Anda di halaman 1dari 44

GURU PEMBIMBING : SUBIARTINI, S.

Pd
NAMA : 1. M.RIZKY PRATAMA
2. SRI AULIA NINGTYAS
3. YULIASTI NABILAH
KELAS: XI MIA 2
TUGAS 2
Memahami Kaidah Kebahasaan dalam Teks “Dongeng Utopia
Masyarakat Borjuis”
1. Dalam model teks ulasan di atas banyak terdapat kosakata baru. Dengan
bantuan Kamus Besar Bahasa Indonesia, carilah arti kata atau kelompok kata
yang terdapat dalam tabel berikut. Tuliskan jawaban kalian di kolom bagian
kanan. Setelah itu, baca kembali dengan cermat model teks ulasan film di atas.
Temukan kosakata yang menurut kalian penting untuk diketahui. Buatlah kolom
daftar kosakata baru di dalam buku tugas kalian.

No Kosa kata Arti kosa kata


1. Adaptasi Penyesuaian terhadap lingkungan, perkerjaan, dan
pelajaran
2. Akses
3. Bioskop
4. Borjuis
5. Destruktif
6. Eksploitasi
7. Fragmentasi
8. Gender
9. Harmonis
10. Inspirasi
11. Klasik
12. Kolektif
13. Koma
14. Kompensasi
15. Kutub
16. Logika
17. Metafora
18. Model
19. Obsesi
20. Oposisi biner
21. Paradoks
22. Protektif
23. Ras
24. Realita sosial
25. Sindrom
26. Sekolah singgah
27. Tempramen
28. Tradisi
29. Utopia
30. Vila
2. Di dalam teks terdapat beberapa kata asing. Dengan menggunakan kamus
atau rujukan lain yang sejenis, coba kalian temukan arti dari istilah asing
tersebut.

No Istilah Asing Arti


1. Leisure activity Aktifitas yang menyenangkan, dilakukan pada
waktu senggang.
2. Opposite attracks
3. Privilege
4. Self-reference
5. Scene
6. Taken-for-granted

3. Selain kosakata, coba kalian telusuri beberapa verba berikut. Verba yang
menjadi kunci di dalam pelajaran ini adalah mengulas. Kata mengulas berasal
dari kata dasar ulas yang bermakna ‘membeberkan penjelasan dan komentar’
; ’menafsirkan (penerangan lanjut, pendapat, dsb.)’ ; ‘mempelajari’ ; atau
‘menyelidiki’. Verba tersebut bersinonim dengan beberapa verba lain yang
bermakna ‘memberikan’ atau ‘ menentukan ukuran atau penilaian’, misalnya
pada beberapa kata seperti dalam tabel di bawah ini. Setelah itu, isilah
rumpang perubahan bentuk kata dasar menjadi verba dan nomina berikut.

Kata Dasar Verba Nomina


Ulas Mengulas Ulasan
Nilai Menilai Penilaian
Evaluasi Mengevaluasi
Kritik Mengkritik
Mengukur
Komentar
Tafsiran
Kupas

4. Selain mencari sinonim dan verba mengulas, di dalam teks juga terdapat
beberapa antonim atau lawan kata berikut. Carilah antonim untuk beberapa
kata di bawah ini. Tulis jawaban kalian pada kolom sebelah kanan.
Kata Antonim
Keterbatasan Kelebihan
Ketidakadilan Keadilan
Pertemanan Permusuhan
Ketakutan Keberanian
Penolakan Penerimaan
Pertemuan Perpisahan
Kemewahan
Perusak
Ketenangan
Pemenuhan
Perbedaan
Si kaya
Penyederhanaan
Kenyamanan

5. Selanjutnya, verba dapat berbentuk verba aktif dan verba pasif. Lihatlah
perubahan beberapa kata dari bentuk aktif dan pasif dari kolom berikut.

Kata dasar Verba aktif Verba pasif


Kembang
Acu
Paku
Lawan
Utama
Kaitan
Adaptasi
Inspirasi
Alami
Jendela
Belajar
Mukim
Obsesi
Gambar
Jalan
Rusak
Tenang
Mewah

6. Nomina adalah kata benda. Di dalam model teks ulasan film “rumah tanpa
jendela’’ banyak terdapat nomina. Nomina terdiri atas nomina umum dan
nomina khusus. Temukan nomina dasar (khusus dan umum) serta nomina
turunan yang terdapat di dalam teks.

Nomina dasar
Nomina umum Nomina khusus
Film Sanggar
Rumah Hollywood
Impian Aldo
Rara
Si Mbok
7. Selain nomina dasar, di dalam teks ulasan tersebut juga terdapat banyak
nomina turunan. Pada umumnya nomina turunan dibentuk dengan
menambahkan prefix, sufiks, atau konfiks pada kata dasar. Amati beberapa
contoh nomina turunan pada kolom berikut. Setelah itu, coba kalian, cari
nomina turunan lain di dalam teks. Tuliskan jawaban kalian pada rumpand di
dalam kolom.

Nomina turunan
Pe-+N Peng-+N+-an N+-an Per-+-an Ke-+N+-an
Penanda Penolakan Impian Permukiman Kecenderungan
Pemenuhan Rangkaian Pertemuan Kebutuhan
Kalangan kemewahan

8. Pronomina adalah kata yang dapat dipakai untuk mengacu nomina yang lain.
Teks ulasan film atau drama pada umumnya didominasi oleh pronominal
orang ketiga, seperti ia dan –nya. Selain itu, ada pula sebutan untuk nama
tokoh. Cermati contoh berikut, lalu coba kalian cari kalimat yang mengusung
pronomina di dalam model teks ulasan.
Pronomina Contoh kalimat
1) Namun, keinginan Rara itu dimaknai sebagai keinginan
yang berlebihan ketika ia “dihukum” dengan
kompensasi yang harus ia bayar.
2) Logika pemaknaan tersebut bekerja ketika rara yang
larut dalam kesenanganborjuis (pesta ulang tahun
kakak Aldo) pulang untuk menemukan rumahnya
habis terbakar, Si Mbok tergeletak koma dan Ayahnya
Orang ketiga : meninggal dunia.
Ia dan -nya 3) Keinginan Rara untuk memiliki sesuatu, alih-alih
dimaknai sebagai hasrat kepemilikan yang lumrah
dimiliki semua orang, justru dianggap sebagai sesuatu
yang menyalahi/mengingkari takdirnya sebagai orang
yang tidak berpunya.
4) ……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………
9. Adjektiva (kata sifat atau kata keadaan) adalah kata yang dipakai untuk
mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda, atau binatang. Coba kalian
cari kata sifat di dalam model teks ulasan itu.

Adjektiva Frasa adjektiva


Kumuh Permukiman kumuh
Kering Jiwanya kering
Dramatis Penekanan dramatis
Cilik
Destruktif

10. Konjungsi adalah kata hubung. Konjungsi terdiri atas konjungsi koordinatif,
subordinatif, korelatif, antarkalimat, dan antarparagraf. Lihatlah beberapa
contoh kalimat yang menggunakan keempat konjungsi itu. Coba kalian cari
kalimat lain yang menggunakan konjungsi dan tuliskan jawaban kalian pada
rumpang yang tersedia. Temukan kalimat yang dihubungkan dengan
menggunakan kata konjungsi tersebut.

Konjungsi Kalimat
1) Tradisi film musikal yang dikembangkan di
Hollywood mengacu pada kecenderungan
film-film musical tahun 1930-1960-an yang
berpaku pada hal-hal berlawanan (oposisi
biner), terutama berkaitan dengan gender,
ras, agama, latar belakang, atau
temperamen.
Koordinatif: 2) Hal itu tergambar pada kondisi keluarga
 Dan Aldo dan teman-teman Rara, antara si
 Atau miskin dan si kaya.
 Tetapi 3) Aldo mewakili ide paradoks keluarga borjuis
yang pemenuhan kebutuhan fisiknya
berlebihan, tetapi jiwanya kering dan
mengakibatkan dilema personal.
4) …………………………………………………………
5) …………………………………………………………
6) …………………………………………………………
7) . ……………………………………………………….
Subordinatif: 1) Lebih jauh lagi, kemalangan rara tersebut
 Sesudah digunakan sebagai pelajaran yang bisa
 Sebelum dipetik bagi kelurga Aldo, bahwa mereka
 Sementara harus bersyukur atas semua yang mereka
 Jika punyai (harta dan keluarga yang utuh),
 Agar sementara ada orang-orang yang tidak
 Supaya berpunya seperti Rara.
 Meskipun 2) ………………………………………………………….
 Alih-alih 3) ……………………………………………………….
 Sebagai 4) ………………………………………………………….
 Sebab 5) …………………………………………………………
 Karena
 Maka
Korelatif: 1) Layaknya dongeng anak-anak dalam
 Baik……….. majalah Bobo, film “rumah tanpa jendela”
Maupun……… menyampaikan ajaran moral pada anak-
anak untuk menghadapi realita sosial dalam
 Tidak hanya….. masyarakat yang terfragmentasi dalam
………, tetapi perbedaan, baik secara struktur sosial-
ekonomi maupun kondisi fisik/mental.
 Demikian (rupa).. 2) ……………………………………………………………
Sehingga….. 3) …………………………………………………………
4) …………………………………………………………
 Entah……, 5) …………………………………………………………
Entah……

 Jangankan…….,
….pun…..
Antarkalimat: 1) Dengan begitu, mereka melakukan
 Sungguhpun kewajiban membalas budi tanpa
demikian mengorbankan kenyamanan dengan
berbagai kepemilikan ataupun terlibat
 Sekalipun secara dekat.
demikian 2) Sementara itu, Rara mewakili narasi
kemiskinan dalam segala keterbatasan
 Meskipun materialnya: rumah tan[pa jendela, sekolah
demikian seadanya, kerja sampingan.
3) ……………………………………………………..
 Selanjutnya 4) ……………………………………………………..
5) ………………………………………………………
 Sesudah itu

 Setelah itu

 Di samping itu

 Sebaliknya

 Akan tetapi
11. Preposisi atau kata depan adalah kata tugas yang berfungsi sebagai unsur
pembentuk frasa preposional. Dalam bahasa Indonesia, seperti di, ke, pada,
dari, secara, dan bagi. Cermati beberapa contoh preposisi pada kalimat
berikut, lalu temukan kalimatlain yang menggunakan preposisi . tuliskan
jawaban kalian pada rumpang dalam kolom bawah ini.

