Oleh :
KELOMPOK 6
Usman (02320150 )
Aldiyanzah Lukman (02320150432)
Fausi Ramadhan (02320150371)
Hubbu Salam Muchlis (02320150 )
Rahmat Hidayat ( )
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu saya sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara
maksimal dalam penyelesaian makalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati , saya selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan
memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perekonomian Indonesia sedang mengalami masa-masa sulit akibat krisis yang terjadi
pertengahan tahun 1997 dan sampai sekarang belum mengalami pemulihan secara total.
Banyak perusahaan yang gulung tikar karena menderita kerugian dan tidak bisa bertahan
dalam perekonomian seperti ini. Maka setiap perusahaan dituntut untuk dapat
meningkatkan kinerja perusahaan, baik yang menyangkut perencanaan maupun
pengendaliannya. Selain itu di zaman perdagangan bebas ini, setiap perusahaan harus siap
untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing.
Setiap perusahaan baik itu perusahaan dagang, perusahaan jasa maupun perusahaan
manufaktur selalu menjalankan aktivitas yang beragam. Setiap sektor perusahaan pasti
memiliki sistem pengendalian manajemen yang berbeda. Pada permulaan abad ke-20
lapangan kerja di sektor perusahaan jasa telah melampaui
lapangan kerja di sektor manufaktur, dan pada tahun 2003 lapangan kerja pada sektor jasa
telah tumbuh dua kali lipat dari pertumbuhan dibandingkan perusahaan manufaktur. Oleh
karena itu, dari peningkatan jumlah perusahaan pada sektor jasa, sektor jasa juga
memerlukan hadirnya sistem pengendalian manajemen dalam manajemen organisasinya.
Sebagian besar dari bab sebelumnya merujuk kepada, paling tidak secara implisit,
organisasi manufaktur, yaitu organisasi yang memproduksi dan memasarkan barang
berwujud, akan tetapi sistem pengendalian manajemen tidak hanya menyangkut aspek
manufaktur saja. Sistem pengendalian manajemen juga berfungsi pada sektor jasa. Dalam
proses pengendaliannya, sektor jasa mempunyai karakteristik yang relatif berbeda
dibanding sektor manufaktur, karena secara mendasar perusahaan jasa memiliki
karakteristik yang berbeda dengan perusahaan manufaktur, yaitu sebagai organisasi yang
memproduksi dan memasarkan produknya yang tidak berwujud.
selain dibutuhkan hadirnya sistem pengendalian manajemen dalam organisasi jasa, hal
yang pertama kali dibutuhkan adalah pengetahuan dan wawasan yang lebih mengenai
sistem pengendalian manajemen bagi organisasi jasa. Oleh karena itu, dalam makalah ini
penulis tertarik untuk membahas tentang “Organisasi Perusahaan Jasa, Jasa Keuangan
dan Multinasional”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penulisan makalah ini antara lain sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah karakteristik organisasi jasa secara umum?
2. Bagaimanakah karakteristik dan sistem pengendalian dari organisasi jasa professional?
3. Bagaimanakah karakteristik dan sistem pengendalian dari organisasi jasa keuangan?
4. Bagaimanakah karakteristik dan sistem pengendalian dari organisasi perawatan kesehatan?
5. Bagaimanakah karakteristik dan sistem pengendalian dari organisasi jasa nirlaba?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
Pada awalnya akuntansi biaya hanya ada dalam catatan perusahaan manufaktur , karena
kebutuhan untuk menilai persediaan barang dalam proses dan barang jadi adalah untuk
tujuan laporan keuangan. Sistem ini memberikan data mentah yang dapat dengan mudah
diadaptasi untuk digunakan dalam menetapkan harga jual dan untuk tujuan manajemen
lainnya. Banyak organisasi jasa tidak memiliki dorongan yang sama untuk
mengembangkan data biaya. Namun setelah perang dunia II perusahaan jasa mulai
menggunakan data biaya produk dan data akuntansi lainnya, dan perkembangan sistem
pengendalian manajemen organisasi jasa juga mulai berkembang sama pesatnya dengan
sistem pengendalian yang ada pada perusahaan manufaktur.
Sistem pengendalian manajemen tidak hanya menyangkut aspek manufaktur saja. Sistem
pengendalian manajemen juga berfungsi pada sektor jasa. Dalam proses pengendaliannya,
sektor jasa mempunyai karakteristik yang relatif berbeda dibanding sektor manufaktur.
Karakteristik tersebut antara lain:
1. Karakteristik Khusus
a. Sasaran
Organisasi profesional memiliki relatif sedikit aktiva yang berwujud. Aktiva utamanya
adalah keterampilan dari staf profesional yang tidak muncul dalam Laporan Posisi
Keuangan (Neraca) perusahaan. Tingkat pengembalian atas aktiva yang digunakan pada
hakikatnya tidak berarti dalam organisasi ini, sehingga sasaran keuangan mereka adalah
untuk memberikan kompensasi yang memadai kepada para pihak profesional. Umumnya
sasaran organisasi terkait adalah meningkatkan ukuran organisasi. Hal ini mencerminkan
tendensi alamiah untuk mengaitkan keberhasilan dengan ukuran yang besar skala ekonomi
dalam menggunakan usaha dan staf karyawan serta unit sentral yang bertanggung jawab
untuk menjaga organisasi.
b. Profesional
Organisasi profesional adalah organisasi padat karya, dan karyawannya adalah orang-
orang khusus. Banyak profesional lebih menyukai bekerja secara independen daripada
sebagai bagian dan suatu tim. Profesional yang juga adalah manajer cenderung bekerja
hanya paruh waktu dalam aktivitas manajemen. Pendidikan bagi kebanyakan profesi tidak
mencakup pendidikan dalam manajemen tetapi pada umumnya menekankan kepada
keterampilan profesi di banding kepada keterampilan manajemen. Profesional cendrung
meremehkan implikasi keuangan dari keputusan mereka; mereka ingin untuk melakukan
pekerjaan terbaik yang dapat mereka lakukan, tanpa memperdulikan biayanya. Sikap ini
mempengaruhi sikap dari staf pendukung dan karyawan non profesional dalam organiasi
tersebut; hal ini mengarah pada pengendalian biaya yang tidak memadai.
