, kriteria, sebab, dan akibat. Temuan (apabila ada)
pemeriksaan tersebut diklasifikasikan dalam temuan terkait dengan
SPI dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 49


Juklak Pemeriksaan Keuangan Referensi

BAB VII
PENUTUP
A. Pemberlakuan Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan
01 Juklak Pemeriksaan Keuangan mulai berlaku saat ditetapkan dengan Pemberlakuan
Keputusan BPK tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan
Keuangan.

B. Perubahan Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan


02 Perubahan Juklak Pemeriksaan Keuangan dapat berupa perubahan Perubahan
Juklak dimaksud atau penjelasan atas substansi Juklak tersebut.
03 Perubahan Juklak Pemeriksaan Keuangan akan dilakukan melalui
Keputusan BPK tentang Perubahan Juklak Pemeriksaan Keuangan.

C. Pemantauan Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan

04 Juklak Pemeriksaan Keuangan ini merupakan dokumen yang dapat Pemantauan


berubah sesuai dengan perubahan peraturan perundang-undangan,
standar pemeriksaan, dan kondisi lain. Oleh karena itu, pemantauan
atas Juklak ini akan dilakukan oleh Tim Pemantau Juklak
Pemeriksaan Keuangan. Selain itu, masukan atau pertanyaan terkait
dengan juklak ini dapat disampaikan kepada:
Sub Direktorat Litbang Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja
Direktorat Penelitian dan Pengembangan
Ditama Revbangdiklat
Lantai II Gedung Arsip, BPK-RI
Jl. Gatot Subroto 31 Jakarta 10210
Telp. (021)-25549000 pesawat 3306, 3308
Fax (021) 5705372
Email: subditlitbangpk2@bpk.go.id

KETUA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
WAKIL KETUA, REPUBLIK INDONESIA,

ttd ttd

HASAN BISRI RIZAL DJALIL

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Nizam Burhanuddin

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 50


Juklak Pemeriksaan Keuangan Referensi

REFERENSI
Arens, A. A., Beasley, M. S., dan Elder, R. J. (2010), Auditing and Assurance Services: An
Integrated Approach, 13th Global Edition, New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Badan Pemeriksa Keuangan RI (2007). Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Peraturan Badan
Pemeriksa Keuangan Nomor 1 tahun 2007, tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN), Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4707.
____ (2007). Struktur Organisasi Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Keputusan
Ketua BPK Nomor34/K/I-VIII.3/6/2007 tentang Struktur Organisasi Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia.
____ (2007). Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia. Keputusan Ketua BPK Nomor39/K/I-VIII.3/7/2007 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
____ (2008). Panduan Manajemen Pemeriksaan. Keputusan BPK Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008
tanggal 19 Februari 2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaaan.
____ (2008). Petunjuk Pelaksaan Pemeriksaan Keuangan. Keputusan BPK Nomor 04/K/I-
XIII.2/5/2008 tanggal 19 Mei 2008.
____ (2009). Perubahan atas Panduan Manajemen Pemeriksaaan. Keputusan BPK Nomor 5/K/I-
XIII.2/2/2009 tanggal 26 Agustus 2009 tentang Perubahan atas Panduan Manajemen
Pemeriksaaan.
____ (2012). Petunjuk Teknis Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan. Keputusan BPK
Nomor 1/K/I-XIII.2/3/2012 tentang Petunjuk Teknis Pemantauan Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan.
____ (2011). Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksaan Keuangan
Nomor.22/LHP/XIX.KDR/06/2012 tanggal 17 Juni 2011.
Boynton, W., C., dan Johnson, R., N. (2006), Modern Auditing: Assurance Services and The
Integrity of Financial Reporting, 8th Edition, Hokoben: John Wiley & Sons Inc.
Direktorat Utama Perencanaan Evaluasi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan – Badan
Pemeriksa Keuangan RI (2010). Seri Panduan Pemeriksaan Berperspektif Lingkungan.
Institut Akuntan Publik Indonesia (2011). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: PT
Salemba Empat.
International Organization of Supreme Audit Institution (INTOSAI). International Standards of
Supreme Audit Institutions (ISSAI) 5110. Guidance on Conducting Audit Activities with an
Environmental Perspective.
____ International Standards of Supreme Audit Institutions (ISSAI) 5120. Environment Audit and
Regularity Audit.
Komite Standar Pemeriksaan Keuangan BPK RI (2012). Buletin Teknis 01: Pelaporan Hasil
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah. Keputusan BPK Nomor 4/K/I-
XIII.2/9/2012 tentang buletin Teknis Nomor 01 Pelaporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan
Keuangan Pemerintah.
Republik Indonesia (2003). Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4286.
____ (2004). Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 51


Juklak Pemeriksaan Keuangan Referensi

____ (2006). UU No.15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4654.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 52


LAMPIRAN III.1 : KEPUTUSAN BPK
NOMOR : 4/K/I-XIII.2/7/2014
TANGGAL : 16 JULI 2014

No. Indeks
Dibuat oleh : [Initial]1/[tgl/bln/tahun]
Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan
Direviu oleh : [Initial]2/[tgl/bln/tahun]
.................................................
Disetujui oleh : [Initial]3/[tgl/bln/tahun]
Tahun Buku ..........

