D
ini berisi informasi tentang uraian pertanggungjawaban
atas keberhasilan Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata dalam mencapai tujuan dan sasaran
strategisnya selama Tahun 2010. LAKIP ini juga memuat
aspek keuangan yang secara langsung ada hubungan dan terkait antara
dana masyarakat yang dibelanjakan dengan hasil atau manfaat yang diterima
oleh masyarakat.
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sebagai salah satu kementerian
dalam kabinet Indonesia Bersatu II, mempunyai tugas membantu Presiden
dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang
kebudayaan dan pariwisata. Dalam rangka menjalankan tugas tersebut telah
disusun Rencana Strategis Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sebagai
rencana jangka menengah lima tahunan untuk periode 2010 – 2014. Rencana
Strategis Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata disusun dengan
berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN)
Nasional Tahun 2010 – 2014 dan Visi Misi Presiden periode tahun 2009 –
2014. Rencana Strategis Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
mencakup materi visi, misi, tujuan, sasaran stategis, strategi, arah kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan yang bersifat strategik dan indikatif
Pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan merupakan bagian
yang terintegrasi dalam proses pembangunan nasional dalam rangka
mencapai cita-cita bangsa Indonesia sebagai bangsa yang mandiri, maju, adil
dan makmur serta sebagai rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pembangunan kebudayaan, sesuai dengan Prioritas Nasional seperti
yang tercantum dalam Buku I Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2010 – 2014, merupakan bagian dari Prioritas
Nasional ke 11 yaitu: Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi. Buku II
RPJMN Tahun 2010 – 2014, Bab II: Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama,
menyatakan pembangunan bidang kebudayaan diprioritaskan pada
penguatan jati diri bangsa dan pelestarian budaya yang dilakukan melalui
empat fokus prioritas.
i
Pembangunan kebudayaan merupakan prioritas utama dalam
menunjang kehidupan berbangsa dan bernegara. Kebudayaan perlu
dipergunakan sebagai landasan pembangunan jati diri dan karakter bangsa.
Hal ini dinyatakan dalam visi Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tahun
2010-2014 yaitu terwujudnya bangsa Indonesia yang mampu memperkuat jati
diri dan karakter bangsa serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan kepariwisataan, merupakan program Nasional Lainnya
di bidang Kesejahteraan Rakyat. Dalam Bab III: Ekonomi dinyatakan strategi
pembangunan kepariwisataan merupakan salah satu bagian yang tidak
terpisahkan dari prioritas peningkatan ekspor. Pembangunan kepariwisataan
mempunyai peranan penting dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja,
mendorong pemerataan kesempatan berusaha, mendorong pemerataan
pembangunan nasional, dan memberikan kontribusi dalam penerimaan
devisa negara yang dihasilkan dari jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara (wisman), meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara di
dalam negeri yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan
meningkatkan rasa cinta tanah air serta berperan dalam mengentaskan
kemiskinan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Lebih lanjut pembangunan kepariwisataan berperan dalam upaya
meningkatkan jati diri bangsa dan mendorong kesadaran dan kebanggaan
masyarakat terhadap kekayaan budaya bangsa dengan memperkenalkan
produk-produk wisata seperti museum, seni dan tradisi kerakyatan dan
sekaligus sebagai upaya yang efektif bagi pelestarian budaya bangsa.
Pembangunan kepariwisataan juga diperlukan untuk pelestarian alam dengan
menawarkan produk-produk seperti ekowisata, wisata bahari, dan wisata
alam lainnya.
Saya menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang selama ini secara konsisten dan sungguh
bersama Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata membangun dan
mengembangkan kebudayaan dan kepariwisataan untuk berkontribusi pada
pelaksanaan strategi pembangunan nasional yaitu meningkatkan
pertumbuhan (pro growth), meningkatkan lapangan kerja (pro job),
mengurangi kemiskinan (pro poor) dan melestarikan lingkungan (pro
environment) dalam upaya menyejahterakan masyarakat Indonesia.
Akhir kata, semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata ini dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan, baik sebagai informasi maupun evaluasi
kinerja.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR . i
IKHTISAR EKSEKUTIF 1
BAB I PENDAHULUAN . 7
A. LATAR BELAKANG 9999999999999999.. 7
B. GAMBARAN KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN
PARIWISATA 9999999999999999999. 7
C. PERAN DAN FUNGSI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN
DAN PARIWISATA DALAM PEMBANGUNAN LINTAS
SEKTOR 999999999999999999999.. 8
LAMPIRAN
iii
iv
6
IKHTISAR EKSEKUTIF
1. Meningkatnya Jumlah karya budaya yang 220 karya 247 karya 112,27% Program Pengembangan 54.000.000.000
internalisasi nilai-nilai direvitalisasi dan budaya budaya Nilai Budaya
budaya diinventarisasi
2. Meningkatnya kreativitas 1. Jumlah produksi film 75 film 77 film 102,67% Program Pengelolaan 90.419.419.000
dan produktivitas para nasional yang Keragaman Budaya
pelaku budaya berkualitas
2. Pengeluaran wisatawan
perkunjungan:
a. Mancanegara (USD) 1.000 1.085,70 108,57%
8. Meningkatnya jumlah 1. Jumlah kunjungan 6,75 7,00 103,70% Program Pengembangan 426.339.500.000
kunjungan wisatawan wisman (juta orang) Pemasaran Pariwisata
mancanegara ke
Indonesia dan 2. Jumlah pergerakan 233 234,38 100,59%
pergerakan wisatawan wisnus (juta perjalanan)
nusantara
10. Meningkatnya kapasitas 1. Jumlah lulusan UPT 1.241 1.249 100,64% Program Pendidikan 317.945.300.000
SDM aparatur/industri/ pendidikan tinggi Tinggi
masyarakat bidang kepariwisataan yang
budpar yang berdaya terserap di pasar kerja di
saing internasional dalam maupun di luar
negeri (orang)
11. Meningkatnya kapasitas Jumlah penelitian bidang 165 165 100% Program Pengelolaan 50.652.524.000
nasional untuk penelitian kebudayaan, pariwisata dan Kekayaan Budaya (BPSD
dan pengembangan di arkeologi yang dapat Budpar)
bidang kebudayaan dan dimanfaatkan untuk
pariwisata yang mudah mendukung pembangunan
diakses dan digunakan kebudayaan dan pariwisata
oleh masyarakat luas
A. LATAR BELAKANG
Peran strategis pembangunan kebudayaan semakin memperkuat jati
diri dan karakter bangsa, menumbuhkembangkan jiwa dan semangat
nasionalisme, memberikan kontribusi terhadap pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Peran strategis pembangunan kepariwisataan semakin meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan, sebagaimana data yang telah
dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan perhitungan
pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sebagai salah satu indikator
ekonomi bidang pariwisata yang diwakili oleh 3 (tiga) komponen yaitu hotel,
restoran, rekreasi dan hiburan, pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan
6,51 %, yaitu lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional (6,10%).