Preposisi Kalimat
1) Rara tinggal di sebuah rumah tidak berjendela yang
terbuat dari seng, tripleks, dan kayu bekas di salah satu
kawasan permukiman kumuh.
2) Kondisi rumah tersebut membuat rara terobsesi untuk
memiliki rumah berjendela. Sebuah impian yang harus ia
Di
bayar mahal di kemudian hari.
3) ……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….
4) ……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………...
1) Kisah di dalam film tersebut terinspirasi dari model biner
dalam dongeng moral berjudul the prince and the pauper
karya mark twain.
2) Sang pangeran, adalah tokoh aldo, seorang anak laki-laki
Dari dari keluarga kaya-raya dengan sindrom mental, yang
membuatnya mengalami “penolakan” dari komunitasnya
(anggota keluarga).
3) ………………………………………………………………………....
4) ……………………………………………………………………………
1) Dongeng semacam inilah yang ditawarkan Rumah Tanpa
Jendela pada penonton yang mereka sasar, tak lain
tentu anak-anak kelas menengah atas yang mampu
Pada mengakses bioskop sebagai bagian dari leisure activity.
2) ……………………………………………………………………………
3) ……………………………………………………………………………
4) …………………………………………………………………………….
1) Permasalahan yang dimiliki anak-anak ini diperlihatkan
sebagai sesuatu yang alami dengan lebih menekankan
cara menghadapi permasalahan alih-alih
Dengan mempertanyakan penyebabnya.
2) ……………………………………………………………………………
3) …………………………………………………………………………….
4) ……………………………………………………………………………
1) Mengikuti tradisi opposite attracks, aldo dan rara
bertemu secara tidak sengaja dalam sebuah kecelakaan
Secara kecil. Sejak saat itu mereka bersahabat.
2) ……………………………………………………………………….
3) ……………………………………………………………………....
1) Jendela dalam film “ Rumah Tanpa Jendela” merupakan
sebuah metafora yang mengena. Jendela memungkinkan
seseorang untuk mengakses dunia lain (dari dalam atau
Tanpa
dari luar) tanpa meninggalkan tempatnya.
2) …………………………………………………………………………….
3) …………………………………………………………………………….
1) Lebih jauh lagi, kemalangan rara tersebut digunakan
sebagai pelajaran yang bisa dipetik bagi keluarga aldo,
bahwa mereka harus bersyukur atas semua yang mereka
bagi punyai (harta dan keluarga yang utuh), sementara ada
orang-orang yang tidak berpunya seperti rara.
2) …………………………………………………………………………….
3) …………………………………………………………………………….

12. Artikel adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah nomina. Artikel yang
terdapat di dalam model teks ulasan adalah sang dan si. Artikel sang
merupakan salah satu artikel yang mengacu ke makna tunggal, selain sri,
hang, dan dang. Artikel si merupakan artikel yang memiliki keunikan tersendiri
karena dapat mengacu pada makna tunggal atau kelompok. Cermati
penggunaan artikel tersebut di dalam kalimat. Tulislah beberapa contoh
kalimat yang menggunakan artikel.

Artikel Kalimat
1) Sang pangeran adalah tokoh aldo, seorang anak
laki-laki dari keluarga kaya-raya dengan sindrom
mental, yang membuatnya mengalami
“penolakan” dari komunitasnya (anggota
Sang
keluarga).
2) ……………………………………………………………….
3) ………………………………………………………………
4) ………………………………………………………………..
1) Dengan si miskin berlapang dada menerima
kondisinya dan si kaya belajar bersyukur dari
kemalangan si miskin masyarakat borjuis yang
Si sempurna dan harmonis akan tercipta.
2) ……………………………………………………………….
3) ………………………………………………………………….
4) ………………………………………………………………..

13. Kalimat simpleks merupakan kalimat yang memiliki satu verba utama,
sedangkan kalimat kompleks adalah kalimat dengan dua verba utama atau
lebih. Cermati beberapa contoh berikut, lalu coba tuliskan contoh lainnya.

Kalimat Contoh
Simpleks 1) Rumah itu ditempati Rara bersama neneknya (si
Mbok) dan ayahnya.
2) Sebuah impian yang harus ia bayar mahal di
kemudian hari.
3) ………………………………………………………………….
4) ………………………………………………………………….
1) Logika pemaknaan tersebut bekerja ketika Rara
yang larut dalam kesenangan borjuis (pesta ulang
tahun kakak Aldo) pulang untuk menemukan
rumahnya habis terbakar, si Mbok tergeletak koma
dan ayahnya meninggal dunia.
2) Keinginan rara untuk memiliki sesuatu, alih-alih
Kompleks
dimaknai sebagai hasrat kepemilikan yang lumrah
dimiliki semua orang, justru dianggap sebagai
sesuatu yang menyalahi/mengingkari takdirnya
sebagai orang yang tidak berpuya.
3) ……………………………………………………………………
4) ……………………………………………………………………

JENIS-JENIS KATA
1. Kata Benda (Nomina)

Kata benda (nomina) adalah kata-kata yang merujuk pada bentuk suatu benda, bentuk
benda itu sendiri dapat bersifat abstrak ataupun konkret. Dalam bahasa Indonesia kata
benda (nomina) terdiri dari beberapa jenis, sedangkan dari proses pembentukannya kata
benda terdiri dari 2 jenis, yaitu :

a. Kata Benda (Nomina) Dasar


Kata benda dasar atau nomina dasar ialah kata-kata yang secara konkret menunjukkan
identitas suatu benda, sehingga kata ini sudah tidak bisa lagi diuraikan ke bentuk
lainnya. Contoh : buku, meja, kursi, radio, dll.

b. Kata Benda (Nomina) Turunan


Nomina turunan atau kata benda turunan ialah jenis kata benda yang terbentuk karena
proses afiksasi sebuah kata dengan kata atau afiks. Proses pembentukan ini terdiri dari
beberapa bentuk, yaitu :
a. Verba + (-an) contoh: Makanan.
b. (Pe-) + Verba contoh: Pelukis.
c. (Pe-) + Adjektiva contoh: Pemarah, Pembohong.
d. (Per-) + Nomina + (-an) contoh: Perbudakan.

Kata benda menurut wujudnya, dibagi atas :


1. Kata benda konkret
Kata benda konkret adalah nama dari benda-benda yang dapat ditangkap panca indera,
Contoh : buku, kertas, rumah, dan sebagainya.
Contoh kalimat: buku tulis ada di atas meja
Ini termasuk kata benda konkret karena buku memang benar dilihat di atas meja indera
yang dipergunakan yakni penglihatan.

2. Kata benda abstrak


Kata benda abstrak ialah kata benda yang wujud bendanya tidak nampak kelihatan dan
tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, namun keberadaannya ada. Contoh : ide, udara,
ilmu, dan sebagainya.
Contoh kalimat: udara di pegunungan sangat dingin
Kata udara termasuk kata benda abstrak karena udara tidak dapat dilihat namau dapat
dirasakan keberadaannya.

Selain dua jenis kata benda diatas, ada satu lagi jenis kata benda, yaitu kata yang
dibendakan. Kata yang dibendakan adalah kata yang sebenarnya tidak terdiri dari kata
benda asli namun dianggap sebagai kata benda sebab mendapatkan imbuhan.
Contoh : keberanian, kekuatan, penyanyi, dan sebagainya.
Kata keberanian asalnya dari kata sifat, yaitu berani. Namun karena mendapatkan
imbuhan ke-an, maka kata sifat ini dianggap sebagai kata benda atau disebut sebagai
kata yang dibendakan. Begitu pula dengan kata penyanyi yang aslanya kata kerja, yaitu
nyanyi. Berhubung kata ini mendapatkan imbuhan pe-, maka kata tersebut berubah
menjadi kata yang dibendakan.

Untuk menentukan apakah suatu kata masuk dalam kategori kata benda atau tidak, kita
menggunakan dua prosedur:
1. Melihat dari segi bentuk sebagai prosedur pencalonan
2. Melihat dari segi kelompok kata ( frasa), sebagai prosedur penentuan

a) BENTUK
Segala kata yang mengandung morfem terikat ( imbuhan ) : ke-an, pe-an, ke-,
dicalonkan sebagai kata benda.
Contoh: perumahan, kecantikan, pelari, kehendak dan lain-lain.
Tetapi di samping itu ada sejumlah besar kata yang tidak dapat ditentukan masuk kata
benda berdasarkan bentuknya, walaupun diketahui bahwa itu adalah kata benda.
Contoh: meja, kursi, pohon, dan lain-lain

b) KELOMPOK KATA
Kedua macam kata benda itu (baik yang berimbuhan maupun yang tidak berimbuhan)
dapat mengandung suatu ciri struktural yang sama yaitu dapat diperluas dengan yang +
Kata Sifat
Contoh: perumahan yang baru
pelari yang cepat
kehendak yang baik
meja yang bagus
pohon yang tua

c) TRANSPOSISI
Suatu kata yang asalnya dari suatu jenis kata, dapat dipindahkan jenisnya ke jenis lain.
Pemindahan itu terjadi karena menambahkan imbuhan atau partikel. Kata ajar,
sebenarnya kata kerja, jika ditambahkan afiks pe-, maka dapat ditransposisikan menjadi
kata benda: pelajar.
Sebaliknya ada kata benda yang dapat ditransposisikan menjadi kata kerja, misalnya
kopi menjadi mengopi.

