Anda di halaman 1dari 8

Coaching, Terobosan untuk Peningkatan Kinerja Rumah Sakit

Pertanyaan besarnya adalah bagaimana kaitan antara metode coaching yang


diaplikasikan untuk pemberdayaan SDM agar berdampak pada peningkatan kinerja
rumah sakit dan fasilitas kesehatan? Bagaimana coaching sebagai sebuah
metodologi dalam pemberdayaan selain untuk memfasilitasi pembelajaran dan
pertumbuhan pribadi juga dapat didedikasi untuk perbaikan/peningkatan kinerja
organisasi di lingkungan rumah sakit dan fasilitas kesehatan?

Dua pertanyaan besar tersebut akan dijawab dalam artikel edisi hospital coaching kali
ini.
Dalam memahami coaching untuk kinerja ada baiknya kita tuntaskan terlebih dahulu
soal kinerja. Kinerja adalah merupakan hasil capaian. Hasil capaian ini memiliki
dimensi berjenjang yaitu capaian individu dan organisasi. Capaian individu-individu
yang dikumulatifkan maka akan menjadi sebuah capaian organisasi (kinerja
organisasi).

Karena itu tidak bisa dipisahkan antara kinerja individu dengan kinerja organisasi. Ini
yang disebut sebagai efek momentum. Hal ini akan berlaku sebaliknya, yaitu bila
kinerja individu-individu buruk maka secara momentum akan membawa capaian
kinerja organisasi yang buruk pula. Individu adalah inti organisasi. Perbaikan
organisasi dimulai dari perbaikan individunya. Hal yang sama dengan peningkatan.

Coaching yang diarahkan untuk peningkatan kinerja akan bekerja secara metodologis
pada wilayah individu dalam menghasilkan sistem, struktur dan proses (SSP) yang
mendukung untuk tercapainya target kinerja (indicator kinerja utama) organisasi
rumah sakit dan fasilitas kesehatan. Lalu upaya seperti apa yang dapat dijadikan
desain teknis dalam mencapai target kinerja rumah sakit dan fasilitas kesehatan
tersebut?

Berikut adalah 4 langkah teknis dalam mencapai kinerja rumah sakit dan fasilitas
kesehatan dengan menggunakan pendekatan coaching:
1) Persiapkan model atau framework kinerja.
2) Jabarkan menjadi indicator kinerja utama. sistem, struktur dan
proses (SSP)
3) Gunakan pendekatan coaching guna mencapai indicator kinerja
utama
4) Evaluasi hasil capaian

Rinciannya adalah sebagai berikut:

1. Persiapkan model atau framework kinerja.

Model atau framework kinerja adalah suatu kerangka konsep kerja yang digunakan
setiap organisasi dalam mendesain fungsi manajerial kedalam pedoman teknis kerja.
Ada sekian banyak framework kinerja yang ada saat ini. Kita bisa memilihnya, namun
pilihan framework yang tidak tepat akan membawa hasil yang tidak tepat pula karena
framework di sini berfungsi sebagai blue print atas bagaimana arah perjalanan
pencapaian organisasi terhadap visi misinya.

Pilihlah framework kinerja yang sesuai dengan kekhususan dan keunikan organisasi
pelayanan kesehatan. Karena tidak sedikit organisasi yang tidak puas terhadap model
kinerja yang digunakan disebabkan karena mismatch, rumit, terlalu generic maupun
imbalance.

Pada artikel sebelumnya dijelaskan tentang MATH yaitu sebuah framework kinerja
untuk rumah sakit dan fasilitas kesehatan (baca artikel: Tantangan Perubahan
Terhadap Kinerja Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan di Era JKN). Gambaran
framework-nya adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Framework Mission Achievement Tools In Hospital (MATH) --- tertera pada
gambar ---
Sumber: Hartono,”Pengembangan Model Kinerja Rumah Sakit”, Disertasi, FKM UI,
2011
Framework kinerja MATH di atas adalah didisain untuk menjadi sebuah model kinerja
dalam mencapai misi rumah sakit dan fasilitas kesehatan. Framework kinerja MATH
memiliki beberapa manfaat yaitu:

a) berisi pilar yang sesuai dengan kaidah kesisteman dan perubahan,


b) sesuai dengan kekhususan dan keunikan organisasi pelayanan
kesehatan,
c) menjamin keseimbangan antara efektivitas, efisiensi,
sustainibilitas, promotif-preventif-kuratif-rehabilitatif,
d) dapat digunakan untuk menilai kinerja,
e) dapat digunakan untuk membuat perencanaan strategi, dan
f) dapat digunakan sebagai sistem manajemen.

Model ini dikembangkan untuk mengisi kesenjangan yang terjadi dalam praktek
manajerial rumah sakit yang efektif dan efisien. Framework kinerja MATH terdiri dari
8 pilar yaitu 7 pilar utama dan 1 pilar pencapaian pada gambar 1 diatas. Berikut adalah
gambaran dari definisi operasionalnya (Hartono, 2011):

A. Clinical Effectiveness. Merupakan pilar yang menjaga efektivitas klinis dari


suatu pengobatan yang dilihat dari ketepatan pengobatan, kesesuaian proses
pengobatan serta hasil proses pengobatan dan keselamatan pasien.

