Anda di halaman 1dari 9

Cinderella?

Cerpen Karangan: Nathasya Setiachristie


Kategori: Cerpen Lucu (Humor), Cerpen Pengalaman Pribadi, Cerpen Slice Of Life
Lolos moderasi pada: 17 March 2018

Hari ini hari Minggu, itu berarti aku harus siap-siap pergi ke gereja. Hari ini aku pakai baju apa yah? Minggu lalu aku pakai jaket
hitam dengan dalaman abu-abu dan celana jeans favoritku, berarti hari ini aku akan pakai rok dengan corak bunga berwarna
dominan orens dan atasannya biasanya aku pakai blouse peach polos, tapi hari ini aku mau yang beda. Aku akan mencoba mix and
match rokku dengan sweater putih dengan motif simpel dilengkapi dengan diamond di bagian leher.

Sekarang tinggal model make up yang cocok dengan baju yang aku pakai. Aku siap dengan Naked Paletteku. Sepertinya aku akan
menggunakan eye shadow dengan warna dasar foxy kemudian warna naked di atas dan di bawah mataku. Selanjutnya untuk
bagian ujung mata agar mata terlihat lebih besar aku harus menggunakan warna yang lebih gelap dari sebelumnya, mungkin
warna darkside. Yes cocok. Tapi tunggu, biar mataku terlihat lebih panjang aku harus menggunakannya melewati garis mataku,
seperti membuat garis fake yang terlihat seperti garis mataku. Untuk sentuhan terakhir aku harus menambahkan sedikit glitter di
mataku supaya mataku terlihat bersinar, he he he. Aku memilih warna half baked dipadukan dengan warna chopper. Sedikit
eyeliner untuk mempertegas mataku, mascara untuk bulu mataku, dan lipmatte warna Topaz favorit aku. Sekarang make up sudah
siap. Aku siap berangkat.

Sampai di depan pintu, hal selanjutnya adalah memilih sepatu. Aku mau terlihat feminine, aku mau pakai sepatuku yang bertali.
Tapi sepatuku sepertinya sudah sekarat, sebentar lagi sepatuku yang sebelah kiri hidupnya akan segera berakhir. Tapi aku sangat
ingin menggunakannya. Aku nekat tetap menggunakannya. Aku harus hati-hati dan pelan-pelan berjalan. Yeahh aku sekarang
benar-benar siap.

Hmm… inilah aku gadis yang selalu rempong ke manapun aku pergi. Aku melakukan apa saja demi ingin tampil perfect di depan

semua orang. Namaku Rachel. Aku sekarang berada di semester 4 bangku perkuliahan. Sebagai mahasiswa jurusan pendidikan aku
tetap harus menjaga etika berpakaianku. Jujur saja hal ini sangat sulit bagiku karena aku sangat ingin tampil fashionable. Memang
aku sudah sering ditegur karena gaya perpakaianku, tapi aku tampil sebagaimana aku. Aku selalu tampil dengan gaya yang
nyaman bagiku tanpa mempersoalkan trend, karena bagiku trend itu diri kita sendirilah yang menciptakannya bukan orang lain.
Jika kamu menganggap dirimu OK dengan trend sekarang, itu berarti dirimu bergaya dengan trend atau gaya orang lain dan bukan
dirimu sendiri. Kamu pasti kagum melihat orang dengan menggunakan pakaian yang menjadi trend sekarang. Memang mereka
terlihat keren karena apa yang mereka pakai cocok dengan mereka, itu bukan berarti kamu akan menjadi keren dengan
menggunakan apa yang mereka pakai. Tidak selamanya semua itu cocok dengan dirimu. Jadilah dirimu sendiri. Itu akan lebih
menyenangkan bukan. OK lanjutt.

Pagi itu aku moodku sedang bagus. Aku sangat percaya diri dengan apa yang aku pakai dari gaya rambut, make up, pakaian,
sampai sepatu. Tapi aku sedikit khawatir dengan sepatuku.

“Ok, aku harus jalan pelan-pelan. Tolong sepatu bertahanlah sampai aku kembali lagi. OK”, ujarku dalam hati.
“Satu… dua… satu… dua… yeyy”, aku berjalan sambil bernyanyi kecil.

Aku sering berbicara dengan diriku sendiri. He he he, memang sedikit terdengar gila. Tapi yah begitulah aku. Gadis kesepian yang
selalu bertindak ceria di depan orang bahkan pada diriku sendiri.
“Uhh kenapa jalannya jauh banget sih”, gumamku dalam hati dengan sedikit mengerutkan dahi.
“Sepatuku yang lucu sebentar lagi kita sampai, sabar yah. Kita harus terlihat anggun sekarang, kamu harus membantuku untuk
terlihat cantik dan aku akan membantumu terlihat keren, OK”, aku membuat perjanjian dengan sepatuku. He he he.

