Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pusat Pendidikan Kavaleri ( Pusdikkav ) berada di bawah jajaran Pusat

Kesenjataan Kavaleri Kodiklat TNI AD, Pusat Pendidikan Kavaleri yang berada

di Padalarang Kabupaten Bandung Barat sebagai lembaga pendidikan yang

mempunyai fungsi mencetak prajurit-prajurit Kavaleri, lembaga yang

menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang meliputi kegiatan penerimaan calon

peserta didik, upacara pembukaan dan penutupan pendidikan, proses belajar

mengajar dan latihan serta kegiatan bimbingan dan pengasuhan bagi siswa,

Pembinaan Korps Kavaleri pembinaan pegawai,kesejahteraan pegawai pembinaan

karier pegawai guna mewujudkan prajurit Kavaleri yang profesional handal dan

dapat dibanggakan berguna di masa damai. Dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan, pemerintah melalui Menteri Pendidikan Nasional telah

mencanangkan: “gerakan peningkatan mutu pendidikan” Gerakan ini

dimaksudkan untuk memicu peningkatan percepatan mutu pendidikan. Namun

tanpa bermaksud mengurangi penghargaan terhadap hasil yang diperoleh melalui

upaya peningkatan mutu pendidikan.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, bahwa dalam melaksanakan fungsi

tersebut diperlukan sumber daya termasuk sumber daya manusia yang

dikategorikan menjadi sumber daya manusia tenaga pendidik dan sumber daya

manusia tenaga administrasi, sumber daya ini sangat penting keberadaanya

karena merupakan sumber daya lainnya. Kondisi demikian dapat diwujudkan

1
2

bila kebutuhan mereka terpenuhi yang antara lain memiliki karier yang baik

dalam bekerja, atas dasar maka sistem karier pada Pusat Pendidikan Kavaleri

sangat penting untuk menjamin kelancaran karier pegawai. Dalam sistem karier

terdapat kesejahteraan pegawai termasuk di dalamnya mengenai Usulan Kenaikan

Pangkat berdasarkan Skep Panglima TNI No Skep/190/V/2005 tanggal 17 Mei

2005 tentang petunjuk administrasi Kenaikan Pangkat, diberikan kepada pegawai

negeri sipil yang menunjukan prestasi kerja terhadap negara. Adapun persyaratan

bagi pegawai yang akan dinaikan pangkatnya adalah (1) Foto copy Kep Pangkat

Pertama s.d terakhir (2) Foto copy jabatan terakhir (3) Foto copy Dikum / Dikmil

(4) Foto copy Daftar penilaian (5) Foto copy blangko hasil kesamaptaan (6) Foto

Copy TOP/ DSPP orgas satuan sesuai jabatan berdasarkan Surat Dankodiklat

No B/247/V/2015 tanggal 29 Mei 2015 ini berarti pegawai akan dinaikan

pangkatnya bila persyaratan tersebut terpenuhi namun demikian, tidak selamanya

pegawai memenuhi persyaratan tersebut sehingga ada beberapa orang pegawai

yang pangkatnya tidak naik.

Hasil pengamatan menunjukan bahwa usul kenaikan pangkat di Pusat

Pendidikan Kavaleri tidak secara keseluruhan berjalan dengan baik ini ditunjukan

oleh Pegawai yang tidak bisa melaksanakan penyegaran jasmani (Garjas) dan

Pegawai yang melanggar aturan sehingga pangkatnya tidak naik, mencermati hal

tersebut setidaknya dilihat dari ilmu kebijakan publik bahwa dalam usul kenaikan

pangkat harus ditunjang oleh: (1) Komunikasi yang berarti mensosialisasikan

prosedur kenaikan pangkat kepada pegawai (2) membangun motivasi mereka (3)

melengkapi sarana yang diperlukan dan (4) dibuat standar operating procedur
3

(SOP). (Edward III, 1980 : 10) atas dasar ini sumber daya manusia tenaga

pendidik maupun administrasi memakai bagaimana usulan kenaikan pangkatnya.

Kaitannya dengan hal diatas belum semua tahapan prosedur itu dilaksanakan

dengan baik, sehingga pegawai tidak selalu siap melengkapi persyaratan yang

harus mereka penuhi berkaitan dengan kenaikan pangkatnya kondisi ini tidak

baik, karena akan mempengaruhi kinerja mereka sejalan dengan hal tersebut

maka perlu dilakukan penelitian agar hasilnya dapat digunakan untuk

memecahkan masalah tersebut.

Pusat Pendidikan Kavaleri Padalarang merupakan Pusat Pendidikan

mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan satuan sesuai dengan

program kerja satuan dan pembinaan tradisi korps Kavaleri, Pendidikan pegawai

kesejahteraan pegawai pembinaan karier pegawai Pusdikkav, Komandan Pusat

Pendidikan Kavaleri bertanggung jawab kepada semua kegiatan. Dengan adanya

pembagian tugas tersebut bagian administrasi di Pusdikkav dituntut untuk

memiliki kemampuan dalam memberikan layanan sesuai dengan standar yang

telah ditentukan yaitu mengusulkan kenaikan pangkat pegawai, namun dengan

demikian semua staf personalia harus ingat bahwa kebijakan publik adalah

sebagai ketentuan program atau tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah untuk

mengatasi masalah tertentu, masalah tersebut merupakan masalah

kemasyarakatan/pembangunan sehingga kebijakan publik di sebut pula kebijakan

pembangunan ( Tjokroamidjojo dan Mustopadidjaja A.R, 1998 )

ditingkat Satuan supaya untuk meningkatkan mutu pegawai ternyata masih

banyak menemukan kendala-kendala yang harus segera dicarikan jalan


4

keluarnya. Diantaranya kendala tersebut yang sepertinya tidak luput dari pantauan

banyak orang ialah masalah pegawai tidak bisa naik pangkatnya yang

disebabkan penyegaran jasmani (Garjas) yang tidak bisa melaksanakannya

sehingga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengusulan kenaikan

pangkat pegawai Pusat Pendidikan Kavaleri.

