Anda di halaman 1dari 28

MSDS BENZENA TOLUENA METANOL DSB

Rumus
No Nama Bahan Bentuk Bahaya Aspek K3
Kimia
1 Benzena C 6 H6 Cairan- Mudah terbakar - Terhirup: pindahkan ke tempat
- Iritasi bila yang berudara segar, jika tidak
terkena mata dan bernafas beri pernafasan buatan,
kulit bila kesulitan bernafas beri
- Bahaya bila oksigen. Segera beri tindakan
terhiru dan medis.
tertelan - Terkena mata: segera basuh
dengan air yang banyak min 15
menit. Beri tindakan medis.
- Terkena kulit: segera basuh
kulit dengan air yang banyak,
segera beri tindakan medis.
- Tertelan: segera hubungi dokter.
Jangan paksakan muntah kecuali
tim medis yang mengarahkan,
jangan beri apapun melalui
mulut jika korban tidak sadar.
2 Toluena C7H8 atau Cairan- Mudah terbakar - Terhirup: pindahkan ke tempat
C5-H5- - Iritasi bila yang berudara segar, jika tidak
CH3 terkena mata dan bernafas beri pernafasan buatan,
kulit bila kesulitan bernafas beri
- Bahaya bila oksigen. Segera beri tindakan
terhirup dan medis.
tertelan - Terkena mata: segera basuh
dengan air yang banyak min 15
menit. Beri tindakan medis.
- Terkena kulit: segera basuh
kulit dengan air yang banyak,
segera beri tindakan medis.
- Tertelan: segera hubungi dokter.
Jangan paksakan muntah kecuali
tim medis yang
mengarahkannya, jangan beri
apapun melalui mulut jika
korban tidak sadar.
3 Metanol CH3OH Cairan- Mudah terbakar - Terhirup: pindahkan ke tempat
- Berbahaya bila yang berudara segar, jika tidak
tertelan, terhirup, bernafas beri pernafasan buatan,
atau terserap bila kesulitan bernafas beri
melalui kulit oksigen. Segera beri tindakan
- Iritasi bila medis.
terkena mata dan - Terkena mata: segera basuh
kulit dengan air yang banyak min 15
- Beracun menit. Beri tindakan medis.
- Terkena kulit: segera basuh
kulit dengan air yang banyak,
segera beri tindakan medis.
- Tertelan: segera hubungi dokter.
Jangan paksakan muntah kecuali
tim medis yang
mengarahkannya, jangan beri
apapun melalui mulut jika
korban tidak sadar.
4 n-heksan C6H14 Cairan- Sangat mudah - Terhirup: pindahkan ke tempat
atau terbakar dalam yang berudara segar, jika tidak
Heksana bentuk cairan bernafas beri pernafasan buatan,
maupun uap. bila kesulitan bernafas beri
- Menyebabkan oksigen. Segera beri tindakan
iritasi bila terkena medis.
mata dan kulit, - Terkena mata: segera basuh
juga saluran dengan air yang banyak min 15
pernafasan menit. Beri tindakan medis.
- Bahaya bagi - Terkena kulit: segera basuh
lingkungan kulit dengan air yang banyak,
segera beri tindakan medis.
- Tertelan: segera hubungi dokter.
Jangan paksakan muntah kecuali
tim medis yang
mengarahkannya, jangan beri
apapun melalui mulut jika
korban tidak sadar.
5 Sikloheksan C6H12 Cairan- Mudah terbakar - Terhirup: pindahkan ke tempat
atau - Iritasi bila yang berudara segar, jika tidak
Cyclohexane terkena mata dan bernafas beri pernafasan buatan,
kulit bila kesulitan bernafas beri
- Bahaya bila oksigen. Segera beri tindakan
terhirup dan medis.
tertelan - Terkena mata: segera basuh
dengan air yang banyak min 15
menit. Beri tindakan medis.
- Terkena kulit: segera basuh
kulit dengan air yang banyak,
segera beri tindakan medis.
- Tertelan: segera hubungi dokter.
Jangan paksakan muntah kecuali
tim medis yang
mengarahkannya, jangan beri
apapun melalui mulut jika
korban tidak sadar.
6 Etanol atau C2H5OH Cairan- Mudah terbakar - Terhirup: pindahkan ke tempat
etil alkohol baik dalam liquid yang berudara segar, jika tidak
maupun uap bernafas beri pernafasan buatan
- Iritasi bila (jangan meleui mulut ke mulut),
terkena mata dan bila kesulitan bernafas beri
kulit oksigen. Segera beri tindakan
- Bahaya bila medis.
terhirup dan - Terkena mata: segera basuh
tertelan dengan air yang banyak min 15
menit. Beri tindakan medis.
- Terkena kulit: segera basuh
dengan air yang banyak min 15
menit, segera beri tindakan
medis. Bilas dengan sabun dan
air.
- Tertelan: jangan paksakan
muntah. Bila korban sadar, beri
2-4 cangkir susu/air. Jangan beri
apapun melalui mulut jika
korban tidak sadar. Segera beri
tindakan medis.
7 Isopropil C 3 H8 O Cairan- Iritasi bila - Terhirup: pindahkan ke tempat
alcohol atau atau terkena kulit yang berudara segar, jika tidak
2-propanol C3H7OH - Bahaya bila bernafas beri pernafasan buatan
atau terhirup, tertelan, (jangan meleui mulut ke mulut),
isopropanol atau terkena mata. bila kesulitan bernafas beri
- Mudah terbakar oksigen. Segera beri tindakan
medis.
- Terkena mata: segera basuh
dengan air yang banyak min 15
menit. Beri tindakan medis.
- Terkena kulit: cuci dengan
sabun dan air. Tutup kulit yang
iritasi dengan emollient. Segera
beri tindakan medis.
- Tertelan: segera hubungi dokter.
Jangan paksakan muntah kecuali
tim medis yang
mengarahkannya, jangan beri
apapun melalui mulut jika
korban tidak sadar.