B. Efficiency. Merupakan pilar yang menyatakan perbandingan input atas output


dari aspek-aspek seperti ketepatan layanan, produktivitas, penggunaan
kapasitas dan kinerja keuangan.

C. Staff Orientation. Merupakan pilar yang menitikberatkan orientasi RS kepada


staf yang mendukung pencapaian misi dilihat dari perspektif individu, promosi
kesehatan & upaya keselamatan, respon sikap, faktor ekonomi.

D. Responsive Governance. Merupakan pilar yang mendisain tata kelola secara


responsif responsive terhadap upaya kesehatan masyarakat di lingkungan luar
dan dalam RS serta keterpaduan system layanan dikaitkan dengan
keselamatan lingkungan
E. Design. Merupakan pilar yang mengatur tentang aspek lingkungan dan desain
fisik RS yang berorientasi pada pasien dan keselamatan pasien dilihat dari
karakteristik ruang/desain, prinsip hijau, alur dan akomodasi staf RS.

F. Patient Centeredness. Merupakan pilar yang menempatkan pasien pada titik


sentral pelayanan serta orientasi terhadap pasien secara tepat yang dilihat dari
daya respek dan orientasi terhadap pasien

G. Safety. Merupakan pilar esensial dimana setiap layanan yang berikan harus
memiliki tingkat keamanan yang tinggi dilihat dalam konteks staff safety, patient
safety dan environmental safety

H. Mission. Merupakan pilar pencapaian tentang harapan keberadaan RS

2. Jabarkan menjadi indicator kinerja utama.

Setelah menentukan framework kinerja yang akan digunakan maka framework


tersebut perlu dijabarkan menjadi indicator kinerja utama untuk masing-masing unit-
unit yang ada di rumah sakit dan fasilitas kesehatan. Hal ini dimaksudkan agar setiap
unit di rumah sakit maupun fasilitas kesehatan memiliki cara pandang dan konsep
yang sama tentang framework yang digunakan.

Walaupun indicator kinerja utamanya berbeda antar unit namun yang terjadi adalah
semua unit menyanyikan lagu kebangsaan dengan syair yang sama. Dalam
menyusun indicator kinerja utama pada setiap unit di RS dan fasilitas kesehatan maka
sangat urgen memahami logical framework dari model kinerja yang digunakan, yaitu:

“Harapan-harapan yang tertuang dalam misi harus selaras dengan lingkungan


kontekstual yang ada saat ini maupun untuk masa mendatang, yang ini kemudian
menjadi arah strategis rumah sakit dan fasilitas kesehatan dalam menjalankan
operasional layanannya. Semua layanan yang diberikan terutama medis harus
bersifat clinical effectiveness, yaitu sebuah layanan yang memiliki dampak
menyembuhkan serta aman.
Penggunaan sumber daya untuk karakteristik layanan yang efektif secara klinis ini
harus bersandar pada prinsip efisiensi sehingga dapat menjamin ketersediaan
sumber daya untuk waktu yang panjang tanpa mengabaikan tingkat keamanan
layanan. Orientasi staf yang perlu disediakan adalah orientasi yang mengarah pada
terbentuknya SDM dengan tingkat keterampilan yang memadai dan sesuai standar
sehingga dapat menjalankan layanan yang dimaksud tanpa mengabaikan
keselamatan staf itu sendiri.

Layanan yang diberikan tidak hanya bersifat kuratif rehabilitative, namun juga harus
memperhatikan layanan yang responsive governance dalam hal ini berfokus pada
upaya promotif dan preventif terhadap pasien dan masyarakat di sekitar rumah sakit
dan fasilitas kesehatan. Arsitektural dan fungsi Design fisik RS dan fasilitas kesehatan
juga harus mempertimbangkan disain ruangan yang mempertimbangkan kaidah
efektivitas dan efisiensi layanan sehingga memberikan dampak yang menyembuhkan
secara bermakna bagi pasien.

Semua layanan yang diberikan harus berlandaskan pada isu keamanan atau safety,
yaitu aman bagi staf, aman bagi pasien dan aman bagi lingkungan. Selain aman,
semua layanan harus memperhatikan kaidah patient centeredness dimana semua
pasien diperlakukan sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku”.

Logika framework kinerja MATH ini perlu diturunkan ke semua unit-unit yang ada di
RS dan fasilitas kesehatan agar terjadi sistemisasi dan integrasi layanan. Berikut
contoh yang dapat dijadikan acuan:

unit Pelayanan Medis: didalamnya berisi unit layanan rawat jalan, rawat inap,
emergensi, intensif, unit tindakan (Operating Theatre) serta unit penunjang medis
lainnya. Daftar pertanyaan ini adalah berbasis framework kinerja MATH, yaitu untuk
digunakan sebagai alat bantu dalam menentukan indicator kinerja utama.

 Bagaimana agar di setiap unit layanan tersebut dapat terwujud suatu layanan
yang efektif secara klinis dan memenuhi kaidah safety?
 Bagaimana agar layanan tersebut juga efisien?
 Bagaimana karakteristik dan kompetensi SDM yang dapat bekerja pada unit
ini?
 Bagaimana upaya responsive governance (promotif dan preventif) yang dapat
dilakukan pada unit ini?
 Bagaimana struktur disain ruangan yang memenuhi kaidah safety ?
 Bagaimana prinsip patient centeredness yang dapat diwujudkan pada setiap
layanan di unit-unit ini?
 Bagaimana keselarasan misi yang dicanangkan oleh unit-unit ini terhadap misi
RS dan fasilitas kesehatan secara keseluruhan?
 Hal yang sama juga berlaku untuk unit-unit lainnya. Jawaban untuk pertanyaan
diatas harus berupa set indicator yang spesifik pada masing-masing unit
layanan. Dari set indicator tersebut maka baru dikembangkan system berupa
kebijakan-kebijakan yang ada, struktur organisasi unit serta proses tugas
pokok dan fungsi untuk mencapai target indicator kinerja utama tersebut.
Setelah mendapatkan set indicator kinerja utama, maka selanjutnya RS dan fasilitas
kesehatan menyiapkan langkah selanjutnya yaitu mulai menggunakan pendekatan
coaching guna mencapai indicator kinerja utama serta melakukan evaluasi terhadap
hasil capaian.
Salam Unstoppable Sharing – Untuk RS dan Fasilitas Kesehatan yang lebih baik

Great Leading Great Managing

Bahan Bacaan

Robbins, Stephen, “Prilaku Organisasi”, PT Indeks, 2006, Jakarta


Grant, “The Efficacy of Executive Coaching in Times of Organizational Change”,
Journal of International Coach Federation, 2013
Foster & Seeker, “Caching For Excellence”, Penerbit PPM, 2011
WHO,” Measuring Hospital Performance To Improve The Quality Of Care In Europe:
A Need For Clarifying The Concepts And Defining The Main Dimensions”, Report On
A Who Workshop Barcelona, Spain, 10-11 January 2003
Hartono,”Pengembangan Model Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Untuk Mencapai
Misi Rumah Sakit di Indonesia”, Disertasi, FKM UI 2011.
Penulis

Budi Hartono*

*) Penulis adalah seorang Healthcare & Hospital Coach, Health Administration &
Policy Consultant, Certified Lecturer dan Executive Trainer. Ia adalah founder dari
buttonMED COACHING sebuah lembaga strategis yang berfokus pada empowerment
SDM kesehatan serta pionir dalam bidang pengembangan coaching di fasilitas
kesehatan dan rumah sakit di Indonesia. Ia memiliki pengalaman lebih dari 15 tahun
dalam area Manajemen Rumah Sakit dan Kesehatan seperti: Pengembangan
Organisasi dan Kepemimpinan, Budaya dan Mutu Layanan Kesehatan, Manajemen
Keuangan, Unit Cost & Pricing, Ekonomi Kesehatan, Manajemen Strategi serta
Administrasi & Kebijakan Kesehatan. Ia telah bekerja secara intensif dengan mitra
strategis di fasilitas dan institusi terkait kesehatan seperti Rumah Sakit (RS),
Puskesmas, Dinas Kesehatan dan Kementerian Kesehatan serta di beberapa
Kementerian dan Perusahaan lainnya sebagai Instruktur Pelatihan, Peneliti,
Konsultan dan Executive Coach. Pada tahun 2011, Ia berhasil mempertahankan
disertasinya yang berjudul: “Pengembangan Model Pengukuran Kinerja RS Dalam
Mencapai Misi RS di Indonesia” dan mendapatkan gelar doktor dari FKM UI dengan
predikat sangat memuaskan. Ia adalah seorang yang memotivasi dan berkapasitas
dalam coaching maupun pemberdayaan untuk menjadikan pribadi eksekutif
bertumbuh dan berkembang bersama potensi dasarnya dalam sebuah pencapaian
prestatif sehingga mereka dapat berkontribusi signifikan dalam mencapai misi dan visi
luhur di organisasi manapun mereka berada. Ia telah memberikan pelatihan dan
coaching dihadapan lebih dari 15,000 peserta. Ia memiliki sertifikasi pada sejumlah
professional skill seperti Certified Coach Practitioner, Certified Professional Coach,
Associate Certified Coach dari International Coach Federation (ICF) USA, and
Certified Lecturer dari Kementerian Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Ia dapat
dihubungi melalui WA di 0816-48500-94, email: coachbuton@gmail.com, FB: Budi
Hartono Abihanni.

Info Konsultansi, Training & Coaching untuk Empowerment Program SDM dan
Organizational Development di Rumah Sakit atau Fasilitas Kesehatan dapat
menghubungi Annisah Zahrah, SKM atau Amina di no. 0815-8428-2656 | Kantor no.
7864978.

Anda mungkin juga menyukai