c. Pengukuran Input dan Output
Output organisasi profsional tidak dapat diukur dengan ukuran fisik tertentu. Misalnya
efektifitas dari kerja seorang dokter bukanlah diukur dari berapa pasien yang ia tangani
namun diukur melalui kualitas pelayanan yang diberikan oleh dokter tersebut. Jumlah
pasien hanya berkaitan dengan kuantitas jasa yang diberikan bukan kualitas jasa yang
diberikan (meskipun kualitas yang buruk tercermin dalam pendapatan yang berkurang
dalam jangka panjang).
d. Perusahaan Kecil
Dengan beberapa perkecualian, seperti beberapa kantor pengacara dan kantor akuntan,
organisasi profesional biasanya relatif kecil dan beroperasi di satu lokasi saja. Manajemen
senior dalam organisasi semacam itu dapat secara pribadi mengamati apa yang sedang
berlangsung dan secara langsung memotivasi karyawannya. Dengan demikian, terdapat
lebih sedikit kebutuhan akan sistem pengendalian manajemen yang canggih, dengan pusat
laba dan laporan kinerja formal. Meskipun demikian, organisasi yang kecilpun tetap
membutuhkan
anggaran, perbandingan umum antara kinerja terhadap anggaran, dan suatu cara untuk
mengaitkan kompensasi dengan kinerja.
e. Pemasaran
Pada perusahaan manufaktur, pemilihannya jelas antara kegiatan produksi dan pemasaran.
Pada organisasi profesi pemilihan tersebut tidak ada. Pemasaran pada dasarnya merupakan
kegiatan inti pada semua organisasi. Dalam suatu perusahaan manufaktur terdapat garis
pemisah yang jelas antara aktivitas pemasaran dengan aktivitas produksi; hanya
manajemen senior yang menaruh perhatian pada keduanya. Pemisahan yang jelas semacam
itu tidak terdapat dalam organisasi proesional. Di beberapa organisasi profesional, kode
etik profesi membatasi jumlah dan karakter dan usaha pemasaran yang terlalu kentara oleh
para profesional. Tetapi, pemasaran adalah aktivitas yang penting di hampir semua
organisasi. Dalam situasi seperti ini, sangatlah sulit untuk memberikan penghargaan yang
sesuai kepada orang yang bertanggung jawab untuk “menjual” kepada pelanggan baru.
2. Sistem Pengendalian Manajemen
a. Penentuan Harga
Harga jual dan pekerjaan ditetapkan dengan cara tradisional di banyak perusahaan-
perusahaan profesional. Jika profesi tersebut merupakn salah satu profesi di mana para
anggotanya sudah terbiasa untuk mencatat jadwal waktu mereka, penentuan biaya
profesional yang harus dibayar biasanya dikaitkan dengan Tarif tagihan per jam biasanya
didasarkan pada kompensasi dari tingkat profesional tersebut (dan bukannya kompensasi
dari orang tertentu), ditambah dengan beban untuk biaya overhead dan laba.
Rasio waktu yang ditagih (billed time ratio), yang merupakan rasio dari jumlah jam yang
dapat ditagih terhadap jumlah jam yang tersedia, dipantau secara ketat. Jika ternyata
penggunaan waktu yang sebaliknya merupakan waktu menganggur atau untuk alasan
pemasaran atau pelayanan umum, beberapa penugasan dibebankan dengan tarif yang lebih
rendah dari tarif normal, maka varians harga yang ditimbulkan harus dipantau secara ketat.
Penilaian kinerja merupakan penilaian manusia yang dilakukan oleh atasan, rekan kerja,
diri sendiri, bawahan dan klien. Penilaian yang dibuat oleh atasan adalah penilaian yang
paling umum. Untuk itu, organisasi professional semakin banyak yang menggunakan
system formal untuk mengumpulkan penilaian kinerja sebagai dasar keputusan personalia
dan untuk diskusi dengan professional tersebut. Penilaian oleh rekan sekerja atau oleh
bawahan kadang kala merupakan bagian dari system pengendalian formal. Di beberapa
organisasi, individu dapat diminta untuk membuat penilaian atas dirinya sendiri. Ekspresi
kepuasan atau ketidakpuasan dari klien juga merupakan dasar yang penting untuk menilai
kinerja, meskipun ekspresi semacam itu mungkin tidak selalu tersedia.
1. Aktiva Moneter
Kebanyakan aktiva dari perusahaan jasa keuangan bersifat moneter. Nilai sekarang dari
aktiva moneter adalah jauh lebih mudah untuk diukur dibandingkan dengan nilai pabrik
dan aktiva fisik lainnya, atau paten dan aktiva tidak berwujud lainnya. Dalam industri jasa
keuangan, kualitas mengacu pada kualitas jasa yang diberikan dan pada kualitas
instrumen keuangan selain uang; tidak ada kebutuhan akan pengendalian kualitas atas
uang.Aktìva finansial dapat juga dipindahkan dari satu pemilik ke pemilik lainnya dengan
mudah dan cepat. Dalam pemindahan dana secara elektronik, uang berpidah hampir
seketika. Perusahaan yang menangani aktiva keuangan, terutama uang, harus mengambil
tindakan-tindakan yang ketat guna melindunginya. Hal ini tidak hanya melibatkan
tindakan-tindakan fisik untuk melindungi mata uang dan dokumen, melainkan juga
tindakantindakan yang dirancang untuk memelihara integritas dan sistem untuk
mentransfer uang dari satu pihak ke pihak lain.
4. Teknologi
Teknologi telah merevolusi industri jasa keuangan. Perusahaan jasa keuangan telah
menggunakan teknologi informasi sebagai suatu cara untuk menawarkan layanan yang
inovatif. ATM bank merupakan salah satu contohnya. Layanan broker secara online
merupakan segmen dengan pertumbuhan yang cepat.
Organisasi perawatan kesehatan terdiri atas rumah sakit, klinik, dan organisasi kedokteran
yang serupa; organisasi pemeliharaan kesehatan; panti wreda dan rumah perawatan;
organisasi pelayanan rumah; dan laboratorium medis adalah beberapa di antaranya.
Meskipun kesemuanya memiliki hampir semua karakteristik dari organisasi nirlaba,
banyak di antaranya yang merupakan perusahaan berorientasi laba.
1. Karakteristik Khusus
Sistem DRG, dan kenaikan dalam biaya rumah sakit per pasien, telah memotivasi
rumah sakit untuk memasang sistem akuntansi biaya yang canggih.