“Yeeyy, kita sudah melewati setengah perjalanan lebih, sebentar lagi kita sampai. Kamu melakukannya dengan baik sepatuku. Tapi
perjuangan kita belum selesai, masih ada sekitar 300 meter lagi untuk sampai ke gereja. SEMANGAT sepatu, kita akan menjadi
partner terbaik tahun ini”.

Hatiku sedikit lega karena sepatuku masih bertahan untuk setengah perjalanan dan aku yakin itu akan bertahan sampai aku
kembali lagi ke asrama. Oh iya, aku tinggal di asrama. Ini karena aku adalah mahasiswa yang beruntung mendapatkan beasiswa.
Jadi aku tidak harus membayar uang kuliah dan tempat tinggal. Hmm, aku bukan hanya sedikit gila dan kesepian, aku juga gadis
yang lumayan pintar kok. Hanya itu yang bisa aku banggakan he he he.

“Sekarang kita akan melewati gedung ini untuk pergi ke tujuan kita sepatu. Banyak sekali orang di sini, di depan ada orang, di
belakang ada orang. Hmm kita harus terlihat OK. Ayo kita beraksi”, ucapku dalam hati dengan mengangkat kepalaku dan dada
yang tegap.

Belum ada 5 meter setelah mengatakan itu, kaki kananku tersandung. Sebelum melewati pintu masuk gedung itu ada lantai yang
dibuat sedikit lebih tinggi kira-kira 1,5 cm.
“Aucchh… Oh tidakkkk”, aku terkejut dan sedikit berteriak.
“Oh tidak tidakkkkk, sepatuku tewas!!!”

Aku sangat panik dan tidak tahu harus berbuat apa. Lucunya lagi, dari tadi aku berusaha supaya sepatu kiriku tidak tewas karena
yang kirilah yang sekarat dan yang tewas lebih dahulu adalah sepatuku yang sebelah kanan.

“Sekarang aku harus gimana… ini sangat memalukan… banyak sekali orang di sini”, kataku dalam hati sambil menundukkan
kepalaku dengan sedikit menutupinya dengan tanganku dan perlahan-lahan bergerak ke arah samping.

Aku benar-benar berada dalam situasi yang sangat membingungkan, karena sekarang sudah menunjukkan pukul 7.45 am
sedangkan ibadah akan segera dimulai 5 menit lagi. Aku berpikir untuk kembali tapi waktunya sudah sangat mepet, tapi lebih tidak
mungkin lagi kalau aku pergi ke gereja dengan sepatu yang tewas ini. Sekitar 1 menit aku bernegosiasi dengan pikiran dan
perasaan maluku. Namun akhirnya aku membuat sebuah keputusan.
“OK… Aku harus melakukan ini”, ucapku dalam hati dengan mata tertutup dan kepala tertunduk.
Pandanganku hanya tertuju ke gedung asramaku yang berada sekitar 200 meter dari gedung dimana aku berada dan gedung
tempat ibadah yang berada sekitar 300 meter dari gedung dimana aku berdiri. Aku membalikkan badanku ke arah asrama dan …
“Aku harus kembali ke asrama dan mengganti sepatuku, sekarang aku tidak peduli, tetap aku harus kembali sekarang dan aku
tidak boleh terlambat ke gereja”, tangan kananku mulai meraih sepatu kananku yang tewas.

“Aku harus lari dengan kecepatan tinggi melewati lautan manusia di depanku dengan wajah tetap tersenyum anggun menutupi rasa
malu yang melebihi ukuran bumi dan dengan tangan kananku yang memegang sepatu”, ucapku dalam hati sambil berlari.

“Wahh Cinderella membawa sepatunya… Ha ha ha”, kata orang-orang sambil aku berlari.
Aku mengabaikan semua perkataan orang-orang itu dan tetap berlari. Aku tidak sadar jika sepatu kiriku masih terpasang di kaki
kiriku saat aku berlari.

“Wahh kamu memang partnerku yang terbaik, kamu menepati perjanjian kita tadi, kamu tetap bertahan meski aku berlari. Ayo
sekarang kita berdua harus berjuang untuk tiba di asrama dengan cepat”, cakapku dalam hati dengan nafas terengah-engah.

“Hampir sampai, hehh ehh heeh huihh”

“Oh NO, jangan bilang itu dia!! .. Oh tidakkkkk itu benar benar diaaaa…”,aku terkejut bukan kepalang.

