Kelompok 8 :
UNGARAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan. Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Mahasiswa sebagai Generasi Anti-
Korupsi”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu Pendidikan Anti-
Korupsi yaitu Ibu Nova Hasani S.Farm, M.Sc, Apt dan semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Aaamiiin.
Penyusun, Kelompok 8
Daptar Isi
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
memberikan pendidikan anti korupsi dini kepada kalangan generasi muda sekarang
khususnya mahasiswa di Perguruan Tinggi. Karena mahasiswa adalah generasi penerus
yang akan menggantikan kedudukan para penjabat terdahulu. Juga karena generasi muda
sangat mudah terpengaruh dengan lingkungan di sekitarnya. Jadi, kita lebih mudah
mendidik dan memengaruhi generasi muda supaya tidak melakukan tindak pidana korupsi
sebelum mereka lebih dulu dipengaruhi oleh “budaya” korupsi dari generasi pendahulunya.
Mahasiswa merupakan suatu elemen masyarakat yang unik. Jumlahnya tidak banyak,
namun sejarah menunjukkan bahwa dinamika bangsa ini tidak lepas dari peran mahasiswa.
Walaupun jaman terus bergerak dan berubah, namun tetap ada yang tidak berubah dari
bahwa korupsi adalah musuh utama bangsa Indonesia dan harus diperangi.
1.3 TUJUAN
A. Mengetahui pengertian korupsi dan ditinjau dari beberapa rumusan.
B. Mengetahui faktor atau aspek penyebab korupsi.
C. Mengetahui gerakan dan strategi anti-korupsi bagi mahasiswa.
D. Mengetahui peranan mahasiswa sebagai antikorupsi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Pengertian korupsi menurut hukum positif (UU No 31 Tahun 1999 No UU No.20
tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi) adalah perbuatansetiaporang
baik pemerintahan maupun swasta yang melanggar hukum melakukan perbuatan
memperkayadirisendiriatauoranglainataukorporasiyangdapat merugikankeuangan
negara.
Penyebab terjadinya korupsi bermacam-macam dan banyak ahli mengklasifiksikan
penyebab terjadinya korupsi. Salah satunya Boni Hargen, yang membagi penyebab
terjadinya korupsi menjadi 3 wilayah, yaitu:
1. Wilayah Individu
Dikenal sebagai aspek manusia yang menyangkut moralitas personal serta kondisi
situasional seperti peluang terjadinya korupsi termasuk di dalamnya adalah faktor
kemiskinan.
2. Wilayah Sistem
Dikenal sebagai aspek institusi/administrasi. Korupsi dianggap sebagai konsekuensi
dari kerja sistem yang tidak efektif. Mekanisme kontrol yang lemah dan kerapuhan sebuah
sistem memberi peluang terjadinya korupsi.
3. Wilayah Irisan antara Individu dan Sistem
Dikenal dengan aspek sosial budaya, yang meliputi hubungan antara politisi, unsur
pemerintah dan organisasi non pemerintah. Selain itu meliputi juga kultur masyarakat yang
cenderung permisif dan kurang perduli dengan hal-hal yang tidak terpuji. Disamping itu
terjadinya pergeseran nilai, logika, sosial, dan ekonomi yang ada dalam masyarakat.
B. Definisi Korupsi Ditinjau dari Beberapa Rumusan
Dalam OxfordEnglishDictionary(OED) makna korupsi dikategorikan dalam tiga
kelompok sebagai berikut :
3 Secara fisik : misalnya perbuatan pengrusakan atau dengan sengaja menimbulkan
ini sudah lumrah dan hal yang biasa. Untuk itu harus dicegah sedini mungkin agar tidak
menjadi kejahatan yang turun temurun bagi generasi selanjutnya.
2. Faktor Hukum
Faktor hukum bisa dilihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundang-undangan
dan sisi lain lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya substansi hukum, mudah
ditemukan dalam aturan-aturan yang diskriminatif dan tidak adil, rumusan yang tidak jelas-
tegas sehingga menjadi multi tafsir, kontradiksi dan overlapping dengan peraturan lain,
sanksi yang tidak equivalen dengan perbuatan yang dilarang, sehingga tidak tepat sasaran,
dan sebagainya, memungkinkan peraturan tidak kompatibel dengan realitas di masa
mendatang akan mengalami resistensi. Banyak produk hukum menjadi ajang perebutan
legitimasi bagi berbagai kepentingan kekuasaan politik, untuk tujuan mempertahankan dan
mengakumulasi kekuasaan. Bibit Samad Riyanto (2009) mengatakan lima hal yang
dianggap berpotensi menjadi penyebab timbulnya korupsi.
a. Sistem politik
b. Intensitas moral seseorang atau kelompok
c. Remunerasi (pendapatan) yang minim
d. Pengawasan baik bersifat internal-eksternal
e. Budaya taat aturan.