Beberapa rumah sakit memberikan layanan pemrosesan informasi kepada rumah sakit
lain berdasarkan kontrak. Sistem ini memberikan informasi atas pasien individual dan
mereka melaporkan biaya aktual dibandingkan dengan biaya standar untuk setiap
DRG; biaya diklasifikasikan berdasarkan departemen dan bahkan berdasarkan dokter
yang merawat dalam departemen tersebut. Informasi ini merupakan tambahan atas
informasi yahg secara tradisional dikumpulkan di rumah sakit. Informasi tersebut fokus
pada output (layanan pasien), serta pada input (biaya per tes laboratorium). Oleh karena
itu, tugas yang sulit untuk mengendalikan pembayaran-pembayarannya agar tidak
melampaui iuran, yang mereka terima, tetapi dengan memastikan bahwa layanan
kesehatan yang memadai tetap disediakan.
d. Profesional
Loyalitas utama profesional adalah kepada profesi dan bukan kepada organisasi. Para
manajer departemental biasanya adalah profesional yang fungsi manajemeya hanya
bersifat paruh waktu; kepala bedah melakukan pembedahan. Secara historis, para
dokter cenderung memberikan tekanan yang relatif kecil terhadap pengendan biaya.
e. Pentìngnya Pengendalian Kualitas
Industri layanan kesehatan berurusan dengan nyawa manusia, jadi kualitas layanan
yang diberikannya merupakan hal yang paling penting. Terdapat peninjauan jaringan
dari prosedur pembedahan, peninjauan rekan sejawat atas dokter individual, dan agen
peninjau luar yang diharuskan oleh pemerintah federal.
E. Organisasi Nirlaba
Suatu organisasi nirlaba, sebagaimana didefinisikan dalam hukum, adalah organisasi yang
tidak dapat mendistribusikan aktiva atau labanya kepada, atau untuk manfaat dan,
anggotanya, pejabatnya, maupun direkturnya. Definisi ini tidak menghalangi organisasi
untuk memperoleli laba; definisi tersebut hanya melarang distribusian dari laba tersebut.
Suatu organisasi nirlaba perlu memperoleh laba yang memadai, secara rata-rata, guna
menyediakan dana untuk modal kerja dan untuk berjaga-jaga terhadap “hari-hari buruk”.
1. Karakteristik Khusus
b. Modal Kontribusi
Terdapat dua kategori utama modal kontribusi, yaitu pabrik dan sumbangan. Pabrik
meliputi kontribusi gedung dan pcralatan, atau kontribusi dana untuk memperoleh
aktiva tersebut; pekerjaan-pekerjaan seni; dan objek museum lainnya. Sumbangan
terdiri dari pemberian yang donornva berkeinginan agar jumlah pokoknya tetap utuh
selamanya (atau setidaktidaknva untuk banyak tahun); hanya laba dari pokok
sumbangan tersebut yang akan digunakan untuk mendanai operasi sekarang ini.
Suatu organisasi nirlaba memiliki dua kelompok laporan keuangan. Satu kelompok
berkaitan dengan aktivitas operasi; kelompok tersebut meliputi laporan laba rugi,
neraca, dan laporan arus kas, sama seperti yang ditemukan di bisnis. Kelompok kedua
berkaitan dengan modal kontribusi. Kelompok tersebut memiliki laporan arus modal
kontribusi selama periode tersebut dan neraca yang melaporkan aktiva modal
kontribusi dan kewajiban serta ekuitas yang terkait. Arus masuk dan modal kontribusi
adalah modal kontribusi yang diterima dan keuntungan dari portofolio sumbangan
selama periode tersebut; arus keluar adalah laba sumbangan yang dilaporkan sebagai
pendapatan operasi, kerugian atas portofolio sumbangan, dan penghapusan pabrik.
c. Akuntansi Dana
Banyak organisasi nirlaba menggunakan sistem akuntansi yang disebut
“akuntansi dana.” Akun-akun dibuat secara terpisah untuk beberapa dana, masing-
masing saling menyeimbangkan (yaitu, jumlah saldo debit sama dengan jumlah saldo
kredit). Kebanyakan organisasi memiliki (1) dana umum atau dana operasi, yang
berkaitan erat dengan sekelompok akun operasi; 2) dana pabrik dan dana sumbangan,
yang merupakan aktiva modal kontribusi dan ekuitas; dan (3) beragam dana lain untuk
tujuan khusus. Untuk hijuan pengendalian manajemen, fokus utama adalah pada dana
umum.
d. Pengelolaan
Organisasi nirlaba dikelola oleh dewan pengawas. Dewan pengawas biasanva tidak
digaji, dan banyak dari mereka yang tidak memahami manajemen bisnis. Oleh karena
itu, mereka umumnya menjalankan lebih sedikit pengendalian dibandingkan dengan
direktur dari suatu perusahaan bisnis. Lebih lanjut lagi, karena kinerja lebih sulit untuk
diukur, dewan pengawas menjadi kurang mampu untuk mengidentifikasikan masalah-
masalah aktual atau masalah-masalah yang baru timbul. Sehingga kebutuhan akan
dewan pengelola yang kuat dalam organisasi nirlaba adalah jauh lebih besar
dibandìngkan dengan dalam organisasi bisnis.
2. Sistem Pengendalian Manajemen
Dalam organisasi nirlaba yang harus memutuskan mengenai bagaimana cara yang
terbaik untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas keaktifitasaktifitas yang
berharga, perencanaan strategis adalah proses yang lebih penting dan lebih banyak
memakan waktu dibandingkan dengan bisni s biasa. Proses penyusunan anggaran
dalam organisasi nirlaba tidak mempunyai pilihan lain untuk meningkatkan
pendapatannya jika masih ingin memberikan pelayanan yang baik.
c. Evaluasi dan operasi
Manajer pusat lebih cenderung membelanjakan apa saja yang di peroleh dalam anggaran,
meskipun jumlah yang dianggarkan tersebut lebih tinggi daripada yang ditentukan.
Sebaliknya mereka dapat membatasi pengeluaran yang memiliki pengembalian yang
sangat bagus hanya karena pengeluaran tersebut tidak termasuk dalam anggaran.
F. Perusahaan Asuransi
Pengertian Perusahaan Asuransi
Apa itu perusahaan asuransi?? Yang dimaksud perusahaan asuransi ialah lembaga
yang menyediakan berbagai polis asuransi untuk melindungi seseorang atau nasabahnya
dari berbagai macam resiko kerugian dengan cara membayar premi secara teratur,
perusahaan asuransi bekerja dengan cara menyatukan resiko dari sejumlah pemegang polis
asuransi.
Allianz
AIA Financial
AXA Mandiri
Manulife
Prudential
Sinarmas
Dan lain-lain
Berbagai fungsi utama perusahaan asuransi tersebut mengatur kerja berbagai perusahaan asuransi
di Indonesia walau layanan yang diberikan beragam.
Bagi Nasabah
G. Organisasi Multinasional
Pengertian Perusahaan Multinasional
Perusahaan multinasional (multinational company/MNC) adalah perusahaan yang
menjalankan usahanya di berbagai negara dan kegiatan usahanya bersifat internesional. Sifat
usahanya yang mendunia, menyebabkan perusahaan ini memiliki pengaruh kuat dalam politik
global. Ciri-ciri perusahaan multinasional dapat diuraikan sebagai berikut :
Terdapat tiga masalah khusus dalam organisasi global: perbedaan kebudayaan, harga
transfer, dan perbedaan nilai tukar mata uang. Bab ini akan secara khusus membahas ketiga topic
ini. Mesipun pembahasan yang kita lakukan dinyatakan dalam kondisi AS dan anak-anak
perusahaannya di luar negeri, masalah umum yang sama dapat ditemukan pada induk perusahaan
dari Negara mana pun beserta anak perusahaannya di luar negeri.
1. Perbedaan Budaya
Salah satu variabel konteksual yang penting yang memengaruhi pengendalian manajemen di
dalam sebuah perusahaan multinasional adalah perbedaan budaya antar Negara. Menurut
defiinisinya, sebuah organisasi multinasional akan beroperasi di banyak Negara dan harus
siap menghadapi perbedaan budaya seiring dengan koodinasi dan pengendalian yang
dilakukan oleh kantor pusat terhadap anak-anak perusahaannya. Baik dalam konteks sebuah
organisasi atau suatu bangsa, kata “budaya” akan merujuk kepada nilai-nilai, asumsi dan
norma perilaku yang diakui bersama. Ketika sebuah organisasi merentangkan operasinya
melintasi berbagai Negara, perbedaan budaya yang sangat besar yang berkaitan dengan
karakter nasional dan regional yang ada, mempunyai hubungan yang penting dengan
pengendalian manajemen. Salah satu cara untuk memahami budaya diusulkan oleh Hofstede.
Hofstede membuat sebuah analisis yang sistematis atas perbedaan budaya berdasarkan
sebuah kuesioner yang dijawab oleh kurang lebih 80.000 karyawan IBM yang berlokasi di
64 negara. Menurut Hofstede, budaya dapat berbeda pada empat dimensi:
1. Jangkauan kekuasaan
Merujuk kepada sejauh mana kekuasaan didistribusikan dan dipusatkan secara tidak
seimbang. Budaya dengan jangkauan kekuasaan yang tinggi termasuk Filipina,
Venezuela, dan Meksiko. Budaya dengan jangkauan kekuasaan yang rendah termasuk
Israel, Denmark, dan Austria.
2. Individualisme/ koltivisme
Merujuk kepada sejauh mana seseorang mendefinisikan dirinya sendiri sebagai seorang
individu atau sebagai bagian dari kelompok yang lebih besar. Budaya individualistik
yang tinggi termasuk Amerika Serikat, Australia, dan Inggris. Budaya kolektiitas yang
tinggi termasuk Saudi Arabia, Venezuela, dan Peru.
3. Menghindari ketidakpastian
Merujuk sampai sejauh mana seseorang akan merasa terancam oleh situasi yang tidak
menentu budaya penghindaran ketidakpastian tertinggi termasuk Jepang, Portugal, dan
Yunani. Budaya penghindaran ketidakpastian terendah termasuk Singapura, Hongkong,
dan Denmark.
4. Maskulinitas/feminitas
Merujuk kepada sampai sejauh apakah pengaruh yang dimiliki oleh salah satu dari kedua
nilai dominant tersebut apakah pengaruh yang dimiliki oleh salah satu dari kedua nilai
dominant tersebut berupa
2. Harga Transfer
Harga transfer untuk barang, jasa, dan teknologu merupakan salah satu dari perbedaan besar
yang terjadi antara pengendalian manajemen operasi domestic dan luar negeri. Namun dalam
operasi luar negeri, dibutuhkan beberapa pertimbangan penting lainnya untuk dapat sampai
kepada suatu harga transfer. Pertibangan-pertimbangan tersebut termasuk perpajakan,
peraturan pemerintah, tarif pengendalian devisa, akumulasi dana, dan joint venture.
Perpajakan
Tingkat pajak penghasilan efektif dapat memiliki perbedaan yang sangat jauh di masing-
masing Negara-negara asing, sistem harga transfer yang memungkinkan pengalihan
keuntungan ke Negara-negara dengan tingkat pajak yang rendah dapat mengurangu
jumlah pajak penghasilan perusahaan yang digabungkan dari seluruh dunia.
Peraturan Pemerintah
Jika tidak diatur oleh pemerintah, perusahaan akan menetapkan harga transfer untuk
meminimalkan laba kena pajak di Negara-negara dengan tingkat pajak penghasilan yang
tinggi. Namun demikian, otoritas pajak pemerintah menyadari adanya kemungkinan ini
dan mengeluarkan peraturan yang menentukan bagaimana harga transfer dapat dihitung.
Tarif
Tarif sering kali dipungut berdasarkan persentase tertentu dari nilai impor suatu produk.
Semakin rendah harganya senakin rendah pula tarif yang akan dikenakan. Timbulnya
tarif biasanya memiliki hubungan terbalik dengan timbulnya pajak pendapatan di dalam
harga transfer. Meskipun tariff untuk barang-barang yang dikirimkan ke suatu Negara
tertentu akan lebih rendah jika harga transfernya juga rendah, keuntungan yang dicatat
di Negara itu dan karenanya pajak penghasilan lokal atas laba akan ikut tinggi. Jadi, efek
bersih dari faktor-faktor ini harus ikut diperhitungkan dalam menentukan harga transfer
yang tepat. Karena pajak penghasilan umumnya memiiki jumlahnya yang lebih besar
daripada tarif, harga transfer internasional biasanya lebih banyak didasarkan pada pajak
penghasilan daripada tarif.
Pengendalian Devisa
Beberapa Negara membatasi jumlah devisa yang tersedia untuk mengimpor beberapa
komoditas tertentu. Dalam kondisi ini, harga transfer yang lebih rendah memungkinkan
anak perusahaan untuk memasukkan komoditas tersebut dalam jumlah yang lebih besar.
Akumulasi Dana
Joint Venture
Joint venture memberikan komplikasi tambahan dalam harga transfer. Andai kata sebuah
perusahaan AS mempunyai operasi joint venture di Jepang dengan perusahaan local
Jepang. Jika induk perusahaan AS membebankan harga lebih tinggi bagi komponen yang
dikirimkan ke Jepang, mitra joint venture Jepang kemungkinan besar akan menolak
harga tersebut karena harga itu akan memperkecil laba operasinya dan mengakibatkan
bagian keuntungan dari mitra joint venture Jepang tersebut juga semakin kecil. Ford
Motor Company, dengan sebagian maksudnya untuk menghindari perselisihan tentang
harga transfer, membeli sejumlah besar kepentingan minoritas Inggris di Ford Lid., pada
tahun 1961. Untuk alas an yang sama, General Motors tidak pernah melakukan joint
venture sampai perjanjian yang dilakukannya dengan Toyota di akhir tahun 1980-an.
Tampilan 1 memperlihatkan metode harga transfer yang digunakan oleh sebuah contoh
perusahaan multinasional yang memiliki kantor di Kanda, Jepang, Inggris, dan Amerika
Serikat untuk pengiriman antar perbatasan mereka.
Pertimbangan Hukum
Tampilan
Harga pasar - - - 26
Lain-lain - - - 8
Lain-lain 4% - 11 -
Section 482 memberikan aturan-aturan untuk menentukan harga transfer pada penjualan
antar anggota dari kelompok yang sepengendali. Metode-metode harga antar perusahaan
sepengendali yang dapat diterima, disusun menurut prioritasnya dari yang paling penting adalah
sebagai berikut :
Harga yang wajar dapat dipastikan dari penjualan barang atau jasa yang dapat
diperbandingkan antara perusahaan multinasional dan pelanggan yang tidak memiliki
hubungan istimewa, atau antara dua perusahaan yang masing-masing tidak saling memiliki
hubungan istimewa.
Hal – hal yang dapat memengaruhi harga adalah antara lain, kualitas produk, syarat
penjualan, tingkat pasar, dan wilayah geografis di mana jenis barang tersebut dijual, tetapi
untuk diskon jumlah, penyisihan promosi dari kerugian khusus yang disebabkan oleh
perbedaan nilai tukar mata uang dan selisih kredit tidak diperhitungkan.
Harga yang lebih rendah dan bahkan penjualan di bawah harga penuh, diizinkan dalam
hal-hal tertentu seperti selama penetrasi sebuah pasar baru atau dalam mempertahankan pasar
yang ada di suatu wilayah tertentu.
2. Metode harga jual kembali.
Bila tidak ada penjualan yang dapat dibandinkan, metode berikutnya yang diperbolehkan
adalah metode harga jual kembali. Dalam metode ini, wajib pajak bekerja mundur dari
hargapenjualan final pada saat kekayaan yang dibeli dari perusahaan afiliasi dijual kembali
dalam sebuah penjualan tidak sepengendali. Harga jual kembali ini dikurangi dengan
persentase keuntungan (markup) yang semestinya berdasarkan penjualan tidak sepengendali
oleh afiliasi yang sama atau oleh penjual lain yang menjual barang yang sama di pasar yang
dapat diperbandingkan. Persentase markup dari pesaing dan rata-rata industri juga dapat
membantu dalam kaitannya dengan hal ini.
Peraturan meminta metode ini digunakan jika (1) jika tidak tersedia penjualan tidak
sepengendali yang sebanding, (2) penjualan kembali dilakukan dalam jangka waktu yang
wajar sebelum atau sesudah pembelian antar perusahaan sepengendali, (3) penjualan kembali
tidak menambahkan nilai yang berarti kepada barang yang bersangkutan dengan mengubahnya
secara fisik, selain dari kemasan, label, dan seterusnya, atau dengan penggunaan atas
pemanfaatan kekayaan yang tak berwujud (intangible property).
3. Metode harga-plus.
Menurut metode ini, yang menjadi prioritas terendah di antara ketiga metode yang
diuraikan, titik awal untuk menentukan harga yang wajar adalah biaya untuk memproduksi
produk, dihitung menurut praktik akuntansi yang benar. Ke dalam biaya ini ditambahkan laba
kotor yang wajar yang dinyatakan dalam presentase tertentu dari biaya dan didasarkan pada
penjualan tidak sepengendali yang serupa yang dilakukan oleh pihak penjual, atau penjual lain,
atau tingkat yang berlaku untuk industri tersebut.
Harga transfer = Harga yang digunakan dalam penjualan tidak sepengendali yang
sebanding penyesuaian
Dalam penjualan sepengendali, transaksi yang terjadi adalah antara dua anggota kelompok
sepengendali. Dalam penjualan tidak sepengendali, salah satu pihak bukan anggota
kelompok sepengendali.
Harga transfer = Harga jual kembali yang berlaku – Markup yang memadai Penyesuaian
Harga jual kembali yang berlaku adalah harga di mana aktiva yang dibeli melalui penjualan
sepengendali, dijual kembali oleh pembeli dalam penjualan yang tidak sepengendali.
Markup yang memadai = Harga jual kembali yang berlaku * Presentase markup yang wajar
Presentase markup yang wajar = Persentase dari laba kotor (diekspresikan dalam
persentase dari penjualan) yang didapatkan oleh pembeli (atau penjual kembali) atau piha
lain di dalam sebuah pembelian dan penjualan kembali yang tidak sepengendali yang
serupa dengan penjualan kembali sepengendali.
3. Metode biaya-plus:
Persen laba kotor yang memadai = Persentase laba kotor (diekspresikan dalam persentase
dari biaya) yang diperoleh oleh penjual kembali atau
pihak lain pada enjualan tidak sepengendali yang
sama dengan penjualan sepengendali.
Dari sudut pandang pengendalian manajemen, terdapat dua implikasi penting dari section 482,
yang masing-masing dibahas di bawah ini:
Ada dua kebijakan ekstrem dalam menangani masalah ini. Beberapa perusahaan
mengizinkan anak perusahaan berurusan satu sama lain sesuai dengan prinsip ekonomi yang
wajar dan membiarkan dampak akibat pajak serta tariff apa adanya. Dengan kebijakan ini, tak
ada lagi keraguan tentang legalitas harga transfer karena anak perusahaan mencoba melakukan
hal ini sesuai dengan yang diminta oleh peraturan yang berlaku – melakukan transaksi secara
wajar. Dengan kebijakan ini, kebijakan harga transfer untuk Negara asing pada pokoknya akan
sama dengan harga transfer untuk domestic. Akibatnya, system harga transfer akan
mendukung system pengendalian manajemen. Namun pada sisi yang lain, kebijakan ini dapat
menghasilkan total biaya yang lebih tinggi.
Pada sisi eksterm yang lain, harga transfer untuk Negara asing dapat hamper seluruhnya
dikontrol oleh kantor pusat perusahaan dengan maksud untuk meminimalkan biaya total
perusahaan, memaksimalkan arus kas dalam dolar atau memperoleh kombinasi yang optimum
untuk posisi mata uang. Akan tetapi, kebijakan semacam ini dapat sangat membatasi kegunaan
system pengendalian, karena dalam keadaan tertentu harga transfer tersebut tidak berhubungan
dengan harga yang berlaku jika unit-unit yang melakukan pembelian dan penjualan adalah
independent.
Banyak perusahaan yang mengggunakan harga transfer untuk meminimalkan pajak dan
tariff menggunakan harga transfer yang sama untuk persiapan anggaran keuntungan dan
pelaporan sebagaimana yang digunakan untuk tujuan akuntansi dan perpajakan. Anggaran
yang disetujui merefleksikan segala ketidakseimbangan yang ditimbulkan oleh harga transfer.
Sebagai ilustrasi, anak perusahaan yang menjual lebih rendah dari harga normal dapat
mengalami rugi sesuai anggaran. Jika laporan atas kinerja actual menunjukkan bahwa kerugian
anak perusahaan ternyata lebih kecil dari yang dianggarkan, maka kinerjanya dapat dianggap
memuaskan, dengan catatn hal yang lain tetap sama. Singkatnya, harga transfer akan
dipertimbangkan dalam baik penyiapan anggaran maupun analisis hasil-hasilnya.
Di dalam situasi tertentu, pembatasan hukum dapat memint digunakannya system harga
transfer tertentu, atau sebuah system transfer yang disukai untuk tidak digunakan.
Tampilan
Nilai Tukar untuk Berbagai Mata Uang Asing pada 19 Januari 2000
Kepentingan Minoritas
Arus kas dari sebuah perusahaan domestik dinominasikan dalam dolar, dan pada suatu waktu
tertentu, setiap dolar mempunyai nilai yang sama dengan nilai dolar lainnya. Sebaliknya,
arus kas perusahaan multinasional didenominasikan dalam beberapa mata uang di mana nilai
setiap mata uang relative kepada nilai dlar akan berbeda seiring dengan perbedaan waktu.
Variasi ini memperumit masalah pengukuran kinerja anak perusahaan dan para manajernya.
Lebih spesifik lagi, perusahaan multinasional memiliki eksposur akibat translasi, transaksi
dan ekonomi perubahan nilai tukar. Pertama-tama kita akan membahas nilai tukar secara
sinkat dan kemudian mendiskusikan tiga jenis eksposur nilai tukar dan implikasinya kepada
perancangan system pengendalian.
Nilai Tukar
Nilai tukar adalah harga dari sebuah mata uang jika dibandingkan dengan mata uang
yang lainnya. Hal ini dapat dinyatakan baik sebagai jumlah unit dari mata uang Negara induk
perusahaan yang diperlukan untuk membeli satu unit mata uang asing (kita sebut penawaran
langsung) atau sejumlah unit mata uang asing yang diperlukan sebagai contoh, jika dolar
AS($) adalah mata uang induk perusahaan dan franc Prancis (FF) adalah mata uang asing,
maka untuk menyatakan nilai tukar dengan sebagai $0,20/FF adalah bentuk penaawaran
langsung dan menyatakannya sebagai FF5/$ adalah bentuk penawaran tak langsung. Dalam
pasar devisa, kedua jenis penawaran tersebut dipergunakan, tetapi para pedagang biasanya
menggunakan salah satu jenis untuk mata uang tertentu. Tampilan 15.2 memberikan contoh
mengenai kedua nilai tukar yang berlaku pada tanggal 19 Januari 2000 untuk mata-mata
uang yang paling banyak diperdagangkan.
Nilai tukar yang biasanya ditawarkan (seperti tertera di atas) disebut nilai tukar
nominal. Nilai tukar spot adalah nilai tukar nominal yang berlaku pada satu hari tertentu.
Nilai tukar riil adalah nilai tukar spot setelah penyesuaiaan perbedaan inflasi antara dua
Negara yang dihitung. Ada juga nilai tukar forward, yaitu nilai tukar hari ini yang dapat
digunakan menjadi dasar penyelesaian suatu transaksi yang terjadi di suatu waktu di masa
depan.
Eksposur translasi atas nilai tukar adalah eksposur dari neraca dan laporan laba rugi
perusahaan multinasional terhadap perubahan yang terjadi di dalam nilai tukar nominal. Hal
ini dikarenakan adanya fakta bahwa perusahaan multinasional harus mengonsolidasikan
pembukuan mereka dalam satu mata uang (biasanya mata uang Negara induk perusahaan),
meskipun arus kas mereka didenominasi dalam banyak mata uang. Memahami eksposur
translasi yang terjadi di dalam perusahaan multinasional berarti memahmi pengertian dari
jawaban atas pernyataan berikut ini: Jika arus kas perusahaan didenominasi di dalam
berbagai mata uang dan jika terjadi perubahan nominal di dalam nilai tukar mata uang selama
tahun berjalan, bagaimanakah seharusnya cara mengonsolidasikan pendapatan, pengeluaran,
aktiva, dan utang ke dalam satu jenis mata uang pada satu titik waktu?
Eksposur transaksi adalah eksposur nilai tukar yang dimiliki oleh perusahaan untuk
transaksi-transaksi antarnegaranya ketika transaksi semacam itu dicatat hari ini tetapi
penyelesaian pembayarannya dilaksanakan di kemudian hari. Selama masa di mana
pembayaran atau komitmen penerimaannya masih belum dilakukan, nilai tukar nominal
dapat berubah dan menimbulkan adanya resiko pada nilai dari transaksi. Contoh transaksi
semacam ini termasuk piutang, kewajiban dan utang atau pembayaran bunga yang belum
dilaksanakan dalam mata uang asing.
Eksposur ekonomi adalah eksposur nilai tukar atas arus kas perusahaan terhadap
perubahan nilai tukar riil. Eksposur ekonomi juga disebut eksposur operasional atau
eksposur kompetitif terhadap nilai tukar.
Menelusur Anggaran
Mempersiapkan Awal Proyeksi Akhir
Anggaran
Awal 1 2 3
Proyeksi 4 5 6
Akhir 7 8 9
Pada saat anggaran dilacak (nilai tukar “akhir’). Terdapat 9 kemungkinan kombinasi
metrik dalam menentukan dan melacak anggaran seperti yang terlihat dalam
tampilan
Namun demikian tidak semua 9 sel tersebut layak dipergunakan; hanya 5 sel yang
diberi garis bawah yang layak. Yang jelas-jelas layak terdiri dari 3 sel dimana anggaran
ditetapkan dan dilacak dengan menggunakan metric yang sama (awal ke awal, sel 1; proyeksi
ke proyeksi, sel 5; akhir ke akhir, sel 9). Demikian pula dengan menetapkan anggaran dengan
menggunakan nilai tukar “awal” dan melacaknya dengan menggunakan nilai tukar
“proyeksi” dan melacak pada nilai tukar “akhir” (sel 6). Namun bagaimanapun, tidaklah
logis jika menetapkan anggaran pada nilai tukar “akhir” dan melacak aktualnya dengan
menggunakan nilai tukar awal atau nilai tukar proyeksi (mengesampingkan sel 7 dan 8).
Begitu pula memproyeksikan nilai tukar dalam menetapkan anggaran dan kemudian
melacaknya dengan nilai tukar yang berlaku di awal (mengesampingkan sel 4).
Dari Sudut pandang evaluasi kinerja, di bawah ini adalah pertanyaan-pertanyaan penting di
dalam perancangan suatu system pengendalian:
Dalam contoh berikut, jika anggaran dilacak dengan menggunakan metric yang sama
sebagaimana anggaran ditetapkan (FF10/$), maka anak perusahaan akan terlihat telah
menghasilkan $1. alternatifnya, jika anggaran pada akhir ditetapkan kembali dengan nilai
tukar akhir sebesar FF11/$, anak perusahaan hanya dapat mengharapkan telah menghasilkan
laba sebesar $0,91. Jadi jika metrik yang sama dipergunakan untuk menetapkan dan melacak
anggaran, maka pilihan metrik yang diambil (apakah mata uang local/mata uang asing;
apakah nilai tukar awal, proyeksi, atau akhir) bukanlah sesuatu yang relevan; kinerja yang
dihasilkn akan merefleksikan kinerja operasi dari manajer, yang independent terhadap
dampak translasi.
Anggaran Aktual
FF $ FF $
Laba 10 1 10 0,91
Akan tetapi, induk perusahaan akan menderita kerugian “translasi” pada akhir
tahun. Induk perusahaan tidak memiliki kendali atas pergerakan nilai tukar tersebut. Jika
mereka menggunakan laba atau rugi akibat translasi di dalam mengevaluasi kinerja manajer
anak perusahaan, maka akan timbul beberapa masalah: (1) Hal ini akan membuat manajer
anak perusahaan bertanggung jawab terhadap factor-faktor yang berada diluar kendali
mereka; (2) hal ini tidak akan menghilangkan adanya laba atau rugi akibat translasi; (3) hal
ini tidak memperhitungkan jenis eksposur nilai tukar lain yang dihadapi oleh anak
perusahaan dan (4) hal ini akan mengacaukan kinerja manajer dan anak perusahaan .
Kita akan menjelaskan bagaimana ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan dua
tipe generic dari anak perusahaan dari perusahaan multinasional: “importer murni” dan
“eksportir murni”.
Importir murni adalah anak perusahaan yang menjual sebaian besar produknya di
dalam negaranya sendiri, tetapi mengimpor sebagian besar barang mentahnya dari luar
negeri (baik itu dari anak perusahaan lain atau dari perusahaan luar) ; eksportir murni adalah
anak perusahaan yang menjual kebanyakan produknya keluar negeri (baik kepada anak
perusahaan lain atau dari perusahaan luar lainnya); tetapi membeli sebagian besar bahan
mentahnya di dalam Negara tersebut. Seperti yang ditunjukkan oleh contoh berikut ini,
dalam terjadi pergerakan nilai tukar, anak perusahaan tersebut tidak hanya akan menghadapi
efek translasi, tetapi juga efek “ketergantungan” yang diakibatkan oleh perubahan nilai tukar.
Eksportir murni melampaui anggaran (baik dalam $ maupun FF, baik dari segi sasaran
laba maupun marginnya), unit yang seimbang menunjukkan kinerja yang kira-kira
menyamai tingkat anggaran (mencapai sasaran laba dalam FF, tetapi sedikit rendah dalam $;
mencapai sasaran margin untuk kedua jenis mata uang tersebut), dan importer murni tidak
mencapai anggaran (baik dalam $ maupun FF, nilai laba dan margin).
Efek Transaksi
Lindung nilai adalah praktik yang berlaku umum di banyak perusahaan sebagai contoh,
kapan saja perusahaan membeli asuransi, secara tidak langsung perusahaan tersebut tengah
melakukan transaksi lindung nilai internasional, dan hal itu dipergunakan sebagai cara untuk
mengatasi efek eksposur transaksi. Untung memberikan ilustrasi yang sederhana; jika
sebuah perusahaan Amerika menjual produknya kepada perusahaan Prancis dengan harga
yang dinyatakan dalam franc Prancis, ia dapat secara bersamaan membeli hak untuk membeli
franc Prancis dengan nilai tukar yang sama seperti jika terjadi pada tanggal di masa depan di
mana piutangnya akan jatuh tempo. Jika perusahaan tersebut mengalami rugi transaksi di
dalam penjualan, maka ia akan mendapatkan keuntungan pasar opsi dan menyamakan
aktiva/pasiva dan pendapatan/pengeluaran dengan mata uang yang sama. Teknik lindung
nilai yang umum, menggunakan pasar transaksi forward dan masa depan, juga pasar opsi
valuta aisng. Dari perspektif evaluasi kinerja, pertanyaan kuncinya adalah apakah para
manjer anak perusahaan bertanggung jawab atas eksposur dari transaki lindung nilai.
Kinerja Anak Perusahaan
Sejauh ini kita telah mengusulkan bahwa adalah penting untuk membedakan antara
kinerja ekonomi anak perusahaan dan kinerja para manajernya, dan pedoman-pedoman yang
dibicarakan di atas semata-mata hanya menangani pengisolasian dampak nilai tukar terhadap
kinerja manajer anak perusahaan. Adalah penting untuk menyadari bahwa kinerja ekonomi
anak perusahaan itu sendiri harus merefleksikan akibat-akibat negatif atau psositif atas
eksposur translasi, transaksi, dan ekonomi.
Jika kinerja ekonomi jangka panjang anak perusahaan (setelah memasukkan efek nilai
tukar) terus memburuk, meskipun kinerja manajernya memuaskan, maka induk perusahaan
harus mengeluarkan pertanyaan yang lebih mendasar : apakah hal itu memberikan artian
ekonomis secara berkelanjutan bagi perusahaan multinasional untuk meneruskan beroperasi
di Negara tersebut, atau apakah ia sebaiknya memindahkan bisnisnya ke tempat lain?
Jawaban atas pertanyaan ini akan kembali kepada keputusan lokasi bisnis, daripada
keputusan evaluasi kinerja; hal ini seharusnya merupakan sebuah keputusan independent.
Pertimbangan Manajemen
Dalam mendesain system evaluasi kinerja anak perusahaan multinasional, perusahaan dapat
mengunakan pedoman-pedoman berikut ini:
Para manajer anak perusahaan seharusnya tidak dianggap bertanggung jawab terhadap efek
translasi. Cara termudah untuk mencapai tujuan ini adalah membandingkan anggaran
dengan hasil actual dengan menggunakan metrik yang sama dan mengisolasi efek yang
berhubungan dengan inflasi melalui analisis varians. Tak ada gunanya bagi para manajer
untuk khawatir tentang metrik yang tepat. Perusahaan multinasional hendaknya memilih
metrik apa saja yang ia anggap lebih mudah untuk digunakan.
Efek transaksi paling baik ditangani melalui koordinisasi terpusat dari kebutuhan lindung
nilai perusahaan multinasional secara keseluruhan. Hal ini kemungkinan besar akan jauh
lebih murah dan sederhana, dan dapat mencegah manajer anak perusahaan menjadi
peramal dan spekulan nilai tukar.
Manajer anak perusahaan harus bertanggung jawab terhadap efek ketergantungan dari nilai
tukar yang diakibatkan oleh eksposur ekonomi.
Evaluasi anak perusahaan sebagai basis dari pengambilan keputusan untuk menentukan
lokasi operasi di sebuah Negara atau merelokasi operasi dari sebuah Negara seharusnya
merefleksikan konsekuensi-konsekuensi dari adanya eksposur translasi, transaksi, dan
ekonomi.
Pada survey yang dilakukan pada tahun 1982, Sapy-Mazella et al, menemukan dalam
evaluasi kinerja manajer anak perusahaan, 79% respondennya menggunakan metrik yang
berbeda untuk menyiapkan anggaran dan melaporkan kinerja; 66% mempergunakan
beberapa peramalan atas nilai tukar untuk menyiapkan anggaran dan menggunakan nilai
tukar aktual pada akhir periode untuk melaporkan kinerja anak perusahaan secara relative
terhadap anggarannya; dan 13% mempergunakan nilai tukar awal untuk mempersiapkan
anggaran dan nilai tukar actual pada akhir periode untuk melaporkan kinerja. Temuan-
temuan ini tidak konsisten dengan pedoman yang telah kita kembangkan di atas.
Apa pun alasannya, adalah penting untuk memahami perusahaan multinasional yang
memilih untuk menggunakan metrik yang berbeda untuk menyiapkan anggaran anak
perusahaan dan melaporkan kinerja aktualnya akan memiliki berbagai jenis risiko yang telah
kita bahas sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengendalian manajemen pada organisasi jasa berbeda bila dibandingkan dengan
organisasi manufaktur. Hal ini disebabkan ketiadaan persediaan penyangga pada organisasi
jasa, kesulitan mengukur kualitas, dan pada umumnya perusahaan jasa cenderung
merupakan padat karya. Sistem pengendalian manajemen pada organisasi jasa umumnya
sama dengan system pengendalian manajemen pada organisasi dagang.
Organisasi jasa secara umum memiliki beberapa karakteristik yaitu:
ketiadaan persediaan penyangga, kesulitan dalam mengendalikan kualitas, padat karya, dan
organisasi multi-unit.
Organisasi jasa professional mamiliki karakteristik khusus: sasaran, professional,
pengukuran input dan output, perusahaan kesil, dan pemasaran. Untuk sistem pengendalian
manajemen menggunakan penentuan harga, pusat laba dan penetapan harga transfer,
perencanaan strategis dan penyusunan anggaran, pengendalian operasi, serta pengukuran
dan penilaian kinerja.
Organisasi jasa keuangan memiliki karakteristik khusus: aktiva moneter, jangka
waktu transaksi, imbalan dan resiko, serta teknologi. Organisasi perawatan kesehatan
memiliki karakteristik khusus: masalah sosial yang sulit, perubahan dalam bauran penyedia
layanan, pembayar pihak ketiga, profesional, dan pentingnya pengendalian kualitas. Proses
pengendalian manajemen dilakukan dengan membandingkan kinerja keuangan dianalisis
dengan pendapatan dan beban aktual dengan anggaran, dengan mengidentifikasikan
varians-varians penting, dan mengambil tindakan yang sesuai atas varians-varians tersebut.
Organisasi nirlaba memiliki karakteristik khusus: ketiadaan ukuran laba, modal
kontribusi, akuntansi dana, dan pengelolaan. Sistem pengendalian manajemen yang
diterapkan adalah penetapan harga produk, perencanaan strategis dan penyusunan
anggaran, serta melakukan evaluasi dan operasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://magussudrajat.blogspot.co.id/2010/02/organisasi-jasa-organisasi.html
https://www.academia.edu/36307628/MAKALAH_ORGANISASI_JASA
http://www.dosenpendidikan.com/perusahaan-asuransi-pengertian-contoh-fungsi-serta-
kelebihan-kekurangan/
https://ultimatesammy.wordpress.com/2015/06/27/perusahaan-multinasional/
Anthony, Robert N., dan Vijay Govindarajan. Manajemen Control System. Jakarta: Salemba Empat, 2009.
Anthony, Robert N., dan David W. Young. Manajemen Control In Nonprofit Organization. Edisi keenam.
Burr Ridge, IL,: Richard D. Irwin, 1999.
Prince, Thomas R. Financial Reporting and Cost Control for Health Care Entities.
Chicago: Health Administration Press, 2000.
www.google.com