d) SUB-GOLONGAN KATA BENDA


Karena kata ganti adalah kata yang menduduki tempat kata benda dalam hubungannya
atau posisi tertentu, serta strukturnya sama dengan kata benda, maka kata ganti
dimasukan dalam jenis kata benda dan diperlakukan sebagai sub-golongan dari kata
benda.
Melalui substitusi, kata ganti menduduki segala macam fungsi yang dapat diduduki
oleh kata benda.
Contoh: Fitra pergi ke kampus Ia pergi ke kampus
Dosen mengajar Fitra Dosen mengajarnya

2.Kata Kerja (Verba)


Kata kerja atau verba adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan. Kata kerja
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Kata Kerja Transitif Kata kerja transitif merupakan kata kerja yang selalu diikuti oleh
unsur subjek, contoh : membeli, membunuh memotong, dll.

b. Kata Kerja Intransitif


Kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak memerlukan pelengkap. Seperti kata
tidur untuk contoh kalimat berikut: saya tidur, pada kalimat tersebut kata tidur yang
berposisi sebagai predikat (P) tidak lagi diminta menerangkan untuk memperjelas
kalimatnya, karena kalimat itu sudah jelas.
Dilihat dari segi bentuknya kata kerja transitif dapat dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu:
Kata kerja transitif berimbuhan dan kata kerja transitif tak berimbuhan.

1) Kata kerja transitif tak berimbuhan, contoh: makan nasi, minum susu, dan
sebagainya.

2) Kata kerja transitif berimbuhan


a. Kata kerja transitif berawalan me:
- Menabrak pohon
- Memukul anjing
- Menelan obat

b. Kata kerja transitif berimbuhan me-kan:


- Mengikatkan tali
- Melepaskan sandal
- Memutuskan ikatan
c. Kata kerja transitif berimbuhan memper-kan:
- Mempertahankan prestasi
- Memperjuangkan hidup
- Mempermainkan bola

d. Kata kerja transitif berimbuhan me-i:


- Menyeberangi jalan
- Mengendarai sepeda
- Mengawasi ujian

e. Kata kerja transitif berimbuhan memper-i:


- Memperbarui lukisan
- Memperbaiki sepeda
- Memperingati hari kemerdekaan

f. Kata kerja transitif berimbuhan memper- :


- Memperburuk suasana
- Memperdalam ilmu
- Memperjelas masalah

Sedangkan kata kerja intransitif dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu :

1) Kata kerja intransitif berimbuhan


- Saya duduk-duduk
- Ibu berjalan-jalan
- Adik menangis

2) Kata kerja intransitif yang terbentuk dari kata kerja yang aus (tidak berimbuhan)
- Adik lari
- Kakak pulang
- Ibu pergi
ciri-ciri kata kerja:

a) BENTUK
Segala kata yang berimbuhan: me-, ber-, -kan, di-, -i dapat dicalonkan menjadi kata
kerja.
b) KELOMPOK KATA
Segala macam kata tersebut di atas dalam segi kelompok kata mempunyai kesamaan
struktur yaitu dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + Kata Sifat.
Contoh:
Ia berbicara dengan keras
Anak itu menari dengan gemulai
c) TRANSPOSISI
Kata kerja dapat dipindah jenisnya ke jenis kata lain dengan pertolongan morfem
terikat, misalnya menari menjadi penari, tarian; membaca menjadi pembaca, bacaan,
dan lain-lain. Begitu pula sebaliknya, kata benda atau kata sifat dapat ditransposisikan
menjadi kata kerja, misalnya pendek menjadi memendekkan, turun menjadi
menurunkan dan sebagainya.
Didalam Bahasa Indonesia ada 2 dasar dalam pembentukan verba, yaitu dasar yang
tanpa afiks tetapi telah mandiri karena telah memiliki makna, dan bentuk dasar yang
berafiks atau turunan. dari bentuk verba ini dapat dibedakan menjadi :

1. Verba Dasar Bebas ialah verba yang beruba morfem dasar bebas, misalnya: duduk,
makan, mandi, minum, dll.
2. Verba Turunan ialah verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan
proses atau berupa paduan leksem.

Beberapa bentuk verba turunan :


a) Verba berafiks yaitu kata kerja yang mendapat imbuhan: berbuat, terpikirkan, dll.

b) Verba bereduplikasi yaitu kata kerja yang mendapat perulangan bunyi yang sama :
bangun-bangun, ingat-ingat, dll.

c) Verba berproses gabungan yaitu kata kerja yang mendapat gabungn dari afiks dan
reduplikasi : bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, dll.
d) Verba majemuk yaitu hasi perpaduan dan penulisannya tidak boleh dibalik: cuci mata,
cuci tangan, dll. Kata cuci mata tidak bole di balik menjadi mata cuci.

3.Kata Sifat (Adjektifa)

Kata sifat ialah kelompok kata yang mampu menjelaskan atau mengubah kata benda
atau kata ganti menjadi lebih spesifik. Karena kata sifat mampu menerangkan kuantitas
dan kualitas dari kelompok kelas kata benda atau kata ganti.
Ciri-ciri Kata Sifat :

a) BENTUK
Dari segi bentuk segala kata sifat dalam bahasa Indonesia bisa mengambil bentuk: se +
reduplikasi kata dasar + nya
Contoh: se-tinggi-tinggi-nya
se-cepat-cepat-nya
se-baik-baik-nya
b) KELOMPOK KATA
Dari segi kelompok kata, kata-kata sifat dapat diterangkan olek kata-kata: paling, lebih,
sekali.
Contoh: paling besar, lebih besar, besar sekali
paling cepat, lebih cepat, cepat sekali
paling baik, lebih baik, baik sekali
c) TRANSPOSISI
Semua kata yang tergolong kata sifat dapat berpindah jenis kata dengan bantuan
morfem-morfem terikat: pe-, ke-an, me-, -kan dan sebagainya.
Contoh: pembesar, membesarkan, perbesar, pembesaran, kebesaran dan lain-lain
d) SUB-GOLONGAN
Kata-kata bilangan berdasarkan sifatnya dapat digolongkan dalam kata sifat sebagai
sub-golongan karena merupakan kelompok dengan ciri-ciri tersendiri tapi karena secara
substitusional dapat menduduki tugas-tugas dari kata sifat.
Beberapa Proses Pembentukan Kata Sifat :

a) Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar, misalnya: kuat, lemah, rajin, malas, dll.

b) Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian, misalnya: terjelek, terindah, terbodoh, dll.

c) Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang, misalnya: gelap-gulita, pontang-panting, dll:
d) Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan, misalnya: legal, kreatif, dll.

e) Kata sifat yang terbentuk dari kata atau kelompok kata, misalnya: lapang dada, keras
kepala,baik hati, dll.

4.Kata Ganti (Pronomina)


Kelompok kata ini dipakai untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan.
Yang termasuk jenis kata ini adalah segala kata yang dipakai untuk menggantikan kata
benda atau yang dibendakan.

Kata ganti menurut sifat dan fungsinya dapat dibedakan atas:


1. Kata Ganti Orang (Pronomina Personalia)
a. Orang I
1) Tunggal : aku, saya
Contoh kalimat: saya adalah seorang siswa
2) Jamak : kami, kita
b. Orang II
1) Tunggal : engkau, kamu
Contoh kalimat: engkau pahlawan tanpa tanda jasa
2) Jamak : kamu
Contoh kalimat: kamu adalah sahabat terbaikku
c. Orang III
1) Tunggal : dia, beliau
Contoh kalimat: kemarin dia tidak dating ke pesta
2) Jamak : mereka
Contoh kalimat: mereka pergi ke danau

2. Kata Ganti Empunya (Pronomina Possessiva)


Adalah segala kata yang menggantikan kata ganti orang dalam kedudukan sebagai
pemilik: -ku, -mu, -nya, kami, kamu, mereka.
Dalam fungsinya sebagai pemilik, kata-kata ini mengambil bentuk ringkas dan
dirangkaikan saja di belakang kata yang diterangkan (disebut sebagai bentuk enklitis).
Contoh: pensilku = pensil aku
pensilmu = pensil kamu
apabila bentuk ringkas itu dirangkaikan di depan sebuah kata, disebut proklitis.
Contoh: kupinjam, kaupinjam

3. Kata Ganti Penunjuk (Pronomina Demonstrativa)


Adalah kata yang menunjuk di mana terdapat sesuatu benda. Ada tiga macam kata ganti
penunjuk:
a. Menunjuk sesuatu di tempat pembicara : ini
contoh kalimat: ini ruang guru
b. Menunjuk sesuatu di tempat lawan bicara : itu
contoh kalimat: itu tempat pensilku
c. Menunjuk sesuatu di tempat orang ketiga : di sana
contoh kalimat: di sana adalah rumah Dewi

4. Kata Ganti Penghubung (Pronomina Relativa)


Adalah kata yang menghubungkan anak kalimat dengan suatu kata benda yang terdapat
dalam induk kalimat. Jadi fungsi kata penghubung adalah:
a. Menggantikan kata benda yang terdapat dalam induk kalimat
b. Menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat seperti dipakai pada: yang,tempat
waktu
contoh : Baju Rafi yang berwarna merah itu mahal harganya.
Kantor Kabupaten tempat ayahku bekerja, dikunjungi oleh gubernur.
Tadi pagi, waktu ayah pergi tergesa-gesa, hujan lebat sekali.