Jantungku terasa tersentak dan berdegub kencang melebihi getaran alarmku. Kecepatan berlariku bertambah 2 kali lipat sambil
memalingkan wajahku sebisaku supaya dia tidak mengenaliku. Tapi apalah daya, matanya mengikutiku sampai aku melewatinya
dan aku yakin dia mengenaliku. Siapa sangka di saat yang genting seperti ini aku bertemu dengan cowok yang selama ini aku
taksir, dengan penampilan yang hmmm benar-benar tidak karuan.
“Jangan lihat aku… jangan lihat akuuuu…”, aku berteriak sekencang-kencangnya dalam hatiku dan berharap dia mendengarnya.

Aku sampai di asrama dan benar-benar sunyi karena semua orang sudah berangkat ke gereja. Tanpa berpikir panjang aku
langsung meraih sepatu sneaker hitamku yang biasa kupakai untuk berjalan santai. Sekarang penampilanku tidak jelas lagi. Bagian
atas sudah seperti puteri anggun, tapi bagian bawah seperti gadis gelandangan.
“Hehh ehh huuiihhh aku hehh ambil hhh inihh ajahhh lahhh…”, nafasku tidak karuan lagi.

Aku berlari kembali menuju ke gereja. Sekarang aku sudah menggunakan sepatuku dan aku sudah tidak tahu lagi bagaimana
penampilanku. Make upku luntur dan rambutku tidak karuan lagi.
“Uppssihh itu dia… wah lariku cepat juga yah aku masih bisa mendahuluinya. Uhmm lariku yang cepat atau dia yang jalannya pelan
yah?.. ehmm gak taulah yang penting sekarang aku udah lega”.

Aku benar-benar tidak merasa malu lagi atas kejadian yang tadi. Sampai di gereja, aku langsung duduk meskipun wajahku masih
terengah-engah aku langsung merapikan rabutku dengan tanganku dan melap keringatku dengan tissue. Aku berusaha untuk
mengendalikan diriku dan mengatur nafasku. Tanpa sadar ternyata semua orang melihat ke arahku. Aku langsung terpaku, serasa
aku tidak bisa bergerak lagi dan pasrah karena tidak ada cara lagi untuk menyembunyikan wajahku.

Aku berusaha fokus untuk beribadah tapi kata-kata orang-orang tadi terus terngiang-ngiang dalam kepalaku. “Wahh Cinderella
membawa sepatunya…”. Tapi entah kenapa mengingat kata-kata itu, ada sedikit rasa senang karena aku di sebut Cinderella ha ha
ha. Tapi kisah Cinderella yang asli harusnya Cinderella kehilangan sepatunya, tapi aku malah membawa sepatuku yang rusak. Ha
ha ha.

Aku mengikuti ibadah dengan lancar dan di akhir ibadah aku berkata kepada Tuhan, “Terima kasih Tuhan untuk kejadian pagi ini,
Engkau berhasil membuat kisah Cinderella yang hanyalah dongeng menjadi sebuah kisah nyata…, tapi Tuhan aku boleh bertanya
gak? Apakah Engkau tertawa terbahak-bahak saat aku berlari? Jujurlah Tuhan…”

Cerpen Karangan: Nathasya Setiachristie


Facebook: Nathasya Setiachristie
Kecelakaan Menakutkan

Cerpen Karangan: Safirotul Makhrushoh


Kategori: Cerpen Pengalaman Pribadi, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 9 February 2018

Namaku Shasa. Aku baru anak SMP kelas 1. Setiap hari aku harus bangun pagi karena jarak sekolah dengan rumahku lumayan
jauh.

Pagi-pagi mama sudah membangunkanku. “Sha, ayo bangun cepat, nanti keburu telat sekolahnya!”
“Hmmmm, bentar lagi, Ma.” Jawabku pada mama agak malas.
“Kamu itu, jangan malas-malas! Lihat sekarang udah jam 06.00.”
“Apa?…!!!” Aku sangat terkejut dan langsung bangun lalu mandi.

Pukul 06.30 aku baru berangkat, padahal biasanya aku jam 06.00 saja sudah berangkat. Yang lebih parahnya lagi aku harus naik
sepeda, karena mama nanti acara sampai sore jadi gak ada yang jemput. Di jalan aku naik sepeda sambil ngebut karena keburu
terlambat ke sekolah.

“Ting.. Tong.. Ting.. Tong..” Bel pulang sekolah telah berbunyi saatnya murid-murid pulang sekolah.
Aku pulang pukul 13.00 dan aku sangat lelah karena udara terasa sangat panas hari ini. Aku pulang agak ngebut karena aku
keburu lapar.