Pelaksanaan adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua

anggota Pusdikkav berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanan

manajerial dan usaha-usaha organisasi untuk mencapai tujuan yang di kehendaki

secara efektif. Dengan cara memberikan kesempatan bagi pegawai Pusdikkav

memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk mengikuti kursus-

kursus keadministrasian, diklat, penataran dan latihan-latihan. Memberikan

penghargaan kepada Tim pengajar (Gumil) berupa ucapan terima kasih dalam

membantu memperlancar program pendidikan Pusdikkav akan membuat mereka

merasa dihargai dan nyaman dalam lingkungan pekerjaannya. begitu pentingnya

peran karier pegawai Pusdikkav dalam menunjang keberhasilan tugas dan fungsi

serta visi dan misi Pusdikkav. Sementara menurut pengamatan peneliti, kinerja

pegawai Pusdikkav Padalarang dalam membantu tugas dan pekerjaan

Danpusdikkav dalam bidang administrasi kantor yang mampu menunjukan

kondisi kinerja yang optimal. Hal ini terlihat dengan indikasi masih tingginya

peran pengawasaan yang diperlukan, masih adanya campur tangan pimpinan

untuk menyelesaikan tugas perorangan serta masih adanya pegawai yang tidak

naik pangkatnya dikarenakan garjasnya yang tidak bisa melaksanakan. Meskipun

setiap pekerjaan dapat diselesaikan dan tuntutan pelaksanaan tugas organisasi


5

terpenuhi, namun kondisi tersebut perlu menjadi perhatian agar kinerja pegawai

dapat lebih baik.

“Secara teoritis individu pegawai dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti


kompetensi, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan dan
hubungan mereka dengan organisasi “(Mathis dan Jackson, 2001 : 81).

Dari beberapa faktor tersebut peneliti menganggap bahwa faktor

kebijakan merupakan alat administrasi Publik dimana organisai prosedur tehnik

serta sumber daya diorganisasikan secara bersama-sama untuk menjalankan

kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.

Pegawai Pusat Pendidikan Kavaleri dapat bekerja dengan hasil yang baik

dan sesuai dengan prosedur/mekanisme kerja yang ditetapkan. Oleh sebab itu

diperlukan dukungan untuk anggota yang akan diusulkan pangkatnya,

pelaksanaan usulan kenaikan pangkat adalah hak bagi Pegawai tersebut. Prestasi

kerja dan kinerja yang tinggi memberikan isyarat bahwa organisasi dikelola

dengan baik dan secara fundamental akan menghasilkan perilaku manajemen yang

efektif, sistem karier pada Pusat Pendidkan Kavaleri sangat penting untuk

menjamin kelancaran karier pegawai.

Memperhatikan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih

jauh tentang masalah ini dengan mengangkat judul :

Pelaksanaan Kebijakan Usulan Kenaikan Pangkat Pegawai Pusat

Pendidikan Kavaleri Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat

( TNI AD )
6

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang penelitian diatas, maka masalah dalam

penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1) Bagaimana proses usulan kenaikan pangkat di Pusat Pendidikan

Kavaleri TNI AD Padalarang ?

2) Masih adakah pegawai Pusdikkav yang tidak bisa naik pangkatnya di

karenakan tidak lulus dalam penyegaran jasmani (Garjas) ?

3) Bagaimana pelaksanaan usulan kenaikan pangkat pegawai di Pusat

Pendidikan Kavaleri TNI AD Padalarang ?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.

1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mengetahui dan memahami pelaksanan usulan kenaikan pangkat

Pegawai Pusdikkav TNI AD Padalarang.

2) Mengetahui prosedur usulan kenaikan pangkat Pegawai Pusdikkav

TNI AD Padalarang.

3) Mengetahui proses usulan kenaikan pangkat terhadap pegawai

Pusdikkav TNI AD Padalarang.

1.3.2. Kegunaan Penelitian

1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan berguna untuk memperkaya konsep


7

tentang Pelaksanaan usulan kenaikan pangkat dalam kaitannya

dengan efektifitas kerja sebagai aspek penting dalam manajemen

sumber daya manusia.

2) Kegunaan Praktis,

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:

(1) Memperkaya hasil kajian ilmiah dilingkungan STIA Cimahi.

(2) Bagi peneliti merupakan instrumen untuk meningkatkan

kemampuan dalam melakukan penelitian.

(3) Bagi pegawai Pusdikkav TNI AD Padalarang diharapkan

dapat menjadi bahan masukan dalam meningkatkan upaya

kinerja pegawai yang bekerja didalamnya.

1.4 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Kerja.