5. Kata Ganti Penanya (Pronomina Innterrogativa)


Adalah kata yang menanyakan tentang benda, orang atau suatu keadaan. Kata ganti
penanya dalam bahasa Indonesia yaitu:

a. Apa : untuk menanyakan benda


contoh kalimat: apa nama temapat itu?
b. Siapa : (si + apa) untuk menanyakan orang
contoh kalimat: siapa namamu?
c. Mana : untuk menanyakan pilihan seseorang atau beberapa hal barang.
contoh kalimat: mana yang akan kamu pilih?
Kata ganti penanya tersebut dapat dipakai lagi dengan bermacam-macam
penggabungan dengan kata depan
contoh:
dengan apa dengan siapa dari mana
untuk apa untuk siapa ke mana
buat apa kepada siapa dan lain-lain
Selain dari kata-kata itu ada pula kata ganti penanya yang lain yang bukan menanyakan
orang atau benda tetapi menanyakan keadaan, perihal dan sebagainya:
mengapa bilamana betapa
berapa kenapa bagaimana

6. Kata Ganti Tak Tentu (Pronomina Indeterminativa)


Adalah kata yang menggantikan atau menunjukkan benda atau orang dalam keadaan
yang tidak tentu atau umum.
Contoh:
masing-masing siapa-siapa seseorang
sesuatu barang para
salah (salah satu…)

5.Kata Keterangan (Adverbia)


Kata keterangan adalah jenis kata yang memberikan keterangan pada kata kerja, kata
sifat, dan kata bilangan bahkan mampu memberikan keterangan pada seluruh kalimat.
Kata keterangan dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

a.Kata keterangan kualitatif


Adalah kata keterangan yang menerangkan atau menjelaskan suasana atau situasi dari
suat perbuatan.Biasanya kata keterangan ini dinyatakan dengan mempergunakan kata
depan dengan + kata sifat.jadi sudah tampak di sini bahwa kata keterangan itu bukan
merupakan suatu jenis kata tetapi adalah suatu fungsi atau jabatan dari suatu kata atau
kelompok kata dalam sebuah kalimat.
Contoh: ia berjalan perlahan-lahan
Ia menyanyi dengan nyaring

b.Kata keterangan waktu


Adalah kata keterangan yang menunjukkan atau menjelaskan berlangsungnya suatu
peristiwa dalam suatu biadang waktu:sekarang,nanti,kemarin,kemudian, sesudah itu,
lusa, sebelum, minggu depan, bulan depan, dan lain-lain.
Kata-kata seperti : Sudah, setelah, sekarang, nanti, kemarin, kemudian, minggu depan

c.Kata keterangan temapat


Segala macam kata ini memberi penjelasan atas berlangsungnya suatu peristiwa atau
perbuatan dalam suatu ruang, seperti:di sini, di situ, di sana, ke mari,ke sana, di rumah,
di bandung, dari Jakarta dan sebagainya.
Dari contoh-contoh di atas yang secara konvensional dianggap kata keterangan tempat,
jelas tampak bahwa golongan kata ini pun bukan suatu jenis kata, tetapi merupakan
suatu kelompok kata yang menduduki suatu fungsi tertentu dalam kalimat. Keterangan
tempat yang dimaksudkan dalam tata bahasa-tata bahasa lama terdiri dari dua bagian
yaitu kata depan (di, ke, dalam ) dan kata benda atau kata ganti petunjuk.

d.kata keterangan kecaraan


Adalah kata-kata yang menjelaskan suatu peristiwa karena tanggapan si pembicara atas
berlangsungnya peristiwa tersebut. Dalam hal ini subjektivitas lebih ditonjolkan.
Keterangan ini menunjukkan sikap pembicara, bagaimana cara ia melihat persoalan
tersebut. Pertanyaan sikap pembicara atau tanggapan pembicara atas berlangsungnya
peristiwa tersebut dapat berupa:
a. Kepastian : memang, niscaya, pasti, sungguh, tentu, tidak, bukanya, bukan.
Kalimat : tentu dia melihatnya
b. Pengakuan : ya, benar, betul, malahan, sebenarnya.
Kalimat : sebenarnya saya tidak mengerti
c. Kesangsian : agaknya, barangkali, entah, mungkin, rasanya.
Kalimat : mungkin dia ada di situ
d. Keinginan : moga-moga, mudah-mudahan.
Kalimat :mudah-mudahan dia dalam keadaan baik
e. Ajakan : baik, mari, hendaknya, kiranya.
Kalimat : mari kita pergi ke taman
f. Larangan : jangan.
Kalima : jangan dibuka pintu itu
g. Keheranan : masakan, mustahil, mana boleh.
Kalimat : mustahil jika dia bisa menyelesaikan tugas itu

e.Kata keterangan aspek


Keterangan aspek menjelaskan berlangsungnya suatu peristiwa secara objektif, bahwa
suatu peristiwa terjadi dengan sendirinya tanpa suatu pengaruh atau pandangan dari
pembicara. Keterangan aspek dapat dibagi-bagi lagi atas bermacam-macam:
a). Aspek inkoatif : menunjukan suatu peristiwa pada proses permulaan berlangsungnya:
saya pun berangkatlah.
b). Aspaek duratif : adalah keterangan aspek yang menunjukan bahwa suatu peristiwa
tengah berlangsung: sedang, sementara.
c). Aspek perfektif : adalah keterangan aspek yang menyatakan bahwa suatu peristiwa
telah mencapai titik penyelesaiannya: sudah, telah.
d). Aspek momental: menyatakan suatu peristiwa terjadi pada suatu saat yang pendek.
e). Aspek repetitif : menyatakan bahwa suatu perbuatan terjadi berulang-ulang.
f). Aspek frekuentatif : menunjukan bahwa suatu peristiwa sering terjadi.
g). Aspek habituatif : menyatakan bahwa perbuatan itu terjadi karena suatu kebiasaan.
f. Kata keterangan derajat
Adalah keterangan yang menjelaskan derajat berlangsungnya suatu peristiwa atau
jumlah dan banyaknya suatu tindakan dikerjakan: amat hampir, kira-kira, sedikit,
cukup, hanya, satu kali, dua kali, dan seterusnya.

g.Kata keterangan alat


Adalah keterangan yang menjelaskan dengan alat manakah suatu proses itu
berlangsung. Keterangan semacam ini biasanya dinyatakan oleh kata dengan +kata
benda.
Contoh : ia memukul anjing itu dengan tongkat.
Anak itu menjolok buah dengan galah, dan sebagainya.

h.Keterangan kesertaan
Adalah keterangan yang menyatakan pengikut-sertaan seseorang dalan suatu
perbuataan atau tindakan: saya pergi ke pasar bersama ibu

i.Keterangan syarat
Adalah keterangan yang menerangkan terjadinya suatu proses di bawah syarat-syarat
tertentu yang harus dipenuhinya: jikalau, seandainya, jika, dan sebagainya.

j.Keterangan perlawanan
Adalah keterangan yang membantah sesuatu peristiwa yang telah diperkatakan terlebih
dahulu. Keterangan ini biasanya didahului oleh kata-kata: meskipun, sungguhpun,
biarpun, biar, meski, jika.

k.Keterangan sebab
Adalah keterangan yang memberi keterangan mengapa sesuatu peristiwa telah
berlangsung. Kata-kata yang menunjukkan keterangan sebab adalah: sebab, karena,
oleh karena, oleh sebab, oleh karena itu, oleh karenanya, dan sebagainya.

l.Keterangan akibat
Adalah keterangan yang menjelaskan akibat yang terjadi karena suatu peristiwa atau
perbuatan. Akibat adalah hasil dari suatu perbuatan yang tidak diharapkan atau yang
tidak dengan sengaja dicapai, tetapi terjadi dalam hubungan sebab-akibat. Keterangan
ini biasanya didahului oleh kata-kata : sehingga ,oeh karena itu, oleh sebab itu, dan lain
sebagainya.

m.Keterangan tujuan
Adalah keterangan yang menerangkan hasil atau tujuan dari Sesuatu proses. Tujuan itu
pada hakekatnya adalah suatu akibat, tetapi akibat yang sengaja dicapai atau memeng
dikehendaki demikian. Kata-kata yang menyatakan keterangan tujuan adalah: supaya,
agar, agar supaya, hendak, untuk, guna, buat.

n.Keterangan perbandingan
Adalah keterangan yang menjelaskan sesuatu perbuatan dengan mengadakan
perbandingan keadaan suatu proses dengan proses yang lain, suatu keadaan dengan
keadaan yang lain: kata-kata yang di pakai untuk menyatakan perbandingan itu adalah:
sebagai, seperti, seakan-akan, laksana, umpama, bagaimana.

o.Keterangan perwatasan
Adalah keterangan yang memberi penjelasan dalam hal-hal mana saja suatu proses
berlangsung, dan yang mana tidak: kecuali, hanya.