BPK RI

PEMAHAMAN TUJUAN DAN HARAPAN PENUGASAN

I. Tujuan Penugasan
Tujuan pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten ABC
Tahun Anggaran (TA) 20x1 adalah pemberian opini atas kewajaran LKPD tersebut
berdasarkan:
1. kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan atau prinsip-prinsip
akuntansi yang ada pada berbagai peraturan perundang-undangan;
2. kecukupan pengungkapan (adequate disclosure);
3. efektivitas sistem pengendalian intern; dan
4. kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

II. Harapan Penugasan


1. Standar Pemeriksaan
Dalam rangka pencapaian tujuan pemeriksaan di atas, pemeriksaan atas Laporan Keuangan
Pemerintah Kabupaten ABC TA 20x1 dilakukan berdasarkan Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN), dengan memberlakukan Standar Pemeriksaan Akuntan Publik
(SPAP) untuk standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, kecuali diatur lain dalam
SPKN.
2. Jadwal Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABC TA 20x1 harus
diselesaikan dalam jangka waktu dua bulan sejak Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten ABC TA 20x1 unaudited diterima oleh BPK RI. Penyelesaian pemeriksaan
tersebut diwujudkan dengan penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan kepada DPRD
Kabupaten ABC dan Pemerintah Kabupaten ABC.
3. Fokus dan Sasaran Pemeriksaan serta arahan penting Pemberi Tugas/Penanggung Jawab
Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABC TA 20x1 meliputi antara lain
pengujian atas:
a. Penyajian saldo akun-akun dan transaksi-transaksi pada Laporan Realisasi Anggaran
(LRA) dan Laporan Arus Kas TA 20x1 sesuai dengan SAP;
b. Penyajian saldo akun-akun dalam neraca per 31 Desember 20x1 sesuai dengan SAP;

1
Ketua Tim Pemeriksaan
2
Pengendali Teknis
3
Penanggung Jawab

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 51


c. Pengungkapan informasi keuangan pada Catatan Atas Laporan Keuangan;
d. Efektivitas desain dan implementasi sistem pengendalian intern termasuk pertimbangan
hasil pemeriksaan sebelumnya;
e. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku;
f. Pendalaman pada pengelolaan aset tetap, belanja bantuan sosial, DPPID, tunjangan
pejabat daerah dan rumah jabatan kepala daerah; dan
g. Belanja Modal atas Proyek Jabatan.

III. Rencana Pencapaian Hasil Pemeriksaan yang Diharapkan

1. Rencana Pencapaian Hasil Pemeriksaan yang Diharapkan


a. Dalam pelaksanaan pemeriksaan, hendaknya Tim Pemeriksa selalu berpedoman
kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan petunjuk pelaksanaan
pemeriksaan yang diterbitkan BPK. Pelaksanaan pemeriksaan dapat dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada;
b. Setiap temuan pemeriksaan disusun secara lengkap dan jelas yang mencakup semua
unsur temuan yaitu pokok masalah, kondisi, kriteria, akibat dan sebab serta adanya
komentar instansi. Temuan pemeriksaan yang dihasilkan harus didukung bukti-bukti
yang lengkap dan tertuang dalam kertas kerja pemeriksaan (KKP) yang berpedoman
pada buku Panduan Manajemen Pemeriksaan yang dikeluarkan oleh BPK;
c. Tim melaksanakan prosedur pemeriksaan sesuai dengan program pemeriksaan (P2).
Program pemeriksaan bersifat fleksibel, sehingga bila dianggap perlu Ketua Tim dapat
mengusulkan (penambahan/pengurangan) program pemeriksaan pada Penanggung
Jawab pemeriksaan;
d. Pemeriksaan perlu diarahkan pada area-area yang berisiko tinggi terjadi salah saji yang
material berdasarkan informasi dari hasil pemeriksaan sebelumnya atau informasi
lainnya;
e. Penentuan area dan uji petik yang dilakukan, didokumentasikan dalam KKP disertai
dengan pertimbangan atau alasannya;
f. Apabila Tim menemukan indikasi adanya tindak pidana korupsi atau fraud, kumpulkan
semua bukti-bukti pendukung terkait. Usahakan bukti-bukti tersebut dilegalisir oleh
entitas yang diperiksa. Lakukan wawancara dengan pejabat terkait dan
dokumentasikan hasil wawancara tersebut. Usahakan dokumentasi wawancara
ditandatangani oleh pihak interviewer dan interviewee. Tim harus menyampaikan hasil
analisis yang berindikasi tindak pidana korupsi atau fraud tersebut kepada Pengendali
Teknis dan Penanggung Jawab;
g. Ketua Tim Pemeriksa menyampaikan laporan kemajuan pelaksanaan pemeriksaan
(progress report) kepada Penanggung Jawab Pemeriksa;
h. Sebelum mengakhiri pemeriksaan, Tim Pemeriksa mendiskusikan hasil pemeriksaan
dengan pejabat pemerintahan daerah terkait untuk mendapatkan tanggapan/komentar
atas temuan pemeriksaan.

Penyelesaian pemeriksaan dan laporan hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut:

Kegiatan Waktu Keterangan


Pemeriksaan atas LKPD TA 20x1 1 Mei – BPK menerima LKPD TA 20x1
4 Juni 20x2 tanggal 30 April 20x2.
Penyampaian Temuan Pemeriksaan: 4 Juni 20x2 Sudah termasuk pembahasan
 Temuan tentang SPI dengan pejabat yang berwenang

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 52


 Temuan tentang Kepatuhan dari pemerintah daerah dan sudah
 Ikhtisar Koreksi diperoleh tanggapan resmi dan
tertulis.
Penyusunan KHP 5 Juni – Sudah termasuk pembahasan,
29 Juni 20x2 koreksi berjenjang, perolehan
tanggapan draft LHP, dan
penjilidan.
Penyampaian Laporan Hasil 30 Juni 20x2 60 hari setelah penyerahan LKPD
Pemeriksaan atas LKPD TA 20x1 TA 20x1. Sudah termasuk
dan Surat Keluar perolehan surat representasi.

[nama tempat], [tanggal]


Pemberi Tugas/Penanggung Jawab/
Ketua Tim, Pengendali Teknis,
Wakil Penanggung Jawab,

KETUA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
WAKIL KETUA, REPUBLIK INDONESIA,

ttd ttd

HASAN BISRI RIZAL DJALIL

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Nizam Burhanuddin

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 53


LAMPIRAN III.2 : KEPUTUSAN BPK
NOMOR : 4/K/I-XIII.2/7/2014
TANGGAL : 16 JULI 2014

Pemeriksaan Atas Laporan No. Indeks


Keuangan Dibuat oleh : [Initial]4/[tgl/bln/tahun]
................................................. Direviu oleh : [Initial]5/[tgl/bln/tahun]
Tahun Buku .......... Disetujui oleh : [Initial]6/[tgl/bln/tahun]
BPK RI

PEMAHAMAN ENTITAS

I. Gambaran Umum Mengenai Bidang Kerja Entitas

II. Kekuatan Lingkungan

III. Tren yang Signifikan

IV. Hubungan dengan DPR dan BPK, serta Lembaga Lain

4
Ketua Tim Pemeriksaan
5
Pengendali Teknis
6
Penanggung Jawab

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 54


V. Sumber Pendapatan dan Pembiayaan

VI. Dasar Hukum dan Peraturan yang Mempengaruhi

VII. Faktor Sosial dan Politik yang Mempengaruhi

VIII. Pengaruh Stakeholder (Pemangku Kepentingan): (misal DPR)

IX. Dampak Lingkungan Entitas terhadap Risiko Bidang Kerja dan Laporan Keuangan

X. Pejabat

Nama Jabatan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 55


No. Indeks
Pemeriksaan Atas Laporan
Keuangan Dibuat oleh : [Initial]7/[tgl/bln/tahun]
................................................. Direviu oleh : [Initial]8/[tgl/bln/tahun]
Tahun Buku ..........
Disetujui oleh : [Initial]9/[tgl/bln/tahun]
BPK RI

HASIL PEMAHAMAN ENTITAS

I. Gambaran Umum Mengenai Entitas

Pemerintah Kabupaten ABC didirikan pada Tahun 2003 berdasarkan Undang-Undang No. 2 Tahun
2003 tentang Pembentukan Kabupaten ABC dan Kabupaten XYZ di Provinsi A melalui Rapat
Paripurna DPR RI tanggal 8 April 2003, dengan luas wilayah 5.066,96 Km2 (506.696 Ha) atau
13,50 persen dari total luas Provinsi A dengan jumlah penduduk sebanyak 267.913 jiwa (hasil
Sensus Penduduk Indonesia 2010). Wilayah Kabupaten ABC berbatasan dengan ...
Penduduk Kabupaten ABC menempati 7.831 Ha yang digunakan sebagai pemukiman, selebihnya
digunakan untuk pertambangan, perairan darat, padang rumput dan tanah terbuka.
Organisasi Pemerintah Kabupaten ABC terdiri dari 39 SKPD dengan struktur organisasi yang telah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 14, 15, 16, 17, 18 dan 31 Tahun 2007 dan terakhir kali
diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2011.
...dst...

II. Kekuatan Lingkungan

Pendapatan Pemerintah Kabupaten ABC dalam TA 2010 dan TA 2011 masing-masing sebesar
Rp621.101.796.441,75 dan Rp878.577.525.198,00, bersumber dari Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah, dengan perincian sebagai berikut:

Jumlah (Rp)
Jenis Pendapatan
TA 2010 TA 2011
Pendapatan Asli Daerah 18.093.581.123,75 29.599.131.622,00
Dana Perimbangan 496.445.447.658,00 684.293.359.862,00
Lain-Lain Pendapatan yang Sah 106.562.767.660,00 164.685.033.714,00
Jumlah Pendapatan 621.101.796.441,75 878.577.525.198,00

Berdasarkan data tersebut di atas, maka kemampuan Pendapatan Asli Daerah untuk pelaksanaan
program dan kegiatan pada Pemerintah Kabupaten ABC untuk TA 2010 dan TA 2011 masing-
masing hanya sebesar 2,9% dan 3,4% dari total pendapatan. Kontribusi terbesar untuk mendukung
pelaksanaan program dan kegiatan dalam TA 2010 dan TA 2011 bersumber dari Dana
Perimbangan, yaitu masing-masing sebesar 79,9% dan 77,9% dari total Pendapatan.

III. Tren yang Signifikan

Perkembangan Pendapatan Daerah, Belanja Daerah serta Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan
pada Pemerintah Kabupaten ABC dari TA 2010 ke TA 2011 adalah sebagai berikut:

7
Ketua Tim Pemeriksaan
8
Pengendali Teknis
9
Penanggung Jawab

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 56


Jumlah (Rp) Naik
Akun
TA 2010 TA 2011 (Turun) %
Pendapatan:
29.599.131.622,0
- Pendapatan Asli Daerah 18.093.581.123,75 63,59
0
684.293.359.862,
- Dana Perimbangan 496.445.447.658,00 37,84
00
164.685.033.714,
- Lain-Lain Pendapatan yang Sah 106.562.767.660,00 54,54
00
878.577.525.198,
Jumlah Pendapatan 621.101.796.441,75 41,45
00
Belanja:
308.812.321.518,
- Belanja Pegawai 262.352.538.041,23 17,71
00
141.420.296.137,
- Belanja Barang 113.879.633.862,00 24,18
00
21.023.763.650,0
- Belanja Hibah 23.616.179.510,00 (10,98)
0
- Belanja Bantuan Sosial 15.556.957.628,00 6.655.575.000,00 (57,22)
25.422.792.953,0
- Belanja Bantuan Keuangan 13.349.700.000,00 90,44
0
143.122.137.962,
- Belanja Modal 111.346.567.334,00 28,54
00
- Belanja Tak Terduga 8.705.409.400,00 242.938.100,00 (97,21)
646.699.825.320,
Total Belanja 548.806.985.775,23 17,84
00
Penerimaan Pembiayaan 0,00 0,00
45.637.467.900,0
Pengeluaran Pembiayaan 50.797.014.757,00 (10,16)
0

Dari data di atas tampak bahwa perkembangan yang signifikan dari TA 2010 ke TA 2011 adalah
belanja bantuan keuangan yaitu sebesar 90,44%, sedangkan penurunan yang signifikan adalah
belanja tak terduga yaitu sebesar 97,21%.