1.4.1 Kerangka Pemikiran.

Usulan Kenaikan Pangkat adalah Penghargaan yang diberikan kepada

Pegawai Negeri Sipil yang setia terhadap negara. Kenaikan Pangkat

Pegawai Negeri Sipil ditetapkan pada 1 April dan 1 Oktober tiap Tahun,

jenis kenaikan pangkat pegawai negeri sipil yang diatur dalam peraturan

Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 sebagai berikut:

1. Kenaikan Pangkat Reguler adalah Kenaikan pangkat yang diberikan

kepada pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat-syarat yang

ditentukan tanpa memperhatikan jabatan yang dipangkunya.


8

2. Kenaikan Pangkat Pilihan adalah Kenaikan pangkat yang diberikan

kepada pegawai negeri sipil yang memangku jabatan struktural atau

jabatan fungsional tertentu.

3. Kenaikan Pangkat Istimewa adalah Kenaikan pangkat yang diberikan

kepada pegawai negeri sipil yang menunjukan prestasi kerja yang luar

biasa baiknya menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara.

4. Kenaikan Pangkat Pengabdian adalah Kenaikan pangkat sebagai

penghargaan bagi pegawai negeri sipil yang telah mencapai batas usia

pensiun dan akan mengakhiri masa jabatanya sebagai pegawai negeri sipil

dengan hak pensiun.

Pelaksanaan atau implementasi kebijakan merupakan tindakan yang

dilakukan oleh pemerintah dalam membuat kebijakan, akan tetapi pemerintah

dalam membuat kebijakan harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan

tersebut dapat memberikan dampak yang baik atau buruk bagi pegawai. Hal

tersebut bertujuan supaya suatu kebijakan tidak bertentangan dengan peraturan

pegawai.

Pusat Pendidikan Kavaleri merupakan suatu pusat pendidikan yang

melaksanakan kegiatan pendidikan dan pembinaan pegawai sesuai dengan

program kerja satuan dan pembinaan tradisi korps Kavaleri, pembinaan

pegawai, kesejahteraan pegawai, pembinaan karier pegawai dan usulan

kenaikan pangkat pegawai satuan. Kinerja pegawai seperti halnya pada

pegawai Pusdikkav di Padalarang penting untuk selalu dievaluasi, karena untuk

mengetahui peran dan kontribusi sumber daya manusia dalam pencapaian


9

tujuan dan keberhasilan organisasi diperlukan suatu pengukuran kinerja

(performance measurement). tanpa evaluasi terhadap kinerja dalam mencapai

tujuan organisasi, maka kendala-kendala pencapaian tujuan organisasi tidak

dapat diketahui.

Hal tersebut sesuai dengan pengertian implementasi kebijakan menurut

George C. Edwards III dalam bukunya yang berjudul Implementing Public

Policy yaitu :

“Implementasi kebijakan adalah salah satu tahap kebijakan publik,


antara pembentukan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi
masyarakat yang dipengaruhinya. (Edwards III, 1980:1)”.

Keberhasilan Pelaksanaan atau Implementasi kebijakan dapat

dikembangkan melalui Model Direct and indirect Impact on Implementation

yang dikemukakan oleh George C Edwards III dalam bukunya Implementing

Public Policy yaitu :

“Selain langsung mempengaruhi implementasi, bagaimanapun, mereka


juga secara tidak langsung mempengaruhi implementasi kebijakan
dampaknya terhadap masing-masing dengan kata hati komunikasi
mempengaruhi disposisi sumber daya dan struktur birokrasi yang pada
gilirannya pengaruh implementasi ( Edward III, 1980: 147).

Berdasarkan penjelasan diatas ada empat variabel menurut pendapat

George C Edwards III yang sangat menentukan keberhasilan Pelaksanaan

kebijakan adalah :

1) Communication Komunikasi,
2) Resaurces Sumber Daya,
3) Disposisi Sikap Pelaksanan dan,
4) Bureaucratis Structure l Struktur Birokrasi ( Edwards III, 1980: 10 ).
10

Model pelaksanaan kebijakan menurut George C Edwards III diatas jelas

bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi implementasi yaitu komunikasi

sumber daya sikap pelaksana dan struktur birokrasi. Masing-masing faktor

tersebut saling berhubungan satu sama lainnya, kemudian secara bersama-sama

mempengaruhi terhadap implementasi kebijakan. mempengaruhi terhadap

Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho 2011 Implementasi Kebijakan adalah hal

yang berat karena disini masalah-masalah yang kadang tidak dijumpai dalam

konsep muncul dilapangan sekali itu ancaman utama adalah konsistensi

Implementasi. pada berbagai posisi telah memberikan kesimpulan bahwa :

Pertama, Comunication (komunikasi) Menurut George C Edwards III


Yaitu :

“Syarat pertama untuk implementasi kebijakan yang efektif adalah bahwa


mereka yang melaksanakan kebijakan harus tahu apa yang seharusnya
mereka lakukan. keputusan kebijakan dan perintah pelaksanaan harus
dikirimkan ke Individu yang tepat sebelu mereka dapat mengikuti
komunikasi pelaksanan harus akurat dapat dimengerti oleh mereka banyak
kendala dalam implementasi yang terdapat pada jalur komunikasi
transmisi kebijakan (Edwards III, 1980 :17)
Komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari

Pelaksanaan, Pelaksanan yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan

sudah mengetahui apa yang akan dikerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan

dikerjakan dapat berjalan bila komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap

keputusan dan peraturan pelaksanaan harus dikomunikasikan kepada bagian

personalia yang tepat.