6.Kata Bilangan (Numeralia)


Kata bilangan ialah jenis kelompok kata yang menyatakan jumlah, kumpulan, urutan
sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan juga dibedakan menjadi beberapa bagian,
yaitu:

1. Kata bilangan utama (numeralia cardinalia):satu, dua, tiga, empat, seratus, seribu,
2. Kata bilangan tingkat (numeralia ordinalia):pertama, kedua, ketiga, kelima,
kesepuluh
3.Kata bilangan tak tentu:beberapa, segala, semua, tiap-tiap dan sebagainya
4. Kata bilangan kumpulan:kedua, kesepuluh, dan sebagainya.
Penggunaan kata bilangan adalah sebagai berikut:
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan
lazim digunakan angka arab atau angka romawi. Angka digunakan untuk menyatakan:
a. Ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
b. Satuan waktu,
c. Nilai uang, dan
d. Kuantitas .
2. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar
pada alamat.Misalnya: Jalan tanah abang 1 No. 15 Hotel Indonesia, Kamar 169
3. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci
Misalnya: Bab X,Pasal 5, halaman 252, Surah Yasin:9
4. Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
Bilangan utuh : dua ratus dua puluh dua (222)
Bilangan pecahan: seperdelapan (⅛ ), dua per tiga ( ⅔)
5. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:Paku buwono X; dalam kehidupan pada abad ke-20 ini
6. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam
perincian dan pemaparan.
Misalnya : Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
7. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susuna kalimat
diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak
terdapat pada awal kalimat.
Misalnya :
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan :
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo
8. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagaian supaya lebih
mudah dibaca.Misalnya :Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang
9. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali
didalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya :Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Bukan :
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
10. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisanya harus tepat.
Misalnya :Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp.999,75 (sembilan ratus
sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah)

7.Preposisi (kata depan)


Kata depan ialah jenis kata yang terdapat di depan nomina (kata benda), misalnya :
dari, ke & di. Ketiga kata depan ini dipakai untuk merangkaikan kata-kata yang
menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat.Kata - kata depan yang
terpenting dalam bahasa Indonesia adalah :
a. DI, KE, DARI : Ketiga macam kata depan ini dipergunakan untuk merangkaikan kata –
kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat:
Di Jakarta, di rumah, ke rumah, dari sawah, dari sekolah, dan lain - lain.
b. Bagi kata – kata yang menyatakan orang, nama orang atau nama binatang, nama waktu
atau kiasan dipergunkan kata pada untuk menggantikan di, atau kata – kata depan lain
digabungkan dengan pada misanya: daripada, kepada.
Pada suatu hari pada bapak
Pada hari sabtu pada senin
Pada kami kepada teman – teman
c. Selain dari pada itu ada kata – kata depan yang lain, baik berupa gabungan maupun
tunggal seperti: di mana, di sini, di situ, akan,oleh, dalam, atas, demi, guna, buat,
berkat, terhadap, antara, tentang, hingga, dan lain – lain.
Di samping itu ada beberapa kata kerja yang dipakai pula sebagai kata depan, yaitu :
menurut, menghadap, mendapatkan, melalui, menuju, menjelang, sampai.

Ada kata depan, yang menduduki bermacam – macam fungsi yang istimewa. antara
lain:
a. AKAN : Kata Depan akandapat menduduki beberapa fungsi:
- Pengantar objek: ia tidak tau akan hal itu.
Ku lupa akan semua kejadian itu
-Untuk menyatakan future: saya akan pergi ke Surabaya.
Kakek akan tiba hari ini.
- Untuk penguat atau penekan, dalam hal ini dapat berfungsi sebagi penentu: akan
hal itu perlu kita perundingkan kelak.
b.DENGAN : Kata Depan dengan dapat menduduki beberapa macam fungsi, misalnya:
- Untuk menyatakan alat (instrumental):
Ia memukul anjing dengan tongkat.
Adik makan dengan sendok.
- Menyatakan hubungan kesertaan (komitatif):
Ia kepasar dengan ibunya.
- Membentuk adverbial kualitatif:
Perkara itu diselidiki dengan cermat.
- Dipakai untuk menyatakan keterangan komparatif:
Adik sama tinggi dengan Adi.
c.ATAS : arti dan fungsinya:
- Membentuk keterangan tempat, dalam hal ini sama artinya dengan di atas.
Kami menerima tanggung jawab itu di atas pundak kami.
- Menghubungkan kata benda atau kata kerja dengan keterangan:
Kami mengucapkan terima kasih atas kerelaan saudara.
Kami menyesal atas sekalian tindak tanduknya.
- Dipakai di depan beberapa kata dengan arti : dengan atau demi. Misalnya:
Atas nama atas kehendak atas perintah
Atas desakan atas kematian dan sebagainya
d. ANTARA : arti dan fungsinya:
- Sebagai penunjuk arah :
Jarak antara jogja dan solo.
- Sebagai penunjuk tempat: dalam hal ini sama artinya dengan di antara :
Antara murid – murid itu mana yang terpandai?
- Dapat pula berarti kira – kira:
Antara lima jam lalu ia meninggalkan tempat ini.

8.Kata Tanya
Kata tanya ialah perkataan yang digunakan untuk bertanyakan sesuatu.
Macam-macam kata tanya :
a. Apa
Digunakan untuk menanyakan benda, hal dan binatang.

Contoh : Apa yang kau lakukan ?


b. Siapa
Digunakan untuk menanyakan orang.

Contoh : Siapa namamu ?


c. Kapan
Digunakan untuk menanyakan waktu.

Contoh : Kapan acara itu dimulai ?


d. Berapa
Digunakan untuk menanyakan jumlah.

Contoh : Berapa banyak anakmu ?


e. Dimana
Digunakan untuk menanyakan tempat.

Contoh : Dimana rumah kakekmu ?


f. Bagaimana
Digunakan untuk menanyakan keadaan atau cara.

Contoh : Bagaimana kabar nenekmu ?


g. Mengapa
Digunakan untuk menanyakan alasan.
Contoh : Mengapa kamu bolos kemarin ?

9.Interjeksi (kata seru)


Kata seru ialah kata yang mengungungkapkan perasaan.Oleh semua tatabahasa
tradisional, kata seru diklasifikasikan sebagai suatu jenis kata. Bila melihat wujud dan
fungsinya, maka tidak dapat diterima ketetapan itu, walaupun harus diakui dengan
melihat saja bentuknya kita dapat tertipu karenanya. Interjeksi sekaligus
mengungkapkan semua perasaan dan maksud seseorang. Berarti interjeksi itu sudah
termasuk dalam bidang sintaksis. Atau dengan kata lain apa yang dinamakan kata seru
itu, bukanlah kata tetapi semacam kalimat.
Bermacam – macam interjeksi yang dikenal hingga sekarang adalah:

a.Interjeksi asli: yah, wah, ah, hai,o, oh, cis, cih, nah, he dll.
Contoh: hai, datanglah kemari!
b. Interjeksi yang berasal dari kata – kata biasa : yang dimaksud dengan interjeksi ini
adalah kata – kata benda atau kata – kata lain yang digunakan atau biasa digunakan kata
seru: celaka, masa, kasihan,
contoh: celaka, hpku hilang!
c. Interjeksi yang berasal dari ungkapan – ungkapan, baik dari ungkapan Indonesia asli
maupun dari ungkapan asing, misalnya: ya ampun, demi Allah, Insya Allah,
Alhamdulillahi robbilalaminn, astagfirullah.
Contoh: demi Allah saya tidak mengambilnya!

10. Kata Sambung


Adalah kata yang digunakan untuk menggabungkan kalimat tunggal dengan kalimat
tunggal lainnya.Bagian-bagian kalimat atau menghubungkan kalimat-kalimat itu dapat
berlangsung dengan berbagai cara:
1.Menyatakan gabungan: dan, lagi pula, serta.
Contoh: aku dan tina pergi ke taman
2.Menyatakan pertentangan: tetapi, akan tetapi, melainkan.
Contoh: saat liburan aku ingin pergi ke Jogja tetapi kakak ingin ke Surabaya
3.Menyatakan waktu: apabila, ketika, bila, bilamana, demi, sambil, sebelum, sedang,
sejak, selama, semenjak, sementara, seraya, setelah, sesudah, tatkala, waktu.
Contoh: aku selalu sarapan sebelum berangkat ke sekolah
4.Menyatakan tujuan: supaya, agar supaya dan lain-lain.
Contoh: ibu menyuruhku memakai jaket supaya tidak kedinginan
5.Menyatakan sebab: sebab, karena, karena itu, sebab itu.
Contoh: aku tidak sekolah karena sakit
6.Menyatakan akibat: sehingga, sampai.
Contoh: aku terlambat bangun sehingga terlambat sampai di sekolah
7. Menyatakan syarat: jika, andaikan, asal, asalkan, jikalau, sekiranya, seandainya.
Contoh: aku akan datang jika kamu mau menjemputku
8. Menyatakan pilihan: atau, maupun, baik, entah
Contoh: kamu pilih pensil atau buku
9.Menyatakan bandingan: seperti, bagai, bagaikan, seakan-akan.
Contoh: kau seperti air di daun talas
10.Menyatakan tingkat: semakin, kian, bertambah
Contoh: semakin hari kau semakin tinggi
11.Menyatakan perlawanan: meskipun, biarpun, dan lain-lain.
Contoh: meskipun aku miskin tapi aku masih bisa bertahan untuk hidup
12.Pengantar kalimat: maka, adapun, akan. Dalam kesusastraan lama kita mengenal pula
kata-kata pengatar kalimat seperti: bahwasanya, sebermula, syahdan, hatta, arkiran,
kalakian, sekali peristiwa.
13.Menyatakan penjelas: yakni, umpama, yaitu.
Contoh: bentuk kata ada empat yaitu kata dasar, kata turunan, kata ulang dan kata
majemuk.
14.Sebagai penetap sesuatu: bahwa.
15.Sebagai sangkalan: seolah-olah
Contoh: seolah-olah kamu bias menyelesaikan semuanya
Segala macam kata sambung yang menghubungkan atau menerangkan
kalimat secara jelas, disebut menerangkan secara eksplisit. Tetapi di samping itu sifat
hubungan itu dapat berlangsung tanpa memakai satu kata sambung pun. Maknanya
harus ditafsir atau diturunkan berdasarkan hubungan kalimat. Keteranganya yang tidak
mempergunakan alat-alat bahasa ini bersifat implisit, misalnya:
Ia datang, saya berangkat.
Dalam kalimat diatas secara implisit terkandung keterangan waktu.
Keterangan waktu yang tersembunyi itu secara eksplisit dapat dinyatakan sebagai
berikut:
Ketika ia datang, saya berangkat, atau
Ia datang, ketika saya berangkat.
Suatu hubungan yang dinyatakan secara implisit dapat ditafsirkan bermacam-macam;
tergantung dari pandangan tiap pendengar atau pembaca.
Penulisan Kata Yang Benar Menurut EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)

Penulisan kata

Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan kata.

1. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu.
2. Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan)
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh:
bergeletar, dikelola [1].
2. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung boleh digunakan
untuk memperjelas. Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi
3. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur
gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas.
Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan.
4. Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis
serangkai. Contoh: adipati, mancanegara.
5. Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung. Contoh:
non-Indonesia.
3. Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik yang
berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku), maupun
yang berbentuk berubah beraturan (sayur-mayur, ramah-tamah).
4. Gabungan kata atau kata majemuk

1. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua,
ibu kota, sepak bola.
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan
pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian. Contoh:
alat pandang-dengar, anak-istri saya.
3. Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat bagian
Gabungan kata yang ditulis serangkai.
5. Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki, kauambil,
bukumu, miliknya.
6. Kata depan atau preposisi (di[1], ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah lazim
seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di dalam, ke tengah, dari
Surabaya.
7. Artikelsi dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepada si kancil.
8. Partikel

1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah, apatah.
2. Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun,
bagaimanapun, dll. Contoh: apa pun, satu kali pun.
3. Partikel per- yang berarti "mulai", "demi", dan "tiap" ditulis terpisah. Contoh: per 1
April, per helai.

BENTUK KATA

Dalam pembagian kata berdasarkan bentuk kata terdiri atas 4 macam, yaitu adalah :

1. Kata Dasar, yaitu kata yang masih asli atau maksudnya kata yang belum mendapat
imbuhan atau yang belum mengalami perulangan. Ada dua macam kata dasar, yakni
kata dasar primer dan kata dasar sekunder. Kata dasar Primer, yaitu kata yang benar-
benar asli, misalnya air, kerja, tidur, dan sebagainya. Kata Sekunder, yaitu kata dasar
yang sudah mendapat imbuhan. Kata tersebut tidak terasa sebagai kata jadian karena
sudah menjadi kata yang sangat padu.
2. Kata Berimbuhan, yaitu kata dasar yang telah mengalami perubahan bentuk.
Perubahan bentuk itu karena adanya penambahan imbuhan atau afiks. Contohnya,
kata dasar tulis jika mendapat afiks akan menjadi menulis, penulis, penulisan,
menuliskan, tertulis, tulisan. Dengan penambahan afiks akan menyebabkan makna
kata dasar tulis menjadi berbeda.
3. Kata Ulang, yaitu kata yang mengalami perulangan pada sebagian atau seluruh kata.
Kata ini terdiri dari lima 5 bagian, yaitu 1). Kata Ulang Murni, 2). Kata Ulang
Sebagian, 3). Kata Ulang Semu, 4). Kata Ulang Perubah Bunyi, 5). Kata Ulang
Berimbuhan.
4. Kata Majemuk, yaitu gabungan dua kata atau lebih yang menimbulkan makna baru.
Seperti contoh yaitu : a. Orang tua, artinya orang yang ditugaskan, dihormati. b.
Rumah sakit, artinya tempat untuk merawat orang yang sakit. c. Kamar tidur, artinya
kamar atau ruangan untuk beristirahat atau tidur.
Dibawah ini adalah penjelasan pada pembagian Kata Ulang, yaitu adalah :

1. Kata ulang murni, yaitu kata dasar yang diulang seluruhnya, dan mengandung arti
jinak. Contoh : bukti-bukti, artinya jumlah bukti lebih dari satu, karung-karung,
artinya jumlah karung lebih dari satu, atau mobil-mobil artinya mobil tersebut tidak
hanya satu melainkan lebih dari satu.
2. Kata ulang sebagian, yaitu kara dasar yang mengalami perulangan pada sebagian kata
tesebut. Seperti contoh yaitu : Daun-dedaunan, runtuh-reruntuhan, luhur-leluhur,
tetangga, laki-lelaki.
3. Kata ulang semu, yaitu kata dasar yang diulang pada seluruh kata. Perulangan ini
sudah sangat padu, sehingga apabila dihilangkan salah satu kata maknanya akan
berbeda. Seperti contoh yaitu : kura-kura, berang-berang, paru-paru, siku-siku, dan
lain-lain.
4. Kata ulang perubah bunyi, yaitu kata ulang ini mengalami perulangan pada seluruh
kata. Pada sebagian vokal atau konsonannya mengalami perubahan bunyi. Contoh :
Siswa-siswa, putri-putri, warna-warni, serta-merta, sayur-mayur.
5. Kata ulang berimbuhan, yaitu bentuk perulangan dengan menambahkan imbuhan
pada kata dasar. Contoh : berjalan-jalan, kehitam-hitaman, keibu-ibuan, berkeping-
kepingan.

PERGESERAN MAKNA KATA

Pergeseran Makna Kata adalah perubahan makna suatu kata yang diakibatkan karna
perbedaan kurun waktu pemakaian atau pertukaran tanggapan dari pancaindra yang merespon kata itu.

Kata manis akan beda maknanya jika ditanggapi atau direspon oleh indra penglihatan.
Contohnya; wajahmu manis sekali.

Adapun jenis-jenis pergeseran makna antara lain sebagai berikut :

1. Meluas

Makna meluas yaitu makna kata yang sekarang lebih luas dari makna asalnya Contoh: kata
bapak, makna asalnya adalah orang tua laki-laki, namun sekarang kata ini berlaku bagi semua
orang dewasa laki-laki yang dihormati.

2. Menyempit

Makna menyempit yaitu makna kata yang sekarang lebih sempit atau terbatas dari makna
asalnya. Contoh; ulama, makna asalnya adalah semua orang yang memiliki pengetahuan yang
luas, tapi sekarang maknanya adalah pemuka agama islam.

3. Peyorasi
Makna peyorasi adalah makna yang sekarang lebih rendah nilai rasanya dari makna asal.
Contoh: kata abang, dulu kata ini digunakan untuk sebutan kakak laki-laki, namun sekarang
kata ini digunakan untuk orang laki-laki yang berstatus rendah, seperti abang becak, abang
tukang bakso, dll.

4. Ameliorasi

Makna ameliorasi adalah makna yang sekarang lebih tinggi nilai rasanya dari makna asal.
Contoh: kata istri atau nyonya memiliki nilai lebih tinggi daripada bini.

5. Asosiasi

Makna asosiasi adalah perubahan makna akibat adanya persamaan sifat. Makna baru hasil
asosiasi ini menunjukan makna kiasan. Contoh; kata kunci bermakna alat pengancing pintu .
Akan tetapi, dalam dunia pengajaran, kunci berarti jawaban soal-soal yang telah disediakan
oleh penbuat soal.

6. Sinestesia

Makna sinestesi adalah perubahan makna akibat adanya perbedaan tanggapan antara dua
indera yang berbeda. Contoh: Wajahnya manis sekali.
Kata manis sebenarnya untuk indera perasa lidah.

Sumber data :

( http://articles-by-me.blogspot.com/2014/02/pembagian-kata-berdasarkan-bentuk-kata.html )
diolah oleh kelompok 2 ( M. Rizky Pratama, Sri Aulia Ningtyas, Yuliasti Nabilah).

Sinonim dan Antonim

Pengertian Sinonim
Sinonim adalah kata yang memiliki makna atau arti yang sama.
Contoh kata sinonim misalnya ; kredit = mencicil, berdusta = berbohong, haus = dahaga, baju =
pakaian, bunga = kembang dan masih banyak lagi contoh lainnya.
Contoh kalimat yang menggunakan kata sinonim sebagai berikut

 Mobil pak Tono dibeli dengan cara kredit, karena ia lebih suka mencicil dari pada membayar
penuh. sinonim dari kredit = mencicil

 Semoga saja bu Sinta itu tidak berdusta, karena organisasi tidak menyukai orang yang suka
berbohong. sinonim dari berdusta = berbohong

Pengertian Antonim
Antonim merupakan kata yang memiliki arti yang berlawanan makna
contoh kata antonim misalnya ; suami lawan katanya istri, tua lawan katanya muda, besar lawan
katanya kecil, pria lawan katanya wanita, dan masih banyak lagi
Contoh kalimat yang menggunakan kata antonim sebagai berikut :

 panas x dingin.
 gelap x terang

Macam-macam Antonim :

A) Antonim Kembar, Kata-kata yang berlawanan makna, terbatas hanya dua unsur saja.

Contoh :

 perjaka x gadis
 jantan x betina
 jauh x dekat

B) Antonim Majemuk, Perlawan makna dengan beberapa kata.

Contoh :

 merah x tidak merah ( seperti : putih, hijau, biru )

C) Antonim Gradual, Perlawanan dengan tingkatan makna.

Contoh :

 gemuk x agak gemuk


 gemuk x kurang gemuk
 gemuk x tidak gemuk

(http://www.selogangsal.com/2013/07/pengertian-sinonim-dan-antonim-dan-contohnya.html )
diolah oleh kelompok 2 (M. Rizky Pratama, Sri Aulia Ningtyas, Yuliasti Nabilah).

