Kideco Proposal Ground Vibration
Kideco Proposal Ground Vibration
Judul
ANALISIS PELEDAKAN TERKENDALI (CONTROL BLASTING) UNTUK
MEMINIMALKAN GROUND VIBRATION PT. KIDECO JAYA AGUNG,
MINESITE BATUKAJANG, KALIMANTAN TIMUR
C. Perumusan Masalah
Masalah yang mungkin dihadapi :
1. Apakah desain peledakan yang telah diterapkan sudah cukup efektif untuk
meminimal ground vibration tanpa harus mengganggu target produksi yang
direncanakan perusahaan.
2. Seberapa besar pengaruh blasting vibration terhadap kestabilan lerang dan
bagaimana desain peledakan yang baik sehingga dapat menghindari terjadinya
kelongsoran lereng.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian di PT. Kideco Jaya Agung adalah : untuk
menganalisis ground vibration yang terjadi akibat kegiatan peledakan sehingga dapat
merancang suatu desain peledakan terkendali control vibration untuk meminimalkan
ground vibration yang dihasilkan.
Diharapkan dengan merancang suatu desain peledakan terkendali dapat
menghindari terjadinya kecelekaan di PT. Kideco Jaya Agung akibat terjadinya
kelongsoran lereng selain itu juga untuk menghindari terhambatnya produksi akibat
gangguan dari ground vibration tersebut.
E. Dasar Teori
Getaran Tanah ( Ground Vibration )
Kemantapan lereng dalam suatu pekerjaan yang melibatkan kegiatan penggalian
ataupun penimbunan merupakan masalah yang penting,karena hal tersebut
menyangkut masalah keselamatan pekerja, peralatan serta bangunan yang berada di
sekitar daerah tersebut. Dalam pekerjaan penambangan dengan metode tambang
terbuka, lereng yang tidak mantap akan menganggu kelancaran produksi.
Pada kegiatan yang menggunakan cara peledakan maka getaran tanah ( ground
vibration ) yang diakibatkan oleh kegiatan peledakan tersebut akan mengakibatkan
terganggunya distribusi tegangan batuan atau tanah yang sebelumnya berada dalam
kondisi mantap. Dampak yang paling berbahaya adalah terganggunya kesetabilan
lereng penggalian yang pada akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya kelongsoran
lereng (slope failure ).
Untuk mengetahui seberapa besar ground vibration yang diakibatkan oleh
kegiatan peledakan, maka “George Berta” dalam Eksplosive : an Engineering tool,
1990, menjelaskan secara terperinci mengenai perhitungan ground vibration yaitu
dengan mempertimbangkan beberapa faktor antara lain adalah :
1. Faktor Impedansi ( ηı )
Faktor impedansi dapat di definisikan sebagai berikut :
(c r ) 2
ηı = 1 - (c r ) 2
2. Faktor Coupling ( η2 )
Besarnya coupling ratio ini akan menurunkan tekanan gas hasil peledakan yang
dengan sendirinya akan memperkecil energi yang diteruskan oleh batuan.
Faktor Coupling dapat dinyatakan sebagai berikut :
1
f / c
η2 = e (e 1)
Dimana :
Øf = Diameter lubang ledak
Øc = Diameter bahan peledak
e = Diambil sebesar 2,72 yaitu limn-~ ( 1 + 1/n )n
Dengan persamaan diatas, maka secara matematis η2 akan mendekati harga 1
jika Øc mendekati harga Øf dan η2 akan turun dengan besarnya coupling ratio.
Pemanfaatan fenomena tekanan dinamik sebagai fungsi dari coupling ratio dalam
teknologi peledakan dikenal dengan istilah “ decoupling “ , yaitu dengan
meningkatkan coupling ratio atau dengan kata lain menggunakan cartridge dengan
diameter yang lebih kecil dari diameter lubang tembak.
3. Faktor Perubahan ( η3 )
Faktor perubahan ini adalah menyatakan besarnya perubahan energi dari bahan
peledak yang diubah menjadi getaran, yang diperkirakan sebesar 40 %. Jadi
besarnya faktor perubahan ( η3 ) adalah 0,40 jika peledakan dilakukan di udara
terbuka dan ( η3 ) kurang dari 0,40 jika peledakan dilakukan jauh di dalam tanah.
4. Kelompok Batuan
Kelompok dari tiap-tiap batuan ini dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan
karakteristik atau sifat-sifat kekerasan dari batuan tersebut, yaitu batu pasir dan
kerikil, aluvial kompak, batuan keras dan batuan keras yang kompak. Dari faktor-
faktor tersebut diatas dan beberapa penelitian telah dilakukan dalam usaha
menentukan hubungan antara faktor-faktor tersebut diatas dan beberapa penelitian
telah dilakukan dalam usaha menentukan hubungan antara faktor-faktor tersebut
dngan tingkat getaran adalah sebagai berikut :
Q 1 x 2 x 3 xx10 6
V= =
R 5 K f x log Rxx r xC
Dimana :
V = Getaran tanah ( m/s )
Q = Jumlah bahan peledak yang digunakan ( Kg )
R = Jarak titik ledak ke sensor yang dituju ( m )
ηı = Faktor impedansi
η2 = Faktor coupling
η3 = Faktor perubahan
ε = Energi per unit massa bahan peledak ( Mj/Kg )
ρr = Densitas batuan ( Kg/m3 )
C = Kecepatan seismik ( m/s )
Kf = Tipe kelompok batuan
5. Frekuensi
Frekuensi disini adalah untuk menentukan besarnya perambatan gelombang
pada batuan. Besarnya frekuensi tergantung dari tipe kelompok batuan yang
dirambatinya, besarnya frekuensi dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
f = ( Kf log R )-1
Dimana : f = Frekunsi ( Hz )
Kf = Tipe kelompo batuan
R = Jarak titik ledak ke sensor yang dituju
Gambar 1.
Modifikasi peledakan untuk produksi
2. Presplit Blasting
Presplit menggunakan bahan peledak ringan, spasi lubang bor yang rapat dan
diledakan sebelum peledakan produksi untuk membentuk bidang rekahan dimana
rekahan radialnya dapat menahan pergerakan dari peledakan produksi ( Konya ,
1995 ). Sebagai keuntungan keduanya adalah rekahan bidangnya dapat terbentuk
dengan rata.
Kegiatan presplit dilakukan sebelum penyalaan peledakan produksi dan untuk
semua tujuan pelatihan jarak dari burden adalah tanpa batas. Meskipun dalam
aturannya baris dari presplit biasanya terletak sekitar 0,5 – 0,8 B di belakang baris
peledakan produksi, dimana B adalah burden dari peledakan produksi.
Perkiraan muatan bahan peledak per meter dari tiap kedalaman lubang bor
presplit yang tidak akan menyebabkan kerusakan pada dinding penggalian tetapi
akan akan menghasilkan tekanan yang cukup untuk menyebabkan terjadinya
splitting ,. Untuk menentukan besarnya muatan bahan peledak dapat digunakan
persamaan berikut (Konya, 1995) :
Dh2
Dec =
12,14
Dimana : Dec = Muatan bahan peledak ( gr/m )
Dh = Diameter lubang yang kosong ( mm )
Jika perkiraan muatan bahan peledak tersebut digunakan maka spasi antar
lubang bor presplit dapat diperkirakan sbb :
100 Dh < S < 14 Dh
Metode lain yang dapat menentukan jarak spasi antara lubang bor presplit adalah
didasarkan atas tebal dinding lingkaran tekanan ( Gb. 2 ).untuk lingkaran tekanan
dengan jari-jari luar tanpa batas, tegangan radial dan tegangan tangensial dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut ( Jagger and Cook, 1979 ) :
a2
σ r = σ o + ( pi - σ o )
r2
a2
σ θ = σ o - ( pi - σ o )
r2
Dimana :
σr = Tegangan radial, ( MPa )
σθ = Tegangan tangensial ( Mpa )
σo = Tegangan insitu ( MPa )
pi = Tekanan antar lubang bor ( Mpa )
a = Jari-jari lubang bor ( m )
r = jarak dari pusat lubang bor ke titik yang diinginkan/titik amat ( m )
Gambar 2
Presplit blasting
3. Trim ( cushion ) Blasting
Trim blasting merupakan teknik kontrol peledakan yang digunakan untuk
membersihkan dinding akhir penggalian setelah peledakan produksi yang telah
dilakukan ( Konya,1995 ). Tujuan dilakukannya trim blasting adalah untuk
meciptakan dinding akhir penggalian yang menarik/rata dan untuk meningkatkan
kesetabilan dinding akhir penggalian dengan cara memindahkan loose material yang
disebabkan oleh overbreak dari peledakan produksi.
Untuk satu baris trim blasting diledakan setelah peledakan produksi, berdasarkan
rancangan umum maka persamaan persamaan di bawah ini dapat digunakan sama
dengan perkiraan muatan bahan peledak per unit kedalaman lubang ledak yang telah
dikemukakan di awal untuk prespliting ( Konya, 1995 ) :
S = 16 Dh
B > 1.3 S
Dimana : S = Spasi ( mm )
B = Burden ( jarak ke peledakan produksi ) ( mm )
Dh = Diameter lubang bor ( mm )
Gambar 3
Desain umum dari trim blasting memanfaatkan pemboran produksi
4. Line Drilling
Line drilling merupakan salah satu teknik kontrol peledakan, bukan merupakan
teknik peledakan. Line drilling menggunakan menggunakan satu baris lubang bor
yang tidak di isi dengan bahan peledak dengan spasi yang rapat ( lihat Gambar 4 ).
Gambar 5
Gambaran mengenai lubang line drilling:
( A ) Detonasi pada lubang bor produksi yang berdekatan dengan lubang line
drilling;
( B ) Tegangan pada lubang line drilling akibat detonasi dari lubang ledak
Gambar 4
Pola yang khas dari line drilling yang telah digunakan
hubungannya dengan peledakan produksi
bahaya yang ditimbulkan terhadap massa batuan. Teknik tersebut dihasilkan untuk
bench dengan orientasi sistem koordinat ( R,Z ) seperti yang terlihat. Panjang dari
charge keseluruhan adalah ( L ) yang dibagi kedalam bagian yang lebih kecil dengan
panjang ∆z ( Gb. 6.6. ). Charge memiliki berat per panjang ( q ), Setiap panjang
W = q . ∆z …………………………………………………………. ( 10 . 1 )
Persamaan umum dari kecepatan partikel sebagai fungsi dari berat ( W ) dan jarak
W
V=K ……………………………………………………………( 10 . 2 )
R
R = r r0 2 z z 0 2
1/ 2
…………………………………………. ( 10 . 3 )
K ( qdz )
dV = …………………………………………………….. ( 10 . 4 )
R
diperoleh :
(qdz )
dV = K
(r r )
0
2
(z z0 ) 2 /2
qdz
dV = K …………………………………. ( 10 . 5 )
(r r0 ) ( z z 0 )
2 2
/ 2
Untuk memperoleh pengaruh keseluruhan dari titik amat (ro,zo), kita harus
menjumlahkan pengaruh tiap-tiap titik sepanjang isian ( charge ). Hal tersebut dapat
Pertama : untuk menghitung kontribusi dari tiap titik yang berdekatan dari tiap-tiap
increment. Kontribusi tersebut tidak datang pada saat yang bersamaan dan
karena kontribusi tersebut datang dari arah yang berbeda , kita perlu untuk
menjumlahkannya.
H j dz
V = K q ……………………………… ( 10 . 6 )
T (r r0 ) ( z z 0 )
2 2
/ 2
Hal tersebut dapat diselesaikan secara numerik untuk beberapa nilai α dan β yang
7)
Dengan membandingkan persamaan (10.2) dan (10.7) terlihat bahwa kedua
persamaan tersebut hampir sama untuk kondisi khusus ketika α = β/2 , maka
H J dz
V= K q
T (
r r0 ) 2
( z z 0 )
2
…………………………………… ( 10 . 8 )
q 1 H J _ z0 1 T z0
V=K
tan tan ……………………. ( 10 . 9 )
r0 r0 r r0
Sudut yang sesuai dengan fungsi arc tan dihasilkan dalam bentuk radian. Hal tersebut
q 1 H J _ z0 1 T z0
V=K
tan tan …………………....( 10 . 10 )
r0 r0 r0
Untuk melakukan perhitungan, dengan geometri bench yang khas dapat digunakan
persamaan :
1 H J z 0 T z 0
F = tan tan 1 …………………………….( 10 . 11 )
r0 r0
Dengan mensubtitusikan nilai H, J, dan T ke dalam burden maka persamaan ( 10.11 )
diatas dapat diselesaikan. Kita dapat menghasilkan nilai F dalam radian dengan
mesubtitusikan titik amat yang akan kita hitung kedalam bentuk burden. Nilai F
Untuk menghasilkan kecepatan partikel pada titik amat maka kita harus terlebih
dahul mengetahui diameter lubang ledak, densitas charge dan menentukan koordinat
titik amat. Kecepatan partikel yang dihasilkan untuk tiap-tiap titik dapat dicari
Hasil perhitungan kecepatan partikel ( V ) untuk tiap-tiap titik amat dapat ditabelkan
dan kemudian dapat digunakan untuk membuat kontur iso-velocity. Dengan melihat
kontur iso-velocity maka kita dapat menentukan daerah mana saja yang memerlukan
peledakan. Dengan didasarkan atas niali peak particle velocity ( V ) kita juga dapat
menentukan daerah mana saja yang tidak berbahaya ataupun berbahaya sehingga
F. Rencana Kegiatan
Studi Literatur
Observasi Lapangan
Pengambilan data
Pengolahan data
Penyusunan draft
I. Rencana Daftar Isi
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
BAB
I. PENDAHULUAN
II. TINJAUAN UMUM
A. Lokasi dan Kesampaian Daerah
A. Topografi dan Geologi
B. Iklim
C. Kegiatan Penambangan
III. DASAR TEORI
IV. PELEDAKAN TERKENDALI
A. Sifat Sifat Batuan
B. Kondisi Daerah
C. Teknik Peledakan terkendali
1. Modifikasi peledakan produksi
2. Presplit blasting
3. Trim blasting
4. Line driling
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
H. Daftar Pustaka
1989
ANALISIS PELEDAKAN TERKENDALI (CONTROL BLASTING) UNTUK
MEMINIMALKAN GROUND VIBRATION PT. KIDECO JAYA AGUNG,
MINESITE BATUKAJANG, KALIMANTAN TIMUR
Oleh :
Ramadhanu Rachman
112000022/TA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2004
ANALISIS PELEDAKAN TERKENDALI (CONTROL BLASTING) UNTUK
MEMINIMALKAN GROUND VIBRATION PT. KIDECO JAYA AGUNG,
MINESITE BATUKAJANG, KALIMANTAN TIMUR
Oleh :
Ramadhanu Rachman
112000022 / TA
Mengetahui :
Dosen Wali