Hal senada juga dikemukakan oleh Basyaib, dkk (Basyaib: 2002) yang menyatakan
bahwa lemahnya sistem peraturan perundang-undangan memberikan peluang untuk
melakukan tindak pidana korupsi. Di samping itu, praktik penegakan hukum juga masih
dililiy berbagai permasalahan yang menjauhkan hukum dari tujuannya.
3. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal itu dapat
dijelaskan dari pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan. Pendapat ini tidak
mutlak benar karena dalam teori kebutuhan Maslow, korupsi seharusnya dilakukan orang
untuk memenuhi dua kebutuhan yang paling bawah dan hanya dilakukan oleh komunitas
masyarakat yang pas-pasan yang bertahan hidup. Namun di saat ini korupsi dilakukan oleh
orang kaya dan berpendidikan tinggi (Sulistyantoro: 2004). Pendapat lain menyatakan
kurangnya gaji dan pendapatan pegawai negeri merupakan faktor paling menonjol
menyebabkan meluasnya korupsi di Indonesia. Dari keinginan pribadi untuk keuntungan
yang tidak adil, ketidakpercayaan sistem peradilan, banyak faktor motivasi orang
kekuasaan, anggota parlemen termasuk warga biasa, terlibat dalam perilaku korup.
4. Faktor Organisasi
Menurut Tunggal (2000). Aspek-aspek penyebab terjadinya korupsi dari sudut
pandang organisasi meliputi:
a. Kurang adanya teladan dari pimpinan
b. Tidak adanya kultur organisasi yang benar
c. System akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai
d. Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasinya.
Melalui tujuan organisasi para anggota dapat memiliki arah yang jelas tentang
segala kegiatan dan tentang apa saja yang tidak, serta apa yang dikerjakan dalam kerangka
organisasi. Tujuan organisasi dapat berfungsi menyediakan pedoman-pedoman praktis
bagi anggotanya. Tujuan organisasi menghubungkan anggota dengan berbagai tata cara
dalam kelompok. Standar tindakan anggota organisasi akan menjadi tolok ukur dalam
menilai bobot tindakan. Sebuah organisasi berfungsi baik, bila anggotanya bersedia
mengintegrasikan diri di bawah sebuah pola tingkah laku (yang normatif), sehingga dapat
dikatakan kehidupan bersama mungkin apabila anggota-anggota bersedia memenuhi aturan
yang telah ditentukan.
korupsi secara tegas dan sigap. Di sisi lain, mahasiswa sebagai generasi muda perlu
dipersiapkan sebagai penerus kepemimpinan bangsa. Karena, pejabat yang kini
bergelimangan harta hasil korupsi bisa jadi dulunya adalah mahasiswa yang berteriak
lantang tentang integritas dan keadilan. Untuk itulah, kesadaran dan karakter anti-korupsi
harus dibangun melalui pemahaman dan pembentukan budaya masyarakat muda yang
secara tegas menjauhi segala bentuk korupsi. Dari internalisasi kultural yang berpengaruh
hingga personal, diharapkan mampu membentuk generasi anti-korupsi yang bertahan sejak
dini hingga ketika menjabat di kepemimpinan bangsa kelak.
Dilatar belakangi oleh hal di atas, perlu dirancang suatu konsep gerakan anti-korupsi
bagi mahasiswa Indonesia yang terdiri dari gerakan struktural dan kultural.
1. Gerakan Struktural
Gerakan struktural memiliki kecenderungan yang reaktif terhadap isu dan melibatkan
massa dalam jumlah besar dalam pelaksanaannya. Makna “struktural” diartikan sebagai
satu komponen di dalam pemerintahan yang memiliki keterlibatan di dalam isu korupsi
tertentu. Jadi, gerakan anti-korupsi yang bersifat struktural, berarti memberikan satu aksi
atau reaksi terhadap isu tertentu yang ditujukan kepada pemerintah sebagai lembaga yang
berwenang dalam penyelesaian isu tersebut.
Tujuan dari gerakan struktural ini adalah:
a. Memberikan pernyataan sikap pemuda
b. Memberikan tuntutan tertentu terhadap isu terkait
c. Menampilkan propaganda dan pencerdasan kepada public
tindakan korupsi. Tujuan dari hal ini menyadarkan peran sebagai generasi penerus
serta menumbuhkan mental anti-korupsi secara permanen. Mekanisme pembudayaan
yaitu dengan cara pemanfaatan media, propaganda, serta ajang-ajang yang melibatkan
mahasiswa dalam skala mikro hingga makro. Luaran utama dari gerakan ini adalah
timbulnya kesadaran untuk mempertahankan integritas anti-korupsi sejak di bangku
kuliah hingga bangku pemerintahan.
B. Strategi Anti-Korupsi
Upaya memerangi korupsi bukanlah hal yang mudah. Dari pengalaman Negara-
negara lain yang dinilai sukses memerangi korupsi, segenap elemen bangsa dan masyarakat
harus dilibatkan dalam upaya memerangi korupsi melalui cara-cara yang simultan. Upaya
pemberantasan korupsi meliputi beberapa prinsip, antara lain:
a. Memahami hal-hal yang menjadi penyebab korupsi,
b. Upaya pencegahan, investigasi, serta edukasi dilakukan secara bersamaan,
c. Tindakan diarahkan terhadap suatu kegiatan dari hulu sampai hilir (mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan aspek kuratifnya) dan meliputi berbagai
elemen.
Sebagaimana Hong Kong dengan ICAC-nya, maka strategi yang perlu dikembangkan
adalah strategi memerangi korupsi dengan pendekatan tiga pilar yaitu:
a. Strategi preventif adalah strategi upaya pencegahan korupsi melalui perbaikan system
dan prosedur dengan membangun budaya organisasi yang mengedepankan prinsip-
prinsip fairness, transparency, accountabilty& responsibilty yang mampu mendorong
setiap individu untuk melaporkan segala bentuk korupsi yang terjadi.
b. Strategi investigatif adalah upaya memerangi korupsi melalui deteksi, investigasi dan
penegakan hukum terhadap para pelaku korupsi.
c. Sedangkan strategi edukatif adalah upaya pemberantasan korupsi dengan mendorong
masyarakat untuk berperan serta memerangi korupsi dengan sesuai dengan kapasitas
dan kewenangan masing-masing. Kepada masyarakat perlu ditanamkan nilai-nilai
kejujuran (integrity) serta kebencian terhadap korupsi melalui pesan-pesan moral.
tersebut disebabkan kecerdasan intelektual tidak dapat mencegah orang untuk menjadi
serakah, egois, dan bersikap negatif lainnya. Dengan berbekal hal-hal tersebut, mahasiswa
akan dapat menjadi agen pembaharu yang handal, yang menggantikan peran-peran
pendahulunya di masa yang akan datang akan dapat melakukan perbaikan terhadap kondisi
yang ada kearah yang lebih baik. Di sisi lain, mahasiswa juga dituntut berperan untuk
melakukan kontrol sosial terhadap penyimpangan yang terjadi terhadap sistem, norma, dan
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Selain itu, Mahasiswa juga dapat berperan dalam
mempengaruhi kebijakan publik dari pemerintah.
mulai mengambil peran dalam setiap usaha pembangunan bangsa dan Negara, khususnya
usaha pemberantasan korupsi untuk menciptakan Indonesia yang bersih dari KKN dan
untuk Indonesia sejahtera.
Pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari usaha pemeberantasan
korupsi di Indonesia, karena hanya dengan pendidikan penanaman karakter anti karupsi
kepada masyarakat khususnya pemuda dapat ditanamkan. Di sinilah kaum muda dapat
mengambil peranan dalam pemberantasan korupsi, mereka harus menuntut ilmu dengan
giat kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan terhadap hasil
pendidikannya dapat dilakukan sejak dini, misalnya dengan melakukan aksi-aksi sosial,
baik dalam bentuk kerja bakti terhadap masyarakat atau dengan aksi demonstrasi untuk
menyuarakan aspirasinya kepada pemerintah. Dengan begitu maka pemuda dapat
membawa perubahan terhadap bangsa dan Negara, karena di situlah kekuatan pemuda
berada, oleh karena itu tidak ayal jika mengakatakan bahwa pemuda merupakan theagent
ofchange.