Kelembagaan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor
PM.17/HK.001/MKP-2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata, sebagaimana telah di ubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.07/HK.001/MKP-
2007, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata merupakan unsur pelaksana
pemerintah, dipimpin oleh seorang Menteri yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden serta mempunyai tugas membantu
Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang
kebudayaan dan pariwisata.
Dalam melaksanakan tugasnya Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata memiliki fungsi sebagai berikut:
1. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan
teknis di bidang kebudayaan dan pariwisata;
2. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya;
3. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawabnya;
4. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;
5. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang
tugas dan fungsinya kepada Presiden.
VISI
TUJUAN
1. Meningkatkan kesadaran, apresiasi, kreativitas dan pemahaman
masyarakat terhadap nilai dan keragaman budaya.
2. Meningkatkan kualitas perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan
warisan budaya.
3. Mengembangkan kepariwisataan yang mampu memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap perekonomian nasional dan kesejahteraan
masyarakat.
4. Meningkatkan kapasitas sumberdaya pembangunan kebudayaan dan
pariwisata.
5. Mewujudkan pengelolaan tugas dan fungsi Kementerian Kebudayaan dan
Kepariwisataan yang bersih dan berwibawa.
SASARAN
1. Meningkatnya internalisasi nilai-nilai budaya
2. Meningkatnya kreativitas dan produktivitas para pelaku budaya
3. Meningkatnya bantuan fasilitasi sarana seni budaya
4. Terwujudnya penetapan dan pengelolaan terpadu cagar budaya
5. Terwujudnya revitalisasi museum
6. Meningkatnya pengeluaran dan lama tinggal wisatawan
7. Terwujudnya destinasi pariwisata berdaya saing internasional
8. Terwujudnya kapasitas pengelolaan destinasi pariwisata
9. Terwujudnya diversifikasi destinasi pariwisata
10. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancagara ke Indonesia dan
pergerakan wisatawan nusantara
11. Mendukung kontribusi pariwisata bagi perekonomian nasional terhadap
PDB, lapangan kerja, dan investasi.
12. Meningkatnya kapasitas SDM aparatur/industri/masyarakat bidang
kebudayaan dan pariwisata yang berdayasaing internasional.
3. Kontribusi pariwisata
terhadap penyediaan
lapangan kerja
nasional
B. PENETAPAN/PERJANJIAN KINERJA
Tahun 2010 merupakan tahun pertama dari pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014,
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata secara terencana dan
berkesinambungan melaksanakan program dan kegiatan yang telah
ditetapkan, termasuk didalamnya adalah Perencanaan Kinerja 2010 yang
merupakan proses perencanaan kinerja yang didokumentasikan dalam
Rencana Kinerja Tahunan (Annual Performance Plan).
1. Meningkatnya Jumlah karya budaya yang direvitalisasi 220 karya Program Pengembangan 54.000.000.000
internalisasi nilai-nilai dan diinventarisasi budaya Nilai Budaya
budaya
2. Meningkatnya kreativitas 1. Jumlah produksi film nasional yang 75 film Program Pengelolaan
dan produktivitas para berkualitas Keragaman Budaya
pelaku budaya
2. Jumlah karya budaya yang 400 karya
memperoleh perlindungan hak budaya
kekayaan intelektual
4. Terwujudnya penetapan 1. Jumlah warisan budaya dunia dan 1 CB Program Pengelolaan 191.702.700.000
dan pengelolaan cagar budaya nasional yang Kekayaan Budaya
terpadu cagar budaya ditetapkan dan dikelola secara
terpadu
5. Terwujudnya revitalisasi Jumlah museum yang memenuhi standar 4 museum Program Pengelolaan
museum pelayanan dan pengelolaan Kekayaan Budaya
8. Meningkatnya jumlah 1. Jumlah kunjungan wisman (juta 6,75 orang Program Pengembangan 426.339.500.000
kunjungan wisatawan orang) Pemasaran Pariwisata
mancanegara ke
Indonesia dan 2. Jumlah pergerakan wisnus (juta 233
pergerakan wisatawan perjalanan) perjalanan
nusantara
10. Meningkatnya kapasitas 1. Jumlah lulusan UPT pendidikan tinggi 1.241 orang Program Pendidikan Tinggi 317.945.300.000
SDM aparatur/industri/ kepariwisataan yang terserap di pasar
masyarakat bidang kerja di dalam maupun di luar negeri
budpar yang berdaya (orang)
saing internasional
2. Jumlah anggota masyarakat Budpar 1.150 orang Program Pengembangan 5.400.000.000
yang meningkat kapasitasnya untuk Kemitraan
mendukung kebudayaan dan
pariwisata (orang)
11. Meningkatnya kapasitas Jumlah penelitian bidang kebudayaan, 165 Program Pengelolaan 50.652.524.000
nasional untuk penelitian pariwisata dan arkeologi yang dapat penelitian Kekayaan Budaya (BPSD
dan pengembangan di dimanfaatkan untuk mendukung Budpar)
bidang kebudayaan dan pembangunan kebudayaan dan pariwisata
pariwisata yang mudah
diakses dan digunakan
oleh masyarakat luas
JUMLAH 1.682.405.025.000
PAGU
NO. URAIAN DASAR
(Rp)
1. Meningkatnya Jumlah karya budaya yang 220 karya 247 karya 112,27%
internalisasi nilai-nilai direvitalisasi dan budaya budaya
budaya diinventarisasi
Catatan:
n/a : not applicable (tidak dapat dibandingkan)
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran
“Jumlah karya budaya yang direvitalisasi dan diinventarisasi” mencapai 247
karya budaya.
Indikator “Jumlah karya budaya yang direvitalisasi dan diinventarisasi”
sebanyak 247 karya budaya, berupa inventarisasi aspek-aspek tradisi,
inventarisasi komunitas adat, inventarisasi hasil kajian penelitian Balai
Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional, revitalisasi dan reaktualisasi karya
kesenian yang hampir punah, reaktualisasi karya budaya bidang tradisi,
inventarisasi kesenian. Selain hal tersebut adapula hasil pencatatan warisan
budaya Indonesia sampai dengan akhir tahun 2010 sebanyak 1.108 karya
budaya dari 33 provinsi di Indonesia.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2010 yang
mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran tersebut antara lain:
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target
kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2010 sehingga keberhasilan yang
dicapai belum maksimal adalah:
1. Kurangnya koordinasi antar unit kerja dan instansi terkait.
2. Belum optimalnya pengembangan database bidang nilai budaya, seni dan
film.