Sintaksis

Pengertian Sintaksis
Sintaksis merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang mengkaji tentang kata, frase,
klausa, dan kalimat. Istilah sintaksis itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang
berarti dengan dan tattein yang berarti menempatkan. Jadi yang dimaksud dengan sintaksis
yaitu menemptkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata dan kelompok-kelompok
kata menjadi kalimat ( Verhaar : 1993 ). Dengan kata lain sintaksis merupakan struktur frase
dan kalimat ( Ramlan :1976). Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa satuan
sintaksis terkecil adalah kata. Hal ini berbeda dengan morfologi yang menempatkan kata
sebagai satuan terbesar, sedangkan dalam sintaksis satuan terbesar adalah kalimat.
Struktur Sintaksis
Anda pasti pernah mendengar istilah subjek (S), predikat (P), objek (O), dan
keterangan (Ket). Apa yang anda ketahui tentang istilah-istilah tersebut sebagai fungsi kata.
Anda mungkin juga tidak asing dengan istilah kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata
sifat (adjectival), kata depan dan kata bilangan (numeralia). Istilah-istilah tersebut adalah
kategori atau kelas kata. Bagaimana dengan istilah pelaku, penderita, penerima, aktif, pasif,
waktu, proses? Istilah-istilah tersebut adalah peran.
Untuk mengingatkan kembali pemahaman anda tentang istilah-istilah tersebut,
perhatikn kalimat berikut ini !
(1) Ibu membeli jeruk di pasar
Kata-kata yang terdapat dalam kalimat tersebut memiliki fungsi sebagai berikut :
Ibu membeli jeruk di pasar
S P O Ket
Sehingga dapat dilihat bahwa kalimat tersebut memiliki pola kalimat
S – P – O – K.
Alat sintaksis yang terakhir adalah konjungsi ( konektor). Konjungsi berfungsi
menghubungkan kata dengan kata atau klausa pada kalimat.
(12) Saya atau dia yang kamu cintai
(13) Dia memang baik tetapi dia menyebalkan
Pada kalimat (12), konjungsi atau menghubungkan kata saya dengan kata dia.
Sedangkan pada kalimat (13) konjungsi tetapi menghubungkan antara frase dia memang baik
dengan frase dia menyebalkan.
SATUAN-SATUAN SINTAKSIS
Di awal telah dikatakan bahwa satuan-satuan sintaksis adalah kata, frase, klausa, dan
kalimat.
Kata
Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai pengisi funsi sintaksis,
penanda kategori sintaksis, dan perangkai frase, klausa, dan kalimat. Jenis kata ada dua
macam yaitu kata penuh dan kata tugas. Kata penuh adalah kata yang secara leksikal
memiliki makna dan dapat berdiri sendiri sebagai satuan ujaran, misalnya kata manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan, air, merah, putih, kacang, pegi, tari, dan sebagainya. Kata tugas
adalah kata yang secara leksikal tidak mmpunyai makna dan di dalam petuturan tidak dapat
berdiri sendiri, misalnya kata dan, di, ke, dari, walaupun, meskipun, dan sebagainya.
Frase
Merupakan satuan sintaksis yang satu tingkat di atas kata. Sama halnya dengan kata,
frase juga berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Pengertian frase, yaitu gabungan kata
yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu
fungsi sintaksi dalam kalimat (Chaer : 1994) berdasarkan pengertian tersebut frase memiliki
dua sifat, yaitu : (1) frase merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih,
dan (2) frase selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa atau kalimat, yaitu S, P, O, K atau
Ket. Untuk lebih memahami soal frase perhatikan contoh berikut :

(14) Penjual bunga sedang merangkai mawar


merah

Frase Frase Frase


S P O
Frase penjual bunga dibentuk dengan cara memerluas kata benda (penjual) dengan
kata benda (bunga), frase sedang merangkai dibentuk dengan cara memerluas kata kerja
(merangkai) dengan kata keterangan (sedang), sedangkan frase mawar merah dibentuk
dengan memerluas kata benda (mawar) dengan kata sifat (merah). Pembentukan frase selain
memerlus kata benda dan kata kerja, juga memerluas kata sifat, misalnya frase marah yang
terbentuk dengan memerluas kata sifat (marah) dengan kata sifat (besar) atau frase sangat
kuat yang terbentuk dengan memerluas kata sifat ( kuat) dengan kata keterangan (sangat).
Klausa
Adalah sintaksis berupa runtunan kata-kata yang berkontruksi redikatif (Chaer :1994)
atau suatu bentuk linguistic yang terdiri atas subjek dan predikat (Ramlan :1976). Artinya , di
dalam konstruksi tersebut terdapat komponen kata atau frase yang berfungsi sebagai subjek,
predikat, objek, dan keterangan. Di dalam sebuah klausa minimal mengandung subjek dan
predikat, sedangkan objek dan keterangan bersifat fakultatif atau tidak wajib ada. Untuk
mempermudah pemahaman Anda tentang klausa perhatikan contoh konstruksi berikut ini :
(15) Ima menangis
S P
(16) Ima membeli baju baru
S P O
(17) Ima datang kemarin sore
S P Ket
(18) Ima menyiram bunga melati itu setiap pagi
S P O Ket
Setelah melihat contoh klausa diatas, yang menjadi pertanyaan adalah apa bedanya
klausa dengan kalimat ? Di dalam klausa tidak ada intonasi final, baik intonasi deklaratif,
interogratif, maupun interjektif, sedangkan sebuah kontruksi bila diberikan intonasi final
maka disebut kalimat. Conoh klausa diatas dapat berunah menjadi kalimat bila diberikan
intonasi final, misalnya :
Ima menagis ? (kalimat interogatif)
Ima membeli baju baru ? (kalimat interogatif)
Ima datang kemarin sore. (kalimat deklaratif)
Ima menyiram bunga melati itu setiap pagi (kalimat deklaratif)
Pertanyaan berikutnya adalah dimanakah letak klausa dalam sintaksis? Ya, kalau kata
dan frase mengisi fungsi=fungsi sintaksis maka klausa menjadi pengisi kalimat.
Berbicara mengenai jenis klausa, klausa dapat dibedakan berdasarkan struktur nya
dan kategori segmental yang menjadi predikatnya. Berdasarkan strukturnya klausa dapat
dibedakan menjadi klausa bebas dan klausa terika. Klausa bebas, klausa yang mempunyai
unsure-unsur yang lengkap atau sekurang-kurangnya memiliki unsure subjek dan predikat,
contohnya pada klausa (15), (16),(17), dan (18) klausa bebas juga dapat berubah menjadi
kalimat majemuk, yaitu (21) Ibu ku cantik dan pandai memasak. Klausa terikat mungkin
hanya subjek saja, objek saja, atau keterangan saja, misalnya klausa.
(17) Anak itu
(18) Kemarin malam
(19) Bila sudah sembuh
Klausa terikat biasanya digunakan sebagai kalimat jawaban. Misalnya : klausa (17)
digunakan untuk menjawab pertanyaan Siapa yang memecahkan piring ini?, klausa (18)
misalnya digunakan untuk menjawab pertanyaan kapan anda datang ?, sedangkan kalimat
(19) misalnya digunakan untuk menjawab pertanyaan kapan anda keluar dari rumah sakit ini
?.
Jenis klausa berdasarkan kategori segmentalnya, yaitu klausa verbal, klausa nominal,
klausa adjectival, klausa adverbial, klausa preposisional, dan klausa numeralia.
Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori verbal, misalnya :
(20) Dia berlari
(21) Ima menangis
(22) Anak-anak berenang di sungai
(23) Matahari terbenam
Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berkategori nomina, misalnya :
(24) Ayahnya pilot
(25) Ibunya dosen UT
(26) Kakeknya petani
Klausa adjektival adalah klausa yang predikatnya berkategori adjektiva, misalnya:
(27) Gedung itu tinggi
(28) Hari ini langit cerah
(29) Badan anak itu gemuk
(30) Anaknya pintar
Klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya berkategori adverbia, misalnya:
(31) Dia benar-benar memperhatikan nasihat ibunya
(32) Dia sangat mencintai ibunya
(33) Dia hampir menabrak anjing itu
Klausa proposisional adalah klausa yang predikatnya berupa frase yang berkategori
proposisi, misalnya:
(34) Pamannya di Bandung
(35) Ibunya ke pasar
(36) Kakeknya di kebun
Klausa numeralia adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau frase numerali,
misalnaya:
(37) Anaknya du orang
(38) Mobilnya tiga buah
(39) Kebunnya lima hektar
4. Kalimat
Adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan
pikiran yang utuh (Hasan Alwi : 1998). Unsur-unsur pembentuk kalimat, yaitu sebagai
berikut :
a. Bentuk (unsur-unsur segmental), yaitu kata, frase, dan klausa
b. Intonasi (unsur-unsur suprasegmental), yaitu naik turun suara, jeda, dan
kesenyapan. Dalam bahasa tulis, intonasi ditandai dengan tanda baca koma (,), tanda tanya
(?), atau tanda seru
c. Situasi yang menimbulkan ujaran itu timbul
d. Makna atau arti yang didukungnya.
Perhatikan bentuk-bentuk berikut ini!
(40) Meli memandang langit yang cerah.
(41) Langit yang cerah memandang Meli.
(42) Ibu menggoreng ikan bandeng.
(43) Ikan Bandeng menggoreng Ibu.
Ditinjau dari empat unsur pembentuk kalimat, manakah dari keempat bentuk tersebut
yang merupakan bentuk kalimat dan mana yang bukan bentuk kalimat ? Bentuk (40) dan (42)
dapat diterima sebagai kalimat sebab ditinjau dari empat unsur pembentuk kalimat tidak
bermasalah. Sedangkan bentuk (41) dan (43) tiddak dapat diterima sebagai kalimat, walaupun
dari segi bentuk dan intonasi tidak bermasalah.
Jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan jumlah inti yang membentuk sebuah
kalimat., jumlah pola kalimat, dan kategori predikatnya.
Berdasarkan jumlah inti yang membentuk sebuah kalimat, terdapat jenis kalimat
minor dan kalimat mayor. Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur
inti atau pusat, misalnya pada kalimat:
(44) Sedang pergi
(45) Sangat lapar
(46) Selamat!
Kalimat minor biasa dipakai sebagai jawaban dari sebuah pertanyaan. Sedangkan
kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur inti, yaitu
subjek dan predikat, misalnya pada kalimat:
(47) Kakaknya mahasiswa UT.
(48) Kakeknya petani cengkeh yang sukses.
Berdasarkan jumlah pola kalimat, terdapat jenis kalimat tunggal dan kalimat
majemuk. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu pola kalimat, misalnya pada
kalimat berikut :
(49) Ibunya sangat ramah
S P
(50) Ayahnya pendiam
S P
Sedangkan kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua atau lebih pola
kalimat. Berdasarkan sifat hubungan tiap pola kalimat atau disebut juga klausa-klausa yang
terdapat di dalam sebuah kalimat maka kalimat majemuk dibedakan atas kalimat majemuk
setara (kalimat majemuk koordinatif) dan kalimat majemuk bertingkat (kalimat majemuk
subordinatif). Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang dibentuk dengan cara
menggabungkan beberapa kalimat tunggaldan kalimat-kalimat tunggal tersebut bukan
merupakan perluasan dari salah satu fungsi dari kalimat tersebut serta masing-masing kalimat
tunggal memiliki kedudukan yang sama, misalnya penggabungan kalimat (49) dan (50)
menjadi kalimat Ibunya sangat ramah dan bapaknya pendiam. Pada kalimat
tersebut dapat dua buah klausa yang memiliki kedudukan yang sama. Klausa-klausa
tersebut dihubungkan dengan konjungsi dan. Selain konjungsi dan masih ada beberapa
konjungsi yang digunakan untuk membentuk kalimat majemuk setara, yaitu seperti, tetapi,
atau, lalu. Akan tetapi, tak jarang hubungan antara klausa dalam kalimat majemuk setara
tanpa menggunakan konjungsi, misalnya pada kalimat:
(51) Nenekku pandai bernyanyi, kakekku pandai bermain musik, cucu-cucunya
pandai menari.
Sedangkan kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat tunggal yang begian-
bagiannya diperluas sehingga perluasan itu membentuk satu atau beberapa bagiannya
diperluas sehingga perluasan itu membentuk satu atau beberapa pola kalimat baru dan pola-
pola kalimat tersebut tidak setara atau sederajat. Pembentukan kalimat majemuk bertingkat
dapat dilakukan dengan cara menggunakan kata penghubung antar kalimat (sebelum,
sesudah, agar, supaya, sebab, akibat, jika, jikalau, walaupun, bahwa), misalnya kalimat :
(52) Akibat hujan yang tidak berhenti selama tiga jam, Jakarta dilanda banjir.
(53) Saya akan tetap datang ke pestanya walaupun tak diundang.
Selain itu, pembentukan kalimat majemuk bertingkat dilakukan dengan cara
memperluas subjek, predikat, objek atau keterangan, misalnya kalimat :
(54) Bu Ratna guru di SLTP Teladan
S P Ket. Tempat
Perhatikan perluasan fungsi subjek kalimat (54) sehingga menjadi kalimat berikut ini!
Bu Ratna guru di SLTP Teladan