Pendidikan budi pekerti adalah salah satu pendidikan penting untuk bekal hidup
setiap orang. Disini murid belajar memahami nilai-nilai yang diterima dan harus ditaati
dalam masyarakat tempat dia tinggal dan dalam masyarakat dunia. Dalam mempelajari
nilai-nilai ini akan ditemui manfaat jika kita mematuhi pagar aturan tersebut dan apa
akibatnya jika kita melanggarnya. Sebetulnya inti dari pendidikan anti korupsi adalah
bagaimana penanaman kembali nilai-nilai universal yang baik yang harus dimiliki oleh
setiap orang agar dapat diterima dan bermanfaat bagi dirinya sendiri serta lingkungannya.
Di antara sifat-sifat itu ada jujur, bertanggung jawab, berani, sopan, mandiri, empati, kerja
keras, dan masih banyak lagi.
Berikut adalah peran mahasiswa dalam anti-korupsi :
1. Moralitas
Sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan
interpersonal yang lebih tinggi sehingga memiliki moral, rasa peduli dan rasa bertanggung
jawab untuk turut memajukan Negara Indonesia dengan anti-korupsi. Mahasiswa yang
menyelesaikan pendidikannya cenderung memiliki tenggang rasa yang lebih baik terhadap
Negara dan masyarakat sekitarnya dan cenderung benci terhadap tindakan korupsi.
2. Identifikasi korupsi
Mahasiswa fakultas tertentu memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi dan
menganalisa suatu tindakan korupsi lebih baik daripada masyarakat pada umumnya.
Mahasiswa memiliki pengetahuan mengenai standar-standar identifikasi dan analisis
korupsi dari segi finansial maupun hukum. Dengan kemampuan ini mahasiswa diharapkan
dapat memperbaiki kualitas penegakkan hukum di Indonesia.
3. Pelaporan
Seorang mahasiswa yang telah mengidentifikasi adanya tindakan korupsi oleh suatu
entitas, cenderung berhasil melaporkan tindakan korupsi tersebut kepada pemerintah karena
mahasiswa dianggap memiliki suara yang lebih didengarkan oleh pemerintah dan mampu
menekan pemerintah. Selain itu mahasiswa cenderung lebih berani untuk melaporkan
tindakan korupsi tersebut karena mereka memiliki pengetahuan akan prosedur dan langkah
hukum untuk melaporkan suatu tindakan korupsi.
4. Generasi masa depan
Ketika mahasiswa yang memiliki moralitas tinggi dan memiliki kemampuan
interpersonal tinggi naik dan menggantikan generasi sekarang yang dianggap penuh dengan
koruptor. Tindakan korupsi diharapkan dapat ditekan bahkan dihapuskan karena adanya
kesadaran dalam diri mahasiswa untuk turut memajukan Negara dengan tidak melakukan
korupsi.
Adapun dampak dari korupsi bagi bangsa Indonesia sangat besar dan komplek.
Menurut Soejono Karni, beberapa dampak korupsi adalah:
1. Rusaknya sistem tatanan masyarakat,
2. Ekonomi biaya tinggi dan sulit melakukan efisiensi,
3.1 KESIMPULAN
Tanggungjawab usaha pemberantasan korupsi di Indonesia tidak hanya menjadi
tangungjawab penegak hukum saja tapi juga menjadi tanggungjawab setiap elemen
masyarakat khususnya kaum muda yang merupakan generasi penerus bangsa dan Negara.
Peranan pemuda dalam usaha pemberantasan korupsi di Indonesia sangatlah penting
peranannya. Pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari usaha
pemeberantasan korupsi di Indonesia, karena hanya dengan pendidikan penanaman karakter
anti karupsi kepada masyarakat khususnya pemuda dapat ditanamkan. Di sinilah kaum
muda dapat mengambil peranan dalam pemberantasan korupsi, mereka harus menuntut
ilmu dengan giat kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, dan menyurakan
3.2 SARAN
Sulistyantoro,H.2004.EtikaKristendalamMenyikapiKorupsi.2004:Kompas.