PEMECAHAN MASALAH
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah
tersebut di atas adalah:
1. Pemantapan perencanaan program kerja yang disertai dengan
peningkatan koordinasi, sinkronisasi, konsolidasi serta sinergitas antar unit
kerja dan instansi terkait.
2. Optimalisasi pengembangan database kebudayaan, bimbingan teknis dan
sosialisasi database kebudayaan.
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran
sebesar Rp. 54.000.000.000, hanya digunakan sebesar Rp. 52.553.838.250
atau hanya sebesar 97,32%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome
sebesar 112,27% dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam
penggunaan anggaran.
Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah film nasional dari tahun 2004
s.d. 2010 mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dengan angka
terbesar sebesar 87 film dicapai di tahun 2008. Posisi jumlah film nasional
yang telah lulus sensor pada tahun 2010 adalah sebesar 77 film.
Indikator Jumlah produksi film nasional yang berkualitas sebanyak 77
film nasional yang telah beredar di biokop/layar lebar, hal ini disertai pula
hasil-hasil pelaksanaan festifal film Indonesia, festifal film pelajar, festival film
kearifan budaya lokal, pengiriman film dan delegasi film dari Indonesia pada
festival atau forum perfilman internasional, keikutsertaan pada pasar film
asing di luar negeri, workshop perfilman di dalam negeri, foruk komunikasi
perfilman, pendukungan/fasilitasi komunitas/organisasi perfilman serta
pelaksanaan penyensoran film/rekaman video/iklan oleh LSF serta
pengawasan perfilman.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama tahun 2010 yang
mendukung kepada pencapaian sasaran keberhasilan tersebut antara lain:
1. Festival Film Kearifan Budaya Lokal 2010
Festival Film Kearifan Budaya Lokal 2010 dilaksanakan pada bulan
Agustus 2010 di Jakarta. Kegiatan ini untuk mengangkat citra budaya
daerah melalui film-film, agar para sineas di daerah dapat
mengekspresikan dan mengangkat daerah melalui film. Target yang ingin
dicapai terciptanya film basil karya masyarakat daerah yang
mencerminkan kearifan budaya lokal yang dinilai dan menjadi contoh
dalam perkembangan Perfilman saat ini. Pada tahun 2010 ini film-film
yang telah terima oleh panitia sejumlah 59 judul film yang diikuti oleh 11
Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT), Pemda
Kabupaten/Kota yang menangani kebudayaan dan atau Pariwisata,
Pemda Propinsi yang menangani Kebudayaan dan/atau Pariwisata di
seluruh Indonesia dan Kampus/Universitas yang ada jurusan bidang
Sinematografi dan para sineas Perfilman. Dengan terselenggaranya
kegiatan ini meningkatkan film-film yang mengandung unsur kearifan
budaya lokal yang berada di daerah dan terwujudnya kerjasama antara
masyarakat Perfilman Indonesia khususnya daerah dan para stakeholder
serta meningkatnya apresiasi pelajar terhadap film dimasyarakat serta
keberadaan komunitas film kine klub di Indonesia. Peserta kegiatan
Festival Film Kearifan Budaya Lokal pada tahun 2010 ini film-film yang
telah terima oleh panitia sejumlah 59 judul film yang diikuti ole 11 BPSNT,
Pemda Kabupaten/Kota yang menangani kebudayaan dan atau
Pariwisata, Pemda Provinsi yang menangani Kebudayaan dan/atau
Pariwisata di seluruh Indonesia dan Kampus/Universitas yang ada jurusan
bidang Sinematografi dan para sineas Perfilman. Bahwa festival ini
Jumlah film nasional dari tahun 2004 s.d. 2010 mengalami peningkatan
yang cukup signifikan, dengan angka terbesar sebesar 87 film dicapai di
tahun 2008. Posisi jumlah film nasional yang telah lulus sensor pada tahun
2010 adalah sebesar 77 film.
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target
kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2010 sehingga keberhasilan yang
dicapai belum maksimal antara lain belum optimalnya penyusunan peraturan
perundang-undangan dalam rangka pengembangan perfilman nasional serta
kinerja Lembaga Sensor Film.
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator “Jumlah karya budaya
yang memperoleh perlindungan hak kekayaan intelektual”, capaiannya
150,00%, hal ini menunjukan bahwa terdapat peningkatan industri dan karya
budaya bangsa. Hal ini diperkuat juga dengan telah adanya pengakuan
UNESCO terhadap warisan budaya takbenda Indonesia meliputi wayang,
keris, batik, dan terakhir pada tahun 2010 angklung Indonesia telah
ditetapkan oleh UNESCO masuk kategori Daftar Representasi Budaya
Takbenda Warisan Manusia (Representative List of Intangible Culture
Heritage of Humanity) pada tanggal 16 November 2010 di Kenya (Tabel 2).
Indonesia adalah merupakan negara yang pertama kali ditetapkan sebagai
Negara anggota Komite Antar Pemerintah UNESCO mengenai Perlindungan
Warisan Budaya Takbenda periode 2010-2014, dan salah satu tugasnya
adalah ikut memutuskan penetapan Warisan budaya Takbenda Dunia
UNESCO.
o Atraksi Kesenian
- Ritual Penjamasan Keris
Sebagaimana batik, keris juga merupakan salah satu karya budaya
Indonesia yang diakui keberadaannya oleh dunia melalui UNESCO
yang tercatat dalam daftar warisan budaya dunia. Sehubungan
dengan hal tersebut maka dilakukan sosialisasi ritual yang
berkaitan dengan keris, yaitu ritual penjamasan keris yang turut
ditampilkan dalam kegiatan Gelar Budaya ini. Ritual ini lazim dan
masih dilaksanakan oleh masyarakat Pekalongan, yang jika tidak
dilestarikan kemungkinan lambat-laun akan terlupakan.
PEMECAHAN MASALAH
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah
tersebut di atas adalah terus dilakukan upaya pelestarian, pengembangan
dan pemanfaatan warisan budaya tak benda Indonesia.
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja “Jumlah
daerah yang mendapatkan bantuan fasilitasi sarana seni budaya” mencapai
80,00%, sehingga dapat dikatakan bahwa sasaran ini belum optimal.
Indikator “Jumlah daerah yang mendapatkan bantuan fasilitasi sarana
seni budaya”, dari target 5 daerah/Ibukota provinsi (Sumatera Selatan,
Kalimantan Barat, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat) dan 20
Dukungan Organisasi/sanggar/Lembaga
Kesenian diberikan kapada:
a. Padepokan Lemah Putih – Srawung Candi, Solo
b. Seni Budaya Tradisional
c. Radar Panca Dhahana
d. Semar Gugat – TMII
e. Dian Didaktika – GKJ
f. Sea World – Ancol
g. Indonesia Dance Festival
h. Gebyar dalang Lintas Generasi – RRI Surakarta
i. Yayasan Teater Studio
j. Festival Bulan Purnama – Mojopahit Trowulan
k. Teater Kubur
l. Pameran Tunggal Lukisan Ciri Khas Papua
m. Balada Sebatang Lisong
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target
kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2010 sehingga keberhasilan yang
dicapai belum maksimal adalah:
1. Kurangnya koordinasi dan pengendalian dalam pelaksanaan kegiatan.
2. Terdapatnya usulan bantuan pengadaan sarana seni dan budaya yang
tidak memenuhi syarat/ketentuan yang telah ditentukan.
PEMECAHAN MASALAH
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah
tersebut di atas adalah Pemantapan koordinasi dan pengendalian yang prima
dalam melaksanakan program, dan kegiatan, untuk 6 kab/kota yang pada
tahun 2010 belum mendapatkan bantuan, diusahakan pada tahun 2011 dan
2012 dapat diusahakan.
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja “Jumlah
warisan budaya dunia dan cagar budaya nasional yang ditetapkan dan
dikelola secara terpadu” mencapai 100,00%, sehingga dapat dikatakan
bahwa sasaran ini telah berhasil.
Indikator “Jumlah Warisan Budaya Dunia dan Cagar Budaya Nasional
yang ditetapkan dan dikelola secara terpadu” sebanyak satu cagar budaya
berupa Berupa Kawasan Candi Borobudur.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mendukung pencapaian
sasaran ini adalah:
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target
kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2010 adalah sebagai berikut:
1. Akurasi data belum lengkap.
2. Aturan perundang-undangan yang tumpah tindih.
3. Belum tersedianya PERDA yang mengatur kawasan zona III.
PEMECAHAN MASALAH
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah
tersebut di atas antara lain adalah:
1. Penetapan batas kawasan delineasi secara terpadu.
2. Penyiapan rancangan Perpres tentang Lembaga Pengelolaan Terpadu.
3. Inventarisasi Cagar Budaya Kawasan Borobudur.
4. Penyiapan Struktur Lembaga Pengelola Terpadu.
5. Sosialisasi dan harmonisasi.
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja “Jumlah
cagar budaya yang dilestarikan” mencapai 178,670%, sehingga dapat
dikatakan bahwa sasaran ini telah berhasil.
Indikator “Jumlah Cagar Budaya yang dilestarikan” sebanyak 3.752
Cagar Budaya, terdiri dari 1.000 BCB Bawah air (bentuknya keramik dan
logam. dari Propinsi Bangka Belitung, Propinsi Jawa Barat perairan Cirebon,
Propinsi DKI Jakarta Kep. Seribu) dan 2.752 BCB (BP3 Banda Aceh= 58 BCB,
BP3 Batu Sangkar= 100 BCB, BP3 Jambi= 100 BCB, BP3 Serang= 84 BCB,
Seminar menghasilkan action plan yang akan menjadi panduan bagi para
pengelola bangunan cagar budaya di kota Padang pada khususnya dan
Sumatera Barat pada umumnya.
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target
kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2010 adalah sebagai berikut:
1. Belum adanya register nasional cagar budaya secara on line.
2. Pemberian penghargaan dan insentif kepada pihak-pihak yang
melestarikan cagar budaya belum optimal.
PEMECAHAN MASALAH
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah
tersebut di atas antara lain adalah:
1. Melakukan registrasi nasional cagar budaya secara on line
2. Pemberian penghargaan pelestarian dan insentif kepada pihak-pihak
yang melakukan cagar budaya.
3. Melakukan sosialisasi UU Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
dan implementasi serta penegakan hukum berdasarkan UU Cagar
Budaya.
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja “Jumlah
museum yang memenuhi standar pelayanan dan pengelolaan” mencapai
100%, sehingga dapat dikatakan bahwa sasaran ini telah berhasil.
Indikator “Jumlah museum yang memenuhi standard pelayanan dan
pengelolaan” sebanyak 6 museum berupa museum Negeri Jatim (Surabaya),
Museum Negeri Provinsi Kalimantan Barat, Museum Negeri Provinsi Jambi,
Museum Negeri Provinsi Nusa Tenggara Barat (Mataram), Museum Negeri
Provinsi Sumatera Utara, dan Museum Batak, Balige, Kab. Toba Samosir,
Provinsi Sumatera Utara.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk pencapaian sasaran ini
adalah:
1. Pertemuan Nasional Museum Se-Indonesia di Hotel Grand Legi,
Mataram, Nusa Tenggara Barat
Kegiatan Pertemuan Nasional Museum
se-Indonesia di hotel Grand Legi,
Mataram, Nusa Tenggara Barat
dilaksanakan 29 Maret–1 April 2010.
Dengan tema “Revitalisasi Museum
Indonesia Tahun 2010”. Kegiatan
pertemuan ini merupakan ajang untuk
berdiskusi dan bertukar informasi bagi
para pejabat pemerintah daerah, para
kepala museum provinsi dan daerah, serta para pemerhati museum.
Pertemuan tersebut dilaksanakan dengan pertimbangan pengelolaan
museum di Indonesia secara umum masih menghadapi masalah di bidang
organisasi, manajemen koleksi, pelayanan dan kebutuhan pengunjung
museum, sistem pemantauan museum, program penelitian, pemasaran,
dan hubungan masyarakat. Pembukaan kegiatan dilakukan oleh Direktur
Jenderal Sejarah dan Purbakala Hari Untoro Dradjat pada 29 Maret 2010
malam yang diikuti pergelaran kesenian setempat.
Makalah dipaparkan oleh Direktur Museum Intan
Mardiana. Menurutnya, kebijakan daerah
terhadap pengelolaan museum sangat
bervariasi. Pada umumnya museum memiliki
kendala berupa keterbatasan SDM, anggaran,
kebijakan, dan belum mendapat dukungan nyata
dari Pemda.
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target
kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2010 sehingga keberhasilan yang
dicapai belum maksimal adalah:
1. Dari 6 aspek (fisik, manajemen, kebijakan, jejaring, program, dan
pencitraan) yang harus direvitalisasi belum semua aspek dapat ditangani,
karena kurangnya anggaran di pusat.
2. Karena Revitalisasi museum masih merupakan kegiatan Pilot Project,
Pihak Pemda (Museum Propinsi) belum menyiapkan anggaran dan sarana
yang mendukung kegiatan tersebut.
3. Narasumber dan Tim Materi di masing-masing museum belum dapat
menyiapkan data/gambar/informasi yang berkaitan dengan tata pamer
secara tepat waktu, sehingga proses penataan ulang tata pamer agak
terlambat.
PEMECAHAN MASALAH
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah
tersebut di atas adalah:
1. Bekerja sama dengan daerah untuk melakukan revitalisasi museum yang
bersifat kedaerahan, misalnya promosi, jejaring, dan sosialisasi
2. Dilakukan koordinasi dan kerjasama lebih awal, agar daerah membantu
dan menyiapkan dukungan dalam kegiatan Revitalisasi Museum.
3. Dilakukan koordinasi dan komunikasi dengan tim museum secara intensif
dan terus menerus, untuk selesainya penataan pameran dengan tepat
waktu.
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran
sebesar Rp 13.610.000.000 digunakan sebesar Rp 13.398.597.600 atau
sebesar 98,45%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebanyak
120%, dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan
anggaran.
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja “Lama
tinggal wisatawan mancanegara” mencapai 107,69% dan “Lama tinggal
wisatawan nusantara” mencapai 400,69%, sehingga dapat dikatakan bahwa
sasaran ini telah berhasil.
Indikator “Lama tinggal wisatawan Mancanegara dan Nusantara”
sebanyak rata-rata 8,4 hari untuk wisatawan mancanegara dan rata-rata 8,20
hari bagi wisatawan nusantara adalah jumlah hari yang dihabiskan oleh
wisatawan tersebut di Indonesia.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk pencapaian sasaran tersebut
antara lain:
1. Program Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona
Program Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona terdiri dari kegiatan:
a. Gerakan Nasional Sadar Wisata di Bukittinggi
Tujuan dari Gerakan Nasional Sadar Wisata adalah:
1) Meningkatkan peran serta & menggalang sikap dan perilaku
masyarakat untuk:
- Menjadi tuan rumah yang baik;
- Meningkatkan citra, mutu produk dan pelayanan;
- Penerapan sapta pesona dalam kehidupan sehari-hari.
2) Memulihkan citra sumatera barat sebagai destinasi unggulan;
3) Upaya menumbuhkan pemahaman kepada masyarakat tentang
Sadar Wisata serta menggalang dukungan peran dan partisipasi
a) Peserta
- Perwakilan Dinas Pariwisata Propinsi se-Indonesia;
- Perwakilan Kelompok Sadar Wisata dari masing-masing
provinsi;
- Kelompok Seni di daerah;
No Museum Provinsi
1 Museum Satwa Jawa Timur
Rahmat Int'l Wildlife Museum & Sumatera Utara
2
Gallery
3 Museum Rudana Bali
4 Museum Rumah Budaya Tembi D.I. Yogyakarta
5 Museum Ulen Sentalu D.I. Yogyakarta
PEMECAHAN MASALAH
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah
tersebut di atas adalah:
1. Peningkatan frekuensi dan kualitas aksesibilitas menuju destinasi
pariwisata baik melalui darat, laut maupun udara.
2. Peningkatan kapasitas destinasi pariwisata dengan mengadakan pelatihan
dan program sertifikasi untuk meningkatkan kualitas layanan dan SDM.
3. Pendayagunaan sarana informasi seperti brosur, rambu, tourist
information center dan website.
4. Penciptaan suasana kondusif di destinasi pariwisata.
2. Pengeluaran wisatawan
perkunjungan:
a. Mancanegara (USD) 1.000 1.085,70 108,57%
b. Nusantara (Rp. ribu) 600.000 1.175.900 195,98%
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target
kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2010 sehingga keberhasilan yang
dicapai belum maksimal:
PEMECAHAN MASALAH
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah
tersebut di atas adalah:
1. Peningkatan kualitas produk pariwisata
2. Peningkatan pengemasan produk pariwisata
3. Menambah variasi produk dan jumlah destinasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja “Jumlah
sertifikasi tenaga kerja di bidang pariwisata” mencapai 100,00%, sehingga
dapat dikatakan bahwa sasaran ini telah berhasil.
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target
kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2010 sehingga keberhasilan yang
dicapai belum maksimal:
1. Belum optimalnya koordinasi dan kerjasama standardisasi.
2. Belum meratanya pendirian lembaga sertifikasi profesi bidang pariwisata.
3. Belum dibentuknya lembaga sertifikasi usaha bidang pariwisata.
4. Tingkat partisipasi industri pariwisata masih rendah, dan
5. Belum optimalnya dampak sertifikasi tenaga kerja terhadap kualitas
pelayanan.
PEMECAHAN MASALAH
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah
tersebut di atas adalah:
1. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama standardisasi antara pemerintah
pusat dengan pemerintah provinsi dan kabupaten kota.
2. Menfasilitasi pendirian Lembaga Sertifikasi Profesi Bidang Pariwisata.
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja “Jumlah
daerah tujuan wisata baru” mencapai 100%, sehingga dapat dikatakan bahwa
sasaran ini berhasil.
Indikator “Jumlah daerah tujuan wisata baru” sebanyak 7 lokasi terdiri
dari 3 tujuan wisata alam dan bahari berstandar internasional yang terdiri dari
Geopark Gunung Batur di Bali, Geopark Pacitan di Jawa Timur dan Wakatobi
di Sulawesi Tenggara. Sedangkan 4 tujuan wisata budaya adalah Kota
Pariaman di Sumatera Barat, Pulau Penyengat di Kepulauan Riau, Sungai
Musi di Sumatera Selatan dan Muaro Jambi di Jambi.
Kegiatan ini telah selesai dilaksanakan pada akhir bulan november 2010,
dengan hasil berupa tersusunnya Dokumen Pengusulan (dossier)
Geopark Pacitan-Batur yang saat ini sedang diteliti/diperiksa oleh
UNESCO di Paris. Dengan terlaksananya kegiatan ini diharapkan dua
lokasi Geopark yang diusulkan tersebut dapat diterima UNESCO sebagai
Geopark, serta dapat meningkatkan daya Tarik wisata tematik dan
keragaman produk wisata di Indonesia.
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target
kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2010 sehingga keberhasilan yang
dicapai belum maksimal adalah:
1. Sinkronisasi dan dukungan dari pemerintah daerah dalam pengembangan
daya tarik belum optimal.
2. Belum terpadunya dukungan lintas sektor.
3. Belum tersedianya rencana terpadu (dalam bentuk Detail Engineering
Design, Rencana Tata Bangunan Lingkungan).
4. Penentuan lokasi pembangunan daya tarik pariwisata yang berubah-ubah.
PEMECAHAN MASALAH
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan
masalah tersebut di atas adalah:
1. Perlunya peningkatan sinkronisasi dan dukungan dari pemerintah daerah
dalam pengembangan daya tarik wisata.
2. Koordinasi seluruh stakeholders dan lintas sektor melalui Koordinasi
Regional, Rakernis, Forum Komunikasi ,Koordinasi Lintas Sektor,
Musrenbangnas.
3. Perlunya penyusunan Detail Engineering Design, Rencana Tata
Bangunan Lingkungan dan Masterplan.
3 Jumlah Desa Wisata yang menjadi sasaran 200 desa 200 desa 100%
PNPM Bidang Pariwisata
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja “Jumlah
Desa Wisata yang menjadi sasaran PNPM Bidang Pariwisata” mencapai
100%, sehingga dapat dikatakan bahwa sasaran ini berhasil.
Indikator “Jumlah desa wisata yang menjadi sasaran PNPM Bidang
Pariwisata” sebanyak 200 desa berupa pelaksanaan PNPM Mandiri di Desa
Wisata melalui kegiatan pengembangan dan peningkatan partisipasi dan
kapasitas masyarakat dan sarana prasarana pendukung untuk
menumbuhkembangkan usaha ekonomi masyarakat yang terkait langsung
dan tak langsung dengan kegiatan pariwisata yang akan berdampak pada
peningkatan kesejahteraan rakyat.
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target
kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2010 adalah:
• Mekanisme usulan untuk dukungan desa wisata belum sesuai kriteria dan
ketentuan yang berlaku;
• Lambannya proses rembug desa, belum memadainya jumlah tenaga
pendamping PNPM Mandiri Bidang Pariwisata;
• Belum optimalnya dukungan lintas sektor dan belum optimalnya
dukungan media massa.
PEMECAHAN MASALAH
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah
tersebut di atas adalah:
• Perlunya peningkatan kapasitas lebih lanjut agar fasilitator dapat
membantu mendampingi masyarakat bukan hanya dalam pelaksanaan
PNPM Mandiri Pariwisata tetapi juga mampu membentuk networking
dengan pelaku usaha;
• Bimtek bagi tenaga pendamping PNPM Mandiri Bidang Pariwisata;
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran
“Jumlah kunjungan wisman” berada di atas 100%, sehingga dapat dikatakan
bahwa indikator kinerja sasaran ini telah berhasil.
Indikator “Jumlah kunjungan wisman” sebanyak 7,00, dapat dilihat
bahwa realisasi di tahun 2010 meningkat jika dibandingkan dengan realisasi
tahun 2009, khususnya jumlah wisman yang pada tahun 2009 berjumlah
6.323.730 (tidak termasuk wisatawan transit) dan pada tahun 2010 berjumlah
7.002.944 (uraian dalam tabel 1 di bawah ini) mengalami kenaikan sebesar
10,74% demikian juga capaian (perbandingan realisasi dengan target)
indikator kinerja lainnya di tahun 2010 sebagian besar mencapai target. Data
wisman yang dapat diinventarisasi serta didokumentasikan terus meningkat
sejalan dengan peningkatan aktivitas-aktivitas di bidang peningkatan promosi
pariwisata ke luar negeri yang telah dilaksanakan. Hal ini menunjukan suatu
kemajuan yang berarti dalam pelaksanaan kegiatan khususnya pada program
peningkatan promosi pariwisata ke luar negeri.
Sumber : BPS
Ket. *) Termasuk 128.529 penumpang transit internasional.
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target
kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2010 adalah:
1. Promosi pariwisata yang dilaksanakan negara-negara tetangga semakin
gencar, bervariasi dan cerdas.
2. Masih terbatasnya national flight carrier ke negara-negara utama (fokus
pasar).
3. Masih kurangnya seat capacity dan direct flight ke destinasi di Indonesia.
4. Masih kurangnya awareness campaign destinasi di luar Bali.
5. Pelayanan yang masih rendah di pintu masuk Indonesia (CIQ) masih
rendah.
6. Kurangnya SDM handal di bidang promosi, khususnya mancanegara.
7. Isu cuaca yang kurang baik seperti badai salju di negara-negara Eropa
yang menghambat wisatawan untuk melakukan perjalanan.
PEMECAHAN MASALAH
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah
tersebut di atas antara lain adalah :
1. Terus melaksanakan kegiatan atau berpartisipasi pada Bursa Pariwisata
Internasional, sales mission terutama ke negara-negara utama target
promosi pariwisata, Festival Indonesia di luar negeri, dan dengan melalui
kantor perwakilan pariwisata Indonesia di luar negeri (VITO).
2. Melaksanakan kegiatan melalui program Triple P yaitu Public Private
Partnership serta dengan terus meningkatan pelaksanaan Co-Marketing.
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM Pariwisata terutama di bidang
promosi pariwisata.
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran
“Jumlah pergerakan wisnus” berada di atas 100%, sehingga dapat dikatakan
bahwa indikator kinerja sasaran ini telah berhasil.
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target
kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2010, adalah Investasi baru industri
pariwisata dan daya saing produk pariwisata yang ditawarkan masih rendah,
kemitraan antar stakeholders dan aksesibilitas ke pasar utama masih terbatas
atau belum memadai serta paket wisata yang ditawarkan masih minim dan
untuk daerah tertentu seperti wilayah timur Indonesia, masih sangat mahal,
sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal.
Kegiatan Promosi Dalam Negeri, antara lain: Festival Cap Gomeh, Bali
Spirit Festival, Festival titik Kulminasi Pesona Khatulistiwa, Festival Pasola
Sumbawa Barat, “Direct Promotion” Paket Wisata Nusantara, Festival Legu
Gam 2010, Peringatan Kembalinya Irian Barat, Kongres Kebudayaan Banjar
ke-2, Festival Bau Nyale, Festival Raja Ampat, Promosi Produk Ternate di
Batam, Majapahit Travel Fair Surabaya, Direct Promotion di Pantai Legian
Kuta Bali, Direct Promotion di Yogyakarta, Lombok Sumbawa Pearl Festival
2010, Festival Danau Sentani 2010 Jayapura, Papua, Tour De Singkarak
2010 Sumatera Barat, Pekanbaru EXPO 2010, Indonesia Dance Festival ke-
10, Festival Layang-Layang Internasional Muna, “Kemilau Sumatera” di
Provinsi Babel, Expo Industri Bahari Surabaya, Festival Teluk Palu 2010,
Festival Lomba Perahu Sandeq Mamuju, Tournament of Flower 2010
Tomohon, Lampung Fair 2010, Jazz Fort Rotterdam (JFR) di Makassar,
Festival Pulau Makassar, Direct Promotion Solo, Festival Seni Budaya Maluku
Utara, Pemilihan Nyong Dan Nona Manado 2010, Pesta Teluk Ambon, Pesta
Teluk Ambon, Promosi Wisata Kawasan Gunung Bromo, Festival Budaya
Teluk Humboldt, Maluku Expo, Festival Budaya Lembah Baliem 2010 Jaya
Wijaya, Visit Makassar & Beyond 2011-2014, Festival Kuta Karnaval, Pesta
Kesenian Rakyat Pacitan, Triathlon Bintan, Asean Jazz Festival Batam, Direct
Promotion Makassar, Promosi Wisata Sejarah Kesunanan Solo Surakarta,
Festival Musik Bambu Nusantara IV Bandung, Borneo Extravaganza 2010
Bali, Festival Kapuas I Pontianak, Festival Budaya Marunting Batu Aji Kota
Waringin Barat, Direct Promotion Banten, Visit Makassar & Beyond 2010-
2014, Direct Promotion Bandung, Direct Promotion Produk Papua, Bali,
Festival Budaya Asmat, Direct Promotion Surabaya, Vegetarian Food Fiesta,
Bandung Great Sale, Blue Water Rally di KEPRI, Turnamen Golf Khusus di
Batam dan Bintan, Holiday Night in Batam, Konser Musik di Batam dan
Karimun, Tabligh Akbar di Batam, Apresiasi Pemasaran Pariwisata, Karnaval
Budaya Tarakan, Lovely Desember 2010 Toraja.
PERMASALAHAN
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa permasalah-permasalahan
yang dihadapi upaya pencapaian 4 (empat) sasaran yang telah ditetapkan
pada tahun 2010 antara lain:
- Aksesibilitas
International Routes and Seat Capacity, Domestic Links, Airline Hubs di
Destinasi
- Pelayanan
Debottlenecking : CIQ, Ports, Transport Services
- Destinasi Baru,
Investasi Baru, Peningkatan Kualitas
- MICE :
Incentive Scheme, Integration among Elements, Re-exportation
Procedure, SBY as Chairman of ASEAN
- Dana Promosi
*) Sumber BKPM
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja “Nilai
investaris bidang pariwisata dengan prosentase investasi bidang pariwisata
dalam investasi nasional” mencapai 1,93%, sehingga dapat dikatakan bahwa
sasaran ini belum berhasil mencapai sasaran.
Indikator “Nilai Investasi Bidang Pariwisata Dengan Prosentase
Investasi Bidang Pariwisata Dalam Investasi Nasional” sebanyak 1,93%
(Penanaman Modal Asing) dan 0,65% (Penanaman Modal Dalam Negeri)
yang terdiri dari investasi di bidang hotel dan restoran.
Investasi di Indonesia merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan
ekonomi, dibandingkan dengan belanja pemerintah. Hal ini juga ditunjang
dengan beberapa kebijakan moneter, fiskal juga struktural yang lebih baik,
sehingga memberikan dampak yang lebih kuat pada swasta untuk
berinvestasi. Salah satu sektor yang juga berpengaruh ialah sektor hotel dan
restoran, yang merupakan salah satu faktor yang mendukung pariwisata
Indonesia. Dengan meningkatnya nilai investasi, memberikan beberapa
keuntungan bagi negara Indonesia, antara lain:
• Pengaruh positif terhadap pembangunan ekonomi atau pertumbuhan
ekonomi pada khususnya.
Akan tetapi, untuk menarik investor baik lokal maupun asing untuk
menanamkan modal nya di Indonesia tidaklah mudah, hal tersebut
dikarenakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi minat investor,
antara lain:
• Infrastruktur yang buruk (kuantitas terbatas dan kualitas buruk).
• Birokrasi pemerintah yang tidah efisien.
• Keterbatasan akses keuangan.
• Kendala perijinan investasi (penanaman modal) yang tidak bisa dilihat
sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi harus menjadi satu paket
dengan ijin-ijin lain secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi kegiatan usaha atau menentukan untung ruginya suatu
usaha.
• Ancaman terhadap keamanan dan ketertiban umum, menyusul belum
tuntasnya upaya mengeliminasi gerakan dan ancaman terorisme di dalam
negeri.
• Kegagalan Bank Indonesia sebagai regulator dalam menurunkan suku
bunga perbankan.
Pertumbuhan investasi di Indonesia dari tahun 2006 hingga tahun 2010 baik
PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) maupun PMA (Penanaman Modal
Asing) dapat dikatakan terus meningkat setiap tahunnya, hal ini juga ditunjang
dengan meningkatnya investasi dibidang pariwisata, yaitu sektor hotel dan
restoran. Berdasarkan Gambar 1, nilai realisasi investasi terus meningkat,
akan tetapi terjadi penurunan pada tahun 2009, dari Rp 154,21 Triliun,
menjadi Rp 135,13 Triliun, atau sebesar 12,3 dari tahun 2008. Akan tetapi
pada saat penurunun nilai investasi ini, sektor pariwisata tidak mengalami
penurunan, malah menunjukkan peningkatan, baik PMDN maupun PMA.
PMDN PMA
2. Klinik Investasi
Dilaksanakan di 5 daerah yaitu Bandung, Balikpapan, Kupang, Lombok
dan Sorong. Tujuannya memberikan pemahaman kepada aparat daerah
untuk menemukali potensi peluang investasi di bidang pariwisata dan
bagaimana cara menyusun pra study kelayakan proposal investasi yang
dapat disajikan kepada calon investor.
4. Business Meeting I
Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 27 – 29 September 2010.
Pada kegiatan tersebut hadir 16 calon investor dari Vietnam. Business
Meeting I menawarkan 18 proyek pengembangan di 5 provinsi. 3 calon
investor berkeinginan untuk menindaklanjuti pertemuan ini dengan
merencanakan kunjungan ke lokasi penanaman modal.
5. Business Meeting II
Business Meeting II dilaksanakan pada tanggal 13 Desember 2010 di
Arzanah A, Sheraton Hotel & Spa, Abu Dhabi. Pada pertemuan tersebut
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target
kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2010 adalah:
1. Masih terbatasnya data dan profil investasi di daerah pariwisata;
2. Infrastruktur yang buruk (kuitansi terbatas dan kualitas buruk);
3. Birokrasi pemerintah yang tidak efisien;
4. Keterbatasan akses keuangan;
5. Kendala perijinan investasi (penanaman modal);
6. Ancaman terhadap keamanan dan ketertiban umum, menyusul belum
tuntasnya upaya mengeliminasi gerakan dan ancaman terorisme di dalam
negeri;
7. Kegagalan Bank Indonesia sebagai regulator dalam menurunkan suku
bunga perbankan.
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja “Jumlah
lulusan UPT pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja di
dalam maupun di luar negeri” mencapai 100,64%, sehingga dapat dikatakan
bahwa sasaran ini telah berhasil.
Indikator “Jumlah lulusan UPT pendidikan tinggi kepariwisataan yang
terserap di pasar kerja di dalam maupun di luar negeri” sebanyak 1.249 orang
berupa jumlah lulusan dari masing-masing UPT pendidikan tinggi
kepariwisataan dengan rincian sebagai berikut:
PERMASALAHAN
Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target
kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2010, tidak ada permasalahan dalam
penyelesaian target capaian dimaksud.
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu
anggaran sebesar Rp 317.945.300.000,- hanya digunakan sebesar
Rp 296.706.071.000,- atau hanya sebesar 93,32%. Dengan tingkat capaian
output maupun outcome yang rata-rata 100% dapat dikatakan bahwa sudah
terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.
Indikator keberhasilan yang kedua dari sasaran tersebut di atas,
berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut:
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja “Jumlah
anggota masyarakat yang menjadi mitra di bidang kebudayaan dan
pariwisata” mencapai 100,00%, sehingga dapat dikatakan bahwa sasaran ini
telah berhasil.
Indikator “Jumlah anggota masyarakat yang menjadi mitra di bidang
kebudayaan dan pariwisata” sebanyak 1.150 orang berupa pelaksanaan
kegiatan pembekalan dan sosialisasi pengembangan SDM Kebudayaan dan
Pariwisata.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk pencapaian sasaran ini
adalah:
1. Kerjasama Budpar antar instansi pemerintah
PERMASALAHAN
Tidak diketemukan permasalahan dan kendala yang ditemui dalam
pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2010.
PERMASALAHAN
Tidak diketemukan permasalahan dan kendala yang ditemui dalam
pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2010.
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran
sebesar Rp 40.652.524.000,- hanya digunakan sebesar Rp 40.468.623.000,-
atau hanya sebesar 99,55%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome
sebesar 100% dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam
penggunaan anggaran.
57,14 67,57
60 50 48,43
50 40 41,45 52,04
35 34,63
40 43,33
25 27,66 36,35
30 20 20,03 29,53
10 15,48 22,56
20 12,11
7,73 14,93
10 7,01 10,38
6,5
0 1,4 2,63
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
RENCANA 10 20 25 35 40 50 56 69 75 80 90 100
REALISASI UANG 1,4 2,63 7,01 10,38 14,93 22,56 29,53 36,35 43,33 52,04 67,57 94,51
REALISASI FISIK 6,5 7,73 12,11 15,48 20,03 27,66 34,63 41,45 48,43 57,14 72,67 99,61
BULAN
1 2 3 4 5 6
1. Meningkatnya internalisasi nilai-nilai budaya Jumlah karya budaya yang direvitalisasi dan diinventarisasi 220 karya budaya 247 karya budaya 112,27%
2. Meningkatnya kreativitas dan produktivitas 1. Jumlah produksi film nasional yang berkualitas 75 film 77 film 102,67%
para pelaku budaya
2. Jumlah karya budaya yang memperoleh perlindungan 400 karya 600 karya 150%
hak kekayaan intelektual
3. Meningkatnya bantuan fasilitasi sarana seni Jumlah daerah yang mendapatkan bantuan fasilitasi sarana 25 daerah 20 daerah 80%
budaya seni budaya
4. Terwujudnya penetapan dan pengelolaan 1. Jumlah warisan budaya dunia dan cagar budaya nasional 1 CB 1 CB 100%
terpadu cagar budaya yang ditetapkan dan dikelola secara terpadu
5. Terwujudnya revitalisasi museum Jumlah museum yang memenuhi standar pelayanan dan 4 museum 6 museum 120%
pengelolaan
1 2 3 4 5 6
7. Terwujudnya destinasi pariwisata berdaya 1. Jumlah sertifikasi tenaga kerja di bidang pariwisata 5.000 5.000 100%
saing internasional
2. Jumlah daerah tujuan wisata baru 7 7 100%
3. Jumlah Desa Wisata yang menjadi sasaran PNPM 200 desa 200 desa 100%
Bidang Pariwisata
8. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan 1. Jumlah kunjungan wisman (juta orang) 6,75 7,00 103,70%
mancanegara ke Indonesia dan pergerakan
wisatawan nusantara
2. Jumlah pergerakan wisnus (juta perjalanan) 233 234,38 100,59%
1 2 3 4 5 6
4. Nilai investasi bidang pariwisata dengan prosentase 5,19 1,93% (PMA) 1,8%
investasi bidang pariwisata dalam investasi nasional (PMA)
0,65% (PMDN) 9,26%
(PMDN)
10. Meningkatnya kapasitas SDM 1. Jumlah lulusan UPT pendidikan tinggi kepariwisataan 1.241 1.249 100,64%
aparatur/industri/ masyarakat bidang budpar yang terserap di pasar kerja di dalam maupun di luar
yang berdaya saing internasional negeri (orang)
11. Meningkatnya kapasitas nasional untuk Jumlah penelitian bidang kebudayaan, pariwisata dan 165 165 100%
penelitian dan pengembangan di bidang arkeologi yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung
kebudayaan dan pariwisata yang mudah pembangunan kebudayaan dan pariwisata
diakses dan digunakan oleh masyarakat luas
Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun 2010 ................................ Rp 1.682.405.025.000,- Jakarta, 9 Maret 2010
Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan Tahun 2010 ................ Rp 1.589.968.206.858,- Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
ttd.