8 Butyl C4H9OH Cairan- Mudah terbakar - Terhirup: pindahkan ke tempat


alcohol atau - Iritasi bila yang berudara segar, jika tidak
n-butanol terkena kulit bernafas beri pernafasan buatan,
- Bahaya bila bila kesulitan bernafas beri
terhirup, tertelan, oksigen. Segera beri tindakan
atau terkena mata. medis.
- Terkena mata: segera basuh
dengan air yang banyak min 15
menit. Beri tindakan medis.
- Terkena kulit: cuci dengan
sabun dan air. Segera beri
tindakan medis bila iritasi
berlangsung lama.
- Tertelan: beri 2 gelas air bila
korban sadar. Jangan paksakan
muntah. Jika korban tidak sadar
jangan beri apapun melalu
mulut. Segera panggil dokter.
9 Kloroform/ CHCl3 Cairan- Iritasi bila - Terhirup: pindahkan ke tempat
Chloroform terkena mata dan yang berudara segar, jika tidak
kulit bernafas beri pernafasan buatan,
- Bahaya bila bila kesulitan bernafas beri
tertelan dan oksigen. Segera beri tindakan
terhirup medis.
- Terkena mata: segera basuh
dengan air yang banyak min 15
menit. Beri tindakan medis.
- Terkena kulit: segera basuh
kulit dengan air yang banyak,
segera beri tindakan medis.
- Tertelan: segera hubungi
dokter. Jangan paksakan muntah
kecuali tim medis yang
mengarahkannya, jangan beri
apapun melalui mulut jika
korban tidak sadar.
10 Karbon CCl4 Cairan- Iritasi bila - Terhirup: pindahkan ke tempat
tetraklorida terkena mata dan yang berudara segar, jika tidak
kulit bernafas beri pernafasan buatan,
- Bahaya bila bila kesulitan bernafas beri
tertelan dan oksigen. Segera beri tindakan
terhirup medis.
- Terkena mata: segera basuh
dengan air yang banyak min 15
menit. Beri tindakan medis.
- Terkena kulit: segera cuci
dengan sabun dan air min 15
menit, segera beri tindakan
medis jika diperlukan.
- Tertelan: segera hubungi dokter.
Jangan paksakan muntah kecuali
tim medis yang
mengarahkannya, jangan beri
apapun melalui mulut jika
korban tidak sadar.
11 aseton C 3 H6 O Cairan- Mudah terbakar - Terhirup: pindahkan ke tempat
- Iritasi bila yang berudara segar, jika tidak
terkena mata dan bernafas beri pernafasan buatan
kulit (jangan meleui mulut ke mulut),
- Bahaya bila bila kesulitan bernafas beri
terhirup dan oksigen. Segera beri tindakan
tertelan medis.
- Terkena mata: segera basuh
dengan air yang banyak min 15
menit. Beri tindakan medis.
- Terkena kulit: cuci dengan
sabun dan air. Tutup kulit yang
iritasi dengan emollient. Segera
beri tindakan medis.
- Tertelan: segera hubungi dokter.
Jangan paksakan muntah kecuali
tim medis yang
mengarahkannya, jangan beri
apapun melalui mulut jika
korban tidak sadar.
Diposkan 10th September 2012 oleh Alex Kimia

0
Tambahkan komentar
Chemistry by Alex

P.I.P

 Klasik

 Kartu Lipat

 Majalah

 Mozaik

 Bilah Sisi

 Cuplikan

 Kronologis

REGENERASI KAKI JALAN UDANG

PANAS | AZAS BLACK | LATEN | SENSIBLE


CONTOH SOAL PANAS | KALOR | LATEN | SENSIBLE

SIFAT KOLIGATIF | FRAKSI MOL

MOLALITAS DAN FRAKSI MOL

Dasar NERACA MASSA dan ENERGI | TEKNIK KIMIA

PROSES AIR DEMINERAL / AIR DEMIN


1

UJI TOTAL SUSPENDED SOLID / TSS SECARA SNI

KONSTANTA GAS

LAPORAN REFRAKTOMETER
1

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH MENGGUNAKAN JARTEST

DASAR TEORI PENENTUAN VARIABEL DAN LOGIKA PROSES BERPENGENDALI |

PRAKTIKUM PENGENDALIAN PROSES

Perancangan Alat Dalam Proses Pembuatan Etanol Dari Tetes | DESIGN PERANCANGAN

ALAT

ROTARY EVAPORATOR DAN PRINSIP KERJANYA

EVAPORATOR DAN MACAM-MACAMNYA (rotary evaporator)

KESETIMBANGAN UAP CAIR


RUMUS-RUMUS HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA

PENAMBAHAN BAHAN PENGAWET KALSIUM PROPIONAT DALAM MENGHAMBAT

KONTAMINASI KAPANG SYNCEPHALASTRUM RACEMOSUM PADA DODOL

TITRASI GRAVIMETRI

GRAVIMETRI

FERMENTASI ALKOHOL

MACAM-MACAM HASIL FERMENTASI

FERMENTASI TAPE SINGKONG

TUGAS BAHASA INGGRIS Food additive | PAK HERU

TUGAS BAHASA INGGRIS FOOD Preservation | PAK HERU

TUGAS BAHASA INGGRIS TENTANG INTERVIEW KERJA | PAK HERU

FORMULA SABUN TRANSPARAN ANTI JAMUR DENGAN BAHAN AKTIF EKSTRAK

LENGKUAS (Alpinia galanga L.Swartz.)

PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN


1

LAPORAN TEKANAN SUATU ZAT CAIR | THERMODINAMIKA

LAPORAN TENTANG PANAS SPESIFIK | THERMODINAMIKA


JUAL DETERGEN

CSTR

LAPORAN TEKNIK KIMIA KENAIKAN TITIK DIDIH

Laporan KESETIMBANGAN UAP CAIR | Politeknik Negeri Malang | Teknik Kimia

REAKTOR ALIR TANGKI BERPENGADUK | TRK | Teknik Reaksi Kimia


1

PERCOBAAN ENZIM AMILASE DAN FAKTOR-FAKTORNYA

MACAM - MACAM PENGUJIAN ENZIM

UJI AKTIVASI ENZIM | UJI IOD DAN UJI BENEDICT

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTROLISIS LARUTAN | KOROSI

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTROLISIS | KOROSI

LAPORAN PRAKTIKUM REDOKS DAN ELEKTROKIMIA | KOROSI

LAPORAN SEL VOLTA | KOROSI

LAPORAN SEMENTARA SEL VOLTA

PEMBAHASAN LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN IODOFORM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PEMBUATAN IODOFORM


LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN ATAU AI PENENTUAN KADAR BESI

DENGAN UV-VIS

DASAR TEORI LAPORAN EKSTRAKSI CAIR-CAIR

LAPORAN PRAKTIKUM EKSTRAKSI CAIR

LAPORAN PENENTUAN ANGKA PENYABUNAN

LAPORAN PRAKTIKUM ANGKA PENYABUNAN | KIMIA ORGANIK


1
REGENERASI KAKI JALAN UDANG
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Setiap hewan mempunyai kemampuan hidup yang bervariasi antara
makhluk yang satu dengan yang lainnya. Masing-masimg dari mahkluk
hidup tersebut akan tumbuh dan berkembang dari bentuk atau sususnan
yang sederhana menjadi susunan yang lebih kompleks. Selain memiliki
kemampuan untuk tumbuh dan berkembang mahkluk hidup juga memiliki
kemampuan untuk menumbuhkan dan memperbaiki bagian tubuh yang
rusak, lepas, terpisah, hilang ataupun mati dengan cara memperbaiki sel,
jaringan atau bagian tubuh yang rusak tadi sehingga menjadi individu baru
yang lengkap atau kembali seperti semula. Kemampuan tersebut disebut
sebagai regenerasi.
Regenerasi dalam biologi adalah menumbuhkan kembali bagian tubuh
yang rusak atau lepas. Daya regenerasi paling besar pada echinodermata
dan platyhelminthes yang dimana tiap potongan tubuh dapat tumbuh
menjadi individu baru yang sempurna. Yang terkenal tinggi dayanya adalah
Coelenterata, Platyhelminthes, Annelida, Crustacea, dan Urodela. Aves
dan Mammalia paling rendah dayanya, biasanya terbatas kepada
penyembuhan luka, bagian tubuh yang terlepas tak dapat ditumbuhkan
kembali. Pada Anelida kemampuan itu menurun. Daya itu tinggal sedikit
dan terbatas pada bagian ujung anggota pada amfibi dan reptil. Pada
mamalia daya itu paling kecil, terbatas pada penyembuhan luka. Karena
masih rendahnya pengetahuan para mahasiswa biologi tentang regenerasi,
maka karya ilmiah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa mengetahui
proses dan lama waktu hewan beregenerasi.
I.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut diatas, maka disini ada beberapa
masalah yang akan menjadi objek pembahasan dalam karya ilmiah ini,
antara lai :
1. Apakah perbedaan media air seperti air sumur dan air hujan dapat
berpengaruh dalam proses regenerasi kaki jalan pada udang air tawar?
2. Pada udang tingkat apakah yang paling cepat beregenerasi?
3. Apakah dalam waktu 10 hari udang air tawar dapat beregenerasi
sempurna?

I.3 Hipotesis Penelitian


Air sumur sangat berpengaruh dalam proses regenerasi pada kaki jalan
udang. Sedangkan udang yang berada di air hujan, proses regenerasinya
lambat, karena air hujan tersebut mengandung asam yang bisa membuat
udang air tawar tersebut mati.

I.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulisan karya ilmiah ini
bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh air sumur dan air hujan terhadap proses
regenerasi kaki jalan pada udang air tawar.
2. Mengetahui tingkatan udang yang paling cepat beregenerasi.
3. Mengetahui lama waktu proses regenerasi kaki jalan pada udang air
tawar.

I.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah agar:
1. Dapat mengetahui pengaruh air sumur dan air hujan terhadap proses
regenerasi kaki jalan pada udang air tawar.
2. Dapat mengetahui tingkatan udang yang paling cepat beregenerasi .
3. Dapat mengetahui lama waktu proses regenerasi kaki jalan pada udang
air tawar.
II
KAJIAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Regenerasi
Regenerasi ialah memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali
seperti semula. Regenerasi dalam biologi adalah menumbuhkan kembali
bagian tubuh yang rusak atau lepas. Kerusakan itu bervariasi. Ada yang
ringan, seperti luka dan memar ada yang sedang, yang menyebabkan
ujung sebagian tubuh terbuang, dan ada yang berat yang menyebabkan
suatu bagian besar tubuh terbuang. Menurut Balinsky (1981), suatu
organisme khususnya hewan memiliki kemampuan untuk memperbaiki
struktur atau jaringan yang mengalami kerusakan akibat kecelakaan yang
tidak disengaja karena kondisi natural atau kerusakan yang disengaja oleh
manusia untuk keperluan penelitian atau experimen. Hilangnya bagian
tubuh yang terjadi ini setiap saat dapat muncul kembali, dan dalam kasus
ini proses memperbaiki diri ini kita sebut sebagai regenerasi (Balinsky,
1981).