IV. Hubungan dengan DPR dan BPK, serta Lembaga Lain

a. Hubungan dengan Pemerintah Pusat


Pemerintah Kabupaten ABC senantiasa melakukan koordinasi dengan Pemerintah Pusat,
utamanya dalam perolehan Dana Perimbangan dan dana-dana lainnya yang berasal dari
APBN antara lain dalam bentuk dana dekonsentrasi, DIPA APBN serta Block
Grant/Bantuan Sosial/Hibah. Perincian perolehan dana tersebut dalam dua tahun terakhir
adalah sebagai berikut:

Jenis Dana Jumlah (Rp)


TA 2010 TA 2011
Dana Bagi Hasil Pajak 37.054.657.987,00 31.988.807.362,00
Dana Bagi Hasil SDA 118.598.662.932,00 261.793.270.224,00
Dana Alokasi Umum 245.652.285.000,00 283.074.736.000,00
Dana Alokasi Khusus 43.962.200.000,00 18.401.608.690,00
Dana Penyesuaian 11.705.206.700,00 41.410.248.000,00
Jumlah 456.973.012.619,00 636.668.670.276,00

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 57


b. Hubungan dengan DPRD
Pemerintah Kabupaten ABC senantiasa melakukan koordinasi dengan DPRD, utamanya
dalam pembahasan dan penetapan APBD/Perubahannya serta pertanggungjawaban APBD,
dan Peraturan Daerah lainnya. Pembahasan dan pengesahan yang telah dilakukan dalam
dua tahun terakhir adalah sebagai berikut:

Jenis No dan Tanggal Penetapan


APBD TA 2010 Perda No.1 Tanggal 23 Januari 2010
Perda No.11 Tanggal 27 Oktober
Perubahan APBD TA 2010
2010
Perda No.28 Tanggal 26 Oktober
Pertanggungjawaban APBD TA 2010
2011
APBD TA 2011 Perda No.1 Tanggal 10 Januari 2011

c. Hubungan dengan BPK


Pemerintah Kabupaten ABC senantiasa melakukan koordinasi dengan BPK, utamanya
dalam pemeriksaan (LKPD, kinerja, dan tujuan tertentu), Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan, dan tindak lanjut penyelesaian kerugian negara/daerah.
Dalam Tahun 2010, Pemerintah Kabupaten ABC telah menyerahkan LKPD TA 2010
kepada BPK Perwakilan Provinsi A pada tanggal 31 Mei 2011 dan hasil pemeriksaan BPK
atas LKPD telah diserahkan kepada DPRD dan Kepala Daerah pada tanggal 30 September
2011. Untuk LKPD Tahun 2011, Pemerintah Kabupaten ABC telah menyerahkan LKPD
kepada BPK Perwakilan Provinsi A pada tanggal 2 Mei 2012.
Untuk tindak lanjut hasil pemeriksaan sampai dengan tanggal 31 Desember 2011,
Pemerintah Kabupaten ABC telah melaksanakan tindak lanjut sebanyak 95 rekomendasi
(97,94% dari total rekomendasi sebanyak 97), dengan status “tindak lanjut sesuai
rekomendasi” sebanyak 48, dan “belum sesuai rekomendasi” sebanyak 47.
Tindak lanjut penyelesaian kerugian negara/daerah s.d. tanggal 31 Desember 2011,
Pemerintah Kabupaten ABC telah menindaklanjuti penyelesaian kerugian daerah senilai
Rp940.714.810,00 atau 37,22% dari total kerugian daerah sebesar Rp2.527.642.170,00

V. Sumber Pendapatan dan Pembiayaan

Pendapatan Pemerintah Kabupaten ABC dalam TA 2010 dan TA 2011 masing-masing sebesar
Rp621.101.796.441,75 dan Rp878.577.525.198,00, bersumber dari Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah, dengan perincian sebagai berikut:

Jumlah (Rp)
Jenis Pendapatan
TA 2010 TA 2011
Pendapatan Asli Daerah 18.093.581.123,75 29.599.131.622,00
Dana Perimbangan 496.445.447.658,00 684.293.359.862,00
Lain-Lain Pendapatan yang Sah 106.562.767.660,00 164.685.033.714,00
Jumlah Pendapatan 621.101.796.441,75 878.577.525.198,00

VI. Dasar Hukum dan Peraturan yang Mempengaruhi

1. Peraturan Umum:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara;
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 58


c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;
d. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
f. dst....
2. Peraturan di Daerah Tahun 2011:
a. Perda Nomor 1 Tanggal 10 Januari 2011 tentang APBD Tahun Anggaran 2011;
b. Perda Nomor 2 Tanggal 14 Maret 2011 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan
Bangunan;
c. Perda Nomor 3 Tanggal 25 April 2011 tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
Pada Bidang Pertambangan;
d. Perda Nomor 4 Tanggal 25 April 2011 tentang Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan
Umum;
e. Perda Nomor 5 Tanggal 25 April 2011 tentang Retribusi Izin Trayek;
f. dst...

VII. Faktor Sosial dan Politik yang Mempengaruhi Pemerintah

Faktor Sosial:

Faktor sosial (pembangunan Bidang Sosial) yang ikut mempengaruhi Pemerintah Daerah,
khususnya dalam pelaksanaan belanja daerah antara lain:
1. Pembinaan dan Penyantunan kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial. Sasaran ini
dimaksudkan mengurangi jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial melalui pembinaan
dan pemberian santunan.
2. Terkendalinya sedini mungkin bencana alam serta tertanganinya masyarakat korban bencana.
Sasaran ini dimaksudkan sebagai upaya tanggap darurat dan deteksi dini dari Pemerintah
Daerah dan masyarakat dalam penanganan masalah bencana alam dengan mengadakan kegiatan
pelatihan penanganan bencana. Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh tenaga yang
profesional dan terampil dalam penanganan bencana alam seperti banjir dan kebakaran.
3. Dst...

Faktor politik:

Terjadinya perubahan yang signifikan baik menyangkut prosedur penyusunan anggaran, struktur
pengelola keuangan maupun istilah-istilah yang digunakan dalam penyusunan dan pelaksanaan
APBD Tahun Anggaran 20xx.

VIII. Pengaruh Stakeholder (Pemegang Kepentingan): DPRD

Pengaruh Stakeholder dalam peningkatan pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah


Kabupaten ABC masih belum memadai. Hal ini tampak dari belum adanya dorongan yang kuat
dari DPRD atas pengelolaan keuangan daerah dimana masih banyak temuan pemeriksaan yang
berulang dari tahun ke tahun, opini yang belum meningkat dan masih banyaknya temuan
pemeriksaan BPK yang belum ditindaklanjuti.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 59


IX. Dampak dari Lingkungan Entitas terhadap Risiko Bidang Kerja dan Laporan
Keuangan

Penegakan integritas dan etika, komitmen terhadap kompetensi, pendelegasian wewenang dan
tanggung jawab, peningkatan aktivitas pengendalian, perbaikan informasi dan komunikasi serta
aktivitas pemantauan yang dilakukan di lingkungan Pemerintah Kabupaten ABC menunjukkan
bahwa Pemerintah Kabupaten ABC memiliki itikad yang baik dalam memperbaiki pengelolaan
keuangan daerah. Usaha yang dilakukan untuk meminimalkan risiko bidang kerja dan laporan
keuangan cukup baik namun masih memiliki beberapa kelemahan, di antaranya pada Tahun 2011
Pemerintah Kabupaten ABC belum menggunakan aplikasi sistem informasi dalam penatausahaan
keuangan daerah. Penyusunan Laporan Keuangan dilakukan secara manual dengan Microsoft
Office. Penyusunan LRA dilakukan oleh masing-masing SKPD dan penyusunan Neraca, LAK dan
CALK masih terpusat di Bagian Keuangan. Selain itu masih terdapat keterlambatan atas
penyetoran pendapatan Tahun 2011 oleh Bendahara Penerimaan dan pengembalian Sisa UYHD
oleh bendahara Pengeluaran. Terdapat pula pencairan Belanja Hibah TA 2011 yang baru dicairkan
di TA 2012. Hal ini harus mendapat perhatian Pemerintah Daerah guna meningkatkan kualitas
penatausahaan keuangan di tahun berikutnya.

X. Pejabat Pemerintahan Daerah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD):


Ketua DPRD :
Wakil Ketua I DPRD :
Wakil Ketua II DPRD :
Pemerintah Daerah:
Bupati :
Wakil Bupati :
Sekretaris Daerah :

Tata Kelola Penyusunan Laporan Keuangan Daerah


Pemerintah Kabupaten ABC telah menyusun laporan keuangan berdasarkan Peraturan
Bupati Nomor 9 Tahun 2010 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah yang mengatur tentang
seluruh pertimbangan dalam rangka penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah. Pemerintah Kabupaten ABC belum menyusun Laporan Keuangan berdasarkan Laporan
Keuangan Konsolidasian dari seluruh SKPD, penyusunan laporan keuangan masih berpusat pada
Bagian Keuangan Sekretariat Daerah.

Kesimpulan*:
Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABC telah secara rutin diperiksa oleh BPK-RI.
Perkembangan yang baik ditunjukkan dengan menurunnya jumlah hal-hal yang mempengaruhi
kewajaran laporan keuangan dalam opini wajar dengan pengecualian, dari tahun ke tahun. Namun
dengan mempertimbangkan integritas personil, serta tingkat kerentanan terhadap penyalahgunaan
aset maupun tingkat kecurangan dalam laporan keuangan dapat disimpulkan bahwa secara


Contoh ini menambahkan kesimpulan dan unsur tata kelola penyusunan laporan keuangan daerah. Kedua poin tersebut
tidak disyaratkan dalam format baku, namun diperbolehkan apabila pemeriksa menambahkan poin-poin penjelasan
lainnya yang dirasa diperlukan sesuai dengan kondisi masing-masing entitas terperiksa.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 60


keseluruhan tingkat risiko bawaan belanja daerah adalah sedang. Dengan terhubungnya sebagian
besar belanja daerah dengan penilaian dan pencatatan aset di neraca, risiko bawaan akun-akun
neraca juga memiliki tingkat risiko yang sama.

KETUA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
WAKIL KETUA, REPUBLIK INDONESIA,

ttd ttd

HASAN BISRI RIZAL DJALIL

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Nizam Burhanuddin

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 61


LAMPIRAN IV.1 : KEPUTUSAN BPK
NOMOR : 4/K/I-XIII.2/7/2014
TANGGAL : 16 JULI 2014

No. Indeks
Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Dibuat oleh :
.............(nama entitas)..................
Tahun…….. Direviu oleh :
Disetujui oleh :
BPK RI

Perhitungan Materialitas Perencanaan (PM)

Dasar Penetapan Materialitas : [dasar penetapan]


[alasan pemilihan dasar penetapan/pertimbangan kualitatif]

Nilai dalam Laporan : [nilai dasar penetapan dalam LK]


Keuangan

Tingkat : [persentase yang digunakan dalam menghitung PM]


[alasan pemilihan persentase tingkat materialitas/pertimbangan
kualitatif]

AAR Opini tahun sebelumnya


[persentase risiko pemeriksaan [persentase tingkat
yang dapat diterima] materialitas yang
berhubungan dengan opini
tahun sebelumnya]
Materialitas Perencanaan : [persentase tingkat materialitas x nilai dasar penetapan]
(PM)

Keterangan : [Penjelasan tentang PM dan pengaruhnya dengan salah saji]

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 62


No. Indeks
Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Dibuat oleh :
AA/31Mar
Kementerian XYZ Direviu oleh : 11
Tahun 2011 BB/1 Apr 11
Disetujui oleh :
CC/3 Apr 11
BPK RI

Perhitungan Materialitas Perencanaan (PM)

Dasar Penetapan Materialitas : Total Belanja


(Kementerian XYZ yang bertugas meningkatkan kesehatan
sering melakukan proyek penelitian dan pengembangan
mengenai masalah-masalah kesehatan dan mendirikan fasilitas-
fasilitas layanan kesehatan, seperti rumah sakit, puskesmas, dan
sebagainya yang dibiayai oleh pemerintah. Nilai total belanja
pada LRA Instansi tersebut cukup tinggi, dan pengguna laporan
keuangan diperkirakan akan tertarik untuk mengetahui
penggunaan dana dari pemerintah tersebut.
BPK telah melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan
kementerian xyz sejak tahun 2004. Opini yang diberikan BPK
pada pemeriksaan laporan keuangan TA 2010 adalah TMP
(disclaimer) karena adanya pembatasan lingkup pemeriksaan
oleh entitas yang diperiksa. Selain itu SPI dari entitas tersebut
belum memadai sehingga pemeriksa tidak dapat memperoleh
semua data yang dibutuhkan).
Nilai dalam Laporan : Rp709.000.000.000,00 (nilai belanja)
Keuangan
Tingkat : 3%
AAR Opini tahun sebelumnya
3% 1%
(kementerian xyz telah diperiksa (opini laporan keuangan
oleh BPK selama 8 tahun sehingga TA 2010 disclaimer)
pemeriksa sudah memahami entitas
dan risiko yang ada dientitas tesebut)
Materialitas Perencanaan : Rp21.270.000.000,00
(PM)
Keterangan : Apabila terdapat akun yang mengandung salah saji diatas
Rp21.270.000.000,00 maka akun tersebut dianggap material dan
dapat mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara
kuantitatif

KETUA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
WAKIL KETUA, REPUBLIK INDONESIA,

ttd ttd

HASAN BISRI RIZAL DJALIL

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 63


Salinan sesuai dengan aslinya
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Nizam Burhanuddin

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 64


LAMPIRAN IV.2 : KEPUTUSAN BPK
NOMOR : 4/K/I-XIII.2/7/2014
TANGGAL : 16 JULI 2014

Pemeriksaan Atas Laporan


Keuangan No. Indeks
(nama entitas) Dibuat oleh : AA/26-08-11
Tahun... Direviu oleh : BB/27-08-11
Disetujui : CC/30-08-11
oleh

BPK RI

Contoh Penetapan Tolerable Misstatement

Perhitungan PM
Jumlah yang mendasari : Total Belanja
Tingkat Materialitas : 3%
Planning Materiality : 21.270

Pertimbangan lain *)
Alokas
Nilai Alokasi TM
Akun- i TM
dalam Ro Berdasarkan
akun (denga I C Cata Ukuran
Laporan M pertimbanga
yang n R R tan sampel
Keuanga M n profesional
diaudit rumus
n pemeriksa
)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

NERACA
ASET
ASET LANCAR

Kas 100.000 100.000 1.242 T M T 1) populasi


Investasi Jangka
Pendek - - - -

Piutang 131.000 131.000 1.627 R R R 1.600

Persediaan 25.000 25.000 310 T T T 200

256.000 - -
INVESTASI
JANGKA
PANJANG - -
Investasi
Nonpermanen 20.000 20.000 248 M T T 200

Investasi Permanen 159.000 159.000 1.974 T R M 1.500


179.000 - -

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pertimbangan lain *)
Alokas
Nilai Alokasi TM
Akun- i TM
dalam Ro Berdasarkan
akun (denga I C Cata Ukuran
Laporan M pertimbanga
yang n R R tan sampel
Keuanga M n profesional
diaudit rumus
n pemeriksa
)
ASET TETAP - -

Tanah 130.000 130.000 1.614 T T T 2) 1.000


Peralatan dan
Mesin 145.000 145.000 1.800 T T T 1.200
Gedung dan
Bangunan 170.000 170.000 2.111 R T M 2.100
Jalan, Irigasi dan
Jaringan 169.000 169.000 2.098 R M R 2.000
Aset Tetap
Lainnya 45.000 45.000 559 M R R 400
Konstruksi dalam
Pengerjaan 160.000 160.000 1.987 M M M 1.700
Akumulasi
Penyusutan Aset
Tetap (34.000) (34.000) (422) R R R (400)

TOTAL 785.000 - -
DANA
CADANGAN - -

Dana Cadangan 66.000 66.000 820 R R R 800


- -
ASET LAINNYA - -
Tagihan Penjualan
Angsuran 17.000 17.000 211 R M R 200

Tuntutan R R
Perbendaharaan 10.000 10.000 124 R 100

TOTAL 27.000 - -

TOTAL ASET 1.313.000 - -


KEWAJIBAN - -
KEWAJIBAN
JANGKA
PENDEK - -
Utang Perhitungan
Pihak Ketiga 15.000 15.000 186 M M M 150

Utang Bunga 5.000 5.000 62 M M M 50

Utang Pajak 12.000 12.000 149 M M M 100


Bagian Lancar
Hutang Jangka
Panjang Dalam
Negeri 13.000 13.000 161 M M M 150
Pendapatan M 10

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pertimbangan lain *)
Alokas
Nilai Alokasi TM
Akun- i TM
dalam Ro Berdasarkan
akun (denga I C Cata Ukuran
Laporan M pertimbanga
yang n R R tan sampel
Keuanga M n profesional
diaudit rumus
n pemeriksa
)
Diterima di Muka 1.000 1.000 12 M M
Utang Jangka
Pendek Lainnya 4.000 4.000 50 M M M 50

TOTAL 50.000 - -
KEWAJIBAN
JANGKA
PANJANG - -
Utang Dalam
Negeri 50.000 50.000 621 T T T 500

Utang Luar Negeri 100.000 100.000 1.242 T T T 1.000


Utang Jangka
Panjang Lainnya 200.000 200.000 2.483 T T T 1.800

TOTAL 350.000 -

TOTAL
KEWAJIBAN 400.000 -
EKUITAS DANA -
-
EKUITAS DANA
LANCAR -

SAL 35.000 -
Sisa Lebih
Pembiayaan
Anggaran (Silpa) 50.000 -

Cadangan Piutang 131.000 -


Cadangan
Persediaan 25.000 -
Dana Yang Harus
Disediakan Untuk
Pembayaran Utang
Jangka Pendek (35.000) -
-
EKUITAS DANA
INVESTASI -
Diinvestasikan
Dalam Investasi
Jangka Panjang 179.000 -
Diinvestasikan
Dalam Aset Tetap 785.000 -
Diinvestasikan
Dalam Aset
Lainnya 27.000 -
Dana Yang Harus
Disediakan Untuk (350.000) -

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pertimbangan lain *)
Alokas
Nilai Alokasi TM
Akun- i TM
dalam Ro Berdasarkan
akun (denga I C Cata Ukuran
Laporan M pertimbanga
yang n R R tan sampel
Keuanga M n profesional
diaudit rumus
n pemeriksa
)
Pembayaran Utang
Jangka Panjang
EKUITAS DANA
CADANGAN -
Diinvestasikan
Dalam Dana
Cadangan 66.000 -

TOTAL EKUITAS 913.000 -

1.713.00
TOTAL 1.313.000 0 -

LRA

PENDAPATAN
PENDAPATAN
ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak
Daerah 190.000 190.000 2.359 T T T 2.000
Pendapatan
Retribusi Daerah 75.000 75.000 931 T T T 700
Pendapatan Hasil
Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan 60.000 60.000 745 T T T 500
Lain-lain PAD
yang Sah 50.000 50.000 621 T T T 400
PENDAPATAN
TRANSFER -
TRANSFER
PEMERINTAH
PUSAT-DANA
PERIMBANGAN -
Dana Bagi Hasil
Pajak 80.000 80.000 993 M M M 800
Dana Bagi Hasil
Sumber Daya
Alam 90.000 90.000 1.118 M M M 1.000
Dana Alokasi
Umum 100.000 100.000 1.242 M M M 1.100
Dana Alokasi
Khusus 60.000 60.000 745 M M M 600
TRANSFER
PEMERINTAH
PUSAT-
LAINNYA -
Dana Otonomi
Khusus - - -

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pertimbangan lain *)
Alokas
Nilai Alokasi TM
Akun- i TM
dalam Ro Berdasarkan
akun (denga I C Cata Ukuran
Laporan M pertimbanga
yang n R R tan sampel
Keuanga M n profesional
diaudit rumus
n pemeriksa
)
Dana Penyesuaian - - -
LAIN-LAIN
PENDAPATAN
YANG SAH -

Pendapatan Hibah 40.000 40.000 497 T T T 400


Pendapatan Dana
Darurat - - -
Pendapatan
Lainnya 30.000 30.000 373 T T T 300
TOTAL
PENDAPATAN 775.000 -
BELANJA -
BELANJA
OPERASI -

Belanja Pegawai 45.000 45.000 559 R M R 500

T T
Belanja Barang 50.000 50.000 621 T 400

Bunga 7.000 7.000 87 T T T 50

Subsidi 45.000 45.000 559 T T T 300


Hibah - - -
Bantuan Sosial - - -
BELANJA
MODAL -

Belanja Tanah 120.000 120.000 1.490 T T T 1.000


Belanja Peralatan
dan Mesin 70.000 70.000 869 T T T 500
Belanja Gedung
dan Bangunan 90.000 90.000 1.118 T T T 500
Belanja Jalan,
Irigasi dan
Jaringan 150.000 150.000 1.863 T T T 1.500
Belanja Aset Tetap
Lainnya 65.000 65.000 807 T T T 500
BELANJA TAK
TERDUGA -
Belanja Tak
Terduga 20.000 20.000 248 T T T 100

TRANSFER
BAGI HASIL KE
KABUPATEN/K
OTA/DESA -

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pertimbangan lain *)
Alokas
Nilai Alokasi TM
Akun- i TM
dalam Ro Berdasarkan
akun (denga I C Cata Ukuran
Laporan M pertimbanga
yang n R R tan sampel
Keuanga M n profesional
diaudit rumus
n pemeriksa
)
Bagi Hasil Pajak
30.000 30.000 373 M M M 200
Bagi hasil
Retribusi 12.000 12.000 149 M M M 100
Bagi Hasil
Pendapatan
Lainnya 5.000 5.000 62 M M M 50
TOTAL
BELANJA +
TRANSFER 709.000 -
SURPLUS
(DEFISIT) 66.000 -
PEMBIAYAAN -
PENERIMAAN
PEMBIAYAAN -

Penggunaan Silpa 100.000 100.000 1.242 R R R 1.200


Pencairan Dana
Cadangan 70.000 70.000 869 R R R 900
Hasil Penjualan
Kekayaan Daerah
Yang Dipisahkan 150.000 150.000 1.863 R R R 1.800

Penerimaan R R
Pinjaman Daerah 30.000 30.000 373 R 400
Penerimaan
Kembali
Pemberian
Pinjaman Daerah 100.000 100.000 1.242 R R R 1.200
Penerimaan
Kembali Piutang
Daerah 50.000 50.000 621 R R R 600

TOTAL 500.000 -
PENGELUARAN
PEMBIAYAAN -
Pembentukan Dana
Cadangan 66.000 66.000 820 R R R 800
Penyertaan Modal
(Investasi)
Pemerintah Daerah 100.000 100.000 1.242 R R R 1.200
Pembayaran Pokok
Utang 200.000 200.000 2.483 R R R 2.500
Pemberian
Pinjaman Daerah 150.000 150.000 1.863 R R R 1.800

TOTAL 516.000
PEMBIAYAAN
NETTO (16.000)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pertimbangan lain *)
Alokas
Nilai Alokasi TM
Akun- i TM
dalam Ro Berdasarkan
akun (denga I C Cata Ukuran
Laporan M pertimbanga
yang n R R tan sampel
Keuanga M n profesional
diaudit rumus
n pemeriksa
)
SILPA
50.000

TOTAL 52.312 42.310

*) Pertimbangan lain diisi sesuai dengan:


a. risiko inheren dari akun;
b. risiko pengendalian tingkat siklus;
c. total nilai akun yang mendapat alokasi TM maksimal 200% nilai PM;
d. nilai per akun yang mendapat alokasi TM tidak melebihi 50% nilai PM; dan
e. waktu yang mungkin diperlukan untuk memverifikasi akun tersebut.

**) Risk Of Material Misstatement (RoMM) merupakan gabungan antara risiko bawaan (IR) dan
risiko pengendalian (CR).

***) TE = PM * N
T
TE = Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi.
PM = Materialitas awal.
N = Nilai akun.
T = Total nilai akun-akun pada Neraca.
1) Saldo kas harus benar-benar akurat dan tidak dibenarkan ada salah saji sekecil apapun sehingga
dilakukan pengujian secara populasi dan tidak ada alokasi TE untuk akun ini.
2) Hasil pemeriksaan tahun-tahun sebelumnya menunjukan bahwa pengamanan aset tetap berupa tanah
masih belum memadai sehingga terdapat tanah yang tidak didukung dengan bukti kepemilikan dan
terdapat tanah yang dikuasai oleh pihak ketiga.

KETUA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
WAKIL KETUA, REPUBLIK INDONESIA,

ttd ttd

HASAN BISRI RIZAL DJALIL


Salinan sesuai dengan aslinya
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Nizam Burhanuddin

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


LAMPIRAN IV.3 : KEPUTUSAN BPK
NOMOR : 4/K/I-XIII.2/7/2014
TANGGAL : 16 JULI 2014

No. Indeks
Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Dibuat oleh :
...............(nama entitas)...........
Tahun…….. Direviu oleh :
Disetujui oleh :
BPK RI

Perubahan Perhitungan Materialitas (jika ada)

Materilaitas Perencanaan (PM) : [batas materialitas yang ditetapkan pada tahap


perencanaan]

Batas Materilaitas yang baru : [nilai materialitas baru yang disesuaikan dengan kondisi
yang ditemukan pada tahap pelaksanaan pemeriksaan]

Alasan : [kondisi-kondisi yang ditemukan pada pelaksanaan


pemeriksaan yang mengharuskan perubahan batas
materialitas]

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


No. Indeks
Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Dibuat oleh :
AA/31Mar
Kementerian XYZ Direviu oleh : 11
Tahun 2011 BB/1 Apr 11
Disetujui :
CC/3 Apr 11
oleh
BPK RI

Perubahan Perhitungan Materialitas

Materialitas Perencanaan (PM) : Rp21.270.000.000,00

Batas Materialitas yang baru : 1% x Rp709.000.000.000,00 = Rp7.090.000.000,00

Alasan : Pemeriksa mengubah PM dari 3% dari nilai belanja saat


perencanaan menjadi 1% dari nilai belanja saat akhir
pelaksanaan pemeriksaan karena saat pelaksanaan
pemeriksaan, pemeriksa menemukan indikasi kecurangan
atas akun persediaan yang nilainya diatas nilai PM dan
TM. Terdapat aset pemerintah yang belum dicatat sebagai
persediaan dari tahun 2009 (tahun pengadaan) padahal aset
tersebut direncanakan akan diserahkan kepada masyarakat,
sehingga persediaan yang dicatat di neraca understated.
Oleh karena itu, pemeriksa menurunkan PM menjadi 1%
sehingga bukti pemeriksaan yang akan dikumpulkan
menjadi lebih banyak untuk memberikan keyakinan bahwa
risiko pemeriksaan dapat diturunkan.

KETUA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
WAKIL KETUA, REPUBLIK INDONESIA,

ttd ttd

HASAN BISRI RIZAL DJALIL

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Nizam Burhanuddin

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan

Anda mungkin juga menyukai