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan informasi ide dan gagasan

dari satu pihak kepada pihak lain. Komunikasi merupakan syarat dalam

pelaksanaan implementasi kebijakan untuk berjalan lebih efektip. Para pelaksana


11

kebijakan harus mengetahui apa yang seharusnya mereka lakukan. Keputusan

dan perintah harus dilanjutkan oleh para pelaksanan dengan tepat sebelum

keputusan dan perintah itu dapat diketahui terdapat tiga dimensi yang termasuk

dalam komunikasi menurut pendapat George C Edwards III dalam bukunya

Implementing Publik Policy bahwa komunikasi terdiri dari transmision

(Penyampaian informasi), Clarity (kejelasan) dan Consistency (Konsistensi)

(Edwards III, 1980 :10).

Kedua, Resaurces (sumber daya) menurut George C Edwards III yaitu :

“Bagaimanapun jelas dan konsistensinya ketentuan-ketentuan atau aturan-


aturan serta bagaimanapun akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan
atau aturan-aturan tersebut, jika para pelaksana kebijakan yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan kurang mempunyai
sumber-sumber daya untuk melaksanakan pekerjaan secara efektif, maka
implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif. Sumber daya
sebagaimana telah disebutkan meliputi, Staf dari ukuran tepat dan dengan
keahlian yang diperlukan, informasi yang relevan dan memadai tentang
bagaimana menerapkan kebijakan dan kepatuhan pada orang
lain yang terlibat pada pelaksanaan, kewenangan untuk memastikan bahwa
kebijakan yang dilakukan kepada mereka yang dimaksudkan dan fasilitas
dimana dapat digunakan untuk menyediakan pelayanan
( Edwards III, 1980 : 53)

Keberhasilan pelaksanaan implementasi kebijakan bukan hanya ditentukan

oleh sejauh mana para pelaku kebijakan (implementors) mengetahui apa yang

harus dilakukan dan mampu melakukannya tetapi juga ditentukan oleh keinginan

para pelaku kebijakan memiliki disposisi yang kuat terhadap kebijakan yang

sedang diimplementasikan.
12

Sumber daya menpunyai peranan dalam implementasi kebijakan karena

bagaimanapun jelas dan konsistensi ketentuan atau aturan suatu kebijakan, jika

para implementor mengimplementasikan kebijakan kurang mempuyai sumber-

sumber untuk melakukan pekerjaan secara efektif. Maka implementasi kebijakan

tersebut tidak akan berjalan dengan efektif, faktor-faktor Implementing Public

Policy yaitu staff (aparatur) information (informasi) Authot (wewenang) dan

fasilities (fasilitas) (Edwards III, 1980 :10-11).

Ketiga Dispotition (disposisi) menurut George C Edwards III yaitu :

“ Disposisi atau sikap pelaksanaan implementasi adalah faktor penting


ketiga dalam mempelajari pendekatan implementasi kebijakan publik, jika
para pelaksanan bersikap baik karena menerima suatu kebijakan maka
kemungkinan besar mereka akan melaksanakan secara bersungguh –
sungguh seperti Tujuan yang diharapkannya. Sebaiknya jika perfektip dan
tingkah laku para pelaksanan berbeda dengan para pelaksana berbeda
dengan para pembuat kebijakan maka proses implementasi akan
mengalami kesulitan (Edwards III, 1980: 89).

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa disposisi adalah watak atau

karakteristik yang dimiliki oleh pelaksana kebijakan seperti memiliki kejujuran

mempunyai komitmen dan sifat demokratik. Apabila pelaksanan kebijakan

mempunyai karakteristik atau watak yang baik, maka dia akan melaksanakan

kebijakan dengan baik sesuai dengan sasaran tujuan dan keinginan pembuat kata.

Disposition (sikap pelaksana) adalah kecenderungan-kecenderungan keinginan

atau kesepakatan para pelaksana untuk melaksanakan kebijakan secara sungguh-

sungguh apa yang menjadi tujuan kebijakan untuk dapat diwujudkan menurut

George C Edwards III dalam bukunya Implementing Public Policy. Disposition

(tingkat kepatuhan pelaksana) dan Incentives (insentif) (Edwards III, 1980: 11)
13

Keempat Bureacratis Structure (Struktur Birokrasi) menurut George C

Edwards III dalam bukunya Implementing Public Policy yaitu :

“ Pelaksanaan kebijakan mungkin tahu apa yang harus dilakukan dan


memiliki keinginan yang cukup dan sumber daya untuk melakukannya
tapi mereka mungkin masih terlambat di implementasikan oleh structur
organisasidimana mereka melayani dua karakteristik utama birokrasi yaitu
prosedur operasi standar (SOP) dan fragmentasi yang pertama berkembang
sebagai respon internal untuk waktu yang terbatas dan sumber daya
peleksana dan keinginan untuk keseragaman dalam pengoperasian
kompleks dan tersebat luas organisasi maka sering tetap berlaku karena
inersia birokrasi (Edwards III, 1980 :125)

Berdasarkan pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa Bureaucratic

(Structur birokrasi) merupakan sumber-sumber dalam mengimplementasikan

suatu kebijakan yang sudah mencukupi dan para pelaksananya mengetahui apa

dan bagaimana cara melakukannya serta mempunyai keinginan untuk

melakukanya akan tetapi implementasi kebijakan masih belum dapat dikatakan

efektiv karena ketidak efisien struktur birokrasi yang ada.

Sumber-sumber pelaksanaan Implementasi adalah perintah–perintah

secara cermat jelas dan konsisten tetapi jika para pelaksana kekurangan sumber-

sumber yang diperlukan diantaranya (1) Staf sumber yang paling penting dalam

melaksanakan kebijakan, (2) Informasi para pelaksanan kebijakan harus diberi

petunjuk untuk melaksanakan kebijakan, (3) wewenang untuk melaksanakan

suatu kebijakan dengan tepat. Para ahli lainnya, George C Edward III (1980)

Pelaksanaan Implementasi kebijakan dipengaruhi empat variabel yakni : (1)

Komunikasi, (2) Sumber daya, (3) Disposisi, (4) Struktur Birokrasi keempat

variabel tersebut saling berhubungan satu sama lainnya.


14

Jadi Pelaksanaan kebijakan dalam pengertian luas merupakan alat

administrasi publik dimana organisasi prosedur tehnik serta sumber daya di

organisasi secara bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih

dampak atau tujuan yang diinginkan. Pegawai dapat diartikan sebagai

karakteristik pribadi individu yang menunjukan kemampuan untuk bekerja sesuai

dengan tanggung jawab dalam pekerjaannya. meskipun banyak pendapat ahli

tentang bagaimana dengan tidak langsung pentingnya pendapat.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka definisi operasional

implementasi atau pelaksanaan kebijakan usulan kenaikan pangkat Pegawai

Pusdikkav dalam penelitian ini adalah :

1. Pelaksanaan kebijakan merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh


suatu Badan atau wadah secara teratur dan terarah guna mencapai
tujuan yang diharapkan
2. Pegawai adalah seorang yang melakukan penghidupannya dengan
bekerja dalam kesatuan organisasi baik kesatuan kerja pemerintah
maupun kesatuan kerja swasta.
3. Pangkat adalah kedudukan yang menunjukan tingkat seseorang
Pegawai Negeri Sipil berdasarkan jabantanya rangkaian susunan
kepegawaian
4. Kenaikan pangkat adalah Penghargaan yang diberikan kepada Pegawai
Negeri Sipil yang setia terhadap negara.
5. Kenaikan Pangkat reguler adalah Penghargaan yang diberikan kepada
Pegawai Negeri Sipil yang telah memenuhi syarat yang ditentukan
tanpa terikat pada jabatan.
6. Kenaikan Pangkat Penghargaan (Har) adalah Kenaikan yang diberikan
kepada Pegawai Negeri Sipil yang telah mencapai batas usia dan akan
mengakhiri masa jabatannya sebagai pegawai negeri sipil dengan hak
pensiun.
7. Pelaksanaan atau Implementasi Kebijakan adalah tindakan yang
dilakukan untuk tercapainya tujuan yang telah digariskan oleh
keputusan kebijakan dalam implementasi kebijakan usulan kenaikan
pangkat pegawai Pusat Pendidikan Kavaleri TNI AD terdapat empat
indikator dalam pelaksanaan kebijakan :
15

1. Komunikasi atau Communication adalah proses penyampaian


pesan ide dan gagasan dari satu pihak lain yang dilakukan dalam
pelaksanaan kebijakan Usulan Kenaikan Pangkat Pegawai
Pusdikkav TNI AD Padalarang Communication terdiri dari :

a. Penyampaian Informasi (Transmision) adalah penyampaian


informasi kebijakan publik yang disampaikan oleh Pusdikkav
TNI AD dalam pelaksanaan kebijakan usulan kenaikan
pangkat pegawai.
b. Kejelasan (Clarity) adalah suatu keadaan jelas untuk
merencanakan tujuan yang telah ditentukan dan tidak
menyimpang dari ketentuan dalam pelaksanaannya harus jelas
dan konsisten serta dengan kebijakan yang dilaksanakan
kenaikan pangkat pegawai.
c. Konsistensi (Consistency) adalah unsur kejelasan dimana
perintah-perintah implementasi yang tidak konsisten akan
mendorong pelaksanaan mengambil tindakan dalam
menafsirkan dan mengimplementasikan kebijakan yang
dilaksanakan Pusdikkav TNI AD Padalarang dalam
implementasi kebijakan usulan kenaikan pangkat pegawai.

2. Sumber daya (Resources) adalah pelaksanan yang bertanggung


jawab untuk melaksanakan kebijakan usulan kenaikan pangkat
pegawai di Pusdikkav TNI AD Padalarang.

a. Staf (Staff) adalah pelaku kebijakan yang memiliki


kewenangan dalam pelaksanaan kebijakan usulan kenaikan
pangkat pegawai. di Pusdikkav Padalarang.
b. Informasi (Information) adalah data yang sudah diolah
menjadi suatu bentuk lain yang berguna dalam pelaksanaan
kebijakan usulan kenaikan pangkat pegawai di Pusdikkav
Padalarang.
c. Kewenangan (Authority) adalah otoritas atau legitimasi bagi
para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan secara politik
dalam implementasi kebijakan usulan kenaikan pangkat
pegawai. di Pusdikkav Padalarang.
d. Fasilitas (Facilitas) adalah sumber daya peralatam pendukung
dalam melaksanakan tugas operasionalnya (sarana dan
prasarana) yang harus dimiliki Pusdikkav dalam implementasi
kebijakan usulan kenaikan pangkat pegawai.

3. Sikap Pelaksanan (Disposition) adalah kecenderungan sikap


posotif pelaksana untuk melaksanakan kebijakan yang menjadi
tujuan dalam pelaksanaan kebijakan usulan kenaikan pangkat
pegawai di Pusdikkav TNI AD Padalarang. Disposisi terdiri dari :
16

a. Tingkat kepatuhan pelaksana (Effect of disposition) adalah


kecenderungan pelaksana yang menimbulkan hambatan yang
nyata terhadap implementasi kebijakan usulan kenaikan
pangkat pegawai Pusdikkav TNI AD Padalarang.
b. Insentif (Incentives) adalah kecenderungan yang ada pada
pelaksana melalui manipulasi insentif oleh pembuat kebijakan

4. Struktur Birokrasi (Bureaucratis Structure) adalah struktur


organisasi pembagian wewenang dalam implementasi kebijakan
usulan kenaikan pangkat pegawai Pusdikkav TNI AD Padalarang.
Bureaucratis Structure terdiri dari :

a. SOP (Standar Operating Prosedures) adalah mekanisme


sistem dan prosedur pelaksana kebijakan, pembagian tugas
pokok, fungsi kewenangan dan tanggung jawab dalam
implementasi kebijakan usulan kenaikan pangkat pegawai
Pusdikkav TNI AD Padalarang.

b. Penyebaran Tanggung Jawab Framentation adalah


penyebaran tanggung jawab atas bidang kebijakan antara
beberapa unit organisasi oleh pelaksanaan dalam implementasi
kebijakan usulan kenaikan pangkat pegawai Pusdikkav TNI
AD Padalarang.
17

Berdasarkan definisi operasional diatas, peneliti membuat model kerangka

pemikiran sebagai berikut :

Gambar 1.1

Model Kerangka Pemikiran

Pelaksanaan Kebijakan Usulan Kenaikan Pangkat Pegawai

Pusat Pendidikan Kavaleri TNI AD

Communication Resources (Sumber Daya):

(komunikasi): -Staff (Staff)

-transmision -Information (informasi)

(penyampaian informasi) -authority (kewenangan)

-clarity (Kejelasan) -Facilities (fasilitas)

-consistency (konsistensi)

Dispositions (Sikap
Bureaucratic Structure
Pelaksana):
(struktur birokrasi):
-Effect of Disposition
-Standard Operational (tingkat kepatuhan)

Procedures (SOP) -insentives (insentif)

-fragmentation

(penyebaran tanggung
jawab)

Meningkatkan pelayanan Pegawai dalam Bidang Administrasi Usulan


1.4.2. Hipotesis Kerja
Kenaikan Pangkat Pegawai
18

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut “Pelaksanaan Kebijakan Usulan Kenaikan Pangkat Pegawai

Pusat Pendidikan Kavaleri TNI AD “

Selanjutnya, untuk memperjelas tentang variabel yang diteliti maka berikut

dikemukakan definisi operasional yang meliputi :

a. Pelaksanaan Kebijakan merupakan pihak yang menjalankan kebijakan yang

terdiri dari penentuan tujuan dan sasaran organisasi, evalisis serta perumusan

kebijakan dan strategi organisasi pengambilan keputusan perencanaan

penyusunan program, pengorganisasian, penggerakan manusia, pelaksanaan

operasional, pengawasan serta penilaian. Penelitian ini diartikan sebagai

karakteristik pribadi invividu yang menunjukan kemampuan untuk bekerja

sesuai dengan tanggung jawab dalam pekerjaannya.

b. Pegawai administrasi dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu perilaku

pegawai yang mampu menunjukan hasil kerja dengan kualitas dan kuantitas

yang diharapkan dengan penggunaan sumber daya dan waktu yang efektif.

c. Usulan Kenaikan Pangkat adalah Hak yang diberikan kepada pegawai

Negeri Sipil, jenis – jenis kenaikan pangkat terdiri dari :

1) Kenaikan Pangkat Reguler

2) Kenaikan Pangkat Penghargaan (K.P Har)

3) Kenaikan Pangkat Pilihan

4) Kenaikan Pangkat Istimewa


19

Peneliti akan membahas mengenai Usulan Kenaikan Pangkat Reguler.

Berdasarkan Keputusan Panglima TNI Nomor; Skep/190/V/ 2005 tanggal 17 Mei

2008 tentang petunjuk Administrasi Kenaikan Pangkat dan pemberian Pangkat

Prajurit TNI

1.4.3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitis melalui

pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif didefinisikan sebagai suatu proses

yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai

kompleksitas yang ada dalam intraksi manusia. Hal ini sejalan dengan

“Pendapat Bogdan dan Taylor (dalam Moleong 2002:3) yang menyatakan

metodologi kualitatif Sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati”. Dengan kata lain peneliti ini disebut penelitian kualitatif

karena merupakan penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.

Djajasudarma (2006:11) menyatakan “Penelitian kualitatif harus

mempertimbangkan metodologi kualitatif itu sendiri. Metodologi kualitatif

merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau

lisan di masyarakat bahasa”.

Basuki (2006:43) mengemukakan ciri-ciri penelitian kualitatif yaitu

sebagai berikut:

1. Penelitian kualitatif merupakan penelitian dengan konteks dan setting


apa adanya alamiah, bukan merupakan eksperimen yang di kontrol
secara ketat atau manipulasi variabel.
20

2. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang


mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial dengan
menginterpretasikan bagaimana subjek memperoleh makna dari
lingkungan sekeliling dan bagaimana makna tersebut mempengaruhi
perilaku mereka.
3. Agar peneliti bisa mendapatkan pemahaman mendalam bagaimana subjek
memaknai realitas dan bagaimana makna tersebut mempengaruhi perilaku
subjek.
4. Penelitian kualitatif tidak membuat perlakuan, manipulasi variabel, dan
menyusun definisi operasional variabel.
5. Penelitian kualitatif justru menggali nilai yang terkandung dari suatu
perilaku.
6. Penelitian kualitatif bersifat fleksibel, tidak berpaku pada konsep, fokus,
teknik pengumpulan data yang direncanakan pada awal penelitian.
7. Penelitian kualitatif mendapatkan akurasi data dengan melakukan
hubungan yang erat dengan subjek yang di teliti dalam konteks dan setting
yang alamiah.

Sesuai dengan yang di ungkapkan oleh Poerwandari (2007:32) “Bahwa

pendekatan yang sesuai untuk penelitian yang tertarik dalam memahami manusia

dengan segala kekompleksitasannya sebagai makhluk subjektif adalah pendekatan

kualitatif”.

1.4.4. Instrumen Penelitian

Keberadaan peneliti dalam penelitian kualitatif sangat berperan dalam

seluruh proses penelitian, mulai dari memilih topik, mengolah topik tersebut,

mengumpulkan data hingga analisis, interpretasi dan memberikan kesimpulan

hasil penelitian. Dalam mengumpulkan data - data peneliti membutuhkan alat

bantu yang disebut instrumen penelitian, maka pada penelitian ini peneliti

menggunakan instrumen penelitian berupa pedoman wawancara. Pedoman

wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari


21

tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak berdasarkan tujuan penelitian tetapi

berdasarkan juga pada teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

1.4.5. Informan

Menurut Nasution, (2003:29) mengemukakan bahwa : “dalam Penelitian

kualitatif tidak ada yang dinamakan populasi”. Dalam penelitian deskriptif

dengan paradigma kualitatif pengambilan sampel dilakukan dengan Purposive

Sampling (sampel bertujuan), karena penelitian kualitatif ini menjaring dan

membutuhkan serta sebanyak - banyaknya informasi dari berbagai pihak atau

berbagai sumber. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tehnik non

probability sampling yaitu purpose sampling, purpose sampling (sampel

bertujuan) adalah teknik pengambilan sampel sumber data dan pertimbangan

tertentu.

Menurut Sugiyono (2007:215), “dalam penelitian kualitatif, tidak

menggunakan populasi karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu

yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak diberlakukan ke

populasi, tetapi diransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki

kesamaan pada kasus yang dipelajari”, kemudian Moleong, (2002:132)

mengidentifikasikan informan sebagai :

”Orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi


dan kondisi latar penelitian Informan harus mempunyai banyak
pengalaman tentang latar penelitian meliputi nilai – nilai, sikap, bangunan,
proses, dan kebudayaan. Informan yang dipilih harus memiliki pikiran
yang sehat, jujur, patuh pada peraturan, suka berbicara, tidak termasuk
salah satu dari kelompok yang bertentangan dalam latar penelitian, dan
mempunyai pandangan tertentu tentang suatu hal atau peristiwa yang
terjadi (mengetahui peristiwa yang telah terjadi).
22

Tabel 1.1

Daftar Informan

NO NAMA/INSTANSI JUMLAH

1. Kepala Seksi Administrasi Pusdik kav (Kasimin) 1 orang

2. Kepala Seksi Personalia Pusdikkav (Pasipers) 1 orang

3. Operator Computer Pusdikkav 2 orang

4. Anggota Militer dan PNS Pusdikkav Bagian Usul 2 orang


Kenaikan Pangkat ( UKP )

5. Anggota Militer dan PNS yang akan di usulkan 6 orang


Kenaikan Pangkatnya

Jumlah 12 orang

Sumber : Penulis, 2016

Informan ditetapkan berdasarkan kebutuhan data penelitian yaitu,

Informan yang dianggap kompeten, memiliki pemahaman yang komprenshif dan

memadai tentang implementasi kebijakan usulan kenaikan pangkat di Pusdikkav

TNI AD Padalarang Kabupaten Bandung Barat.

1.4.6. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan bukti untuk mendukung hipotesis penelitian, data yang

diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data

primer yaitu data yang diperoleh dari responden sedangkan data sekunder yaitu

data yang diperoleh dan bersumber dari literatur, dokumen, dan karya ilmiah yang
23

dipublikasikan serta informasi dari instansi yang ada kaitannya dengan masalah

yang akan diteliti :

Teknik pegumpulan data bertujuan agar data-data yang dibutuhkan dalam

penelitian dapat terkumpul dengan baik. Oleh karena itu dalam penelitian ini

digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Studi kepustakaan, yaitu suatu cara untuk mendapatkan teori-teori dan

informasi yang diperoleh dari buku-buku, undang-undang, peraturan dan

lainnya yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Adapun langkah

yang dilakukan dalam studi kepustakaan ini adalah membaca, mencatat

dan menelaah sejumlah literatur yang bersangkutan dengan penelitian

yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

2. Studi lapangan, yaitu peneliti melaksanakan penelitian secara langsung ke

lapangan yang dilakukan dengan cara :

a. Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.

b. Wawancara yaitu melakukan tanya jawab dengan informan yang

dianggap memahami masalah yang diteliti berkaitan dengan masalah

yang sedang diteliti.

c. Angket yaitu serangkaian pertanyaan yang disusun secara tertulis

berkaitan dengan masalah yang diteliti


24

1.5. Tehnik Analisa Data

Analisa Data Kualitatif menurut Bogdan dan Biklen ( dalam Moleong,

2002:248 ) mengemukakan bahwa “Analisis dengan data mengorganisasikan

data, memilah menjadi satuan yang dikelola mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa

yang dapat di ceritakan kepada orang lain “

Analisa data kualitatif menurut Seiddel (dalam Moleong, 2002:248) prosesnya


adalah sebagai berikut :

1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode
agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan,
membuat ikhtisar dan membuat indeksnya.
3. Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna
mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan dan membuat
temuan-temuan umum.

1.6. Rencana Pengujian Keabsahan Data

Validitas instrumen peneliti kualitatif berbeda dengan peneliti kuanlitatif

Keduanya adalah sangat penting mengingat bahwa mampu memperoleh Data

yang akurat instrumen atau alat bantu dimaksudkan sebagai upaya peneliti untuk

memperoleh keabsahan data hasil penelitian. Keabsahan data dalam penelitian

kualitatif meliputi uji validitas, rehabilitas, dan obyektivitas.

1.6.1 Uji Validitas


Menurut Sugiyono (2007:274), “ Uji Validitas adalah terkait dengan

derajat kepercayaan data atau ketetapan data. Dalam penelitian ini uji validitas

dilakukan dengan data hasil penelitian yaitu di konsultasikan kembali data yang
25

telah dianalisis kepada informan dan pembimbing kualitatif ini dapat di

gambarkan pada diagram berikut:

GAMBAR 1.2

Uji Validitas

Expert Judgment Expert Practioner

Expert Judgment Informan Kunci Expert Practioner

Informan Kunci

Sumber : Sugiono,2007:274

1.6.2 Uji Reliabilitas

Sugiyono (2007:269) “ Dependabily terkait dengan derajat konsistensi

Stabilitas data, atau dapat dipertanggungjawabkan secara Ilmiah data hasil

penelitian kualitatif ini uji dependability dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan

audit terhadap proses yang dilakukan dalam suatu penelitian kualitatif menurut

Sugiyono (2007:277) “Proses ini dimulai dari menentukan maslah/fokus

penelitian memasuki lapangan melakukan analisa data melakukan uji keabsahan

data, sampai membuat kesimpulan harus dapat dibuktikan oleh peneliti.

1.6.3 Uji Obyektivitas


Sugiyono ( 2007:277) “ Data penelitian kualitatif dikatakan memiliki

obyektifitas yang tinggi bila mana data hasil penelitian tersebut telah disahkan dan
26

ditegaskan oleh banyak pihak dalam penelitian kualitatif uji obyektifitas dan uji

validitas merupakan hal yang penting. Menurut Sugiyono (2007:273)

Obyektifitas menjadi hal mendasar karena suatu penelitian tanpa dibarengi oleh

tingkat kebenaran informasi yang tinggi dimungkinkan hasil penelitian akan

menjadi sia-sia belaka untuk itu dalam tahapan ini peneliti melakukan konsultasi

daftar wawancara dan panduan pengamatan kepada :

1, Dosen Pembimbing

2 Pelaksanaan Kebijakan usulan kenaikan pangkat

Dengan melakukan validasi data maka diharapkan instrumen penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini akan mampu memperoleh data yang

dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah.

1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian

1.7.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pusat Pendidikan Kavaleri Tentara

Nasional Angkatan Darat ( TNI AD ) di Jl. Letkol GA Manulang

Padalarang Kabupaten Bandung Barat

1.7.2 Waktu dan Jadwal Penelitian

Adapun waktu yang diperlukan untuk penelitian direncanakan

selama 7 ( Tujuh ) bulan. Yaitu dari bulan Juni 2016 sampai dengan

Desember 2016 dengan perincian sebagai berikut :


27

Tabel 1.2

Jadwal Kegiatan Penelitian

Tahun 2016 - 2017


Kegiatan
Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari
Studi Pustaka
Penelitian awal
Bimbingan
Usulan
Penelitian
Seminar
Usulan
penelitian
Pengumpulan
data dilapangan
Pengolahan
Data
Sidang
Skripsi
Revisi
Skripsi

Sumber: Penulis, 2016


28

aftar Pustaka

Abdul Wahab, Solichin (2008). Analisis Kebijaksanaan Dari formulasi ke


Implementasi Kebijaksanaan Negara.Jakarta: Bumi Aksara

Akadun. (2009). Teknologi Informasi Administrasi. Bandung : Alfabeta.

Djajasudarma, Hj. T. Fatimah (2006). Metode Linguistik: Rancangan Metode


Penelitian dan Kajian. Bandung: PT Refika Aditama.
29

Moleong, Lexy J. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rodakarya.

Nugroho, Riant (2008) Public Policy. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Prof. Drs. Budi Winarno, MA, PhD (2011). Kebijakan Publik (Teori,Proses, dan
Studi Kasus). Yogyakarta: CAPS.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Tachjan. (2006). Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: Penerbit AIPI


Bandung- Puslit KP2W Lemlit Unpad.

Thoha Miftah, MPA (2005), Manajemen Kepegawaian Sipil di Indonesia Edisi


Kedua Kencana PT Fajar Interpratama Mandiri

Indiahono Dwiyanto (2009), Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analisys,


Edisi Pertama Yogyakarta Gaya Media
30

Anda mungkin juga menyukai