II.2 Daya Regenerasi


Daya regenerasi tak sama pada berbagai organisme. Ada yang tinggi dan
ada yang rendah sekali dayanya. Hubungan linier antara kedudukan
sistematik hewan dengan daya regenerasinya belum terungkap secara
jelas. Daya regenerasi paling besar pada echinodermata dan
platyhelminthes yang dimana tiap potongan tubuh dapat tumbuh menjadi
individu baru yang sempurna.
Pada Anelida kemampuan itu menurun. Daya itu tinggal sedikit dan
terbatas pada bagian ujung anggota pada amfibi dan reptil. Vertebrata,
dibandingkan dengan Evertebrata, terendah daya regenerasinya. Pada
Evertebrata yang terkenal tinggi dayanya adalah Coelenterata,
Platyhelminthes, Annelida, Crustacea, dan Urodela. Pada vertebrata yaitu
Aves dan Mammalia paling rendah dayanya, biasanya terbatas kepada
penyembuhan luka, bagian tubuh yang terlepas tak dapat ditumbuhkan
kembali. Kelas reptil (diwakili oleh cicak) dan kelas insecta (diwakili oleh
kecoa) memiliki daya regenerasi yang rendah, biasanya terbatas pada
bagian ekor atau kaki yang lepas atau rusak. Hydra dapat dipotong-potong
sampai kecil sekali dan 1/200 bagian dari tubuhnya yang asli dapat
beregenerasi jadi individu baru yang utuh. Pada Hydroid polyp, ada proses
regenerasi yang terus-menerus, disebut “regenerasi fisiologis”. Tentakel
dan dasarnya sekalian pada waktu tertentu dilepaskan, dibuang lalu
tumbuh lagi yang baru dari bawah.
Setelah Coelenterata menyusul Platyhelminthes, hewan yang paling tinggi
daya regenerasinya. Contoh Planaria yang mampu beregenerasi dari 1/300
fragmen tubuhnya menjadi individu yang utuh. Pada Annelida daya
regenerasinya terbatas. Jika tubuh dipotong-potong, setiap potongan dapat
tumbuh menjadi individu baru yang utuh, tapi segmennya tidak selengkap
semula. Alat genitalia tak ikut beregenerasi. Jika potongan tak
mengandung genitalia asli individu baru yang berasal dari situ tak
bergenitalia. Hirudinea (pacet dan lintah) tidak beregenerasi. Nematoda
juga tidak.
Mollusca dayanya kecil saja. Mata yang lepas asal ada batangnya, masih
bisa beregenerasi. Tapi kalau tak ada batang itu, tak mampu. Sebagian
kepala atau kaki juga dapat beregenerasi.
Pada Arthropoda terbatas pada anggota. Crustacea tergolong yang tinggi
dayanya di dalam phylum ini, baik tingkat larva maupun dewasa. Pada
Insecta terbatas pada waktu larva saja. Melepaskan sendiri ruas-ruas kaki
biasa pada beberapa laba-laba dan kepiting, untuk melepaskan diri dari
tangkapan musuh. Melepaskan bagian tubuh secara natural ini untuk
diregenerasi lagi nanti disebut autotomy, artinya memotong-motong diri
sendiri. Echinodermata tinggi juga daya regenerasinya. Seekor bintang laut
kalau dicincang oleh nelayan lalu dilemparkan lagi ke laut (karena marah
dan menganggap saingan mendapat ikan lokan), tiap cincangan kecil
dapat lagi tumbuh jadi individu baru. Sedangkan pada Holothuroidea
(teripang), sesekali waktu kadang dilepaskan sendiri alat-alat dalam lewat
anus keluar, seperti alat pernapasan dan saluran pencernaan. Nanti dapat
diganti dengan yang baru.
Di kalangan sub-phylum Vertebrata yang tertinggi daya regenerasinya ialah
Urodela. Hewan ini banyak dipakai dalam regenarsi eksperimentil. Anggota
tubuh, insang, ekor, rahang, mata, dapat tumbuh kembali kalau lepas atau
terpotong. Pada Anura regenerasinya terbatas pada tingkat larva, dan
hanya pada anggota dan ekor. Yang dewasa tak bisa beregenerasi sama
sekali. Reptilia hanya terbatas pada ekor, yang seperti kepiting juga untuk
melepaskan diri dari tanggapan musuh, ekor dibiarkan lepas.
Jadi nampak jelas di sini, kedudukan sistematik tak punya hubungan linier
dengan daya regenerasi. Nematoda lebih rendah kedudukan sistematik
dari Annelida; begitu juga Pisces terhadap Anura dan Urodela. Tapi
kelompok pertama hampir tak ada regenerasinya.Pada Aves, daya
regenerasi hanya pada sebagian kecil paruh. Mammalia daya
regenerasinya terbatas pada jaringan, tidak sampai tingkat alat.
Regenerasi jaringan sering setara dengan penyembuhan luka. Luka di kulit
yang besar, jaringan ikat baru agak beda dengan dermis asli, karena
banyak sekali kolagennya, disebut parut. Jaringan yang tinggi daya
regenerasinya pada Mammalia ialah tulang dan jaringan ikat; disusul oleh
otot dan sel hati. Kerusakan atau patahan besar pada tulang dapat
dikembalikan seperti asli, terutama pada anggota. Setiap celah yang
terbentuk oleh trauma (benturan) segera diisi jaringan ikat. Jaringan yang
tak mampu beregenerasi, seperti otot jantung, di celah yang luka diisi oleh
jaringan ikat membentuk parut. Alat dalam dapat beregenerasi. Hati dapat
diangkat sebagian dan yang hilang dapat ditumbuhkan kembali, meski
tidak seutuh semula. Tendo juga mampu beregenerasi (Balinsky, 1981).