S P Ket. Tempat

Bu Ratna yang berwibawa itu guru di SLTP Teladan


S P P Ket.tempat
Sehingga pola kalimat tersebut adalah S-P, S-P-Ket.tempat
Perluasan fungsi predikat pada kalimat (54) sehingga menjadi kalimat berikut ini :
Bu Ratna guru di SLTP Teladan

S P Ket. Tempat

Bu Ratna guru tercantik di SLTP Teladan


S P P Ket. Tempat
Sehingga pola kalimat tersebut adalah S-P, S-P-Ket
Perluasan fungsi keterangan tempat kalimat (54) sehingga menjadi kalimat berikut ini
Bu Ratna guru di SLTP Teladan yang terletak di Depok
S P Ket. tempat Ket. Tempat
Sehingga pola kalimatnya adalah S-P-Ket, S-P-Ket
Berdasarkan kkategori predikatnya, jenis kalimat dibedakan menjadi kalimat verbal
dan nonverbal. Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal, atau kalimat
yang predikatnya berupa kata atau frase yang berkategori verbal, misalnya kalimat :
(55) Budi merayu Hapsari
(56) Citra menikmati indahnya alam
Kalimat verbal dibedakan atas:
a. Kalimat verbal transitif, yaitu kalimat yang predikatnya berupa verbal
yang biasanya diikuti oleh objek, misalnya pada kalimat (55) dan (56).
b. Kalimat verbal intransitif, yaitu kalimat yang predikatnya tidak memiliki
objek, misalnya pada kalimat:
(57) Anita menangis.
(58) Ayah marah.
(59) Adik tertidur di lantai.
c. Kalimat aktif, yaitu kalimat yang predikatnya kata kerja aktif, misalnya kalimat :
(60) Kakek membaca koran setiap pagi.
(61) Hapsari berlari sangat kencang.
(62) Dini mencuci baju sejak subuh.
d. Kalimat pasif, yaitu kalimat yang predikatnya berupa verba pasif, misalnya kalimat:
(63) Bola ditendang Rudi.
(64) Bunga-bunga itu disiram Ratni setiap pagi.
Kalimat nonverbal adalah kalimat yang predikatnya bukan kata atau frase verbal,
tetapi dapat berupa:
a. Kata atau frase nominal, misalnya pada kalimat:
(65) Ibunya buruh pabrik.
(66) Pamannya pedagang di pasar Tanah Abang
b. Kata atau frase adjektival, misalnya pada kalimat:
(67) Mukanya memerah.
(68) Lukanya mengering.
(69) Tubuhnya menghitam.
c. Kata atau frase numeralia, misalnya pada kalimat:
(70) Anaknya dua orang.
(71) Gajinya satu juta.
(http://ressinatasumanda.blogspot.com/2014/08/makalah-sintaksis.html) diolah oleh kelompok 2
(M. Rizky Pratama, Sri Aulia Ningtyas, Yuliasti Nabilah)

Partikel penegas

Partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya
berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Dalam bahasa Indonesia, ada empat partikel
penegas, yaitu -kah, -lah, -tah, dan pun. Tiga yang pertama adalah klitik sedangkan yang
keempat tidak.

-kah

Dipakai dalam kalimat interogatif dan berfungsi menegaskan.

1. Mengubah kalimat deklaratif menjadi kalimat interogatif: Diakah yang akan datang?
2. Bersifat manasuka dalam kalimat interogatif yang telah memiliki kata tanya seperti apa, di
mana, dan bagaimana: Apakah ayahmu sudah datang?
3. Memperjelas kalimat interogatif yang tidak memiliki kata tanya: Akan datangkah dia nanti
malam?

-lah

Dipakai dalam kalimat imperatif atau deklaratif.

1. Menghaluskan sedikit nada perintah kalimat imperatif: Pergilah sekarang, sebelum hujan
turun!
2. Memberikan ketegasan yang lebih keras dalam kalimat deklaratif: Dari ceritamu, jelaslah
kamu yang salah.

-tah

Dipakai dalam kalimat interogatif. Bersifat retoris: penanya tidak berharap mendapat jawaban
dan seolah hanya bertanya pada diri sendiri. Partikel -tah banyak digunakan dalam sastra
lama tapi kini tak banyak dipakai lagi.
Contoh: Apatah artinya hidup ini tanpa engkau?

pun

Dipakai dalam kalimat deklaratif.

1. Mengeraskan arti kata yang diiringinya: Mereka pun akhirnya setuju dengan usul kami.
2. Menandakan perbuatan atau proses mulai berlaku atau terjadi jika dipakai bersama -lah:
Tidak lama kemudian hujan pun turunlah dengan derasnya.

( http://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Partikel_penegas ) diolah oleh kelompok 2


( M. Rizky Pratama, Sri Aulia Ningtyas, Yuliasti Nabilah).

Isilah soal-soal dibawah ini dengan benar !


1. Berapakah jumlah jenis-jenis kata berdasarkan artikel yang ada di atas….
a. 9
b. 8
c. 10
d. 11
e. 13
2. Perlawanan dengan tingkatan makna, merupakan pengertian dari antonim…
a. antonym grandual
b. antonym kembar
c. antonym bertingkat
d. antonym majemuk
e. antonym bergeser
3. Perhatikan kalimat yang ada di bawah ini !
Rumah pak Danu di beli dengan cara kredit kepada sebuah badan usaha.
Kata yang digaris bawahi di atas memiliki sinonim, yaitu…..
a. cash
b. mencicil
c. berhutang
d. lunas
e. mencoba
4. yang sekarang lebih tinggi nilai rasanya dari makna asal, yaitu….
a. peyorasi
b. meluas
c. menyempit
d. sinestesia
e. ameliorasi
5. saat liburan aku ingin pergi ke Jogja tetapi kakak ingin ke Surabaya.
Kata penghubung yang bergaris bawah diatas menyatakan……
a. pertentangan
b. waktu
c. sebab
d. gabungan
e. tujuan
6. 1. berjalan-jalan
2. tetamu
3. daun-dedaunan
4. mobil-mobil
Dari data diatas ditunjukkan pada nomor berapa kata ulang murni…
a. 1
b. 2 dan 3
c. 2
d. 1 dan 3
e. 4
7. Perhatikan kalimat berikut !
Bu Ratna guru di SLTP Teladan yang terletak di Depok.
Apa bentuk pola kalimat yang terdapat pada kalimat diatas…
a. s, p, o, dan k
b. S, P, Ket. Tempat, Ket. Tempat
c. s, p, dan o
d. o, s, p, dan ek
e. s, ket, p, o
8. kata-kata yang merujuk pada bentuk suatu benda, bentuk benda itu sendiri
dapat bersifat abstrak ataupun konkret, yaitu…
a. kata sifat
b. kata benda
c. kata preposisi
d. kata keterangan
e. kata sambung
9. kalimat tunggal yang begian-bagiannya diperluas sehingga perluasan itu
membentuk satu atau beberapa bagiannya diperluas sehingga perluasan itu
membentuk satu atau beberapa pola kalimat baru dan pola-pola kalimat
tersebut tidak setara atau sederajat, yaitu….
a. kalimat majemuk bertingkat
b. kalimat tunggal
c. kalimat verbal
d. kalimat non verbal
e. kalimat majemuk
10. dibawah ini yang bukan merupakan satuan dari sintaksis, yaitu….
a. frase
b. kalimat
c. paragraph
d. kata
e. klausa

Anda mungkin juga menyukai