Contoh Lapsus HT Emergency
Contoh Lapsus HT Emergency
HIPERTENSI EMERGENCY
Penyusun :
Qorry Amanda, dr.
Pembimbing :
Laksmawati, dr. Sp.S
Pendamping:
Utariyah Budiastuti, dr.
RSUD BATANG
2016
1
BORANG PORTOFOLIO
2
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
A. Nama: Ny. T.
B. Usia: 45 tahun
C. Jenis Kelamin: Perempuan
D. Agama: Islam
E. Pekerjaan: Petani
F. Alamat: Reban, Batang
G. No. CM: 351956
H. Tanggal Masuk RS: 03-06-2016 pukul 11.35 WIB
I. Cara Pembayaran: KIS
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama: Nyeri kepala
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD RSUD Batang dalam keadaan sadar diantar oleh
suaminya, mengeluh nyeri kepala menjalar dari bagian tengkuk ke seluruh
bagian kepala, terasa tegang. Nyeri kepala sudah dirasakan sejak 4 hari SMRS.
Pasien sudah memeriksakan diri ke bidan di dekat rumahnya dan dinyatakan
mengalami tekanan darah tinggi, berupa 190/110 mmHg. Oleh bidan pasien
disarankan untuk segera ke Rumah Sakit tetapi pasien menolak karena alasan
jarak tempuh yang jauh. Pasien kemudian diberi obat antihipertensi oleh bidan
dan dikonsumsi selama 1 hari, namun keluhan pada kepala tidak berkurang.
3 hari SMRS (1 hari setelah dinyatakan tekanan darah 190/110), pasien
merasakan kaki dan lengan kirinya mendadak terasa lemas, terasa berat bila
digerakkan ketika sedang mandi pagi sehingga pasien terjatuh dan harus
dipapah keluar. Saat jatuh pasien masih sadar dan tidak terbentur pada bagian
kepala atau mengalami luka di bagian tubuh lainnya. Pasien kemudian
memeriksakan diri ke bidan di dekat rumahnya lagi namun disarankan segera
ke rumah sakit karena ditakutkan terjadi gejala stroke. Pasien kemudian tidak
lekas ke rumah sakit karena masih kesulitan akomodasi dan transportasi.
3
2 hari SMRS pasien masih mengalami nyeri kepala seperti
sebelumnya, kelemahan pada anggota gerak kiri, dan muncul rasa kesemutan
di seluruh bagian kiri tubuhnya. Pasien dan keluarganya belum segera ke
rumah sakit karena keterbatasan jauhnya jarak tempuh dan transportasi.
1 hari SMRS pasien nyeri kepala yang dirasakan pasien bertambah
hebat dan merasa mual tapi tidak sampai muntah, sehingga pasien dan
keluarga memutuskan untuk segera memeriksakan diri ke Rumah Sakit.
Adanya gejala lain seperti muntah-muntah profuse, mimisan, nyeri
dada, gangguan penglihatan, muntah, kejang, kehilangan kesadaran, atau
gangguan BAK disangkal.
C. Riwayat Penyakit Dahulu:
Hipertensi (+) sejak 5 tahun yang lalu, tidak
kontrol teratur
Diabetes Mellitus (+) sejak 6 tahun yang lalu, tidak
kontrol teratur
Penyakit Jantung Koroner (-)
Gagal Jantung (-)
Gastritis (-)
Stroke (-)
Gagal Ginjal (-)
4
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan di IGD dan bangsal dahlia, tanggal 3 Juni 2016 pukul
12.00:
A. Status Generalis:
4. Pemeriksaan Kepala
Bentuk: Mesocephal,
Rambut: Warna hitam, tidak mudah dicabut
Mata: Conjungtiva anemis -/- Sklera ikterik -/- Pupil isokor 2 mm / 2
mm reaktif +/+
THT: Napas cuping hidung -/- discharge -/- darah -/-
5
B. Status Neurologis:
A. Laboratorium 03/06/2016
6
15. Limfosit 37.2 % 17-45
16. Monosit 5.8 % 2.0 – 8.0
17. Eosinofil 5.1 % 0.0 – 5.0
18. Basofil 0.2 % 0-1
19. Limfosit Absolut 3.34 x 103 /uL 0.90 – 5.20
20. Ureum 30.6 mg/dl 10.0-50.0
21. Creatinin 1.15 mg/dl 0.50-0.90
B. EKG (03/06/2016)
7
V. DIAGNOSA
A. Diagnosa Utama: Krisis Hipertensi (Hipertensi Emergency); Diabetes Mellitus
B. Diagnosa Komplikasi: Hemiparesis sinistra tipe spastik susp. SNH
8
5. Penurunan kekuatan motorik (√)
6. CT Scan Kepala (?)
7. Funduskopi (?)
8. Cek Ureum Kreatinin (√)
9. Cek EKG (√)
B. IP Tx
1. O2 kanul 4 lpm (√)
2. IVFd isotonik (RL) 20 tpm (√)
3. Inj. Katapres (√)
4. Candesartan 1x16 mg (√)
5. Amlodipin 1x10 mg (√)
C. IP Mx
1. Kesadaran
2. Keadaan Umum
3. Tanda-tanda Vital (suhu, nadi, TD, RR)
4. Saturasi O2
5. Tanda kegawatan krisis hipertensi (penglihatan kabur, nyeri dada,
gangguan BAK, mimisan, kehilangan kesadaran)
D. IP Ex
1. Menjelaskan pada keluarga mengenai penyakit yang diderita pasien:
bahwa pasien mengalami tekanan darah tinggi yang mengkhawatirkan
dan harus segera ditangani agar tidak terjadi komplikasi yang lebih
berat.
2. Menjelaskan kepada keluarga bahwa terapi yang diberikan adalah
terapi untuk menurunkan tekanan darah sehingga diharapkan dapat
mencegah komplikasi yang lebih berat dan memperbaiki keadaan
umum pasien.
3. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengawasi adanya tanda-tanda
kegawatan krisis hipertensi (penglihatan kabur, nyeri dada, gangguan
BAK, mimisan, kehilangan kesadaran).
9
Assessment: Hemiparesis Sinistra tipe spastik susp. SNH
A. IP Dx
1. Kelemahan anggota gerak (√)
2. Kejang (X)
3. Muntah (X)
4. Mual (√)
5. Peningkatan refl. Fisiologis (√)
6. Peningkatan tonus (√)
7. Refl. Patologis (X)
8. CT Scan (?)
9. Cek elektrolit
10. Cek Profil Lipid
11. Cek Asam Urat
12. Diabetes Mellitus (√)
B. IP Tx
1. Elevasi Kepala 30o (√)
2. Inj. Piracetam 12 gr/hari (√)
3. Inj. Citicholin 500 mg/8 jam (√)
4. Inj. Novomix 3x10iu (√)
5. Cek GDS 23.00 – 06.00 (√)
C. IP Mx
1. Keadaan Umum
2. Status Neurologis
3. Cek TTV
4. Cek GDS per hari
D. IP Ex
1. Menjelaskan pada keluarga mengenai penyakit yang diderita pasien:
bahwa pasien mengalami kelemahan anggota gerak kiri kemungkinan
besar akibat hipertensi yang telah dideritanya sejak 4 hari sebelumnya
10
tanpa mendapat pertolongan yang adekuat telah menyebabkan
komplikasi pada bagian tertentu di syaraf otak.
2. Menjelaskan kepada keluarga bahwa terapi yang diberikan adalah
terapi untuk mencegah komplikasi kelemahan yang lebih berat dan
memperbaiki keadaan umum pasien.
3. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengawasi adanya tanda-tanda
gawat darurat perburukan gangguan saraf otak seperti penurunan
kesadaran, muntah, dan kejang.
VII. PROGNOSA
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
11
T: N/↑
R. Fisiologis: N/↑
R. Patologis: -/-
GDS: 23.00 348.0 mg/dL ; 06.00 228
mg/dL
A:
HT Emergency-Hemiparesis Sinistra-DM
(Neuropati)
05/06/16 S: Tungkai-kaki dan lengan-tangan kiri masih 1. Inf. RL 20 rpm
terasa berat bila digerakkan 2. Inj. Piracetam 12
O: gr/24 jam
3. Inj. Citicholin 250
TTV: t: 36; HR 78; TD: 150/97; RR:
mg/8 j
22
4. Amlodipin 1x10 mg
KU: Baik
5. Candesartan 1x16 mg
Kes: CM / E4V5M6
6. Inj. Novomix 3x12 iu
Thorax: SDV +/+ RH -/- WH-/-
Cor: s1s2 reguler; murmur (-); gallop
(-)
Ext: Hangat, nadi isi dan tegangan
kuat, edem -/-
M: 5/3
S: N/↓
T: N/↑
R. Fisiologis: N/↑
R. Patologis: -/-
GDS: 23.00 101 mg/dL ; 06.00 163
mg/dL
A:
HT Emergency-Hemiparesis Sinistra-DM
(Neuropati)
06/06/16 S: Tungkai-kaki dan lengan-tangan kiri terasa 1. Inf. RL 20 rpm
12
berat bila digerakkan 2. Inj. Piracetam 12
O: gr/24 jam
3. Inj. Citicholin 250
TTV: t: 36.4; HR 82; TD: 140/95; RR:
mg/8 j
20
4. Amlodipin 1x10 mg
KU: Baik
5. Candesartan 1x16 mg
Kes: CM / E4V5M6
6. Inj. Novomix 3x12 iu
Thorax: SDV +/+ RH -/- WH-/-
Cor: s1s2 reguler; murmur (-); gallop
(-)
Ext: Hangat, nadi isi dan tegangan
kuat, edem -/-
M: 5/3
S: N/↓
T: N/↑
R. Fisiologis: N/↑
R. Patologis: -/-
GDS: 23.00 348.0 mg/dL ; 06.00 228
mg/dL
A:
HT Emergency-Hemiparesis Sinistra-DM
(Neuropati)
07/06/16 S: Tungkai-kaki dan lengan-tangan kiri terasa 1. Inf. RL 20 rpm
berat bila digerakkan 2. Inj. Piracetam 12
O: gr/24 jam
3. Inj. Citicholin 250
TTV: t: 36.6; HR 80; TD: 145/91; RR:
mg/8 j
22
4. Amlodipin 1x10 mg
KU: Baik
5. Candesartan 1x16 mg
Kes: CM / E4V5M6
6. Inj. Novomix 3x12 iu
Thorax: SDV +/+ RH -/- WH-/-
Cor: s1s2 reguler; murmur (-); gallop
(-)
13
Ext: Hangat, nadi isi dan tegangan
kuat, edem -/-
M: 5/3
S: N/↓
T: N/↑
R. Fisiologis: N/↑
R. Patologis: -/-
GDS: 23.00 148.0 mg/dL ; 06.00 120
mg/dL
A:
HT Emergency-Hemiparesis Sinistra-DM
(Neuropati)
08/06/2016 S: Tungkai-kaki dan lengan-tangan kiri masih BLPL
terasa berat; sudah agak membaik
O:
14
A:
HT Emergency-Hemiparesis Sinistra-DM
(Neuropati)
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hampir semua consensus/ pedoman utama baik dari dalam walaupun luar
negeri, menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan
darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada
yang sering dijumpai di instalasi gawat darurat. Hipertensi krisis ditandai dengan
peningkatan tekanan darah akut dan sering berhubungan dengan gejala sistemik yang
yang sering dari penderita dengan hipertensi dan membutuhkan penanganan segera
emergensi sebagai suatu situasi yang membutuhkan penurunan tekanan darah segera
16
dengan menggunakan obat parenteral akibat adanya ancaman kerusakan organ target
yang akut dan bersifat progresif, sedangkan hipertensi urgensi merupakan suatu
situasi dengan peningkatan tekanan darah yang nyata tetapi tanpa disertai gejala klinis
yang berat atau kerusakan organ target yang progresif, namun tekanan darah tetap
perlu diturunkan dalam hitungan jam dengan menggunakan obat oral. Pasien dewasa
antara lain:
1. Hipertensi refrakter
Respon pengobatan yang tidak memuaskan dan tekanan darah > 200/110
2. Hipertensi akselerasi
3. Hipertensi maligna
17
4. Hipertensi ensefalopati
kepala yang hebat, penurunan kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi
hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi
renal.
hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi masih belum dipahami. Diduga karena
18
vaskular. Peningkatan tekanan darah yang mendadak ini akan menyebabkan jejas
endotel dan nekrosis fibrinoid arteriol sehingga membuat kerusakan vaskular, deposisi
C. Patogenesis
kebutuhan dan pasokan darah dengan mengadakan perubahan pada resistensi terhadap
Bila tekanan darah turun maka akan terjadi vasodilatasi dan jika tekanan darah naik
akan terjadi vasokonstriksi. Pada individu normotensi, aliran darah otak masih tetap
pada fluktuasi Mean Atrial Pressure (MAP) 60-70 mmHg. Bila MAP turun di
bawah batas autoregulasi, maka otak akan mengeluarkan oksigen lebih banyak dari
darah untuk kompensasi dari aliran darah yang menurun. Bila mekanisme ini gagal,
maka akan terjadi iskemia otak dengan manifestasi klinik seperti mual, menguap,
Pada penderita hipertensi kronis, penyakit serebrovaskuar dan usia tua, batas
ambang autoregulasi ini akan berubah dan bergeser ke kanan pada kurva,sehingga
pengurangan aliran darah dapat terjadi pada tekanan darah yang lebih tinggi
19
20
D. Diagnosa
dapat dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga dapat mengurangi angka morbiditas
anti hipertensi yang rutin diminum, kepatuhan minum obat, riwayat konsumsi kokain,
21
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan seperti hitung jenis, elektrolit,
kreatinin dan urinalisa. Foto thorax, EKG dan CT- scan kepala sangat penting
diperiksa untuk pasien-pasien dengan sesak nafas, nyeri dada atau perubahan status
neurologis. Pada keadaan gagal jantung kiri dan hipertrofi ventrikel kiri pemeriksaan
22
Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi mungkin
tidak menunjukkan gejala selama bertahun – tahun. Masa laten ini menyelubungi
perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat
gejala biasanya bersifat tidak spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala lain
yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa
berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. Apabila hipertensi tidak
diketahui dan tidak dirawat dapat mengakibatkan kematian karena payah jantung,
infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini dan parawatan
23
E. Tatalaksana
arah normal
24
Dari penelitian didapatkan bahwa baik orang yang normotensi maupun
hipertensi, diperkirakan bahwa batas terendah dari autoregulasi otak adalah kira-kira
25% di bawah resting MAP. Oleh karena itu dalam pengobatan hipertensi krisis,
penurunan MAP sebanyak 20%-25% dalam beberapa menit atau jam,tergantung dari
diseksi aorta akut ataupun edema paru akibat payah jantung kiri dilakukan dalam
tempo 15-30 menit dan bisa lebih cepat lagi dibandingkan hipertensi emergensi
lainya. Penderita hipertensi ensefalopati, penurunan tekanan darah 25% dalam 2-3
jam. Untuk pasien dengan infark serebri akut ataupun perdarahan intrakranial,
25
penurunan tekanan darah dilakukan lebih lambat (6-12 jam) dan harus
dijaga agar tekanan darah tidak lebih rendah dari 170-180/100 mmHg.
Hipertensi Urgensi
A. Penatalaksanaan Umum
obatan oral aksi cepat akan memberi manfaat untuk menurunkan tekanan
diturunkan tidak lebih dari 25%. Pada fase awal standard goal penurunan
hipertensi urgensi.
90-120 menit kemudian. Efek yang sering terjadi yaitu batuk, hipotensi,
26
dilakukan pada 53 pasien dengan hipertensi urgensi secara random
Efek samping yang sering terjadi seperti palpitasi, berkeringat dan sakit
kepala.
dibagi menjadi 3 kelompok; diberikan dosis 100 mg, 200 mg dan 300
dari dosis 200 mg secara oral dan dapat diulangi setiap 3-4 jam
kemudian. Efek samping yang sering muncul adalah mual dan sakit
kepala.
dan puncaknya antara 2-4 jam. Dosis awal bisa diberikan 0,1-0,2 mg
darah yang diinginkan, dosis maksimal adalah 0,7 mg. Efek samping
yang sering terjadi adalah sedasi, mulut kering dan hipotensi ortostatik.
pucak kerja antara 10-20 menit. Nifedipine kerja cepat tidak dianjurkan
27
oleh FDA untuk terapi hipertensi urgensi karena dapat menurunkan
2. Hipertensi Emergensi
A. Penatalaksanaan Umum
Mean Arterial Pressure (MAP) 10% selama 1 jam awal dan 15%
mengalami hipoperfusi.
Neurologic emergency
iskemik tekanan darah harus dipantau secara hati-hati 1-2 jam awal
28
sepontan. Secara terus-menerus MAP dipertahankan > 130 mmHg.
Cardiac emergency
akut pada otot jantung, edema paru dan diseksi aorta. Pasien dengan
Kidney Failure
gagal ginjal.
29
Hyperadrenergic states
withdrawal.
dijelaskan di atas.
30
31
32
F. Prognosa
Penyebab kematian tersering adalah stroke (25%) , gagal ginjal (19%) dan gagal
jantung (13%). Prognosis menjadi lebih baik apabila penangannannya tepat dan
segera.
33
BAB III
PEMBAHASAN
I. SUBJEKTIF
Seorang wanita berusia 45 tahun datang ke IGD RSUD Batang mengeluh
kelemahan pada anggota gerak sebelah kiri disertai nyeri kepala hebat yang sudah
dialaminya sejak 4 hari yang lalu. Pasien memiliki riwayat sejak 4 hari yang lalu
hingga mencapai 190/110 mmHg namun tidak segera dibawa ke rumah sakit untuk
dilakukan pertolongan segera. Hal ini sesuai dengan teori hipertensi emergency pada
krisis hipertensi di mana peningkatan tekanan darah > 180/110 mmHg telah
menyerang salah satu organ target, dalam kasus ini: sistem saraf pusat (otak).
Pasien juga melaporkan tidak ada gejala seperti muntah, kejang, kehilangan
kesadaran, yang sesuai dengan manifestasi Stroke non hemorrhagic (SNH) pada
umumnya.
Tidak adanya gangguan penglihatan, nyeri dada, atau gangguan berkemih
mengindikasikan bahwa hipertensi emergency yang dialami pasien tidak menyerang
organ target lainnya.
II. OBJEKTIF
Saat dilakukan pemeriksaan tanda vital di IGD, didapatkan hasil pengukuran
tekanan darah sebesar 220/130 mmHg. Hal ini sesuai dengan kondisi krisis hipertensi
di mana tekanan darah mengalami peningkatan hingga mencapai >180/110 mmHg
dan memerlukan pertolongan segera. Jenis pertolongan yang dibutuhkan
menyesuaikan dengan jenis krisis hipertensi yang dialami, apakah berupa emergency
atau urgency. Pada pemeriksaan status neurologis, didapatkan peningkatan reflek
fisiologis anggota gerak sebelah kiri, kelemahan pada motorik anggota gerak sebelah
kiri, gangguan sensorik di seluruh bagian kiri tubuh, dan peningkatan tonus pada
anggota gerak sebelah kiri sehingga dapat disimpulkan pasien mengalami gangguan
organ target sistem saraf pusat. Kondisi ini mengindikasikan pasien mengalami
hipertensi emergency. Tidak adanya kaku kuduk atau tanda positif lainnya pada
rangsal meningeal, status kesadaran yang masih baik, dan refleks patologis yang
negatif menunjang ke arah diagnosis stroke non hemorrhagic, bukan stroke
hemorrhagic.
34
III. ASSESSMENT
Penegakkan diagnosa krisis hipertensi dapat dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan tekanan darah pada pasien. Krisis hipertensi adalah kondisi di mana
didapatkan peningkatan tekanan darah >`180/110 mmHg. Krisis hipertensi terbagi
menjadi 2 jenis: hipertensi emergency dan hipertensi urgency. Hipertensi emergency
membutuhkan pertolongan penurunan tekanan darah segera dalam 1 jam, sedangkan
hipertensi urgency membutuhkan pertolongan penurunan tekanan darah dalam 24
jam. Pada pasien ini, peningkatan tekanan darah sudah terjadi sejak 4 hari SMRS dan
hanya diterapi obat jalan tanpa pengawasan lanjutan terhadap respon terapi. 1 hari
setelah mengalami nyeri kepala (3 hari SMRS) pasien mengalami keluhan tambahan
berupa kelemahan dan kesemutan pada seluruh bagian kiri tubuh yang terjadi pada
pagi hari yang dengan data pemeriksaan lainnya dapat disimpulkan organ target yang
sudah mengalami komplikasi akibat hipertensi emergency yang dialami pasien adalah
susunan sistem saraf pusat.
Penegakkan stroke non hemorrhagic secara gold standard seharusnya
dilakukan dengan pemeriksaan CT Scan. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan
CT Scan, tetapi dari data anamnesis dan klinis serta perkembangan keadaan umum
pasien selama dirawat, dapat disimpulkan pasien menderita Stroke Non Hemorrhagic.
Mekanisme patofisiologi terjadinya stroke non hemorrhagic atau iskemik
dapat dijelaskan mengenai teori endothelial injury yang terjadi karena peningkatan
tekanan darah dapat menyebabkan menginisiasi atau memperparah proses thrombus
yang terjadi. Selain itu, dapat juga terjadi pecahnya plak akibat aliran deras darah
menyebabkan terbentuk emboli yang menyumbat pada pembuluh darah otak.
35
DAFTAR PUSTAKA
Majid, Abdul. 2004. Krisis Hipertensi Aspek Klinis Dan Pengobatan. Universitas Sumatera
Utara. http://library.usu.ac.id/download/fk/fisiologi-abdul%20majid.pdf
36