Di tengah jalan, aku melihat tiba-tiba ada seorang anak SMA yang naik motor sangat kencang sekali. Tanpa disadari ada truk dari
arah berlawanan, dan terjadilah kecelakaan yang sangat mengerikan sekali. Darah yang mengalir sangat banyak. Tak hanya itu,
badan anak SMA itu bisa hancur. Aku yang melihat kejadian itu langsung saja pergi dan pulang ke rumah karena aku sangat takut.

Sesampainya di rumah aku langsung tertidur karena aku masih takut dengan kejadian tadi. Aku mencoba untuk melupakan
semuanya. Aku berharap mimpi yang sangat indah.

Aku terbangun dari tidurku, “Ma, mama, ma..” aku memanggil mama ku.
“Apa, Sha?” Jawab mama
“Sekarang jam berapa, Ma?” Tanyaku pada mama
“Udah jam 15.30 nih, ayo sholat asar dulu!” Perintah mama kemudian

Aku lalu bangun dan sholat asar. Pada saat sholat aku tiba-tiba teringat kejadian tadi saat pulang sekolah. Aku jadi tidak dapat
khusyu’ ketika sholat.

Setelah selesai sholat mama menghampiriku lalu bertanya, “Kamu kenapa sih, Sha kok gak biasanya kamu tidur siang, trus pas
kamu bangun tidur sampai kamu sholat asar kamu kaya orang ketakutan gitu? Kenapa sih emangnya?”
“Tadi itu… Aku waktu pulang sekolah aku lihat ada kecelakaan mengerikan, Ma. Trus tuh ya badannya hancur. Jadi kan aku takut
banget.”
“Astaghfirullah, ngeri banget dong brarti.”
“Ya iyalah, Ma.”
“Ya udah, berarti itu dapat disimpulkan kalau naik kendaraan itu jangat ngebut-ngebut dan harus tetap waspada! Kamu juga,
jangan ngebut kalau di jalan!”
“Iya, mamaku sayang!”
“Ya udah, sekarang kamu makan dulu sana, tadi kan belum makan! ”
“Iya, iya…”
Momen Liburan Keluarga dan Teman Yang Paling Berkesan

Cerpen Karangan: Darmawan Saputra


Kategori: Cerpen Pengalaman Pribadi
Lolos moderasi pada: 24 February 2018

Saat liburan hari raya idul fitri kemarin saya tidak berlibur, saya hanya berdiam diri di rumah seperti layaknya Anak Rumahan,
hehehe.
Kerjaan saya hanya makan, tidur, menonton tv, main hp dan sebagainya. Dengan suasana yang seperti itu tentunya bikin bosan
bukan? Siapa kan yang nggak bosen dengan suasana yang seperti ituu? Sobat pasti nggak mau kan?
Dengan suasana seperti itu saya sangat bosen sekali, saya sering merenung sendiri entah apa yang dipikirkan, (Hmmmm apa ya?)

Saat saya lagi merenung tiba-tiba ada orang yang memukul pundakku dari belakang, aku terkejut,. Aku langsung menoleh ke
belakang ternyata yang memukul pundakku adalah abangku. Abangku langsung bertanya kepadaku “kenapa kamu merenung dik?
Apa yang kamu pikirkan?”
“Saya bosan bang dengan suasana yang seperti ini terus, hanya di rumah tak ada ngapa-ngapain hanya tidur makan aja”, kata
saya.

“oh, karena itu dik, hmmm yang sabar ya dik, abang juga bosen dik dengan suasana yang seperti ini dik, oh iya dik abang kemaren
ada rencana mau muncak minggu ini sama kawan abang, kamu mau ikut nggak dik mungkin dengan suasana yang berbeda di
puncak nanti bisa membuatmu lebih semangat lagi”, kata abangku.
“Muncaaaaaak? Mau bang mau, muncak ke mana bang?”, kata saya.
“Iya dik rencananya kami minggu depan mau muncak Gunung Dempo, dan kami rencana berangkatnya jam 5 subuh sanggup
nggak kamu bangun jam segitu dik..?”, kata abangku.

“Hmmm, Abang kayaknya ketinggalan berita ya hehehhe, jam segitu doang maaaah kecil bang, pasti bangun aku bang, hmmm tapi
sholat subuh dulu bang baru kita berangkat nanti supaya berkah bang”, kata saya.
“Hahahha, Ok dik kalau gitu, minggu depan kita berangkat dan persiapkanlah barang-barang yang mau dibawa nanti”, kata
bangku.

Setelah saya mendenger cerita dari abangku rencana untuk berlibur tadi, semangat saya mulai bangkit lagi, seperti matahari di
pagi hari yang mulai menyinari bumi, heheheh.
Hari pun semakin berlalu aku sudah tidak sabar lagi menunggu hari liburan pun tiba. Jumlah yang mau berangkat ke sana ada 6
orang aku, abangku, kawan abangku 3 dan satunya keponakanku. Tepat 1 hari sebelum keberangkatan kami menyiapkan barang-
barang yang mau dibawa nantinya. Setelah barang-barang sudah kami siapkan semua, kami pun beristirahat.

Keesokan harinya tepatnya pukul 04:30 kami semua bangun pagi, kami bergegas sarapan, mandi dan juga sholat subuh. Setelah
selesai sholat subuh tepatnya pukul 05:30 aku dan abangku minta izin sama ibuku untuk pergi liburan. Setelah itu kami langsung
berangkat menuju Gunung Dempo.

Saat di perjalanan menuju kesana kami terkena hujan beberapa kali dan kami banyak menghabiskan waktu karena menunggu
hujannya berhenti terlebih dahulu baru melanjutkan perjalanan.

Tepat pukul 16:05 kami sampai di kaki Gunung Dempo, untuk naik ke sana ada dua jalur yaitu jalur dari Kampung IV dan dari
Tugu Rimau. Di sini kami memilih jalur dari kampung IV karena lebih dekat dan juga tidak ditutup saat itu.

Setelah kami sampai di Kampung IV kami beristirahat sejenak dan sholat. Di sini tempat terakhir untuk bisa menggunakan
kenadaraan karena di sini adalah tempat untuk memulai naik ke atas Gunung. Setelah itu kami mau melanjutkan perjalanan
menuju ke atas dan kami bertanya kepada salah seorang penjaga di sana.
“Pak kami mau naik ke atas itu masih bisa nggak kalau sekarang”, kata abangku.
“sebenarnya bisa saja dik kalian mau naik ke atas jam berapa saja, tapi sekarang di atas itu hujan dan licin mana suhunya di sana
sampai 5 derajat, menurut bapak kalian besok saja muncaknya karena terlalu berbahaya kalau mau naik sekarang ke sana”, kata
penjaganya.
“oh, gitu ya pak, wahh itu berbahaya kali buat kami bisa-bisa beku juga kami di atas, terimakasih pak informasinya”, kata
abangku.

Setelah mendengar informasi itu kami memutuskan untuk tidak naik dan kami memutuskan untuk pindah ke tempat yaitu ke Bukit
Besak. Setelah ada rencana ke 2 akhirnya kami langsung memutar arah dan pergi ke sana.

Kami sampai di sana pada pukul 21:45 dan kami langsung naik ke atas tanpa ada rasa takut. Waktu untuk naik ke sana sekitar 1
jam lebih tapi tidak ada masalah mau sampai jam berapa sampai ke atas yang penting sampai ke atas dengan selamat.

Tepat pukul 23:15 kami sampai ke atas ternyata di atas banyak sekali orang yang berkemah juga. Sampai di sana kami langsung
mendirikan tenda, setelah mendirikan tenda kami pun makan terus beristirahat.

Keesokan harinya kami pun terbangun karena suara orang-orang yang begitu ramai sambil melihat indahnya Sunrise, kami pun
melihat ke arah yang ada sunrisenya ternyata sunrisenya sangat indah sobat. Suasana inilah sobat yang kami tunggu-tunggu dan
kami langsung mengambil kamera untuk mendokumentasikan suasana yang indah ini.

Sehabis dari foto-foto kami pun makan dan bersiap-siap untuk pulang. Setelah semuanya selesai kami melanjutkan perjalanan
untuk pulang ke rumah. Di tengah perjalanan banyak hal yang bisa kami dapat dari kebersamaan, saling membantu satu sama lain
dan yang terpenting ialah kompak dalam menghadapin semua rintangan.
Sesampai di rumah ada yang langsung mandi ada yang beristirahat dan langsung tertidur, ada yang sakit semua badan pokoknya
lengkap dehh, hehehhe. Tapi dengan hal yang kayak gitu kami nggak ada ngomong nggak mau muncak lagi malahan kepengen
muncak sama-sama lagi.

Cerpen Karangan: Darmawan Saputra


Blog: darmawangml97.blogspot.co.id

nama: Darmawan Saputra


tempat tanggal lahir: Gunung megang, 21-11-1997
alamat: Gunung Megang Luar

Anda mungkin juga menyukai