Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

JUDUL : MAHASISWA SEBAGAI GENERASI ANTI KORUPSI

Kelompok 8 :

Mia Mantari 050114A037

Okniel Suharjito Puo 050114A049

Septian Fajar Mega Nanda 050114A060

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

UNGARAN

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan. Makalah ini yang

alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Mahasiswa sebagai Generasi Anti-
Korupsi”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu Pendidikan Anti-
Korupsi yaitu Ibu Nova Hasani S.Farm, M.Sc, Apt dan semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Aaamiiin.

Ungaran, 12 MEI 2017

Penyusun, Kelompok 8
Daptar Isi
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Korupsi Dan Ditinjau Dari Beberapa Rumusan ............................... 3
A. Pengertian Korupsi ................................................................................................. 3
B. Definisi Korupsi Ditinjau dari Beberapa Rumusan ............................................ 4
2.2 Faktor Atau Aspek Penyebab Korupsi ............................................................... 6
A. Faktor – Faktor Penyebab Korupsi ..................................................................... 7

2.3 Gerakan Dan Strategi Anti-Korupsi Bagi Mahasiswa ........................................ 9


A. Gerakan Anti Korupsi Bagi Mahasiswa ............................................................. 9
B. Strategi Anti-Korupsi ....................................................................................... 11
2.4 Peranan Mahasiswa Sebagai Antikorupsi
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................................. 16
3.2 Saran .................................................................................................................. 16
DAPTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu upaya jangka panjang yang terbaik mengatasi korupsi adalah dengan

memberikan pendidikan anti korupsi dini kepada kalangan generasi muda sekarang
khususnya mahasiswa di Perguruan Tinggi. Karena mahasiswa adalah generasi penerus
yang akan menggantikan kedudukan para penjabat terdahulu. Juga karena generasi muda
sangat mudah terpengaruh dengan lingkungan di sekitarnya. Jadi, kita lebih mudah
mendidik dan memengaruhi generasi muda supaya tidak melakukan tindak pidana korupsi
sebelum mereka lebih dulu dipengaruhi oleh “budaya” korupsi dari generasi pendahulunya.

Mahasiswa merupakan suatu elemen masyarakat yang unik. Jumlahnya tidak banyak,
namun sejarah menunjukkan bahwa dinamika bangsa ini tidak lepas dari peran mahasiswa.
Walaupun jaman terus bergerak dan berubah, namun tetap ada yang tidak berubah dari

mahasiswa, yaitu semangat dan idealisme. Semangat-semangat yang berkobar terpatri


dalam diri mahasiswa, semangat yang mendasari perbuatan untuk melakukan perubahan-
perubahan atas keadaan yang dianggapnya tidak adil. Mimpi-mimpi besar akan bangsanya.
Intuisi dan hati kecilnya akan selalu menyerukan idealisme. Mahasiswa tahu, ia harus
berbuat sesuatu untuk masyarakat, bangsa dan negaranya.
Sejarah mencatat dengan tinta emas, perjuangan mahasiswa dalam memerangi
ketidak adilan. Sejarah juga mencatat bahwa perjuangan bangsa Indonesia tidak bisa lepas
dari mahasiswa dan dari pergerakan mahasiswa akan muncul tokoh dan pemimpin bangsa.
Apabila kita menengok ke belakang, ke sejarah perjuangan bangsa, kebangkitan bangsa
Indonesia dalam melawan penjajahan Belanda dimotori oleh para mahasiswa kedokteran
STOVIA. Demikian juga dengan Soekarno, sang Proklamator Kemerdekaan RI merupakan
tokoh pergerakan mahasiswa. Ketika pemerintahan bung Karno labil, karena situasi politik
yang memanas pada tahun 1966, mahasiswa tampil ke depan memberikan semangat bagi
pelaksanaan tritura yang akhirnya melahirkan orde baru. Demikian pula, seiring dengan
merebaknya penyimpangan penyimpangan yang dilakukan oleh orde baru, mahasiswa
memelopori perubahan yang kemudian melahirkan jaman reformasi. Demikianlah
perjuangan mahasiswa dalam memperjuangkan idealismenya, untuk memerangi
ketidakadilan. Namun demikian, perjuangan mahasiswa belumlah berakhir. Di masa
sekarang ini, mahasiswa dihadapkan pada tantangan yang tidak kalah besar dibandingkan
dengan kondisi masa lampau. Kondisi yang membuat Bangsa Indonesia terpuruk, yaitu
masalah korupsi yang merebak di seluruh bangsa ini. Mahasiswa harus berpandangan

bahwa korupsi adalah musuh utama bangsa Indonesia dan harus diperangi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


A. Apa pengertian korupsi dan ditinjau dari beberapa rumusan.
B. Apa faktor atau aspek penyebab korupsi.
C. Apa gerakan dan strategi anti-korupsi bagi mahasiswa.
D. Apa peranan mahasiswa sebagai antikorupsi.

1.3 TUJUAN
A. Mengetahui pengertian korupsi dan ditinjau dari beberapa rumusan.
B. Mengetahui faktor atau aspek penyebab korupsi.
C. Mengetahui gerakan dan strategi anti-korupsi bagi mahasiswa.
D. Mengetahui peranan mahasiswa sebagai antikorupsi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KORUPSI DAN DITINJAU DARI BEBERAPA RUMUSAN

A. Pengertian Korupsi
Pengertian korupsi menurut hukum positif (UU No 31 Tahun 1999 No UU No.20
tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi) adalah perbuatansetiaporang
baik pemerintahan maupun swasta yang melanggar hukum melakukan perbuatan
memperkayadirisendiriatauoranglainataukorporasiyangdapat merugikankeuangan
negara.
Penyebab terjadinya korupsi bermacam-macam dan banyak ahli mengklasifiksikan
penyebab terjadinya korupsi. Salah satunya Boni Hargen, yang membagi penyebab
terjadinya korupsi menjadi 3 wilayah, yaitu:

1. Wilayah Individu
Dikenal sebagai aspek manusia yang menyangkut moralitas personal serta kondisi
situasional seperti peluang terjadinya korupsi termasuk di dalamnya adalah faktor
kemiskinan.
2. Wilayah Sistem
Dikenal sebagai aspek institusi/administrasi. Korupsi dianggap sebagai konsekuensi
dari kerja sistem yang tidak efektif. Mekanisme kontrol yang lemah dan kerapuhan sebuah
sistem memberi peluang terjadinya korupsi.
3. Wilayah Irisan antara Individu dan Sistem
Dikenal dengan aspek sosial budaya, yang meliputi hubungan antara politisi, unsur
pemerintah dan organisasi non pemerintah. Selain itu meliputi juga kultur masyarakat yang
cenderung permisif dan kurang perduli dengan hal-hal yang tidak terpuji. Disamping itu
terjadinya pergeseran nilai, logika, sosial, dan ekonomi yang ada dalam masyarakat.
B. Definisi Korupsi Ditinjau dari Beberapa Rumusan
Dalam OxfordEnglishDictionary(OED) makna korupsi dikategorikan dalam tiga
kelompok sebagai berikut :
3 Secara fisik : misalnya perbuatan pengrusakan atau dengan sengaja menimbulkan

pembusukan dengan tindakan yang tidak masuk akal serta menjijikan.


4 Moral : bersifat politis yaitu membuat korup moral seseorang atau bisa berarti fakta
kondisi korup, dan kemerosotan yang terjadi dalam masyarakat.
5 Penyelewengan terhadap kemurnian : seperti misalnya penyelewengan norma sebuah
lembaga sosial tertentu, adat istiadat dan seterusnya. Perbuatan ini tidak cocok atau
menyimpang dari nilai kepatutan kelompok pergaulan. Penggunaan istilah korupsi
dalam hubungannya dengan politik diwarnai oleh pengertian yang termasuk kategori
moral.
Beberapa definisi korupsi ditinjau dari beberapa rumusan yang ada antara lain:

5.3 Rumusan korupsi menurut perkembangan ilmu – ilmu sosial


Kelompok terbesar penulis ilmu-ilmu sosial mengikuti rumusan OED atau
mengambil salah satu bentuk kategori dasar yang telah disebut para ilmuwan sosial pada
umumnya mengaitkan definisi mereka tentang korupsi, terutama ditujukan pada kantor
pemerintahan (instansi atau aparatur), sedangkan kelompok yang lebih kecil
mengembangkan definisi yang dihubungkan dengan permintaan dan penawaran serta
menekankan pada konsep-konsep yang diambul dari teori-teori ekonomi, dan sebagian lagi
membahas korupsi dengan pendekatan kepentingan masyarakat.
5.4 Rumusan yang menekankan pada jabatan dalam pemerintahan
Definisi korupsi yang berkaitan dengan konsep jabatan dalam pemerintahan terlihat
di dalam karya tiga pengarang sebagai berikut yaitu:
a. Menurut Barley, perkataan “korupsi“ dikaitkan dengan perbuatan penyuapan yang
berhubungan dengan penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan sebagai akibat adanya
pertimbangan dari mereka yang memegang jabatan bagi keuntungan pribadi.
b. Menurut Mc.Mullan, seseorang pejabat pemerintah dikatakan “korup“ apabila ia
menerima uang yang dirasakan sebagai dorongan untuk melakukan sesuatu yang ia
bias lakukan dalam tugas jabatannya, padahal ia selama menjalankan tugasnya
seharusnya tidak boleh berbuat demikian.