II.3 Proses Regenerasi


Proses regenerasi yang efektif adalah pada masa embrio hingga masa
bayi, setelah dewasa kemampuan regenerasi ini terbatas pada sel atau
jaringan tertentu saja. Namun tidak demikian dengan bangsa avertebrata
dan reptilia tertentu, kemampuan untuk memperbaiki dirinya sangat
menakjubkan hingga dia mencapai dewasa. Proses regenerasi dapat
terjadi pada tingkat sel maupun tingkat organ. Regenerasi sel yaitu proses
pertumbuhan dan perkembangan sel yang bertujuan untuk mengisi ruang
tertentu pada jaringan atau memperbaiki bagian yang rusak. Sedangkan
Regenerasi organ dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh suatu
organisme untuk menggantikan bagian tubuh yang rusak baik yang
disengaja ataupun yang tidak disengaja (karena kecelakaan) dengan
bagian tubuh yang baru dengan bentuk yang sama persis dengan
sebelumnya.
Proses regenerasi ini secara mendasar tidak ada perusakan jaringan otot,
akibatnya tidak ada pelepasan sel-sel otot. Sumber utama sel-sel untuk
beregenerasi adalah berasal dari ependima dan dari berbagai macam
jaringan ikat yang menyusun septum otot, dermis, jaringan lemak,
periosteum dan mungkin juga osteosit vertebrae. Sumber sel untuk
regenerasi pada reptile berasal dari beberapa sumber yaitu ependima dan
berbagai jaringan ikat (Manylov, 1994).
Studi regenerasi mengungkapkan bahwa sel-sel dewasa dari jaringan
tertentu yang telah berdiferensiasi misalnya epidermis, mensintesis dan
menghasilkan zat yang secara aktif menghambat mitosis-sel-sel muda dari
jaringan yang sama, zat ini disebut kolona. Stadium permulaan dari
regenerasi tidak ada sel-sel dewasa sehingga tidak ada penghambatan
pembelahan sel. Jaringan dari struktur yang mengalami regenerasi
berdiferensiasi, mulailah produksi kolona dan agaknya secara berangsur-
angsur menghentikan pertunbuhan struktur tersebut. Regenerasi melalui
beberapa tahapan, yaitu :
1. Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir, lalu membeku membentuk
scab yang bersifat sebagai pelindung.
2. Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan
luka, di bawah scab. Proses ini membutuhkan waktu selama dua hari,
dimana pada saat itu luka telah tertutup oleh kulit.
3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda
kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru.
Matriks tulang dan tulang rawan akan melarut, sel-selnya lepas tersebar di
bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan semua sel-selnya
mengalami diferensiasi. Sehingga dapat dibedakan antara sel tulang,
tulang rawan, dan jaringan ikat. Setelah itu sel-sel otot akan
berdiferensiasi, serat miofibril hilang, inti membesar dan sitoplasma
menyempit.
4. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas
luka. Pada saat ini scab mungkin sudah terlepas. Blastema berasal dari
penimbunan sel-sel diferensiasi atau sel-sel satelit pengembara yang ada
dalam jaringan, terutama di dinding kapiler darah. Pada saatnya nanti, sel-
sel pengembara akan berproliferasi membentuk blastema.
5. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara
serentak dengan proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu
blastema mempunyai besar yang maksimal dan tidak membesar lagi.
6. Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya
proliferasi sel-sel blastema tersebut. Sel-sel yang berasal dari parenkim
dapat menumbuhkan alat derifat mesodermal, jaringan saraf dan saluran
pencernaan. Sehingga bagian yang dipotong akan tumbuh lagi dengan
struktur anatomis dan histologis yang serupa dengan asalnya (Manylov,
1994).

II.4 Faktor Yang Merangsang Terjadinya Regenerasi


Kemampuan untuk melakukan regenerasi dari masing-masing hewan
sangat tergantung pada hewan itu sendiri, derajat diferensiasi dari sel-
selnya atau stadium ontogenesis yang dialami oleh hewan yang
bersangkutan atau faktor-faktor lainnya. Kemampuan regenerasi tersebut
juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana hewan itu berada.
Laju kecepatan regenerasi secara alami dipengaruhi atau sangat
tergantung pada suhu lingkungan, seperti halnya yang terjadi pada
kebanyakan proses biologi lainnya. Peningkatan suhu sampai ke titik
tertentu dapat meningkatkan proses regenerasi. Pada Planaria torva
misalnya, regenerasi masih dapat terjadi pada suhu 3ºC. Dari enam
individu yang dipelihara pada suhu ini, hanya satu yang mampu
beregenerasi dengan membentuk kepala baru yang abnormal, dan
matanya baru terbentuk dengan lengkap setelah enam bulan. Regenerasi
tercepat terjadi pada suhu 29,7ºC. Pada suhu ini kepala akan terbentuk
dalam waktu 4,6 hari. Pada suhu 31,5ºC kepala baru terbentuk 8,5 hari
kemudian. Hal ini menunjukkan bahwa suhu 31,5ºC terlalu tinggi untuk
regenerasi. Suhu 32ºC mengakibatkan kematian.
Makanan ternyata tidak terlalu mempengaruhi proses regenerasi.
Meskipun seekor hewan sedang berpuasa, ia tetap dapat melakukan
regenerasi dengan menggunakan bahan-bahan yang telah ada di dalam
tubuhnya sendiri. Pada kasus yang berbeda-beda misalnya tikus dapat
melakukan regenerasi hati, salamander meregenerasi kaki-kakinya, hydra
atau planaria meregenerasi bagian-bagian tubuhnya yang hilang.
Pemuasaan hewan-hewan tersebut tidak menghentikan kegiatan
regenerasi yang harus terjadi. Apabila seekor Planaria tidak memperoleh
makanan dalam kurun waktu yang lama, hewan itu dapat melakukan
metabolisme dari tubuhnya sendiri. Sebagai akibatnya sudah barang tentu
hewan itu akan mengalami pengecilan (kurus). Dalam kondisi ini Planaria
masih tetap dapat melakukan regenerasi, meskipun ukurannya menjadi
jauh lebih kecil.
Sistem saraf tampaknya memiliki pengaruh spesifik terhadap proses
regenerasi. Pada amfibia, regenerasi pada tahap awal tidak akan dapat
terjadi tanpa kehadiran saraf pada bagian yang luka. Apabila saraf-saraf
yang berada pada luka dari kaki kadal air ikut rusak selama pemotongan,
maka proses regenerasi akan terhenti, dan blastema mungkin tidak tumbuh
atau bahkan mengalami resorpsi. Tampaknya saraf memberi pengaruh
pada saat awal regenerasi, dan begitu proses regenerasi mencapai tahap
diferensiasi, maka pengaruh saraf tidak diperlukan lagi. Artinya regenerasi
berjalan terus meskipun saraf yang ada pada jaringan itu dihilangkan
(Balinsky, 1981).
II.5 Regenerasi Kaki Jalan Udang Air Tawar (Crustacea)
Hewan ini pada umumnya hidup di perairan baik di air danau, laut, maupun
sungai. Crustacea mempunyai rangka luar dari kitin yang mungkin menjadi
keras karena mengandung kapur. Crustacea sering juga disebut hewan
bercangkang. Untuk mempelajari macam-macam Crustacea.Crustacea
mempunyai dua pasang antena. Pada umumnya, Crustacea mempunyai
kaki satu pasang pada tiap ruas tubuh. Pada udang dan kepiting terdapat 5
pasang kaki jalan. Kaki selain digunakan untuk berjalan, juga dapat
digunakan untuk berenang atau menempel di dasar perairan. Kepala
mungkin bergabung dengan dada membentuk kepala-dada atau
sefalotoraks. Ukuran Crustacea sangat bervariasi, dari ukuran plankton
yang sangat kecil sampai sejenis kepiting (kepiting laba-laba) yang hidup di
dasar laut dengan panjang kakinya kira-kira 3,5 m. Udang laut yang sangat
besar dapat mencapai berat lebih dari 10 kg.Di alam, Crustacea
mempunyai peran yang cukup penting. Sebagian besar zooplankton di laut
dan samudra adalah Crustacea. Hewan ini terdapat di laut mulai dari pantai
sampai laut yang dalam. Crustacea juga mempunyai nilai ekonomi yang
sangat penting, karena beberapa jenis tertentu merupakan bahan makanan
yang baik bagi manusia, yaitu mengandung banyak protein. Selain itu, juga
banyak yang hidup sebagai zooplankton yang menjadi sumber makanan
bagi beberapa jenis ikan.
Crustacea adalah hewan akuatik (air) yang terdapat di air laut dan air
tawar. Ciri-ciri crustacea adalah sebagai berikut:
 Struktur Tubuh
Tubuh Crustacea bersegmen (beruas) dan terdiri atas sefalotoraks
(kepala dan dada menjadi satu) serta abdomen (perut). Bagian anterior
(ujung depan) tubuh besar dan lebih lebar, sedangkan posterior (ujung
belakang)nya sempit. Pada bagian kepala terdapat beberapa alat mulut,
yaitu:
a. Dua pasang antena
b. Satu pasang mandibula, untuk menggigit mangsanya
c. Satu pasang maksilla
d. Satu pasang maksilliped
Maksilla dan maksiliped berfungsi untuk menyaring makanan dan
menghantarkan makanan ke mulut. Alat gerak berupa kaki (satu pasang
setiap ruas pada abdomen) dan berfungsi untuk berenang, merangkak
atau
menempel di dasar perairan.
 Sistem Organ
a. Sistem Pencernaan
Makanan Crustacea berupa bangkai hewan-hewan kecil dan tumbuhan.
Alat pencernaan berupa mulut terletak pada bagian anterior tubuhnya,
sedangkan esophagus, lambung, usus dan anus terletak bagian posterior.
Hewan ini memiliki kelenjar pencernaan atau hati yang terletak di kepala
dada di kedua sisi abdomen. Sisa pencernaan selain dibuang melalui anus,
juga dibuang melalui alat ekskresi disebut kelenjar hijau yang terletak
didalam kepala.
b. Sistem Saraf
Susunan saraf Crustacea adalah tangga tali. Ganglion otak
berhubungan dengan alat indera yaitu antena (alat peraba), statocyst
(alat keseimbangan), dan mata majemuk (facet) yang bertangkai.
c. Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah Crustacea disebut peredaran darah terbuka.
Artinya darah beredar tanpa melalui pembuluh darah. Darah tidak
mengandung hemoglobin, melainkan hemosianin yang daya ikatnya
terhadap O2 (oksigen) rendah.

Gambar 2.1 Struktur dalam Crustacea


d. Sistem Pernafasan
Pada umumnya Crustacea bernafas dengan insang. Kecuali
Crustacea yang bertubuh sangat kecil bernafas dengan seluruh
permukaan tubuhnya.
e. Alat Reproduksi
Alat reproduksi pada umumnya terpisah, kecuali pada beberapa
Crustacea rendah. Alat kelamin betina terdapat pada pasangan
kaki ketiga. Sedangkan alat kelamin jantan terdapat pada pasangan kaki
kelima. Pembuahan terjadi secara eksternal (di luar tubuh).
Dalam pertumbuhannya, udang mengalami ekdisis atau pergantian
kulit. Udang dewasa melakukan ekdisis dua kali setahun, sedangkan
udang
yang masih muda mengalami ekdisis dua minggu sekali. Selain itu udang
mampu melakukan autotomi (pemutusan sebagian anggota tubuhnya).
Misalnya:
udang akan memutuskan sebagian pangkal kakinya, bila kita menangkap
udang
pada bagian kakinya. Kemudian kaki tersebut akan tumbuh kembali melalui
proses regenerasi.

Gambar 2.2 Struktur luar Crustacea


Semua golongan arthropoda, termasuk udang mengalami proses
pergantian kulit atau molting secara periodik, sehingga ukuran tubuhnya
bertambah besar. Agar udang bisa tumbuh menjadi besar, secara periodik
akan melepaskan jaringan penghubung antara epidermis dan kutikula
ekstraseluler, segera melepaskan diri dari kutikula (cangkang), menyerap
air untuk memperbesar tubuh dan eksoskeleleton yang baru dan
selanjutnya terjadi proses pengerasan dengan mineral-mineral dan protein.
Proses molting ini menghasilkan peningkatan ukuran tubuh (pertumbuhan)
secara diskontinyu dan secara berkala. Ketika molting, tubuh udang
menyerap air dan bertambah besar, kemudian terjadi pengerasan kulit.
Setelah kulit luarnya keras, ukuran tubuh udang tetap sampai pada siklus
molting berikutnya.
Dalam kondisi molting, udang sangat rentan terhadap serangan udang-
udang lainnya, karena disamping kondisinya masih sangat lemah, kulit
luarnya belum mengeras, udang pada saat molting mengeluarkan cairan
molting yang mengandung asam amino, enzim dan senyawa organik hasil
dekomposisi parsial eksoskeleton yang baunya sangat merangsang nafsu
makan udang. Hal tersebut bisa membangkitkan sifat kanibalisme udang
yang sehat.
Ekdisis (proses molting) merupakan suatu rangkaian proses yang sangat
kompleks yang dimulai beberapa hari atau bahkan beberapa minggu
sebelumnya. Pada dasarnya setiap jaringan terlibat dalam persiapan untuk
molting yang akan datang, yaitu :
1. Cadangan lemak dalam jaringan hepatopankreas dimobilisasi.
2. Pembelahan sel meningkat.
3. Diproduksi mRNA yang baru, diikuti oleh sintesis senyawa protein baru.
4. Terjadi perubahan tingkah-laku.
Proses yang rumit ini melibatkan kordinasi sistem hormonal dalam tubuh
udang. Siklus molting berlangsung melalui beberapa tahapan. Pada
beberapa spesies, masing-masing mempunyai tahapan dan definisi
sendiri-sendiri. Pada udang ada 4 tahapan, yaitu:
 Postmolt
Postmolt adalah tahapan beberapa saat setelah proses eksuviasi
(penanggalan eksoskeleton yang lama). Pada tahapan ini terjadi
pengembangan eksoskeleton yang disebabkan oleh meningkatnya volume
hemolymph akibat terserapnya air ke dalam tubuh. Air terserap melalui
epidermis, insang dan usus. Setelah beberapa jam atau hari (tergantung
pada panjangnya siklus molting), eksoskeleton yang baru akan mengeras.
 Intermolt
Pada tahapan ini, eksoskeleton menjadi semakin keras karena adanya
deposisi mineral dan protein. Eksoskeleton (cangkang) udang relatif lebih
tipis dan lunak dibandingkan dengan kepiting dan lobster.
 Early Premolt
Pada tahapan early premolt (premolt awal) mulai terbentuk epicuticle baru
di bawah lapisan endocuticle. Tahapan premolt dimulai dengan suatu
peningkatan konsentrasi hormon molting dalam hemolymph (darah).
 Late Premolt
Pada tahapan premolt akhir terbentuk lagi lapisan exocuticle baru di bawah
lapisan epicuticle baru yang terbentuk pada tahapan early premolt.
Kemudian diikuti dengan pemisahan cangkang lama dengan cangkang
yang baru terbentuk. Eksoskeleton (cangkang) lama akan terserap
sebagian dan cadangan energi dimobilisasi dari hepatopankreas. Ecdysis
(pemisahan cangkang) sebagai suatu tahapan hanya berlangsung
beberapa menit saja, dimulai dengan membukanya cangkang lama pada
jaringan penghubung bagian dorsal antara thorax dengan abdomen, dan
selesai ketika udang melepaskan diri dari cangkangnya yang lama. Siklus
molting dikendalikan oleh hormon molting yang dihasilkan oleh kelenjar
molting yang terdapat di dalam ruang anterior branchium, dan disebut Y –
organ (Anonim, 2005).
III
METODE PENELITIAN
III.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam proses praktikum ini yaitu :
1. Toples kecil
2. 4 ekor udang air tawar
3. Air hujan
4. Air sumur
5. Makanan udang
6. Penggaris

III.2 Prosedur Kerja


Langkah kerja yang harus dilakukan yaitu :
1. Disediakan 2 buah toples
2. Diisikan air sumur ke toples I dan air hujan ke toples II
3. Dipatahkan salah satu kaki jalan udang pada setiap udang yang akan
digunakan
4. Dimasukkan 2 ekor udang ke toples I dan 2 ekor udang ke toples 2
5. Diamati proses regenerasinya setiap hari
6. Dicatat berapa panjang pertumbuhan kakinya setiap hari

IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
VI.1 Hasil Penelitian
Hari Panjang kaki sebelum dan sesudah pemotongan (cm) Pertambahan
Panjang
(cm)
Pertama
19-12-2010

Dalam air hujan


Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1 cm
Udang B : 1 cm
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,1 cm
Kedua
20-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1 cm
Udang B : 1 cm
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,1 cm
Ketiga
21-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,15 cm
Udang B : 1,14 cm
Keempat
22-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,17 cm
Udang B : 1,16 cm
Kelima
23-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,2 cm
Udang B : 1,19 cm
Keenam
24-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,23 cm
Udang B : 1,21 cm
Ketujuh
25-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,25 cm
Udang B : 1,23 cm
Kedelapan
26-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,26 cm
Udang B : 1,25 cm
Kesembilan
27-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,28 cm
Udang B : 1,27 cm
Kesepuluh
28-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,3 cm
Udang B : 1,29 cm

IV.2 Pembahasan
Udang pada umumnya hidup di perairan baik di air danau, laut, maupun
sungai. Udang mempunyai rangka luar dari kitin yang mungkin menjadi
keras karena mengandung kapur. Udang sering juga disebut hewan
bercangkang.Udang mempunyai dua pasang antena. Pada umumnya,
Udang mempunyai kaki satu pasang pada tiap ruas tubuh. Pada udang
terdapat 5 pasang kaki jalan. Kaki selain digunakan untuk berjalan, juga
dapat digunakan untuk berenang atau menempel di dasar perairan. Kepala
mungkin bergabung dengan dada membentuk kepala-dada atau
sefalotoraks. Ukuran Udang sangat bervariasi, dari ukuran plankton yang
sangat kecil sampai sejenis kepiting (kepiting laba-laba) yang hidup di
dasar laut dengan panjang kakinya kira-kira 3,5 m. Udang laut yang sangat
besar dapat mencapai berat lebih dari 10 kg.
Dalam pertumbuhannya, udang mengalami ekdisis atau pergantian
kulit. Udang dewasa melakukan ekdisis dua kali setahun, sedangkan
udang
yang masih muda mengalami ekdisis dua minggu sekali. Selain itu udang
mampu melakukan autotomi (pemutusan sebagian anggota tubuhnya).
Misalnya:
udang akan memutuskan sebagian pangkal kakinya, bila kita menangkap
udang
pada bagian kakinya. Kemudian kaki tersebut akan tumbuh kembali melalui
proses regenerasi.
Dari praktikum yang saya lakukan ini, ternyata udang tidak dapat bertahan
lama hidup di air hujan dan udang juga tidak mau makan. Pada hari ketiga,
udang tersebut mati. Sehingga kaki udang tersebut tidak dapat
beregenerasi. Hal ini bisa terjadi dikarenakan air hujan mengandung asam,
sehingga udang air tawar tidak bisa hidup di air hujan tersebut. Berbeda
dengan udang yang diletakkan di air sumur, udang dapat hidup sehat dan
makannya juga banyak. Tetapi faktor banyaknya makanan tidak
mempengaruhi dalam proses regenerasi kaki udang. Udang dapat
beregenerasi meskipun tanpa diberi makanan. Dari hari ke hari, kaki udang
yang patah terus tumbuh atau beregenerasi. Namun, waktu 10 hari tidak
cukup bagi udang untuk beregenerasi atau menumbuhkan kembali kakinya
yang patah. Karena proses regenerasi udang berlangsung sangat lama.
Regenerasi udang dapat berlangsung cepat jika udang di biarkan hidup di
alam bebas, sehingga gerak udang tidak terbatas dan mendapatkan suhu
yang sesuai.
Selain beregenerasi, udang yang diletakkan pada air sumur juga
melakukan ekdisis atau pergantian kulit. Dalam waktu seminggu udang
tersebut melakukan pergantian kulit sebanyak 2 kali. Awalnya udang
terbaring seperti udang mati, setelah itu kulit beserta kakinya lepas dan
muncul kulit dan kakinya yang baru. Setelah pergantian kulit selesai, udang
itu masih terdiam dan belum dapat bergerak lincah. Tetapi beberapa lama
kemudian udang itu kembali berjalan dengan lincah kesana kemari.

V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini, yaitu :
 Regenerasi ialah memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas
kembali seperti semula.
 Daya regenerasi tak sama pada berbagai organisme.
 Proses regenerasi yang efektif adalah pada masa embrio hingga masa
bayi, setelah dewasa kemampuan regenerasi ini terbatas pada sel atau
jaringan tertentu saja.
 Udang mampu melakukan autotomi (pemutusan sebagian anggota
tubuhnya). Misalnya: udang akan memutuskan sebagian pangkal kakinya,
bila kita menangkap udang pada bagian kakinya. Kemudian kaki tersebut
akan tumbuh kembali melalui proses regenerasi.
 Udang tidak dapat bertahan lama hidup di air hujan dan udang juga tidak
mau makan. Pada hari ketiga, udang tersebut mati. Sehingga kaki udang
tersebut tidak dapat beregenerasi. Hal ini bisa terjadi dikarenakan air hujan
mengandung asam, sehingga udang air tawar tidak bisa hidup di air hujan
tersebut. Berbeda dengan udang yang diletakkan di air sumur, udang
dapat hidup sehat dan makannya juga banyak.
 Udang tergolong yang tinggi dayanya di dalam phylum Arthrophoda, baik
tingkat larva maupun dewasa.
 Waktu 10 hari tidak cukup bagi udang untuk beregenerasi dengan
sempurna.

V.2 SARAN
Agar regenerasi dapat berlangsung dengan sempurna dan udang dapat
bertahan hidup pada praktikum ini, maka disarankan untuk :
 Meletakkan udang air tawar di air tawar, seperti air sumur, air sungai, air
kolam, dll.
 Menggunakan udang yang masih bayi atau masih kecil, karena pada
saat hewan masih bayi, daya regenerasinya masih tinggi. Meskipun udang
dewasa juga mampu beregenerasi.
 Menambah jangka waktu peneletian, hingga udang dapat beregenerasi
dengan sempurna.
Diposkan 9th September 2014 oleh Alex Kimia

0
Tambahkan komentar

Memuat
ALEX PEPSEGA INDRA PUTRA. Template Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai