Cincin Bermata Biru
Cincin Bermata Biru
Cincin Bermata Biru
cincin ini masih ku genggam erat dalam tanganku...kupandang lagi, betapa indahnya permata yang
tersemat dicincin ini, mengingatkan aku pada birunya bola matamu tatkala kau memandangku, saat itu
pandanganmu mentapku seolah aku adalah hamparan laut biru yang indah yang sedang kau pandangi.
Deburan ombak berkejaran menyapu kaki dan rokku, menyentakan aku dari lamunanku...pantai
ini...dulu menjadi sejarah kita berdua, pantai ini dulu menjadi tempat pavorit kita merentang waktu
hingga senja jingga itu tiba, lalu menikmati matahari terbenam sambil masing-masing hati kita
memanjatkan doa yang sama, ingin terus seperti ini walau kita tak lagi muda suatu hari nanti, namun
kini..engkau bagaikan lukisan diatas pasir yang diberengus ombak dan membawanya ketengah lautan
yang dalam, tenggelam dengan damai, namun meninggalkan luka yang aku sendiri tak mampu
Kehilanganmu munafik jika aku mengatakan aku baik-baik saja, namun aku ingin
menunjukan bahwa aku bukanlah si gadis lemah yang mampu disakiti oleh cinta, air mata ini walau
mungkin tak banyak yang tau tapi cukup betah menemani sebelum tidurku hingga kini waktu yang
berjalan selama 4 tahun, lelah aku menepis bayangmu, namun entah mengapa semakin kucoba
melupakan semakin tertancap erat wajahmu dipelupuk mataku, semuanya hanya membuatku lelah dan
menghisap habis energiku, ingin aku menyerah..namun aku tak tau bagaimana caranya untuk berhenti.
Dan kini 4 tahun sudah berlalu, banyak hal yang silih berganti terjadi dengan hidupku, aku berharap
dengan seiring waktu aku bisa melupakan semua tentangmu, tentang kita, dan tentang janji-janji masa
depan yang pernah kau ceritakan lewat sikap dan pandangan matamu yang teduh. Pantai ini telah 4
tahun juga aku tak pernah lagi mengunjunginya, namun entah mengapa rasa rinduku padamu tiba-tiba
membuncah ketika kudengar sayup-sayup dari teman-teman seangkatan kita ada kabar yang
mengatakan bahwa kau akan segera menikah, entah setan apa yang menguasaiku saat kudengar berita
itu aku seakan tak lagi menginjak bumi, tiba-tiba hatiku dan fikiranku disergap rasa kosong dan
disana tak ada apapun selain keanangan dirimu, dan tak kusadari aku telah berada didalam mobilku
dan mengendarainya selama 4 jam menuju pantai ini, dan sore ini aku termagu bisu sambil
menggenggam cincin bermata biru yang pernah kau berikan, aneh...tak ada tangis saat ini, namun
hatiku kelu. Aku masih duduk ditepi pantai ini, kubiarkan kakiku dan sebagian roku basah dikejar
ombak, aku melihat ombak tinggi menggulung dari tengah laut, lalu mengecil- dan mengecil ketika
menghempas bibir pantai, aku tersenyum dingin, seperti itukah cinta kita, saat diawal sangat besar lalu
semakin hari semakin mengecil tergerus oleh banyak perbedaan diatara kita. Ingin rasanya aku
berteriak menghabiskan seluruh tenagaku dan berharap setelah itu aku tak lagi memikirkanmu, namun
aku tau, itu hanya sia-sia, dan aku membenci diriku, aku duduk menatap lurus kedepan, dan senja
jingga 4 tahu lalu ternyata masih sama, pemandangan semburat jingga merah didepanku sungguh
“Hai cantik...”sapanya saat aku duduk dikantin kampus, saat itu aku sedang mengerjakan
tugas kuliahku, “Hai....”jawabku tanpa melirik kearahnya, jujur saat ini aku tak ingin diganggu,
mataku tetap menatap ke layar laptop, “boleh gabung g? “Tanyamu tetap dengan kekehnya, dan aku
semakin sebal, kulirik tepat disampingku ternyata dirimu berdiri dengan tersenyum ramah kepadaku,
dengan wajah jutek dan cuek ku jawab, “enggak..saya lagi ingin duduk sendiri dan tidak berminat
untuk mengobrol”, jawabku ketus, “ooohhh...kalau gitu maaf y” katamu sambil berlalu, dan aku tetap
acuh hanya melihat layar laptopku, dan aku mengutuk dalam hatiku, mengapa semua laki-laki itu
pengganggu.
(kok tiba2 ja crt nya lompat bro?g nyambung ke paragraph ini.coba periksa lagu n baca
dl)Sialnya aku saat ini, entah mengapa tiba-tiba motorku mogok ditengah jalan, dan saat itu hampir
gelap, azan magrib baru dikumandangkan, kiri kanan jalan ini ditanami pohon sagu yang barair payau,
sering kata orang buaya melintas dijalan ini, bulu kudukku meremang membayangkan cerita itu,
sudah 3 x aku menyetop pengendara lain, tapi tak satupun yang berhenti, mereka semakin
mengencangkan kecepatanya saat aku melambaikan tangan, sepertinya rasa kekeluargaan dan
keramahan orang indonesia sudah mulai menurun, tiba-tiba aku teringat akan sikapku tadi siang
dengan seseorang yang tak aku kenal, apakah ini karma karena aku tadi sedikit tidak sopan dengan
orang lain, setelah orang itu pergi, tiba-tiba helen datang dan duduk disampingu dengan membawa
minumanya, ternyata dia memperhatikan saat dia memesan minuman, “zahwa kamu tau ga, cowok itu
adalah cowok primadona dikampus kita, dia dari jurusan tehnik, kok kamu ketus gitu sih dengan
cowok seganteng itu”, ujar helen, “haaah...ia ya”, jawabku, sambil mendonggakan wajahku dengan
kaca mata merosot sampai kehidung, aku berusaha mencari dan melihat lagi keberadaan cowok itu,
dan aku melihat disudut cafe ini dia duduk bersama teman2nya sedang tertawa bercengkrama dan
tanpa kusadari saat itu juga tiba-tiba kau juga melihat kearahku, pandangan mata kita bertemu, lalu
kamu tersenyum, dan aku masih dengan wajah datarku, lalu kualihkan lagi pandangan ku kelayar
laptop dan mengatakan, “ahhh..yang bener aj lo, biasa aj tampangnya”, jawabku, dan helen tersedak
mendengar jawabanku. Apakah hari ini hari sial bagiku, kuraba handphonku ternyta mati, batre hpku
lowbet, mati aku batinku, lalu aku berdoa dalam hatiku, ya Allah bantu hamba siapapun yang
menolongku saat ini tidak akan kulupakan jasanya dan akan kujadikan teman, aku menunduk dengan
dalam bercampur bingung apa yang harus aku lakukan. “Butuh bantuan ya”, tiba-tiba kudengar suara
seseorang disampingku, kulihat cowok yang tadi siang ingin duduk bersamaku menepi dengan
mengendarai motor herleynya, aku menatap matanya, benar kata helen, dia lumayan ganteng saat itu
aku melihat bola mata yang biru dan hudung mancung yang menawan, kenapa tadi aku tidak melihat
ini ya, apa bola mataku bermasalah gara-gara aku sedang panik sekarang, lalu kukerjab-kerjabkan
mataku utuk meyakinkan pandanganku, tiba-tiba angin kencang menerabas menerbangkan rambutku
yang panjang tergerai, dia tersenyum terkekeh melihat tingkahku, “butuh bantuan?” Ulangnya..”ia”,
jawabku sambil menunduk karena ada persaan malu dan tak enak melihatnya, lalu dia langsung
dengan cekatan memeriksa motorku, “OOO...ini businya yang harus diganti”, ucapnya sambil
mengambil busi yang baru dari bagasi motornya, ternyata dia menyimpan busi cadangan, beberapa
saat kemudian motorku dapat menyala kembali, aku menyaksikan itu semua dengan lebih banyak
menunduk, aku malu dengan sikap sombongku tadi siang, “sekarang motor kamu sudah bisa,
insyAllah aman sampi rumah”, ucapnya sambil mengelap tanganya yang hitam terkena oli,
“ooohhh...ia”, jawabku singkat, “terimakasih banyak jawabku”, lalu tiba-tiba dia menglurkan
tanganya” kenalkankan nama saya Alfatih” ucapnya sambil mengulurkan tangan, lalu kujabat baru
ingin kusebutkan namaku tiba-tiba aku mendengar suaranya, “Misyana Azahwa” (aq suka sm
namanya, cantik namanya bro) ucapnya sambil tersenyum padaku,” haaahhh...kamu tau nama saya”
ucapku terkejut, “sepertinya banyak yang mengenal kamu, mungkin tidak hanya saya, hanya saja
kamu tidak menyadari itu, Misyana Azahwa mahasiswi kedokteran yang cantik tapi super cuek,
mungkin wanita tercuek didunia ini itu kamu”, ucapnya sambil tersenyum, “ohya” jawabku tertegun,
“kamu ambil jurusan apa?” tanyaku iseng, saya jurusan arsitek bangunan,,,”heeemm..knp kamu ambil
jurusan itu?” Tanyaku..lalu dia terkekeh,,”ternyata benar kata orang kamu itu wanita cantik dan
kritis”, ucapnya, “saya ingin mengambil jurusan itu karena, saya ingin membangun rumah yang
kokoh dan penuh kehangatan, dengan desain yang membuat penghuninya selalu merindukan pulang,
sehingga keharmonisan dalam rumah itu dapat dirasakan oleh sebuah keluarga, saya ingin
membangun rumah yang menjadi penyatu bagi semua hati yang hidup dirumah tersebut, dan saya
ingin suatu hari membangun rumah bagi saya sendiri di tepi laut, sehingga saya bisa menghabiskan
waktu untuk melihat sun rise dan sun set, saya pecinta laut dan penikmat sun set”, ucapnya, entah
mengapa hatiku berdesir mendengar penjelasanya, tanpa kusadari aku mengatakan, “saya juga pecinta
laut, bagi saya deburan ombak adalah musik dan tasbih alam yang maha dahsyat, yang tidak pernah
membuat saya bosan, memandang luasnya laut membuat saya merasa damai, dan memandang sun set
membuat saya memiliki harapan untuk hari esok yang lebih baik”, aku tertegun dgn diriku, aku tak
pernah menceritakan semua ini kepada siapapun kesukaanku sedari kecil, hanya keluargaku saja yang
tau, sangking senangnya aku dengan laut, hingga papa membeli sebuah vila ditepi laut demi
membahagiakan aku, dan setiap pagi dan sore jika kami sedang berlibur di vila itu aku tidak pernah
absen duduk ditepi pantai menunggu senja, hingga mama menjulukiku bidadari penanti senja, tapi
mengapa aku mudah saja menceritakan pada laki-laki ini yang baru ku kenal, “ohh ya”, jawabnya,
“berarti kita punya hobi yang sama” ucapnya, “aku tau pantai yang memiliki pemandangan yang
sangat indah disini, dengan deburan ombak yang luar biasa, ucapnya, besok kamu ada waktu?, aku
mau ajak kamu kesana, bolehkan kita berteman?” tanyanya “Ooohhh...boleh” jawabku,” besok juga
jadwal saya tidak padat”, ucapku,,”ok trimkasih dan sampai ketemu besok” ucapnya sambil berlalu
kearah motornya, aku masih tercenung disini, tapi tiba2 dia kembali lagi menghampiriku, “oya boleh
minta nomer hp kamu?” Ucapnya..”boleh..” jawabku, lalu aku menyebutkan no hpku, setelah itu dia
mengatakan, “panggil saja saya fatih, dan kamu boleh saya panggil apa tanyanya?” Panggil saja saya
zahwa” ucapku, lalu kami sama –sama kembali kerumah, sejak saat itu kita benar-benar menjadi
teman yang baik, seperti ikrarku dalam doa itu, kita sering duduk bersama ditepi pantai menanti senja,
sambil menceritakan rencana-rencana masa depan yang ingin diraih, entah mengapa saat bersamamu
aku merasakan bahagia dan tanpa rasa bosan, kamu bukan tipe laki-laki yang biasa, setelah kita lama
mengenal aku baru menyadari kamu bukan laki-laki yang mudah mengobral kata cinta, padahal
kedekatan kita sudah cukup lama, kita sering berjalan bersama, ngofee bersama, bertukar pikiran dan
saling bertukar pendapat tentang banyak hal, sering tanpa segaja, saat aku sibuk bercerita tentang
banyak hal, lalu aku menoleh kepadamu saat itu aku mendapati kamu sedang menatap lekat kearahku,
dan saat aku melihatmu wajahmu tersipu merona, aku bisa merasakan getaran cinta dari semua
sikapmu, namun setahun kita menjadi teman kamu belum menyatakan perasaanmu padaku, dan hal itu
membuatku semakin kagum padamu, hingga dihari genap setahun kita berteman tepat pada tanggal 14
Desember kau (kasar kali bro.konsisten la.kamu or kau?) mengatakan dirimu menungguku dipantai
ini, dipantai biasa kita menikmati sun set. Saat itu kita duduk bersama menunggu sun set dengan
ditemani deburan ombak yang berkejaran, kau tepat disampingku, saat itu kamu benar terlihat tampan
sekali, lebih tanpan dari biasanya, saat itu entah mengapa kita sama-sama diam tidak seperti biasanya
kita bertemu, tiba-tiba kau mengeluarkan suara, “zahwa mau kah kau mendengarku sebentar saja”,
ucapmu, lalu aku mentapmu dan mengatakan iya, hari ini kamu terlihat berbeda, ada yang aneh
dengan sikapmu.
“zahwa..sejak pertama kali aku melihatmu adalah..saat kamu mendaftar dikampus kita, saat
itu aku melihatmu sedang terburu-buru, aku melihatmu berlari dan tiba-tiba kamu terjatuh, saat itu
kamu terlihat cantik sekali, entah apa saat itu yang membuatmu begitu sibuknya, lalu aku sering
menatapmu dengan diam di cafe kampus, kamu sering duduk sendiri dan sibuk dengan laptopmu dan
tugas-tugasmu, kamu sangat acuh dengan sekitarmu, kamu tidak menyadari banyak pasang mata laki-
laki yang mentapmu kagum, lalu hari dimana kau mengusirku siang itu dulu, kemudian saat senja
dijalan itu”, lalu kamu tiba-tiba diam...lalu ku dengar kembali suaramu lembut tertahan “aku hanya
ingin mengatakan aku menykaimu”, ucapmu sambil menatap mataku, aku tercengang mendengar itu
“aku tak hanya menyukaimu, tapi aku juga mencintaimu, saat bersamamu aku merasakan
adalah hal terbaik yang terjadi selalu, aku bahagia, nayaman dan tentram disampingmu, mau kah
kamu menjadi pacarku? “ Tidak.....bukan hanya pacar aku ingin hubungan ini hanya untuk
membuatmu meyakini aku adalah pilihan yang tepat, aku ingin kamu nantinya menerimaku menjadi
seseorang yang dapat menemani hari-harimu, menjagamu, melindungimu, dan menuntun tanganmu
melewati semua suka duka dalam hidup ini hingga kita tetap bergenggaman tangan hingga ke
Jannahnya, aku tidak ingin hubungan ini hanya sampai sebatas didunia, tapi aku ingin kita bersama
dikehidupan selajutnya. Aku tidak akan menjanjikan banyak hal, tapi aku hanya akan berusaha
menjadi yang terbaik dalam hal apapun untuk membahagiakanmu, aku telah yakin untuk memilihmu,
aku akan memberikan waktu untukmu meyakini memilihku, ketika kau telah yakin, mau kah kau
nanti hidup bersama denganku?” Tanyamu sambil menggengggam tanganku, aku tak dapat berkata
apa-apa tak dapat kutahan, air mataku mengalir deras membasahi pipiku..aku hanya mengangguk
menundukan kepalaku, entah mengapa aku merasa bahagia namun aku juga merasa sedih, kau
mengeluarkan kotak berbentuk love berbahan beludru, kau membukanya dan menyelipkan cincin
bermata biru dijari manisku, batu permatanya berwarna biru, biru laut pekat diterpa purnama malam.
Dan saat itu hari-hariku terasa semakin teramat indah sekali, aku benar-benar merasakan aku adalah
Saat itu.. semua hari-hariku menjadi sangat indah dan penuh warna, tepat sudah 2 tahun kita
menjalani hubungan ini, dan kita sama-sama akan mengahirinya dengan bingkai pernikahan, saat itu
kita sepakat akan memberitahukan keluarga kita masing-masing, dan saat itupun hubungan kita
mengalami guncangan yang hebat, mungkin saat itu adalah pertaruhan apakah kita benar-benar saling
mencintai. Ternyata latar belakang keluarga kita masih teguh memegang adat dari suku kita masing-
masing, dalam adat keluargaku, penghargaan kepada wanita sangat tinggi, wanita dimuliakan dengan
dipinang dengan pinangan yang baik dan dengan pemberian mahar yang pantas, sementara
dikeluargamu memegang adat yang teguh bahwa laki-laki lah yang harus dipinang dengan mahar
yang pantas, saat itu kita berdua sama-sama bingung harus bagaimana, sementara keluarga kita sama-
sama bertahan utuk sesuai adat yang telah lama dijalankan, tak satu pun kluarga kita yang ingin
mengalah, keluargaku dan begitu juga dengan keluargamu, saat aku menyampaikan keinginan
keluargamu pada papaku, yang harus meminangmu dan memberikan mahar, saat itu raut wajah dan
tatapan penuh kesedihan terpancar dari sana, aku mengerti bagaimana perasaan papa, sedari kecil aku
dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan dimuliakan bagai seorang putri kerajaan, pasti hatinya
sangat terluka tatkala putri satu-satunya harus menjalani adat pernikahan diluar dari kelaziman orang
kebanyakan, aku dapat meihat papa merasakan harga dirinya direndahkan, aku tak mampu menyakiti
hati dan harga diri mama dan papaku hanya demi kebahagianku, betapa egoisnya aku jika aku hanya
memikirkan kebahagianku dan membiarkan orang-orang yang aku sayangi terluka, aku ingin
kebahagianku menjadi kebahagian mereka juga, bukan sebaliknya. Sementara keluargamu juga
merasakan hal yang sama, keluargamu tak ingin mengubah adat yang telah dilakukan sejak turun
temurun, menyimpang dari adat bererti mencoreng nama baik dan harga diri keluarga. Namun aku tak
menyadari cinta kita benar-benar kau akhiri karena ini semua, saat itu aku mengira kau akan tetap
memperjuangkan walau bagaimana caranya, karena laki-laki yang berani adalah laki-laki yang
memperjuangkan cintanya dan wanita yang dia cintai, aku merasa aku adalah wanita, dan harga diriku
adalah diperjuangkan dan dijemput oleh laki-laki yang mengaku mencintaiku, namun ternyata aku
salah, ternyata cintamu tak sebesar itu padaku, hal yang harusnya kusadari sejak dulu kala. Tepat
disenja sore ini, kita duduk terdiam sejak satu jam lalu tak ada satu dari kita yang lebih dulu membuka
suara, aku diam, dan kamu juga, dari wajah kita tergurat kesedihan, aku benar-benar lelah dengan
semua ini.tiba-tiba kau membuka suara “ Keluargaku tetap tak ingin mengubah pendirianya, sejak
ayah meninggal aku adalah garis yang harus tetap menjalankan adat yang telah dijalankan dalam
keluargaku, jika aku melanggar berarti keluargaku harus terlepas dari garis keluarga yang lain, aku tak
tega membiarkan ibu dan adik-adiku terputus hubungan keluarga dari yang lain, aku tak tega mereka
diputuskan dari kluarga yang lain dan menjadi orang asing, aku tak bisa setega itu hanya demi
kebahagianku saja, aku tak tega menyakiti hati ibu dan adik-adik yang teramat ku sayangi”, ucapmu
sambil menunduk, saat itu aku melihat sisi terlemahmu yang saat dulu tak pernah aku lihat. Aku
masih diam mendengarkan itu semua, kudengar gemuruh ombak membuncah dan riaknya berkejaran
menyentuh kaki kita, sebentar lagi sun set akan menemani senja ini, dan hatiku teramat sakit saat ini,
“ mungkin kita tidak perlu lagi melanjutkan hubungan ini, lupakan semuanya, anggap semuanya tidak
pernah terjadi, dan ku harap kamu akan menemukan penggantiku yang lebih baik, aku benar-benar
minta maaf untuk semuanya”. Ucapmu. Aku mengangkat wajah dan menatap wajahmu yang
tertunduk, aku melihat air mata mengalir dari dua sudut matamu, “ Apakah kita berdua akan baik-baik
saja setelah ini semua nantinya ?” tanyaku, “aku yakin kita akan bisa melewati semua ini, biarlah sang
waktu yang akan menjadi pengobat semuanya” ucapmu, “ jika itu semua sudah menjadi keputusanmu,
aku hanya akan mengikutimu, karena aku adalah wanita, yang mungkin suatu hari semoga kau akan
mengerti mengapa aku bersikap seperti ini, ternnyata cinta kita akan berahir dan menyerah hanya
kerena sebuah perbedaan, namun aku tak akan memaksa dan egois untuk semuanya, mungkin
memang semuanya harus berahir agar semuanya baik-baik saja, baiklah kita lupakan semuanya, dan
anggap semuanya tak pernah terjadi” ucapku, aku menglurkan tanganku, “senang bisa mengenalmu
dan mencintaimu selama ini, terimakasih telah hadir dalam hidupku dan menorehkan warna yang
indah disana”, ucapku, kau menjabat tanganku, kurasakan tanganmu sedingin es, dinginnya menjalar
kedalam relung hatiku, setelah itu aku melangkah pergi meninggalkanmu yang masih terduduk ditepi
pantai dan kulihat matahari telah tenggelam kedalam peraduanya, kupercepat langkahku menuju
mobilku dan secepatnya meninggalkan pantai itu dan sejak itu aku tak pernah lagi datang kesana
sampai 4 tahun berlalu, dan sore ini untuk pertama kalinya aku kembali datang kepantai ini.
Aku masih terduduk dipantai ini, dan sebentar lagi sun set akan terlihat, tiba-tiba rinduku
padamu terasa semakin kuat menghujam relung hatiku, hari ini kubiarkan hatiku melakukan apa yang
dia inginkan, selama ini aku telah lelah malawan keinginanya. Terbayang lengan kekarmu, senyum
manismu yang menawan, hidung mancungmu yang membuatku iri, lukisan wajahmu begitu
sempurna, teringat kita saling berkejaran ditepi pantai ini, kita berkejaran melawan ombak yang ingin
menyentuk kaki kita, saat itu kita bergandengan tangan erat, tiba-tiba kau menahan ku dan
mengeluarkan setanggkai bunga mawar merah dari jasmu, dan memberikanya padaku, sambil
mengatakan, kau akan menjadi rumah bagiku, ketika aku lelah dan lemah aku boleh pulang dan kau
akan ada untuk memberikan aku kekuatan kembali, dan saat itu aku benar-benar sangat bahagia,
teringat saat tepat jam 12 malam hari ulang tahunku, kau mengetuk keras dijendela kamarku yang
membuat aku terkejut, aku membuka jendela kamarku dan kau ada disana dengan senyum manismu
memanjat menggunakan tangga, sambil memberikan buket bunga mawar merah kesukaanku sambil
mengatakan selamat ulang tahun dan mengatakan betapa kau mencintaiku. Tiba-tiba air mataku
mengalir deras tanpa kusadari, tuhan aku benar-benar lelah dengan semua kenangan ini, dan hari ini
aku akan mengakhiri semuanya, teganya kau mudah melupakanku dan bisa menikah dengan orang
lain, sementara aku masih dicekik oleh kenangan bersamau, aku melihat matahari tenggelam dengan
sempurnanya, aku berjalan menuju laut,,,kubiarkan roku basah, kurasakan air laut ini begitu dingin,
aku terus berjalan ketengah laut, kubiarkan air laut menggenagi sepinggangku, lalu ku buka
genggaman tanganku yang sedari tadi erat menggenggam cincin pemberianmu, lalu ombak besar
datang menggulung dihadapanku yang akan menghempasku, kubiarkan semuanya, biarlah cincin ini
dibawa pergi jauh oleh laut, dan tenggelam dengan damai disini, karena aku tak ingin lagi melihatnya,
dan ombak itu menghempas tubuhkuku sambil membawa cincin ditanganku, cincin itu kini telah raib
dan hilang, entah mengapa aku tak bisa melukiskan bagaimana saat itu perasaanku, ada rasa kosong,
sepi dan sakit disana, aku membeku beberapa saat, lalu aku tersadar dari kekosonganku, lalu aku
bergegas keluar dari dalam laut, bergegas meninggalkan pantai ini, aku berjalan limbung kearah
mobilku, dalam hati aku bertekad tak akan lagi ingin melihat sun set, tak ingin lagi mendengar
gemuruh ombak, dan tak ingin lagi melihat laut, mulai saat ini aku akan melupakan semuanya, aku
memacu mobilku dengan kencang menyusuri jalanan berliku diatas tebing ini, dan saat ini hari sudah
gelap, tiba-tiba saja dari balik tebing beratus burung bangau putih terbang dan bergerombol rendah
ketengah jalan dan menghalangi jalanan, aku ingin menghindari gerombolan burung itu, aku
membelokan stirku, tanpa kusadari aku membelokkan kearah yang salah, ternyata disebelah kananku
adalah tebing curam yang dalam, ku injak pedal rem tapi sial mobilku tetap tak dapat langsung
berhenti karena aku tadi membelokan dengan kecepatan tinggi, mobilku menerabas pembatas jalan
dan meluncur menuruni tebing, terjun bebas kebawah dan berdebam keras,tiba-tiba pandanganku
mengabur, aku melihat cahaya putih dan hitam berselang seling, lalu aku seperti kembali kepada
kenagan masa kecilku, saat itu aku melihat papa, mama dan aku, kami sedang berlarian ditepi pantai
sambil menunggu sun set tiba, papa berusaha menyiram ku dengan air laut, dan aku bersama mama
berusaha menghindari siraman papa dan kami berlari berkejaran ditepi pantai diiringi debur ombak
dan angin kencang, tiba-tiba aku merasakan pandanganku semakin mengabur, yang ada hanya gelap
dan gelap, dan aku merasakan sakit yang teramat sangat dikepalaku lalu aku tak sadar lagi apa yang
terjadi.
Aku berdiri diambang jendela hotel tempatku menginap malam ini, kusibak tirai jendela
kamarku, kulihat semua diselimuti es putih, aku melihat butiran salju turun dengan anggun dari langit,
belanda saat ini sedang musim salju, cuaca sangat dingin mencapai 0 o, kukeluarkan sebuah foto
terlihat hampir lusuh dari saku jaketku, terlihat lusuh karena sering kugenggam, disana terlihat
seorang wanita yang sangat cantik dengan rambut tergerai panjang melekatkan kedua jarinya kekepala
membentuk telinga kelinci,dan saat itu sedang senja, terlihat dibelakang gadis itu sun set dengan
jingga semburat merah sangat indah, betapa aku sangat merindukanya, ingin rasanya aku berlari dan
memeluknya, dia adalah satu-satunya wanita yang mengisi relung hatiku, sejak perpisahan denganya
tak ada lagi wanita yang bisa masuk dalam hatiku, entah mengapa aku sangat malas untuk mengenal
wanita lain, walau banyak teman yang berusaha mengenalkan padaku, tapi aku sedikitpun tak tertarik,
hidupku hanya ku habiskan untuk bekerja dan mencari uang, jika aku sedang rapuh dan merasakan
rindu hanya photo ini yang kupandangi, aku benar-benar tak berani untuk menghubunginya sejak
perpisahan dipantai itu dulu,” zahwa...apa kabarmu, apakah kamu baik-baik saja, aku sangat
merindukanmu” ucapku lirih sambil memandangi photo itu, dan photo itu tetap diam, hanya
tersenyum teramat manis kepadaku. Tiba-tiba ponselku berdering, tertera dilayar Ibu, lalu kuangkat,
kudengar suara ibu disana.” Fatih..kenapa kamu belum pulang nak, besok adalah hari pernikahanmu
dengan zahra, kenapa kamu blm pulang? Kapan kamu pulang nak? Tanya ibu dari seberang sana,
“fatih..jawab ibu nak” tanya ibuku lagi dari seberang sana..” fatih tidak pernah mencintai zahra ibu,
bagi fatih zahra hanya teman semasa kecil, tak ada perasaan lain, dan fatih tak ingin menikah
denganya” ucapku lirih...kudengar lagi suara ibuku” tapi fatih, zahra adalah wanita yang baik penuh
dengan kelembutan dan sholeha, dia adalah pilihan keluarga yang tepat untukmu, keluarga
memilihnya pasti itulah yang terbaik buatmu, itu adalah pilihan paman-pamanmu dan tetua adat kita
nak, zahra layak kamu jadikan istri, mau sampai kapan kamu terus hidup membujang? Tanya ibuku...”
“Ibu apakah sebuah keluarga sengat seegois itu” tanyaku, ibu hanya diam, lalu ibu menjawab “ kami
bukan ingin egois nak..tapi kami hanya ingin yang terbaik dan tepat untukmu nak” jawab ibuku
lirih...” tapi ibu, apakah kalian pernah bertanya apakah fatih bahagia dengan semua itu, apakah fatih
menyukai itu semua, apakah semua hal harus mengikuti apa kata keluarga, kapan fatih berjalan diatas
kehendak dan kebahagian fatih ibu” tanyaku dan kudengar suara ibu terisak menangis
disana..”pulanglah nak, mungkin saat ini kamu menganggap itu tidak baik, tapi percayalah bahwa
suatu hari nanti kau akan menyadari itu semua adalah untuk kebahagianmu” ucap ibu..” maaf ibu,
fatih tidak akan pulang, karena fatih tidak pernah mengiayakan rencana pernikahan ini, dan fatih tidak
pernah merencanakan pernikahan ini, jadi fatih tidak perlu merasa bertanggung jawab untuk itu
semua, dan harus ibu tau dan keluarga tau,,,bahwa fatih masih sangat mencintai zahwa, didalam hati
fatih hanya mencintai zahwa, fatih hanya ingin menikah denganya, dan jika pun fatih tak dapat
menikah denganya maka biarlah bu, selamanya fatih sendiri maafkan fatih ibu, membuat ibu kecewa
walau bagaimanapu fatih sangat mencintai ibu” ucapku dan aku mematikan telponya setelah
mengucapkan salam.aku tak perduli apa yang akan terjadi dikampung halaman, aku telah lelah
menghadapi keluarga yang terlalu menuntut banyak hal, tiba-tiba telponku berdering lagi, aku kira ibu
akan menelpon lagi, kulihat dilayar tertera nama “Helen”, helen adalah sahabat baik zahwa ada apa
gerangan dia menelponku, kuangkat telponku, kudengar suara helen berat disana, “ fatih kamu
dimana? Tanyanya...”aku sekarang ada dibelanda sedang ada urusan pekerjaan” jawabku “ ada apa
helen jarang-jarang kamu menelponku apa ada hal penting” tanyaku, kudengar diseberang sana suara
helen terisak menagis “ fatih sebaiknya kamu pulang, zahwa sedang kritis dirumah sakit, sekarang dia
sedang koma, dia kecelakaan ditebing sepulang dari pantai Moroaki tempat biasa kalian dulu sering
kunjungi bersama, pulanglah...mungkin ini kesempatan terahir kamu untuk melihat dia, ucap helen
sambil menagis tersedu-sedu..setelah itu aku hanya mendengar suara tangisnya dan telpn dmatikan,
aku bagai tersambar petir, tiba-tiba pikiranku kosong dan pandanganku nanar, setelah aku tersadar
segera aku menuju bandara untuk kembali ke Indonesia. Sepanjang perjalanan aku tak dapat menahan
isak tangisku, aku tak peduli dengan tatapan heran orang, dalam hatiku aku teramat sangat menyesal
Aku berdiri menggigil didepan rumah besar dengan dekorasi taman bunga yang indah, taman
bunga yang dipenuhi bunga mawar, mawar adalah bunga kesukaan zahwa, rumah ini dulu begitu
sering aku kunjungi, karena penghuninya selalu membuatku rindu, penghuninya yang memiliki mata
bening sebening embun pagi, aku melihat orang-orang sudah memenuhi ruangan dalam rumah, dan
semua orang menatapku saat mereka melihatku berdiri di ambang pintu, “mana zahwa” tanyaku
lirih..kurasakan seluruh tubuhku lemas, zahwa ada dibelakang ucap seseorang, dan aku dibawa
menuju taman belakang rumah, disana tepat didepanku, terlihat pusara dengan tanah merah yang
mengunduk, dan tertancap nisan yang bertuliskan sebuah nama yang sangat aku rindukan selama 4
tahun ini, nama yang terus menghiasi doa-doaku agar dia selalu bahagia, nama yang selalu
kuhayalkan akan menjadi bagian yang mengisi hari-hariku, nama yang kuharapkan akan melahirkan
dan menjadi ibu bagi anak-anakku, nama itu begitu anggun tertulis di batu nisan itu, bertuliskan,
“Misyana azahwa binti hendro al-amin”. Aku terjerebab didepan pusara itu, kurasakan seluruh sendi
dan tulangku remuk, seluruh tubuhku lemas tak berdaya, aku melihat om hendro berusaha
menenangkan tante Lusi yang menangis meraung-raung sejadi-jadinya yang tak dapat menerima
kenyataan pahit ini semua, dan kuliahat tante lusi pingsan didalam pelukan om hendro, dan kurasakan
saat itu tubuhku ringan dan pandangan mataku gelap, setelah itu aku tak tau lagi apa yang terjadi.
Ktika tersadar aku telah berada didalam kamarku, kulirik ibu duduk disebelahku dengan berurai air
mata, tanganya erat menggenggam tanganku. Sejak itu aku tak peduli lagi dengan hidupku, dengan
pekerjaanku, telah 2 minggu aku hanya mengurung diriku didalam kamar, aku tak berselera untuk
menyentuh makanan dan minuman, aku hanya duduk merenung dan memandang sebuah photo yang
telah lusuh dibasahi air mataku, aku tak peduli isak tangis ibuku dan adik-adiku dari belakang pintu
yang mengingatkan aku untuk makan, hatiku sangat hampa dan sangat menyesal dengan semua yang
terjadi, andai waktu bisa diputar lagi aku akan memilih tidak akan pernah masuk kedalam hidup
zahwa jika ku tau aku akan sangat membuatnya menderita dengan cintaku, ku baca lagi selembar
surat yang dititipkan tante lusi untuk diberikan padaku, katanya surat itu ditemukan dilaci meja
pernah membencimu
Aku kembali menagis membaca surat itu yang sudah lusuh karena berulang kali kubaca dan
basah oleh air mataku, tiba-tiba aku merasakan sakit yang teramat sangat didalam kepalaku, sudah 2
hari ini badanku terasa sangat panas, tiba-tiba pandangan mataku gelap, lalu aku tak sadar apa yang
terjadi padaku. Aku terbangun dari tidurku, aku merasa seperti ada beban yang sangat berat menimpa
tubuhku, seluruh tubuhku sangat kaku dan sakit, aku melihat ibuku berada disampingku
menggenggam erat tanganku,wajahnya kuyu dan basah dengan air mata, aku ingin mengeluarkan
kata-kata, tapi leherku terasa sangat sakit dan kering, kupaksakan untuk bersuara “ ibu..tolong
sampaikan permintaan maaf fatih pada tante lusi dan om hendro, pasti mereka saat ini sedang sangat
bersedih, fatih benar-benar minta maaf untuk semuanya, dan fatih juga minta maaf pada ibu, jika
selama ini fatih memiliki kesalahan dan tak menurut pada ibu,”kurasakan sakit yang teramat sangat
dikepalaku, nafasku tercekat dikerongkongan, lalu kupaksasakan lagi untuk bicara, “ibu...fatih sangat
menyayangi ibu”, ucapku lirih, dan kurasakan nafasku tersegal-sengal, dan sakit yang taramat sangat
di ubun2 kepalaku dan saat itu,,keanehan terjadi, aku dapat melihat tubuhku tapi aku tak dapat
menyentuhnya, tubuhku terbaring lemah dengan mesin monitor yang berbunyi nyaring, kulihat para
dokter dan perwat berlarian menghampiriku, aku melihat ibuku berteriak-teriak menagis memeluku
The end
(akhir yang menyedihkan bro. aq nangis baca ceritanya.sediiih x bro.aq suka ama cerpen mu ini).
Sayang ya dua orang yang saling mencintai terpisah oleh adatnya sendiri.seharusnya adat nya yg
mempersatukan mereka. Aq suka x dg nama misyana azahwa.very nice n must beautiful. Coba baca
lagi ya bro ada kata2 dicerpenmu yg g pas.klo menurutku bisa jd novel lho cerita ini.sayang bgt ya
mereka g bisa bersama.mungkin g jodoh didunia x.padahal aq berharap ceritanya masih panjang lho
wkwkwk…..)