c. Menurut S.Nye, korupsi sebagai perilaku yang menyimpang dari kewajiban-kewajiban


normal suatu peranan jawatan pemerintah, karena kepentingan pribadi (keluarga,
golongan, kawan akrab), demi mengejar status dan gengsi atau pencari pengaruh bagi
kepentingan pribadi.
5.5 Rumusan korupsi yang dihubungkan dengan teori pasar
Perumusan ini dikembangkan oleh para ahli sebagai berikut:
a. Jacob Van Klaveren, mengemukakan bahwa seorang pengabdi Negara (pegawai
negeri) yang berjiwa “korup“, menganggap kantor jabatannya akan diusahakan
semaksimal mungkin. Besarnya hasil yang ia peroleh tergantung pada situasi pasar dan

“ kepandaianya“ untuk menemukan titik hasil maksimal permintaan masyarakat.


b. Robert Tilman, berkeyakinan bahwa korupsi meliputi suatu pergeseran dari model
penentuan harga yang diperintahkan ke model pasaran bebas. Mekanisme yang
dipusatkan menjadi cita-cita birokrasi modern yang dapat dipecah kedalam
ketidaksamaan yang serius antara penawaran dan permintaan. Para langganan akan
mengambil resiko yang sudah diketahui dan membayar harga yang lebih tinggi agar

terjamin untuk memperoleh keuntungan yang dicita – citakan.


6 Rumusan yang berorientasi pada kepentingan umum
a. Carl J. Friedrich, misalnya mempertahankan bahwa pola korupsi dapat dikatakan ada
apabila seorang pemegang kekuasaan yang berwenang untuk melakukan hal-hal
tertentu, seperti pejabat yang bertanggung jawab melalui uang atau semacam hadiah
lainya yang tidak diperbolehkan oleh undang- undang (secara tidak sah), membujuk
untuk mengambil langkah yang menolong siapa saja yang menyediakan hadiah dan
dengan demikian benar-benar membahayakan kepentingan umum.
b. Arnold A. Regan dan D. Lasswell, mempertahankan bahwa suatu perbuatan yang
korup menodai pertanggungjawaban bagi sedikitnya satu sistem dari tertib umum atau
warga negara dan sudah tentu bertentangan dengan sistem tersebut. Sistem yang
mengutamakan kepentingan umum atau warga negara lebih mengagungkan

kepentingan umum diatas kepentingan khusus dan perkosaan terhadap kepentingan


umum untuk memperoleh manfaat tertentu bagi dirinya adalah korupsi.
Keempat rumusan korupsi tersebut, pada giliranya mewarnai perumusan dalam
undang – undang pidana korupsi suatu negara tertentu. Namun setiap negara mempunyai
perumusan masing – masing tentang tindak pidana korupsi, walaupun pada prinsipnya
mempunyai unsur – unsur yang hampir sama.
Dari pendapat para ahli diatas korupsi merupakan kejahatan yang luar bisa karena
kejahatan ini mengakibatkan dampak begitu serius di berbagai sektor dan apabila dibiarkan
terus menerus akan menjadi kejahatann yang biasa karena pelaku menganggap kejahatan

ini sudah lumrah dan hal yang biasa. Untuk itu harus dicegah sedini mungkin agar tidak
menjadi kejahatan yang turun temurun bagi generasi selanjutnya.

2.2 FAKTOR ATAU ASPEK PENYEBAB KORUPSI


Menurut Yamamah, ketika perilaku konsumtif dan materialistic masyarakat serta
sistem politik yang masih “mendewakan” materi maka dapat “memaksa” terjadinya
permainan uang dan korupsi (Ansari Yamamah: 2009).
Nur Syam (2000) memberikan pandangan bahwa penyebab seseorang melakukan
korupsi adalah karena ketergodaannya akan dunia materi atau kekayaan yang tidak mampu
ditahannya. Cara pandang terhadap kekayaan yang salah akan menyebabkan cara yang
salah dalam mengakses kekayaan. Secara umum faktor penyebab korupsi dapat terjadi
karena faktor politik, hukum, ekonomi, sebagaimana dalam buku berjudul Peran Parlemen
dalam Membasmi Korupsi yang mengidentifikasikan empat factor penyebab korupsi yaitu
faktor politik, faktor hukum, faktor ekonomi dan birokrasi serta faktor transnasional.
A. Faktor – Faktor Penyebab Korupsi
1. Faktor Politik
Politik salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dilihat ketika terjadi
instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang kekuasaan bahkan ketika meraih dan

mempertahankan kekuasaan. Menurut Susanto (2002) korupsi level pemerintahan adalah


dari sisi penerimaan, pemerasan uang suap, pemberian perlindungan, pencurian barang-
barang publik untuk kepentingan pribadi, disebabkan suatu hal yang disebut konstelasi
politik. Sementara menurut De Asis, korupsi politik misalnya perilaku curang (politik
uang) pada pemilihan anggota legislatif atau pejabat-pejabat eksekutif, dana illegal untuk
pembiayaan kampanye, penyelesaian konflik parlemen melalui cara-cara illegal dan teknik
lobi yang menyimpang (De Asis: 2000). Dapat dikatakan bahwa korupsi adalah hasil dari
adanya monopoli (kekuasaan) ditambah dengan kewenangan yang begitu besar tanpa
keterbukaan dan pertanggungjawaban.

2. Faktor Hukum
Faktor hukum bisa dilihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundang-undangan
dan sisi lain lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya substansi hukum, mudah
ditemukan dalam aturan-aturan yang diskriminatif dan tidak adil, rumusan yang tidak jelas-
tegas sehingga menjadi multi tafsir, kontradiksi dan overlapping dengan peraturan lain,
sanksi yang tidak equivalen dengan perbuatan yang dilarang, sehingga tidak tepat sasaran,
dan sebagainya, memungkinkan peraturan tidak kompatibel dengan realitas di masa
mendatang akan mengalami resistensi. Banyak produk hukum menjadi ajang perebutan
legitimasi bagi berbagai kepentingan kekuasaan politik, untuk tujuan mempertahankan dan
mengakumulasi kekuasaan. Bibit Samad Riyanto (2009) mengatakan lima hal yang
dianggap berpotensi menjadi penyebab timbulnya korupsi.
a. Sistem politik
b. Intensitas moral seseorang atau kelompok
c. Remunerasi (pendapatan) yang minim
d. Pengawasan baik bersifat internal-eksternal
e. Budaya taat aturan.
Hal senada juga dikemukakan oleh Basyaib, dkk (Basyaib: 2002) yang menyatakan
bahwa lemahnya sistem peraturan perundang-undangan memberikan peluang untuk
melakukan tindak pidana korupsi. Di samping itu, praktik penegakan hukum juga masih
dililiy berbagai permasalahan yang menjauhkan hukum dari tujuannya.

3. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal itu dapat
dijelaskan dari pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan. Pendapat ini tidak
mutlak benar karena dalam teori kebutuhan Maslow, korupsi seharusnya dilakukan orang
untuk memenuhi dua kebutuhan yang paling bawah dan hanya dilakukan oleh komunitas
masyarakat yang pas-pasan yang bertahan hidup. Namun di saat ini korupsi dilakukan oleh
orang kaya dan berpendidikan tinggi (Sulistyantoro: 2004). Pendapat lain menyatakan
kurangnya gaji dan pendapatan pegawai negeri merupakan faktor paling menonjol
menyebabkan meluasnya korupsi di Indonesia. Dari keinginan pribadi untuk keuntungan

yang tidak adil, ketidakpercayaan sistem peradilan, banyak faktor motivasi orang
kekuasaan, anggota parlemen termasuk warga biasa, terlibat dalam perilaku korup.
4. Faktor Organisasi
Menurut Tunggal (2000). Aspek-aspek penyebab terjadinya korupsi dari sudut
pandang organisasi meliputi:
a. Kurang adanya teladan dari pimpinan
b. Tidak adanya kultur organisasi yang benar
c. System akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai
d. Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasinya.
Melalui tujuan organisasi para anggota dapat memiliki arah yang jelas tentang
segala kegiatan dan tentang apa saja yang tidak, serta apa yang dikerjakan dalam kerangka
organisasi. Tujuan organisasi dapat berfungsi menyediakan pedoman-pedoman praktis
bagi anggotanya. Tujuan organisasi menghubungkan anggota dengan berbagai tata cara
dalam kelompok. Standar tindakan anggota organisasi akan menjadi tolok ukur dalam
menilai bobot tindakan. Sebuah organisasi berfungsi baik, bila anggotanya bersedia
mengintegrasikan diri di bawah sebuah pola tingkah laku (yang normatif), sehingga dapat
dikatakan kehidupan bersama mungkin apabila anggota-anggota bersedia memenuhi aturan
yang telah ditentukan.

2.3 GERAKAN DAN STRATEGI ANTI-KORUPSI BAGI MAHASISWA


A. Gerakan Anti Korupsi Bagi Mahasiswa
Meluasnya korupsi hingga ke tatanan struktural masyarakat yang terendah atau
semakin besarnya kuantitas dana yang dikorupsi menjadi peringatan bahwa daya
perlawanan terhadap korupsi harus ditingkatkan. Beriringan dengan itu, lembaga yang
memiliki otoritas untuk memberantas korupsi secara hukum mulai diperlemah. Kekuatan
hukum untuk mengekang korupsi menjadi bias akibat pertarungan yang justru terjadi di
badan inter-pranata dalam penegakkan hukum tersebut. Di sinilah dibutuhkan suatu daya
sosial yang memberikan aspirasi kolektif sehingga mampu menuntut pemberantasan

korupsi secara tegas dan sigap. Di sisi lain, mahasiswa sebagai generasi muda perlu
dipersiapkan sebagai penerus kepemimpinan bangsa. Karena, pejabat yang kini
bergelimangan harta hasil korupsi bisa jadi dulunya adalah mahasiswa yang berteriak
lantang tentang integritas dan keadilan. Untuk itulah, kesadaran dan karakter anti-korupsi
harus dibangun melalui pemahaman dan pembentukan budaya masyarakat muda yang
secara tegas menjauhi segala bentuk korupsi. Dari internalisasi kultural yang berpengaruh
hingga personal, diharapkan mampu membentuk generasi anti-korupsi yang bertahan sejak
dini hingga ketika menjabat di kepemimpinan bangsa kelak.
Dilatar belakangi oleh hal di atas, perlu dirancang suatu konsep gerakan anti-korupsi
bagi mahasiswa Indonesia yang terdiri dari gerakan struktural dan kultural.
1. Gerakan Struktural
Gerakan struktural memiliki kecenderungan yang reaktif terhadap isu dan melibatkan
massa dalam jumlah besar dalam pelaksanaannya. Makna “struktural” diartikan sebagai

satu komponen di dalam pemerintahan yang memiliki keterlibatan di dalam isu korupsi
tertentu. Jadi, gerakan anti-korupsi yang bersifat struktural, berarti memberikan satu aksi
atau reaksi terhadap isu tertentu yang ditujukan kepada pemerintah sebagai lembaga yang
berwenang dalam penyelesaian isu tersebut.
Tujuan dari gerakan struktural ini adalah:
a. Memberikan pernyataan sikap pemuda
b. Memberikan tuntutan tertentu terhadap isu terkait
c. Menampilkan propaganda dan pencerdasan kepada public

d. Menunjukkan daya sosial yang menekankan pada semangat perlawanan terhadap


korupsi.
Salah satu bentuk dari gerakan struktural ini adalah aksi dan unjuk rasa terkait kasus
korupsi tertentu.
2. Gerakan Kultural
Gerakan kultural bertujuan untuk:
a. Memberikan pemahaman tentang korupsi dan bentuk nyata anti-korupsi di dalam
kemahasiswaan
b. Menciptakan budaya anti-korupsi sejak dini

c. Membentuk karakter generasi anti-korupsi.


Berbeda dengan sebelumnya, gerakan kultural ini cenderung bersifat aktif, sehingga
gerakan yang dilakukan tidak bergantung terhadap isu yang ada. Beberapa model gerakan
yang dapat dilakukan pada klasifikasi kultural diantaranya:
a. Propaganda Integritas Akademik, salah satu bentuk kecil korupsi adalah kecurangan
akademik. Untuk itu, sebagai pemupukan budaya anti-korupsi, perlu ditingkatkan
propaganda integritas akademik bagi mahasiswa. Upaya ini adalah untuk mencegah
bibit-bibit korupsi yang mungkin tumbuh dari kecurangan-kecurangan kecil yang
terjadi dalam pelaksanaan aktivitas akademik di kemahasiswaan.
b. Pemahaman Korupsi dalam Pemerintahan Mahasiswa (Studentgovernance),dalam
hal ini mahasiswa diberikan pemahaman tentang definisi korupsi secara luas dan
bagaimana cara pencegahannya. Selain itu, ditampilkan contoh-contoh bentuk
korupsi di dalam organisasi kemahasiswaan sebagai satu upaya pemupukan kesadaran
untuk tidak melakukan tindakan korupsi dalam unit kelembagaan yang kecil. Dengan
pemahaman yang ada tentang jenis korupsi yang mungkin terjadi pada organisasi
kemahasiswaan, diharapkan penyelenggaraan kelembagaan yang bersih dari korupsi
mulai dipraktikkan oleh mahasiswa sejak dini.
c. Propaganda Anti-Korupsi Mahasiswa Propaganda anti-korupsi mahasiswa diterapkan
dengan memberikan aksentuasi pada peran mahasiswa sebagai penerus
kepemimpinan. Bahwa sebagai generasi penerus yang mengharapkan kondisi negara
yang bersih, maka mahasiswa harus mampu menjaga kebersihan perilakunya dari

tindakan korupsi. Tujuan dari hal ini menyadarkan peran sebagai generasi penerus
serta menumbuhkan mental anti-korupsi secara permanen. Mekanisme pembudayaan
yaitu dengan cara pemanfaatan media, propaganda, serta ajang-ajang yang melibatkan
mahasiswa dalam skala mikro hingga makro. Luaran utama dari gerakan ini adalah
timbulnya kesadaran untuk mempertahankan integritas anti-korupsi sejak di bangku
kuliah hingga bangku pemerintahan.

B. Strategi Anti-Korupsi
Upaya memerangi korupsi bukanlah hal yang mudah. Dari pengalaman Negara-

negara lain yang dinilai sukses memerangi korupsi, segenap elemen bangsa dan masyarakat
harus dilibatkan dalam upaya memerangi korupsi melalui cara-cara yang simultan. Upaya
pemberantasan korupsi meliputi beberapa prinsip, antara lain:
a. Memahami hal-hal yang menjadi penyebab korupsi,
b. Upaya pencegahan, investigasi, serta edukasi dilakukan secara bersamaan,
c. Tindakan diarahkan terhadap suatu kegiatan dari hulu sampai hilir (mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan aspek kuratifnya) dan meliputi berbagai
elemen.
Sebagaimana Hong Kong dengan ICAC-nya, maka strategi yang perlu dikembangkan
adalah strategi memerangi korupsi dengan pendekatan tiga pilar yaitu:
a. Strategi preventif adalah strategi upaya pencegahan korupsi melalui perbaikan system
dan prosedur dengan membangun budaya organisasi yang mengedepankan prinsip-
prinsip fairness, transparency, accountabilty& responsibilty yang mampu mendorong
setiap individu untuk melaporkan segala bentuk korupsi yang terjadi.
b. Strategi investigatif adalah upaya memerangi korupsi melalui deteksi, investigasi dan
penegakan hukum terhadap para pelaku korupsi.
c. Sedangkan strategi edukatif adalah upaya pemberantasan korupsi dengan mendorong
masyarakat untuk berperan serta memerangi korupsi dengan sesuai dengan kapasitas
dan kewenangan masing-masing. Kepada masyarakat perlu ditanamkan nilai-nilai
kejujuran (integrity) serta kebencian terhadap korupsi melalui pesan-pesan moral.

Selain mengenal karakteristik korupsi, pengenalan diri diperlukan untuk menentukan


strategi yang efektif yang akan digunakan. Dalam kaitannya dengan hal tersebut,
mahasiswa harus menyadari siapa dirinya, kekuatan dan kemampuan apa yang dimilikinya
yang dapat digunakan untuk menghadapi peperangan melawan korupsi.
Apabila kita menilik ke dalam untuk mengetahui apa hakekat dari mahasiswa, maka
kita akan mengetahui bahwa mahasiswa mempunyai banyak sekali sisi. Disatu sisi
mahasiswa merupakan peserta didik, dimana mahasiswa diproyeksikan menjadi birokrat,
teknokrat, pengusaha, dan berbagai profesi lainnya. Dalam hal ini mahasiswa dituntut untuk
memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Hal

tersebut disebabkan kecerdasan intelektual tidak dapat mencegah orang untuk menjadi
serakah, egois, dan bersikap negatif lainnya. Dengan berbekal hal-hal tersebut, mahasiswa
akan dapat menjadi agen pembaharu yang handal, yang menggantikan peran-peran
pendahulunya di masa yang akan datang akan dapat melakukan perbaikan terhadap kondisi
yang ada kearah yang lebih baik. Di sisi lain, mahasiswa juga dituntut berperan untuk
melakukan kontrol sosial terhadap penyimpangan yang terjadi terhadap sistem, norma, dan
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Selain itu, Mahasiswa juga dapat berperan dalam
mempengaruhi kebijakan publik dari pemerintah.

2.4 PERANAN MAHASISWA SEBAGAI ANTIKORUPSI


Pada dasarnya usaha pemberantasan korupsi di Indonesia tidak hanya menjadi
tanggungjawab lembaga Negara saja yang dalam hal ini lembaga penegak hukum
khususnya KPK, akan tetapi usaha pemberantasan merupakan tanggungjawab semua warga
masyarakat Indonesia, oleh karena perbuatan koruptif telah masuk dalam semua lini
kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanggungjawab usaha pemberantasan korupsi di
Indonesia tidak hanya menjadi tangungjawab penegak hukum saja tapi juga menjadi
tanggungjwab setiap elemen masyarakat khususnya kaum muda yang merupakan generasi
penerus bangsa dan Negara. Peranan pemuda dalam usaha pemberantasan korupsi di
Indonesia sangatlah penting peranannya. Pemuda merupakan the high human capital of Indonesia untuk
masa depan Indonesia merdeka, oleh karena itu, pemuda (young)harus

mulai mengambil peran dalam setiap usaha pembangunan bangsa dan Negara, khususnya
usaha pemberantasan korupsi untuk menciptakan Indonesia yang bersih dari KKN dan
untuk Indonesia sejahtera.
Pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari usaha pemeberantasan
korupsi di Indonesia, karena hanya dengan pendidikan penanaman karakter anti karupsi
kepada masyarakat khususnya pemuda dapat ditanamkan. Di sinilah kaum muda dapat
mengambil peranan dalam pemberantasan korupsi, mereka harus menuntut ilmu dengan
giat kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan terhadap hasil
pendidikannya dapat dilakukan sejak dini, misalnya dengan melakukan aksi-aksi sosial,

baik dalam bentuk kerja bakti terhadap masyarakat atau dengan aksi demonstrasi untuk
menyuarakan aspirasinya kepada pemerintah. Dengan begitu maka pemuda dapat
membawa perubahan terhadap bangsa dan Negara, karena di situlah kekuatan pemuda
berada, oleh karena itu tidak ayal jika mengakatakan bahwa pemuda merupakan theagent
ofchange.
Pendidikan budi pekerti adalah salah satu pendidikan penting untuk bekal hidup
setiap orang. Disini murid belajar memahami nilai-nilai yang diterima dan harus ditaati
dalam masyarakat tempat dia tinggal dan dalam masyarakat dunia. Dalam mempelajari
nilai-nilai ini akan ditemui manfaat jika kita mematuhi pagar aturan tersebut dan apa
akibatnya jika kita melanggarnya. Sebetulnya inti dari pendidikan anti korupsi adalah
bagaimana penanaman kembali nilai-nilai universal yang baik yang harus dimiliki oleh
setiap orang agar dapat diterima dan bermanfaat bagi dirinya sendiri serta lingkungannya.
Di antara sifat-sifat itu ada jujur, bertanggung jawab, berani, sopan, mandiri, empati, kerja
keras, dan masih banyak lagi.
Berikut adalah peran mahasiswa dalam anti-korupsi :
1. Moralitas
Sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan
interpersonal yang lebih tinggi sehingga memiliki moral, rasa peduli dan rasa bertanggung

jawab untuk turut memajukan Negara Indonesia dengan anti-korupsi. Mahasiswa yang
menyelesaikan pendidikannya cenderung memiliki tenggang rasa yang lebih baik terhadap
Negara dan masyarakat sekitarnya dan cenderung benci terhadap tindakan korupsi.
2. Identifikasi korupsi
Mahasiswa fakultas tertentu memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi dan
menganalisa suatu tindakan korupsi lebih baik daripada masyarakat pada umumnya.
Mahasiswa memiliki pengetahuan mengenai standar-standar identifikasi dan analisis
korupsi dari segi finansial maupun hukum. Dengan kemampuan ini mahasiswa diharapkan
dapat memperbaiki kualitas penegakkan hukum di Indonesia.

3. Pelaporan
Seorang mahasiswa yang telah mengidentifikasi adanya tindakan korupsi oleh suatu
entitas, cenderung berhasil melaporkan tindakan korupsi tersebut kepada pemerintah karena
mahasiswa dianggap memiliki suara yang lebih didengarkan oleh pemerintah dan mampu
menekan pemerintah. Selain itu mahasiswa cenderung lebih berani untuk melaporkan
tindakan korupsi tersebut karena mereka memiliki pengetahuan akan prosedur dan langkah
hukum untuk melaporkan suatu tindakan korupsi.
4. Generasi masa depan
Ketika mahasiswa yang memiliki moralitas tinggi dan memiliki kemampuan
interpersonal tinggi naik dan menggantikan generasi sekarang yang dianggap penuh dengan
koruptor. Tindakan korupsi diharapkan dapat ditekan bahkan dihapuskan karena adanya
kesadaran dalam diri mahasiswa untuk turut memajukan Negara dengan tidak melakukan
korupsi.
Adapun dampak dari korupsi bagi bangsa Indonesia sangat besar dan komplek.
Menurut Soejono Karni, beberapa dampak korupsi adalah:
1. Rusaknya sistem tatanan masyarakat,
2. Ekonomi biaya tinggi dan sulit melakukan efisiensi,

3. Munculnya berbagai masalah sosial di masyarakat,


4. Penderitaan sebagian besar masyarakat di sektor ekonomi, administrasi, politik,
maupun hukum.
5. Yang pada akhirnya menimbulkan sikap frustasi, ketidakpercayaan, apatis terhadap
pemerintah yang berdampak kontraproduktif terhadap pembangunan.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Tanggungjawab usaha pemberantasan korupsi di Indonesia tidak hanya menjadi
tangungjawab penegak hukum saja tapi juga menjadi tanggungjawab setiap elemen
masyarakat khususnya kaum muda yang merupakan generasi penerus bangsa dan Negara.
Peranan pemuda dalam usaha pemberantasan korupsi di Indonesia sangatlah penting
peranannya. Pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari usaha
pemeberantasan korupsi di Indonesia, karena hanya dengan pendidikan penanaman karakter
anti karupsi kepada masyarakat khususnya pemuda dapat ditanamkan. Di sinilah kaum
muda dapat mengambil peranan dalam pemberantasan korupsi, mereka harus menuntut
ilmu dengan giat kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, dan menyurakan

anti-korupsi karena, suara-suara para pemuda kerap kali merepresentasikan dan


mengangkat realita sosial yang terjadi di masyarakat. Sikap idealisme mendorong
mahasiswa untuk memperjuangkan sebuah aspirasi pada penguasa, dengan cara mereka
sendiri. Kekuatan tersebut bagaikan pisau yang bermata dua, di satu sisi, mahasiswa
mampu mendorong dan menggerakkan masyarakat untuk bertindak atas ketidakadilan
sistem termasuk didalamnya tindakan penyelewengan jabatan dan korupsi. Sedangkan di
sisi yang lain, mahasiswa merupakan faktor penekan bagi penegakan hukum bagi pelaku
korupsi serta pengawal bagi terciptanya kebijakan publik yang berpihak kepada
kepentingan masyarakat banyak.

3.2 SARAN

Agar terwujudnya mahasiswa sebagai generasi anti-korupsi, bukan hanya kesadaran


dari diri mahasiswa sendiri tetapi harus adanya dukungan penuh keluarga, lingkungan dan
juga pemerinta.
DAPTAR PUSTAKA

De Asis, Maria Gonzales, Coaliton-BuildingtoFightCorruption,Paper Prepared for the Anti-


Corruption Summit, World Bank Institute, November 2000.

Sulistyantoro,H.2004.EtikaKristendalamMenyikapiKorupsi.2004:Kompas.

Ardyanto, Donny, 2002, KorupsidisektorpelayananPublikdalam Basyaib, H., dkk. (ed.)


2002, MencuriUangRakyat:16kajianKorupsidiIndonesia, Buku 2, Yayasan
aksara dan Patnership for Good Governance Reform, Jakarta

Tunggal I.S. dan Tunggal A.W, 2000, AuditKecurangandanAkuntansiForensik,


Harvarindo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai